GAMBARAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DALAM...
Transcript of GAMBARAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DALAM...
GAMBARAN MOTIVASI KERJA PERAWAT
DALAM PELAYANAN DI RUANG ANGGREK
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Darmastuti
NIM. ST13015
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
iii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul“ Gambaran
Motivasi Kerja Perawat dalam Pelayanan di Ruang Anggrek Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan dalam enelitian ini.
Selama penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Hartati, M.Si, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang telah
memberikan arahan, masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.
3. Ika Subekti Wulandari, S.Kep, Ns.,M.Kep selaku pembimbing pendamping
yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan
mengarahkan sehingga penelitian ini terselesaikan dengan baik.
4. Meri Oktariani, S.Kep, Ns., M.Kep selaku penguji dalam penelitian ini.
5. Dr T. Soebroto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo yang telah
memberikan ijin waktu dan tempat kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
6. Bambang Kamiwarno, S.Kep selaku Kabid Keperawatan yang telah
memberikan motivasi dan arahan dalam proses penelitian ini.
iv
iv
7. Rekan-rekan perawat di Ruang Anggrek Rumah Sakit Panti Waluyo yang
sudah bersedia meluangkan waktu membantu dalam penelitian.
8. Civitas Akademik Prodi S-1 Keperawatan yang telah membantu dalam proses
penelitian ini.
9. Suamiku tercinta dan anak-anakku yang kukasihi yang telah memberikan
dukungan selama menempuh pendidikan dan Papi di sorga yang kukasihi untuk
selama-lamanya.
Akhirnya penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaannya, serta semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan keperawatan.
Surakarta, 30 Juli 2015
Darmastuti
v
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
ABSTRAK .... ............................................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang ................................................................ 1
2.2 Rumusan Masalah ............................................................ 4
2.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 4
2.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Motivasi ............................................................... 6
2.1.1 Pengertian ................................................................ 6
2.1.2 Tujuan ..................................................................... 7
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi .................... 8
2.1.4 Model Teori Motivasi ............................................. 9
2.1.5 Motivasi Kerja .......................................................... 12
2.1.5.1 Indikator Motivasi Kerja .................................... 12
vi
vi
2.1.5.2 Tehnik Untuk Meningkatkan Motivasi Kerja ... 13
2.1.6 Teori Kinerja Perawat .............................................. 14
2.1.6.1 Pengertian .......................................................... 14
2.1.6.2 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kinerja
Perawat .............................................................. 14
2.1.6.3 Penilaian Kinerja Perawat ................................ 15
2.1.6.4 Prinsip Prinsip Penilaian .................................. 15
2.2 Keaslian Penelitian ........................................................... 17
2.3 Kerangka Teori ................................................................ 18
2.4 Fokus Penelitian .............................................................. 19
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................... 20
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 21
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................ 22
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data ..................... 23
3.5 Analisa Data ...................................................................... 25
3.6 Keabsahan Data................................................................. 27
3.7 Etika Penelitian ................................................................. 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Diskripsi Tempat Penelitian.............................................. 31
4.2 Karakteristik Partisipan..................................................... 32
4.3 Hasil penelitian ................................................................. 32
vii
vii
BAB V. PEMBAHASAN
5.1 Mengidentifikasi Motivasi Kerja Internal Perawat ........... 46
5.2 Mengidentifikasi Motivasi Kerja Eksternal Perawat ....... 52
5.3 Mengidentifikasi Faktor Penghambat Motivasi Kerja
Perawat.............................................................................. 55
5.4 Mengidentifikasi Harapan Perawat untuk Meningkatkan
Motivasi Kerja ................................................................... 58
BAB VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan ...................................................................... 61
6.2 Saran ................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori 18
2.2 Fokus Penelitian 19
4.1 Skema Tema Rasa Caring Sebagai Perawat 37
4.2 Skema Tema Pemberian Reward Terhadap Kinerja 41
4.3 Skema Tema Beban Kerja Yang Tinggi 43
4.4 Skema Tema Peningkatan Kualitas SDM 45
x
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1. Surat Ijin Studi Pendahuluan
2. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
3. Surat Ijin Penelitian
4. Surat Balasan Ijin Penelitian
5. Penjelasan Penelitian
6. Persetujuan Menjadi Partisipan
7. Data Demografi Partisipan
8. Pedoman Wawancara
9. Transkrip Wawancara
10. Analisa Tematik
11. Kegiatan Penelitian
12. Lembar Konsultasi
xi
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Darmastuti
Gambaran Motivasi Kerja Perawat Dalam Pelayanan di Ruang AnggrekRumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
Abstrak
Motivasi merupakan kondisi yang dapat mengerakkan diri pegawai secaraterarah untuk mencapai tujuan kerja. Motivasi kerjadi pengaruhi dua faktor yaitufaktor internal meliputi: kepuasan dalam bekerja, penghargaan pribadi ataupengakuan, pekerjaan yang menantang, keinginan berprestasi, keinginan maju,dan keinginan untuk menikmati pekerjaan. Sedangkan faktor eksternal meliputi:hubungan dengan teman sejawat, suasana kerja, dan jaminan kerja. Tujuanpenelitian ini untuk mengetahui gambaran motivasi kerja perawat dalammemberikan pelayanan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan diskriptifdengan metode analisa Colaizzi. Partisipan yang dipilih adalah empat perawatdari ruang Anggrek dengan pendidikan DIII Keperawatan, masa kerja diatas 3tahun, jabatan sebagai ketua tim dan langsung memberikan asuhan keperawatanpada klien. Metode pengambilan data dengan wawancara langsung (IndepthInterview)
Hasil penelitian tentang Gambaran motivasi kerja perawat di ruangAnggrek Rumah Sakit Panti Waluyo ini muncul empat tema yaitu Rasa caringsebagai perawat, pemberian reward terhadap kinerja perawat, beban kerja yangtinggi, serta peningkatan kualitas SDM.
Saran untuk perawat hendaknya mempunyai motivasi kerja yang tinggibaik yang timbul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Untuk Rumah Sakitperlu dipertahankan dan ditingkatkan dalam hal pemenuhan kebutuhan dasarkaryawan serta pemberian reward, begitu juga perlu dipertahankan dalampeningkatan kualitas SDM. Untuk peneliti lain perlu diadakan penelitian lebihlanjut terkait pengaruh motivasi kerja perawat terhadap kinerja.
Kata kunci : Motivasi kerja, kinerja perawatDaftar Pustaka : 38 ( 2000 – 2013 )
xii
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Darmastuti
Description of Nurses’s Work Motivation on Services at Anggrek Room ofPanti Waluyo Hospital of Surakarta
ABSTRACT
Motivation is a condition that can drive employees directionally to achievework goal. Work motivation can be influenced by internal and external factors.The formal include work satisfaction, self appreciation, challenge, achievementmotivation, development motivation, and motivation to enjoy the job. The latterinclude work partners, work conditions, and job securities. The objective of thisresearch is to investigate the description of the nurses’ work motivation in givingservices.
This research used the descriptive qualitative method with the Colaizzianalysis method. The samples of the research consisted of 4 nurses employedAnggrek Room. They held the education background of Diploma III in NursingScience had length of employment of more than 3 years, had the position as theteam coordinator, and directly gave nursing care to clients. The data of researchwere taken by using the in-depth interview method.
The result of the research on the description of the nurses’ workmotivation at Anggrek Room of Panti Waluyo Hospital of Surakarta shows thatthere were 4 themes, namely: (1) sense of caring as a nurse, (2) reward for nurses’performance, (3) high workload, and (4) quality improvement of human resources.
Therefore, nurses must have a high work motivation, which comes frominternal and external factors. In addition, the hospital should fulfill the basic needsof the employees and give reward to improve the quality of human resources.Finally, a further research needs to be done on the effect of nurses’ workmotivation on their performance.
.
Keywords: Work motivation, Nurses’ performanceReferences: 38 ( 2000 – 2013 )
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Motivasi merupakan kondisi yang dapat mengerakkan diri pegawai
secara terarah untuk mencapai tujuan kerja (Mangkunegara, 2009). Perawat
sebagai salah satu tenaga kesehatan di Rumah Sakit memegang peranan
penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien
(Potter & Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang
bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang
mendominasi tenaga kesehatan di Rumah Sakit, yaitu berkisar 40–60%.
Oleh karena itu, Rumah Sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja
baik yang akan menunjang kinerja Rumah Sakit sehingga dapat tercapai
kepuasan pelanggan atau pasien (Swansburg, 2000 dalam Suroso, 2011).
Kualitas pelayanan profesional suatu Rumah Sakit dapat dilihat dari
penampilan kinerja Rumah Sakit tersebut. Kinerja sebagai hasil fungsi
pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi
dalam periode waktu tertentu (Pabundu, 2006). Mangkunegara (2009)
Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
2
tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dimana dipengaruhi oleh faktor
kemampuan dan motivasi.
Hasil penelitian oleh Suryani Sagala (2012) tentang hubungan Motivasi
kerja dan Kinerja perawat di Rumah Sakit Adam Malik Medan
menunjukkan bahwa motivasi kerja perawat di Rumah Sakit tersebut masih
sangat rendah yaitu 84,8% responden menunjukkan motivasi rendah dan
15,2% responden menunjukkan motivasi tinggi di RSUP Adam Malik
Medan. Sedangkan kinerja perawat menunjukkan presentasi yang sama
antara kinerja yang tinggi dan kinerja yang rendah yaitu 50 % responden
menunjukkan kinerja tinggi dan 50 % reponden menunjukkan kinerja
rendah.
Peningkatan kinerja disuatu Rumah Sakit merupakan gambaran dari
keseriusan berbagai pihak termasuk perawat dalam menjalankan proses
keperawatan kepada pasien secara optimal. Penurunan kinerja perawat dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama adalah faktor motivasi kerja dari
perawat itu sendiri (Mangkunegara, 2009).
Sedangkan menurut Siagian (2006) motivasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk faktor
internal adalah : persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri,
harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja, prestasi kerja yang
dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi
seseorang antara lain jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana
3
seseorang bergabung, organisasi tempat orang bekerja, situasi lingkungan
kerja, gaji.
Upaya mengoptimalkan mutu kinerja dan pelayanan kesehatan, maka
upaya untuk meningkatkan motivasi kerja yaitu dengan cara pemberian
penghargaan bagi yang mempunyai kemampuan yang lebih, menciptakan
lingkungan yang kondusif, menjalin hubungan baik dengan teman sejawat,
memberikan jaminan kerja, menjalin hubungan baik antara atasan dengan
bawahan, mengikut sertakan dalam seminar dan pelatihan pelatihan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta didapatkan hasil bahwa motivasi perawat di RS
Panti Waluyo Surakarta masih belum optimal, hal tersebut dapat dilihat dari
kurangnya semangat perawat dalam bekerja. Motivasi perawat yang kurang
tersebut berpengaruh pada penurunan kinerja, bisa ditunjukkan dengan
ekspresi muka yang kurang ramah terhadap pasien dan keluarga, masih ada
perawat datang terlambat, meninggalkan ruangan saat jam kerja, kurangnya
kerja sama dengan teman sejawat. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan
masih ada keluhan pasien atau keluarga bahwa sikap perawat kurang
tanggap (kurang ramah, kurang peduli saat pasien membutuhkan
perawatan).
Berdasarkan fenomena tersebut motivasi seorang perawat yang bekerja
di Rumah Sakit perlu di eksplorasi lebih mendalam mengenai faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat motivasi kerja perawat, agar masalah
yang timbul dapat segera diatasi untuk peningkatan mutu pelayanan di
4
Rumah Sakit. Disamping itu dari pihak manajemen masih kurang dalam
memperhatikan motivasi kerja dan kinerja perawat sehingga mendorong
peneliti untuk melakukan penelitian tentang gambaran motivasi kerja
perawat di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Perawat dituntut memberikan pelayanan yang prima kepada klien di
Rumah Sakit, karena dengan pelayanan yang prima merupakan standar mutu
yang diharapkan oleh Rumah Sakit, tapi disisi lain perawat juga mempunyai
keluarga, hubungan sosial dimasyarakat dan semua itu harus bisa berjalan
seimbang. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimanakah gambaran motivasi kerja perawat di Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran motivasi kerja perawat dalam memberikan
pelayanan di RS Panti Waluyo Surakarta.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi motivasi kerja internal perawat di RS Panti Waluyo
Surakarta.
5
2. Mengidentifikasi motivasi kerja eksternal perawat di RS Panti Waluyo
Surakarta
3. Mengidentifikasi faktor yang menghambat motivasi kerja perawat di
RS Panti Waluyo Surakarta.
4. Mengidentifikasi harapan perawat untuk meningkatkan motivasi kerja
di RS Panti Waluyo Surakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini diantaranya:
1. Rumah Sakit
Sebagai salah satu pertimbangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan di RS Panti Waluyo Surakarta.
2. Institusi Pendidikan
Sebagai pengembangan konsep dari ilmu keperawatan tentang
manajemen keperawatan.
3. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan
bagi penelitian tentang manajemen keperawatan.
4. Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang penelitian
kualitatif.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Motivasi
2.1.1 Pengertian
Menurut Winardi (2007), motivasi berasal dari kata motivation yang
berarti menggerakkan. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang
bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu, yang meyebabkan
timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu kekuatan
potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkannya
sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya
berkisar sekitar imbalan moneter dan nonmoneter, yang dapat mempengaruhi
hasil kinerjanya secara positif atau negatif, hal mana tergantung pada situasi
dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.
Menurut Makmur (2008), motivasi adalah sejumlah karakteristik
menunjukkan pegawai yang berorientasi prestasi akan bekerja keras apabila
mereka memandang akan mendapatkan kebanggaan pribadi atas upaya
mereka. Menurut Robbins (2008), motivasi adalah proses yang menjelaskan
intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.
Sementara motivasi umum berkaitan dengan usaha mencapai tujuan apapun,
saat ini proses tersebut dipersempit menjadi tujuan-tujuan organisasional
untuk mencerminkan minat terhadap perilaku yang berhubungan dengan
7
pekerjaan. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan
ketekunan.
Menurut Sunaryo (2013), motivasi adalah keinginan dan kebutuhan pada
individu, untuk memotivasi individu tersebut untuk memenuhi kebutuhannya
dan mengarahkan perilaku kearah segala sesuatu yang ditujunya.
Menurut Siagian (2012), motivasi adalah daya pendorong yang
mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan tenaga
dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Chernis (dalam Daud (2007), motivasi kerja adalah suatu daya
penggerak yang mampu menciptakan dorongan produktifitas kualitas kerja
yang baik dan tulus yang bersumber dari kemauan atau niat sehingga dapat
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
2.1.2 Tujuan
Menurut Hasibuan (2006), Tujuan motivasi antara lain:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
4. Mengefektifkan pengadaan karyawan
5. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8
6. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
2.1.3 Faktor – Faktor yang mempengaruhi motivasi
Chung & Megginson dalam Gomes (2001) menjelaskan, faktor yang
mempengaruhi motivasi yaitu :
1. Faktor-faktor individual
Faktor-faktor individual meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-
tujuan (goals), sikap (attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities).
2. Faktor-faktor organisasional.
Faktor-faktor organisasional meliputi pembayaran atau gaji (pay),
keamanan pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-workers),
pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri ( job
it self).
Sedangkan menurut Siagian (2006) motivasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang termasuk
faktor internal adalah:
1) Persepsi seseorang mengenai diri sendiri
2) Harga diri
3) Harapan pribadi
9
4) Kebutuhan
5) Keinginan
6) Kepuasan kerja
7) Prestasi kerja yang dihasilkan
Sedangkan fakor eksternal yang mempemgaruhi motivasi
seseorang antara lain:
1) Jenis dan sifat pekerjaan
2) Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
3) Organisasi tempat orang bekerja
4) Situasi lingkungan kerja
5) Gaji
2.1.4 Teori Motivasi
1. Teori Motivasi Abraham Maslow
Teori Hirarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow merupakan
kebutuhan dan kepuasan pekerja identik dengan kebutuhan biologis dan
psikologis, yaitu berupa materiil dan non materiil. Suwatno (2011)
mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia mempunyai lima tingkat
atau hirarki kebutuhan :
a. Fisiologikal : makanan, minuman, dan sembuh dari rasa sakit.
b. Keamanan dan keselamatan : kebebasan dari ancaman.
c. Sosial : kebutuhan atas persahabatan, berkelompok, interaksi, dan
kasih sayang
10
d. Penghargaan : kebutuhan harga diri dan penghargaan dari pihak lain
e. Aktualisasi diri : kebutuhan untuk memenuhi diri melalui
memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian, dan potensi.
2. Teori Motivasi Herzberg
Teori dua faktor oleh Herzberg dalam Suwatno (2011) dikenal dengan
model dua faktor dari motivasi, yaitu faktor motivational dan faktor
hygiene. Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivational adalah hal-
hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, seperti
kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karir, pekerjaan seseorang.
Yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-
faktor yang sifatnya ekstrinsik, seperti status seseorang dalam organisasi,
hubungan seorang individu dengan atasannya, kebijakan organisasi.
Teori ini menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, terdapat satu
kelompok kondisi ekstrinsik yang meliputi upah, keamanan kerja,
kondisi kerja, status dalam organisasi, prosedur perusahaan, mutu
penyeliaan, hubungan seorang karyawan dengan rekan sekerja, bawahan
dan atasan. Kedua, terdapat juga satu kelompok kondisi instrinsik yang
meliputi pencapaian prestasi, pengakuan dari orang lain, tanggung jawab,
kemajuan dalam karir, pekerjaan itu sendiri, dan kemungkinan
berkembang.
11
3. Model Teori Motivasi X dan Y menurut McGregor
Siagian (2012) mengemukakan inti teori McGregor terlihat pada
klasifikasi yang dibuatnya tentang manusia yaitu :
a. Teori X yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung
berperilaku negatif.
b. Teori Y yang pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung
berperilaku positif.
4. Teori Clayton Aldelfer ERG
Teori motivasi yang diungkapkan Alderfer dalam Suwatno (2011)
dikenal dengan Teori ERG ( Existense Relatedness dan Growth ) ERG
merupakan singkatan dari Existence yaitu kebutuhan untuk berprestasi,
Reletedness yaitu kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain,
dan Growth yaitu kebutuhan akan pertumbuhan. Teori ini menekankan
bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya
secara serentak.
5. Teori Penetapan Tujuan
Teori yang diungkapkan oleh Locke dalam Suwatno (2011)
dikenal dengan teori penetapan tujuan atau goal setting theory.
Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki
empat macam mekanisme motivasonal yaitu :
a.Tujuan mengarahkan perhatian.
12
b.Tujuan mengatur upaya.
c.Tujuan meningkatkan persistensi.
d.Tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
2.1.5 Motivasi Kerja
Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja (Mangkunegara, 2009). Siagian (2012) bahwa
motivasi adalah daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi
yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya,
dimana hal ini dapat terjadi jika tujuan pribadi anggota organisasi juga
tercapai
2.1.5.1 Indikator Motivasi Kerja
Menurut Ishak & Tanjung H (2003), manfaat motivasi yang utama
adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktifitas kerja meningkat.
Orang yang termotivasi dalam bekerja adalah sebagai berikut;
1. Bekerja sesuai dengan standar. Artinya pekerjaan dapat diselesaikan
dengan tepat, dan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam
skala waktu yang sudah ditentukan.
2. Senang bekerja, yaitu senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang
dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat
orang senang mengerjakannya.
13
3. Merasa berharga, artinya orang yang merasa berharga / dihargai karena
hal ini terjadi bahwa pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang
yang termotivasi.
4. Bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi
untuk menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan.
5. Sedikit pengawasan.
6. Semangat juang yang tinggi.
2.1.5.2 Tehnik Untuk Meningkatkan Motivasi Kerja
Menurut Sunaryo (2013) ada beberapa cara yang digunakan untuk
memotivasi kerja seorang pegawai antara lain:
1. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), cara memotivasi
menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi
dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
2. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticemen), yaitu cara
memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan
sesuatu sesuai dengan harapan yang memberikan motivasi.
3. Memotivasi dengan identifikasi (motivasi by identification), yaitu cara
memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehinga individu berbuat
sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya
sendiri dalam mencapai tujuan.
14
2.1.6 Teori Kinerja Perawat
2.1.6.1. Pengertian
Menurut Payaman (2005), kinerja karyawan adalah kemampuan
dan keterampilan melakukan kerja. Menurut Mangkunegara (2009)
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance
(Prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh
seseorang) dan kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kwantitas yang di capai seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
2.1.6.2 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perawat.
Menurut Sedarmayanti (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja adalah:
1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shif
work) bekerja dalam suatu tim.
2. Tingkat ketrampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam
manajemen dan supervisi serta ketrampilan dalam tehnik profesi.
3. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan unit operasi.
4. Manajemen kinerja atau produktifitas yaitu manajemen yang efesien
yaitu dengan cara mengenali serta menghormati dan menghargai
dan melindunggi karyawan untuk mencapai peningkatan prestasi
kerja.
5. Efesien tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja.
15
6. Kreatifitas dalam bekerja dan berada jalur yang benar dalam ker
2.1.6.3. Penilaian kinerja perawat
Menurut Nursalam (2013) Penilaian kerja merupakan alat yang
paling dipercaya oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber
daya manusia yang produktivitas. Proses penilaian kinerja dapat
digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai
dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan
volume yang tinggi. Menurut Sikula yang kutip oleh Mangkunegara
(2009) “ penilaian kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari
pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan ”.
2.1.6.4. Prinsip-prinsip penilaian
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam buku pengembangan sumber
daya manusia, prinsip penilaian kerja antara lain:
1. Penilaian harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan (job
realated), artinya sistem penilaian harus benar-benar menilai
prilaku atau kinerja.
2. Adanya standart pelaksanaan kerja (performance standart):
Standart pelaksanaan adalah ukuran yang dipakai untuk menilai
prestasi kerja .
3. Praktis : sistem penilaian yang praktis mudah dipahami dan mudah
dimengerti dan mudah digunakan baik oleh penilai maupun
karyawan.
16
2.2 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1 Keaslian penelitian
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Isra Wahyuni Motivasi dan Kuantitatif Tidak ada perbedaanKinerja Perawat Cross motivasi, dan hasilPelaksana di Sectional penelitian menunjuk-Rumah Sakit kan kinerja yang baikBhayangkara perawat pelaksana.Medan ada hubungan antara
motivasi kerja dankinerja perawatpelaksana.
2 Nanda Motivasi dan Kuantitaif Motivasi respondenSuryani Kinerja Perawat Deskriptif menunjukkanSagala Pelaksana dalam Korelasi motivasi rendah
Memberikan dengan menunjukkanAsuhan presentase yang samaKeperawatan di terhadap kinerja diRSUP H. Adam RSUP H.Adam MalikMalik Medan Medan
17
2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Faktor yangmempengaruhimotivasi kerja
1. Faktor individual2. Faktor
organisasional
Tehnik meningkatkanmotivasi1. Memotivasi dengan
kekerasan2. Memotivasi dengan
bujukan3. Memotivasi dengan
identifikasi
MotivasiKebutuhan dasar kebutuhan primer dalam bekerjaKebutuhan rasa aman Mendapat perlindungan dalam bekerjaKebutuhan social Mendapat pengakuan Melakukan hubungan socialKebutuhan harga diri Mendapat penghargaanKebutuhan actual Kesempatan untuk berkembang
Indikator motivasi1. Bekerja sesuai standar2. Senang bekerja3. Merasa berharga4. Bekerja keras5. Sedikit pengawasan6. Semangat juang yg tinggi
Faktor yang mempengaruhi kinerja1. sikap kerja2. Tingkat ketrampilan3. Hubungan antara tenaga kerja
dg pimpinan
KinerjaPenilaiankinerja
Harapan
18
2.4. Fokus Penelitian
Gambar 2.2 Fokus Peneliti
Mengidentifikasifaktor eksternal
Mengidentifikasifaktor internal
Motivasi kerja Harapan perawatmeningkatkanmotivasi
Faktor yangmenghambatmotivasi
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian kualitatif akan menggunakan metode fenomenologi
deskriptif yang terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, instrumen dan prosedur pengumpulan data,
analisa data, keabsahan data, etika penelitian.
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
yaitu merupakan metode yang sifatnya kuat dalam mengkritik dengan
sistematis, menyelidiki fakta. Tujuannya adalah menggali pengalaman hidup
seseorang (Streubert & Carpenter,2003). Penelitian kualitatif merupakan
batasan yang digunakan dalam melakukan penelitian secara naturalistik untuk
mempelajari fenomena ditempat kejadiannya (Polit & Beck,2008).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan langkah awal yaitu menggali atau
mengeksplorasi langsung, menganalisis serta mendeskripsikan fenomena
gambaran motivasi kerja perawat di ruang Anggrek Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta. Proses penelitian deskriptif terdiri dari tiga tahap yaitu :
intuiting, analyzing dan describing ( Streubert & Carpenter,2003).
Pada tahap pertama adalah intuiting merupakan tahap dimana peneliti harus
masuk secara total danmenyatu dengan fenomena yang diteliti dan peneliti
mulai mengetahui tentang fenomena sesuai yang dijelaskan oleh partisipan.
Peneliti mendengarkan dan mempelajari data yang dijelaskan oleh partisipan
dan mengulang transkrip hasil wawancara. Dengan penjelasan yang teliti
20
maka peneliti mengetahui fenomena motivasi kerja perawat dalam pelayanan
diruang anggrek. Peneliti menghindari pertanyaan yang menggiring opini saat
wawancara agar data-data yang diberikan partisipan bersifat alami dan bebas
dari asumsi peneliti. Menurut Streubert & Carpenter(2003) Bracketing
merupakan suatu tehnik yang digunakan untuk membantu partisipan dalam
menggambarkan pengalaman hidupnya tentang suatu fenomena dengan cara
mengesampingkan atau menyimpan sementara atau keyakinan dan
pengetahuan yang dimiliki peneliti terhadap suatu fenomena tersebut.
Tahap kedua adalah analyzing yang mana meliputi mengidentifikasi
intisari/esensi dari fenomena dengan menggali data dasar dan bagaimana data
ditampilkan. Peneliti mulai mendalami/merenungkan data, tema atau
intisari/esensi dengan jelas, mendalami data, memeriksa serta menelaah secara
berulang untuk keakuratan data. Peneliti mulai mendalami dan mempelajari
data tentang gambaran motivasi kerja perawat, selanjutnya akan menelaah
secara berulang untuk keakuratan data.
Tahap ketiga, describing yang tujuannya untuk menyampaikan dan
memperoleh tulisan serta gambaran verbal dari elemen-elemen penting. Pada
tahap ini peneliti membuat narasi yang mendalam serta luas tentang fenomena
motivasi kerja perawat.
3.2 Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Anggrek di Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta, tempat ini dipilih karena ruangan ini merupakan ruang perawatan
21
kelas VIP dan kelas I dimana tuntutan pasien terhadap mutu pelayanan yang
diharapkan sangat tinggi, sehingga beban kerja perawat juga tinggi.
Waktu penelitian dimulai pada bulan April minggu pertama sampai minggu
ketiga Juni 2015.
3.3 Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan populasi perawat
ruang Anggrek Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang berjumlah 4 orang.
Istilah partisipan digunakan untuk menyatakan sampel dalam penelitian
kualitatif dan dipilih berdasarkan kemampuan dalam memberikan informasi
tentang fenomena ( Moloeng, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah
perawat di ruang Anggrek RS Panti Waluyo Surakarta yang berjumlah 21
orang. Tehnik pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling,
yaitu tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan ( Sugiyono, 2007 ).
Kriteria partisipan pada penelitian ini adalah :
3.3.1 Perawat yang bekerja di Ruang Anggrek pendidikan minimal DIII
Keperawatan.
3.3.2 Perawat yang langsung memberikan asuhan keperawatan pada klien.
3.3.3 Perawat memiliki pengalaman bekerja di Rumah Sakit minimal 3 tahun
3.3.4 Bersedia menjadi partisipan.
22
Berdasarkan saturasi data dan kriteria inklusi maka digunakan partisipan
sejumlah 4 perawat Anggrek. Setelah penentuan kriteria maka peneliti
mencari informasi dari partisipan yang memenuhi kriteria dan sekaligus
melakukan pendekatan awal. Dengan tehnik pengambilan partisipan yang
dilakukan secara terus menerus sampai data dalam penelitian mencapai titik
jenuh atau saturation point (Poerwandari, 2005).Yang juga menekankan
tentang cara pengambilan partisipan dengan memperhatikan beberapa hal
seperti diarahkan pada kasus-kasus spesifik sesuai kekhususan masalah
dalam penelitian, partisipan dapat berubah dalam hal jumlah dan
karakteristiknya, dan diarahkan pada kecocokan konteks.
3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti
sendiri. Sedangkan alat bantu pengumpulan data untuk membantu peneliti
adalah smartphone dan field note atau catatan lapangan serta pedoman
wawancara.
Peneliti melakukan wawancara yang mendalam ( Indepth interview ),
agar dapat menggali atau mengeksplorasi scara mendalam tentang
gambaran motivasi kerja perawat. Alat bantu yang digunakan peneliti dalam
pengumpulan data adalah smartphone yang digunakan untuk merekam
ungkapan atau respon verbal partisipan. Sedangkan field note digunakan
sebagai panduan dalam menuliskan hasil pengamatan atau hasil pandangan
mata selama wawancara, umumnya pengamatan yang terekam adalah
23
pandangan umum saat wawancara seperti keterbukaan dalam menyampaikan
informasi (gerakan tangan,sikap tubuh,posisi tubuh partisipan). Peneliti
melakukan wawancara kepada partisipan untuk mendapatkan data. Hasil
rekaman wawancara selanjutnya dibuat transkrip wawancara dan sebagai
evaluasi diri peneliti mendiskusikan dengan pembimbing. Hasil evaluasi dan
masukan dari pembimbing adalah peneliti harus memperhatikan pertanyaan-
pertanyaan yang menggiring opini, harus lebih menggali pernyataan
partisipan yang kurang jelas atau mengambang, pertanyaan harus saling
terkait dan bila perlu menyusun daftar pertanyaan.
3.4.2 Prosedur Pengumpulan data
Sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu peneliti, menghubungi
partisipan untuk menentukan waktu dan tempat wawancara. Pertemuan
bertujuan untuk membina hubungan saling percaya, melakukan informed
consent serta menjelaskan tentang penelitian, selanjutnya setelah partisipan
memahami maka mempersilahkan partisipan mengisi lembar persetujuan
untuk berpartisipasi serta menandatangani dan membuat kesepakatan
wawancara. Wawancara dilakukan pada partisipan perawat ruang Anggrek
pada saat diluar jam kerja atau selesai dinas.
Seluruh wawancara dilakukan dengan posisi duduk berhadapan antara
peneliti dengan partisipan dengan satu meja kerja. Alat perekam diletakkan
diatas meja. Lama wawancara antara 20-30 menit untuk setiap partisipan.
24
Wawancara dengan partisipan pertama (P1) dilakukan pada tanggal 17
April 2015 pukul 15.00-15.20 WIB atau selama 20 menit. Wawancara
dilakukan di ruang Supervisor karena ruangan ini nyaman, ber AC, tenang
dan jauh dari kebisingan ataupun rutinitas pasien.
Wawancara dengan partisipan ke dua (P2) dilakukan pada tanggal 17
April 2015 pukul 19.00-19.20 WIB atau selama 20 menit. Partisipan
bersedia dilakukan wawancara sebelum melakukan aktifitas pada shift
malam,wawancara dilakukan di ruang Supervisor.
Wawancara dengan partisipan ke tiga dilakukan pada hari Minggu 7 Juni
2015 pukul 07.00- 07.25 WIB atau sekitar 25 menit. Wawancara dilakukan
di ruang Supervisor.
Wawancara dengan partisipan keempat dilakukan pada tanggal 7 Juni
2015 pukul 11.00-11.22 WIB diruang Supervisor. Kegiatan wawancara
berakhir saat informasi yang didapat sesuai dengan gambaran motivasi kerja
perawat pada pelayanan di ruang anggrek dan kemudian mengucapkan
terimakasih serta menjelaskan bahwa wawancara telah selesai. Partisipan
mempersilahkan untuk wawancara lagi jika data yang dibutuhkan belum
lengkap sedangkan untuk validasi atau klarifikasi data dilakukan saat
wawancara dengan partisipan berikutnya, hal ini sesuai kesepakatan
partisipan dan peneliti.
3.5 Analisa data
Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
25
ke dalam pola, kategori dan satu uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema
tertentu (Moleong, 2007).
Proses analisa dalam penelitian ini mengunakan langkah-langkah dari
Colaizzi (Streubert & Carpenter,2003). Alasan pemilihan metode analisa ini
memberikan langkah-langkah yang jelas, sistematis, rinci dan sederhana.
Selanjutnya peneliti membuat transkrip wawancara dengan cara
memindahkan hasil wawancara ke computer kemudian memutar kembali
hasil rekaman sambil menuliskan kata-kata. Catatan lapangan segera dibuat
dan dintegrasikan ke transkrip wawancara sesuai dengan respon kejadian
selama wawancara. Peneliti mendapat pengalaman mendalam tentang
fenomena gambaran motivasi kerja perawat, kemudian melakukan analisa
data sebagai berikut :
3.5.1 Peneliti membaca berulang-ulang seluruh pernyataan partisipan, hal
ini dilakukan untuk menemukan pernyataan-pernyataan atau
informasi bermakna tentang gambaran motivasi kerja perawat.
3.5.2 Menentukan pernyataan-pernyataan yang signifikan sesuai dengan
tujuan penelitian, selanjutnya peneliti mengidentifikasi kata kunci
dan memperhatikan catatan lapangan dengan maksud untuk
memperkuat justifikasi pembentukan kata kunci.
3.5.3 Kata kunci yang sudah terbentuk dan memiliki arti yang hamper sama
diformulasikan menjadi suatu kategori, untuk menghindari data yang
tidak sekelompok dan penyimpangan arti maka peneliti dalam
menentukan kategori dilakukan dengan hati-hati.
26
3.5.4 Kategori yang sama dikelompokkan dalam tema. Tema yang sudah
terbentuk disesuaikan dengan merujuk kepada tujuan penelitian.
3.5.5 Menuliskan gambaran mengenai motivasi kerja perawat dalam
pelayanan di ruang Anggrek Rumah Sakit Panti Waluyo.
3.5.6 Gambaran yang telah dibuat dikoreksi oleh pembimbing kemudian
memvalidasi hasil transkrip dan tema kepada pertisipan dan
mengklarifikasi tema-tema tersebut.
Penulisan narasi hasil penelitian merupakan proses akhir dari analisa data
dan dilakukan peneliti dengan rinci dan sistematis agar mudah dipahami
pembaca dan pembaca mendapat gambaran yang jelas terkait gambaran
motivasi kerja perawat.
Kata kunci, kategori dan tema dibuat dalam bentuk skema atau uraian
untuk menggambarkan mekanisme pembentukan masing-masing tema.
Beberapa contoh pernyataan penelitian digambarkan peneliti berdasarkan
masing-masing kategori.
3.6 Keabsahan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara harus memenuhi syarat dan
terpercaya sehingga data tersebut harus menunjukkan credibility ( dapat
dipercaya ), dependability ( konsisten ), dan transferability ( bisa digunakan
di kontek lain ). Pada penelitian aspek keabsahan data meliputi credibility,
dependability dan confirmability.
27
Credibility yang dilakukan peneliti adalah dengan mengumpulkan data
yang selengkapnya melalui wawancara mendalam sehingga data dapat
diperoleh dengan subyektif dan selengkap mungkin. Peneliti memenuhi aspek
ini dengan cara memperlihatkan transkrip wawancara dan kisi-kisinya kepada
partisipan sambil melaksanakan wawancara yang berikutnya.
Dependability dari data kualitatif adalah kestabilan data dari waktu ke
waktu pada tiap kondisi. menunjukkan apakah hasil penelitian mengacu pada
kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan
menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik
kesimpulan.
Comfirmability adalah objektivitas atau netralitas data, dimana tercapainya
persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti dari data
(Poli&Beck,2004). Peneliti menunjukkan transkrip hasil wawancara serta
catatan lapangan, tabel kategori dan tema pada pembimbing sebagai penelaah
eksternal.
3.7 Etika Penelitiaan
Menurut (Darma, 2011) dalam melakukan penelitian harus memperhatikan
prinsip-prinsip etik dalam penelitian diantaranya adalah autonomy,
beneficience, anonymity dan justice.
Prinsip Autonomy merupakan prinsip mengharagai martabat manusia
dengan memberikan hak untuk menentukan pilihan dan hak mendapat
penjelasan secara lengkap. Peneliti memberikan kebebasan pada partisipan
28
dalam menentukan pilihan untuk ikut sebagai partisipan atau tidak tanpa
paksaan, sehingga keikutsertaan dalam peneliotian bersifat sukarela. Peneliti
menjelaskan bahwa tidak akan keberatan jika dalam proses wawancara
partisipan memutuskan untuk menghentikan keterlibatannya. Pada proses
penelitian ini semua partisipan telah menyetujui untuk berpartisipasi dengan
menandatangani lembar persetujuan.
Prinsip Beneficence merupakan prinsip menghargai martabat manusia dan
prinsip keadilan. Agar prinsip beneficence terpenuhi maka peneliti
memastikan bahwa penelitian yang akan dilakukan bebas dari bahaya fisik
maupun emosional dan eksploitasi serta memberikan manfaat bagi partisipan.
Pada saat wawancara peneliti berusaha menghindari pertanyaan yang
memungkinkan dapat menyebabkan ketidaknyamanan partisipan ( merasa
tereksploitasi ) dan dapat menstimulus timbulnya emosional atau peneliti tidak
memaksa pertisipan untuk mengungkapkan hal-hal yang tidak ingin
diceritakan. Peneliti memberi kebebasan pada partisipan untuk menentukan
waktu, tempat dan lamanya proses wawancara serta peneliti berusaha
melaksanakan wawancatra sesuai kesepakatan partisipan karena partisipan
menyediakan wawancara sesuai waktu kosong partisipan atau setelah
bertugas.
Prinsip Anonimity merupakan prinsip dimana peneliti harus menjaga
kerahasiaan partisipan dan menjamin bahwa data yang diberikan partisipan
dirahasiakan atau tidak dipublikasikan kepada pihak yang tidak terkait. Hak
anonymity dipenuhi peneliti dengan tidak mencantumkan nama partisipan atau
29
hanya mencantumkan inisial / kode pada lampiran data demografi partisipan.
Prinsip Justice merupakan hak mendapatkan perlakukan yang adil dan hak
mendapatkan keleluasaan pribadi. Peneliti menghargai partisipan sesuai
dengan norma yang berlaku. Untuk memenuhi prinsip ini maka peneliti
memperlakukan semua partisipan secara adil dengan tidak membeda-bedakan
dan memberikan hak sama pada semua partisipan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada Bab empat dijelaskan mengenai hasil penelitian tentang gambaran
motivasi kerja perawat di Ruang Anggrek Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
Pada bab ini dibagi dalam 3 bahasan yaitu : diskripsi tempat penelitian,
karakteristik partisipan dan hasil penelitian. Tema-tema yang didapatkan dari
penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan pada
empat perawat yang bertugas di Ruang Anggrek Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta. Tema yang didapat meliputi empat tema yaitu : rasa caring sebagai
perawat, pemberian reward terhadap kinerja perawat, beban kerja yang tinggi dan
peningkatan kualitas SDM. Berikut uraian dari diskripsi tempat penelitian serta
hasil analisis tema yang muncul.
4.1. Diskripsi tempat penelitian
Rumah Sakit Panti waluyo Surakarta adalah Rumah Sakit swasta type C
dengan kapasitas jumlah tempat tidur 146 tempat tidur. Rumah sakit ini
mampu memberikan pelayanan spesialis dan superspesialis. Rumah sakit ini
juga menerima pasien dengan fasilitas BPJS, Jamkesmas, asuransi dan umum.
Untuk BOR tahun 2014 adalah 83 %.
31
4.2. Karakteristik Partisipan
Karakteristik partisipan adalah 4 perawat di Ruang Anggrek Rumah Sakit
Panti Waluyo Surakarta. Saturasi data tercapai dengan 4 partisipan tersebut.
Dan karakteristik partisipan diuraikan sebagai berikut :
4.2.1 Partisipan 1 ( P1)
Partisipan pertama adalah seorang perawat wanita yang bernama Ny M,
usia 39 tahun, pendidikan terakhir DIII Keperawatan dengan masa kerja
15 tahun, sebagai perawat Katim di ruang Anggrek.
4.2.2 Partisipan 2 ( P2)
Partisipan kedua adalah Ny T usia 44 tahun, masa kerja 20 tahun ,
pendidikan terakhir DIII Keperawatan sebagai perawat Katim.
4.2.3 Partisipan 3 ( P3)
Partisipan ketiga adalah Ny K usia 39 tahun sebagai perawat Katim
dengan masa kerja 18 tahun,
4.2.4 Partisipan 4 ( P4)
Partisipan ke empat adalah Ny A usia 42 tahun dengan masa kerja 19
tahun, jabatan saat ini perawat Katim
4.3. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara kepada partisipan dan setelah dilakukan
analisis terhadap jawaban partisipan , maka hasil penelitian gambaran
motivasi kerja perawat adalah sebagai berikut :
32
4.3.1 Tema 1 : Rasa caring sebagai perawat
Tema rasa caring perawat terdapat tujuh kategori : 1) perasaan bangga
terhadap profesi 2) merasa percaya diri 3) menjiwai pekerjaan 4) rasa
ingin membantu 5) menjalin kerjasama dan berhubungan baik 6)
menghargai 7) kepedulian.
Berikut ungkapan partisipan :
1. Perasaan bangga terhadap profesi
“... saya kan bekerja disini itu dipilih dari beberapa pelamar kanmbak, jadi kan suatu kebanggaan...” ( P1 ).
“... saya bangga dengan profesi saya...” ( P3 ).
“... saya sangat senang dengan profesi saya...” ( P4 )
Keempat partisipan mengungkapkan perasaan bangga sebagai
profesi perawat karena bagi mereka profesi perawat adalah
pekerjaan yang mulia, dimana mereka bisa memberikan pelayanan
secara holistik kepada pasien yang membutuhkan pelayanan.
2. Merasa percaya diri
“... harus percaya diri...biar pasien juga percaya dengan kita...” (
P1 )
“...kalau tidak percaya diri tentunya tidak bisa memberikanpelayanan ke pelanggan dengan baik...” ( P2 ).
“... kita harus punya rasa percaya diri...” ( P3 ).
“...dengan rasa percaya diri itu juga akan menunjang kita dalambekerja...” ( P4 ).
Keempat partisipan menyatakan tentang rasa percaya diri mereka
dengan profesi sebagai perawat karena menurut keempat partisipan
33
dengan rasa percaya diri yang tinggi yang timbul dari dalam akan
membuat pekerjaan yang dilakukan bisa terasa ringan sehingga akan
berdampak pada hasil kerja yang maksimal. Partisipan mempunyai
rasa percaya diri yang tinggi terhadap kemampuan yang
dimilikinya. Partisipan juga menyatakan dengan rasa percaya diri
yang tinggi akan mampu membuat pasien yang dirawat mempunyai
kepercayaan kepada perawat sehingga akan menunjang dalam
proses penyembuhan.
3. Menjiwai pekerjaan
“...sangat menikmati pekerjaan saya mbak, karena denganpekerjaan ini wawasan saya bertambah dan pengetahuan jugabertambah...” ( P2 ).
“...ibaratnya pekerjaan perawat itu sekarang menjadi bagian hidupsaya...” ( P3 ).
“...disini itu hampir 20 tahun jadi saya menganggap sepertidirumah saya sendiri...” ( P4 )
Perawat menjiwai pekerjaan ini bisa disimpulkan dari pernyataan
partisipan bahwa mereka dalam melakukan pekerjaan ini sangat
menikmati, tidak ada faktor terpaksa. Dan satu partisipan juga
mengungkapakan bahwa pekerjaan perawat itu sudah menjadi
bagian dari hidupnya, dalam arti sebagian aktivitas hidupnya adalah
melakukan pekerjaan perawat. Dan lingkungan kerja juga sudah
dianggapnya seperti rumah sendiri.
4. Rasa ingin membantu
“... saya ingin membantu orang yang membutuhkan pelayanansaya...” (P2)
34
Partisipan disini menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan
adalah bertujuan untuk membantu orang yang sangat membutuhkan
pelayanannya, sehingga partisipan sangat berharap pelayanan yang
dilakukan benar benar bisa bermanfaat bagi sesama.
5. Menjalin kerjasama dan berhubungan baik
“... mau menerima saya dan mereka juga mau bekerjasama dengansaya...” (P1).
“... menjalin hubungan dengan teman maupun sejawat memangsangat penting...” (P2)
“...saya selama ini berhubungan baik...” (P2).
“... dengan adanya kita menjalin hubungan dengan teman sejawatatau teman antar bagian akan memudahkan pekerjaan kita...” (P3).
“...hubungan baik dengan rekan kerja itu yang saya utamakan...”(P4).“...rasa kekeluargaan terasa sekali...” (P1).
Menjalin kerjasama dengan rekan kerja ataupun antar bagian adalah
sangat penting dalam menunjang keberhasilan pekerjaan.
Keberhasilan pelayanan tidak terlepas dari kerjasama tim yang baik.
Dan rasa kekeluargaan yang terjalin dalam tim kerja juga akan
menunjang pekerjaan itu. Hubungan dengan antar bagian sangat
dibutuhkan karena pelayanan keperawatan selalu berhubungan
dengan bagian lain dan tidak berdiri sendiri.
6. Menghargai
“...didalam bekerja itu kita saling menghargai satu sama lain...”
(P1).
35
“... saya merasa sangat dihargai oleh teman kerja dan atasan sayajuga...” (P2).
“... rekan-rekan itu menghargai, atasan juga menghargai...” (P3).
“... sesama rekan kerja tentunya saling menghargai keberadaanmasing-masing...” (P4).
Menjalani pekerjaan itu selalu berhubungan dengan orang lain, dan
untuk membuat hubungan itu selalu harmonis diperlukan rasa
saling menghargai baik dengan rekan kerja maupun dengan atasan.
Karena baik rekan kerja atau atasan adalah satu tim dalam
menjalankan pekerjaan. Berhasil tidaknya pekerjaan itu menjadi
tanggung jawab bersama.
7. Kepedulian.
“...atasan juga peduli...”(P3).
Salah satu partisipan menyatakan kepedulian atasan dalam hal
pemberian cuti mendadak atau permintaan libur untuk keperluan
penting sangat membantu bawahan. Sehingga dengan rasa peduli itu
tidak akan mengganggu jalannya pelayananan. Hal tersebut juga
berlaku untuk semua karyawan diruangan itu, tidak ada pilih kasih
dalam hal ini.
Skema mengenai tema rasa caring sebagai berikut dapat dilihat
pada gambar berikut :
36
Gambar 4.1 Skema Tema : Rasa Caring sebagai perawat
4.3.2 Tema 2 : Pemberian reward terhadap kinerja
1. Pemberian tunjangan kerja
Pemberian tunjangan kerja yaitu berupa pemberian insentif, pemberian
THR (Tunjangan Hari Raya), mendapat seragam baru , berikut ungkapan
partisipan yang menyatakan hal tersebut
“... insentif diberikan 6 bulan...” (P1).
“...insentif kita mendapatkan setiap 6 bulan sekali...” (P2).
“... insentif diberikan 1 tahun sekali pada pertengahan Juni...” (P3).
“... kita terima insentif 1 tahun sekali...” (P4).
Bangga dengan profesiSenang dengan profesi
Perasan banggaterhadap profesi
Percaya diri
Menjiwai pekerjaan
Bagian hidupSeperti rumah sendiriMenikmati
Merasa percaya diri
Ingin membantuRasa inginmembantu
BekerjasamaBerhubungan baikkekeluargaan
Menjalin kerjasamadan berhubunganbaik
Menghargai Menghargai
Atasan peduli Kepedulian
Rasa caringsebagai perawat
37
Analisis dari keempat partisipan menyatakan bahwa sebagai penghargaan
dalam bekerja mereka mendapatkan tunjangan insentif yang diberikan
sekali dalam setahun. Insentif merupakan penghargaan bagi penilaian
kinerja bagi karyawan. Ungkapan partisipan juga menyatakan bahwa
pemberian insentif bisa menimbulkan kecemburuan, dikarenakan
menurut mereka tidak sesuai dengan beban kerja karyawan. Harapan
partisipan tunjangan insentif itu diberikan bukan berdasarkan nilai
kinerja saja tapi berdasarkan laba rumah sakit.
Selain insentif pemberian reward terhadap kinerja juga berupa THR,
berikut ungkapan partisipan :
“... THR Natal dapat 1 kali gaji...” (P1).
“... kalau untuk THR kami juga mendapatkan 1 bulan gaji...” (P2).
“... kami mendapatkan THR 1 kali gaji pada bulan Desember...” (P3).
“... Untuk rupiahnya kalau THR Natal kita menerima 1 kali gaji...” (P4).
Tunjangan hari raya di berikan pada bulan Desember dengan nominal 1
kali gaji. Dengan pemberian THR ini sangat membantu karyawan dlam
memenuhi kebutuhan. Selain THR natal juga mendapat tunjangan Paskah
yang diberikan pada hari besar Paskah. Pemberian tunjangan ini adalah
bentuk penghragaan rumah sakit terhadap karyawannya.
Tunjangan yang lain yaitu mendapat seragam baru,berikut ungkapan
partisipan :
“... mendapat seragam baru...” (P1)
”... untuk seragam kami dapat setahun 2x...” (P2)
38
“... dalam 1 tahun mendapat seragam 2x...” (P3).
“... setiap tahun mendapat jatah seragam 2x...” (P4).
Partisipan mengungkapkan bahwa dalam satu tahun karyawan mendapat
jatah seragam baru sebanyak 2 kali. Seragam tersebut memang sangat
mendukung penampilan karyawan, dan merupakan salah satu bentuk
pemberian kesejahteraan bagi karyawan.
2. Pemberian fasilitas jaminan kesehatan
Fasilitas jaminan kesehatan berupa fasilitas berobat gratis, berikut
ungkapan partisipan :
“... fasilitas pengobatan untuk obat-obatan kalau sesuai formulariumgratis...” (P1)“... fasilitas pengobatan memang dapat fasilitas gratis...”(P2).
“...fasilitas pengobatan gratis dari Rumah Sakit saya acungi jempol...”
(P3).
“... fasilitas pengobatan pada karyawan ditanggung Rumah Sakit...”
(P4).
Rumah sakit memberikan fasilitas pengobatan gratis bagi seluruh
karyawannya, fasilitas itu berupa periksa rawat jalan maupun rawat inap,
serta fasilitas penunjang lainnya. Pemberian fasilitas berobat gratis itu
juga bisa dirasakan oleh keluarga karyawan inti yaitu suami, istri dan 3
anak tertanggung. Pemberian fasilitas pengobatan gratis ini sangat
membantu karyawan dalam kejahteraan kesehatan, bagi mereka
kesehatan sangat mahal harganya, biaya yang dikeluarkan untuk berobat
39
juga tidak sedikit sehingga bagi karyawan fasilitas ini sangat bermanfaat
sekali.
3. Pemberian penghargaan masa kerja
Pemberian penghargaan masa kerja disini berupa cincin, berikut
pernyataan partisipan :
“... mendapat penghargaan berupa cincin...” (P1)
“... untuk karyawan yang sudah lama bekerja misalnya 10 tahun adapenghargaan berupa cincin...” (P2).
“... peghargaan untuk karyawan dengan masa kerja 10 tahun...” (P3).
“... kita memang diberi penghargaan berdasar masa kerja...” (P4).
Analisis dari empat partisipan menghasilkan bahwa partisipan
menyatakan ada penghargaan kepada karyawan berdasarkan masa kerja
yaitu berupa cincin sesuai dengan masa kerjanya. Untuk masa kerja 10
tahun mendapat cincin 3 gram, untuk masa kerja 20 tahun mendapat
cincin 5 gram dan untuk masa kerja 30 tahun karyawan mendapat
cincin 3 gram. Hal ini juga meningkatkan motivasi dalam kerja.
4. Pemenuhan fasilitas keselamatan kerja
Pemenuhan fasilitas keselamatan kerja bagi perawat berupa
perlengkapan keselamatan kerja, berikut ungkapan partisipan:
“... ada mbak perlengkapan keselamatan kerja misalnya handscoon,masker, scort...” (P1).
“... diruangan kami perlengkapan untuk keselamatan kerja sudahtersedia semua...” (P2).
“... melakukan pekerjaan didalam keselamatan kerja denganperlengkapan keselamatan kerja...” (P3).
40
“... kalau ditempat kami ada alat untuk pengamanan diri...” (P4).
Analisis dari empat partisipan menghasilkan bahwa partisipan
menyatakan perlengkapan keselamatan kerja disediakan oleh rumah
sakit guna menunjang pelayanan ke pasien. Rumah sakit menyediakan
fasilitas tersebut di tiap ruangan untuk mendukung keselamatan kerja
perawat.
Secara lebih rinci analisa tema Pemberian reward terhadap kinerja
dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Gambar 4.2 Skema Tema : Pemberian reward terhadap kinerja
Dapat vouchermakanMendapat insentifMendapat bingkisansembakoMendapat THRMendapat seragambaru
Pemberian tunjangankerja
Pengobatan gratis
Pemberian fasilitasjaminan kesehatan
PenghargaanPemberian penghargaanmasa kerja
Fasilitas keselamatankerja
Pemenuhan fasilitaskeselamatan kerja
Pemberian rewardterhadap kinerja
41
4.3.3 Tema 3 : Beban kerja yang tinggi
1. Jumlah pasien banyak
Beban kerja yang tinggi dikarenakan jumlah pasien banyak , berikut
ungkapan partisipan :
“... rasa bosan itu kalau pasien banyak...” (P1).
“...pasiennya banyak...” (P2).
“... pasien penuh...” (P4).
Analisis dari tiga partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan
dengan jumlah pasien yang banyak membuat beban kerja juga tinggi
sehingga sering hal tersebut merupakan salah satu faktor pemicu rasa
bosan dalam bekerja.
2. Komplain pasien banyak
Komplain yang banyak merupakan salah satu faktor memicu rasa bosan
perawat dalam bekerja, berikut ungkapan partisipan :
“... komplainnya juga banyak..” (P1).
“... pasien juga ada yang komplain...” (P2).
“... banyak komplain...” (P4).
Analisis dari tiga partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan
komplain pasien juga merupakan hambatan dalam bekerja. Rasa bosan
perawat dalam bekerja sering dipicu karena banyak komplain dari pasien.
Keinginan untuk refresing atau mengambil cuti adalah salah satu cara
untuk mengatasi rasa kebosanan.
42
3. Pekerjaan banyak
“... pekerjaan kita juga banyak..” (P1).
“... pekerjaan banyak... repot...” (P4).
Analisis dari dua partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan
bahwa perasaan bosan sering muncul karena dipengaruhi oleh pekerjaan
yang banyak. hal itu juga terkait dengan jumlah pasien yang banyak akan
berpengaruh pada banyaknya pekerjaan dan banyaknya keluhan pasien.
4. Rasa kecewa
“... permintaan jadwal tidak dipenuhi...” (P1).
Analisis dari satu partisipan menghasilkan bahwa partisipan menyatakan
bahwa rasa kecewa timbul karena ada permintaan jadwal kita tidak
dipenuhi, padahal itu sangat kita butuhkan dan menurut kita adalah
penting.
Secara lebih rinci analisa tema beban kerja yang tinggi dapat di lihat pada
skema berikut ini :
Gambar 4.3 Skema Tema : Beban kerja yang tinggi
Pasien banyak Pasien banyak
Beban kerjayang tinggi
Komplain banyak Komplainbanyak
Pekerjaan banyakRepot Pekerjaan
banyakJadwal tidakdipenuhi
Rasa kecewa
43
4.3.4 Tema 4 : Peningkatan kualitas SDM
1. Kesempatan mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan
Kesempatan mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan sudah
dirasakan oleh perawat, berikut ungkapan partisipan :
“... kita selalu diberi kesempatan, di jadwal bergilir...” (P1).
“... pelatihan kami pasti secara bergiliran diberi kesempatan...” (P2).
“... 1 atau 2 kali pelatihan itu masih diikutkan...” (P3).
“... kita diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan, contohnyaseminar, Out House Trainning, In House Trainning, pelatihan...” (P4).
Analisis dari empat partisipan menghasilkan bahwa partisipan
menyatakan diberi kesempatan mengikuti pelatihan secara bergantian.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan dan
ketrampilan SDM guna menunjang pelayanan. Baik pelatihan yang
bersifat internal yang diselenggrakan oleh rumah sakit ataupun kegiatan
pelatihan yang bersifat eksternal yang dilakukan di luar rumah sakit.
Untuk penunjukan SDM yang diikutkan berdasarkan kompetensi yang
dibutuhkan.
2. Kesempatan peningkatan jenjang karir
Kesempatan peningkatan jenjang karir bisa dirasakan oleh SDM yang
membutuhkan, berikut ungkapan partisipan :
“... kita juga diberi kesempatan untuk sekolah lagi...” (P1).
“... diberi kesempatan mbak untuk pendidikan lagi...” (P2).
“... kalau dari Rumah Sakit juga memberi kesempatan bagi saya untuksekolah lagi...” (P3).
44
“... selama ini Rumah Sakit memberikan kesempatan meningkatkanpendidikan ke jenjang lebih tinggi...” (P4).
Analisis dari keempat partisipan menghasilkan bahwa partisipan
menyatakan diberi kesempatan untuk sekolah lagi. Partisipan
menyatakan diberi kesempatan mengikuti pendidikan berkelanjutan dari
SPK ke DIII ataupun ke S1 Keperawatan. Untuk fasilitas yang diberikan
rumah sakit berupa pinjaman lunak dan dispensasi waktu untuk
pendidikan.
Secara lebih rinci analisa tema peningkatan kualitas SDM dapat di lihat
pada skema berikut ini :
Gambar 4.4 : Skema Tema : Peningkatan kualitas SDM
Diberi kesempatanpelatihan
Kesempatan mendapatkanketrampilan danpengetahuan Peningkatan
kualitasSDM
Diberi kesempatanpendidikan lagi Kesempatan peningkatan
jenjang karir
45
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang uraian hasil penelitian dan analisa kesenjangan
penelitian, perbandingan hasil penelitian dengan teori. Penelitian ini berfokus
pada gambaran motivasi kerja perawat di rumah sakit Panti Waluyo. Partisipan
yang terpilih adalah perawat ruang Anggrek Rumah Sakit Panti Waluyo
Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengidentifikasi empat tema.
Selanjutnya peneliti membahas masing-masing tema yang teridentifikasi
berdasarkan tujuan khusus yang diharapkan, berikut ini dipaparkan pembahasan
dari hasil penelitian dan analisis data penelitian.
5.1 Tujuan 1 : Mengidentifikasi Motivasi Kerja Internal Perawat
Hasil wawancara tentang motivasi kerja internal perawat didapatkan data
penelitian yang ditemukan yaitu rasa caring perawat, tema rasa caring
perawat dibentuk dari tujuh kategori yaitu : 1) perasaan bangga terhadap
profesi perawat 2) merasa percaya diri 3) menjiwai pekerjaan 4) rasa ingin
membantu 5) menjalin kerjasama dan berhubungan baik 6) menghargai 7)
kepedulian.
5.1.1 Perasaan bangga terhadap profesi perawat
Semua partisipan mengungkapkan bahwa faktor motivasi kerja
internal perawat dapat muncul dari perasaan bangga terhadap profesi
karena terpilih dari berbagai pelamar dan sudah mengabdikan diri
46
sebagai perawat selama 20 tahun serta menganggap rumah sakit tempat
bekerja seperti rumah sendiri.
Uraian tersebut sesuai dengan Purnomo (2004) menyatakan ada tiga
faktor sebagai sumber motivasi yaitu: 1) kemungkinan untuk
berkembang, 2) jenis pekerjaan itu, 3) apakah mereka dapat merasa
bangga menjadi bagian dari pekerjaannya.
Disamping itu ada beberapa aspek yang berpengaruh terhadap
motivasi kerja individu, yaitu rasa aman dalam bekerja, mendapatkan
gaji yang adil dan kompetitif, lingkungan kerja yang menyenangkan,
penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari
manajemen. Dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan
keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan
rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan standar
keberhasilan serta bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat
menjadi faktor pemicu kerja karyawan.
5.1.2 Merasa percaya diri
Pernyataan partisipan bahwa rasa percaya diri akan kemampuan
ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki sebagai perawat akan
membuat pasien yang dirawat lebih mempercayai pelayanan kita.
Uraian tersebut sesuai menurut Branden (dalam Iswidharmanjaya
dan Agung, 2005) mengatakan dengan kepercayaan diri yang cukup,
seorang individu dapat mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya
dengan yakin dan mantap. Kepercayaan yang tinggi sangat berperan
47
dalam memberikan sumbangan yang bermakna dalam proses kehidupan
seseorang, karena apabila individu percaya dirinya tinggi mampu untuk
melakukan sesuatu, maka akan timbul motivasi pada diri individu untuk
melakukan hal-hal dalam hidupnya.
5.1.3 Menjiwai pekerjaan
Menjiwai pekerjaan merupakan ungkapan partisipan dimana mereka
menikmati pekerjaan perawat yang sudah ditekuni puluhan tahun
sehingga sudah menjadi bagian dari hidupnya profesi perawat tersebut.
Uraian tersebut sesuai dengan konsep Caring. Caring merupakan
jantung dari keperawatan,caring sangat penting bagi semua orang
dimana berfokus untuk pengembangan dan kesejahteraan antara lain
ditunjukkan dengan aplikasi yang terarah dari pikiran, tubuh dan jiwa
menuju hasil maksimal yang positif dalam diri seseorang yang dirawat.
Caring cukup luas tidak terbatas pada kasih sayang, perhatian,
kehadiran, perlindungan, kesejahteraan, memberikan sentuhan dan
membina kedekatan dengan klien. Caring dalam keperawatan untuk
membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sendiri jika pasien
mampu atau memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan sehingga
klien dapat melakukan aktivitas sendiri dengan sesegera mungkin
dalam pemenuhan kebutuhannya (Creasia&Parker,2001).
5.1.4 Rasa ingin membantu
Selain itu juga ada ungkapan partisipan karena rasa ingin membantu
sesama yang membutuhkan pelayanan keperawatan.
48
Uraian tersebut sesuai dengan Potter and Perry (2009) yaitu
mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai caring
menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi layanan. Menjadikan
kehadiran yang menentramkan, mengenali individu sebagai sesuatu
yang unik, dan menjaga kebersamaan dan perhatian penuh kepada klien
merupakan sikap pelayanan yang dinilai klien.
Nilai- nilai dalam konsep caring ( Watson) diantaranya konsep
tentang manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Konsep
tentang manusia meliputi keinginan untuk dirawat, dihormati,
mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu. Kesehatan merupakan
menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
5.1.5 Menjalin kerjasama dan berhubungan baik
Menjalin kerjasama dan berhubungan baik merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan pelayanan, kerjasama dengan rekan sejawat
ataupun kerjasama dengan antar bagian akan memudahkan pekerjaan.
Hubungan baik antar rekan kerja dan atasan akan menimbulkan
motivasi kerja dan membuat suasana kerja menjadi nyaman dan
harmonis.
Uraian tersebut sesuai dengan teori motivasi dari Herzbreg ( dalam
Suwatno, 2011) motivasi kerja dapat dipengaruhi atas dua faktor antara
lain faktor lingkungan (eksternal), meliputi : hubungan dengan teman
sejawat, suasana kerja, dan jaminan kerja. Bila hal tersebut kurang
49
optimal dapat berdampak terhadap prestasi kerja (kinerja) yang
akibatnya pada kepuasan kerja dan kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang telah diterimanya.
5.1.6 Menghargai
Partisipan menyatakan rasa saling menghargai dengan rekan kerja
maupun atasan sangat berpengaruh dalam lingkungan kerja kita.
Hal tersebut sesuai dengan konsep Caring diantaranya merupakan
sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi
perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan
bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. Memberikan asuhan
(Caring) secara sederhana tidak hanya sebuah perasaan emosional atau
tingkah laku sederhana, karena caring merupakan kepedulian untuk
mencapai perawatan yang lebih baik, perilaku caring bertujuan dan
berfungsi membangun struktur sosial, pandangan hidup dan nilai kultur
setiap orang yang berbeda pada satu tempat ( Dwidiyanti, 2007 ).
5.1.7 Kepedulian
Kepedulian atasan terhadap bawahan dalam hal pengambilan
keputusan atau pengambilan kebijakan yang mendadak menjadi salah
satu faktor meningkatkan motivasi internal.
Uraian tersebut sesuai dengan teori motivasi kerja menurut Mardiana
dalam Sofyandi (2008) Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi
50
pegawai. Jika pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia
bekerja, maka pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk
melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif
dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi. Lingkungan kerja
tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama
pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan
fisik tempat pegawai bekerja.
Menurut Kozier (2010), yang juga meyakini praktik caring sebagai
pusat keperawatan, menggambarkan caring sebagai dasar dalam
kesatuan nilai-nilai kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian,
dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain). Caring digambarkan
sebagai moral ideal keperawatan, hal tersebut meliputi keinginan untuk
perawat, kesungguhan untuk merawat, dan tindakan merawat (caring).
Tindakan caring meliputi komunikasi, tanggapan positif, dukungan,
atau intervensi fisik oleh perawat.
Dengan mengetahui bagaimana caring yang sebenarnya, diharapkan
perawat mampu melakukan pelayanan secara totalitas terhadap
kliennya. Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan
waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan
perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
51
5.2 Tujuan 2 : Mengidentifikasi motivasi kerja eksternal perawat.
Hasil penelitian menunjukkan pemberian reward terhadap kinerja
merupakan faktor yang mendukung motivasi kerja eksternal perawat, terdiri
dari empat kategori : 1) pemberian tunjangan kerja, 2) pemberian fasilitas
jaminan kesehatan, 3) pemberian penghargaan masa kerja, 4) pemenuhan
fasilitas keselamatan kerja.
5.2.1 Pemberian tunjangan kerja
Semua partisipan menyatakan bahwa pemberian tunjangan kerja
antara lain pemberian insentif, pemberian Tunjangan Hari Raya,
pemberian voucher makan, pemberian bingkisan dan pemberian
seragam baru yang diberikan oleh rumah sakit sangat mendukung
dalam pelayanan dan mendukung motivasi kerja perawat.
Menurut Sirait (2006) menjelaskan terdapat tiga jenis reward
atau insentif, salah satunya : Insentif Finansial (Financial Incentive).
Jenis insentif ini bisa berupa bonus, komisi, atau pembayaran yang
ditangguhkan.
Menurut Henri Simamora (2004) “reward adalah insentif yang
mengaitkan bayaran atas dasar untuk dapat meningkatkan produktivitas
para karyawan guna mencapai keunggulan yang kompetitif”. Dengan
adanya pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pemberian reward dimaksudkan sebagai dorongan agar karyawan mau
bekerja dengan lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerja
karyawan.
52
5.2.2 Pemberian fasilitas jaminan kesehatan
Partisipan juga menyatakan untuk pemberian fasilitas kesehatan
bagi partisipan merupakan jaminan yang sangat berharga bagi
karyawan dalam hal kesejahteraan terutama peningkatan kesehatan
karyawan. Karena bagi karyawan kesehatan sangat mahal harganya,
dengan diberikannya fasilitas tersebut sangat membantu dan sangat
berguna bagi karyawan.
Uraian tersebut sesuai menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2012 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang berbunyi
Tenaga kerja, suami, atau istri yang sah dan anak sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang berhak memperoleh jaminan pemeliharaan
kesehatan.
5.2.3 Pemberian penghargaan masa kerja
Partisipan juga menyatakan pemberian penghargaan masa kerja
disini oleh partisipan merupakan penghargaan dimana selama
karyawan mengabdikan diri terhadap profesi pekerjaannya sudah
diakui oleh rumah sakit yaitu berupa cincin yang diberikan sesuai
dengan masa kerjanya. Hal ini sudah diatur oleh manajemen rumah
sakit.
Uraian tersebut sesuai menurut ahli Manajemen Sumber Daya
Manusia Siagian (2002), jenis-jenis Insentif adalah salah satunya
dalam bentuk Insentif Non-material dapat diberikan dalam bentuk : 1)
53
Jaminan sosial, 2) Pemberian piagam penghargaan, 3) Pemberian
promosi, 4) Pemberian pujian lisan atau tulisan.
Menurut Sirait (2006) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis
reward salah satu diantaranya Insentif Non-Finansial (Non-Financial
Incentive ). Jenis insentif ini bisa berbentuk tersedianya hiburan,
pendidikan dan latihan, penghargaan berupa pujian atau pengakuan
atas hasil kerja yang baik, terjaminnya komunikasi yang baik antara
atasan dan bawahan.
Dengan adanya jenis-jenis insentif ini maka perusahaan mampu
mendorong motivasi dan gairah kerja pegawai, sehingga pegawai akan
terus menjaga dan meningkatkan hasil kerjanya dan pada akhirnya
pula akan meningkatkan keuntungan tersendiri dalam pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.
5.2.4 Pemenuhan fasilitas keselamatan kerja.
Untuk menunjang keselamatan dalam pekerjaan, partisipan
menyatakan bahwa karyawan diberikan fasilitas keselamatan kerja
yaitu berupa masker, jas, handsccon, handsrub yang semua itu sangat
menunjang pekerjaan perawat dalam pelayanan kepada pasien dengan
berbagai kasus. Sehingga dalam bekerja karyawan merasa tenang dan
aman karena sudah tersedia perlengkapan keselamatan kerja.
Uraian tersebut sesuai dengan Buku Pegangan Praktikum (2008)
menyatakan alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh
54
atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan
potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Alat Pelindung Diri (APD) perlu sebelumnya dipilih secara hati-
hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan, yaitu
: a)Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan
yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya
yang dihadapi oleh tenaga kerja, b) Berat alatnya hendaknya
seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan, c) Alat harus dapat dipakai secara
fleksibel, d) Bentuknya harus cukup menarik, e) Alat pelindung
tahan untuk pemakaian yang lama, f) Alat tidak menimbulkan
bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan
bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya,
g) Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada, h) Alat
tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya,
i) Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.
5.3 Tujuan 3 : Mengidentifikasi faktor penghambat motivasi kerja perawat
Hasil penelitian menyatakan faktor penghambat motivasi kerja perawat
adalah beban kerja yang tinggi yang terdiri dari kategori : 1)jumlah pasien
55
yang banyak, 2) komplain pasien banyak, 3) pekerjaan yang banyak, 4) rasa
kecewa.
5.3.1 Jumlah pasien yang banyak
Ungkapan semua partisipan yang menyatakan jumlah pasien yang
banyak sangat mempengaruhi motivasi kerja perawat, rasa bosan dan
rasa jenuh sering mereka rasakan dalam pelayanan kepada pasien.
Uraian tersebut sesuai menurut Gurses (2005, dalam Carayon dan
Alvarado,2007) mengungkapkan bahwa perawat yang dinas pagi
mendapatkan beban kerja yang lebih tinggi dari pada mereka yang
berdinas malam. Tingginya beban kerja pada dinas pagi berhubungan
dengan layanan tambahan dari rumah sakit berupa layanan terapi dan
diagnostik yang diberikan dan jumlah pasien yang lebih banyak.
5.3.2 Komplain pasien banyak
Ungkapan semua partisipan menyatakan jumlah pasien yang banyak
juga akan berpengaruh pada banyaknya pekerjaan, keluhan - keluhan
pasien juga banyak, permintaan pelayanan yang semua ingin didahulukan
sehingga akan menimbulkan komplain pasien.
Uraian tersebut sesuai menurut Yulihastin (2009) Perawat yang
bertugas di ruang rawat inap sangat sering bertemu dengan pasien dengan
berbagai macam karakter dan penyakit yang diderita. Pasien sering
mengeluh akan penyakitnya, hal ini yang membuat perawat mengalami
kelelahan. Tidak hanya dari sisi pasien saja yang dapat membuat perawat
mengalami kelelahan fisik, emosi dan juga mental tetapi dari sisi
56
keluarga pasien yang banyak menuntut/ komplain.
5.3.3 Pekerjaan yang banyak
Partisipan menyatakan banyaknya pekerjaan ditimbulkan karena jumlah
pasien yang banyak, tingkat kerepotan yang tinggi sehingga beban kerja
juga meningkat dengan banyaknya pasien yang minta pelayanan
diutamakan.
Uraian tersebut sesuai menurut Sujipto (2002), mengatakan beban
kerja yang berlebihan bisa meliputi jam kerja, jumlah individu yang
harus dilayani, tanggung jawab yang harus di pikul, pekerjaan rutin dan
yang bukan rutin, dan pekerjaan administrasi lainnya yang melampui
kapasitas dan kemampuan individu, disamping itu beban kerja yang
berlebihan dapat mencangkup segi kuantitatif yang berupa jumlah
pekerjaan dan kualitatif yaitu tingkat kesulitan pekerjaan tersebut yang
harus di tangani beban kerja yang berlebihan menyebabkan pemberi
pelayanan merasakan adanya ketegangan emosional saat melayani klien
sehingga dapat mengarahkan perilaku pemberi pelayanan untuk menarik
diri secara psikologi dan menghindari diri untuk terlibat dengan klien
5.3.4 Rasa kecewa.
Salah satu partisipan menyatakan suasana kerja dan beban kerja yang
tinggi ada keinginan dari partisipan untuk keluar dari suasana itu dengan
pengajuan cuti atau libur untuk sekedar refreshing. Ada ungkapan
partisipan yang menyatakan permintaan jadwal tidak dipenuhi oleh
atasan, hal itu juga akan menimbulkan rasa kecewa bawahan terhadap
57
atasan karena menurut mereka permintaan tersebut benar benar
dibutuhkan.
Uraian tersebut sesuai menurut (Chernis; Pines dan Aronson; Maslach
dalam Sujipto 2002), mengatakan kondisi atasan yang tidak responsif
akan mendukung terjadinya situasi yang menimbulkan
ketidakberdayaan, yaitu bawahan akan merasa segala upayanya dalam
bekerja tidak akan bermakna.
5.4 Tujuan 4 : Mengidentifikasi harapan perawat untuk meningkatkan
motivasi kerja
Harapan perawat untuk meningkatkan motivasi kerja adalah peningkatan
kualitas SDM yang terdiri dari dua kategori yaitu : 1)kesempatan
mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan, 2) kesempatan peningkatan
jenjang karir.
5.4.1 Kesempatan mendapatkan ketrampilan dan pengetahuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan diberi kesempatan
untuk mengikuti pelatihan, inhouse trainning, out house trainning
yang diselenggarakan oleh rumah sakit secara bergantian, dan hampir
semua karyawan sudah diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan
tersebut.
5.4.2 Kesempatan peningkatan jenjang karir.
Untuk peningkatan jenjang karir partisipan diberi kesempatan juga
untuk melanjutkan pendidikan berkelanjutan. Fasilitas yang diberikan
58
oleh rumah sakit saat ini masih dalam bentuk pinjaman lunak yang
terkait dengan pembiayaan dan dispensasi waktu yang terkait dengan
waktu mengikuti pendidikan.
Berdasarkan hasil uraian terhadap dua kategori diatas sesuai
dengan pola jenjang karir yang dapat diimplementasikan di Indonesia
saat ini antara lain menurut Depkes RI (2006) yaitu pertama jenjang
Perawat Klinik (PK) yaitu perawat yang memberikan asuhan
keperawatan langsung kepada pasien/individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Kedua Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang
mengelola pelayanan keperawatan di sarana kesehatan, baik sebagai
pengelola di tingkat bawah (front line manajer), di tingkat menengah
(Middle manajer) maupun tingkat atas (Top manajer). Ketiga Perawat
Pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan pendidikan kepada
peserta didik di instansi pendidikan keperawatan. Keempat Perawat
Riset/peneliti (PR) yaitu perawat yang bekerja di bidang penelitian
keperawatan / kesehatan. Pengembangan jenjang karir pada setiap
bidang harus berjenjang mulai dari jenjang I–V ( From Novice To
Expert ), pengembangan karir ini bersifat terbuka sehingga semua
perawat berkesempatan untuk mencapai jenjang tersebut dengan terus
meningkatkan kompetensi yang dimiliki antara lain tingkat
pendidikan yang terus di tingkatkan.
Sehingga dengan pengembangan pola karir yang tertata dengan
baik, maka diharapkan kepuasan dan kinerja perawat dapat meningkat,
59
yang pada akhirnya kepuasan pasienpun dapat meningkat. Selain
implementasi berdasarkan pedoman tadi juga sebaiknya di dukung
oleh suatu kebijakan pemerintah, sehingga dapat dijadikan payung
hukum dalam menjalankan sebuah kebijakan terutama dalam
pengembangan pola jenjang karir perawat di Indonesia.
Penerapan pengembangan jenjang karir perawat di Indonesia tidak
terlepas dari adanya dukungan pemerintah atas kebijakan yang ada,
sehingga perlu adanya peraturan pemerintah yang dapat dijadikan
acuan kuat dalam implementasi kebijakan tentang pola pengembangan
jenjang karir perawat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kepuasan kerja dan mutu pelayanan khususnya pelayanan
keperawatan. Mutu pelayanan keperawatan sangat menentukan
keberhasilan kualitas pelayanan suatu rumah sakit karena tenaga
terbesar yang ada di rumah sakit adalah perawat yaitu sebesar 40 –
60% (Swansburg, 2000). Dengan demikian, rumah sakit perlu
melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM) perawat, antara
lain dengan memperhatikan sistem pengembangan karir perawat.
i
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Faktor internal motivasi kerja perawat didorong oleh rasa caring perawat
yaitu bangga terhadap profesi perawat, merasa percaya diri akan
kemampuan ketrampilan dan pengetahuan, perawat menjiwai pekerjaan
serta didasari rasa ingin membantu sesama yang membutuhkan. Kerjasama
dan menjalin hubungan baik antar rekan kerja dan atasan sangat
dibutuhkan dalam pelayanan sehingga tercipta rasa saling menghargai dan
peduli.
2. Faktor motivasi kerja eksternal perawat didorong oleh pemberian reward
terhadap kinerja baik dalam pemberian tunjangan kerja, pemberian
fasilitas kesehatan, pemberian penghargaan dan pemenuhan fasilitas
keselamatan kerja.
3. Faktor penghambat motivasi kerja perawat disebabkan beban kerja yang
tinggi yang didukung oleh jumlah pasien yang banyak, komplain pasien
banyak, pekerjaan yang banyak, rasa kecewa.
4. Harapan perawat untuk meningkatkan motivasi kerja adalah dengan
peningkatan kualitas SDM dalam hal kesempatan mendapatkan
ketrampilan dan pengetahuan baik dalam pemberian kesempatan
mengikuti seminar maupun pelatihan-pelatihan yang difasilitasi ole rumah
sakit serta kesempatan peningkatan jenjang karir yaitu dalam kesempatan
mengikuti jenjang pendidikan berkelanjutan.
6.2 Saran
1. Untuk Perawat
Perawat hendaknya mempunyai motivasi kerja yang tinggi baik yang
timbul dari faktor internal maupun faktor eksternal.
2. Untuk Rumah Sakit
Perlu dipertahankan dan ditingkatkan dalam hal pemenuhan kebutuhan
dasar karyawan serta pemberian reward, begitu juga perlu dipertahankan
dalam peningkatan kualitas SDM.
3. Untuk peneliti lain
Perlu di adakan penelitian lebih lanjut terkait pengaruh motivasi kerja
perawat terhadap kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arep Ishak & Tanjung H (2003), Manajemen Motivasi, PT. Gramedia.Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Creasia & Parker (2001), Kamus saku keperawatan. (edisi 31). EGC ,Jakarta.
Dwidiyanti.(2007). Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Semarang : AkperDepkes Semarang
Depkes RI (2006). Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor836/MENKES/SK/VI/2005 tentang Pedoman pengembangan manajemenkinerja perawat dan bidan. Jakarta : Depkes RI
Gomes (2001), Manajemen Sumberdaya Manusia, Andi Offset, Yogyakarta.
Hasibuan (2006), Manajemen Sumber Daya Manusia.,PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Herman Sofyandi (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia, Graha Ilmu,Yogyakarta
Henry Simamora (2004), Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 3). Penerbit:STIE YKPN Yogyakarta
Ilyas,Y.2004.Perencanaan SDM Rumah Sakit:Teori, Metoda, danFormula.Depok.FKM-UI
Iswidharmanjaya, A dan Agung, G. (2005). Satu hari menjadi lebih percayadiri. Penerbit : PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Justin.T.Sirait, (2006). Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber DayaManusia dalam Organisasi. Gramedia Widiasarana Indonesia
Mangkunegara (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT.Remaja Rasdakarya, Bandung.
Makmur (2008), Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama.
Moelong (2011), Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya.Offset, Bandung.
Norman K dan Lincoln (2009), Metode Peneltian Kualitatif, Jenggala PustakaUtama, Jakarta.
Notoadmojo (2010). Sumber daya Manusia,PT. Renika Cipta, Jakarta.
Nursalam (2013). Konsep Dan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan ;Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Keperawatan, Salemba Medika,Jakarta.
Payaman (2005), Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Lembaga Penerbit FEUI,Jakarta.
Pabundu (2006), Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, BumiAksara, Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 Tentang Perubahan KedelapanAtas Peraturan Pemer intah N om or 14 Tahu n 1993 TentangPenyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Poerwandari, E.K. (2005) Pendekatan Kualitatif Dalam Studi Perilaku Manusia(ed.3). Jakarta Perfecta LPSP3 : Fakultas Psikologi UI.
Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Kedokteran EGC,Jakarta.
Polit, DF & Beck (2008), Nursing Research : generating and assesing evidencefor nursing practice. 8 ed. Lippincot William and Wilkins
Robbins (2008), Perilaku dan Budaya Organisasi, Salemba, Jakarta.
Robins, Stephen P. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, ED. V. JakartaErlangga, 2002.
Sedarmayanti ( 2001), Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja SumberDaya Manusia Dan Produktivitas Kerja.
Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Prestasi Kerja. Jakarta : RinekaCipta.
Sondang P. Siagian (2012), Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta,Jakarta.
Steubert, H.J., & Carpenter , D.R (2003). Qualitatif research in nursing:advancing the humanistic imperative. Philadelphia : Lippincott William& Wilkins
Sugiyono (2002). Statika Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.
Sutjipto“ Apakah Anda Mengalami Burnout”. Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia. 2001
Sunaryo (2013), Psikologi Untuk Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Surya Darma ( 2013), Manajemen Kinerja, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Suroso (2011), Penataan sistem jenjang karir berdasarkan kompetensi,Kedokteran EGC, Jakarta.
Suwatno (2011), Manajemen Sumber Daya Manusia, Alfabeta, Bandung.
Tim Penyusun, 2008. Buku Pegangan Praktikum Semester V. DIII Hiperkesdan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta.
Winardi (2007), Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, Rajawali Pers,Jakarta.