GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

202
GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA BERDASARKAN DATA SUDINAKERTRANS JAKARTA TIMUR TAHUN 2014-2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh: NURSYAHBANI YULIANTI 1113101000057 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M

Transcript of GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Page 1: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA

BERDASARKAN DATA SUDINAKERTRANS JAKARTA TIMUR

TAHUN 2014-2016

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

Oleh:

NURSYAHBANI YULIANTI

1113101000057

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H/ 2017 M

Page 2: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi dengan judul “Gambaran Kecelakaan Kerja Di Lokasi Kerja Berdasarkan

Data Sudinakertrans Jakarta Timur Tahun 2014-2016” ini merupakan hasil karya

Saya yang dijadikan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar

Strata 1 (S1) Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, November 2017

Nursyahbani Yulianti

Page 3: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Desember 2017

Nursyahbani Yulianti, NIM: 1113101000057

“Gambaran Kecelakaan Kerja Di Lokasi Kerja Berdasarkan Data Sudinakertrans

Jakarta Timur Tahun 2014-2016”

149 halaman, 17 tabel, 3 gambar, 15 lampiran

ABSTRAK q

Di Jakarta Timur, pada tahun 2016 terdapat 1.349 kasus kecelakaan kerja yang

terjadi di luar dan di dalam lokasi kerja, hal ini menandakan masih tingginya jumlah

kecelakaan di Jakarta Timur, sehingga dibutuhkan pengendalian yang tepat untuk mencegah

kecelakaan kerja. Penelitian ini menganalisis gambaran kecelakaan kerja yang terjadi di

dalam lokasi kerja di wilayah Jakarta Timur pada tahun 2014 s.d. 2016 dengan sampel 940

laporan kecelakaan kerja yang diterima oleh Sudinakertrans Jakarta Timur.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran

kecelakaan kerja di Jakarta Timur menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah

laporan kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan analisis univariat, dilakukan sejak Mei

s.d. November 2017. Variabel yang diteliti adalah kecelakaan kerja, usia pekerja, jenis

kelamin, tindakan tidak aman (unsafe acts), jenis pekerjaan, jam kecelakaan, jenis industri,

sumber kecelakaan, kondisi tidak aman (unsafe condition), tingkat risiko lingkungan kerja,

corak kecelakaan, bagian tubuh yang cidera, dan sifat luka/kelainan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kecelakaan di Jakarta Timur cenderung

meningkat selama tahun 2014-2016. Kecelakaan kerja yang tertinggi terjadi pada pekerja

berusia diatas 25 tahun 370 (64,80%), dengan jenis kelamin laki-laki 557 (97,55%) dan

disebabkan oleh tidakan tidak aman yaitu berupa posisi saat bekerja tidak aman 142 (24,87%),

selain itu, kecelakaan kerja terjadi pada pukul 06.01-12.00 236 (41,33%), angka kecelakaan

tertinggi terdapat di industri manufaktur 370 (64,80%) dan konstruksi 152 (26,62%), serta

banyak terjadi pada pekerja kerah biru sebanyak 555 (97,2%). Kemudian, kondisi lingkungan

yang paling banyak menyebabkan kecelakaan disebabkan oleh sumber kecelakaan berupa

mesin seperti pres, bor, gergaji, dan lain-lain 158 (27,6%), kondisi tidak aman yang tertinggi

yaitu pengaman atau penghalang yang tidak memadai 74 (12,95%), dan industri tingkat risiko

lingkungan kerja sedang sebanyak 381 (66,73%) . Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang

diberikan untuk mengurangi kecelakaan kerja di Jakarta Timur antara lain memberikan

pembinaan dan pelatihan kepada perusahaan terkait keselamatan operator mesin dan

mengawasi kelengkapan peralatan keselamatan pada industri manufaktur maupun konstruksi.

Selain itu, menerapkan pelaporan secara online/data berbasis komputer, sehingga lebih mudah

untuk dianalisis untuk penerapan program yang tepat.

Daftar bacaan : 115 (1959-2017)

Kata kunci : Jakarta Timur, kecelakaan kerja, kecelakaan industri

Page 4: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

iv

ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH DEPARTMENT

Undergraduate Thesis, December 2017

Nursyahbani Yulianti, NIM: 1113101000057

"The Description of Work Accidents In The Workplace Based on East Jakarta Sub

Department of Labour and Transmigration’s Data of 2014-2016"

149 pages, 17 tables, 3 pictures, 15 attachments

ABSTRACT a

There were 1,349 cases of work accidents that occurred outside and inside the work

site in 2016 in East Jakarta, which is considered a high number workplace accident in East

Jakarta, so it needs proper controls to prevent accidents. This research analyzes the accident

at work that happened in work location in East Jakarta from 2014 until 2016 through a

sample of 940 accident reports received by Sub Department of Labour and Transmigration.

The type of this research is descriptive quantitative to know the description of

occupational accident’s risk factors in East Jakarta using secondary data obtained through

the observation of accident report. This study used univariate analysis, that was began from

May until November, 2017. The accidents were characterised by studying variables in order

to know workplace accident, age of worker, gender, unsafe actions, type of occupaions, the

hour of the day of the accident, type of industries, accident source, unsafe conditions, risk

level of workplace environment, accident pattern, injured body parts, wound/abnormality.

The results of this study show that accidents in East Jakarta tend to increase during

the year of 2014-2016. This study indicates that the highest accidents occured in workers

aged over 25 years are 370 workers (64,80%), 557 male workers (97,55%), and caused by

152 unsafe working positions (unsafe acts) (24,87%), in addition, the highest work accidents

occured at 06.01-12.00 are 236 (41,33%), 370 accidents at manufacturing (64,80%) and 152

accicents at construction industries (26,62%), as well as so many accidents happened to blue-

collar worker 555 (97,2%). Then, environmental conditions that caused the most accidents,

are caused by accident sources such as machines (press, drill, saws, etc.) (27,6%), and

improper safety or barrier (unsafe conditions) (12,95%), and risk level of workplace

environment (66,73%). Based on the results of this study, suggestions that can be given to

reduce occupational accidents in East Jakarta, is providing the coaching and training to

companies related to the safety of machine operators and supervising the completeness of

safety equipment in manufacturing and construction industries. In addition, implementing

online reporting / computer-based data is recommended to make it easier to analyze for

proper program implementation.

References : 115 (1959-2017)

Keywords : East Jakarta, workplace accident, industrial accident

Page 5: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA

BERDASARKAN DATA SUDINAKERTRANS JAKARTA TIMUR

TAHUN 2014-2016

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Januari 2018

Oleh:

Nursyahbani Yulianti

NIM. 1113101000057

Mengetahui,

Pembimbing

Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, S.K.M., M.KKK

Page 6: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

vi

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA SIDANG SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

NURSYAHBANI YULIANTI

NIM: 1113101000057

Jakarta, Januari 2018

Ketua Sidang,

Catur Rosidati, M.K.M

NIP. 19750210 200801 2 028

Anggota Penguji Sidang I,

Dela Aristi, M.K.M

Anggota Penguji Sidang II,

Ir. Rulyenzy Rasyid, M.KKK

Page 7: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nursyahbani Yulianti

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Juli 1995

Alamat : Duren Tiga, Kec. Pancoran, Jakarta Selatan

Pendidikan : 2000-2004 : SD Negeri Pengadilan 5 Bogor

2004-2007 : SD Negeri Duren Tiga 01

2007-2010 : SMP Negeri 154 Jakarta

2010-2013 : SMA Negeri 55 Jakarta

2013-Sekarang : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi :

2013-2014 Anggota Futsal Putri Tingkat Universitas

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014-2015 Anggota Departemen Pengembangan Ekonomi Badan

Eksekutif Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

2015-2016 Anggota Departemen Media dan Komunikasi Himpunan

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

viii

2015-2016 Anggota Gerakan Anti Narkoba UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

2015-2016 Anggota Komunitas Fakta Bahasa Jakarta Selatan

2016-2017 Anggota Departemen Finance Forum Studi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2016- 2017 Ketua Departemen Kewirausahaan Ikatan Himpunan

Mahasiswa Keselamatan dan Kesehatan Kerja Indonesia

Wilayah Sumatera, Jakarta dan Jawa Barat

2016-2017 Ketua Departemen Information and Technology (IT)

Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

e-mail : [email protected]

Page 9: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya sehingga skripsi yang berjudul “Gambaran Kecelakaan Kerja Di Lokasi

Kerja Berdasarkan Data Sudinakertrans Jakarta Timur Tahun 2014-2016” ini dapat

diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

proses memperoleh gelar sarjana. Dalam proses penyusunannya, penulis mendapat

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Fajar Subagja, Ibu Nanie Sumaryanti, serta keluarga tercinta, yang selalu

melimpahkan kasih sayang, doa dan semangat kepada penulis.

2. Dr. H. Arif Sumantri S.K.M., M.Kes., Selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Siti Rahmah Hidayatullah Lubis S.K.M., M.KKK, selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan ilmu serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi.

4. Ibu Dr. Iting Shofwati ST. MKKK selaku dosen penanggung jawab

peminatan Keselamatan Kesehatan Kerja dan sebagai dosen penguji sidang

proposal skripsi dan sidang hasil.

5. Ibu Catur Rosidati, M.K.M, Ibu Dela Aristi, M.K.M, dan Bapak Ir. Rulyenzi

Rasyid, M.KKK selaku dosen penguji sidang skripsi.

6. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat

Page 10: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

x

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta

seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, terimakasih atas ilmu yang

telah diberikan.

7. Staf administrasi Program Studi Kesehatan Masyarakat dan FKIK yang telah

membantu dalam kelancaran proses administrasi akademik.

8. Bapak Haryono, Ibu Jiah, dan Bapak Ferdi yang telah menerima dan membantu

penulis untuk melakukan penelitian di Suku Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Jakarta Timur

9. Bapak Akhmad Zaynuddin, dan Mba Magdalena atas bantuannya dalam

pengerjaan interpretasi data.

10. Rati Mahisara yang telah membersamai dan menyemangati dalam pembuatan

skripsi

11. Teman-teman satu angkatan PSKM 2013, Katigabelas (K3 2013) yang selalu

memberi semangat kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun,

semoga terdapat manfaat bagi penulis maupun bagi pembaca yang lain.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

Page 11: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

ABSTRACT ........................................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xix

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xx

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan masalah ........................................................................................ 8

1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 9

1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................. 10

1.4.2. Tujuan Khusus ................................................................................ 11

1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12

1.5.1 Bagi Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur ... 12

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta ............... 12

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................ 12

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 14

2.1 Kecelakaan Kerja ...................................................................................... 14

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja .................................................................... 16

Page 12: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xii

2.3 Kerugian Akibat Kecelakaan .................................................................... 20

2.4 Faktor Manusia (Human Factor) .............................................................. 21

2.5 Human Error ............................................................................................. 23

2.6 Teori Kecelakaan ....................................................................................... 25

a. Teori Domino .................................................................................. 26

b. Teori International Loss Causation Institute (ILCI) ....................... 29

c. Model Epidemiologi ....................................................................... 33

2.7 Determinan Kecelakaan Kerja................................................................... 35

2.7.1 Faktor Manusia ............................................................................... 35

1. Usia ......................................................................................... 35

2. Jenis Kelamin ......................................................................... 36

3. Masa Kerja ............................................................................. 37

4. Tingkat Pendidikan ................................................................. 37

5. Kedisiplinan ............................................................................ 38

6. Pengalaman ............................................................................ 38

7. Antroergonomi ....................................................................... 39

8. Kondisi psikologis .................................................................. 40

2.7.2 Faktor Pekerjaan.............................................................................. 40

1. Unit Kerja ............................................................................... 40

2. Jam Kecelakaan ...................................................................... 41

3. Jenis Pekerjaan ....................................................................... 41

4. Shift Kerja .............................................................................. 42

5. Jenis Industri ........................................................................... 43

6. Housekeeping ......................................................................... 45

2.7.3 Faktor Lingkungan Kerja ................................................................ 46

2.8 Investigasi dan Analisa Laporan Kecelakaan ............................................ 50

2.9 Pencegahan kecelakaan ............................................................................. 51

Page 13: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xiii

2.10 Kerangka Teori .......................................................................................... 54

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ....... 55

3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 55

3.2 Definisi Operasional .................................................................................. 57

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 68

4.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 68

4.2 Lokasi dan Waktu ...................................................................................... 68

4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................. 68

4.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 69

4.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 69

4.6 Analisis Data ............................................................................................. 79

4.7 Penyajian Data ........................................................................................... 79

BAB V HASIL ............................................................................................... 80

5.1 Gambaran Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Di Jakarta Timur

Tahun 2014-2016 ...................................................................................... 80

5.2 Kecelakaan Kerja ...................................................................................... 81

5.3 Determinan Kecelakan Kerja .................................................................... 82

5.3.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia Pekerja Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016................................................................ 82

5.3.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016................................................................ 83

5.3.3 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh Tindakan Tidak

Aman (Unsafe Act) Di Jakarta Timur ............................................ 84

5.3.4 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016................................................................ 89

5.3.5 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jam Kecelakaan Kerja Di

Jakarta Timur Tahun 2014-2016 ................................................... 90

5.3.6 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Industri Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016................................................................ 92

5.3.7 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sumber Kecelakan Kerja

Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016 .............................................. 94

Page 14: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xiv

5.3.8 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Kondisi Tidak

Aman (Unsafe Condition) Di Jakarta Timur ................................. 96

5.3.9 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016 ................ 99

5.4 Hasil Kecelakaan Kerja ........................................................................... 101

5.4.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Corak Kecelakaan Kerja

Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016 ............................................ 101

5.4.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bagian Fisik yang Cidera

Pada Korban Kecelakaan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

..................................................................................................... 103

5.4.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sifat Luka/Kelainan Pada

Korban Kecelakaan Kerja di Jakarta Timur Tahun 2014-2016 ... 104

BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 107

6.1 Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 107

6.2 Kecelakaan Kerja .................................................................................... 108

6.3 Determinan Kecelakaan Kerja................................................................. 109

6.3.1 Faktor Pekerja ............................................................................... 110

6.3.1.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia Pekerja .. 110

6.3.1.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin 112

6.3.1.3 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh

Tindakan Tidak Aman (Unsafe Actions) ......................... 114

6.3.2 Faktor Pekerjaan............................................................................ 117

6.3.2.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan

......................................................................................... 118

6.3.2.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jam Kecelakaan

......................................................................................... 120

6.3.2.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Industri. 123

6.3.3 Faktor Lingkungan Pekerjaan ....................................................... 125

6.3.3.1 Distribusi Kecelakaan Berdasarkan Sumber Kecelakaan 125

Page 15: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xv

6.3.3.2 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Kondisi

Tidak Aman (Unsafe Condition) ..................................... 128

6.3.3.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja ............................................................ 131

6.4 Hasil Kecelakaan Kerja ........................................................................... 133

6.4.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Corak Kecelakaan ...... 133

6.4.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bagian Fisik yang Cidera

Pada Korban Kecelakaan Kerja ................................................... 135

6.4.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sifat Luka/Kelainan Pada

Korban Kecelakaan Kerja ............................................................ 137

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 140

7.1 Simpulan .................................................................................................. 140

7.2 Saran ........................................................................................................ 142

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 144

LAMPIRAN ....................................................................................................... 150

Page 16: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Definisi Operasional ............................................................................ 57

Tabel 4. 1 Koding Variabel ................................................................................... 71 a

Tabel 5. 1 Gambaran Pekerja di Jakarta Timur Berdasarkan Lapangan Pekerjaan

Tahun 2014-2016 .................................................................................. 80

Tabel 5. 2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia Di Jakarta Timur Tahun

2014-2016 ............................................................................................. 82

Tabel 5. 3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Di Jakata

Timur Tahun 2014-2016 ....................................................................... 84

Tabel 5. 4 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh Tindakan Tidak

Aman (Unsafe Act) Di Jakarta Timur Tahun 2014............................... 85

Tabel 5. 5 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh Tindakan Tidak

Aman (Unsafe Act) Di Jakarta Timur Tahun 2015-2016 ..................... 87

Tabel 5. 6 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016 ....................................................................... 89

Tabel 5. 7 Distribusi Kcelakaan Kerja Berdasarkan Jam Kecelakaan Kerja Di

Jakarta Timur Tahun 2014-2016 .......................................................... 91

Tabel 5. 8 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Industri Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016 ....................................................................... 92

Tabel 5. 9 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sumber Kecelakaan Di

Jakarta Timur Tahun 2014-2016 .......................................................... 95

Page 17: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xvii

Tabel 5. 10 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Kondisi Tidak

Aman (Unsafe Condition) Di Jakarta Timur Tahun 2014 ............... 97

Tabel 5. 11 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Kondisi Tidak

Aman (Unsafe Condition) Di Jakarta Timur Tahun 2015-2016 ...... 98

Tabel 5. 12 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016 ................ 100

Tabel 5. 13 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Corak Kecelakaan Kerja

Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016 ............................................... 102

Tabel 5. 14 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bagian Fisik yang Cidera

Pada Korban Kecelakaan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

....................................................................................................... 103

Tabel 5. 15 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sifat Luka/Kelainan Pada

Korban Kecelakaan Kerja di Jakarta Timur Tahun 2014-2016 ..... 105

Page 18: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Rasio Kecelakaan Kerja Menurut Frank E. Bird............................. 16

Gambar 2. 2 Model Human Factors berdasarkan The OGP Model ..................... 22

Gambar 2. 3 Domino Model of Accident Causation............................................. 26

Page 19: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xix

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Taksonomi Human Error .................................................................... 24

Bagan 2. 2 Loss Causation Model......................................................................... 29

Bagan 2. 3 Konsep Model Epidemiologi .............................................................. 33

Bagan 2. 4 Kerangka Teori ................................................................................... 54

. Bagan 3. 1 Kerangka Konsep ................................................................................ 56

Page 20: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xx

DAFTAR ISTILAH

ANZSCO :Australian and New Zealand Standard Classification of

Occupation

APD : Alat Pelindung Diri

BPJSTK : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

ILCI : International Loss Control Institute

ILO : International Labour Organization

ISIC : International Standard Industrial Classification of All Economic

Activities

OSHA : Occupational Safety and Health Administration

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

WHO : World Health Organization

Page 21: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Kecelakaan Kerja

Lampiran 2 Lembar Checklist

Lampiran 3 Output Usia Pekerja

Lampiran 4 Output Jenis Kelamin

Lampiran 5 Output Unsafe Act

Lampiran 6 Output Jenis Pekerjaan

Lampiran 7 Output Jam Kecelakaan

Lampiran 8 Output Jenis Industri

Lampiran 9 Output Sumber Kecelakaan

Lampiran 10 Output Unsafe Condition

Lampiran 11 Output Corak Kecelakaan

Lampiran 12 Output Bagian Fisik yang Cidera

Lampiran 13 Output Sifat Luka/Kelainan Pada Korban Kecelakaan Kerja

Lampiran 14 Output Trend Kecelakaan Kerja 2014-2016 di Jakarta Timur

Lampiran 15 Klasifikasi Jenis Industri Berdasarkan Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja

Page 22: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat

mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi

sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi

ambang batas atau struktur (Bird, 1990). Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970

tentang keselamatan kerja, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak

diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah

diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban

manusia maupun harta benda. Suatu kecelakaan dinyatakan sebagai

kecelakaan kerja jika kecelakaan yang terjadi masih berhubungan dengan

hubungan kerja, baik terjadi di tempat kerja, ataupun di lalu lintas yang biasa

dilalui dari rumah untuk menuju tempat kerja dan sebaliknya (Depnakertrans,

1970).

Penelitian H.W. Heinrich mengenai penyebab-penyebab kecelakaan

menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan pada umumnya adalah 88% karena

faktor manusia (unsafe act), 10% karena faktor kondisi yang tidak aman

(unsafe condition), dan 2% karena faktor lainnya. Hal ini menunjukan bahwa

faktor manusia adalah faktor yang paling tinggi yang menjadi penyebab

kecelakaan (Goetsch, 2011). Faktor manusia yang dimaksud dalam penyebab

kecelakaan dapat berupa karakteristik yang dimiliki tenaga kerja yang dapat

Page 23: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

2

menyebabkan kecelakaan, seperti karakteristik usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pengalaman kerja, kondisi psikologis, maupun interaksi tenaga

kerja dengan lingkungan kerja (James, 1993).

Berdasarkan UU No 13. tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap orang

yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa, baik

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Di dunia, populasi

penduduk usia kerja terus meningkat, pada tahun 2000-2015 populasinya

meningkat dari angka 62,97% menjadi 65,62% (World Bank, 2017).

Meningkatnya angka penduduk usia kerja dunia ini sejalan dengan

meningkatnya angka kecelakaan di dunia. Secara global, ILO memperkirakan

sekitar 2,2 juta orang di seluruh dunia meninggal pada tahun 2013 dan

meningkat pada tahun 2014 dengan 337 juta kecelakaan kerja terjadi tiap

tahunnya yang mengakibatkan sekitar 2,3 juta pekerja kehilangan nyawanya.

Setiap harinya terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja fatal di dunia (ILO, 2014)

(Pemerintah Republik Indonesia, 2003)

Menurut Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan (2016), di

Indonesia pada Agustus 2015 terdapat penduduk usia kerja yaitu sebanyak

186,10 juta orang, dengan penduduk yang bekerja yaitu 114,82 juta orang.

Tenaga kerja yang terdaftar pada wajib lapor ketenagakerjaan terus meningkat

dari tahun 2011-2015, dengan jumlah tenaga kerja yang terbilang tinggi

hingga 2015 yaitu mencapai 12.752.821 orang dengan 68,93% laki-laki dan

31,07% perempuan. Menurut Badan Pusat Statistik (2015), Jumlah pekerja di

Jakarta Timur juga mengalami peningkatan pada tahun 2012 s.d. 2016 yaitu

pada tahun 2012 terdapat 1.199.918 pekerja, meningkat pada 2013 menjadi

1.239.710, dan meningkat pada 2014 menjadi 1.240.635. (Pusat Data Dan Informasi Ketenagakerjaan, 2016)

Page 24: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

3

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk usia kerja, di Indonesia,

Jumlah kasus kecelakaan kerja dari tahun 2011-2013 menunjukan

kecenderungan peningkatan. Namun pada tahun 2014, jumlah kasus

kecelakaan kerja mengalami penurunan, tetapi walaupun menurun, angka

kecelakaan pada tahun 2014 masih terbilang tinggi. Tahun 2011, terdapat

8.922 kasus kecelakaan kerja, tahun 2012 meningkat menjadi 14.240 kasus

kecelakaan kerja, tahun 2013 meningkat lagi menjadi 16.619 kasus kecelakaan

kerja, dan tahun 2014 menurun menjadi 14.519 kasus kecelakaan kerja.

Hingga pada tahun 2015, tercatat 13.131 kasus kecelakaan kerja, dimana

jumlah korban akibat kecelakaan kerja yang meninggal dunia sebanyak 275

orang, yang mengalami cacat sebanyak 245 orang dan sementara tidak mampu

bekerja sebanyak 4.906 orang (Pusat Data Dan Informasi Ketenagakerjaan,

2015). Sedangkan menurut data BPJS Ketenagakerjaan (2013), jumlah

pesertanya yang mengalami kecelakaan kerja sebanyak 129.911 orang. Dari

jumlah tersebut 75,8 persen berjenis kelamin laki-laki,dan sebagian besar atau

sekitar 69,59% terjadi di dalam perusahaan ketika mereka bekerja. Sedangkan

yang di luar perusahaan sebanyak 10,26% dan sisanya 20,15% merupakan

kecelakaan lalu lintas yang dialami para pekerja.

Menurut data dari Jamsostek (2013), setiap hari terdapat 9 pekerja

meninggal akibat kecelakaan kerja. Selain itu, persentase jumlah pekerja

korban cacat dan meninggal (fatal) akibat kecelakaan kerja pada tahun 2014 di

Indonesia berkurang dibandingkan tahun 2011, dengan 5,21 persen dari

korban akibat kecelakaan kerja mengalami kecacatan pada tahun 2011, dan

pada tahun 2014 turun menjadi 1,89 persen. Namun, tidak sebanding dengan

Page 25: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

4

penurunan jumlah pekerja korban cacat dan meninggal, korban meninggal

dunia akibat kecelakaan kerja justru meningkat trendnya jika dibandingkan

antara tahun 2011 hingga 2014. Pada tahun 2011, dilaporkan mencapai 1,29

persen pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja, dan meningkat di tahun

2014 menjadi 1,70 persen (Pusat Data Dan Informasi Ketenagakerjaan, 2016).

Menurut data Pusdatinaker (2016), di DKI Jakarta, penduduk yang

bekerja pada tahun 2015 mencapai 4.724.029 orang dari jumlah penduduk usia

kerja yaitu 7.670.587 orang. Jumlah penduduk usia kerja di DKI Jakarta

meningkat 1%, yaitu dari 66% menjadi 67% pada tahun 2011-2015 (World

Bank, 2017). Maka itu, sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja juga wajib untuk dilakukan agar pekerja mendapatkan hak atas pekerjaan

yang layak (Pemerintah Republik Indonesia, 2003).

Menurut data dari BPJS Ketenagakerjaan di DKI Jakarta, Pada tahun

2013 tercatat sebenyak 7.062 kasus kecelakaan kerja dan pada tahun 2015

kecelakaan kerja kecelakaan kerja menurun menjadi 5.567 kasus. Menurut

pernyataan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta,

Priyono (2016) mengatakan bahwa angka kecelakaan kerja di Ibukota masih

tinggi (Joko, 2016).

Di Jakarta Timur, angka kecelakaan masih terbilang tinggi yaitu pada

tahun 2016 terdapat 1.349 kasus kecelakaan kerja (terjadi di luar dan di dalam

lokasi kerja) yang terlapor di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Jakarta Timur. Angka kecelakaan kerja yang terjadi di dalam lokasi kerja di

Page 26: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

5

Jakarta Timur juga meningkat dari tahun 2014 s.d. 2016 yaitu didapatkan 186

kasus pada tahun 2014, 203 kasus pada tahun 2015 dan 571 kasus pada

tahun 2016, peningkatan ini sesuai dengan data di Badan Pusat Statistik bahwa

pertumbuhan perusahaan di Jakarta Timur terus meningkat dan jumlah pekerja

terus bertambah setiap tahunnya. Di wilayah Pulogadung, pada tahun 2014

khusus di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Pulogadung, terdapat 670

kasus atau 3 kasus kecelakaan kerja terjadi per harinya. Dari keseluruhan

kasus yang terjadi di Pulogadung, terbanyak (71 %) terjadi di dalam

lingkungan pekerjaan, yaitu sebanyak 474 kasus atau 2 kasus per harinya dan

54 kasus (8%) mengalami cacat serta 13 kasus (2%) nya menyebabkan

meninggal dunia (Tri, 2014).

Semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar potensinya

untuk menjadi korban kecelakaan kerja. Perkembangan industri di Indonesia,

khususnya di Jakarta, diikuti dengan pertumbuhan zona-zona industri yang

secara sporadik merebak di berbagai sudut wilayah kota. Jakarta Timur

memiliki lebih dari 2000 perusahaan di wilayahnya (Disnakertrans, 2017)

Salah satunya adalah di Kawasan Industri terbesar di Jakarta Timur yaitu

Kawasan Industri Pulogadung, dengan luas lahan 500 Ha dan terdiri dari

1.524 perusahaan, serta pertumbuhan tenaga kerja yang meningkat pesat dari

kurang lebih 60.000 tenaga kerja pada tahun 2013, menjadi 119.309 tenaga

kerja pada tahun 2014 (PT. Jakarta Industrial Estate Pulogadung, 2017; Tri,

2014). Pertumbuhan industri ini seharusnya sejalan dengan pentingnya

peningkatan perlindungan pekerja terhadap kecelakaan kerja. Salah satu upaya

pemerintah yaitu melakukan pengawasan ketenagakerjaan di masing-masing

Page 27: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

6

daerah dengan sistem otonomi daerah dan memberikan kewenangan dalam

menetapkan kebijakan ketenagakerjaan termasuk didalamnya bidang K3

(Kemnaker, 2015).

Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi berwenang mengawasi

kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di daerahnya, salah satunya yaitu

penerimaan laporan kecelakaan kerja di wilayahnya. Salah satu upaya

pengawasan K3 untuk mengendalikan kecelakaan kerja yang dilakukan Suku

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur adalah pelaporan

kecelakaan. Pelaporan kecelakaan dilakukan maksimal 48 jam setelah

kecelakaan kerja tersebut terjadi sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No

44 Tahun 2015 (Pemerintah Republik Indonesia, 2015b). Pelaporan

kecelakaan bertujuan untuk tindakan korektif dan pencegahan, memberikan

informasi statistik untuk digunakan dalam semua fase kecelakaan, dan

pemenuhan persyaratan pelaporan kecelakaan (Reese, 2012).

Hasil penelitian tentang kecelakaan kerja dan cedera yang dialami oleh

pekerja industri di kawasan industri Pulogadung Jakarta menunjukan bahwa

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja industri

adalah pekerja laki-laki, aktifitas kerja sedang, status distres, keluhan nyeri,

dan pemakaian APD, untuk faktor risiko fisik tempat kerja yang berhubungan

dengan kejadian kecelakaan kerja meliputi kebisingan, ruangan terlalu panas,

ruang pengapor, bau menyengat, ruang berdebu dan ruang berasap (Riyadina,

2007).

Menurut Suma’mur (2009), kecelakaan kerja terjadi karena dua faktor

yaitu faktor manusia, diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi

Page 28: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

7

disebabkan oleh faktor manusia seperti kemampuan pekerja (seperti usia,

jenis kelamin, pengalaman, kecakapan, dan lambatnya mengambil

keputusan), tindakan tidak aman, kedisiplinan, faktor fisik dan mental. Hal ini

dikarenakan pekerja tidak memenuhi persyaratan keselamatan, lengah,

ceroboh, mengantuk dan sebagainya. Faktor lainnya, yaitu faktor mekanik dan

lingkungan, letak mesin tidak dilengkapi alat pelindung, alat kerja yang rusak,

tidak terpeliharanya house keeping, ketidaktepatan rencana kerja, dan

sebagainya. ( Suma'mur, 2009b)

Setiap kejadian kecelakaan di suatu instansi/perusahaan wajib

dilaporkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja seperti

yang tertulis pada UU No. 1 Tahun 1970 pasal 11 (Depnakertrans R.I., 1970).

Hasil pelaporan kecelakaan kerja dapat dianalisis untuk mengetahui gambaran

faktor risiko kecelakaan pada kasus-kasus kecelakaan yang dilaporkan yang

berguna untuk menentukan program pencegahan kecelakaan kerja (E.

Hollnagel, 2008).

Dalam melakukan program atau upaya pencegahan kecelakaan akibat

kerja, terlebih dahulu perlu dilakukan suatu studi karakteristik dari kecelakaan

itu sendiri. Studi semacam ini lazim dikenal dengan epidemiologi. Analisa

epidemiologi dapat memberikan gambaran kecenderungan-kecenderungan

karakteristik kecelakaan. Dengan diketahuinya karakteristik dari risiko

kecelakaan, maka dapat disusun suatu program pencegahan kecelakaan kerja.

(Colling, 1990). Analisis karakteristik risiko kecelakaan melalui telaah laporan

kecelakaan kerja penting untuk dilakukan dalam mencegah kecelakaan yang

serupa terjadi lagi karena hasil analisis dari laporan kecelakaan kerja berguna

Page 29: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

8

dalam menentukan program yang tepat dalam mencegah kecelakaan kerja

berdasarkan faktor risiko yang mendasari kecelakaan kerja.

Pada tahun 2014-2016 Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Jakarta Timur telah menerima laporan kasus kecelakaan kerja yang dapat

dianalisis, namun laporan kecelakaan tersebut belum pernah dianalisis

karakteristik kecelakaan kerjanya. Sampai saat ini, penelitian lanjut dari data

kecelakaan kerja di Jkarta Timur belum pernah dilakukan. Berdasarkan hasil

cleaning data laporan kecelakaan kerja Sudinakertrans tahun 2014-2016,

diperoleh presentase sampel yang dapat dianalisis sebesar 97,92% yaitu

sebanyak 940 sampel dari 960 sampel. Oleh karena itu, dikarenakan

tersedianya data tersebut, penelitian ini penting untuk dilakukan dan peneliti

tertarik untuk mengetahui gambaran karaktesistik risiko kecelakaan kerja

yang terjadi di Jakarta Timur berdasarkan data di laporan kecelakaan kerja

pada tahun 2014-2016.

1.2 Rumusan masalah

Meningkatnya jumlah perusahaan yang berada di Jakarta, khususnya

di Jakarta Timur, sejalan dengan pertumbuhan jumlah tenaga kerja. Terdapat

lebih dari 2000 perusahaan berada di Jakarta Timur mengakibatkan tingkat

kecelakaan kerja di Jakarta Timur sangat tinggi, terutama kasus kecelakaan

kerja yang terjadi di dalam lokasi kerja yang lebih tinggi daripada kasus

kecelakaan kerja di luar lokasi kerja. Semakin besar jumlah tenaga kerja, maka

semakin besar potensinya untuk menjadi korban kecelakaan kerja.

Page 30: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

9

Terdapatnya kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Jakarta Timur menandakan

masih adanya masalah keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.

Dengan diketahuinya gambaran kecelakaan kerja melalui laporan kecelakaan

kerja dapat juga berguna untuk mengetahui tindakan korektif yang sesuai dan

tepat sasaran untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja untuk masa yang

akan datang dan merancang program yang tepat untuk mencegah kecelakaan.

Analsis gambaran kecelakaan kerja belum dilakukan pemerintah terutama

Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur, maka peneliti

tertarik untuk meneliti gambaran kecelakaan kerja di lokasi kerja yang terjadi

di Jakarta Timur melalui data laporan kecelakaan kerja wilayah Jakarta Timur.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun

2014-2016?

2. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan usia pekerja di

Jakarta Timur pada tahun 2014-2016?

3. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jenis kelamin

di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016?

4. Bagaimana distribusi penyebab kecelakaan kerja berdasarkan

tindakan tidak aman di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016?

5. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jenis pekerjaan

di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016?

6. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jam kecelakaan

di Jakarta Timur tahun 2014-2016?

Page 31: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

10

7. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jenis industri di

Jakarta Timur tahun 2014-2016?

8. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan sumber

kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun 2014-2016?

9. Bagaimana distribusi penyebab kecelakaan kerja berdasarkan

kondisi tidak aman di Jakarta Timur tahun 2014-2016?

10. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan tingkat risiko

lingkungan kerja di Jakarta Timur tahun 2014-2016?

11. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan corak

kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun 2014-2016?

12. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan bagian fisik

yang cidera pada korban kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun

2014-2016?

13. Bagaimana distribusi kecelakaan kerja berdasarkan sifat

luka/kelainan pada korban kecelakaan kerja di Jakarta timur tahun

2014-2016?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja berdasarkan data

laporan kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun 2014-2016.

Page 32: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

11

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan usia pekerja

di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016.

2. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jenis kelamin

di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016.

3. Diketahuinya distribusi penyebab kecelakaan kerja berdasarkan

tindakan tidak aman di Jakarta Timur tahun 2014-2016.

4. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jenis

pekerjaan di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016.

5. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jam

kecelakaan di Jakarta Timur tahun 2014-2016.

6. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jenis indusrti

di Jakarta timur tahun 2014-2016

7. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan sumber

kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun 2014-2016.

8. Diketahuinya distribusi penyebab kecelakaan kerja berdasarkan

kondisi tidak aman di Jakarta Timur tahun 2014-2016.

9. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan tingkat risiko

lingkungan kerja di Jakarta Timur tahun 2014-2016.

10. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan corak

kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun 2014-2016.

11. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan bagian fisik

yang cidera pada korban kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun

2014-2016.

Page 33: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

12

12. Diketahuinya distribusi kecelakaan kerja berdasarkan sifat

luka/kelainan pada korban kecelakaan kerja di Jakarta timur tahun

2014-2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa

pihak, antara lain:

1.5.1 Bagi Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta

Timur

Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi pihak Suku

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengenai gambaran pada

kecelakaan kerja yang terjadi selama periode tahun 2014 sampai

dengan tahun 2016, sehingga dapat menjadi salah satu dasar

evaluasi dan pengembangan program pengendalian kecelakaan

kerja di wilayah pengawasannya.

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Jakarta

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

mengenai kecelakaan kerja.

1.5.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi

terkait penelitian mengenai kecelakaan kerja dan dikembangkan

dengan metode penelitian lain.

Page 34: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

13

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran kecelakaan kerja

yang terjadi di dalam lokasi kerja di Jakarta Timur selama tahun 2014-

2016. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder yang ditelaah merupakaan formulir laporan kecelakaan

kerja yang telah terisi dan terlapor di Suku Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan sejak Mei s.d

November 2017. Rancangan penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian ini

menggunakan analisis univariat yang dilakukan dengan penyajian dalam

tabel/grafik distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

Page 35: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

Menurut Frank E. Bird (1989), kecelakaan kerja adalah peristiwa

tidak diinginkan, yang dapat mengakibatkan kerugian fisik/cidera pada

manusia atau kerusakan pada harta. Hal ini biasanya merupakan hasil

kontak dengan sumber energi, yaitu kinetik, listrik, kimia, termal, dan lain-

lain. Selain itu, menurut Menakertrans, kecelakaan kerja adalah

kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk

penyakit yang timbul karena hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang

terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan

pulang ke rumah melalui jalan yang biasa dilalui (Menakertrans,2012).

Menurut H.W. Heinrich, pola pendekatan terhadap sebab

kecelakaan disebabkan oleh adanya perilaku tidak aman yang mengarah

pada faktor manusia yang menjadi penyebab sebagian besar pada kejadian

kecelakaan, yaitu dengan suatu pernyataan bahwa 88% penyebab

kecelakaan dikarenakan faktor manusia (unsafe act), 10% karena faktor

kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition), dan 2% faktor lainnya

(Heinrich, 1959).

Berdasarkan penelitian International Loss Control Institute (ILCI)

mengemukakan bahwa faktor manusia merupakan salah satu penyebab

utama terjadinya kecelakaan setelah manajemen yang terdiri dari

Page 36: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

15

pengetahuan, motivasi dan keterampilan yang kurang, stres fisik atau

mental dan kemampuan yang tidak cukup secara fisik dan mental (Bird,

1990). Menurut Suma’mur (2009), Secara umum, terdapat dua golongan

penyebab kecelakaan yaitu (1) tindakan/ perbuatan manusia yang tidak

memenuhi keselamatan (unsafe human acts) dan (2) keadaan lingkungan

yang tidak aman (unsafe condition), berikut ini merupakan beberapa

penyebab kecelakaan kerja, antara lain:

1. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman unsafe acts dan

karakteristik pekerja seperti jenis kelamin, umur, pengalaman

kerja, kelelahan, antroergonomi, kondisi tubuh, tingkat

pendidikan

2. Faktor mekanis dan lingkungan kerja antara lain kesalahan

letak mesin dan alat kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan

kerja, tidak adanya machine safeguard, alat kerja yang rusak.

Untuk kondisi lingkungan kerja yang berperan dalam

kecelakaan yaitu terdiri dari kerapihan (house keeping), cara

penyimpanan bahan dan alat kerja yang tidak pada tempatnya,

lantai kotor dan licin, pencahayaan dan ventilasi yang buruk.

Page 37: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

16

Berikut merupakan rasio kecelakaan yang dipaparkan oleh Frank

E. Bird (1990):

Sumber: Bird, 1990

Gambar 2. 1 Rasio Kecelakaan Kerja Menurut Frank E. Bird

Bird (1990) menyatakan bahwa kecelakaan pada prinsipnya

memiliki pola dimana semua jenis kecelakaan diawali dari near miss

(kejadian hampir celaka). Berdasarkan hasil penelitiannya, dinyatakan

bahwa dalam setiap 600 buah kasus kejadian hampir celaka akan terdapat

30 kasus kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan harta benda, 10 kasus

kasus kecelakaan yang mengakibatkan cidera ringan, hingga 1 buah kasus

cidera serius bahkan kematian akibat kecelakaan.

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut OSHA, setiap kecelakaan kerja yang terjadi dapat

diketahui besar kecilnya dampak kerugian yang ditimbulkan. Kecelakaan

Cidera Serius / fatality

Cidera Ringan

Kerusakan Harta Benda

Kejadian Hampir Celaka

Page 38: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

17

kerja dapat digolongkan menjadi berdasarkan kategori akibat kecelakan,

antara lain (OSHA, 2009) :

1. First Aid Case (Perawatan Ringan)

Kecelakaan jenis ini adalah kecelakaan ringan, dimana

korban hanya memerlukan pertolongan pertama pada kecelakaan

seperti pembersihan luka, diberi band aid dan tidak memerlukan

perawatan dokter atau mendapatkan pengobatan yang diresepkan

oleh dokter.

2. Medical Treatment Case (Perawatan Medis)

Kecelakaan yang mengakibatkan korban harus menjalani

perawatan dokter dan mendapat pengobatan jalan tetapi bisa

kembali untuk melakukan pekerjaan seperti biasanya.

3. Restricted Work Case (Jumlah hari kerja dengan aktivitas

terbatas)

Kecelakaan yang mengakibatkan korban tidak dapat

melaksanakan pekerjaannya seperti biasanya dan mendapat

larangan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sehubungan

dengan cideranya, tetapi masih dapat mengerjakan tugas lainnya

dengan berarti untuk sementara waktu.

4. Days away from work (Jumlah hari tidak bekerja)

Setiap kecelakaan yang berakibat tenaga kerja tidak dapat

melakukan pekerjaannya pada jadwal kerja selanjutnya.

Kecelakaan ini dikategorikan sebagai kecelakaan yang

mengakibatkan kehilangan hari kerja.

Page 39: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

18

5. Fatality (Kematian)

Setiap kecelakaan yang berakibat meninggalnya korban

saat kejadian kecelakaan maupun setelah dilakukan perawatan

medis.

Terdapat klasifikasi kecelakaan kerja menurut International

Labour Organization (1962) dalam Suma’mur (1987), yaitu sebagai

berikut: (Suma’mur, 1987)

A. Kecelakaan kerja berdasarkan jenis pekerjaan (corak kecelakaan):

1. Terjatuh

2. Tertimpa benda jatuh

3. Tertumbuk atau terkena benda-benda

4. Terjepit oleh benda

5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

6. Pengaruh suhu tinggi

7. Terkena arus listrik

8. Kontak bahan berbahaya atau radiasi

B. Kecelakaan kerja berdasarkan penyebab:

1. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin

penggergajian kayu, dan sebagainya.

2. Alat angkut dan angkat, misalnya mesin angkat dan

peralatannya, alat angkut darat, udara dan air.

Page 40: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

19

3. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi

pendingin, alat-alat listrik, bejana tekanan, tangga, scaffolding

dan sebagainya.

4. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak,

debu, gas, zat-zat kimia, dan sebagainya.

5. Lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam bangunan dan

dibawah tanah)

C. Kecelakaan kerja berdasarkan sifat luka atau kelainan:

1. Patah tulang

2. Dislokasi (keseleo)

3. Regang otot atau urat

4. Memar dan luka dalam yang lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan

7. Gegar dan remuk

8. Luka bakar

9. Keracunan mendadak

10. Pengaruh radiasi

11. Mati lemas

12. Pengaruh arus listrik

13. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya

D. Kecelakaan kerja berdasarkan kelainan atau luka di tubuh:

1. Kepala

Page 41: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

20

2. Leher

3. Badan

4. Anggota atas

5. Anggota Bawah

6. Banyak tempat

7. Letak lain yang tidak dimasukan klasifikasi tersebut

2.3 Kerugian Akibat Kecelakaan

Kecelakaan dapat mengakibatkan lima jenis kerugian yaitu

kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan

cacat, kematian (Suma'mur, 1994). Kerugian-kerugian tersebut dapat

diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya

kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat kecelakan sering kali besar.

Biaya ini dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tersembunyi (P. E.

Hagan, 2001):

a. Biaya Langsung

Menurut Hagan, biaya langsung kecelakaan adalah jumlah

biaya akibat kecelakaan yang dapat dihitung secara langsung,

seperti: biaya perawatan atau pengobatan korban kecelakaan dan

biaya untuk mengganti peralatan yang rusak (P. E. Hagan, 2001).

Biaya langsung adalah biaya atas P3K, pengobatan dan perawatan,

biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama pekerja tak mampu

bekerja, kompensasi cacat, dan biaya atas kerusakan bahan,

perlengkapan, peralatan dan mesin.

Page 42: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

21

b. Biaya Tidak Langsung/Tersembunyi

Sedangkan, biaya tidak langsung/tersembunyi dari

kecelakaan kerja lebih sulit untuk dihitung karena biaya tersebut

bersifat tersembunyi (P. E. Hagan, 2001). Biaya tersembunyi

meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan

beberapa waktu pasca kecelakaan terjadi. Biaya ini meliputi

berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya

menolong korban atau berhenti bekerja sebagaimana biasa dialami

pada peristiwa terjadinya celaka, biaya yang harus diperhitungkan

untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan sedang sakit

serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum biasa

bekerja pada pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan (Suma'mur,

2009a).

2.4 Faktor Manusia (Human Factor)

Menurut Christiansen, et al (1988) dalam buku Dennis Attwood

yang berjudul Human Factors Methods for Improving Performance in The

Process Of Industries, human factors ialah cabang ilmu pengetahuan dan

teknologi yang meliputi teori tentang perilaku manusia dan karakteristik

biologi manusia yang dapat diterapkan pada spesifikasi, desain, evaluasi,

operasi dan perawatan produk dan sistem untuk meningkatkan kerja yang

aman, efektif, dan memuaskan oleh manusia, kelompok, maupun

organisasi/institusi (Attwood, 2007; J. M Christiansen, 1988).

Page 43: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

22

Menurut The International Association of Oil and Gas Procedures

(OGP), human factors adalah istilah umum yang diberikan untuk disiplin

ilmu secara luas mengenai interaksi di lingkungan kerja antara manusia

dengan manusia, fasilitas dan peralatan (equipment) ataupun terhadap

sistem manajemen (OGP, 2005). Sedangkan, Menurut The UK Health and

Safety Executive, human factors adalah faktor lingkungan, organisasi dan

pekerjaan, serta manusia dan karakteristik individu yang mempengaruhi

perilaku bekerja dimana dapat memberikan efek bagi kesehatan dan

keselamatan (HSG84, 1999).

Model dasar dari human factor pada proses industri yang

dikembangkan oleh OGP (2005) dapat terlihat pada gambar dibawah ini:

Sumber: OGP, 2005

Gambar 2. 2 Model Human Factors berdasarkan The OGP Model

Masing-masing aspek dalam human factors memiliki domain

tersendiri, yaitu untuk domain dari fasilitas dan peralatan (facilities &

equipment) meliputi perhatian terhadap karakteristik secara fisik dan area

kerja, desain, dan perawatan dari peralatan dan daya tahan uji peralatan.

Page 44: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

23

Domain dari manusia (people) meliputi perhatian terhadap sifat manusia,

keahlian, komunikasi, beban kerja, shift kerja, persepsi, dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan kesahatan, stres, dan kelelahan. Kemudian,

untuk aspek sistem manajemen (management systems) domainnya adalah

prosedur, training, sistem keselamatan dalam bekerja, behavior based

safety, project planning, maintenance, safe work practices, sistem izin

kerja, manajemen terhadap perubahan, kesiapsiagaan dan tanggap darurat,

dan aspek-aspek lainnya dari safety culture (OGP, 2005).

Terdapat banyak aspek dari human factors, tetapi semuanya

memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menyesuaikan pekerjaan dan

lingkungan kepada pekerja, daripada memaksa pekerja untuk beradaptasi

dalam melakukan pekerjaan (Attwood, 2007).

2.5 Human Error

Menurut James Reason (1990) dalam bukunya Human Error,

“error” merupakan istilah umum yang mencakup seluruh kondisi dimana

terjadinya kegagalan untuk mencapai tujuan dari rangkaian kegiatan, baik

mental ataupun fisik. Kegiatan yang direncanakan dapat mengalami

kegagalan dikarenakan tindakan yang diambil tidak berjalan sesuai

rencana, atau bisa juga dikarenakan rencana yang telah dibuat tidak layak

untuk mencapai tujuan itu sendiri. Error terdiri dari berbagai jenis yang

berbeda. Kesalahan manusia tersebut terdiri dari (Reason, 1990):

Page 45: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

24

Bagan 2. 1 Taksonomi Human Error

Sumber: James Reason, 1990

Berdasarkan bagan diatas, berikut merupakan penjelasan mengenai

jenis error, antara lain (Reason, 1990):

1. Mistake, merupakan akibat dari kesalahan dalam

merencanakan. Pada proses pengambilan keputusan atau

penilaian, kegagalan ini dapat terjadi karena tidak

memperhatikan apakah tindakan tersebut sesuai atau tidak

dengan kerangka keputusan yang direncanakan.

2. Lapse, yaitu bentuk kesalahan yang tersembunyi atau tidak

terlihat yang melibatkan kegagalan dalam mengingat. Hal

ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia,

kemampuan kognitif atau penyakit tertentu.

Unsafe Acts

Unintended Action

Slip Attentional

Failures

Lapse Memory Failures

Mistake Rule-Based or Knowledge-

based Mistake

Intended

Action Violation

Routine Violations

Exceptional violation

Sabotage

Basic Error

Page 46: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

25

3. Slips, yaitu kesalahan yang terjadi akibat

penerapan/eksekusi yang tidak sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan, tanpa memperhatikan apakah rencana

tersebut telah sesuai atau tidak sesuai dengan pencapaian

suatu tujuan.

4. Violations, adalah situasi dimana operator/pekerja dengan

sengaja melakukan tindakan yang bertentangan dengan

prosedur atau aturan yang berlaku di perusahaan.

2.6 Teori Kecelakaan

Model teori kecelakaan menyajikan prinsip-prinsip yang dapat

digunakan untuk menjelaskan bagaimana kecelakaan dapat terjadi, dan

juga faktor risiko yang berperan dalam kecelakaan (Sabet, 2013).

Kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh beberapa hal, yaitu

terdapat dua golongan penyebab kecelakaan kerja (Suma'mur, 2009b).

Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi

segala sesuatu selain faktor manusia. Faktor mekanis dan lingkungan

dapat dikelompokkan menurut keperluan dan maksud tertentu misal

dikelompokkan berdasarkan pengolahan bahan, mesin penggerak, dan

pengangkat, terjatuh di lantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat

secara manual, menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda

pijar, dan transportasi. Sedangkan golongan kedua adalah faktor manusia

itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan (Suma'mur, 2009a).

Menurut James Reason (1990), kecelakaan terjadi ketika terdapat

Page 47: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

26

kerusakan dalam interaksi antara komponen yang terlibat dalam proses

produksi atau pekerjaan. Menurut Heinrich (1980), 88% kecelakaan

disebabkan oleh tindakan tidak aman, 10% kondisi tidak aman, dan 2%

karena takdir atau nasib yang tidak bisa dihindari.

Sebelum memahami bagaimana kecelakaan itu dapat dicegah

melalui program pencegahan kecelakaan, terlabih dahulu kita harus

memahami urutan bagaimana kecelakaan dapat terjadi dan penyebabnya.

Terdapat berberapa macam teori-teori kecelakaan, yaitu sebagai berikut:

a. Teori Domino

Sumber: Modifikasi dari Heinrich, 1931

Gambar 2. 3 Domino Model of Accident Causation

Teori domino dikembangkan oleh Heinrich pada tahun 1931.

Heinrich berfokus pada faktor manusia (human factors), yang ia sebut

dengan “kegagalan manusia”, sebagai penyebab dari kebanyakan

kecelakaan. Heinrich menemukan bahwa kecelakaan disebabkan oleh 88%

tindakan tidak aman, 10% kondisi tidak aman, dan 2% adalah faktor lain.

Ia menjelaskan bahwa cidera (injury) disebabkan oleh beberapa faktor

Page 48: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

27

yang terangkai dan saling berkaitan, dimana akhir rangkaian tersebut

menyebabkan injury.

Analogi dari teori domino sesuai dengan namanya, yaitu faktor-

faktor penyebab kecelakaan diibaratkan sebagai satu rangkaian domino,

yang apabila salah satunya gagal/terjatuh, maka dapat menyebabkan

rangkaian lain jatuh sehingga berakhir pada kecelakaan dan menyebabkan

cidera (Heinrich, 1959; P. E. Hagan, 2001).

Kecelakaan dapat dicegah dengan menghilangkan salah satu faktor

sehingga dapat mencegah timbulnya dampak berikutnya (Heinrich, 1959).

Berdasarkan model domino, Heinrich mengemukakan bahwa tindakan

tidak aman (unsafe acts) dan bahaya mekanik/kondisi tidak aman (unsafe

conditions) merupakan pusat dari faktor dalam tahapan kecelakaan,

dimana jika dihilangkan pada faktor tersebut dapat membuat faktor

selanjutnya menjadi tidak efektif (OHS Body Of Knowledge, 2012).

Dari temuannya, Heinrich berhasil mengidentifikasi 5 faktor dalam

tahapan terjadinya kecelakaan. Lima faktor tesebut adalah social

environment and anchestry, fault of person, unsafe act/unsafe condition,

accident, dan injury.

1. Social Environment And Anchestry

Faktor lingkungan sosial dan sifat bawaan (social

environment and anchestry). Heinrich menjelaskan bahwa dalam

faktor ini, manusia memiliki sifat bawaan yang tidak baik, seperti

keras kepala dan ceroboh yang diperoleh karena keturunan atau

Page 49: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

28

pengaruh lingkungan dan pendidikan atau keduanya yang

berkontribusi atas terjadinya kesalahan manusia.

2. Fault of Person

Kesalahan manusia (fault of person), faktor kedua ini

terbentuk dari kegagalan/kecacatan lingkungan dan keturunan yang

mempengaruhi seseorang hingga kurang hati-hati dan banyak

membuat kesalahan.

3. Unsafe act & Unsafe Condition

Perilaku tidak aman dan atau kondisi tidak aman (unsafe

act / unsafe condition) merupakan tindakan berbahaya dan kondisi

yang berbahaya seperti mekanik/mesin dan bahaya fisik lainnya

yang memudahkan untuk terjadinya rangkaian berikutnya.

Heinrich meyatakan bahwa unsafe act dan unsafe condition adalah

faktor utama dalam mencegah kecelakaan, dan faktor penyebab

kecelakaan yang paling mudah untuk diperbaiki.

4. Accident

Kecelakaan (accident) yaitu peristiwa kecelakaan yang

menimpa pekerja yang pada umumnya disertai kerugian.

5. Injury

Cidera (injury) merupakan kerugian yang dihasilkan oleh

kecelakaan kerja. Heinrich mengibaratkan 5 rangkaian domino

yang disusun berurutan sebagai faktor-faktor penyebab kecelakaan.

Cidera dapat dicegah dengan menghilangkan faktor-faktor

Page 50: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

29

sebelumnya, seperti tindakan tidak aman dan bahaya

mekanis/kondisi tidak aman.

Heinrich mengungkapan bahwa penyebab terbesar dalam

kecelakaan disebabkan karena kegagalan manusia (man failure),

maka itu Heinrich mengusulkan bahwa tindakan tidak aman dan

kondisi tidak aman merupakan faktor utama dalam urutan

kecelakaan kerja, dan dengan menghilangkan faktor utama

tersebut, menyebabken faktor-faktor sebelumnya tidak efektif

(OHS Body Of Knowledge, 2012).

b. Teori International Loss Causation Institute (ILCI)

Bagan 2. 2 Loss Causation Model

Sumber: Bird dan Germain (1985)

Loss Causation Model merupakan pengembangan dari teori

Domino milik Heinrich. Teori ini berisi mengenai petunjuk yang

memudahkan penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan

faktor penting dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan

kerugian termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1985)

menyatakan bahwa kecelakaan berawal dari lemahnya

Lemahnya Pengendalian

• Tidak adekuatnya program, standar dan pemenuhan standar

Penyebab Dasar

•Faktor Personal

•Faktor Pekerjaan

Penyebab Langsung

•Tindakan tidak aman

•Kondisi tidak aman

Kecelakaan

•Kontak dengan energi atau substansi

Kerugian

•Manusia

•Harta Bernda

•Peoses

Page 51: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

30

pengawasan/pengendalian manajemen yang memicu timbulnya penyebab

dasar. Pendekatan dari teori ini merupakan pendekatan manajemen.

Menurut Bird dan Germain (1985), pada teori ILCI ini, penyebab dasar

yang digambarkan akan menimbulkan penyebab langsung. Penyebab

langsung yaitu kondisi atau tindakan dibawah standar yang dapat mamicu

kontak antara pekerja dengan energi atau substansi yang tidak mampu

ditoleransi. Kontak yang terjadi kemudian akan menimbulkan kecelakaan

dan kerugian. Skema kejadian kecelakaan berdasarkan teori Loss

Causation Model, sebagai berikut:

a. Lemahnya Pengendalian

Menurut ILCI, pengendalian merupakan satu dari empat

fungsi esensial manajemen yaitu perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Ketika

pengendalian manajemen dalam program K3, prosedur dan

pemenuhan standar terganggu, maka akan memicu timbulnya

dasar kejadian kecelakaan. Ada tiga penyebab lemahnya

pengendalian, yaitu karena program K3 yang tidak adekuat

karena terlalu sedikitnya aktivitas program yang dilaksanakan,

standar program yang tidak adekuat, dan pemenuhan standar

yang tidak memadai.

b. Penyebab Dasar

Penyebab dasar adalah penyebab sesungguhnya yang

tersembunyi di balik gejala-gejala yang ada di dalam urutan

Page 52: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

31

terjadinnya kecelakaan kerja. Penyebab dasar adalah alasan

terjadinya tindakan maupun kondisi tidak aman yang

menimbulkan kecelakaan. Penyebab dasar menjelaskan kenapa

orang-orang bertindak di bawah standar dan kondisi tidak

standar muncul di tempat kerja. ILCI membagi dua jenis

penyebab dasar, yaitu penyebab yang berasal dari faktor

personal dan faktor pekerjaan.

c. Penyebab Langsung

Penyebab langsung adalah tindakan atau kondisi

langsung yang mendahului kontak antara segala sesuatu dan

berisiko menerimanya dengan energi atau substansi. Penyebab

langsung biasanya diamati dengan indera yang dimiliki

manusia normal. Penyebab langsung dibagi menjadi dua jenis,

yaitu tindakan dibawah standar dan kondisi tidak aman.

d. Kecelakaan/Kontak

Kecelakaan atau kontak adalah kejadian yang

mendahului timbulnya kerugian. Ketika terdapat potensi

penyebab kecelakaan, maka kemungkinan untuk terjadinya

kontak dengan sumber energi di atas amabang batas dari tubuh

atau struktur akan selalu ada. Di dalam keputusan Ditjen

Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan tahun 2008

(Depnakertrans RI, 2008) telah terklasifikasikan mengenai

corak penyebab kecelakaan, diantaranya adalah:

Page 53: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

32

1. Terbentur, tertusuk, tersayat

2. Terpukul

3. Terjepit, tertimbun, tenggelam

4. Jatuh dari ketinggian yang sama dan tergelincir

5. Jatuh dari ketinggian berbeda

6. Keracunan

7. Tersentuh arus listrik

8. Lain-lain

e. Kerugian

Kerugian adalah konsekuensi yang harus diterima dari

kejadian kecelakaan. Kerugian dapat menimpa manusia, proses

dan harta benda serta mengurangi pendapatan. Kerugian dapat

berupa cedera, kehilangan/kerusakan harta benda, dan

terhentinya proses.

Page 54: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

33

c. Model Epidemiologi

Salah satu teori yang menyebutkan karakteristik kecelakaan yang

menjadi faktor risikonya adalah teori epideomiologi, yang menjelaskan

faktor risiko yaitu host, agent, dan environment, dimana dalam penelitian

ini dijelaskan orang/korban kecelakaan sebagai host, agent sebagai

penyebab/kecelakaan, dan environment adalah lingkungan kerja tempat

orang mengalami kecelakaan (Colling, 1990).

Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990

Teori model epidemiologi yang berttujuan untuk mengetahui

penyebab kecelakaan ini dirancang oleh Suchman dan dikembangkan lagi

Pekerja

-Umur

-Jenis Kelamin

-Masa Kerja

-Tingkat Pendidikan

Pekerjaan

-Unit Kerja

-Waktu Kerja

Lingkungan Pekerjaan

-Fisik

-Biologi

-Kimia

Kecelakaan Kerja

Bagan 2. 3 Konsep Model Epidemiologi

Page 55: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

34

oleh Surry, dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan

faktor lingkungan atau kombinasi dengan karakteristik situasional

termasuk risk assessment yang dapat menjadi penyebab atau pengendali

terjadinya kecelakaan. (Colling, 1990). Menurutnya, fenomena kecelakaan

adalah tindakan yang tidak direncanakan, tidak dapat dihindari dan tidak

diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi host (pekerja), agent

(mesin/pekerjaan), dan faktor-faktor lingkungan ataupun kombinasi-

kombinasi dari hal-hal tersebut yang menggangu proses kerja dan dapat

menimbulkan cedera ataupun tidak, kesakitan, kematian, kerusakan

properti ataupun kejadian yang tidak diinginkan lainnya. Definisi tersebut

lebih mendekati untuk teori kejadian kecelakaan dari definisi epidemiologi

sebagai studi tentang interaksi sekelompok orang (agent) dan lingkungan

yang menyebabkan penyakit.

Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan

petunjuk dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakan itu sendiri

tindakannya tidak diharapkan, dan tidak dapat dihindari, yang dihasilkan

dari interaksi dari korban atau penyebab kerusakan dan faktor-faktor

lingkungan disertai dengan situasi yang melibatkan pengambilan risiko

dan persepsi terhadap bahaya. Model ini sejalan dengan yang digunakan

untuk studi penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini seseorang

mencari suatu penjelasan pada kejadian kecelakan beserta sekelompok

orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor lingkungan (Colling, 1990).

Page 56: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

35

2.7 Determinan Kecelakaan Kerja

2.7.1 Faktor Manusia

Berikut merupakan faktor-faktor manusia yang berpengaruh

terhadap kejadian kecelakaan kerja:

1. Usia

Usia adalah lama hidup individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun terakhir. Standar dari ILO

(2007) untuk batas usia terendah bagi pekerja adalah 15 tahun.

Penduduk usia kerja menurut ILO dibagi menjadi 2 kategori,

yaitu muda (15-25 tahun) dan dewasa (>25 tahun). BPJS

Ketenagakerjaan (2015) menyatakan bahwa pekerja berusia di

bawah 25 tahun lebih banyak mengalami kecelakaan kerja.. (ILO, 2007)

Hartono (2004) menemukan bahwa kecelakaan sedikit

ditemui pada pekerja dengan usia tua. Hasil penelitian Safe

Work Australia menunjukkan bahwa pekerja muda, yaitu yang

berusia dibawah 25 tahun, lebih banyak mengalami kecelakaan

kerja dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua yang berusia

25 tahun keatas (Safe Work Australia, 2013). Sedangkan,

menurut Sudibyo (2012) pekerja yang berusia 30-35 tahun

memiliki persentase terbesar pada setiap jenis kecelakaan yang

ada hal ini terjadi dimungkinkan karena golongan usia antara

30-35 tahun merasa telah memiliki pengalaman kerjanya cukup

lama, sehingga mereka terkadang melupakan standar

operasional (SOP) dan menganggap remeh terhadap hal-hal

Page 57: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

36

yang kecil, sikap kurang hati-hati dan mengutamakan

keselamatan dalam bekerja, berdampak terhadap semakin

besarnya resiko kecelakaan yang mungkin terjadi (Sudibyo,

2012).

Menurut Sriwahyudi dkk. (2014) usia berbanding lurus

dengan kapasistas kerja dan usia 25 tahun dianggap sebagai

usia puncak, sedangkan usia 25-60 tahun terdapat penurunan

kemampuan fisik, sebesar 25% untuk kekuatan otot, dan 60%

untuk kemampuan sensoris dan motoris. (Dalimunthe, 2012; Hartono Muljadi, 2004; Sriwahyudi, 2014. )

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah karakteristik biologis dan fisiologis

yang membedakan seorang laki-laki dan perempuan (WHO,

2016). Menurut penelitian Riyadina (2007) pekerja laki-laki

tiga kali lebih berisiko untuk mengalami kecelakaan kerja.

Hoskins (2005) menyatakan pekerja laki-laki lebih banyak

mengalami kecelakaan kerja dibandingkan perempuan, karena

secara umum pekerja perempuan tidak bekerja dalam profesi

yang secara konsisten berisiko untuk menimbulkan cedera dan

penyakit akibat kerja. Dalam penelitian yang sama disebutkan,

pekerja perempuan mengalami kecelakaan lebih banyak

disebabkan oleh pembunuhan dan kecelakaan di jalan raya.

(Hoskins, 2005; Riyadina, 2007)

Page 58: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

37

3. Masa Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, masa kerja

adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor,

badan atau sebagainya. Kewaspadaan terhadap kecelakaan

akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia

dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan

(Suma’mur, 1989). Menurut M. A. Tulus, masa kerja dapat

dikategorikan menjadi; masa kerja baru (< 6 tahun), Masa kerja

sedang yaitu (6-10 tahun), dan masa kerja lama (>10 tahun).

4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang dalam

berpikir mengenai keselamatan kerja. Permasalahan yang

menjadi faktor tersebut salah satunya tingkat pendidikan

rendah yang menjadi dasar rendahnya kesadaran dalam

penggunaan alat pelindung diri dan cara berperilaku selamat

(Riyadina, 2007).

Sebuah penelitian oleh Sudibyo (2012), berdasarkan

pendidikan yang banyak mengalami kecelakaan pekerja kontrak

yaitu yang berpendidikan SD-SMP sebesar 55% dibanding

pekerja yang berpendidikan SMA/STM yaitu sesebesar 40%

dan yang berpendidikan D3-SI yaitu sebesar 5%. Hal ini

menunjukan bahwa tingkat pendidikan SD-SMP memiliki

persentse terbesar pada setiap jenis kecelakaan, jika

dibandingkan dengan pekerja yang memiliki tingkat pendidikan

Page 59: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

38

tinggi Diploma persentase kecil. Pendidikan seseorang sangat

penting diperhatikan untuk meningkatkan kesadaran akan arti

pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja (Depnaker RI,

1988).

5. Kedisiplinan

Disiplin memiliki arti tata tertib/ketaatan pada peraturan

(Depdiknas, 2008). Kedisiplinan dalam bekerja merupakan

tindakan atau usaha untuk menyelesaikan pekerjaan dengan taat

kepada tata tertib/peraturan yang berlaku. Ketika tata

tertib/peraturan kerja tidak terpenuhi maka disebut sebagai

pelanggaran dalam bekerja. Pelanggaran dalam bekerja adalah

penyimpangan dari prosedur pengoperasian yang aman

(Glendon dkk., 2006).

6. Pengalaman

Menurut Root (1981) pengalaman kerja berpengaruh

pada kejadian kecelakaan kerja. Minimnya pengalaman kerja

merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka

kecelakaan pada pekerja berusia muda. Penelitian di Hong

Kong menunjukkan bahwa cedera di bagian tangan paling

banyak terjadi pada pekerja yang memiliki masa kerja kurang

dari satu tahun, yaitu sebesar 43% (Ong, 1982). Pengalaman

kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

kecelakaan, terutama pengalaman kerja dengan peralatan yang

dipergunakan dalam suatu proses kerja (Soetanto, 1991).

Page 60: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

39

7. Antroergonomi

Menurut Sritomo (1989), anthropometri yang berasal

dari “anthro” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti

ukuran. Secara definitif anthropometri dinyatakan sebagai suatu

studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan

aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa, dan

kekuatan tubuh. (Sritomo, 1989)

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis

untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat,

kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada

sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman

(Sutalaksana, 1979).

Menurut Soetanto (1991) mesin dan alat yang ada di

Indonesia berasal dari luar negeri dimana peralatan tersebut

sesuai dengan kondisi pekerja luar negeri sehingga ukurannya

kurang sesuai dengan kondisi fisik pekerja di Indonesia. Hal

tersebut meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan kerja di

Indonesia.

Page 61: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

40

8. Kondisi psikologis

Aspek psikologis mencakup kognisi, emosi, dan

perilaku individu dalam bekerja (Glendon, 2006). Menurut

Grandjean (1993), kondisi psikologis seperti kebosanan dan

kelelahan adalah keadaan yang disertai dengan penurunan

efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, kelelahan merupakan

fenomena kompleks psikologis maupun fisiologis yang sering

menyebabkan kecelakaan (Grandjean, 1993).

2.7.2 Faktor Pekerjaan

1. Unit Kerja

Pada beberapa penelitian terdahulu, kecelakaan kerja

berdasarkan unit kerja umumnya memang terdapat di bagian

kerja yang menggunakan mesin seperti penelitian Anggraeni

(1993) yang mendapatkan kecelakaan kerja terbanyak terjadi

di unit kerja yang banyak menggunakan dan berhubungan

dengan mesin serta benda kerja.(Anggraeni, 1993)

Riyadina (2008) mengungkapkan bahwa pekerja di

bagian unit produksi mempunyai risiko yang tertinggi

mengalami kecelakaan. Mayoritas cedera akibat kerja pada

pekerja industri adalah luka terbuka (37,2%), lecet atau

superfisial (29,6%) dan cedera mata (14,8). Bagian tubuh yang

mengalami cedera didominasi oleh cedera sendi-pinggul-

Page 62: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

41

tungkai atas (40,2%), kepala (24,8%) dan pergelangan tangan

(14,3%). Penyebab cedera terbanyak adalah tertusuk (43,1%)

pada industri garmen dan mata kemasukan serpihan

logam/gram (10%) pada industri baja.

2. Jam Kecelakaan

Penelitian Dalimunthe (2012) menunjukkan kecelakaan

kerja di Jakarta Selatan selama tahun 2007-2011 paling banyak

terjadi pada jam 06.01-12.00. Menurut laporan tahunan BPJS

Ketenagakerjaan (2015) kecelakaan kerja di Indonesia pada

tahun 2014 paling banyak terjadi pada jam 06.01-12.00.

BPJSTK membagi waktu kecelakaan kerja menjadi: waktu

pagi yaitu sejak pukul 00.01-06.00, waktu siang pukul 06.01-

12.00, waktu sore 12.01-18.00, dan waktu malam 18.01-24.00.

3. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan dapat diklasifikasikan berdasarkan dua jenis

yaitu pekerjaan kerah biru (blue collar) dan kerah putih (white

collar). Pekerja kerah biru adalah pekerja yang melakukan

aktivitas kerja menggunakan tangan secara berulang-ulang,

membutuhkan keterampilan fisik dan ketahanan energi,

sedangkan pekerja kerah putih adalah kebalikan dari pekerja

kerah biru antara lain Manajer, Profesional, Pramuniaga,

Page 63: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

42

Pekerja Administrasi, Sales, dan Pekerja Pelayanan

Masyarakat. Sedangkan pekerja kerah biru adalah Teknisi,

Operator Mesin dan Pengemudi, dan Buruh (ANZSCO, 2009).

Menurut Hagg et al (2015) kecelakaan kerja lebih

sering terjadi pada pekerja kerah biru dibanding pada pekerja

kerah putih karena pekerja kerah biru memiliki jadwal kerja

dengan sistem shift dan lebih dekat dengan sumber bahaya di

tempat kerja (Hagg, 2015).

4. Shift Kerja

Shift kerja merupakan pola pengaturan jam kerja

sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana

yang biasa dilakukan, shift kerja biasanya dibagi atas kerja

pagi, sore, malam. Shift kerja menjadi salah satu tuntutan tugas

yang memiliki konsekuensi terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja (Strank, 2005). Terdapat dua masalah utama

pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu

ketidakmampuan pekerja beradaptasi dengan kerja pada malam

hari dan tidur pada siang hari (Arifin, 2004). Menurut Folkard

dan Monk (1979) dan McCormick dan Ilgen (1985), ritme

circadian tiap individu berbeda dalam menyesuaikan kerja

terutama pada shift malam. Selain itu, pola aktivitas tubuh

Page 64: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

43

akan terganggu apbila bekerja pada malam dan maksimum

terjadi selama shift malam (Singleton, 1972). (McCormic k, 1985) (Monk T. and Fo lkard S., 1983)

5. Jenis Industri

International Standard Industrial Classification of All

Economic Activities (ISIC) didefinisikan oleh United Nation

Statistic Division sebagai standar klasifikasi dari kegiatan

ekonomi (termasuk perdagangan barang dan jasa) yang diatur

sedemikian rupa sehingga entitas dapat diklasifikasikan sesuai

dengan aktivitas yang dijalankan industri. Jenis industri yang

memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi dari jenis industri

lainnya menurut beberapa penelitian adalah pada industri

pertambangan, pertanian, perhutanan, perikanan dan industri

konstruksi (Korea Ministry of Labor, 2001).

Menurut United Nations Statistic Division (2017),

Klasifikasi jenis industri dibagi menjadi, sebagai berikut:

1. Pertanian kehutanan dan perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Manufaktur

4. Listrik, gas, uap, dan pendingin udara

5. Persediaan air, pembuangan limbah, pengelolaan

limbah dan kegiatan remediasi

6. Konstruksi

Page 65: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

44

7. Perdagangan grosir dan eceran

8. Transportasi dan penyimpanan

9. Kegiatan pelayanan makanan dan minuman

10. Informasi dan komunikasi

11. Aktivitas keuangan dan asuransi

12. Properti

13. Kegiatan professional, ilmiah, dan teknis

14. Kegiatan administrasi dan pendukung

15. Administrasi dan pertahanan publik, jaminan sosial

wajib

16. Pendidikan

17. Aktivitas kerja kesehatan dan sosial manusia

18. Seni, hiburan dan rekreasi

19. Aktivitas pelayanan lainnya

20. Aktivitas rumah tangga yang mempekerjakan pekerja

21. Organisasi ekstra (Division, 2017)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, tingkat

risiko lingkungan kerja, terdapat 5 kelompok tingkat risiko

jenis industri yang menentukan besarnya iuran Jaminan

Kecelakaan Kerja (JKK) peserta penerima upah (dapat dilihat

pada lampiran 15), sebagai berikut (Pemerintah Republik

Indonesia, 2015a):

Page 66: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

45

1. Tingkat risiko sangat rendah: 0,24% dari upah sebulan

2. Tingkat risiko rendah: 0,54% dari upah sebulan

3. Tingkat risiko sedang: 0,89% dari upah sebulan

4. Tingkat risiko tinggi: 1,27% dari upah sebulan

5. Tingkat risiko sangat sangat tinggi: 1,74% dari upah

sebulan.

6. Housekeeping

Housekeeping merupakan serangkaian aktivitas di

tempat kerja yang berupa pemilahan, penataan, pembersihan,

pemeliharaan, dan pembiasaan, yang semuanya diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (NSW, 2007;

Putri, 2012). Penelitian dari Putri (2012) menunjukan bahwa

housekeeping memiliki hubungan yang signifikan dengan

kecelakaan kerja di sebuah perusahaan. Menurut Work Cover

Authority of NSW (2010), berdasarkan data kompensasi pekerja

pada tahun 2008 dan 2009, tergelincir, tersandung, dan terjatuh

menyumbang angka presentase sebesar 25% terhadap

kecelakaan kerja yang mengakibatkan cidera.

Housekeeping merupakan faktor lingkungan yang harus

diperhatikan karena dapat menjadi potensi penyebab langsung

terjadinya kecelakaan kerja. House keeping yang buruk dapat

juga berupa tidak terawatnya peralatan-peralatan yang

digunakan dalam bekerja (ILO, 2013a).

Page 67: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

46

2.7.3 Faktor Lingkungan Kerja

Berikut merupakan faktor-faktor lingkungan kerja yang

berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja:

1. Faktor Fisika

Faktor fisika atau bahaya fisika terdiri dari paparan atas

kebisingan, listrik, getaran, radiasi, suhu ekstrim, dan lain

sebagainya (CCOHS, 2016a). Menurut ILO (2013), faktor

fisika adalah faktor di dalam area kerja yang bersifat fisika,

antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja,

gelombang mikro, dan sinar ultra violet. Faktor fisika dapat

menjadi bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi

ataupun produk samping yang tidak diinginkan.

Faktor fisika yang mempengaruhi gangguan pada

pekerja sehingga dapat terjadi kecelakaan salah satunya adalah

kebisingan. Kebisingan adalah suara-suara yang tidak

diinginkan manusia. Kebisingan di tempat kerja dapat

berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat

menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi

sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak terdengarnya

instruksi maupun informasi yang diberikan, dan hal ini dapat

berakibat terjadinya kecelakaan kerja, maupun kehilangan

pendengaran sementara atau menetap (Suma'mur, 1994).

Page 68: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

47

Contoh pekerjaan yang mengandung bahaya fisika,

anatara lain (Menakertrans, 2003):

a. Pekerjaan di bawah tanah, dibawah air atau dalam ruangan

tertutup yang sempit dengan ventilasi yang terbatas

(confined space) misalnya sumur ataupun tangki.

b. Pekerjaan yang dilakukan pada tempat ketinggian lebih

dari 2 meter.

c. Pekerjaan dengan menggunakan atau dalam lingkungan

yang terdapat listrik bertegangan diatas 50 volt.

d. Pekerjaan yang menggunakan peralatan las listrik dan/atau

gas.

e. Pekerjaan dalam lingkungan kerja dengan suhu dan

kelembaban ekstrim atau kecepatan angin yang tinggi.

f. Pekerjaan dalam lingkungan kerja dengan tingkat

kebisingan dan getaran yang melebihi ambang batas.

g. Pekerjaan menangani, menyimpan, mengangkut, dan

menggunakan bahan radioaktif.

h. Pekerjaan yang menghasilkan atau dalam lingkungan kerja

yang terdapat bahaya radiasi mengion.

i. Pekerjaan yang dilakukan dalam lingkungan yang

berdebu.

j. Pekerjaan yang dilakukan dan dapat menimbulkan bahaya

listrik, kebakaran dan/atau peledakan.

Page 69: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

48

2. Faktor Kimia

Menurut Kemnaker melalui Keputusan Menteri Tenaga

Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang pengendalian bahan

kimia berbahaya di tempat kerja, bahan kimia berbahaya

adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang

berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi

berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.

Bahan kimia berbahaya dapat memasuki aliran darah dan

bersifat beracun yang menyebabkan kerusakan pada sistem

tubuh dan organ lainnya, hingga potensi kebakaran di tempat

kerja. Bahan kimia berbahaya dapat berupa wujud padat, cair,

uap, gas, debu, asap atau kabut dan dapat masuk ke dalam

tubuh melalui tiga cara, yaitu inhalasi (menghirup), pencernaan

(menelan), penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif

(ILO, 2013a). (Kemnaker, 1999)

Pekerjaan yang megandung bahaya kimia, antara lain

(Menakertrans, 2003):

a. Pekerjaan yang dilakukan dalam lingkungan kerja yang

terdapat pajanan (exposure) bahan kimia berbahaya.

b. Pekerjaan yang menangani, menyimpan, mengangkut,

dan menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat

toksik, eksplosif, mudah terbakar, mudah menyala,

Page 70: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

49

oksidator, korosif, iritatif, karsinogenik, mutagenik,

dan/atau teratogenik.

c. Pekerjaan yang menggunakan asbes.

d. Pekerjaan yang menangani, menyimpan, menggunakan

dan/atau mengangkut pestisida.

3. Faktor Biologi

Bahaya biologi yang dapat mengakibatkan kecelakaan

dapat berupa gangguan bakteri, virus, fungi, parasit dan

binatang (ILO, 2013b). Menurut KEPMEN No. 235 Tahun

2003 pekerjaan yang mengandung bahaya biologi, antara lain:

a. Pekerjaan yang terpajan dengan bakteri, virus, fungi,

parasit dan sejenisnya, misalnya pekerjaan lingkungan

laboratorium klinik, penyamakan kulit, pencucian

getah/karet.

b. Pekerjaan ditempat pemotongan, pemrosesan, dan

pengepakan daging hewan.

c. Pekerjaan yang dilakukan di perusahaan peternakan

seperti memerah susu, memberi makan ternak,

membersihkan kandang.

d. Pekerjaan di dalam silo atau gudang penyimpanan hasil-

hasil pertanian.

e. Pekerjaan penangkaran binatang buas. (Menakertrans,

2003)

Page 71: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

50

2.8 Investigasi dan Analisa Laporan Kecelakaan

Perbedaan diantara investigasi dengan analisa laporan kecelakaan

adalah pada lingkup (scope) masing-masing kegiatan. Investigasi

kecelakaan secara logis, mencakup segala sesuatu dari awal perencanaan

yaitu bagaimana cara menyelidiki suatu kecelakaan, alokasi dan

penjadwalan sumber daya, pengumpulan data dan informasi, analisis

kesesuaian, rekomendasi berdasarkan hasil analisis, penerapan

rekomendasi, dan terakhir adalah evaluasi dampak dari rekomendasi yang

dilakukan. Sedangkan, analisis kecelakakaan berfokus pada bagaimana

untuk memahami apa yang terjadi berdasarkan data-data dan informasi

yang tersedia. Tepatnya membahas mengenai kumpulan laporan

kecelakaan atau bagian dari investigasi (E. Hollnagel, 2008).

Analisis laporan kecelakaan bermanfaat dalam menentukan cara

pengumpulan data pada saat investigasi, khususnya jika organisasi atau

perusahaan menerapkan teknik tersendiri dalam melakukan investigasi dan

diterapkan secara rutin, agar dapat menentukan rekomendasi yang tepat (E.

A. Hollnagel, UK: Ashgate, 2008). Walaupun kegiatan memeriksa dan

menganalisa laporan kecelakaan merupakan kegiatan yang secara

prosedural dilakukan setelah terjadinya kecelakaan, namun kegiatan ini

dapat mencegah terjadinya kecelakaan serupa (John Ridley, 2002)

Menurut Hagan, dkk (2011), analisis kecelakaan kerja dapat

menghasilkan manfaat seperti berikut: (P. E. Hagan, 2001)

Page 72: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

51

1. Mengidentifikasi lokasi maupun sumber kecelakaan dengan melihat

dari peristiwa yang terjadi, cara kerja, bahan, mesin dan alat yang

paling sering menghasilkan cidera.

2. Dapat menemukan sifat dan ukuran masalah kecelakaan di

departemen dan pekerjaan.

3. Menunjukan pentingnya rekayasa teknik dengan mengidentifikasi

bahaya utama yang terkait dengan berbagai jenis peralatan dan

bahan.

4. Mengungkapkan inefisiensi dalam proses operasi dan prosedur,

misalnya desain tata letak yang buruk, keusangan, tugas yang

berlebihan, atau pelanggaran prosedur.

5. Menemukan praktik tidak aman yang perlu diperbaiki dengan

pelatihan pekerja atau mengubah metode kerja.

6. Memberikan supervisor informasi mengenai bahaya yang terdapat di

departemen kerjanya, sehingga mereka dapat memberikan upaya

terhadap keselamatan kerja.

7. Memungkinkan evaluasi objektif tentang kemajuan program

keselamatan dengan menganalisis efek tindakan perbaikan, teknik

edukasi, dan metode lainnya yang diadopsi untuk mencegah cidera.

2.9 Pencegahan kecelakaan

Pencegahan kecelakaan dapat diterapkan berdasarkan pengetahuan

tentang penyebab kecelakaan. Salah satu upaya pencegahaan kecelakaan

yaitu mengetahui berbagai penyebab kecelakaan dengan melakukan

Page 73: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

52

analisis terhadap kecelakaan yang terjadi. Selain itu juga sangat penting

untuk melakukan identifikasi bahaya yang meungkin menyebabkan

kecelakaan dan melakukan assessment besarnya risiko bahaya (E.

Hollnagel, 2008).

Intervensi pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009)

ditujukan kepada faktor manusia, lingkungan, mesin, peralatan kerja, dan

perlengkapan kerja. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain:

1. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan kerja terhadap faktor manusia

meliputi peraturan kerja, mempertimbangkan batas

kemampuan dan keterampilan pekerja, meniadakan hal-hal

yang mengurangi konsentrasi kerja, menegakan disiplin kerja,

menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta

menghilangkan adanya ketidakcocokan antara fisik dan

mental.

2. Faktor lingkungan

Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum,

sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan

di tempat kerja, dan pengaturan suhu udara ruang kerja.

b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung

dan tempat kerja yang dapat menjamin keselamatan

c. Memenuhi peyelenggaraan ketatarumahtanggaan

(house keeping), meliputi pengaturan penyimpanan

Page 74: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

53

barang, penempatan dan pemasangan mesin,

penggunaan tempat dan ruangan.

3. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada

perencanaan yang baik dengan memperhatikan ketentuan yang

berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau

penutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas

yang bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila pagar

atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan

pasti efektf atau tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut

yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap

mesin atau alat serta perkakas.

4. Perlengkapan kerja

Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang

harus dipenuhi bagi pekerja. Alat pelindung diri berupa pakaian

kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemaunya harus sesuai

ukuran dan nyaman bila digunakan pekerja.

Page 75: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

54

2.10 Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini menggunakan Teori Model Epidemiologi

dari Colling (1990) dan teori dari Suma’mur (2009). Berikut gambaran kerangka

teorinya:

Bagan 2. 4 Kerangka Teori

Sumber: Colling 1990; Suma’mur, 2009

Determinan Kecelakaan

Faktor Pekerja

Usia

Jenis Kelamin

Masa Kerja

Tingkat Pendidikan

Kedisiplinan

Antroergonomi

Kondisi Psikologis

Tindakan Tidak Aman

Faktor Pekerjaan

Unit Kerja

Jam kecelakaan

Jenis Pekerjaan

Jenis Industri

Faktor Lingkungan Kerja

Sumber Kecelakan (Bahaya

Fisika, Kimia, Biologi)

Kondisi Tidak Aman

Tingkat Risiko Lingkungan

Kerja

Hasil Kecelakaan

Corak Kecelakaan

Bagian fisik yang cidera

Sifat luka atau kelainan

pada kecelakaan

Kecelakaan Kerja

Page 76: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

55

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kecelakaan kerja

yang terjadi di dalam lokasi kerja dengan melakukan analisis terhadap data

laporan kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi kerja yang telah terlapor di

Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur dalam periode

Januari 2014 sampai dengan Desember 2016. Analisis karakteristik

kecelakaan kerja menggunakan Model Epidemiologi dari Colling (1990) dan

teori dari Suma’mur (2009). Pada kerangka konsep penelitian ini, variabel

yang diteliti yaitu kecelakaan kerja, determinan kecelakaan kerja yang terdiri

dari faktor pekerja (usia, jenis kelamin dan tindakan tidak aman), faktor

pekerjaan (jam kecelakaan, jenis pekerjaan, dan jenis industri), faktor

lingkungan kerja (sumber kecelakaan kerja, kondisi tidak aman dan tingkat

risiko lingkungan kerja), dan hasil dari kecelakan (corak kecelakaan, bagian

fisik yang cidera, sifat luka atau kelainan pada kecelakaan).Variabel yang

tidak diteliti adalah masa kerja, tingkat pendidikan, kedisiplinan,

antroergonomi, kondisi psikologis, dan unit kerja. Variabel-variabel tersebut

tidak diteliti karena data mengenai variabel-variabeltersebut tidak dapat

dianalisis melalui data laporan kecelakaan yang tersedia, ataupun tidak terisi

secara lengkap.

Page 77: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

56

Bagan 3. 1 Kerangka Konsep

Determinan Kecelakaan

Faktor Pekerja

Usia

Jenis Kelamin

Tindakan Tidak Aman

Faktor Pekerjaan

Jenis Pekerjaan

Jam kecelakaan

Jenis Industri

Faktor Lingkungan Kerja

Sumber kecelakaan

Kondisi tidak aman

Tingkat risiko

lingkungan kerja

Hasil Kecelakaan

Corak Kecelakaan

Bagian Fisik yang cidera

Sifat luka atau kelainan

Kecelakaan Kerja

Page 78: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

57

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

1. Kecelakaan

Kerja

Kecelakaan yang

dialami oleh pekerja di

suatu perusahaan dan

terjadi di dalam lokasi

kerja.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

Jumlah pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja

Nominal

2. Usia Pekerja Lamanya hidup pekerja

sejak lahir sampai saat

mengalami kecelakaan

kerja.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. 15-25 Tahun

2. >25 Tahun

(ILO, 2007)

Ordinal

3. Jenis Kelamin Perbedaan tanda fisik

secara biologis dan

Observasi

Data

Lembar Checklist,

Laporan

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

Page 79: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

58

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

anatomis yang dibawa

sejak lahir oleh pekerja

yang mengalami

kecelakaan.

Sekunder Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

4. Tindakan Tidak

Aman (Unsafe

Act)

Tindakan/perilaku

berbahaya yang

dilakukan oleh pekerja

yang dapat memicu

kecelakaan.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. Mengoperasikan alat tanpa

wewenang

2. Gagal memperingatkan

3. Gagal mengamankan,

gangguan konsentrasi

4. Mengoperasikan alat dengan

kecepatan yang tidak sesuai

5. Membuat alat pengaman tidak

beroperasi

6. Menggunakan alat yang rusak

7. Menggunakan alat dengan

tidak sesuai fungsi

8. Gagal menggunakan Alat

Pelindung Diri

Nominal

Page 80: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

59

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

9. Memuat beban tidak sesuai

10. Penempatan tidak sesuai

11. Pengangkatan tidak sesuai

12. Posisi saat bekerja tidak aman

13. Memperbaiki alat ketika

beroperasi

14. Bukan salah satunya

(Bird & Germain, 1990)

5. Jenis Pekerjaan Macam pekerjaan yang

dilakukan oleh pekerja

dengan karakteristik

yang sama.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. Kerah Biru: Teknisi, Operator

Mesin, Pengemudi, dan Buruh.

2. Kerah Putih: Manajer,

Profesional, Pekerja

Administrasi, Sales dan Pekerja

Pelayanan Masyarakat.

(ANZSCO, 2009)

Nominal

6. Jam kecelakaan Waktu ketika

kecelakaan terjadi

(BPJS Ketenagakerjaan,

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

1. Pukul 06.01-12.00

2. Pukul 12.01-18.00

3. Pukul 18.01-24.00

Nominal

Page 81: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

60

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

2015). Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

4. Pukul 00.01-06.00

(BPJS Ketenagakerjaan, 2015)

7. Jenis Industri Klasifikasi industri

sesuai dengan

aktivitas/kegiatan yang

dijalankan industri.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. Pertanian kehutanan dan

perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Manufaktur

4. Listrik, gas, uap, dan pendingin

udara

5. Persediaan air, pembuangan

limbah, pengelolaan limbah dan

kegiatan remediasi

6. Konstruksi

7. Perdagangan grosir dan eceran

8. Transportasi dan penyimpanan

9. Kegiatan pelayanan makanan

dan minuman

10. Informasi dan komunikasi

Nominal

Page 82: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

61

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

11. Aktivitas keuangan dan asuransi

12. Properti

13. Kegiatan professional, ilmiah,

dan teknis

14. Kegiatan administrasi dan

pendukung

15. Administrasi dan pertahanan

publik, jaminan sosial wajib

16. Pendidikan

17. Aktivitas kerja kesehatan dan

sosial manusia

18. Seni, hiburan dan rekreasi

19. Aktivitas pelayanan lainnya

20. Garment

21. Kimia

(United Nations Statistic Division,

2017) (Division, 2017)

Page 83: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

62

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

8. Sumber

Kecelakaan

Bahaya di tempat kerja

yang langsung

memapar pekerja dan

menyebabkan cidera.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. Mesin (Press, bor, gergaji, dll)

2. Pengangkut/pengangkat barang

3. Perkakas pekerjaan tangan,

benda tajam

4. Bahan mudah terbakar dan

benda panas

5. Penggerak mula (turbin, mesin

uap, kincir angin) dan pompa

6. Conveyor

7. Pesawat uap

8. Debu berbahaya

9. Lift (barang, orang)

10. Alat transmisi mekanik

11. Peralatan Listrik

12. Radiasi dan bahan radioaktif

13. Permukaan lantai di lingkungan

kerja

14. Bahan Kimia

Nominal

Page 84: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

63

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

15. Gigitan/cakaran/sengatan

binatang

16. Lain-lain

(Peraturan Menteri Tahun 1998

tentang Tata Cara Pelaporan dan

Pemeriksaan Kecelakaan)

9. Kondisi Tidak

Aman

Kondisi lingkungan

kerja berbahaya yang

dapat memicu

kecelakaan.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. Pengaman atau penghalang

yang tidak memadai

2. Perlengkapan pengaman yang

tidak memadai

3. Alat, bahan atau perlengkapan

yang rusak

4. Kemacetan atau tindakan yang

dibatasi

5. Kerapihan yang buruk

6. Kondisi lingkungan yang

berbahaya seperti gas, debu,

asap, uap, fume

Nominal

Page 85: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

64

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

7. Paparan kebisingan

8. Bukan salah satunya

(Bird & Germain, 1990)

10. Tingkat Risiko

Lingkungan

Kerja

Bagian suatu cabang

industri/usaha yang

mempunyai ciri khusus

yang sama dalam

tingkat risiko di

lingkungan kerja

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. Tingkat risiko lingkungan kerja

sangat rendah

2. Tingkat risiko lingkungan kerja

rendah

3. Tingkat risiko lingkungan kerja

sedang

4. Tingkat risiko lingkungan kerja

tinggi

5. Tingkat risiko lingkungan kerja

sangat tinggi

Ordinal

11. Corak

Kecelakaan

Kontak energi yang

menimbulkan

kecelakaan.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

Corak Kecelakaan :

1. Terbentur, tertusuk, tersayat

2. Terpukul

3. Terjepit, tertimbun, tenggelam

4. Jatuh dari ketinggian yang sama

Nominal

Page 86: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

65

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

2014-2016 dan tergelincir

5. Jatuh dari ketinggian berbeda

6. Keracunan

7. Tersentuh arus listrik

8. Terpapar

9. Lain-lain

(Depnakertrans RI, 2008)

12. Bagian Tubuh

yang Cidera

Bagian fisik pekerja

yang mengalami cidera

akibat dari kecelakaan

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

Cidera:

1. Kepala/wajah

2. Mata

3. Telinga

4. Badan

5. Organ tubuh bagian dalam

6. Tungkai atas/lengan

7. Telapak/jari tangan

8. Tungkai bawah

9. Telapak/jari kaki

10. Di banyak bagian tubuh

Nominal

Page 87: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

66

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

(Depnakertrans RI, 2008)

13. Sifat

luka/kelainan

Keadaaan

luka/kelainan yang

dialami bagain tubuh

korban kecelakaan

kerja akibat kontak

dengan bahaya di

lingkungan kerja.

Observasi

Data

Sekunder

Lembar Checklist,

Laporan

Kecelakaan Kerja

Sudinakertrans

Jakarta Timur

2014-2016

1. Patah tulang

2. Dislokasi (keseleo)

3. Regang otot atau urat

4. Memar dan luka dalam yang

lain

5. Amputasi

6. Luka sobek di permukaan

7. Luka iritasi/bengkak di bagian

mata

8. Gegar dan remuk

9. Luka bakar

10. Keracunan mendadak

11. Pengaruh radiasi

12. Mati lemas

13. Pengaruh arus listrik

14. Luka-luka yang banyak dan

berlainan sifatnya

Nominal

Page 88: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

67

No. Variabel Definisi Metode Alat Ukur Hasil ukur Skala

15. Lain-lain

(Depnakertrans RI, 2008)

Page 89: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

68

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif, dan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk

menganalisis kecelakaan kerja berdasarkan data yang tersedia. Data yang

digunakan merupakan data sekunder yaitu dokumen laporan kecelakaan

kerja dari Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi selama tahun 2014

sampai dengan tahun 2016 di Wilayah Jakarta Timur. Laporan kecelakaan

kerja yang terdapat di Sudinakertrans Jakarta Timur memenuhi variabel-

variabel yang akan diteliti yaitu terdapat pada Formulir KK (Kecelakaan

Kerja) Tahap 1 (lampiran 1) yang diberlakukan oleh BPJS

Ketenagakerjaan. Formulir laporan kecelakaan kerja tersebut telah terisi

dengan cukup lengkap dan jelas.

4.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Suku Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Jakarta Timur pada bulan Mei-November 2017.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti. Sedangkan

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil menggunakan teknik

tertentu (Wasis, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

laporan kecelakaan kerja wilayah Jakarta Timur yang telah dilaporkan ke

Page 90: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

69

Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jakarta Timur pada

tahun 2014-2016 yaitu sebanyak 940 laporan kecelakaan kerja, yaitu

khususnya kecelakaan yang terjadi di dalam lokasi kerja. Sampel

penelitian ini menggunakan total keseluruhan populasi. Sampel pada

penelitian ini merupakan jumlah seluruh kecelakaan kerja yang terjadi di

dalam lokasi kerja. Kecelakaan lalu lintas tidak dimasukan kedalam

sampel karena data yang didapatkan tidak sesuai dengan tujuan penelitian

ini, sehingga termasuk kriteria eksklusi.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini didapat dengan cara menelaah laporan

kecelakaan kerja yang terlapor di Suku Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Jakarta Timur yaitu dengan mengisi checklist yang berisi

variabel-variabel yang ingin diteliti sesuai dengan data yang ada di

formulir laporan kecelakaan kerja.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipergunakan dalam

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

formulir laporan kecelakaan kerja dan lembar checklist.

a. Formulir Kecelakaan Kerja

Formulir kecelakaan kerja yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan formulir laporan kasus kecelakaan kerja tahap I

yaitu terdiri dari variabel-variabel yaitu 1. Nama perusahaan, 2.

Nama pekerja, 3. Jenis kelamin, 4. Tanggal lahir, 5. Jenis

Page 91: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

70

pekerjaan/jabatan, 6. Unit/bagian perusahaan, 7. Tempat kejadian

kecelakaan, 8. Tanggal kecelakaan, 9. Deskripsi kecelakaan

(tindakan bahaya penyebab kecelakaan, kondisi yang menimbulkan

bahaya dan menjadi pencetus terjadinya kecelakaan, 10. Corak

kecelakaan yang terjadi, 11. Sumber penyebab cidera, 12. Uraian

kejadian kecelakaan, 13. Mesin, instalasi, atau lingkungan yang

menyebabkan cidera, 14. Akibat yang diderita korban, 15. Bagian

tubuh yang luka, 16. Fasilitas kesehatan yang memberikan

pertolongan pertama, dan 17. Keadaan penderita setelah

pemeriksaan pertama.

b. Lembar Checklist

Lembar checklist pada penelitian ini digunakan untuk

memudahkan dalam melakukan entry data. Data yang telah terisi

pada formulir laporan kecelakaan kerja dimasukan ke lembar

checklist yang telah diberi kode sesuai dengan kategori yang telah

ditetapkan sebelumnya.

1. Mengkode Data (Coding)

Coding dilakukan untuk mengklasifikasi data menurut kategori

masing-masing sehingga memudahkan dalam pengelompokkan data.

Pada proses ini variabel akan diberi kode untuk memudahkan dalam

menganalisa. Coding dilakukan saat sebelum pengambilan data, hal ini

untuk memudahkan peneliti dalam pengolahan data selanjutnya.

Variabel yang akan diberi kode, antara lain:

Page 92: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

71

Tabel 4. 1 Koding Variabel

Variabel Kategori Kode

Kecelakaan Kerja Jumlah pekerja yang mengalami

kecelakaan kerja

A1

Usia Pekerja 1. 15-25 Tahun

2. >25 Tahun

B1

Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

B2

Tindakan Tidak Aman 1. Mengoperasikan alat tanpa

wewenang

2. Gagal memperingatkan

3. Gagal mengamankan,

gangguan konsentrasi

4. Mengoperasikan alat dengan

kecepatan yang tidak sesuai

5. Membuat alat pengaman

tidak beroperasi

6. Menggunakan alat yang

rusak

7. Menggunakan alat dengan

tidak sesuai fungsi

8. Gagal menggunakan Alat

Pelindung Diri

9. Memuat beban tidak sesuai

10. Penempatan tidak sesuai

11. Pengangkatan tidak sesuai

12. Posisi saat bekerja tidak

aman

13. Memperbaiki alat ketika

beroperasi

14. Bukan salah satunya

B3

Jenis Pekerjaan 1. Kerah Biru

2. Kerah Putih

C1

Jam Kecelakaan 1. Pukul 06.01-12.00

2. Pukul 12.01-18.00

3. Pukul 18.01-24.00

4. Pukul 00.01-06.00

C2

Jenis Industri 1. Pertanian kehutanan dan

perikanan

2. Pertambangan dan

penggalian

3. Manufaktur

4. Listrik, gas, uap, dan

pendingin udara

C3

Page 93: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

72

Variabel Kategori Kode

5. Persediaan air, pembuangan

limbah, pengelolaan limbah

dan kegiatan remediasi

6. Konstruksi

7. Perdagangan grosir dan

eceran

8. Transportasi dan

penyimpanan

9. Kegiatan pelayanan makanan

dan minuman

10. Informasi dan komunikasi

11. Aktivitas keuangan dan

asuransi

12. Properti

13. Kegiatan professional,

ilmiah, dan teknis

14. Kegiatan administrasi dan

pendukung

15. Administrasi dan pertahanan

publik, jaminan sosial wajib

16. Pendidikan

17. Aktivitas kerja kesehatan dan

sosial manusia

18. Seni, hiburan dan rekreasi

19. Aktivitas pelayanan lainnya

20. Garment

21. Kimia

Sumber Kecelakaan 1. Mesin (Press, bor, gergaji,

dll)

2. Pengangkut/pengangkat

barang

3. Perkakas pekerjaan tangan

4. Bahan mudah terbakar dan

benda panas

5. Penggerak mula dan pompa

6. Conveyor

7. Pesawat uap

8. Debu berbahaya

9. Lift (barang, orang)

10. Alat transmisi mekanik

11. Peralatan Listrik

12. Radiasi dan bahan radioaktif

13. Permukaan lantai di

lingkungan kerja

14. Bahan Kimia

15. Gigitan/cakaran/sengatan

binatang

D1

Page 94: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

73

Variabel Kategori Kode

16. Lain-lain

Kondisi Tidak Aman 1. Pengaman atau penghalang

yang tidak memadai

2. Perlengkapan pengaman

yang tidak memadai

3. Alat, bahan atau

perlengkapan yang rusak

4. Kemacetan atau tindakan

yang dibatasi

5. Kerapihan yang buruk

6. Kondisi lingkungan yang

berbahaya seperti gas, debu,

asap, uap, fume

7. Paparan kebisingan

8. Bukan salah satunya

D2

Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja

1. Tingkat risiko lingkungan

kerja sangat rendah

2. Tingkat risiko lingkungan

kerja rendah

3. Tingkat risiko lingkungan

kerja sedang

4. Tingkat risiko lingkungan

kerja tinggi

5. Tingkat risiko lingkungan

kerja sangat tinggi

D3

Corak Kecelakaan 1. Terbentur, tertusuk, tersayat

2. Terpukul

3. Terjepit, tertimbun,

tenggelam

4. Jatuh dari ketinggian yang

sama dan tergelincir

5. Jatuh dari ketinggian

berbeda

6. Keracunan

7. Tersentuh arus listrik

8. Lain-lain

E1

Cidera 1. Kepala

2. Mata

3. Telinga

4. Badan

5. Organ tubuh bagian dalam

6. Tungkai atas/lengan

7. Telapak/jari tangan

8. Tungkai bawah

9. Telapak/jari kaki

10. Di banyak bagian tubuh

E2

Page 95: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

74

Variabel Kategori Kode

Sifat Luka/Kelainan 1. Patah tulang

2. Dislokasi (keseleo)

3. Regang otot atau urat

4. Memar dan luka dalam

yang lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan

7. Luka di bagian mata

8. Gegar dan remuk

9. Luka bakar

10. Keracunan mendadak

11. Pengaruh radiasi

12. Mati lemas

13. Pengaruh arus listrik

14. Luka-luka yang banyak dan

berlainan sifatnya

15. Lain-lain.

E3

Adapun rincian jenis industri untuk setiap kategori dalam variabel

tingkat risiko lingkungan kerja pada penelitian ini dibagi menjadi 5

kategori tingkatan yang didapat dari pengelompokan jenis industri oleh

ISIC (International Standard Industrial Classification of All Economic

Activities) yaitu sebagai berikut:

No. Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja Jenis Industri

1. Sangat Rendah Perdagangan grosir dan eceran

Kegiatan pelayanan makanan dan

minuman

Informasi dan Komunikasi

Aktivitas keuangan dan asuransi

Kegiatan professional, ilmiah dan teknis

Kegiatan administrasi dan pendukung

Administrasi, pertahanan publik,

jaminan sosial wajib

Pendidikan

Aktivitas kerja kesehatan dan sosial

manusia

Aktivitas pelayanan lainnya

2. Rendah Pertanian, kehutanan dan perikanan

Page 96: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

75

Properti

Seni hiburan dan rekreasi

3. Sedang Manufaktur

4. Tinggi Listrik, gas, uap, dan pendingin udara

Persediaan air, pembuangan limbah,

pegelolaan limbah

Transportasi dan penyimpanan

5. Sangat Tinggi Pertambangan dan penggalian

Konstruksi

2. Validasi

Pada penelitian ini, dilakukan validasi agar data yang dianalisa

dapat dipercaya hasil penelitiannya. Validasi dilakukan khususnya pada

variabel tindakan tidak aman (unsafe actions), kondisi tidak aman (unsafe

condition) yang dibantu oleh ahli investigasi kecelakaan kerja agar hasil

penelitian lebih valid dan mengurangi subjektifitas penelitian.

Validasi pada penelitian ini dilakukan karena terdapat perbedaan

struktur di formulir kecelakaan kerja, yaitu pada variabel tindakan tidak

aman (unsafe actions) dan kondisi tidak aman (unsafe conditions). Pada

formulir kecelakaan kerja tahap 1 yang telah terisi oleh pelapor

kecelakaan yakni pihak perusahaan, terdapat perbedaan struktur formulir

laporan kecelakaan kerja dari pihak BPJS Ketenagakerjaan yang berlaku

pada tahun 2014 dengan 2015 dan 2016. Formulir laporan kecelakaan

kerja yang berlaku di tahun 2014 hanya menyediakan kolom uraian

kejadian/kronologi kecelakaan, sedangkan formulir laporan kecelakaan

kerja pada tahun 2015-2016 tersedia dalam bentuk checklist dan kolom

uraian kejadian/kronologi kecelakaan, maka peneliti memiliki cara untuk

Page 97: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

76

menganalisis data dari formulir laporan kecelakaan yang tersedia. yaitu

pada form tahun 2014, dengan cara sebagai berikut:

1. Peneliti dibantu oleh ahli di bidang investigasi kecelakaan

pertama-tama membaca kronologis kecelakaan yang terdapat di

kolom kecelakaan kerja atau pada lampiran kronologis secara

lengkap pada laporan kecelakaan kerja,

2. Peneliti bersama ahli di bidang investigasi kecelakaan

mengkategorikan uraian kecelakaan sesuai dengan apa yang

dibaca, misalnya “Pekerja X mengambil objek yang tersangkut

di dalam mesin dengan menggunakan pulpen, saat sampah

diambil dengan pulpen, bagian mesin yang tajam melukai

tangan pekerja X hingga luka sobek dan berdarah”,

3. Peneliti mengkategorikan penyebab kecelakaan berdasarkan

kejadian kecelakaan dalam keterangan uraian kejadian

kecelakaan kerja. Pada kasus diatas, hal tersebut masuk ke

dalam kategori “Menggunakan alat dengan tidak sesuai fungsi”

yaitu pada variabel “Unsafe actions”.

Sedangkan pada formulir laporan kecelakaan yang berlaku pada

tahun 2015-2016 yang telah terisi variabel tindakan tidak aman dan

kondisi tidak aman dapat digambarkan melalui keterangan pada kolom

kronologi kecelakaan (uraian kejadian kecelakaan) dan 8 kategori pada

form checklist di formulir laporan kecelakaan kerja milik BPJSTK, untuk

itu peneliti dibantu oleh ahli investigasi kecelakaan melakukan analisa

dengan mengkategorikan variabel tersebut ke dalam checklist yang telah

Page 98: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

77

tersedia yaitu 14 kategori tindakan tidak aman (unsafe actions) yang lebih

lengkap dibandingkan di form laporan kecelakaan kerja. Pada jenis

formulir laporan kecelakaan kerja tahun 2015-2016, peneliti melakukan

pengumpulan data bersama ahli dalam bidang investigasi kecelakaan

dengan cara sebagai berikut:

1. Peneliti dibantu oleh ahli di bidang investigasi kecelakaan

pertama-tama membaca checklist “tindakan bahaya yang

menyebabkan kecelakaan” dan “kondisi yang menimbulkan

bahaya dan memicu kecelakaan” pada poin 5a dan 5b pada

formulir laporan kecelakaan kerja dan membaca kronologis

kecelakaan yang terdapat di kolom kecelakaan kerja, atau

lampiran kronologis secara lengkap pada laporan kecelakaan

kerja.

2. Peneliti bersama ahli di bidang investigasi kecelakaan

mengkategorikan keterangan di formulir pada bagian checklist di

formulir laporan kecelakaan kerja, dan uraian kecelakaan sesuai

dengan apa yang dibaca. Apabila keterangan pada checklist sesuai

dengan uraian kejadian kecelakaan, maka peneliti

mengkategorikannya sesuai dengan apa yang ada di checklist

“tindakan bahaya penyebab kecelakaan” atau “kondisi yang

menimbulkan bahaya dan memicu kecelakaan” pada formulir

laporan kecelakaan kerja.

3. Apabila terdapat perbedaan pada keterangan di checklist formulir

laporan kecelakaan kerja dengan uraian kejadian kecelakaan,

Page 99: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

78

maka peneliti dan dengan bantuan ahli di bidang investigasi

kecelakaam memutuskan untuk melakukan pengkategorian

berdasarkan keterangan di laporan kecelakaan kerja, yaitu

berdasarkan pada bagian uraian kejadian kecelakaan/kronologi

kecelakaan.

3. Entry Data

Entry Data merupakan proses memasukan data dari lembar

checklist ke dalam komputer dengan menggunakan bantuan program

komputer. Setelah semua jawaban dari lembar checklist diberi kode,

kemudian dimasukan satu per satu kode pada angka pada setiap

variabel yang terdapat pada lembar checklist.

4. Cleaning

Cleaning yaitu proses pemeriksaan kembali data yang telah di-

entry untuk memastikan tidak terdapat kesalahan pada data tersebut.

Apabila terdapat kesalahan dalam entry data, maka akan dilakukan

koreksi. Berdasarkan hasil cleaning data laporan kecelakaan kerja

Sudinakertrans tahun 2014-2016, diperoleh presentase sampel yang

dapat dianalisis sebesar 97,92% yaitu sebanyak 940 sampel dari 960

sampel.

5. Tabulasi

Setelah seluruh data yang telah siap diolah telah di entry, dan

diperiksa kembali. Kemudian, ditabulasikan sehingga diperoleh

frekuensi dari masing-masing variabel.

Page 100: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

79

4.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui distribusi

frekuensi dari setiap variabel yang diteliti, dan kemudian dijelaskan atau

dideskripsikan. Pada penelitian ini penyajian dilakukan dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang.

4.7 Penyajian Data

Penyajian data dilakukan untuk menampilkan data yang sederhana

dan jelas, agar mudah dibaca. Selain itu, penyajian data juga dimaksudkan

agar orang lain mudah memahami data yang ada, untuk kemudian

melakukan penilaian atau perbandingan, dan lain-lain.

Page 101: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

80

BAB V

HASIL

Berikut hasil penelitian yang didapat setelah dilakukan penelitian

mengenai kecelakaan kerja melalui data kecelakaan kerja di Suku Dinas

Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Jakarta Timur dari tahun 2014 sampai dengan

tahun 2016.

5.1 Gambaran Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016

Berikut ini merupakan data jumlah penduduk yang bekerja

di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016:

Tabel 5. 1 Gambaran Pekerja di Jakarta Timur Berdasarkan Lapangan

Pekerjaan Tahun 2014-2016

No. Lapangan Pekerjaan Utama Tahun

2014 2015 2016

1. Pertanian, perkebunan, kehutanan,

perburuan dan perikanan 38.973.033 37.748.228 37.770.165

2. Pertambangan dan Penggalian 1.436.370 1.320.466 1.476.484

3. Industri 15.254.674 15.255.099 15.540.234

4. Listrik, Gas, dan Air Minum 289.193 288.697 357.207

5. Konstruksi 7.280.086 8.208.086 7.978.567

6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa

Akomodasi 24.829.734 25.686.342 26.689.630

7. Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi 5.113.188 5.106.817 5.608.749

8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha

Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.031.038 3.266.538 3.531.525

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan

Perorangan 18.420.710 17.938.926 19.459.412

Total 114.628.026 114.819.199 118.411.973

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur

Page 102: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

81

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa pekerja di Jakarta Timur

memiliki jumlah yang bertambah setiap tahunnya, pada tahun 2014, terdapat

114.628.026 pekerja, meningkat pada tahun 2015 menjadi 114.819.199 pekerja,

dan meningkat tajam pada tahun 2016 menjadi 118.411.973 pekerja.

5.2 Kecelakaan Kerja

Pada penelitian ini, diteliti tren kejadian kecelakaan kerja yaitu

kecelakaan yang terjadi di dalam lokasi kerja yakni dapat dilihat pada

grafik 5.1.

Grafik 5. 1 Tren Kecelakaan Kerja di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Berdasarkan grafik 5.1, dapat dilihat bahwa di Jakarta Timur

tren kejadian kecelakaan kerja meningkat setiap tahunnya. Pada tahun

2014, terdapat 166 kasus kecelakaan kerja, meningkat pada tahun

2015 menjadi 203 kecelakaan kerja dan pada tahun 2016 meningkat

tajam menjadi 571 kasus kecelakaan kerja. Angka kecelakaan kerja

tertinggi berada pada tahun 2016, dan terendah berada pada tahun

2014.

166 203

571

0

100

200

300

400

500

600

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016

Kecelakaan Kerja

Page 103: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

82

5.3 Determinan Kecelakan Kerja

Determinan kecelakaan kerja yang diteliti pada penelitian ini

antara lain fakor pekerja (usia, jenis kelamin, dan tindakan tidak

aman), faktor pekerjaan (jenis pekerjaan, jam kecelakaan kerja, dan

jenis industri), dan faktor lingkungan kerja (sumber kecelakaan,

kondisi tidak aman, dan tingkat risiko lingkungan kerja).

5.3.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia Pekerja Di

Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini, usia pekerja dikategorikan menjadi

dua, yaitu pekerja usia 15-25 tahun dan pekerja usia diatas 25

tahun (ILO, 2007). Menurut International Labour

Organization (2003) pekerja muda dikategorikan antara usia

15 sampai dengan 25 tahun, dan pekerja dewasa

dikaterogorikan ke dalam usia diatas 25 tahun. Berikut ini

adalah distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan usia

pekerja di Jakarta Timur tahun 2014 sampai dengan 2016

yakni dapat dilihat di tabel 5.2 (ILO, 2003)

Tabel 5. 2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia Di Jakarta Timur

Tahun 2014-2016

No.

Usia

Tahun

2014 2015 2016

N % N % N %

1. >25 Tahun 86 51,80% 129 63,55% 370 64,80%

2. 15-25 Tahun 80 48,19% 74 36,46% 201 35,20%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Page 104: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

83

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa trend kejadian

kecelakaan pada usia pekerja diatas 25 tahun cenderung

meningkat dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Sedangkan

kejadian kecelakaan pada pekerja usia 15-25 tahun mengalami

kecenderungan fluktuatif dari tahun 2014 sampai dengan 2016.

Pada tahun 2014, kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada

pekerja >25 tahun dengan jumlah 86 pekerja. Pada tahun 2015,

kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada pekerja usia >25 tahun

dengan jumlah meningkat dari tahun sebelumnya yaitu

menjadi 129 pekerja, dan pada tahun 2016 meningkat tajam

menjadi 370 pekerja. Dapat diketahui bahwa kejadian

kecelakaan selama tahun 2014-2016 di Jakarta Timur paling

banyak terjadi pada usia 25 tahun keatas yaitu sebesar 370

kasus kecelakaan kerja pada tahun 2016.

5.3.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini pekerja laki-laki dan perempuan

diteliti untuk mengetahui kecelakaan kerja berdasarkan jenis

kelamin. Berikut ini merupakan distribusi kecelakaan kerja

berdasarkan jenis kelamin di Jakarta Timur tahun 2014-2016

yang dapat dilihat pada tabel 5.3

Page 105: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

84

Tabel 5. 3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin Di

Jakata Timur Tahun 2014-2016

No.

Jenis

Kelamin

Tahun

2014 2015 2016

N % N % N %

1. Laki-laki 151 90,96% 196 96,55% 557 97,55%

2. Perempuan 15 9,04% 7 3,45% 14 2,45%

Total 166 100% 203 21,6% 571 100%

Hasil pada tabel 5.3 Dapat dilihat bahwa trend kejadian

kecelakaan selama tahun 2014 s.d. 2016 pada pekerja laki-laki

mempunyai kecenderungan naik, dan pada pekerja perempuan

cenderung fluktuatif. Pada tahun 2014, kecelakaan kerja

tertinggi terjadi pada laki-laki dengan jumlah 151 pekerja,

meningkat pada tahun 2015 menjadi 196 pekerja, dan pada

tahun 2016 meningkat menjadi 557 pekerja. Dapat diketahui

bahwa kejadian kecelakaan selama tahun 2014-2016 di Jakarta

Timur paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu

sebesar 557 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2016.

5.3.3 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh

Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Di Jakarta Timur

Pada penelitian ini, penyebab kecelakaan kerja yaitu

tindakan tidak aman (unsafe act) diteliti untuk mengetahui

distribusi frekuensi tindakan tidak aman pada kecelakaan kerja

berupa penggolongan beberapa contoh tindakan pekerja yang

Page 106: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

85

dapat memicu kecelakaan kerja. Namun, terdapat perbedaan

struktur formulir laporan kecelakaan kerja pada variabel unsafe

actions di tahun 2014 dengan tahun 2015-2016, maka hasil

analisis penelitian ini dibuat terpisah, yang disebabkan oleh

perbedaan cara interpretasi pada formulir laporan kecelakaan

tahun 2014 dengan formulir laporan kecelakaan kerja tahun

2015-2016.

Berikut ini merupakan distribusi penyebab kecelakaan

kerja (tindakan tidak aman) di Jakarta Timur tahun 2014, yaitu

dapat di lihat pada tabel 5.4

Tabel 5. 4 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh Tindakan

Tidak Aman (Unsafe Act) Di Jakarta Timur Tahun 2014

No. Tindakan Tidak Aman

Tahun

2014

N %

1. Gagal mengamankan, gangguan

konsentrasi 48 28,9%

2. Gagal menggunakan alat pelindung diri 21 12,7%

3. Pengangkatan tidak sesuai 17 10,2%

4. Posisi saat bekerja tidak aman 14 8,4%

5. Memperbaiki alat ketika beroperasi 10 6,0%

6. Penempatan tidak sesuai 5 3,0%

7. Gagal memperingatkan 4 2,4%

8. Menggunakan alat dengan tidak sesuai

fungsi 4 2,4%

Page 107: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

86

No. Tindakan Tidak Aman

Tahun

2014

N %

9. Mengoperasikan alat dengan kecepatan

yang tidak sesuai 4 2,4%

10. Menggunakan alat yang rusak 4 2,4%

11. Mengoperasikan alat tanpa wewenang 4 2,4%

12. Memuat beban tidak sesuai 2 1,20%

13. Membuat alat pengaman tidak beroperasi 2 1,20%

14. Bukan salah satunya 27 16,3%

Total 166 100%

Hasil pada tabel 5.4, dapat diketahui bahwa pada tahun

2014, jumlah kecelakaan tertinggi yang disebabkan oleh

tindakan tidak aman yaitu berupa gagal mengamankan dan

ganguan konsentrasi sebanyak 48 kasus kecelakaan kerja

(28,9%), dan gagal menggunakan alat pelindung diri sebanyak

21 kasus kecelakaan kerja (12,7%), dan pengangkatan yang

tidak sesuai sebanyak 17 kasus kecelakaan kerja (10,2%).

Sedangkan, pada tahun 2015-2016, distribusi penyebab

kecelakaan kerja (tindakan tidak aman) di Jakarta Timur, yaitu

dapat di lihat pada tabel 5.5.

Page 108: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

87

Tabel 5. 5 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh Tindakan

Tidak Aman (Unsafe Act) Di Jakarta Timur Tahun 2015-2016

No. Tindakan Tidak Aman

Tahun

2015 2016

N % N %

1. Posisi saat bekerja tidak aman 34 16,75% 142 24,87%

2. Gagal mengamankan, gangguan

konsentrasi 46 22,66% 113 19,79%

3. Gagal menggunakan alat

pelindung diri 39 19,21% 93 16,29%

4. Penempatan tidak sesuai 7 3.45% 29 5,08%

5. Memperbaiki alat ketika

beroperasi 7 3,45% 14 2,45%

6. Gagal memperingatkan 7 3,45% 21 3,68%

7. Menggunakan alat dengan tidak

sesuai fungsi 3 1,48% 15 2,63%

8. Pengangkatan tidak sesuai 6 2,96% 8 1,40%

9. Memuat beban tidak sesuai 1 0,49% 14 2,45%

10. Mengoperasikan alat dengan

kecepatan yang tidak sesuai 5 2,46% 2 0,35%

11. Menggunakan alat yang rusak 2 0,99% 2 0,35%

12. Mengoperasikan alat tanpa

wewenang 0 0% 3 0,53%

13. Membuat alat pengaman tidak

beroperasi 0 0% 0 0%

Page 109: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

88

No. Tindakan Tidak Aman

Tahun

2015 2016

N % N %

14. Bukan salah satunya 46 22,66% 115 20,14%

Total 203 100% 571 100%

Pada Tabel 5.5, dapat dilihat bahwa bahwa trend

penyebab kecelakaan kerja yang mempunyai kecenderungan

meningkat jumlahnya dari tahun 2015-2016 yaitu disebabkan

oleh tindakan tidak aman berupa posisi saat bekerja tidak

aman, gagal mengamankan dan gangguan konsentrasi, gagal

menggunakan alat pelindung diri, penempatan tidak sesuai,

memperbaiki alat ketikak beroperasi, gagal memperingatkan,

menggunakan alat dengan tidak sesuai fungsi, pengangkatan

yang tidak sesuai, memuat beban tidak sesuai, dan

mengoperasikan alat tanpa wewenang. Sedangkan, trend

penyebab kecelakaan kerja yang menurun disebabkan oleh

mengoperasikan alat dengan kecepatan yang tidak sesuai. Pada

penelitian ini dapat dilihat bahwa, penyebab kecelakaan kerja

yang tertinggi berdasarkan tindakan tidak aman antara lain

disebabkan oleh posisi saat bekerja tidak aman yaitu sebanyak

142 kecelakaan kerja (24,87%) yaitu pada tahun 2016.

Page 110: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

89

5.3.4 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini, jenis pekerjaan dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok pekerja kerah biru dan kerah putih

(ANZSCO, 2009). Pekerja kerah biru adalah pekerja yang

melakukan aktivitas kerja menggunakan tangan secara

berulang-ulang, membutuhkan keterampilan fisik dan

ketahanan energi, sedangkan pekerja kerah putih adalah

kebalikan dari pekerja kerah biru antara lain Manajer,

Profesional, Pramuniaga, Pekerja Administrasi, Sales, dan

Pekerja Pelayanan Masyarakat. Sedangkan pekerja kerah biru

adalah Teknisi, Operator Mesin dan Pengemudi, dan Buruh

(ANZSCO, 2009).

Berikut ini merupakan distribusi kecelakaan kerja

berdasarkan jenis pekerjaan di Jakarta Timur tahun 2014-2016

yang terdapat pada tabel 5.6

Tabel 5. 6 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan Di

Jakarta Timur Tahun 2014-2016

No.

Jenis

Pekerjaan

Tahun

2014 2015 2016

N % N % N %

1. Kerah Biru 154 92,77% 195 96,06% 555 97,20%

2. Kerah Putih 12 7,22% 8 3,94% 16 2,80%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Page 111: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

90

Hasil pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa trend kejadian

kecelakaan pada pekerja kerah biru mempunyai kecenderungan

naik, dan pada pekerja kerah putih cenderung fluktuatif. Trend

kejadian kecelakaan pada pekerja kerah biru cenderung

meningkat dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Pada tahun

2014, kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada kerah biru dengan

jumlah 154 pekerja. Pada tahun 2015, kecelakaan kerja

tertinggi juga terjadi pada pekerja kerah biru dengan jumlah

meningkat menjadi 195 pekerja, dan terus meningkat pada

tahun 2016 menjadi 555 pekerja. Dapat diketahui bahwa

kecelakaan kerja selama di Jakarta Timur paling banyak terjadi

pada pekerja kerah biru yaitu sebanyak 555 pekerja kerah biru

pada tahun 2016.

5.3.5 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jam Kecelakaan

Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini, peneliti membagi jam kejadian

kecelakaan menjadi 4 bagian yaitu pukul pukul 06.01-12.00,

pukul 12.01-18.00, pukul 18.01-24.00 dan pukul 24.01-06.00

(BPJS Ketenagakerjaan, 2015) Berikut ini merupakan

distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jam kecelakaan di

Jakarta Timur tahun 2014-2016 yang terdapat pada tabel 5.7.

(Ketenagakerjaan, 2015)

Page 112: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

91

Tabel 5. 7 Distribusi Kcelakaan Kerja Berdasarkan Jam Kecelakaan

Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Tahun

No. Jam

Kecelakan 2014 2015 2016

N % N % N %

1. Pukul 06.01-

12.00 51 30,72% 80 39,41% 236 41,33%

2. Pukul 12.01-

18.00 70 4,22% 87 42,86% 201 35,20%

3. Pukul 18.01-

24.00 35 21,08% 26 12,81% 92 16,64%

4. Pukul 24.00-

06.00 10 6,02% 10 4,93% 40 7,00%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Hasil pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pada tahun

2014 s.d. 2016 trend kejadian kecelakaan pada jam kecelakaan

pukul 06.01-12.00 dan pukul 12.01-18.00 cenderung naik.

Pada tahun 2014, kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada pukul

06.01-12.00 dengan jumlah 51 kasus kecelakaan kerja. Pada

tahun 2015, kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada pukul

12.01-18.00 dengan jumlah 87 kecelakaan kerja. Pada tahun

2016, kecelakaan kerja tertinggi terjadi pada pukul 06.01-12.00

dengan jumlah 236 kasus kecelakan kerja. Kecelakaan kerja

selama tahun 2014 sampai dengan 2016 di Jakarta Timur

paling banyak terjadi pada pukul 06.01-12.00 yaitu sebanyak

236 kasus kecelakaan pada tahun 2016, dan di urutan kedua

Page 113: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

92

yaitu pada pukul 12.01-18.00 dengan jumlah yang juga tinggi

yaitu 201 kasus pada tahun 2016.

5.3.6 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Industri

Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini, jenis industri dibagi menjadi

beberapa jenis industri berdasarkan International Standard

Industrial Classification of All Economic Activities (United

Nations Statistic Division, 2017). Berikut ini merupakan

distribusi kecelakaan kerja berdasarkan jenis industri di Jakarta

Timur tahun 2014-2016 yang terdapat pada tabel 5.8.

Tabel 5. 8 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Industri Di

Jakarta Timur Tahun 2014-2016

No.

Tahun

Jenis Industri 2014 2015 2016

N % N % N %

1. Manufaktur 112 67,47% 167 82,27% 370 64,80%

2. Konstruksi 11 66,26% 22 10,84% 152 26,62%

3. Aktivitas pelayanan

lainnya 1 0,60% 5 2,46% 23 4,03%

4. Kimia 6 3,61% 4 1,97% 9 1,58%

5. Perdagangan grosir

dan eceran 10 6,02% 2 0,76% 1 0,18%

6.

Listrik, gas, uap,

dan pendingin

udara

7 4,22% 0 0% 2 0,35%

7. Transportasi dan

penyimpanan 4 2,40% 1 0,49% 4 0,70%

8. Garmen 4 2,40% 0 0% 2 0,35%

9.

Kegiatan

administrasi dan

Pendukung

0 0% 0 0% 5 0,88%

Page 114: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

93

No.

Tahun

Jenis Industri 2014 2015 2016

N % N % N %

10. Seni, hiburan, dan

rekreasi 3 1,81% 1 0,49% 0 0%

11.

Kegiatan pelayanan

makanan dan

minuman

2 1,20% 0 0% 1 0,18%

12. Properti 2 1,20% 0 0% 1 0,18%

13.

Aktivitas kerja

kesehatan dan

sosial manusia

2 1,20% 0 0% 1 0,18%

14.

Kegiatan

profesional, ilmiah

dan teknis

1 0,60% 1 0,49% 0 0%

15.

Persediaan air,

pembuangan

limbah,

pengelolaan limbah

dan kegiatan

remediasi

1 0,60% 0 0% 0 0%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Hasil pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa trend

kecelakaan kerja yang mempunyai kecenderungan meningkat

jumlahnya dari tahun 2014-2016 adalah terdapat pada industri

manufaktur, konstruksi, kegiatan administrasi dan pendukung,

dan aktivitas pelayanan lainnya. Selain itu, jenis industri

dengan trend kecelakaan kerja yang fluktuatif terdapat pada

industri listrik, gas, uap dan pendingin udara, transportasi dan

penyimpanan, kegiatan pelayanan makanan dan minuman,

properti, aktivitas kerja kesehatan dan sosial manusia, garmen,

dan kimia. Sedangkan, jenis industri dengan trend kecelakaan

yang menurun terdapat pada industri persediaan air,

Page 115: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

94

pembuangan limbah, pengelolaan limbah, dan kegiatan

remediasi, perdagangan grosir dan eceran, kegiatan

profesional, ilmiah dan teknis, serta di industri seni, hiburan

dan rekreasi. Dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 s.d. 2016

kecelakaan kerja yang tertinggi terjadi pada jenis industri

manufaktur sebanyak 370 kasus kecelakaan dan yang kedua

tertinggi adalah konstruksi sebanyak 152 kasus kecelakaan.

Sedangkan, kecelakaan kerja yang terendah terdapat pada

kegiatan profesional ilmiah dan teknis serta persediaan air,

pembuangan limbah, pengelolaan limbah dan kegiatan

remediasi.

5.3.7 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sumber

Kecelakan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Sumber kecelakaan kerja dalam penelitian ini dibagi

menjadi beberapa kategori yang didalamnya telah termasuk

sumber bahaya berupa faktor fisika, kimia, dan biologi.

Berikut ini merupakan distribusi kecelakaan kerja berdasarkan

sumber kecelakaan di Jakarta Timur tahun 2014-2016 yang

terdapat pada tabel 5.9.

Page 116: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

95

Tabel 5. 9 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sumber

Kecelakaan Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

No. Sumber Kecelakaan

Tahun

2014 2015 2016

N % N % N %

1. Mesin (Pres, bor,

gergaji, dll) 51 30,72% 64 31,53% 158 27,67%

2. Perkakas pekerjaan

tangan, benda tajam 33 19,88% 44 21,67% 155 27,15%

3. Pengangkut/pengangkat

barang 14 8,43% 21 10,34% 62 10,86%

4. Permukaan lantai di

lingkungan kerja 17 10,24% 9 4,43% 55 9,63%

5. Debu berbahaya 3 1,81% 21 10,34% 36 6,30%

6. Lain-lain 23 13,8% 17 8,37% 17 2,98%

7. Bahan mudah terbakar

dan benda panas 6 3,61% 11 5,42% 31 5,43%

8. Bahan kimia 4 2,40% 11 5,42% 25 4,39%

9. Conveyor 3 1,81% 3 1,48% 13 2,28%

10.

Penggerak mula (turbin,

mesin uap, kincir angin)

dan pompa

4 2,40% 0 0% 8 1,40%

11. Alat transmisi mekanik 5 3,01% 2 0,98% 3 0,52%

12. Peralatan listrik 1 0,60% 0 0% 4 0,70%

13. Lift barang/orang 1 0,60% 0 0% 3 0,52%

14. Pesawat uap 1 0,60% 0 0% 0 0%

15. Gigitan/cakaran/sengatan

binatang 0 0% 0 0% 1 0,18%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Hasil pada tabel 5.9 dapat dilihat bahwa trend

kecelakaan kerja yang mempunyai kecenderungan meningkat

jumlahnya dari tahun 2014-2016 yaitu disebabkan oleh sumber

kecelakaan kerja berupa mesin (press, bor, gergaji, dll),

pengangkut/pengangkat barang, perkakas pekerjaan tangan,

Page 117: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

96

benda tajam, bahan mudah terbakar dan benda panas,

conveyor, debu berbahaya, bahan kimia, dan

gigitan/cakaran/sengatan binatang. Selain itu, trend kecelakaan

kerja yang cenderung mengalami trend fluktuatif disebabkan

oleh sumber berupa penggerak mula (turbin, mesin uap, kincir

angin) dan pompa, lift barang/orang, alat transmisi mekanik,

peralatan listrik, Permukaan lantai di lingkungan kerja.

Sedangkan, trend kecelakaan kerja yang menurun terdapat

yaitu yang disebabkan oleh pesawat uap dan lain-lain.

Dapat diketahui bahwa selama tahun 2014 sampai

dengan 2016, angka kecelakaan tertinggi berdasarkan sumber

kecelakaan yaitu diakibatkan oleh mesin (press, bor, gergaji,

dll) sebanyak 158 kasus kecelakaan pada tahun 2016, perkakas

pekerjaan tangan dan benda tajam sebanyak 155 pada tahun

2016, dan akibat pengangkat/pengangkut sebanyak 62 kasus

kecelakaan pada tahun 2016. Sedangkan yang terendah adalah

disebabkan oleh pesawat uap dan gigitan/cakaran/sengatan

binatang.

5.3.8 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan

Kondisi Tidak Aman (Unsafe Condition) Di Jakarta Timur

Pada penelitian ini, Penyebab kecelakaan yaitu kondisi

tidak aman (unsafe condition) diteliti untuk mengetahui

distribusi frekuensi kondisi tidak aman pada kecelakaan kerja

berupa penggolongan beberapa contoh kondisi yang dapat

Page 118: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

97

memicu kecelakaan kerja. Namun, terdapat perbedaan struktur

formulir laporan kecelakaan kerja pada variabel unsafe

condition di tahun 2014 dengan tahun 2015-2016, maka hasil

analisis penelitian ini dibuat terpisah, yang disebabkan oleh

perbedaan cara interpretasi pada formulir laporan kecelakaan

tahun 2014 dengan formulir laporan kecelakaan kerja tahun

2015-2016.

Berikut ini merupakan distribusi penyebab kecelakaan

kerja (kondisi tidak aman) di Jakarta Timur tahun 2014, yaitu

dapat di lihat pada tabel 5.10

Tabel 5. 10 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Kondisi

Tidak Aman (Unsafe Condition) Di Jakarta Timur Tahun 2014

No. Kondisi Tidak Aman

Tahun

2014

N %

1. Pengaman atau penghalang yang

tidak memadai 41 24,70%

2. Perlengkapan pengaman yang tidak

memadai 16 9,6%

3. Kerapihan yang buruk 14 8,43%

4. Alat, bahan atau perlengkapan yang

rusak 12 7,29%

5. Kondisi lingkungan yang berbahaya

seperti gas, debu, asap uap, fume 9 5,42%

6. Kemacetan atau tindakan yang

dibatasi 2 1,20%

7. Bukan salah satunya 72 43,37%

Total 166 100%

Page 119: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

98

Hasil pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa jumlah

kecelakaan tertinggi selama tahun 2014 disebabkan oleh

kondisi tidak aman yaitu berupa kondisi pengaman atau

penghalang yang tidak memadai sebanyak 41 kasus kecelakaan

kerja (24,7%), akibat perlengkapan pengaman yang tidak

memadai sebanyak 16 kasus kecelakaan kerja (9,6%), akibat

kerapihan yang buruk sebanyak 14 kasus kecelakaan kerja

(8,43%), dan alat, bahan atau perlengkapan yang rusak

sebanyak 12 kasus kecelakaan kerja sebanyak 12 kasus

kecelakaan kerja (7,29%) pada tahun 2016.

Sedangkan, berikut ini merupakan distribusi penyebab

kecelakaan kerja (kondisi tidak aman) di Jakarta Timur tahun

2015-2016, yaitu dapat di lihat pada tabel 5.11

Tabel 5. 11 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Kondisi

Tidak Aman (Unsafe Condition) Di Jakarta Timur Tahun 2015-2016

No. Kondisi Tidak Aman

Tahun

2015 2016

N % N %

1. Pengaman atau penghalang yang tidak

memadai 40 19,70% 74 12,95%

2. Kerapihan yang buruk 17 8,37% 54 9,46%

3. Kondisi lingkungan yang berbahaya

seperti gas, debu, asap uap, fume 11 5,42% 52 9,11%

4. Perlengkapan pengaman yang tidak

memadai 8 3,94% 37 6,48%

5. Alat, bahan atau perlengkapan yang rusak 21 10,34% 34 5,95%

Page 120: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

99

No. Kondisi Tidak Aman

Tahun

2015 2016

N % N %

6. Kemacetan atau tindakan yang dibatasi 4 1,97% 3 0,53%

7. Paparan kebisingan 1 0,49% 3 0,52%

8. Bukan salah satunya 101 49,75% 313 54,82%

Total 203 100% 571 100%

Pada Tabel 5.11, dapat dilihat bahwa bahwa trend

penyebab kecelakaan kerja yang mempunyai kecenderungan

meningkat jumlahnya dari tahun 2015-2016 yaitu disebabkan

oleh kondisi tidak aman berupa pengaman atau penghalang

yang tidak memadai, kerapihan yang buruk,kondisi lingkungan

yang berbahaya seperti gas, debu, asap uap, fume,

perlengkapan pengaman yang tidak memadai, alat, bahan atau

perlengkapan yang rusak, dan paparan kebisingan. Kemudian,

untuk penyebab kecelakaan tertinggi berdasarkan kondisi tidak

aman, ditempati oleh kondisi berupa pengaman atau

penghalang yang tidak memadai sebanyak 74 kasus kecelakaan

(12,95%), dan kerapihan yang buruk sebanyak 54 (9,46%)

yaitu terjadi pada tahun 2016.

5.3.9 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Tingkat risiko lingkungan kerja pada penelitian ini

dibagi menjadi 5 kelompok tingkat risiko lingkungan kerja

Page 121: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

100

sesuai dengan PP No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Program JKK, dengan pengelompokan jenis industri

berdasarkan International Standard Industrial Classification of

All Economic Activities (ISIC), pembagian jenis industri pada

tiap kategorinya. Distribusi frekuensi tingkat risiko lingkungan

kerja di wilayah Jakarta Timur tahun 2014-2016 dapat dilihat

pada tabel 5.12.

Tabel 5. 12 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Tahun

No.

Tingkat Risiko

Lingkungan

Kerja

2014 2015 2016

N % N % N %

1. Sedang 122 73,49% 171 84,24% 381 66,73%

2. Sangat Tinggi 11 6,63% 22 10,84% 152 26,62%

3. Rendah 5 3,0% 1 0,49% 1 0,18%

4. Tinggi 12 7,23% 1 0,49% 6 1,05%

5. Sangat Rendah 16 9,6% 8 3,94% 31 5,43%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Hasil pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa trend

kecelakaan kerja berdasarkan tingkat risiko lingkungan kerja

sedang, dan sangat tinggi memiliki kecenderungan meningkat.

Sedangkan, tingkat risiko lingkungan kerja sangat rendah dan

Page 122: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

101

tinggi memiliki kecenderungan trend fluktuatif. Lain halnya

pada industri dengan tingkat risiko lingkungan kerja rendah,

kelompok tersebut memiliki kecenderungan yang menurun dari

tahun 2014 sampai dengan 2016. Dapat diketahui bahwa angka

kecelakaan tertinggi berdasarkan tingkat risiko lingkungan

kerja sedang yaitu pada kelompok industri dengan tingkat

risiko sedang yaitu sebesar 381 kecelakaan kerja pada tahun

2016.

5.4 Hasil Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

mengenai gambaran dari corak kecelakaan, bagian fisik yang cidera

dan sifat luka atau kelainan.

5.4.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Corak

Kecelakaan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini, corak kecelakaan kerja diteliti untuk

mengetahui trend dan frekuensi corak kecelakaan pada

kecelakaan kerja berupa kontak energi yang diterima pekerja

pada saat kecelakan. Berikut ini merupakan distribusi corak

kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun 2014 sampai dengan

2016, yaitu dapat di lihat pada tabel 5.13.

Page 123: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

102

Tabel 5. 13 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Corak Kecelakaan

Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-2016

No. Corak

Kecelakaan

Tahun

2014 2015 2016

N % N % N %

1. Terbentur,

tertusuk, tersayat 88 53,01% 92 45,32% 227 39,75%

2. Terjepit 40 26,50% 45 22,17% 139 24,34%

3. Terpapar 17 10,24% 41 20,20% 93 16,29%

4.

Jatuh dari

ketinggian yang

sama

11 6,63% 9 4,43% 29 5,08%

5. Jatuh dari

ketinggian berbeda 9 5,42% 4 1,97% 32 5,60%

6. Keracunan 0 0% 0 0% 27 4,73%

7. Terpukul 1 0,60% 9 4,43% 13 2,28%

8. Lain-lain 0 0% 3 1,48% 8 1,40%

9. Tersentuh arus

listrik 0 0% 0 0% 3 0,52%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Hasil pada tabel 5.13 dapat dilihat bahwa trend

kecelakaan kerja yang meningkat yaitu dengan corak

kecelakan terbentur, tertusuk, tersayat, terpukul, terjepit. Pada

corak kecelakaan yang cenderung menurun jumlahnya yaitu

pada corak jatuh dari ketinggian yang sama, jatuh dari

ketinggian berbeda, keracunan, tersentuh arus listrik, terpapar,

dan lain-lain.

Dapat diketahui bahwa jumlah kecelakaan tertinggi

berdasarkan corak kecelakaan yaitu pada kasus terbentur,

Page 124: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

103

tertusuk, tersayat sebanyak 227, dan terjepit sebanyak 139

pada tahun 2016. Serta yang terendah adalah corak kecelakaan

tersentuh arus listrik.

5.4.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bagian Fisik

yang Cidera Pada Korban Kecelakaan Kerja Di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini, bagian fisik yang cidera diteliti

untuk mengetahui trend dan frekuensi bagaian fisik mana saja

yang mengalami kontak atau pengaruh pada saat kecelakaan

kerja. Berikut ini merupakan distribusi bagian fisik yang

cidera pada korban kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun

2014 sampai dengan 2016, yaitu apat di lihat pada tabel 5.14.

Tabel 5. 14 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban Kecelakaan Kerja Di Jakarta Timur Tahun 2014-

2016

No. Bagian Fisik yang Cidera Tahun

2014 2015 2016

N % N % N %

1. Telapak/jari tangan 79 47,60% 88 43,35% 222 38,88%

2. Kepala/wajah 19 11,45% 17 8,37% 64 11,21%

3. Mata 6 3,61% 31 15,27% 62 10,86%

4. Tungkai atas atau lengan 20 12,05% 15 7,39% 50 8,76%

5. Tungkai bawah 16 9,64% 18 8,87% 47 82,23%

6. Telapak/jari kaki 12 7,23% 12 5,91% 53 9,29%

7. Organ tubuh bagian dalam 3 1,80% 0 0% 41 7,18%

8. Di banyak bagian tubuh 8 4,82% 18 8,87% 16 2,80%

9. Badan 2 1,20% 4 1,97% 13 2,28%

10. Telinga 1 0,60% 0 0% 3 0,52%

Total 166 100% 203 100% 571 100%

Page 125: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

104

Hasil pada tabel 5.14 dapat dilihat bahwa trend kecelakaan

yang meningkat berdasarkan bagian fisik yang cidera adalah

pada bagian kepala/wajah, mata, badan, telapak/jari tangan,

tungkai bawah, telapak/jari kaki. Sedangkan pada bagian fisik

yang mengalami cidera bagian telinga, organ tubuh bagian

dalam, tungkai atas/lengan, dan banyak bagian tubuh lainnya

memiliki kecenderungan fluktuatif. Dari hasil tersebut

menunjukan bahwa jumlah kecelakaan tertinggi berdasarkan

bagian fisik yang cidera yaitu pada bagaian tubuh telapak/ jari

tangan sebanyak 222 pekerja, kepala/wajah sebanyak 64

pekerja, dan mata sebanyak 62 orang pada tahun 2016.

5.4.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sifat

Luka/Kelainan Pada Korban Kecelakaan Kerja di Jakarta

Timur Tahun 2014-2016

Pada penelitian ini, untuk mengetahui gambaran

kecelakaan, diteliti sifat luka/kelainan pada korban

kecelakaan. Berikut ini merupakan distribusi sifat

luka/kelainan pada korban kecelakaan di Jakarta Timur tahun

2014-2016, dapat dilihat pada tabel 5.15.

Page 126: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

105

Tabel 5. 15 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sifat

Luka/Kelainan Pada Korban Kecelakaan Kerja di Jakarta Timur Tahun

2014-2016

No.

Sifat

Luka/Kelainan

Tahun

2014 2015 2016

N % N % N %

1. Luka sobek di permukaan 83 50% 111 54,68% 293 51,31%

2. Memar dan luka dalam yang lain 28 16,87% 25 12,31% 75 13,13%

3. Luka iritasi/bengkak dan lainnya

di bagian mata

10 6,02% 30 14,77% 57 10%

4. Patah tulang 14 8,43% 9 4,43% 30 5,25%

5. Luka bakar 11 6,63% 14 6,90% 28 4,90%

6. Amputasi 8 4,82% 3 1,48% 18 3,15%

7. Keracunan mendadak 0 0% 0 0% 27 4,74%

8. Lain-lain 1 0,60% 3 1,48% 19 3,33%

9. Gegar dan remuk 3 1,81% 3 1,48% 8 1,40%

10. Dislokasi/keseleo 2 1,20% 1 0,50% 7 1,23%

11. Luka-luka yang banyak dan

berlainan sifatnya

3 1,81% 3 1,48% 4 0,70%

12. Regang otot/urat 1 0,60% 1 0,50% 3 0,53%

13. Mati lemas 2 1,20% 0 0% 1 0,18%

14. Pengaruh arus listrik 0 0% 0 0% 1 0,18%

Total 16

6

100% 203 100% 571 100%

Berdasarkan hasil pada tabel 5.15, dapat dilihat bahwa

trend kecelakaan kerja berdasarkan sifat luka yang dialami

korban kecelakaan kerja yang memiliki kecenderungan

meningkat yaitu regang otot/urat, luka sobek di permukaan,

luka iritasi/bengkak dan lainnya di bagian mata, gegar dan

remuk, luka bakar, keracunan mendadak, pengaruh arus listrik,

luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya, dan lain-lain.

Sedangkan untuk trend kecelakaan berdasarkan sifat

luka/kelainan yang dialami korban kecelakaan yang

mengalami kecenderungan fluktuatif antara lain patah tulang,

Page 127: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

106

dislokasi/keseleo, memar dan luka, dan mati lemas. Dari hasil

diatas, menunjukan bahwa jumlah kecelakaan tertinggi

berdasarkan sifat luka/kelainan yang diderita korban

kecelakaan yaitu luka sobek di permukaan 293 pekerja, memar

dan luka dalam yang lain sebanyak 75 pekerja, dan luka

iritasi/bengkak dan lainnya dibagian mata sebanyak 57 orang

pada tahun 2016.

Page 128: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

107

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa

keterbatasan antara lain:

1. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari

formulir laporan kecelakaan kerja yang menyebabkan

terbatasnya informasi, dan harus menyesuaikan dengan data

yang ada.

2. Penyebab dasar kecelakaan kerja tidak diteliti karena peneliti

hanya bisa mengobservasi penyebab langsung kecelakaan yaitu

berdasarkan kronologis dan lembar checklist pada formulir

laporan kecelakaan kerja dan intrepretasi dibantu oleh expert/

orang yang berpengalaman dalam kegiatan investigasi

kecelakaan.

3. Terdapat perbedaan pada struktur formulir kecelakaan kerja

pada tahun 2014 dengan tahun 2015 dan 2016 karena

perubahan kebijakan pemerintah (PP No. 44 Tahun 2015

tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja

dan Jaminan Kematian) sehingga peneliti harus menyesuaikan

variabel yang tersedia di formulir agar formulir laporan

kecelakaan kerja dapat diteliti, dan peneliti memisahkan hasil

analisa data tahun 2014 dengan data tahun 2015 dan 2016

Page 129: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

108

4. yaitu pada data di variabel pada formulir laporan kecelakaan

kerja yang berbeda cara interpretasinya.

6.2 Kecelakaan Kerja

Pada penelitian ini ditemukan bahwa di Jakarta Timur trend

kejadian kecelakaan kerja meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014,

terdapat 166 kasus kecelakaan kerja, meningkat pada tahun 2015 menjadi

203 kecelakaan kerja dan pada tahun 2016 meningkat tajam menjadi 571

kasus kecelakaan kerja. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota

Jakarta Timur (2016) jumlah pekerja berdasarkan lapangan pekerjaan di

Jakarta Timur, angkanya terus bertambah, yaitu pada tahun 2014 terdapat

114.628.026 pekerja, bertambah pada tahun 2015 menjadi 114.819.199

pekerja, dan meningkat tajam pada tahun 2016 menjadi 118.411.973

pekerja. Seiring bertambahanya jumlah pekerja di Jakarta Timur pada

tahun 2014 sampai dengan 2016, kecelakaan kerja pun dapat bertambah

jumlahnya. Angka kecelakaan di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016

didominasi oleh pekerja laki-laki sebanyak 557 kasus, pekerja dengan usia

diatas 25 tahun dengan jumlah tertinggi 370 kasus, dan terjadi paling

banyak pada kelompok kerja kerah biru dengan jumlah 555 pekerja kerah

biru, dan banyak terjadi di industri manufaktur sebanyak 370 kecelakaan

kerja. Berdasarkan karakteristik yang ditemukan tersebut, dapat diketahui

bahwa industri manufaktur dengan ciri mempekerjakan laki-laki memiliki

jumlah yang tinggi dalam menyumbang angka kecelakaan kerja di Jakarta

Timur.

Page 130: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

109

Meningkatnya jumlah pelaporan kecelakaan kerja selama tahun

2014-2016 dapat dikarenakan pada tahun 2015 terdapat sosialisasi yang

dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Tenaga Kerja

(BPJSTK) yaitu mengenai perubahan peraturan wajib lapor kecelakaan

kerja agar peserta Jaminan Kecelakaan Kerja wajib melampirkan laporan

kecelakaan kerja jika terjadi kecelakan kerja untuk mendapatkan klaim

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah

No. 44 Tahun 2015 tentang Program Jaminan Kecelakaan dan Jaminan

Kematian yang semula adalah PP No. 14 Tahun 1993 yang tidak berlaku

lagi. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah pelaporan yang ada dari

tahun 2014 sampai dengan 2016, dimana berubahan mulai

diberlakukannya jangka waktu tertentu terkait kadaluarsa klaim terhitung

sejak terjadi kecelakaan kerja, yang semula tidak diberlakukan di PP No.

14 tahun 1993, sehingga pelaporan kecelakan kerja meningkat seiring

diberlakukannya kebijakan waktu kadaluarsa klaim tersebut.

6.3 Determinan Kecelakaan Kerja

Determinan Kecelakaan Kerja dalam penelitian ini terdiri dari

fakor pekerja (usia, jenis kelamin, dan tindakan tidak aman), faktor

pekerjaan (jenis pekerjaan, jam kecelakaan kerja, dan jenis industri), dan

faktor lingkungan kerja (sumber kecelakaan dan kondisi tidak aman). Pada

bagian ini, peneliti akan membahas lebih dalam mengenai hasil penelitian

mengenai kecelakaan kerja di Jakarta Timur tahun 2014 sampai dengan

2016, sebagai berikut:

Page 131: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

110

6.3.1 Faktor Pekerja

Faktor pekerja yang diteliti dalam penelitian ini yaitu faktor

usia, jenis kelamin, dan tindakan tidak aman. Berdasarkan hasil

penelitian, kecelakaan kerja tertinggi di Jakarta Timur berdasarkan

data kecelakaan kerja banyak dialami oleh pekerja berusia diatas 25

tahun, pekerja laki-laki, dan tindakan tidak aman berupa gagal

mengamankan dan gangguan konsentrasi.

6.3.1.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Usia Pekerja

International Labour Organization (2003) dalam bukunya

yang berjudul Key Indicators of The Labour Market menyebutkan

bahwa pekerja muda dikelompokan pada usia 15-25 tahun, dan

pekerja dewasa/tua dikategorikan ke dalam usia diatas 25 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa jumlah kecelakan

kerja di tempat kerja pada pekerja usia >25 tahun lebih tinggi

dibandingkan dengan pekerja usia 15-25 tahun. Di Jakarta Timur,

kasus kecelakan kerja yang tertinggi terjadi pada pekerja yang

berusia diatas 25 tahun berjumlah 370 pekerja yaitu pada tahun

2016. Menurut Sriwahyudi, dkk (2014) usia berbanding lurus

dengan kapasistas kerja dan usia 25 tahun dianggap sebagai usia

puncak, sedangkan usia 25-60 tahun terdapat penurunan fisik,

sebesar 25% untuk kekuatan otot, dan 60% untuk kemampuan

sensoris dan motoris. Menurut Sudibyo (2012), Pekerja yang

berusia 30-35 tahun memiliki persentase terbesar pada setiap jenis

kecelakaan yang ada, hal ini terjadi dimungkinkan karena golongan

Page 132: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

111

usia antara 30-35 tahun merasa telah memiliki pengalaman

kerjanya cukup lama, sehingga mereka terkadang melupakan

standar operasional (SOP) dan menganggap remeh terhadap hal-hal

yang kecil, sikap kurang hati-hati dan kurang mengutamakan

keselamatan dalam bekerja berdampak terhadap semakin besarnya

risiko kecelakaan yang mungkin terjadi. Sama halnya dengan

penelitian di Amerika tahun 2005, jumlah kecelakaan kerja yang

mengakibatkan pekerja yang lebih tua (usia >25 tahun) menderita

cidera dan meninggal di tempat kerja lebih tinggi dibandingkan

pekerja yang lebih muda (Elizabeth Rogers, 2005). Pekerja yang

lebih tua lebih banyak menderita kecelakaan berupa kondisi patah

tulang dan banyak cidera lainnya dibandingkan dengan pekerja

muda (Elizabeth Rogers, 2005). (Dalimunthe, 2012 ; Hartono Muljadi, 2004 ; Sr iwahyudi, 2014. ) (Sudibyo, 2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Bureau of Labour Statistics

menyebutkan hal yang berbeda dibandingkan penelitian ini,

penelitian tersebut menyatakan bahwa pekerja muda (<25 tahun)

lebih banyak mengalami kecelakaan kerja (N. Root, 1981). Hasil

penelitian Safe Work Australia menunjukkan bahwa pekerja muda,

yaitu yang berusia dibawah 25 tahun, lebih banyak mengalami

kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua yang

berusia 25 tahun keatas (Safe Work Australia, 2013). Menurut Root

(1981), yang menyebabkan jumlah kecelakaan pekerja tua/dewasa

yang berusia diatas 25 tahun terbilang lebih rendah angka

kecelakaan kerjanya dibandingkan pekerja muda dikarenakan

Page 133: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

112

pekerja yang lebih tua lebih berpengalaman, lebih matang, dan

memiliki kesadaran terhadap bahaya di tempat kerja, namun angka

kecelakaan kerja pada pekerja tua juga dapat lebih tinggi

dikarenakan kesembronoan atau kecerobohan, melakukan

pelanggaran, refleks yang menurun, kemampuan pendengaran dan

pengelihatan yang menurun. Di sisi lain, pekerja yang masih muda

(<25 tahun) tinggi jumlah kecelakaannya karena kecerobohan,

belum berpengalaman terhadap bahaya kecelakaan, dan

mengerjakan pekerjaan yang berbahaya; sebaliknya, pekerja muda

lebih rendah angka kecelakaannya, dikarenakan refleks yang baik,

dan lebih sedikit terpapar pekerjaan yang berbahaya (Root, 1981).

6.3.1.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur

pada tahun 2014 jumlah pekerja berumur 15 tahun keatas yang

bekerja menurut jenis kelamin yaitu jumlah pekerja laki-laki lebih

banyak dibandingkan pekerja perempuan, dengan jumlah pekerja

laki-laki sebanyak 2.940.596 pekerja (63,45%) dan pekerja

perempuan sebanyak 1.693.773 pekerja (36,54%) (BPS, 2014).

Pada hasil penelitian ini, menunjukan bahwa pekerja laki-laki lebih

banyak mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja

perempuan. Di Jakarta Timur, kejadian kecelakaan selama tahun

2014-2016 paling banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki yaitu

sebesar 557 pada tahun 2016. Sama halnya dengan salah satu

penelitian di Pulo Gadung, Jakarta Timur (2007) menyebutkan

Page 134: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

113

bahwa jumlah kecelakaan kerja pada pekerja laki-laki lebih tinggi

dibandingkan pada pekerja perempuan, yaitu 647 pekerja laki-laki

dan 303 pekerja perempuan mengalami kecelakaan kerja.

Menurut Mary Stergiou et al (2015), jumlah pekerja laki-

laki yang bekerja di industri yang berisiko tinggi lebih banyak

daripada perempuan, seperti industri konstruksi, pertambangan,

pemadam kebakaran, militer, pertanian, perikanan dan pekerjaan

berisiko tinggi lainnya (Arcury, 2014; Breslin, 2003 ; Desmond,

2006; Ibanez, 2011 ; Lawson, 2010; Messing, 2003; Phakathi,

2013; Power, 2010; Stergiou, 2015). Hoskins (2005) menyatakan

pekerja laki-laki lebih banyak mengalami kecelakaan kerja

dibandingkan perempuan, karena secara umum pekerja perempuan

tidak bekerja dengan profesi yang secara konsisten berisiko

menimbulkan cedera. Selain itu, pekerja laki-laki dan perempuan

memiliki perbeedaan jenis cedera, yaitu pekerja laki-laki cenderung

terpapar oleh bahaya dan cidera trauma sedangkan perempuan lebih

terpapar pada bahaya ergonomi seperti cidera muskuloskeletal.

Selain itu, pekerja laki-laki yang bekerja pada pekerjaan berisiko

tinggi lebih banyak mengalami paparan risiko fisik yang berkaitan

dengan mekanikal, elekrikal, dan bahan-bahan kimia (Ely, 2010;

Safe Work Australia., 2013). (Hoskins, 2005). ( Stergiou, 2015)

Lebih banyaknya jumlah pekerja laki-laki yang mengalami

kecelakaan kerja, maka dari itu penting bagi pengelola perusahaan

untuk memberikan perhatian yang lebih terkait keselamatan kerja

Page 135: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

114

terhadap pekerja laki-laki, terutama pada pekerjaan yang berisiko

tinggi dengan memberikan pelatihan dan sertifikasi sesuai dengan

pekerjaan yang dilakukan pekerja agar angka kecelakaan kerja

pada pekerja laki-laki dapat ditekan sehingga tidak bertambah

jumlahnya.

6.3.1.3 Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh Tindakan

Tidak Aman (Unsafe Actions)

Penelitian Heinrich (1959) menyebutkan bahwa 85%

kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman. Blackmon dan

Gramopadhye (1995) menyatakan 98% kecelakaan disebabkan

oleh unsafe behavior atau perilaku tidak aman. Menurut Health

and Safety Executive (2002) mengungkapkan bahwa 80-90%

kecelakaan dan insiden di tempat kerja disebabkan oleh perilaku

tidak aman.

Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa terdapat perbedaan

cara analisis/ interpretasi hasil penelitian pada variabel usafe acts

di tahun 2014 dengan tahun 2015 dan 2016 dikarenakan terdapat

perbedaan struktur formulir kecelakaan kerja akibat pergantian

kebijakan (PP No. 44 Tahun 2015), maka penyebab kecelakaan

kerja di Jakarta Timur dapat disebabkan oleh tindakan tidak aman,

yaitu terbagi menjadi tahun 2014 dengan tahun 2015 dan 2016,

antara lain:

Page 136: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

115

A. Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh

Tindakan Tidak Aman (Unsafe Actions) Di Jakarta

Timur Tahun 2014

Menurut James T. Reason (2008), tindakan tidak

aman timbul karena dari gagalnya proses mental, seperti

lupa, tidak perhatian, gangguan konsentrasi, kurangnya

pengetahuan, kurangnya keahlian dan pengalaman, serta

kesalahan berupa kelalaian ataupun bahkan kecerobohan.

Pada tahun 2014, jumlah kecelakaan tertinggi yang

disebabkan oleh perilaku tidak aman di Jakarta Timur yaitu

berupa gagal mengamankan dan ganguan konsentrasi

sebanyak 48 kasus kecelakaan kerja (28,9%), dan gagal

menggunakan alat pelindung diri sebanyak 21 kasus

kecelakaan kerja (12,7%), dan pengangkatan yang tidak

sesuai sebanyak 17 kasus kecelakaan kerja (10,2%).

Tingginya penyebab gangguan konsentrasi pekerja dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, anatara lain istirahat yang

kurang, kebisingan, ventilasi di tempat kerja yang kurang

sesuai, kondisi psikologis pekerja, dan lain sebagainya (ILO,

2013b). (James Reason, 2008) (Blac kmon, 1995; Health and Safety Executive, 2002)

Menurut Petersen, solusi untuk memecahkan

perbaikan perilaku manusia di masa yang akan datang dapat

diterapkan dengan Beaviour-based Safety atau yang biasa

disebut dengan BBS (Petersen, 2001). BBS adalah penerapan

Page 137: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

116

program secara sistematis, yaitu berasal dari penelitian

psikologi pada perilaku manusia untuk masalah keselamatan,

dan juga merupakan proses yang membantu pekerja

mengidentifikasi dan memilih perilaku selamat dibandingkan

perilaku tidak selamat (Cooper, 1994).

B. Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh

Tindakan Tidak Aman (Unsafe Actions) Di Jakarta

Timur Tahun 2015-2016

Pada penelitian ini, selama tahun 2015 dan 2016,

penyebab kecelakaan kerja yang tertinggi berdasarkan

tindakan tidak aman antara lain disebabkan oleh posisi saat

bekerja tidak aman yaitu sebanyak 142 kecelakaan kerja

(24,87%) yaitu terjadi pada tahun 2016. Posisi bekerja yang

tidak aman dapat dikarenakan pekerja tidak memperhatikan

beberapa aspek saat bekerja, misalnya tidak memperhatikan

objek dan bahaya di lingkungan kerja saat bekerja, jarak yang

tidak aman seperti terlalu jauh atau terlalu dekat dengan

objek yang ia kejakan, buruknya tata letak ruangan saat

bekerja, berdiri pada permukaan lantai yang licin maupun

tidak rata, dan lain sebagainya (CCOHS, 2016b).

Salah satu pencegahan kecelakaan kerja yang

disebabkan oleh posisi tidak aman yaitu dengan

menggunakan beberapa prinsip, seperti contohnya penerapan

program Behavior Based Safety (BBS), salah satunya adalah

Page 138: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

117

program STOP dari DuPont yaitu dengan siklus kegiatan

berupa kegiatan memutuskan untuk berhenti dan mengamati

perilaku tidak aman pekerja yang lain, melakukan tindakan

berupa berbicara kepada pekerja dan memberitahukan jika

pekerja berada pada posisi yang tidak aman dan melakukan

pekerjaan secara tidak aman, serta melaporkan pekerja yang

bekerja dengan tidak aman atau yang dikenal dengan siklus

Decide-Stop-Observe-Act-Report. Prinsip dasar dari program

ini adalah semua kecelakaan kerja dapat dicegah, yang

menitikberatkan pada kegiatan sehari-hari berupa melatih

pekerja agar mencegah kecelakaan dengan mengamati

pekerja pada saat mereka sedang bekerja, berbicara dengan

pekerja dengan tujuan mengoreksi perilaku tidak aman

pekerja, dan mendorong mereka untuk bekerja dengan

selamat (Petroleum Development Oman, 2010).

6.3.2 Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu jenis

pekerjaan, jam kecelakaan, dan jenis industri. Pada jenis pekerjaan,

kecelakaan kerja tertinggi dialami oleh pekerja kerah biru. Kejadian

kecelakaan kerja paling sering terjadi yaitu pada pukul 06.01-12.00.

Sedangkan, jenis industri yang paling tinggi kecelakaan kerjanya yaitu

pada industri manufakatur dan konstruksi. Pembahasan terkait

gambaran hasil pada faktor pekerjaan dalam kejadian kecelakaan kerja

Page 139: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

118

di Jakarta Timur tahun 2014 sampai dengan 2016 adalah sebagai

berikut:

6.3.2.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan pada penelitian ini diklasifikasikan

berdasarkan dua jenis yaitu pekerjaan kerah biru dan kerah putih.

Pekerja kerah biru adalah pekerja yang melakukan aktivitas kerja

menggunakan tangan secara berulang-ulang, membutuhkan

keterampilan fisik dan ketahanan energi, sedangkan pekerja kerah

putih adalah kebalikan dari pekerja kerah biru antara lain

Manajer, Profesional, Pramuniaga, Pekerja Administrasi, Sales,

dan Pekerja Pelayanan Masyarakat. Sedangkan pekerja kerah biru

adalah Teknisi, Operator Mesin dan Pengemudi, dan Buruh

(ANZSCO, 2009).

Pada penelitian ini, kecelakaan kerja di Jakarta Timur

paling banyak terjadi pada pekerja kerah biru yaitu sebanyak 555

pekerja kerah biru pada tahun 2016. Sama halnya dengan

penelitian mengenai tingkat cedera yang berhubungan dengan

pekerjaan di Korea, pekerja kerah biru memiliki 3,47 kasus lebih

tinggi per 100 orang-tahun daripada pekerja kerah putih (Won,

2007). Dalam penelitian ini pekerja kerah biru lebih berisiko

mengalami kecelakaan kerja disebabkan karena pekerja kerah biru

lebih banyak berhubungan langsung dengan mesin, perkakas

pekerjaan tangan, bahan kimia berbahaya dan material berbahaya

lainnya dibandingkan dengan pekerja kerah putih. Namun,

Page 140: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

119

Menurut data yang ada pada sebuah perusahaan minyak di

Indonesia, dari hasil evaluasi di lapangan membuktikan dari

kecelakaan yang terjadi, sebesar 30% adalah kontribusi pekerja

lapangan (pekerja kerah biru) sementara 70% disumbang oleh

pekerja kerah putih, atau mereka yang melakukan planning dan

me-manage pekerjaan ini. Hal tersebut menunjukan bahwa

kecelakaan yang terjadi pada kerah biru dapat disebabkan oleh

perencanaan yang kurang matang, ataupun kesalahan oleh kerah

putih (Suherlan, 2011).

Tingginya jumlah kecelakaan pada kerah biru menunjukan

bahwa pentingnya perusahaan melakukan evaluasi mengenai

kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja kerah biru. Pelatihan

yang tepat dan pengenalan bahaya kepada pekerja kerah biru

perlu dilakukan agar pekerja kerah biru memiliki pengetahuan

dan kesadaran yang baik mengenai risiko yang dapat terjadi pada

pekerjaan yang dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan kerja.

Kemudian, dapat juga dilakukan pendekatan pada sistem

manajemen (management systems) yang domainnya adalah

menerapkan prosedur, melakukan training, menerapkan sistem

keselamatan dalam bekerja, behavior based safety, project

planning, maintenance, safe work practices, sistem izin kerja,

manajemen terhadap perubahan, kesiapsiagaan dan tanggap

darurat, dan aspek-aspek lainnya dari safety culture (OGP, 2005).

Page 141: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

120

6.3.2.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jam Kecelakaan

BPJS Ketenagakerjaan (2015) membagi waktu kecelakaan

kerja menjadi: waktu pagi yaitu sejak pukul 00.01-06.00, waktu

siang pukul 06.01-12.00, waktu sore 12.01-18.00, dan waktu

malam 18.01-24.00. Berdasarkan hasil penelitian ini, Kecelakaan

kerja selama tahun 2014 sampai dengan 2016 di Jakarta Timur

paling banyak terjadi pada pukul 06.01-12.00 yaitu sebanyak 236

kasus kecelakaan pada tahun 2016, dan di urutan kedua yaitu pada

pukul 12.01-18.00 dengan jumlah yang juga tinggi yaitu 201 kasus

pada tahun 2016 Hal ini sejalan dengan laporan tahunan BPJS

Ketenagakerjaan (2015) kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun

2014 paling banyak terjadi pada jam 06.01-12.00.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, No. Kep. 102/MEN/VI/2004 ketentuan jam kerja

shift telah diatur dalam 2 sistem, yaitu: 1) 7 jam kerja dalam 1 hari

atau 40 jam kerja dalam 1 minggu; atau 2) 8 jam kerja dalam 1 hari

atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1

minggu. Sedangkan, untuk karakteristik dari pekerjaan shift kerja

mempunyai dua macam bentuk, yaitu shift berputar (rotation) dan

shift (permanent). Karakteristik shift pada berbagai macam industri

menerapkan beberapa kriteria yang dijadikan dasar pertimbangan

shift kerja, yaitu, setidaknya ada jarak 11 jam antara permulaan dua

shift, seorang pekerja tidak boleh bekerja lebih dari tujuh hari

berturut-turut (seharusnya 5 hari kerja, 2 hari libur), dan terdapat

Page 142: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

121

libur setidaknya 2 hari dalam sehari, rotasi shift mengikuti

matahari.

Beberapa penelitian menemukan bahwa pekerja yang

bekerja pada shift pagi atau memulai pekerjaannya sebelum pukul

7 pagi cenderung mempunyai waktu tidur yang lebih pendek pada

malam harinya, dan lebih merasakan kantuk selama bekerja (M. K.

Sallinen, G. , 2010). Bahkan, terdapat 4 kecelakaan terbesar pusat

listrik tenaga nuklir di Amerika yang disebabkan oleh faktor

manusia pada waktu permulaan shift pagi, sebagian besar

disebabkan oleh kelelahan dan ganguan tidur (Harrison Y., 2000).

Pada penelitian ini ditemukan tingginya angka kecelakaan

pada pukul 12.01-18.00 yang dapat terjadi karena faktor kelelahan,

yaitu sejalan dengan pernyataan di penelitian Folkard dan Tucker

(2003), bahwa risiko kecelakaan kerja meningkat setelah empat

setengah sampai lima jam memulai pekerjaan dan dua jam setelah

pekerja beristirahat karena pekerja mengalami kelelahan. Salah satu

faktor penyebab utama kecelakaan kerja yang disebabkan oleh

manusia adalah stres dan kelelahan (fatigue). Kelelahan kerja

memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja

(Setyawati, 2007). Kelelahan bisa disebabkan oleh sebab fisik

ataupun tekanan mental. Salah satu penyebab fatigue adalah

ganguan tidur (sleep distruption) yang antara lain dapat

dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan pada

Page 143: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

122

circadian rhythm yang dapat diakibatkan oleh shift kerja (Wicken,

et al, 2004).

Pada sebagian besar penelitian terhadap pekerja yang

bekerja dimalam hari, mengungkapkan bahwa kurangnya jam tidur

sejalan dengan meningkatnya kelelahan, mengantuk dan

meningkatnya risiko kecelakaan (M. Sallinen, Kecklund, G., 2010).

Bagi pekerja yang bekerja di malam hari, untuk mengurangi tingkat

kesalahan, Berger dan Hobbs (2006), menyarankan untuk

melakukan tidur siang pada pekerja shift malam, dan

menghilangkan kerja lembur hingga lebih dari 12 jam dan

mengerjakan tugas sebelum jam 4 pagi untuk shift malam. (Berger,

2006)Untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja pekerja akibat

kelelahan seharusnya pekerja memanfaatkan jam istirahat untuk

berisitirahat dengan baik sesuai dengan jam istirahat yang diberikan

perusahaan. Waktu istirahat juga dapat mengurangi

musculoskeletal discomfort (MsD), gangguan mata, mood dan

kinerja pekerja (Galinsky, 2000). Menurut International Labour

Organization (2013), untuk bekerja dibutuhkan pikiran yang jernih

dan terfokus, maka diperlukan tempat/fasilitas istirahat dan

rekreasi, semua pekerja termasuk pekerja shift memerlukan ruang

istirahat minimal untuk berbaring agar dapat bekerja lebih

produktif (ILO, 2013b).

Page 144: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

123

6.3.2.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Jenis Industri

Jenis Industri pada penelitian ini mengacu pada

International Standard Industrial Classification of All Economic

Activities (ISIC), ISIC mengklasifikasikan jenis-jenis industri

berdasarkan karakteristik kegiatan yang dilakukan. Masing-masing

industri mempunyai karakteristik pekerjaan yang menentukan

bahaya apa saja yang terdapat pada industri tersebut. Berdasarkan

hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa di Jakarta Timur dari

tahun 2014 sampai dengan 2016 kecelakaan kerja yang tertinggi

terjadi pada jenis industri manufaktur sebanyak 649 kasus

kecelakaan dan yang kedua tertinggi adalah konstruksi sebanyak

185 yang terjadi pada tahun 2016. Berdasarkan laporan kecelakaan

kerja pada penelitian ini, kecelakaan kerja di Jakarta Timur pada

tahun 2014 sampai dengan 2016 didominasi oleh beberapa pabrik

di industri manufaktur yaitu pada bagian produksi plastik, farmasi,

gelas kaca, plat baja, makanan dan minuman, otomotif, produksi

tabung gas, industri per mobil, sabun, peleburan besi baja, logam,

lem, wiremesh, pipa baja, pengecoran logam, pabrik knalpot,

kosmetika, alat kesehatan, dan lainnya.

Pada penelitian sebelumnya, oleh US Bureau of Labour

Statistics (2014), melaporkan bahwa angka kecelakaan manufaktur

tinggi karena disebabkan oleh kontak pekerja dengan mesin, yaitu

pada tahun 2013, mengungkapkan bahwa total sebanyak 717

kecelakaan kerja fatal terjadi akibat kontak dengan benda dan

Page 145: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

124

peralatan mesin. Sedangkan, menurut Alizadeh (2015), tingginya

angka kecelakaan di konstruksi disebabkan oleh industri konstruksi

bersifat dinamis, kompleks dan berbahaya disebabkan oleh sifat

pekerjaan, pekerja, dan lingkungan kerja yang bermacam-macam

serta kompleks dan juga sifat lingkungan kerja dan tenaga kerja

yang sementara dan tidak menetap (Alizadeh, 2015).

Sebuah penelitian oleh Alizadeh (2015) yang menganalisis

kecelakaan kerja fatal dan cidera di Iran pada tahun 2008 sampai

dengan 2012, menemukan bahwa di jenis industri konstruksi

terdapat 727 kecelakaan kerja (49,73%), di industri manufaktur

terdapat 354 kecelakaan kerja (24,19%), di industri pelayanan

terdapat 86 kecelakaan kerja (5,87%), di indusri perhotelan, dan

restaurant terdapat 22 kecelakaan kerja (1,52%), di pertambangan

terdapat 12 kecelakaan kerja (0,83%), di pertanian, kehutanan dan

perikanan terdapat 43 kecelakaan kerja (2,94%), dan listrik, gas,

dan persediaan air terdapat 11 kecelakaan kerja (0,75%), pelayanan

perbaikan peralatan rumah tangga dan kendaraan sebanyak 16

kecelakaan kerja (1,1%), kegiatan bisnis terdapat 29 kecelakaan

kerja (2%), dan jenis industri lainnya sebanyak 162 kecelakaan

kerja (11,07%). Sedangkan, kejadian fatality di jenis industri

konstruksi terdapat 106 kematian (62,71%), di industri manufaktur

terdapat 18 kematian (10,64%), di industri pelayanan terdapat 12

kematian (7,10%), di indusri perhotelan, dan restoran terdapat 1

kematian (0,6%), di pertambangan terdapat 1 kematian (0,6%), di

Page 146: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

125

pertanian, kehutanan dan perikanan terdapat 12 kematian (7,10%),

dan listrik, gas, dan persediaan air terdapat 2 kematain (1,2%),

pelayanan perbaikan peralatan rumah tangga dan kendaraan

sebanyak 1 kematian (0,6%), kegiatan bisnis terdapat 3 kematian

(1,8%), dan jenis industri lainnya sebanyak 13 kematian (7,7%)

(Alizadeh, 2015).

6.3.3 Faktor Lingkungan Pekerjaan

Pada penelitian ini faktor lingkungan pekerjaan yang diteliti

adalah sumber kecelakaan kerja, faktor kondisi tidak aman (unsafe

condition), dan tingkat risiko lingkungan kerja. Sumber kecelakaan

kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahaya di tempat

kerja yang langsung memapar pekerja dan menyebabkan cidera. Pada

penelitian ini, di Jakarta Timur pada tahun 2014 sampai dengan 2016

jumlah kecelakaan tertinggi berdasarkan sumber kecelakaan yaitu

diakibatkan oleh mesin (press, bor, gergaji, dan lain-lain), dan

penyebab kecelakaan berdasarkan kondisi tidak aman yang paling

tinggi yaitu disebabkan oleh kondisi pengaman atau penghalang yang

tidak memadai. Sedangkan tingkat risiko lingkungan kerja yang paling

tingggi kecelakaan kerjanya adalah pada industri dengan tingkat risiko

lingkungan kerja sedang.

6.3.3.1 Distribusi Kecelakaan Berdasarkan Sumber Kecelakaan

Pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa selama tahun

2014-2016 di Jakarta Timur kecelakaan tertinggi berdasarkan

sumber kecelakaan yaitu diakibatkan oleh mesin (press, bor,

Page 147: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

126

gergaji, dll) sebanyak 158 kasus kecelakaan, perkakas pekerjaan

tangan dan benda tajam sebanyak 155, dan akibat

pengangkat/pengangkut sebanyak 62 kasus kecelakaan pada

tahun 2016. Tingginya angka kecelakaan kerja akibat mesin

dikarenakan pekerja melakukan banyak intervensi pada mesin di

semua fase, yaitu; pemasangan mesin, pengoperasian, perawatan,

pemecahan masalah (trouble-shooting), perbaikan, pengaturan,

penanganan gangguan produksi, pembersihan dan pembongkaran,

pekerja terpapar bahaya yang bersumber dari mesin (Chinniah,

2015). Berdasarkan laporan kecelakaan kerja di Jakarta Timur

tahun 2014 sampai dengan 2016, ditemukan beberapa mesin dan

perkakas pekerjaan tangan yang rentan menjadi penyebab

kecelakaan kerja, antara lain pressing machine, chucking machine,

jig, filling machine, rolling machine, conveyor, pulley, furnance &

billet cutter, mesin gerinda, bar bending, dan lain sebagainya.

Sedangkan, The Health And Safety Executive melaporkan bahwa

50% kecelakaan yang berkaitan dengan begian mesin yang berjalan

di Inggris disebabkan oleh mesin cetak dan konveyor (HSE,

2006).

Tingginya angka kecelakaan yang diakibatkan oleh mesin

diakibatkan banyaknya kontak pekerja dengan mesin dalam proses

kerja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuvin Chinniah (2015),

penyebab utama kecelakaan yang disebabkan oleh mesin yaitu

mudahnya akses pekerja ke mesin yang sedang bergerak,

Page 148: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

127

kurangnya safeguards atau pengaman, tidak adanya prosedur

lockout, pekerja yang tidak berpengalaman, pekerja yang melewati

batas aman maupun safeguards, kurangnya risk assessment,

kurangnya pengawasan (supervision), design mesin yang buruk,

metode kerja yang tidak aman, tidak jelasnya instruksi kepada

pekerja tentang bekerja yang aman dengan mesin.

Mesin memiliki beberapa bahaya dengan sifatnya yang

berbeda-beda dan paparan terhadap bahaya yang terdapat pada

mesin, antara lain; bahaya struktur (tepian yang tajam), bahaya

mekanik (menghancurkan/meremukkan, memotong), bahaya fisika

(tegangan listrik, gas bertekanan, kebisingan dan getaran, suhu

panas atau dingin), bahaya ergonomi (posisi kerja yang janggal,

manual handling, gerakan berulang), slip/trip/fall (permukaan

jalan/lantai yang buruk, dan keadaan railings), bahaya kimia (gas,

asap, cairan), kondisi penggunaan mesin (lokasi, pengaruh kepada

layout tempat kerja) dan bahaya biologi (bakteri dan jamur) (ANSI

B11-TR3, 2000; Bluff, 2014; CSA Z 432, 2004; ISO 12100, 2010)

Hal ini dapat dihindari dengan menambahkan pengaman

pada mesin (machine guards), dengan tujuan untuk mencegah

kontak langsung dengan peralatan yang bergerak misalnya; pisau

(blade), belt yang berputar, komponen listrik bertegangan tinggi,

benda panas, dan material yang berbahaya (CCOHS, 2017).

Page 149: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

128

6.3.3.2 Distribusi Penyebab Kecelakaan Kerja Berdasarkan Kondisi

Tidak Aman (Unsafe Condition)

Unsafe condition adalah kondisi lingkungan kerja yang

tidak baik atau kondisi peralatan kerja yang berbahaya, akibat yang

ditimbulkan dari unsafe condition yaitu dapat menimbulkan

potensi bahaya bahkan kecelakaan (Anizar, 2009). Sesuai dengan

hasil penelitian ini bahwa terdapat perbedaan cara analisis/

interpretasi hasil penelitian pada variabel unsafe conditions di

tahun 2014 dengan tahun 2015 dan 2016 dikarenakan terdapat

perbedaan struktur formulir kecelakaan kerja akibat pergantian

kebijakan (PP No. 44 Tahun 2015), maka penyebab kecelakaan

kerja di Jakarta Timur dapat disebabkan olehkondisi tidak aman,

yaitu terbagi menjadi tahun 2014 dengan tahun 2015 dan 2016,

antara lain:

A. Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh

Kondisi Tidak Aman (Unsafe Conditions) Di Jakarta

Timur Tahun 2014

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui

bahwa jumlah kecelakaan tertinggi selama tahun 2014

disebabkan oleh kondisi tidak aman yaitu berupa kondisi

pengaman atau penghalang yang tidak memadai sebanyak 41

kasus kecelakaan kerja (24,7%), akibat perlengkapan

pengaman yang tidak memadai sebanyak 16 kasus

kecelakaan kerja (9,6%), akibat kerapihan yang buruk

Page 150: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

129

sebanyak 14 kasus kecelakaan kerja (8,43%), dan alat, bahan

atau perlengkapan yang rusak sebanyak 12 kasus kecelakaan

kerja sebanyak 12 kasus kecelakaan kerja (7,29%) pada tahun

2016. Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh

Chinniah (2015), ditemukan terdapat 14 kecelakaan yang

terjadi akibat dilepaskannya pengaman (safe-guards).

Menurut penelitian tersebut, beberapa alasan yang membuat

pengaman dilepas antara lain; operator mengeluhkan

kurangnya visabilitas, pekerja yang memperbaiki mesin

merasa sulit untuk memasang pengaman, dan melepasnya

untuk melumasi atau memperbaiki mesin, dan jika pengaman

dilepas akan mepermudah pemindahan produk yang terjatuh

secara cepat tanpa menghentikan mesin.

B. Distribusi Kecelakaan Kerja yang Disebabkan Oleh

Kondisi Tidak Aman (Unsafe Conditions) Di Jakarta

Timur Tahun 2015-2016

Pada hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa trend

penyebab kecelakaan kerja yang mempunyai kecenderungan

meningkat jumlahnya dari tahun 2015-2016 yaitu disebabkan

oleh kondisi tidak aman berupa pengaman atau penghalang

yang tidak memadai, kerapihan yang buruk, kondisi

lingkungan yang berbahaya seperti gas, debu, asap uap, fume,

perlengkapan pengaman yang tidak memadai, alat, bahan

atau perlengkapan yang rusak, dan paparan kebisingan.

Page 151: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

130

Kemudian, untuk penyebab kecelakaan tertinggi berdasarkan

kondisi tidak aman, ditempati oleh kondisi berupa pengaman

atau penghalang yang tidak memadai sebanyak 74 kasus

kecelakaan (12,95%), dan kerapihan yang buruk sebanyak 54

(9,46%) yaitu terjadi pada tahun 2016.

Sejalan dengan penelitian lainnya yang dilakukan oleh

Apfeld di Jerman (2010), mengungkapkan bahwa kurang

lebih 37% mesin tidak menggunakan peralatan pelindung

(safety devices). Hal ini menyebabkan sekitar 25%

kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh tidak adanya

peralatan pelindung. Sama halnya pada tahun 2008 di

Jerman, sebanyak 8 kecelakaan fatal dan lebih dari 10.000

kecelakaan disebabkan oleh gagalnya perlengkapan

pelindung (Apfeld, 2010).

Perusahaan yang menggunakan otomatisasi

disarankan dapat menerapkan sistem manajemen K3 dengan

baik terutama untuk pekerja yang berada di proses produksi,

maupun pada saat maintenance mesin, perusahaan harus

memprioritaskan penilaian risiko (risk assessment) atau

melakukian identifikasi bahaya (hazard identification),

menggunakan pelindung tetap (fixed guards) serta pelindung

yang terpasang dan dapat dipindahkan untuk memberikan

proteksi terhadap area berbahaya ataupun bagian mesin yang

bergerak, memastikan prosedur lockout diterapkan,

Page 152: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

131

memberikan pelatihan dan pengawasan kepada pekerja yang

baru atau tidak berpengalaman, dan mencegah dengan

menghindari mesin yang tidak menggunakan pelindung

keselamatan (safeguards) (Chinniah, 2015).

6.3.3.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja

Pada penelitian ini, dapat diketahui bahwa angka

kecelakaan kerja tertinggi berdasarkan tingkat risiko lingkungan

kerja yaitu terjadi pada lingkungan kerja dengan tingkat risiko

sedang dengan 381 kecelakaan kerja pada tahun 2016. Adapun

jenis industri yang masuk ke dalam tingkat risiko sedang pada

penelitian ini yaitu kelompok industri manufaktur. Di Jakarta

Timur, kejadian kecelakaan kerja di industri manufaktur yaitu

terdapat 112 kasus pada tahun 2014, naik menjadi 167 kasus pada

tahun 2015 dan meningkat tajam menjadi 370 pada tahun 2016.

Berdasarkan laporan kecelakaan kerja pada penelitian ini,

kecelakaan kerja di Jakarta Timur pada tahun 2014 sampai dengan

2016 beberapa industri manufaktur yang tercatat angka kecelakaan

kerjanya yaitu pada industri plastik, farmasi, gelas kaca, plat baja,

makanan dan minuman, otomotif, produksi tabung gas, industri per

mobil, sabun, peleburan besi baja, logam, lem, wiremesh, pipa baja,

pengecoran logam, pabrik knalpot, kosmetika, alat kesehatan, dan

lainnya. Tingginya angka kecelakaan di industri yang tingkat

risikonya sedang dikarenakan jumlah tenaga kerja di Jakarta Timur

Page 153: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

132

di sektor industri manufaktur jumlahnya meningkat, pada tahun

2014 jumlah tenaga kerja pada industri ini adalah 15.254.674

pekerja, pada tahun 2015 naik menjadi 15.255.099 pekerja dan

pada tahun 2016 meningkat ke angka 15.540.234 pekerja. Selain

itu, di industri manufaktur, kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh

sumber seperti mesin-mesin dan peralatan kerja yang langsung

kontak dengan pekerja. Di Jakarta Timur, sumber kecelakaan

banyak disebabkan oleh kontak dengan mseni dan peralatan antara

lain pressing machine, chucking machine, jig, filling machine,

rolling machine, conveyor, pulley, furnance & billet cutter, mesin

gerinda, bar bending, dan lain sebagainya.

Tingginya angka kecelakan kerja pada pekerja operator

mesin, menandakan pentingnya diadakan pelatihan dan

kepemilikan sertifikasi atau lisensi operator dalam mengoperasikan

mesin agar meminimalisasi kecelakaan kerja. Bird dan Germain

(1990) menyarankan diadakan pelatihan karena dalam pemberian

pelatihan pada pekerja memberikan keuntungan yaitu

mengeliminasi insiden atau menguranginya, pekerja yang terlatih

mengetahui bahaya dari pekerjaan dan apa yang harus dilakukan

dalam mengahadapinya, meningkatkan kepuasan pekerja, semakin

sedikit kemungkinan pekerja melakukan kesalahan sehingga waktu

untuk mengoreksi kesalahan berkurang, dan memenuhi peraturan

yang berlaku.

Page 154: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

133

6.4 Hasil Kecelakaan Kerja

Pada penelitian ini di bagian hasil dari kecelakaan kerja meneliti

tentang corak kecelakaan kerja, bagian fisik yang cidera pada korban

kecelakaan, dan sifat luka/kelainan pada korban kecelakaan. Pada corak

kecelakaan kerja yang tertinggi di Jakarta Timur pada tahun 2014-2016

adalah pada kasus terbentur. Bagian fisik yang banyak mengalami cidera

antara lain bagian tubuh telapak/ jari tangan, kepala/wajah, dan mata.

Selain itu, sifat/kelainan luka yang diderita korban kecelakaan antara lain

luka sobek di permukaan, memar dan luka dalam yang lain, dan luka

iritasi/bengkak dan lainnya dibagian mata.

6.4.1 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Corak Kecelakaan

Setiap jenis pekerjaan mempunyai risiko yang berbeda-beda

yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja (Suma’mur, 1987).

Seperti halnya di Jakarta Timur, tingginya jumlah perusahaan jasa

kontraktor dan perusahaan manufaktur menyebabkan banyaknya

kecelakaan kerja di industri konstruksi yaitu misalnya tertusuk

paku, tergores material, terjepit mesin bar bending, terbentur

benda/material dan kecelakan pada industri manufaktur misalnya

terpotong mesin cutting, terjepit mesin press, dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa selama tahun 2014

sampai dengan 2016 di Jakarta Timur jumlah kecelakaan tertinggi

berdasarkan corak kecelakaan yaitu pada kasus terbentur, tertusuk,

tersayat sebanyak 227 kasus, dan terjepit sebanyak 139 kasus

pada tahun 2016. Sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh US

Page 155: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

134

Bureau of Labour Statistics atau US BLS (2014), juga menunjukan

corak yang serupa, US BLS melaporkan bahwa angka kecelakaan

manufaktur tinggi karena disebabkan oleh kontak pekerja dengan

mesin, yaitu pada tahun 2013, US BLS mengungkapkan bahwa

total sebanyak 717 kecelakaan kerja fatal terjadi akibat kontak

dengan benda dan peralatan mesin, yaitu jumlah tersebut mencakup

503 pekerja yang terluka parah akibat terbentur oleh objek atau

peralatan mesin. Dari 503 pekerja, sebanyak 245 pekerja terbentur

oleh objek maupun peralatan yang jatuh, sebanyak 131 pekerja

terjepit oleh peralatan mesin, termasuk 105 pekerja yang terjepit

oleh mesin atau peralatan yang sedang berjalan, sedangkan 78

pekerja terbentur, terjepit atau tertimpa dalam struktur, peralatan,

atau material yang ambruk. Selain itu penelitian yang dilakukan

oleh Perez (2012) di Spanyol sejalan dengan kasus tertinggi pada

penelitian ini, ia menyatakan bahwa terdapat beberapa corak

kecelakaan dengan frekuensi kecelakaan terbesar pada, yaitu yang

tertinggi adalah luka terpotong, luka tusukan, dan kontak dengan

bahan keras dan kasar sebesar 27,78%, dan diikuti oleh kecelakaan

kerja berupa terjatuh dari ketinggian berbeda sebesar 18,89%,

trauma psikis, paparan radiasi, kebisingan, cahaya, dan tekanan

2,78%.

Page 156: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

135

6.4.2 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban Kecelakaan Kerja

Pengertian cidera menurut Heinrich et al. (1980) adalah

patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan oleh

kecelakaan. Depnakertrans RI (2008), menyatakan bahwa bagian

tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi kepala/wajah,

mata, telinga, badan, organ tubuh bagian dalam, tungkai atas/lengan,

telapak/jari tangan, tungkai bawah, telapak/jari kaki, di banyak

bagian tubuh. Tujuan menganalisa gambaran cidera atau sakit yang

mengenai anggota bagian tubuh yang spesifik adalah untuk

membantu mengembangkan program untuk mencegah terjadinya

cidera karena kecelakaan.

Pada hasil penelitian ini, menunjukan bahwa di Jakarta

Timur angka kecelakaan tertinggi berdasarkan bagian fisik yang

cidera yaitu pada bagaian tubuh telapak/ jari tangan sebanyak 222

pekerja, kepala/wajah sebanyak 64 pekerja, dan mata sebanyak 62

orang pada tahun 2016. Tingginya cidera pada bagian telapak/jari

tangan terjadi pada pekerja yang berinteraksi langsung dengan

mesin, perkakas tangan/alat atau bahan yang berbahaya. Pekerja

yang bekerja di bagian operartor mesin contohnya, kejadian tangan

terjepit, tersayat banyak ditemukan pada penelitian ini.

Pada penelitian di kawasan Industri Pulogadung pada tahun

2007, bagian tubuh yang cidera yang tertinggi adalah pada bagian

tubuh yaitu tangan sebanyak 107 pekerja (40,2%), kemudian diikuti

Page 157: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

136

oleh cidera bagian kepala sebanya 66 pekerja (24,8%), siku dan

lengan bawah 38 pekerja (14,3%), lutut, tungkai bawah 20 pekerja

(7,5%), pergelangan kaki 18 pekerja (6,8%), perut, punggung,

punggang, punggul sebanyak 6 pekerja (2,2%), sendi, pinggul,

tungkai atas sebanyak 5 pekerja (1,9%), leher sebanyak 2 orang

(0,7%), dada sebanyak 2 orang (0,7%), dan bahu, lengan atas

sebanyak 2 orang (0,7%) (Riyadina, 2007).

Sejalan dengan penelitian ini, pada penelitian sebelumnya

yaitu pada 106 pekerja di beberapa sektor industri di provinsi

Quebec, Canada (2015), bahwa dari total 31 pekerja yang mengalami

cidera serius banyak terjadi pada tangan sebesar 25,8% pekerja

terpotong, tercabik/tergores dalam, remuk, dan pada jari tangan

sebesar 16,12% pekerja terpotong, serta pada kepala sebesar 3,23%

pekerja tertimpa objek yang jatuh. Sedangkan, dari total 75 kasus

kecelakaan fatal yang menimpa pekerja di Quebec yaitu mengenai

bagian tubuh thorax maupun abdomen sebesar 34% pekerja, bagian

kepala sebesar 24% pekerja mengalami tertimpa objek, remuk

ataupun retak. Lain halnya dengan penelitian di sebuah industri

konstruksi oleh Perez (2012), bagian tubuh yang terkena kontak

akibat kecelakaan kerja yang terbesar adalah thorax dan punggung

sebesar 13,33%, bagian tubuh bawah selain kaki sebesar 11,67%,

dan cidera kaki sebesar 11,11%.

Page 158: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

137

6.4.3 Distribusi Kecelakaan Kerja Berdasarkan Sifat Luka/Kelainan

Pada Korban Kecelakaan Kerja

Penggunaan teknologi canggih seperti mesin produksi dalam

perindustrian membawa efek samping yaitu berupa berbagai macam

kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan luka ataupun cidera

(Mohamad, 2005). Gambaran sifat luka/kelainan pada korban

kecelakaan kerja diteliti agar perusahaan mampu mencegah dan

memberi penanganan ataupun pertolongan yang tepat jika terjadi

kecelakaan kerja (Perez, 2012).

Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa di Jakarta Timur

pada tahun 2014-2016 jumlah kecelakaan kerja tertinggi berdasarkan

sifat luka/kelainan yang diderita korban kecelakaan yaitu luka sobek

di permukaan 487 pekerja, memar dan luka dalam yang lain

sebanyak 128 pekerja, dan luka iritasi/bengkak dan lainnya dibagian

mata sebanyak 97 orang. Sama halnya dengan penelitian oleh

Alizadeh (2015) yang menganalisis kecelakaan kerja fatal dan

cidera pada pekerja industri di Iran pada tahun 2008 sampai dengan

2012, menemukan bahwa jenis sifat luka/kelainan yang diderita

korban kecelakaan kerja antara lain; luka sobek diderita oleh 272

pekerja (18,58%), luka bakar sebanyak 51 pekerja (3,48%), patah

tulang sebanyak 641 (43,79%), kematian sebanyak 169 pekerja

(11,54%), amputasi sebanyak 229 pekerja (15,64%), keracunan

sebanyak 4 pekerja (0,27%), dan lain-lain sebanyak 98 pekerja

(6,7%) (Alizadeh, 2015).

Page 159: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

138

Kasus luka terbuka dapat disebabkan oleh sumber bahaya

berupa material, perkakas pekerjaan tangan, dan mesin yang

memiliki komponen yang tajam dan tidak diberi pelindung (Giraud,

2009). Pada penelitian kecelakaan industri di Kawasan Industri

Pulogadung tahun 2009 misalnya, ditemukan kesamaan dengan

penelitian ini, bahwa sifat luka yang paling sering terjadi adalah luka

terbuka 98 pekerja (37,2%), diikuti oleh sifat luka lainnya antara lain

superfisial 78 pekerja (29,6%), cidera mata 39 pekerja (14, 8%),

cidera pembuluh darah 13 pekerja (4,9%), dislokasi, strain, sprain

sebanyak 11 pekerja (4,2%), patah tulang (termasuk gigi) 9 pekerja

(3,4%), cidera otot dan tendon 6 pekerja (2,3%), amputasi 5 pekerja

(1,9%), dan lainnya 4 pekerja (1,5%) (Riyadina, 2007).

Tingginya angka luka sobek atau luka dipermukaan pada

pekerja yang mengalami kecelakaan kerja menunjukan bahwa

perusahaan perlu mempersiapkan penanganan berupa pertolongan

pertama pada kecelakaan, agar korban kecelakaan kerja mendapat

perawatan sebelum mendapat perawatan dari paramedis (Mohamad,

2005). Pertolongan pertama harus dilakukan semaksimal mungkin

dengan tujuan menyelamatkan jiwa korban, meringankan

penderitaan mereka serta mencegah agar cidera tidak semakin parah,

dan mempertahankan daya tahan korban hingga pertolongan yang

lebih pasti dapat diberikan (Mohamad, 2005). Selain itu, penting

dilakukan usaha eliminasi risiko seperti melakukan penilaian risiko

(risk assessment) yaitu menganalisis besarnya risiko di tempat kerja

Page 160: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

139

hingga evaluasi risiko (risk evaluation), dan jika hasil evaluasi

menyatakan mesin atau alat-alat yang digunakan dalam bekerja

belum aman digunakan, maka yang dilakukan adalah mengusahakan

pengurangan risiko (risk reduction) yaitu berupa pemasangan

pengaman pada mesin, perlengkapan pelindung, tanda bahaya

(warning signs), prosedur kerja selamat, dan alat pelindung diri

ataupun jika diperlukan dilakukan training mengenai bahaya di

tempat kerja (Giraud, 2009).

Page 161: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

140

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 940 data

laporan kecelakaan kerja Sudinakertrans Jakarta Timur tahun 2014 sampai

dengan 2016, dapat disimpulkan bahwa:

1. Di Jakarta Timur, distribusi frekuensi kecelakaan kerja yang terjadi di

lokasi kerja tahun 2014 sampai dengan 2016 meningkat, pada tahun

2014 terdapat 166 kasus kecelakaan kerja, tahun 2015 terdapat 203

kasus kecelakaan kerja, dan pada tahun 2016 terdapat 571 kasus

kecelakaan kerja.

2. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan usia pekerja yang

tertinggi terjadi pada pekerja usia >25 tahun sebanyak 370 (64,80%)

kecelakaan kerja pada tahun 2016.

3. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan jenis kelamin yang

tertinggi terjadi pada pekerja laki-laki sebanyak 557 (97,55%)

kecelakaan kerja pada tahun 2016.

4. Distribusi frekuensi penyebab kecelakaan kerja berdasarkan tindakan

tidak aman (Unsafe action) yang tertinggi yaitu disebabkan oleh posisi

saat bekerja tidak aman sebanyak 142 (24,87%) kecelakaan kerja pada

tahun 2016.

Page 162: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

141

5. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan jenis pekerjaan

yang tertinggi yaitu pada pekerja kerah biru sebanyak 555 (97,2%)

kecelakaan kerja pada tahun 2016.

6. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan jam kecelakaan

kerja yang tertinggi yaitu pada pukul 06.01-12.00 sebanyak 236

(41,33%) kecelakaan kerja pada tahun 2016.

7. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan jenis industri yang

tertinggi yaitu pada industri manufaktur sebanyak 370 (64,80%) dan

kedua tertinggi yaitu industri konstruksi sebanyak 152 (26,62%) pada

tahun 2016.

8. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan sumber kecelakaan

kerja yang tertinggi yaitu disebabkan oleh mesin (press, bor, gergaji,

dll) sebanyak 158 (27,67%) kecelakaan kerja pada tahun 2016.

9. Distribusi frekuensi penyebab kecelakaan kerja berdasarkan kondisi

tidak aman (Unsafe condition) yang tertinggi yaitu disebabkan oleh

pengaman atau penghalang yang tidak memadai sebanyak 74

(12,95%) kecelakaan kerja pada tahun 2016.

10. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja tertinggi berdasarkan tingkat

risiko lingkungan kerja banyak terjadi pada jenis industri di tingkat

risiko lingkungan sedang, sebanyak 381 (66,73%) kecelakaan kerja

pada tahun 2016.

11. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan corak kecelakaan

kerja yang tertinggi adalah corak kecelakaan terbentur, tertusuk,

tersayat sebanyak 227 (39,75%) kecelakaan kerja pada tahun 2016.

Page 163: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

142

12. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan bagian fisik yang

cidera pada korban kecelakaan kerja yang tertinggi yaitu pada

telapak/jari tangan sebanyak 222 (38,88%) kecelakaan kerja pada

tahun 2016.

13. Distribusi frekuensi kecelakaan kerja berdasarkan sifat luka/kelainan

pada korban kecelakaan kerja yang tertinggi yaitu luka sobek di

permukaan sebanyak 293 (51,31%) pada tahun 2016.

7.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan:

A. Bagi Sudinakertrans Jakarta Timur

1. Sebaiknya meningkatkan pengawasan terhadap

pelaksanaan SMK3 perusahaan di wilayahnya, terutama

pada industri manufaktur dan konstruksi yang tinggi angka

kecelakaannya.

2. Memberikan pembinaan dan/atau pelatihan kepada P2K3

(Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di

perusahaan terkait permasalahan pada pekerja yang belum

berpengalaman/belum tersertifikasi, dan pekerja yang

berisiko tinggi mengalami kecelakaan.

3. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan kepada

perusahaan terkait keselamatan operator mesin dan

kelengkapan peralatan keselamatan pada kegiatan yang

berhubungan dengan mesin.

Page 164: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

143

4. Memberikan sosialisasi kepada perusahaan di wilayahnya

terkait pencegahan kecelakaan kerja dan bekerja sama

dengan BPJS Ketenagakerjaan maupun badan

pemerintahan lainnya terkait program pencegahan

kecelakaan kerja.

B. Bagi BPJS Ketenagakerjaan

1. Sebaiknya menerapkan pelaporan kecelakaan kerja secara

online ataupun dengan data berbasis komputer, sehingga

data dapat lebih mudah diolah guna menerapkan program

K3 yang tepat di wilayahnya.

2. Sebaiknya memberikan pelatihan atau sosialisasi untuk

mengisi formulir laporan kecelakaan kerja kepada

perusahaan agar dapat terisi dengan baik dan lebih lengkap,

sehingga lebih mudah dianalisis.

3. Sebaiknya memberikan panduan cara mengisi formulir

kecelakaan kerja kepada perusahaan yang wajib

melaporkan kecelakaan, agar laporan kecelakaan kerja terisi

lebih lengkap dan dapat dianalisis lebih mudah.

C. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebaiknya meneliti dengan menggunakan formulir laporan

kecelakaan dengan satu jenis formulir atau instrumen yang

menyediakan kategori yang lengkap dan lebih terstruktur.

Page 165: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

144

DAFTAR PUSTAKA

Alizadeh, S. S. (2015). Analysis of Occupational Accident Fatalities and Injuries

Among Male Group in Iran Between 2008 and 2012. Iran: Iran Red

Crescent Journal.

Anggraeni, R. (1993). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kecelakaan

Kerja Di PT. Intirub Jakarta Timur Tahun 1990-1992. Depok: Fakultas

Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia.

Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Medan:

Graha Ilmu.

ANSI B11-TR3. (2000). Risk Assessment and Risk Reduction – A Guide to

Estimate, Evaluate and Reduce Risk Associated with Machine Tools. US:

American National Standards Institute.

ANZSCO. (2009). ANZSCO - Australian and New Zealand Standard

Classification of Occupation. Canberra.

Apfeld, R. (2010). Stop Defeating The Safeguards Of Machines. In: Proceedings

Of The 6th Safety Of Industrial Automated System Conference-Sias 2010.

Tempere, Finland.

Arcury, T. A., Summers, P., Carrillo, L., Grzywacz, J.G., Quandt, S.A., Mills,

T.H., . (2014). Occupational Safety Beliefs Among Latino Residential

Roofing Workers: Am. J. Ind. Med.

Arifin, S. (2004). Hubungan Menstruasi dengan Kecelakaan Kerja di PT. X

Tahun 2004. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Attwood, D. (2007). Human Factors Methods Foe Improving Performance In The

Process Industries. Canada: American Institute of Chemical Engineer.

Berger, A. M., dan Hobbs, B. (2006). Impact of Shift Work On Health And Safety

On Nurses And Patients, Clinical Journal of Ocology Nursing.

Bird, F. E. (1990). Practical Loss Control Leadership. Georgia: International Loss

Control Leadership.

Blackmon, R. B., Gramopadhye, A.K. (1995). Improving construction safety by

pro-viding positive feedback on backup alarms. : J. Construct. Eng.

Manage. .

Bluff, E. (2014). Safety In Machinery Design And Construction: Performance For

Substantive Safety Outcomes. (Saf. Sci. 66, 27-35 ed.).

BPS. (2014). Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin (Jiwa), 2014. Jakarta: Badan Pusat

Statistik.

Breslin, F. C., Mustard, C., . (2003 ). Factors Influencing The Impact Of

Unemployment On Mental Health Among Young And Older Adults In A

Longitudinal, Population-Based Survey. : Scand. J. Work Environ. Health

CCOHS. (2016a). Physical Hazards Introductions. Canada.

CCOHS. (2016b). Working in a Standing Position - Basic Information. Canada:

CCOHS.

CCOHS. (2017). Tools and Machine. Canada: Canadian Centre for Occupational

Health and Safety.

Page 166: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

145

Chinniah, Y. (2015). Analysis And Prevention Of Serious And Fatal Accidents

Related To Moving Parts Of Machinery. Canada: Department of

Mathematics and Industrial Engineering, Polytechnique Montreal.

Colling, D. A. (1990). Industrial Safety Management and Technology: Pentice

Hall Inc.

Cooper, M. D. (1994). Implementing the behavior based approach to safety:

a practical

guide. : Safety Health Pract. .

CSA Z 432. (2004). Safeguarding of Machinery. . Mississauga Ontario, Canada:

Canadian Standards Association, .

Dalimunthe, M. E. U. I. (2012). Analisis Trend Kecelakaan Kerja Dari Tahun

2007 sampai dengan Tahun 2011 Berdasarkan Data PT Jamsostek

(Persero) Kantor Cabang Gatot Subroto I. Depok: Universitas Indonesia.

Depnaker RI. (1988). Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.03/MEN/1998

Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaaan Kecelakaan. Indonesia:

Depnaker RI.

Depnakertrans. (1970). Undang-undang Mengenai Keselamatan Kerja No. 1

Tahun 1970. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Depnakertrans R.I. (1970). Undang-undang Mengenai Keselamatan Kerja.

Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Desmond, M. ( 2006). Becoming A Firefighter.: Ethnography.

Division, U. N. S. (2017). International Standard Industrial Classification of All

Economic Activities, Rev. 4. United States of America: United Nations

Elizabeth Rogers, W. J. W. (2005). Injuries, Illnesses, and Fatalities Among

Older Workers. Bureau: Bureau of Labor Statistics.

Ely, R. J., Meyerson, D.E., . (2010). An Organizational Approach To Undoing

Gender: The Unlikely Case Of Offshore Oil Platforms. .

Galinsky, T., Swanson, N. G., Sauter, S. L., Hurrell, J., Schleifer, L. M. (2000). A

Field Study Of Supplementary Rest Breaks For Data-Entry Operators,

Ergonomics, .

Giraud, L. (2009). Machine Safety. Québec: Institut de recherche Robert-Sauvé en

santé et en sécurité du travail.

Glendon, A. I., Clarke, S. G. & McKenna, E. F. . (2006). Human Safety and Risk

Management. United States of America: CRC Press.

Goetsch, D. L. (2011). Occupational Safety and Health for Technologist,

Engineers, and Managers. New Jersey: Pearson.

Grandjean, E. (1993). Fatigue Dalam: Parmeggiani, L.ed Encyclopedia of

Occupational Health and Safety, Third (Revised) edt. Geneva:

International Labour Organization.

Hagg, S., Toren K, Lindberg, E.,. (2015). Role Of Sleep Disturbances In

Occupational Accidents Among Women. Sweden: Department of Medical

Sciences, Respiratory Medicine and Allergology, Akademiska Sjukhuset,

Uppsala University.

Harrison Y., H. J. (2000). The Impact Of Sleep Depriviation On Decision Making:

A Review: Journal Of Experimental Psychology: Applied, 6 (3), 236-358.

Hartono Muljadi. (2004). Mencegah dan Mengatasi Osteoporosis. Jakarta:

Puspaswara.

Page 167: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

146

Health and Safety Executive. (2002). Strategies to promote safe behavior as

part of a health and safety management system. . Merseyside, UK:

HSE.

Heinrich, H. (1959). Industrial Accident Prevention, A Sprcific Approach.

Hollnagel, E. (2008). Study on Developments in Accident Investigation Methods:

A Survey of the "State-of-the-Art". Swedia: Swedish Nuclear Power

Inspectorate.

Hollnagel, E. A., UK: Ashgate. (2008). Investigation As An Impediment To

Learning. United Kingdom: Aldershot.

Hoskins. (2005). Occupational Injuries, Illness, and Fatalities among Women. .

Occupational Safety and Health.

HSE. (2006). Analysis of RIDDOR Machinery Accidents in the UK Printing and

Publishing Industries, 2003–2004. UK: HSE.

HSG84. (1999). Reducing Error And Influencing Behavior. Sudbury, UK: HSE

Books

Ibanez, M., Narocki, C., . (2011 ). Occupational Risk And Masculinity: The Case

Of The Construction Industry In Spain. : J. Workplace Rights

ILO. (2003). Key Indicators of The Labor Market. New York: International Labor

Organization.

ILO. (2007). Key Indicators of the labor Market, 5th Edition. Geneva: ILO.

ILO. (2013a). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja: Sarana untuk

Produktivitas. Jakarta: International Labour Organization.

ILO. (2013b). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas.

Jakarta: ILO Indonesia.

ILO. (2014). Safety and Health at Work: A vision for Sustainable Prevention: XX

World Congress on Safety and Health at Work Frankfurt: ILO.

ISO 12100. (2010). Safety of Machinery – General Principles for Design – Risk

Assessment and Risk Reduction. Geneva, Switzerland: International

Organization for Standardization.

J. M Christiansen, e. a. (1988). Human Factors Definitions Revisited: Human

Factors Society Buletin (Vol. v. 31).

James, H. (1993). Dictionary for Human Factors/Ergnomics. Boca Raton, LA:

CRC Press.

James Reason. (2008). The Human Contribution: Unsafe Acts, Accident and

Heroic Recoveries USA: Ashgate.

John Ridley, D. P. (2002). Safety With Machinery. Great Britain: Butterworth-

Heinemann.

Joko. (2016). Sektor Konstruksi Rajai Kecelakaan Kerja di DKI. Jakarta: Poskota

News.

Kemnaker. (1999). Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999

Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja. Jakarta:

Kementerian Tenaga Kerja RI.

Kemnaker. (2015). Data dan Informasi Pengawasan Ketenagakerjaan. Jakarta:

Pusat Data Dan Informasi Ketenagakerjaan.

Ketenagakerjaan, B. (2015). Laporan Tahunan. Jakarta.

Korea Ministry of Labor. (2001). Statistic of Industrial Accidents. Seoul: Korea

Ministry of Labor.

Page 168: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

147

Lawson, J. C. B. (2010). Explaining Workplace Injuries Among Bc Loggers:

Cultures Of Risk And Of Desperation: Bc Stud.: B. C. Quart.

McCormick, E. J. a. I. (1985). Industrial and Organization Psychology,

EightEdition. New Yersey: PrenticeHall Englewood Cliffs.

Menakertrans. (2003). KEPMEN No. 235 Tahun 2003 Tentang Jenis-jenis

Pekerjaan yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan atau Moral

Anak. Jakarta: Menteri tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik

Indonesia.

Messing, K., Punnett, L., Bond, M., et al. (2003). Be The Fairest Of Them All:

Challenges And Recommendations For The Treatment Of Gender In

Occupational Health Research. : Am. J. Ind. Med.

Mohamad, K. (2005). Pertolongan Pertama

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Monk T. and Folkard S. (1983). Circadian Rhythm and Shift Work, . New York:

John Wiley Sons.

NSW, W. (2007). Preventing Slips, Trips, And Fall.

OGP. (2005). A Model for Human Factors based on the OGP.

OHS Body Of Knowledge. (2012). Models of Causation: Safety. Victoria,

Australia: Safety Institute of Australia Ltd.

Ong, S. G., Fung, S. C., Chow, S. P. & Kleevens, J. W. L. (1982). A study of

Major Factors Associated with Severe Occupational Hand Injury in Hong

Kong Island. Journal of Social Occupational and Medicine, Vol. 32.

OSHA. (2009). Injury And Illnesses Rate. from http://www.osha.gov

P. E. Hagan, M. J. F. J. T. O. r. (2001). Accident Prevention Manual for Business

& Industry Itasca, Illinois: National Safety Council.

Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Nomor 13 Tentang

Ketenagakerjaan. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2015a). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Kecelakaan Kerja Dan jaminan Kematian. Jakarta: Pemerintah

Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2015b). Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 44 Tahun 2015 Tentang Program Jaminan Kecelakaan Dan

Jaminan Kematian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Perez, A. J. e. a. (2012). Accidents in the greenhouse-construction industry of SE

Spain. Spanyol: Rural Engineering Department, University of Almería.

Petersen, D. (2001). Authentic Involvement. National Safety Council: NSC Press.

Petroleum Development Oman. (2010). STOP Specification for PDO and

contractors Safety Training Observation Programme Oman: HSE IC.

Phakathi, S. T. (2013). ‘‘Getting On” And ‘‘Getting By” Underground: Gold

Miners’ Informal Workingpractice Of Making A Plan (PLANISA): J. Org.

Ethnogr.

Power, N. G., Baqee, S., . (2010). Constructing A ‘‘Culture Of Safety”: An

Examination Of The Assumptions Embedded In Occupational Safety And

Health Curricula Delivered To High School Students And Fish Harvesters

In Newfoundland And Labrador, Canada. . Canada: Policy Pract. Health

Saf. .

Page 169: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

148

PT. Jakarta Industrial Estate Pulogadung. (2017). Profile Perusahaan (Vol. JIEP):

Jakarta.

Pusat Data Dan Informasi Ketenagakerjaan. (2015). Data dan Informasi

Pengawasan Ketenagakerjaan. Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan RI.

Pusat Data Dan Informasi Ketenagakerjaan. (2016). Statistik Ketenagakerjaan.

Jakarta: Kementerian Ketenagakerjaan RI.

Putri, V. Y. (2012). Hubungan Antara Sikap Tenaga Kerja, Kondisi Lingkungan

Kerja Dan Penerapan Program Housekeeping dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja Di Dipo Lokomotif Jember: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Jember.

Reason, J. (1990). Human Error. New York: Cambridge University Press.

Reese. (2012). Accident/Incident Prevention Techniques. Boca Raton: CRC.

Riyadina. (2007). Kecelakaan Kerja dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja

Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Makara Kesehatan,,

Vol. 11.

Root. (1981). Inuries at Work are Fewer among Older Employees.

Root, N. (1981). Injuries at Work Fewer Among Older Employees. Bureau:

Occupational Safety and Health Statistics, Bureau of Labor Statistics

Sabet, P. G. P. (2013). Application of Domino Theory to Justify and Prevent

Accident Occurance in Construction Sites (Vol. Volume 6).

Safe Work Australia. (2013). Work-Related Injuries Experienced by Young

Workers in Australia, 2009-2010.

Safe Work Australia. (2013). Work-Related Traumatic Injury Fatalities Australia.

Sallinen, M., Kecklund, G. (2010). Shift Work, Sleep And Sleepiness - Differences

Between Shift Schedules And Systems. : Scand. J. Work, Environ. Health

36, 121e133.

Sallinen, M. K., G. . (2010). "Shift Work, Sleep And Sleepiness - Differences

Between Shift Schedules And Systems": In Scandinavian Journal Of Work,

Environment & Health, Vol. 36, No. 2, P. 13.

Setyawati, L. M. (2007). Promosi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Pelatihan

Para Medis Seluruh Jawa Tengah, RSU Soeradji Klaten.

Singleton, W. T. (1972). Introduction to Ergonomics. Geneva: WHO.

Sritomo, W. (1989). Teknik Tata Cara Pengukuran Kerja. Jakarta: PT. Guna

Widya.

Sriwahyudi, N., M. F. & Wahyuni, A. . (2014. ). Hubungan Kebisingan dengan

Keluhan Kesehatan Non Pendengaran pada Pekerja Instalasi Laundry

Rumah Sakit Kota Makassar. . K3 FKM Universitas Hassanudin.

Stergiou, M. (2015). Danger Zone: Men, Masculinity And Occupational Health

And Safety In High Risk Occupations. Canada: Department of

Occupational Science and Occupational Therapy, University of Toronto,

Toronto, ON, Canada.

Strank, J. (2005). Stress At Work: Management And Prevention. Oxford: Elsevier.

Sudibyo, A. (2012). Analisis Deskriptif Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja

Pada Tenaga Kerja Kontrak di PT. Pertamina RU VI Balongan: Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Wiralodra.

Suherlan, N. (2011). Warta Pertamina. Jakarta: PT. Pertamina (PERSERO).

Suma'mur. (1994). Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV Haji

Masagung.

Page 170: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

149

Suma'mur. (2009a). Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko

Gunung Agung.

Suma'mur. (2009b). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Toko

Gunung Agung.

Suma’mur. (1987). Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan

Pertama. Jakarta: CV. Haji Mas Agung.

Sutalaksana, I., dkk. (1979). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Departemen

Teknik Industri ITB.

Tri. (2014). Di Jakarta Sehari Ada 30 Kecelakaan Kerja. Jakarta: Poskota News.

Wasis. (2006). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

WHO. (2016). Women and Health

Won, J. (2007). Occupational Injuries In Korea: A Comparison of Blue-Collar

and White-Collar Workers' Rates And Underreporting. Korea: Journal of

Occupational Health: Yonsei University College of Medicine, Institute for

Occupational Health.

World Bank. (2017). Population Ages 15-64: The World Bank Group.

Page 171: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

150

LAMPIRAN

Page 172: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Lampiran 1 Formulir Kecelakaan Kerja

Formulir Laporan Kecelakaan Kerja Tahun 2015-2016 (PP 44 Tahun 2015)

Page 173: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …
Page 174: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Formulir Laporan Kecelakaan Kerja Tahun 2014 (PP. 14 Tahun 1993)

Page 175: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Lampiran 2 Lembar Checklist

No. : _________

Variabel Kategori Kode

Kecelakaan Kerja Jumlah pekerja yang mengalami

kecelakaan.

A1 [ ]

Usia Pekerja 1. 15-25 Tahun

2. >25 Tahun

B1 [ ]

Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

B2 [ ]

Tindakan Tidak Aman 1. Mengoperasikan alat tanpa

wewenang

2. Gagal memperingatkan

3. Gagal mengamankan,

gangguan konsentrasi

4. Mengoperasikan alat

dengan kecepatan yang

tidak sesuai

5. Membuat alat pengaman

tidak beroperasi

6. Menggunakan alat yang

rusak

7. Menggunakan alat dengan

tidak sesuai fungsi

8. Gagal menggunakan Alat

Pelindung Diri

9. Memuat beban tidak sesuai

10. Penempatan tidak sesuai

11. Pengangkatan tidak sesuai

12. Posisi saat bekerja tidak

aman

13. Memperbaiki alat ketika

beroperasi

14. Bukan salah satunya

B3 [ ]

Jenis Pekerjaan 1. Kerah Biru

2. Kerah Putih

C1 [ ]

Jam Kecelakaan 1. Pukul 06.01-12.00

2. Pukul 12.01-18.00

3. Pukul 18.01-24.00

4. Pukul 00.01-06.00

C2 [ ]

Jenis Industri 1. Pertanian kehutanan dan

perikanan

2. Pertambangan dan

penggalian

3. Manufaktur

4. Listrik, gas, uap, dan

C3 [ ]

Page 176: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Variabel Kategori Kode

pendingin udara

5. Persediaan air, pembuangan

limbah, pengelolaan limbah

dan kegiatan remediasi

6. Konstruksi

7. Perdagangan grosir dan

eceran

8. Transportasi dan

penyimpanan

9. Kegiatan pelayanan

makanan dan minuman

10. Informasi dan komunikasi

11. Aktivitas keuangan dan

asuransi

12. Properti

13. Kegiatan professional,

ilmiah, dan teknis

14. Kegiatan administrasi dan

pendukung

15. Administrasi dan

pertahanan publik, jaminan

sosial wajib

16. Pendidikan

17. Aktivitas kerja kesehatan

dan sosial manusia

18. Seni, hiburan dan rekreasi

19. Aktivitas pelayanan lainnya

20. Garment

21. Kimia

Sumber Kecelakaan 1. Mesin (Press, bor, gergaji,

dll)

2. Pengangkut/pengangkat

barang

3. Perkakas pekerjaan tangan

4. Bahan mudah terbakar dan

benda panas

5. Penggerak mula dan pompa

6. Conveyor

7. Pesawat uap

8. Debu berbahaya

9. Lift (barang, orang)

10. Alat transmisi mekanik

11. Peralatan Listrik

12. Radiasi dan bahan

radioaktif

13. Permukaan lantai di

lingkungan kerja

14. Bahan Kimia

15. Gigitan/cakaran/sengatan

D1 [ ]

Page 177: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Variabel Kategori Kode

binatang

16. Lain-lain

Kondisi Tidak Aman 1. Pengaman atau penghalang

yang tidak memadai

2. Perlengkapan pengaman

yang tidak memadai

3. Alat, bahan atau

perlengkapan yang rusak

4. Kemacetan atau tindakan

yang dibatasi

5. Kerapihan yang buruk

6. Kondisi lingkungan yang

berbahaya seperti gas, debu,

asap, uap, fume

7. Paparan kebisingan

8. Bukan salah satunya

D2 [ ]

Tingkat Risiko

Lingkungan Kerja

1. Tingkat risiko lingkungan

kerja sangat rendah

2. Tingkat risiko lingkungan

kerja rendah

3. Tingkat risiko lingkungan

kerja sedang

4. Tingkat risiko lingkungan

kerja tinggi

5. Tingkat risiko lingkungan

kerja sangat tinggi

D3 [ ]

Corak Kecelakaan 1. Terbentur, tertusuk, tersayat

2. Terpukul

3. Terjepit, tertimbun,

tenggelam

4. Jatuh dari ketinggian yang

sama dan tergelincir

5. Jatuh dari ketinggian berbeda

6. Keracunan

7. Tersentuh arus listrik

8. Lain-lain

E1 [ ]

Cidera 1. Kepala

2. Mata

3. Telinga

4. Badan

5. Organ tubuh bagian dalam

6. Tungkai atas/lengan

7. Telapak/jari tangan

8. Tungkai bawah

9. Telapak/jari kaki

10. Di banyak bagian tubuh

E2 [ ]

Sifat Luka/Kelainan 1. Patah tulang

2. Dislokasi (keseleo)

E3 [ ]

Page 178: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Variabel Kategori Kode

3. Regang otot atau urat

4. Memar dan luka dalam yang

lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan

7. Luka di bagian mata

8. Gegar dan remuk

9. Luka bakar

10. Keracunan mendadak

11. Pengaruh radiasi

12. Mati lemas

13. Pengaruh arus listrik

14. Luka-luka yang banyak dan

berlainan sifatnya

15. Lain-lain.

Lampiran 3 Output Usia Pekerja

Usia Pekerja * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Usia Pekerja 15-25 Count 80 74 201 355

% within Usia Pekerja 22.5% 20.8% 56.6% 100.0%

% of Total 8.5% 7.9% 21.4% 37.8%

>25 Count 86 129 370 585

% within Usia Pekerja 14.7% 22.1% 63.2% 100.0%

% of Total 9.1% 13.7% 39.4% 62.2%

Total Count 166 203 571 940

% within Usia Pekerja 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 4 Output Jenis Kelamin

Jenis Kelamin * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Jenis Kelamin Laki-laki Count 151 196 557 904

% within Jenis Kelamin 16.7% 21.7% 61.6% 100.0%

% of Total 16.1% 20.9% 59.3% 96.2%

Page 179: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Perempuan Count 15 7 14 36

% within Jenis Kelamin 41.7% 19.4% 38.9% 100.0%

% of Total 1.6% .7% 1.5% 3.8%

Total Count 166 203 571 940

% within Jenis Kelamin 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 5 Output Unsafe Act

Tindakan Tidak Aman * Tahun Kecelakaan (Tahun 2014) Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014

Tindakan

Tidak Aman

Mengoperasi

kan alat

tanpa

wewenang

Count 4 4

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 2.4% 2.4%

% of Total 2.4% 2.4%

Gagal

memperingat

kan

Count 4 4

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 2.4% 2.4%

% of Total 2.4% 2.4%

Gagal

mengamanka

n, gangguan

konsentrasi

Count 48 48

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 28.9% 28.9%

% of Total 28.9% 28.9%

Mengoperasi

kan alat

dengan

kecepatan

yang tidak

sesuai

Count 4 4

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 2.4% 2.4%

% of Total 2.4% 2.4%

Membuat

alat

pengaman

tidak

beroperasi

Count 2 2

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 1.2% 1.2%

Page 180: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

% of Total 1.2% 1.2%

Menggunaka

n alat yang

rusak

Count 4 4

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 2.4% 2.4%

% of Total 2.4%

2.4%

Menggunaka

n alat dengan

tidak sesuai

fungsi

Count 4 4

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 2.4% 2.4%

% of Total 2.4%

2.4%

Gagal

menggunaka

n Alat

Pelindung

Diri

Count 21 21

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 12.7% 12.7%

% of Total 12.7% 12.7%

Memuat

beban tidak

sesuai

Count 2 2

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 1.2% 1.2%

% of Total 1.2% 1.2%

Penempatan

tidak sesuai

Count 5 5

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 3.0% 3.0%

% of Total 3.0% 3.0%

Pengangkata

n tidak sesuai

Count 17 17

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 10.2% 10.2%

% of Total 10.2% 10.2%

Posisi saat

bekerja tidak

aman

Count 14 14

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

Page 181: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

% within Tahun

Kecelakaan 8.4% 8.4%

% of Total 8.4% 8.4%

Memperbaiki

alat ketika

beroperasi

Count 10 10

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 6.0% 6.0%

% of Total 6.0% 6.0%

Bukan salah

satunya

Count 27 27

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 16.3% 16.3%

% of Total 16.3% 16.3%

Total Count 166 166

% within Tindakan Tidak

Aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 100.0% 100.0%

% of Total 100.0% 100.0%

Page 182: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Tindakan Tidak Aman * Tahun Kecelakaan (Tahun 2015-2016) Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2015 2016

Tindaka

n Tidak

Aman

Mengoperasikan alat tanpa

wewenang

Count 0 3 3

% within Tindakan Tidak

Aman .0% 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan .0% .5% .4%

% of Total .0% .4% .4%

Gagal memperingatkan Count 7 21 28

% within Tindakan Tidak

Aman 25.0% 75.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 3.4% 3.7% 3.6%

% of Total .9% 2.7% 3.6%

Gagal mengamankan,

gangguan konsentrasi

Count 46 113 159

% within Tindakan Tidak

Aman 28.9% 71.1% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 22.7% 19.8% 20.5%

% of Total 5.9% 14.6% 20.5%

Mengoperasikan alat

dengan kecepatan yang

tidak sesuai

Count 5 2 7

% within Tindakan Tidak

Aman 71.4% 28.6% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 2.5% .4% .9%

% of Total .6% .3% .9%

Menggunakan alat yang

rusak

Count 2 2 4

% within Tindakan Tidak

Aman 50.0% 50.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 1.0% .4% .5%

% of Total .3% .3% .5%

Menggunakan alat dengan

tidak sesuai fungsi

Count 3 15 18

% within Tindakan Tidak

Aman 16.7% 83.3% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 1.5% 2.6% 2.3%

% of Total .4% 1.9% 2.3%

Gagal menggunakan Alat

Pelindung Diri

Count 39 93 132

% within Tindakan Tidak

Aman 29.5% 70.5% 100.0%

Page 183: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

% within Tahun

Kecelakaan 19.2% 16.3% 17.1%

% of Total 5.0% 12.0% 17.1%

Memuat beban tidak

sesuai

Count 1 14 15

% within Tindakan Tidak

Aman 6.7% 93.3% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan .5% 2.5% 1.9%

% of Total .1% 1.8% 1.9%

Penempatan tidak sesuai Count 7 29 36

% within Tindakan Tidak

Aman 19.4% 80.6% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 3.4% 5.1% 4.7%

% of Total .9% 3.7% 4.7%

Pengangkatan tidak sesuai Count 6 8 14

% within Tindakan Tidak

Aman 42.9% 57.1% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 3.0% 1.4% 1.8%

% of Total .8% 1.0% 1.8%

Posisi saat bekerja tidak

aman

Count 34 142 176

% within Tindakan Tidak

Aman 19.3% 80.7% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 16.7% 24.9% 22.7%

% of Total 4.4% 18.3% 22.7%

Memperbaiki alat ketika

beroperasi

Count 7 14 21

% within Tindakan Tidak

Aman 33.3% 66.7% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 3.4% 2.5% 2.7%

% of Total .9% 1.8% 2.7%

Bukan salah satunya Count 46 115 161

% within Tindakan Tidak

Aman 28.6% 71.4% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 22.7% 20.1% 20.8%

% of Total 5.9% 14.9% 20.8%

Total Count 203 571 774

% within Tindakan Tidak

Aman 26.2% 73.8% 100.0%

Page 184: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Lampiran 6 Output Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Jenis Pekerjaan Kerah biru Count 154 195 555 904

% within Jenis Pekerjaan 17.0% 21.6% 61.4% 100.0%

% of Total 16.4% 20.7% 59.0% 96.2%

Kerah putih Count 12 8 16 36

% within Jenis Pekerjaan 33.3% 22.2% 44.4% 100.0%

% of Total 1.3% .9% 1.7% 3.8%

Total Count 166 203 571 940

% within Jenis Pekerjaan 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 7 Output Jam Kecelakaan

Jam Kecelakaan * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Jam

Kecelakaan

Pukul 06.01-12.00 Count 51 80 238 369

% within Jam

Kecelakaan 13.8% 21.7% 64.5% 100.0%

% of Total 5.4% 8.5% 25.3% 39.3%

Pukul 12.01-18.00 Count 70 87 201 358

% within Jam

Kecelakaan 19.6% 24.3% 56.1% 100.0%

% of Total 7.4% 9.3% 21.4% 38.1%

Pukul 18.01-24.00 Count 35 26 92 153

% within Jam

Kecelakaan 22.9% 17.0% 60.1% 100.0%

% of Total 3.7% 2.8% 9.8% 16.3%

Pukul 24.01-06.00 Count 10 10 40 60

% within Tahun

Kecelakaan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 26.2% 73.8% 100.0%

Page 185: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

% within Jam

Kecelakaan 16.7% 16.7% 66.7% 100.0%

% of Total 1.1% 1.1% 4.3% 6.4%

Total Count 166 203 571 940

% within Jam

Kecelakaan 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 8 Output Jenis Industri

Jenis Industri * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Jenis

Industri

Manufaktur Count 112 167 370 649

% within Jenis Industri 17.3% 25.7% 57.0% 100.0%

% of Total 11.9% 17.8% 39.4% 69.0%

Listrik, gas, uap dan

pendingin udara

Count 7 0 2 9

% within Jenis Industri 77.8% .0% 22.2% 100.0%

% of Total .7% .0% .2% 1.0%

Persediaan air,

pembuangan limbah,

pengelolaan limbah,

produksi bahan kimia dan

kegiatan remediasi

Count 1 0 0 1

% within Jenis Industri 100.0% .0% .0% 100.0%

% of Total .1% .0% .0% .1%

Konstruksi Count 11 22 152 185

% within Jenis Industri 5.9% 11.9% 82.2% 100.0%

% of Total 1.2% 2.3% 16.2% 19.7%

Perdagangan grosir dan

eceran

Count 10 2 1 13

% within Jenis Industri 76.9% 15.4% 7.7% 100.0%

% of Total 1.1% .2% .1% 1.4%

Transportasi dan

penyimpanan

Count 4 1 4 9

% within Jenis Industri 44.4% 11.1% 44.4% 100.0%

% of Total .4% .1% .4% 1.0%

Kegiatan pelayanan

makanan dan minuman

Count 2 0 1 3

% within Jenis Industri 66.7% .0% 33.3% 100.0%

% of Total .2% .0% .1% .3%

Properti Count 2 0 1 3

% within Jenis Industri 66.7% .0% 33.3% 100.0%

Page 186: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

% of Total .2% .0% .1% .3%

Kegiatan profesional,

ilmiah dan teknis

Count 1 1 0 2

% within Jenis Industri 50.0% 50.0% .0% 100.0%

% of Total .1% .1% .0% .2%

Kegiatan administrasi dan

pendukung

Count 0 0 5 5

% within Jenis Industri .0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% .5% .5%

Aktivitas kerja kesehatan

dan sosial manusia

Count 2 0 1 3

% within Jenis Industri 66.7% .0% 33.3% 100.0%

% of Total .2% .0% .1% .3%

Seni, hiburan, dan rekreasi Count 3 1 0 4

% within Jenis Industri 75.0% 25.0% .0% 100.0%

% of Total .3% .1% .0% .4%

Aktivitas pelayanan

lainnya

Count 1 5 23 29

% within Jenis Industri 3.4% 17.2% 79.3% 100.0%

% of Total .1% .5% 2.4% 3.1%

Garmen Count 4 0 2 6

% within Jenis Industri 66.7% .0% 33.3% 100.0%

% of Total .4% .0% .2% .6%

Kimia Count 6 4 9 19

% within Jenis Industri 31.6% 21.1% 47.4% 100.0%

% of Total .6% .4% 1.0% 2.0%

Total Count 166 203 571 940

% within Jenis Industri 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 9 Output Sumber Kecelakaan

Sumber Kecelakaan * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Sumber

Kecelakaan

Mesin (Pres, bor,

gergaji, dll)

Count 51 64 158 273

% within Sumber

Kecelakaan 18.7% 23.4% 57.9% 100.0%

% of Total 5.4% 6.8% 16.8% 29.0%

Pengangkut/pengangk

at barang

Count 14 21 62 97

% within Sumber

Kecelakaan 14.4% 21.6% 63.9% 100.0%

Page 187: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Sumber Kecelakaan * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

% of Total 1.5% 2.2% 6.6% 10.3%

Perkakas pekerjaan

tangan, benda tajam

Count 33 44 155 232

% within Sumber

Kecelakaan 14.2% 19.0% 66.8% 100.0%

% of Total 3.5% 4.7% 16.5% 24.7%

Bahan mudah terbakar

dan benda panas

Count 6 11 31 48

% within Sumber

Kecelakaan 12.5% 22.9% 64.6% 100.0%

% of Total .6% 1.2% 3.3% 5.1%

Penggerak mula

(turbin, mesin uap,

kincir angin) dan

pompa

Count 4 0 8 12

% within Sumber

Kecelakaan 33.3% .0% 66.7% 100.0%

% of Total .4% .0% .9% 1.3%

Conveyor Count 3 3 13 19

% within Sumber

Kecelakaan 15.8% 15.8% 68.4% 100.0%

% of Total .3% .3% 1.4% 2.0%

Pesawat uap Count 1 0 0 1

% within Sumber

Kecelakaan 100.0% .0% .0% 100.0%

% of Total .1% .0% .0% .1%

Debu berbahaya Count 3 21 36 60

% within Sumber

Kecelakaan 5.0% 35.0% 60.0% 100.0%

% of Total .3% 2.2% 3.8% 6.4%

Lift barang/orang Count 1 0 3 4

% within Sumber

Kecelakaan 25.0% .0% 75.0% 100.0%

% of Total .1% .0% .3% .4%

Alat transmisi

mekanik

Count 5 2 3 10

% within Sumber

Kecelakaan 50.0% 20.0% 30.0% 100.0%

% of Total .5% .2% .3% 1.1%

Peralatan listrik Count 1 0 4 5

% within Sumber

Kecelakaan 20.0% .0% 80.0% 100.0%

% of Total .1% .0% .4% .5%

Permukaan lantai di Count 17 9 55 81

Page 188: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Sumber Kecelakaan * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

lingkungan kerja % within Sumber

Kecelakaan 21.0% 11.1% 67.9% 100.0%

% of Total 1.8% 1.0% 5.9% 8.6%

Bahan kimia Count 4 11 25 40

% within Sumber

Kecelakaan 10.0% 27.5% 62.5% 100.0%

% of Total .4% 1.2% 2.7% 4.3%

Gigitan/cakaran/senga

tan binatang

Count 0 0 1 1

% within Sumber

Kecelakaan .0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% .1% .1%

Lain-lain Count 23 17 17 57

% within Sumber

Kecelakaan 40.4% 29.8% 29.8% 100.0%

% of Total 2.4% 1.8% 1.8% 6.1%

Total Count 166 203 571 940

% within Sumber

Kecelakaan 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 10 Output Unsafe Condition

Kondisi tidak aman * Tahun Kecelakaan (Tahun 2014) Crosstabulation

Tahun

Kecelakaan

Total 2014

Kondisi tidak aman Pengaman atau

penghalang yang tidak

memadai

Count 41 41

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 24.7% 24.7%

% of Total 24.7% 24.7%

Perlengkapan pengaman

yang tidak memadai

Count 16 16

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 9.6% 9.6%

Page 189: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

% of Total 9.6% 9.6%

Alat, bahan atau

perlengkapan yang rusak

Count 12 12

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 7.2% 7.2%

% of Total 7.2% 7.2%

Kemacetan atau tindakan

yang dibatasi

Count 2 2

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 1.2% 1.2%

% of Total 1.2% 1.2%

Kerapihan yang buruk Count 14 14

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 8.4% 8.4%

% of Total 8.4% 8.4%

Kondisi lingkungan yang

berbahaya seperti gas,

debu, asap, uap, fume

Count 9 9

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 5.4% 5.4%

% of Total 5.4% 5.4%

Bukan salah satunya Count 72 72

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 43.4% 43.4%

% of Total 43.4% 43.4%

Total Count 166 166

% within Kondisi tidak

aman 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 100.0% 100.0%

% of Total 100.0% 100.0%

Page 190: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Kondisi tidak aman * Tahun Kecelakaan (tahun 2015-2016) Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2015 2016

Kondisi tidak aman Pengaman atau

penghalang yang tidak

memadai

Count 40 74 114

% within Kondisi tidak

aman 35.1% 64.9% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 19.7% 13.0% 14.7%

% of Total 5.2% 9.6% 14.7%

Perlengkapan pengaman

yang tidak memadai

Count 8 37 45

% within Kondisi tidak

aman 17.8% 82.2% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 3.9% 6.5% 5.8%

% of Total 1.0% 4.8% 5.8%

Alat, bahan atau

perlengkapan yang rusak

Count 21 34 55

% within Kondisi tidak

aman 38.2% 61.8% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 10.3% 6.0% 7.1%

% of Total 2.7% 4.4% 7.1%

Kemacetan atau tindakan

yang dibatasi

Count 4 3 7

% within Kondisi tidak

aman 57.1% 42.9% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 2.0% .5% .9%

% of Total .5% .4% .9%

Bahaya api dan ledakan Count 0 1 1

% within Kondisi tidak

aman .0% 100.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan .0% .2% .1%

% of Total .0% .1% .1%

Kerapihan yang buruk Count 17 54 71

% within Kondisi tidak

aman 23.9% 76.1% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 8.4% 9.5% 9.2%

% of Total 2.2% 7.0% 9.2%

Kondisi lingkungan yang

berbahaya seperti gas,

debu, asap, uap, fume

Count 11 52 63

% within Kondisi tidak

aman 17.5% 82.5% 100.0%

Page 191: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

% within Tahun

Kecelakaan 5.4% 9.1% 8.1%

% of Total 1.4% 6.7% 8.1%

Paparan kebisingan Count 1 3 4

% within Kondisi tidak

aman 25.0% 75.0% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan .5% .5% .5%

% of Total .1% .4% .5%

Bukan salah satunya Count 101 313 414

% within Kondisi tidak

aman 24.4% 75.6% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 49.8% 54.8% 53.5%

% of Total 13.0% 40.4% 53.5%

Total Count 203 571 774

% within Kondisi tidak

aman 26.2% 73.8% 100.0%

% within Tahun

Kecelakaan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 26.2% 73.8% 100.0%

Lampiran 11 Output Corak Kecelakaan

Corak Kecelakaan * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Corak

Kecelakaan

Terbentur, tertusuk,

tersayat

Count 88 92 227 407

% within Corak

Kecelakaan 21.6% 22.6% 55.8% 100.0%

% of Total 9.4% 9.8% 24.1% 43.3%

Terpukul Count 1 9 13 23

% within Corak

Kecelakaan 4.3% 39.1% 56.5% 100.0%

% of Total .1% 1.0% 1.4% 2.4%

Terjepit Count 40 45 139 224

% within Corak

Kecelakaan 17.9% 20.1% 62.1% 100.0%

% of Total 4.3% 4.8% 14.8% 23.8%

Jatuh dari ketinggian

yang sama, tergelincir

Count 11 9 29 49

% within Corak

Kecelakaan 22.4% 18.4% 59.2% 100.0%

Page 192: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Corak Kecelakaan * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

% of Total 1.2% 1.0% 3.1% 5.2%

Jatuh dari ketinggian

berbeda

Count 9 4 32 45

% within Corak

Kecelakaan 20.0% 8.9% 71.1% 100.0%

% of Total 1.0% .4% 3.4% 4.8%

Keracunan Count 0 0 27 27

% within Corak

Kecelakaan .0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% 2.9% 2.9%

Tersentuh arus listrik Count 0 0 3 3

% within Corak

Kecelakaan .0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% .3% .3%

Terpapar Count 17 41 93 151

% within Corak

Kecelakaan 11.3% 27.2% 61.6% 100.0%

% of Total 1.8% 4.4% 9.9% 16.1%

Lain-lain Count 0 3 8 11

% within Corak

Kecelakaan .0% 27.3% 72.7% 100.0%

% of Total .0% .3% .9% 1.2%

Total Count 166 203 571 940

% within Corak

Kecelakaan 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 12 Output Bagian Fisik yang Cidera

Bagian Fisik yang Cidera Pada Korban Kecelakaan Kerja * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Bagian Fisik yang

Cidera Pada

Korban

Kecelakaan Kerja

Kepala/wajah Count 19 17 64 100

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

19.0% 17.0% 64.0% 100.0%

% of Total 2.0% 1.8% 6.8% 10.6%

Mata Count 6 31 62 99

Page 193: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Bagian Fisik yang Cidera Pada Korban Kecelakaan Kerja * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

6.1% 31.3% 62.6% 100.0%

% of Total .6% 3.3% 6.6% 10.5%

Telinga Count 1 0 3 4

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

25.0% .0% 75.0% 100.0%

% of Total .1% .0% .3% .4%

Badan Count 2 4 13 19

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

10.5% 21.1% 68.4% 100.0%

% of Total .2% .4% 1.4% 2.0%

Organ tubuh

bagian dalam

Count 3 0 41 44

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

6.8% .0% 93.2% 100.0%

% of Total .3% .0% 4.4% 4.7%

Tungkai

atas/lengan

Count 20 15 50 85

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

23.5% 17.6% 58.8% 100.0%

% of Total 2.1% 1.6% 5.3% 9.0%

Telapak/jari

tangan

Count 79 88 222 389

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

20.3% 22.6% 57.1% 100.0%

% of Total 8.4% 9.4% 23.6% 41.4%

Tungkai

bawah

Count 16 18 47 81

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

19.8% 22.2% 58.0% 100.0%

% of Total 1.7% 1.9% 5.0% 8.6%

Telapak/jari

kaki

Count 12 12 53 77

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

15.6% 15.6% 68.8% 100.0%

% of Total 1.3% 1.3% 5.6% 8.2%

Di banyak Count 8 18 16 42

Page 194: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Bagian Fisik yang Cidera Pada Korban Kecelakaan Kerja * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

bagian tubuh % within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

19.0% 42.9% 38.1% 100.0%

% of Total .9% 1.9% 1.7% 4.5%

Total Count 166 203 571 940

% within Bagian Fisik yang

Cidera Pada Korban

Kecelakaan Kerja

17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 13 Output Sifat Luka/Kelainan Pada Korban Kecelakaan Kerja

Sifat luka/ Kelainan Pada Korban Kecelakaan Kerja * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Sifat luka/

Kelainan Pada

Korban

Kecelakaan Kerja

Patah tulang Count 14 9 30 53

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

26.4% 17.0% 56.6% 100.0%

% of Total 1.5% 1.0% 3.2% 5.6%

Dislokasi/

keseleo

Count 2 1 7 10

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

20.0% 10.0% 70.0% 100.0%

% of Total .2% .1% .7% 1.1%

Regang

otot/urat

Count 1 1 3 5

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

20.0% 20.0% 60.0% 100.0%

% of Total .1% .1% .3% .5%

Memar dan

luka dalam

yang lain

Count 28 25 75 128

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

21.9% 19.5% 58.6% 100.0%

% of Total 3.0% 2.7% 8.0% 13.6%

Amputasi Count 8 3 18 29

Page 195: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Sifat luka/ Kelainan Pada Korban Kecelakaan Kerja * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

27.6% 10.3% 62.1% 100.0%

% of Total .9% .3% 1.9% 3.1%

Luka sobek di

permukaan

Count 83 111 293 487

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

17.0% 22.8% 60.2% 100.0%

% of Total 8.8% 11.8% 31.2% 51.8%

Luka

iritasi/bengka

k dan lainnya

di bagian

mata

Count 10 30 57 97

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

10.3% 30.9% 58.8% 100.0%

% of Total 1.1% 3.2% 6.1% 10.3%

Gegar dan

remuk

Count 3 3 8 14

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

21.4% 21.4% 57.1% 100.0%

% of Total .3% .3% .9% 1.5%

Luka bakar Count 11 14 28 53

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

20.8% 26.4% 52.8% 100.0%

% of Total 1.2% 1.5% 3.0% 5.6%

Keracuanan

mendadak

Count 0 0 27 27

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

.0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% 2.9% 2.9%

Mati lemas Count 2 0 1 3

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

66.7% .0% 33.3% 100.0%

% of Total .2% .0% .1% .3%

Pengaruh arus

listrik

Count 0 0 1 1

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

.0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% .1% .1%

Page 196: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

Sifat luka/ Kelainan Pada Korban Kecelakaan Kerja * Tahun Kecelakaan Crosstabulation

Tahun Kecelakaan

Total 2014 2015 2016

Luka-luka

yang banyak

dan berlainan

sifatnya

Count 3 3 4 10

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

30.0% 30.0% 40.0% 100.0%

% of Total .3% .3% .4% 1.1%

Lain-lain Count 1 3 19 23

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

4.3% 13.0% 82.6% 100.0%

% of Total .1% .3% 2.0% 2.4%

Total Count 166 203 571 940

% within Sifat luka/

Kelainan Pada Korban

Kecelakaan Kerja

17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

% of Total 17.7% 21.6% 60.7% 100.0%

Lampiran 14 Output Trend Kecelakaan Kerja 2014-2016 di Jakarta Timur

Lampiran 15 Kategori Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Kerja

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Sangat Rendah

1. Penjahit/Konveksi

2. Pabrik topi

3. Industri pakaian lainnya (payung, kulit ikat pinggang, ganntungan

celana/bretel)

4. Pembikinan layar dan krey dari tekstil

5. Pabrik keperluan rumah tangga (sprei, selimut, terpal, gorden, dan lain-

lain yang ditenun)

Page 197: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Sangat Rendah

6. Perdagangan ekspor-impor

7. Perdagangan besar lainnya (agen-agen perdagangan besar, distributor,

makelar, dan lain-lain)

8. Perdagangan lainnya (toko, koperasi, penjualan makanan, dan lain-lain).

9. Bank dan kantor-kantor perdagangan

10. Perusahaan pertangguangan/asuransi

11. Jasa Pemerintahan

12. Apotik, pengobatan dan kesehatan lainnya

13. Organisasi-organisasi keagamaan

14. Lembaga kesejahteraan/sosial

15. Persatuan perdagangan dan organisasi buruh

16. Balai penyidikan yang berfiri sendiri

17. Jasa pengaman dan jasa-jasa umum lainnya seperti museum,

perpustakaan, kebun binatang, dan lain-lain

18. Pemangkas rambut dan salon kecantikan

19. Peternakan

20. Industri kreatif (animasi, desain grafis, arsitektur, dan lain-lain)

21. Jasa Profesi (dokter, pengacara, akuntan, konsultan, dan lain-lain)

22. Reparasi arloji dan lonceng

23. Bioskop

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Rendah

1. Pertanian rakyat

2. Perkebunan gula

3. Perkebunan tembakau

4. Perkebunan bukan tahunan, terkecuali gula dan tembakau

5. Perkebunan tahunan seperti karet, cokelat, kelapa, dan lain-lain

6. Pabrik teh

7. Penggorengan dan pembuatan kopi bubuk

8. Pabrik rokok (sigaret, cerutu, kretek, dan lain-lain)

9. Perusahaan tembakau lainnya

10. Pabrik kina

11. Pabrik alat-alat pengangkutan lainnya

12. Industri alat-alat pekerjaan, pengetahuan, pengukuran dan pemeriksaan

laboratorium

13. Reparasi arloji dan lonceng

14. Industri alat-alat musik

15. Pabrik alat-alat olahraga

16. Pabrik mainan anak

Page 198: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Rendah

17. Perdagangan barang-barang tak bergerak (penyewaan alat, tanah, rumah,

garasi, dan lain-lain)

18. Jasa perhubungan seperti handy talky dan radio

19. Perusahaan pembuatan film dan pengedar film

20. Bioskop

21. Sandiwara, komedi, opera, sirkus, band, dan lain-lain

22. Jasa hiburan selain sandiwara dan bioskop

23. Perusahaan binatu, laundry

24. Perusahaan potret/studio foto

25. Penyiaran radio

26. Rumah makan dan minum

27. Hotel, penginapan, dan ruang sewa

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Sedang

1. Pelayanan pengairan

2. Perusahaan kehutanan

3. Pengumpulan hasil hutan

4. Pembakaran arang (di hutan)

5. Perburuan

6. Pemeliharaan ikan tawar

7. Pemeliharaan ikan laut

8. Penangkapan ikan tawar

9. Pemotongan hewan

10. Pemotongan dan pengawetan daging

11. Pengolahan susu dan mentega

12. Pabrik pengawetan sayur dan buah

13. Pabrik pengawetan ikan

14. Penggilingan padi

15. Pabrik tepung (beras, tapioka, dan lain-lain)

16. Perusahaan pengupasan (kacang tanah dan lain-lain)

17. Pabrik roti dan kue

18. Pabrik biskuit

19. Pabrik gula

20. Pabrik kembang gula, cokelat dan lain-lain

21. Pabrik mie dan bihun

22. Pabik kerupuk

23. Pabrik tahu

24. Pabrik kecap

Page 199: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Sedang

25. Pabrik es

26. Pabrik bargarine, minyak goreng, dan lemak

27. Industri makanan lainnya

28. Pabrik alkohol dan spirtus

29. Pabrik anggur

30. Pabrik bir

31. Pabrik soda, sari buah dan minuman

32. Pabrik pemintalan

33. Pemintalan tali sepatu

34. Pertenunan

35. Permadani

36. Pabrik triko (kaos, kaus kaki, dan pabrik rajut)

37. Pabrik tali temali (kabel, pukat, ranu, sabut, dan lain-lain)

38 Industri tekstil lainnya

39. Pabrik keperluan kaki, terkecuali sepatu karet, sendal plastik, dll

termasuk pabrik barang-barang plastik

40. Reparasi barang-barang keperluan kaki

41. Pabrik kayu gabus

42. Penggergajian kayu

43. Pabrik peti dan gentong kayu

44. Pembikinan barang-barang lainnya

45. Pembikinan meubel dari rotan dan bambu

46. Pabrik meubel dari kayu dan bahan-bahan lainnya

47. Pabrik kertas koran dan karton

48. Pabrik barang-barang dari kertas koran dan karton

49. Perusahaan percetakan, penerbitan

50. Penyamakan kulit

51. Pabrik barang dari kulit seperti kopor, tas, dan lainnya.

52. Penuiling karet

53. Pabrik barang-barang dari karet (ban kendaraan dan dalam, mainan anak-

ank dan lain-lain)

54. Perusahaan vulkanisisr

55. Pabrik garam

56. Pabrik zat asam

57. Industri kimia pokok lainnya

58. Terpentin dan damar

59. Industri minyak kelapa

60. Industri minyak kelapa sawit

61. Industri minyak dan gemuk dari tumbuh-tumbuhan

62. Industri minyak gemuk dari hewan

Page 200: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Sedang

63. Pabrik sabun

64. Pabrik obat-obatan/farmasi

65. Pabrik wangi-wangian/kosmetik

66. Pabrik barang-barang untuk mengkilap

67. Pabrik kimia lainnya (lilin gambar, obat nyamuk, pestisida, dan lain-lain)

68. Cokes oven (distribusi gas)

69. Pabrik bahan bangunan dari tanah liat

70. Pabrik bahan bangunan dari tanah liat

71. Pabrik barang-barang dari tanah liat dan porselin

72. Pabrik semen

73. Pabrik gamping

74. Pabrik tegel, ubin, pipa beton

75. Pabrik pengecoran besi dan pembuatan baja

76. Pabrik barang-barang dari logam (batangan besi, kisi-kisi, lembaran besi,

pipa corong)

77. Pabrik timbangan

78. Pabrik klise dan huruf cetak

79. Pabrik galvanisir (partikel)

80. Pabrik barang-barang logam lainnya

81. Pabrik reparasi kapal dari kayu

82. Pembikinan dan reparasi kapal dari kayu

83. Reparasi perusahaan perak

84. Industri optik

85. Industri arloji dan lonceng

86. Perusahaan perak

87. Industri barang-barang dari logam mulia

88. Pabrik es

89. Industri-industri lain seperti perusahaan plastik, perusahaan bulu-bulu

burung, pipa tembakau

90. Perusahaan air (pengumpulan penyaringan dan distribusi)

91. Pembersihan (sampah dan kotoran)

92. Jasa pengangkutan seperti ekspedisi laut dan udara

93. Stasiun pengisian bahan bakar umum

94. Pabrik gula

95. Pabrik cat dan lak

96. Pabrik tinta dan lem

97. Pabrik bata merah dan genteng

98. Reparasi kendaraan bermotor (mobil, truk, dan sepeda motor)

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Tinggi

1. Pebrik hasil dari minyak tanah

Page 201: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Sedang

2. Pabrik barang-barang dari minyak tanah atau batu bara

3. Pabrik dan reparasi dan mesin-mesin (bengkel motor, mobil dan mesin)

4. Pembikinan dan reparasi kapal dari baja

5. Pembikinan dan reparasi alat-alat perhubungan kereta api

6. Pabrik kendaraan bermotor dan bagian-bagiananya

7. Pabrik dan reparasi kapal udara

8. Perusahaan kereta api

9. Perusahaan trem dan bus

10. Pengangkutan barang dan penumpang di jakan (bus, truk, taksi dan

pengangkutan massal)

11. Penimbunan barang/veem

12. Pengolahan limbah B3

13. Perusahaan pengisian bahan bakar gas dan elpiji

14. Pabrik alkohol dan spirtus

15. Pabrik gas dan sejenisnya

16. Pabrik semen

17. Pabrik pengecoran besi dan pembuatan baja

18. Perusahaan listrik/ pembangkit, pemindahan dan distribusi tenaga listrik

19. Pabrik gas distribusi untuk rumah tangga dan pabrik-pabrik

20. Industri uap untuk tenaga

21. Penangkapan ikan laut

22. Penangkapan ikan laut lainnya

23. Pengumpulan hasil laut terkecuali ikan

24. Lori perkebunan

No. Kelompok Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Sangat Tinggi

1. Penebangan dan pemotongan kayu

2. Asam blerang

3. Pabrik pupuk

4. Pabrik kaleng

5. Perbaikan rumah, jalan-jalan, terusan-terusan konstruksi berat, pipa air,

jembatan kereta aoi dan instalasi listrik

6. Pengangkutan barang-barang dan penumpang di laut

7. Pengangkutan barang-barang dan penumpang di udara

8. Pabrik korek api

9. Pertambangan minyak mentah dan gas bumi

10. Penggalian batu

11. Penggalian tanah liat

Page 202: GAMBARAN KECELAKAAN KERJA DI LOKASI KERJA …

12. Penggalian pasir

13. Penggalian gamping

14. Penggalian belerang

15. Tambang intan dan batu perhiasan

16. Pertambangan lainnya

17. Tambang emas dan perak

18. Penghasilan batu bara

19. Tambang besi mentah

20. Tambang timah

21. Tambang bauksit

22. Tambang mangan

23. Tambang mangan

24. Tambang logam lainnya

25. Pabrik bahan peledak, bahan petasan, dan kembang api.