GAMBARAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN ...Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Kendari...

73
GAMBARAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari OLEH : UMMUL FATHANAH AL IMAM HUSEN NIM P00341015045 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2018

Transcript of GAMBARAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN ...Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Kendari...

  • GAMBARAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DIABETES

    MELITUS TIPE 2 DI RSUD KOTA KENDARI

    SULAWESI TENGGARA

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

    Pendidikan Diploma III Jurusan Analis Kesehatan

    Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

    OLEH :

    UMMUL FATHANAH AL IMAM HUSEN

    NIM P00341015045

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN ANALIS KESEHATAN

    2018

  • v

    RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Diri

    Nama : Ummul Fathanah Al Imam Husen

    NIM : P00341015045

    Tempat, Tanggal Lahir : Kendari, 02 Januari 1996

    Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    B. Pendidikan

    1. SD Negeri 05 Mandonga, tamat tahun 2008

    2. SMP Negeri 03 Kendari, tamat tahun 2011

    3. SMA Negeri 06 Kendari, tamat tahun 2014

    4. Sejak tahun 2015 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

    Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.

  • vi

    MOTTO

    Man Jadda WaJada, Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.

    Hiduplah dengan selalu berdoa dipagi hari, sabar dan ikhlas menjalani hidup

    serta mengakhiri hari dengan bersyukur

    Janganlah selalu berputus asa karena dibalik setiap masalah akan ada jalan

    untuk melaluinya dan percayalah kau pasti mampu melewatinya.

    “Dan Allah Menyukai Orang-Orang Yang Bersabar – Ali Imran: 146”

    Kupersembahkan untuk Almamaterku

    Ayah dan ibu tercinta

    Keluargaku tersayang

    Doa dan Nasehat Untuk Menunjang Keberhasilanku

  • vii

    ABSTRAK

    Ummul Fathanah Al Imam H (P00341015045) Gambaran Jumlah Trombosit

    Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Kendari Sulawesi

    Tenggara. Yang dibimbing oleh Sitti Rahmi Misbah dan Ruth Mongan (xv +

    44 halaman + 5 tabel + 6 lampiran). Pemeriksaan jumlah trombosit salah satu

    pemeriksaan yang sering dilakukan pada penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dan

    berbagai penyakit lainnya. Peningkatan trombosit, menandakan adanya kerusakan

    jaringan, meliputi keadaan infeksi, inflamasi dan keganasan yang menyebabkan

    cedera vaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jumlah

    trombosit pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kota Kendari Sulawesi

    Tenggara. Metode penelitian ini adalah Deskriptif yang dilakukan selama dua

    tahap yaitu pada tanggal 20 Maret – 28 Maret 2018 dan 5 Juni – 7 Juni 2018.

    Jumlah populasi sebanyak 120 dengan sampel penelitian yang berjumlah 36 orang

    yang diambil secara Accidental sampling. Data diperoleh dari data sekunder dan

    primer. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan.

    Hasil penelitian menunjukkan dari 36 sampel sebagian besar pasien Diabetes

    Melitus tipe 2 memiliki hasil normal sebanyak 27 (75%) pasien, dan yang

    mengalami peningkatan 9 (25%) pasien. Hubungan Jumlah Trombosit Pada

    Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Mengalami Cedera Vaskuler dan Tidak

    Mengalami Cedera Vaskuler.

    Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, trombosit.

    Daftar Pustaka : 42 (2000 - 2017)

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan

    judul “Gambaran Jumlah Trombosit Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di

    RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara”. Penelitian ini di susun dalam rangka

    melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program diploma

    III (DIII) pada Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis

    Kesehatan.

    Rasa hormat, terimakasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya

    kepada Ayahanda Abdul Samad Husen dan Ibunda tercinta Hariati Hanasa atas

    semua bantuan moril maupun materil, motivasi, dukungan dan cinta kasih yang

    tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang penulis jalani selama menuntut

    ilmu sampai selesainya karya tulis ini.

    Proses penulisan karya tulis ilmiah ini melewati perjalanan panjang, dan

    penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terimakasih

    kepada Ibu Sitti Rachmi Misbah S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Ruth

    Mongan,B.Sc.,M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

    pikiranya dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab guna memberikan

    bimbingan serta petunjuk kepada penulis dalam proses penyusunan karya tulis

    ilmiah ini hingga dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis juga tunjukan

    kepada :

    1. Askrening,SKM.,M.Kes. Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari

    2. Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sultra yang telah

    memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini

    3. Anita Rosanty, S.ST.,M.Kes selaku ketua jurusan Analis Kesehatan,

    Fonnie E. Hasan, DCN.,M.Kes selaku penguji I dan Reni Yunus,

    S.Si.,M.Sc selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam

    karya tulis ilmiah ini .

  • ix

    4. Tuty Dwiyana, Amd.Anakes, SKM sebagai kepala laboratorium RSUD

    Kota Kendari yang telah mengijinkan melakukan penelitian.

    5. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan atas segala

    fasilitas dan pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntut

    ilmu

    6. Terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kakaku tersayang

    Mushaf Al Imam Husen, S.H serta adikku Hafish Tasya Aisyah Husen

    serta Leni Andriyani dan keponakan tersayang Muh. Habib Al Huda yang

    telah memberikan dukungan dan motivasi.

    7. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada sahabat-

    sahabatku, Aida Dwi Agnes, Fadillah Eka Wardani, Siskia Azizah,

    Nurhidayah, Asma, Riska Novianti, Adewina, Yanda, Fina, Sinta, Tini,

    dan Made. Serta seluruh rekan-rekan, mahasiswa Politeknik Kesehatan

    Kendari khusunya jurusan Analis Kesehatan 2015-2018 yang penulis tak

    bisa sebutkan satu persatu.

    Sebagaimana manusia biasa yang tidak pernah luput dari

    kesalahan, penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan

    keterbatasan yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

    dari kesempurnaan dan masih teradapat kekeliruan dan kekurangan.Oleh karena

    itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

    sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.

    Akhir kata, semoga Allah SWT, senantiasa melimpahkan rahmatnya-Nya

    kepada kita semua.Semoga Karya Tulis Ilmiahini dapat bermanfaat bagi kita

    semua khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian

    selanjutnya. Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi

    yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis Amin.

    Kendari, Juli 2018

    Peneliti

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv

    RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v

    MOTTO ................................................................................................................ vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Diabetes Melitus .............................................................. 6

    1. Pengertian Diabetes Melitus ................................................................. 6

    2. Faktor Penyebab .................................................................................... 7

    3. Gejala Klinis Diabetes Melitus ............................................................. 8

    4. Klasifikasi Diabetes Melitus ................................................................. 8

    5. Kelainan Darah Pada Tipe Diabetes Melitus ...................................... 10

    B. Tinjauan Umum Diabetes Melitus Tipe 2 ................................................. 12

    1. Pengertian Diabetes Melitus Tipe 2 .................................................... 12

    2. Faktor Risiko Pada DM Tipe 2 ........................................................... 13

    3. Pathogenesis Diabetes Melitus Tipe 2 ................................................ 14

    4. Pengaruh Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Darah ........................... 15

  • xi

    C. Tinjauan Darah .......................................................................................... 17

    1. Pengertian Umum Darah ..................................................................... 17

    2. Komponen Darah ................................................................................ 18

    D. Tinjauan Trombosit ................................................................................... 19

    1. Pengertian Trombosit .......................................................................... 19

    2. Produksi Trombosit ............................................................................. 20

    3. Struktur Trombosit .............................................................................. 21

    4. Fungsi Trombosit ................................................................................ 22

    5. Mekanisme Sumbat Trombosit ........................................................... 23

    6. Kelainan Jumlah Trombosit ................................................................ 24

    E. Tinjauan Pengambilan Darah Vena .......................................................... 25

    F. Tinjauan Pemeriksaan Trombosit Metode Automatik .............................. 26

    BAB III KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran ........................................................................................ 28

    B. Kerangka Konsep ...................................................................................... 29

    C. Variabel Penelitian .................................................................................... 29

    D. Defenisi Oprasional .................................................................................. 30

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 31

    C. Populasi dan Sampel ................................................................................. 31

    D. Jenis Data .................................................................................................. 32

    E. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 32

    F. Instrument Penelitian ................................................................................ 32

    G. Prosedur Penelitian ................................................................................... 34

    H. Pengolahan Data ....................................................................................... 35

    I. Analisa Data .............................................................................................. 36

    J. Pengolahan Data ....................................................................................... 36

  • xii

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 37

    B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 38

    C. Pembahasan ............................................................................................... 39

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................... 43

    B. Saran ......................................................................................................... 43

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien

    Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Rumah Sakit Umum

    Daerah Kota Kendari

    Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Sampel Berdasarkan Umur Pada Pasien Diabetes

    Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota

    Kendari

    Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Sampel Berdasarkan Kadar Gula Darah Pada

    Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Rumah Sakit Umum

    Daerah Kota Kendari

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Trombosit dan Gula Darah Pasien Diabetes

    Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota

    Kendari

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Trombosit Pada Pasien

    Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Rumah Sakit Umum

    Daerah Kota Kendari

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Hasil Penelitian

    Lampiran 2 Master Tabel

    Lampiran 3 Surat Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari

    Lampiran 4 Surat Izin Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah

    Provinsi Sulawesi Tenggara

    Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

    Lampiran 6 Dokumentasi Proses Penelitian

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

    metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

    sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya (American Diabetes

    Association, 2017).

    Diabete Melitus diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu DM tipe 1

    disebabkan oleh destruksi sel beta, umumnya menjurus pada defisiensi insulin

    absolut, dapat terjadi karena autoimun atau idiopatik, DM tipe 2 disebabkan

    oleh resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, serta defek sekresi insulin

    disertai resistensi insulin, DM tipe lain disebabkan oleh defek genetik fungsi

    sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,

    endokrinopati, pengaruh obat dan zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang

    jarang, dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM, dan DM

    gestasional yang terjadi ketika masa kehamilan (Perkeni, 2011).

    World Health Organization (WHO) menyatakan penderita DM

    sebanyak 422 juta orang di dunia dan menyebabkan kematian pada tahun 2014

    sebanyak 8,5% pada orang dewasa yang berusia 18 tahun keatas, dan tahun

    2015 di perkirakan 1,6 juta kematian disebabkan oleh diabetes. Kini Indonesia

    menempati urutan ke 5 terbesar dalam jumlah penderita DM di dunia pada

    tahun 2002 setelah negara India, Korea Selatan, Bhutan, dan Bangladesh.

    Prevalensi nasional DM di Indonesia adalah 1,1% dengan prevalensi DM pada

    penduduk berusia diatas 15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan

    (Riskesdas, 2007). Kematian karena DM sendiri di Indonesia yaitu pada laki-

    laki sebesar 6,6% atau 36.400 ribu jiwa dan pada perempuan sebesar 7,3%

    atau 63.000 ribu jiwa, dengan umur 30-69 tahun sebanyak 20.100 dan umur

    >70 tahun sebanyak 16.300 pada laki-laki dan umur 30-69 tahun sebanyak

    28.000 dan umur >70 tahun sebanyak 34.000 pada perempuan (WHO, 2016).

  • 2

    Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menyatakan bahwa DM

    merupakan penyakit degeneratif atau tidak menular yang selalu ada dalam

    daftar 10 penyakit tidak menular. Pada tahun 2015 penyakit DM menempati

    urutan ke-9, dan pada tahun 2016 menempati urutan ke-4 dengan jumlah kasus

    sebesar 2.983. Hal tersebut secara eksplisit menunjukkan meningkatnya

    jumlah penderita DM setiap tahunya yang dikarenakan adanya fenomena

    global yang timbul akibat pola makan dan gaya hidup masyarakat yang

    berubah makin praktis dan serba cepat (DINKES, 2017). Data yang diambil di

    RSUD Kota Kendari menunjukkan jumlah kasus DM pada rawat jalan pada

    tahun 2015 sebanyak 576 kasus, tahun 2016 sebanyak 489 kasus dan tahun

    2017 dari bulan Januari-Oktober sebanyak 213 kasus, hal ini menunjukkan

    terjadi penurunan angka kejadian diabetes melitus pada pasien rawat jalan di

    RSUD Kota Kendari.

    Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor

    risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor

    genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan

    merokok tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok,

    konsumsi alkohol, indeks masa tubuh, lingkar pinggang dan umur

    (Lumingkewas, 2014).

    Keadaan hiperglikemia, dan resistensi insulin yang terjadi secara

    berkepanjangan pada DM tipe 2 dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dari

    system homeostasis. Perubahan keseimbangan hemostasis ini menyebabkan

    penderita DM tipe 2 berada dalam keadaan hiperkoagulasi dan menyebabkan

    kelainan trombosit didalam darah. Selain itu adanya faktor viskositas darah

    sangat berpengaruh terhadap terjadinya resistensi insulin dalam kejadian DM

    tipe 2, viskositas darah membatasi pengiriman glukosa, insulin oksigen, dan

    jaringan aktif secara metabolic. Viskositas darah juga merupakan faktor

    penyebab disfungsi endotel. Perubahan viskositas darah berpotensi kuat

    sebagai mediator resistensi vaskuler perifer. Meningkatnya viskositas darah

    menyebabkan pengiriman glukosa, insulin, dan oksigen jadi terhambat. Hal ini

  • 3

    dapat menyebabkan stroke, bahkan bisa menyebabkan kematian

    (Lumingkewas, 2014).

    Penelitian yang telah dilakukan oleh Widiarto (2013), bahwa jumlah

    penderita DM yang berusia 15-49 tahun berjumlah 24 orang (33,3%) dan yang

    berusia 50 tahun berjumlah 48 orang (66,7%). Insiden peningkatan kejadian

    meningkat pada usia > 40 tahun (Suyono, 2009). Bertambahnya usia juga

    merupakan faktor risiko DM tipe 2 secara epidemiologi (Purnamasari, 2009).

    Penderita DM dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 31 orang (43,1%) dan

    perempuan berjumlah 41 orang (56,9%). Pada usia dibawah 60 tahun terjadi

    perubahan angka yaitu perempuan lebih sering terkena DM. Secara

    keseluruhan, prevalensi diabetes lebih tinggi pada laki-laki, tetapi ada lebih

    banyak kasus pada perempuan yang sering terkena DM, hal ini dikarenakan

    perempuan cenderung memiliki berat badan lebih (obesitas), aktivitas fisik

    yang kurang, serta adanya pengaruh faktor hormonal yang merupakan faktor

    risiko terjadinya diabetes.

    Penelitian yang dilakukan oleh Widiarto (2013), pada pasien DM tipe

    2 dengan komplikasi vaskuler dan tanpa komplikasi vaskuler memiliki nilai

    trombosit terendah pada dengan komplikasi vaskuler 157000/L dan tanpa

    komplikasi vaskuler 150000/L. Penurunan trombosit masih dalam rentang

    normal, hal ini mungkin diakibatkan karena pergantian trombosit (platelet

    turnover) mengalami peningkatan sebagai akibat dari aktivitas trombosit yang

    meningkat sehingga jumlah trombosit dalam sirkulasi darah berkurang.

    Sedangkan nilai trombosit tertinggi dengan komplikasi vaskuler 611000/L

    dan tanpa komplikasi vaskuler 601000/L. Peningkatan jumlah trombosit hal

    ini dikarenakan peningkatan konsumsi perifer atau penggunaan trombosit

    terlebih pada DM, karena pada pasien DM lebih mudah terjadi cedera vaskuler

    karena proses stress oksidatif dan peradangan. Selain itu bisa diakibatkan

    karena waktu hidup trombosit menurun dan pergantian trombosit meningkat

    yang mengarah pada peningkatan regenerasi trombosit oleh megakariosit dan

    terjadi pelepasan trombosit baru yang hiperaktif ke dalam aliran darah.

  • 4

    Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Palimbunga (2013),

    menyatakan jumlah trombosit pada pasien DM tipe 2 yang menggunakan

    aspirin memiliki nilai terendah yaitu 139.000/l dan tertinggi yaitu

    337.000/l, sedangkan yang tidak menggunakan aspirin memiliki jumlah

    trombosit terendah yaitu 184.000/l dan tertinggi yaitu 551.000/l. Pada

    umumnya jumlah trombosit yang ditemukan pada pasien DM tipe 2 yang

    menggunakan aspirin masih termasuk dalam rentang normal (150.000-

    450.000/l) Hal ini disebabkan aspirin berperan dalam menghambat fungsi

    enzim cyclooxygenase-1 pada trombosit secara ireversibel dan menghambat

    produksi tromboksan A dan tidak berpengaruh terhadap jumlah trombosit

    (Palimbunga, 2013).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar trombosit

    pada pasien DM tipe 2. Sementara itu, berdasarkan penelusuran literatur yang

    telah dilakukan, peneliti belum banyak menemukan hasil penelitian tentang

    gambaran kadar trombosit pada pasien DM tipe 2, khususnya di Indonesia dan

    adanya perbedaan hasil penelitian oleh beberapa peneliti di berbagai belahan

    dunia. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan penelitian agar dapat mengetahui

    bagaimana gambaran jumlah trombosit pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota

    Kendari Sulawesi Tenggara.

  • 5

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, permasalahan yang

    diajukan pada penelitian ini adalah: “Bagaimana Gambaran Jumlah Trombosit

    pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Kota Kendari Sulawesi

    Tenggara ?”

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran

    trombosit pada pasien DM tipe 2 Di RSUD Kota Kendari.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD

    Kota Kendari.

    b. Mengetahui trombosit pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD

    Kota Kendari

    D. Manfaat Penelitian

    1. Bidang Ilmu Pengetahuan

    Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

    mengenai gambaran kadar trombosit pada pasien DM tipe 2.

    2. Bagi Instansi Kesehatan

    Dengan diketahuinya gambaran rombosit dapat digunakan sebagai

    monitoring pada penderita DM tipe 2.

    3. Bagi Peneliti

    a. Sebagai media pelajar untuk menambah wawasan peneliti tentang

    gambaran kadar trombosit pada pasien DM tipe 2.

    b. Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai bekal untuk diterapkan

    dalam dunia kerja.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Diabetes Melitus

    1. Pengertian Diabetes Melitus

    Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik

    dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

    insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan

    berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah

    (American Diabetes Association, 2017).

    Diabetes mellitus (DM) yang dikenal dengan kencing manis atau

    kencing gula. Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik

    disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal. Kadar

    glukosa dalam darah kita biasanya berfluktuasi, artinya naik turun

    sepanjang hari dan setiap saat, tergantung pada makan yang masuk dan

    aktivitas fisik seseorang (Mistra, 2005).

    Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

    ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

    Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu

    suatu hormon yang diproduksi pankreas, mengendalikan kadar glukosa

    dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (Smeltzer,

    2002).

    Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu

    mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini

    menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya

    sudah membahayakan (Setiabudi, 2008).

    Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang

    dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal

    kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon

    pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa

    dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau

  • 7

    jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes.

    Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar

    gulanya, obat yang di minum, atau suntikan insulin secara teratur.

    (Setiabudi, 2008).

    2. Faktor Penyebab

    Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM dapat disebabkan oleh

    beberapa hal, yaitu :

    a. Pola makan

    Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori

    yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini

    disebabkan jumlah atau kadar insulin oleh sel pankreas mempunyai

    kapasitas maksimum untuk disekresikan.

    b. Obesitas

    Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg

    mempunyai kecendrungan lebih besar untuk terserang DM

    dibandingkan dengan orang yang tidak gemuk.

    c. Faktor genetik

    Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua.

    Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga

    yang terkena juga.

    d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

    Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang

    menyebabkan radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat

    menyebabkan pankreas tidak berfungsi secara optimal dalam

    mensekresikan hormone yang diperlukan untuk metabolisme dalam

    tubuh, termasuk hormone insulin.

    e. Penyakit dan infeksi pada pankreas

    Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi

    pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal ini

    menyebabkan sel pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam

    mensekresikan insulin.

  • 8

    3. Gejala Klinis Diabetes Melitus

    Gejala klinis Diabetes Melitus dapat di golongkan menjadi gejala

    akut dan kronik (Perkeni, 2011):

    a. Gejala akut penyakit diabetes melitus

    Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke

    penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala

    apapun sampai saat tertentu. Biasanya akan menunjukkan gejala awal

    yaitu banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsi) dan

    banyak kencing (poliuria).

    Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul

    gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai

    berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu

    3-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak segera diobati, akan timbul

    rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan

    koma diabetik.

    b. Gejala kronik diabetes melitus

    Gejala kronik yang sering dialami oleh penderiata diabetes

    melitus adalah kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-

    tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur,

    biasanya sering ganti kaca mata, gatal di sekitar kemaluan terutama

    wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual

    menurun, bahkan impotensi dan para ibu hamil sering mengalami

    keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau bayi lahir

    dengan berat 4 kg.

    4. Klasifikasi Diabetes Melitus

    Menurut American Diabetes Association (2014), diabetes melitus

    dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu:

    a. Diabetes melitus tipe 1.

    DM tipe 1 adalah diabetes melitus yang bergantung insulin.

    DM tipe 1 merupakan penyakit autoimun kronis yang disebabkan

    adanya kehancuran selektif sel beta pankreas yang memproduksi

  • 9

    insulin. Kondisi ini ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau

    antibodi sel antiislet dalam darah. Pada diabetes melitus tipe ini

    biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan

    insulin dari luar.

    b. Diabetes melitus tipe 2.

    DM tipe 2 adalah diabetes melitus yang tidak bergantung

    insulin. Hal ini disebabkan karena DM tipe 2 masih mampu

    mensekresi insulin namun dalam kondisi kurang sempurna karena

    adanya resistensi insulin dan keadaan hiperglikemia. Hiperglikemia,

    dan resistensi insulin yang terjadi secara berkepanjangan dapat

    meningkatkan aktivitas koagulasi dari system homostasis. Perubahan

    keseimbangan hemostasis ini menyebabkan penderita diabetes mellitus

    berada dalam keadaan hiperkoagulasi (Benyamin, 2006).

    Keadaan ini menyebabkan kelainan trombosit yaitu perubahan

    patologi pada pembuluh darah yang mengakibatkan penyumbatan

    arteria dan abnormalitas trombosit sehingga memudahkan terjadinya

    adhesi dan agregasi di dalam darah.

    c. Diabetes melitus dengan kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional

    (DMG), merupakan penyakit diabetes melitus yang muncul pada saat

    mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu

    normal. Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor

    resiko pada DMG adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari 25

    tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan diabetes melitus,

    infeksi yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4

    kg.

    d. Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta,

    defek genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas,

    endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik

    lain yang berhubungan dengan diabetes melitus. Beberapa hormon

    seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin bersifat

  • 10

    antagonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut

    dapat mengakibatkan diabetes melitus tipe ini.

    5. Kelainan Darah Pada Tipe Diabetes Melitus

    a. Diabetes melitus tipe 1

    DM tipe 1 adalah kekurangan insulin pankreas akibat

    destruksi autoimun sel B pankreas, berhubungan dengan HLA

    (Human Leucocyte Antigen) tertentu pada suatu kromosom dan

    beberapa autoimunitas serologik dan cell mediated, DM yang

    berhubungan dengan malnutrisi dan berbagai penyebab lain yang

    menyebabkan kerusakan primer sel beta sehingga membutuhkan

    insulin dari luar untuk bertahan hidup. Kelaianan didalam darah

    karena adanya penyakit autoimun pada DM tipe 1 erat kaitanya

    dengan sel darah putih yang menunjukkan adanya infiltrasi leukosit

    dan destruksi sel Langerhans. Sel langerhans sendiri adalah sel-sel

    imunitas yang ada diseluruh bagian epidermis kulit (Husain, 2010).

    Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen

    infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan

    kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas

    yang menyerupai protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan

    defisiensi insulin pada DM tipe 1. Faktor-faktor yang diduga berperan

    memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella,

    coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada

    masa bayi (Schteingart, 2006).

    b. Diabetes Melitus tipe 2

    Diabetes tipe 2 tidak mempunyai hubungan dengan HLA,

    virus atau auto imunitas. DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin

    pada jaringan perifer yang diikuti produksi insulin sel beta pankreas

    yang cukup. DM tipe 2 sering memerlukan insulin tetapi tidak

    bergantung kepada insulin seumur hidup (Husain, 2010).

    DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja

    dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan

  • 11

    meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada

    atau kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga

    terjadi hiperglikemia dalam waktu yang lama. Keadaan hiperglikemia,

    dan resistensi insulin yang terjadi secara berkepanjangan pada DM

    tipe 2 dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dari system

    homeostasis. Perubahan keseimbangan hemostasis ini menyebabkan

    penderita DM tipe 2 berada dalam keadaan hiperkoagulasi dan

    menyebabkan kelainan trombosit didalam darah. Trombosit sendiri

    merupakan komponen darah yang berperan dalam proses pembekuan

    darah. Kelainan dalam darah pada DM tipe 2 akan menyebabkan

    perubahan keseimbangan hemostasis pada penderita DM tipe 2

    sehingga menimbulkan terjadinya thrombosis atau keadaan dimana

    terjadi pembentukan masa abnormal yang berasal dari komponen-

    komponen darah di dalam system peredaran darah. Adanya

    pembentukan masa abnormal menyebabkan terjadinya peningkatan

    dua kali lipat pergantian trombosit terjadi karena waktu kelangsungan

    hidup trombosit yang menurun dan peningkatan masuknya trombosit-

    trombosit baru ke dalam sirkulasi (Benyamin, 2006).

    c. Diabetes melitus dengan kehamilan

    DM gestasional adalah DM yang berkembang saat kehamilan.

    Resistensi insulin berhubungan dengan perubahan-perubahan

    metabolik yang terjadi selama kehamilan dan adanya peningkatan

    kebutuhan insulin mungkin menyebabkan terjadinya IGT (Impaired

    Glucose Tolerance) atau adanya kegagalan toleransi glukosa (Powers,

    2005).

    Wanita dengan DM Gestasional memiliki keparahan yang

    lebih besar dari resistensi insulin dibandingkan dengan resistensi

    insulin terlihat pada kehamilan normal. Mereka juga memiliki

    penurunan dari peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin

    didalam darah. Walaupun diabetes tipe ini hanya terjadi pada waktu

    kehamilan, tetapi bila tidak ditangan dapat menyebabkan kelainan

  • 12

    serta merujuk pada DM tipe 1. Wanita dengan GDM yang memiliki

    bukti autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada

    wanita dengan GDM berkisar 1,6-38%. Prevalensi autoantibodi lain,

    termasuk autoantibodi insulin dan antibodi asam glutamat

    dekarboksilase, juga telah variabel. Wanita-wanita ini mungkin

    menghadapi risiko untuk mengembangkan bentuk autoimun diabetes

    di kemudian hari (Benyamin, 2006).

    B. Tinjauan Umum Diabetes Melitus Tipe 2

    1. Pengertian Diabetes Melitus Tipe 2

    Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) atau disebut sebagai Non-

    Insulin-Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan salah satu tipe

    DM akibat dari insensitivitas sel terhadap insulin (resistensi insulin) serta

    defisiensi insulin relatif yang menyebabkan hiperglikemia. DM tipe ini

    memiliki prevalensi paling banyak diantara tipe-tipe lainnya yakni

    melingkupi 90-95% dari kasus diabetes (American Diabetes Association,

    2014).

    Menurut International Diabetes Federation-6 (IDF-6) tahun 2013,

    Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

    karakteristik tubuh tidak dapat menghasilkan cukup dari hormon insulin

    atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Insulin bertindak

    sebagai kunci yang memungkinkan sel-sel tubuh mengambil glukosa dan

    menggunakannya sebagai energy. Diabetes Melitus tipe 2 merupakan

    kelompok kelainan dengan karakteristik seperti resistensi insulin,

    gangguan sekresi insulin, dan meningkatnya produksi glukosa. DM tipe 2

    didahului dengan suatu periode homeostasis glukosa yang abnormal yaitu

    impaired fasting glucose (IFG) atau impaired glucose tolerance (IGT)

    (IDF, 2013).

    Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2016).

    Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu

    setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari

    penderita DM di seluruh dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari

  • 13

    memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya

    aktivitas fisik (WHO, 2016).

    2. Faktor Risiko Pada DM Tipe 2

    Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe 2

    (Smeltzer, 2010) antara lain:

    a. Kelainan genetik

    Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang

    mengidap diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat

    menghasilkan insulin dengan baik.

    b. Usia

    Umumnya penderita DM tipe 2 mengalami perubahan fisiologi

    yang secara drastis, DM tipe 2 sering muncul setelah usia 30 tahun ke

    atas dan pada mereka yang berat badannya berlebihan sehingga

    tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

    c. Gaya hidup stress

    Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan

    yang manis-manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak.

    Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan

    stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya bagj mereka yang beresiko

    engidap penyakit DM tipe 2.

    d. Pola makan yang salah

    Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan)

    yang dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi insulin).

    Obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi

    lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga

    cadangan gula darah yang disimpan didalam tubuh sangat berlebihan.

    Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.

  • 14

    3. Patogenesis Diabetes Melitus Tipe 2

    Insulin di produksi oleh sel pankreas, yang dalam keadaan normal

    pankreas secara spontan akan memproduksi insulin saat kadar gula darah

    tinggi. Proses awalnya adalah jika kadar gula darah rendah, maka

    glukagon akan dibebaskan oleh sel alfa pankreas, kemudian hati akan

    melepaskan gula ke darah yang mengakibatkan kadar gula dalam darah

    menjadi normal. Sebaliknya jika kadar gula darah tinggi, maka insulin

    akan di bebaskan oleh sel beta pankreas, kemudia sel lemak akan mengikat

    gula yang mengakibatkan gula darah kembali normal. Resistensi insulin

    merupakan ketidaksanggupan insulin member efek biologik yang normal

    pada kadar gula darah tertentu. Dikatakan resistensi insulin bila

    dibutuhkan kadar insulin yang lebih banyak untuk mencapai kadar gula

    darah yang normal. Adapun kriteria obyektik kadar gula darah yaitu

    rendah 200 mg/dl

    (Guyton, 2012).

    Obesitas, resistensi insulin, dan sindroma metabolik biasanya

    mengawali perkembangan Diabetes Melitus tipe 2. Hiperinsulinemia

    merupakan karakteristik bagi penderita DM tipe 2, hal ini terjadi sebagai

    upaya kompensasi oleh sel beta pankreas terhadap penurunan sensitivitas

    jaringan terhadap efek metabolisme insulin, yaitu suatu kondisi yang

    dikenal sebagai resistensi insulin (Guyton, 2012).

    Resistensi insulin merupakan bagian dari serangkaian kelainan

    yang disebut metabolic syndrome. Beberapa gambaran sindrom metabolik

    yaitu obesitas, resistensi insulin, hiperglikemia, abnormalitas lipid, dan

    hipertensi. Penurunan sensitivitas insulin menganggu penggunaan dan

    penyimpanan karbohidrat, yang akan meningkatkan kadar gula darah dan

    merangsang peningkatan sekresi insulin sebagai upaya kompensasi.

    Perkembangan resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa

    biasanya terjadi secara bertahap, yang dimulai dengan peningkatan berat

    badan dan obesitas. Akan tetapi, mekanisme antara obesitas dan resistensi

    insulin belum pasti. Kemungkinan lain terjadinya Diabetes Melitus tipe 2

  • 15

    adalah sel jaringan tubuh dan otot penderita tidak peka atau sudah resisten

    terhadap insulin, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan

    akhirnya tertimbun dalam peredaran darah. Keadaan ini umumnya terjadi

    pada pasien yang gemuk atau mengalami obesitas (Putri, 2012).

    Hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan resistensi insulin yang terjadi

    secara berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dari system

    homostasis. Perubahan keseimbangan hemostasis ini menyebabkan

    penderita diabetes mellitus berada dalam keadaan hiperkoagulasi

    (Benyamin, 2006)

    Keadaan hiperglikemia pada pasien diabetes melitus dapat

    menyebabkan terjadinya perubahan patologi pada pembuluh darah,

    mengakibatkan penebalan tunika intima “hyperplasia membrane basalis

    arteria”, penyumbatan arteria dan abnormalitas trombosit sehingga

    memudahkan terjadinya adhesi dan agregasi. Pada keadaan infeksi

    peningkatan kadar fibrinogen dan reaktivitas trombosit yang bertambah

    menyebabkan peningkatan agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi

    darah menjadi lambat dan mudah terjadi perlekatan trombosit pada

    dinding arteria yang sudah kaku, ini akan menyebabkan gangguan

    sirkulasi atau angiopati. Manifestasi angiopati ini dapat berupa

    penyempitan dan pemyumbatan pembuluh darah perifer terutama pada

    tungkai bawah kaki (Benyamin, 2006).

    4. Pengaruh Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Darah

    Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat

    kompleks, seringkali sudah disertai dengan komplikasii mikro maupun

    mikrovaskuler. Beberapa rekomendasi terapi menyatakan bahwa

    penurunan kadar gula darah secara baik dan tepat mendekati nilai normal

    dapat menurunkan komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskuler

    (Benyamin, 2006).

    Trombosit merupakan komponen darah yang berperan dalam

    proses pembekuan darah. Trombosit yang berperan dalam pembekuan

    darah ini bisa turun (trombositopenia) apabila dalam keadaan tidak

  • 16

    normal. Penyebab trombosit karena dua hal yaitu kerusakan trombosit di

    peredaran darah, atau kurangnya produksi trombosit di sumsum tulang

    (Sherwood, 2001).

    Hiperglikemia, hiperinsulinemia dan resistensi insulin yang terjadi

    secara berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas koagulasi dari sitem

    hemostasis. Perubahan keseimbangan hemostasis ini menyebabkan

    penderita diabetes melitus berada dalam keadaan hiperkoagulasi. Pada

    pasien dengan diabetes melitus terjadi disfungsi dari trombosit, dimana

    terjadi peningkatan adhesi dan aktivitas trombosit pada respon agonis

    sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan agregasi trombosit

    (Benyami, 2006).

    Perubahan daya beku darah menjadi salah satu faktor utama yang

    berperan dalam patofisiologi terjadinya thrombosis. Trombosis adalah

    suatu keadaan dimana terjadi pembekuan massa abnormal yang berasal

    dari komponen-komponen darah di dalam system peredaran darah.

    Terjadinya thrombosis pada penderita DM dapat menyebabkan terjadinya

    trombositopenia. Thrombosis menjadi salah satu penyulit yang dapat

    meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Sekitar 80% kematian

    pada penderita DM disebabkan thrombosis, tiga perempatnya karena

    kardiovaskular (Carr, 2001).

    Selain dapat menyebabkan penurunan jumlah trombosit pada DM

    tipe 2 beberapa keadaan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan

    jumlah trombosit (Trombositosis). Hal ini disebabkan adanya peningkatan

    pergantian trombosit (platelet turnover) dan aktivasi karena kerusakan

    pembuluh darah maupun terjadi perdarahan. Ketika pergantian trombosit

    meningkat, terjadi peningkatan ukuran trombosit yang lebih besar dan

    reaktif pada proses hemostasis yang memproduksi banyak tromboksan A2

    dan trombosit yang lebih besar bersifat lebih trombogenik (Zuberi, 2008).

    Peningkatan dua kali lipat pergantian trombosit terjadi karena

    waktu kelangsungan hidup trombosit yang menurun dan peningkatan

    masuknya trombosit-trombosit baru ke dalam sirkulasi. Ketika pergantian

  • 17

    trombosit meningkat, terjadi peningkatan ukuran trombosit yang lebih

    besar dan reaktif yang dilepaskan dari megakariosit sumsum tulang

    belakang, sehingga bersifat lebih trombogenik (Zuberi, 2008).

    Trombosit pada pasien diabetes melitus telah terbukti menjadi

    hiperreaktif dengan peningkatan adesi, aktivasi, dan agregasi trombosit.

    Beberapa mekanisme yang diduga berperan dalam peningkatan reaktivitas

    trombosit antara lain: disebabkan oleh kelainan metabolisme dan seluler

    yang dikelompokkan ke dalam kategori: hiperglikemia, resistensi insulin,

    dan kondisi-kondisi metabolik yang berkaitan dengan penyakit diabetes

    (obesitas, dislipidemia dan inflamasi), serta kelainan-kelainan seluler

    lainnya (Kodiatte, 2012).

    C. Tinjauan Darah

    1. Pengertian Umum Darah

    Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai

    fungsi transportasi O2, karbohidrat, metabolit, mengatur keseimbangan

    asam basa, dan mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran)

    yaitu membawa panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot)

    untuk didistribusikan ke seluruh tubuh, serta pengaturan hormone dengan

    membawa dan mengantarkan dari kelenjar ke sasaran. Jumlah darah dalam

    tubuh bervariasi tergantung dari berat badan seseorang. Pada orang dewasa

    yaitu 1/13 BB atau kira-kira 4,5-5 liter. Faktor lain yang menentukan

    banyak darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung, dan pembuluh

    darah . Jumlah total darah pada manusia seberat 70 kg adalah 5 liter

    (Syaifuddin, 2009).

    Darah bersifat alkaline dengan pH yang mencapai 7,35-7,45, serta

    darah mempunyai viskositas atau kekentalan 3/4 lebih tinggi dari viskositas

    air yaitu 1.048-1.066. Pada orang dewasa dan anak-anak, sel darah merah,

    sel darah putih dan sel pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang.

    Sumsum seluler yang aktif dinamakan sumsum merah dan sumsum yang

    tidak aktif dinamakan sumsum kuning. Sumsum tulang merupakan salah

    satu organ yang terbesar dalam tubuh karena ukuran dan beratnya hampir

  • 18

    sama dengan hati. Pada aliran darah juga terdapat jenis karbohidrat yang

    dikonsumsi oleh manusia yang akan terkonversi menjadi glukosa di dalam

    hati. Glukosan akan berperan sebagai salah satu molekul utama untuk

    pembentukan energy di dalam tubuh. Kadar glukosa yang berlebihan di

    dalam tubuh akan menyebabkan metabolisme glukosa tidak sempurna dan

    dapat menyebabkan Diabetes Melitus. (Syaifuddin, 2009)

    2. Komponen Darah

    Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma darah yang

    merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit,

    dan protein darah dan butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri

    dari komponen-komponen sel darah merah (eritrosit), sel darah putih

    (leukosit) dan trombosit (Bakta, 2006).

    a. Plasma Darah

    Plasma merupakan cairan darah (55 %) sebagian besar terdiri

    dari air (95%), 7% protein, 1% nutrien, di dalam plasma terdapat sel-

    sel darah dan lempingan darah, Albumin dan Gamma globulin yang

    berguna untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, dan gamma

    globulin juga mengandung antibodi (imunoglobulin ) seperti IgM, IgG,

    IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.

    Didalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor pembeku darah,

    komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin, kinina,

    enzym, polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan

    metabolit, hormon dan vitamin-vitamin (Evelyn, 2009).

    b. Sel-sel darah

    Sel-sel darah kurang lebih 45 % terdiri dari eritrosit atau sel

    darah merah (44%), sedang sisanya 1% terdiri dari leukosit atau sel

    darah putih dan trombosit atau keping darah. Sel Leukosit terdiri dari

    Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit (Evelyn, 2009).

    1) Sel Darah Merah/Eritrosit

    Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan

    diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian

  • 19

    tengahnya 1 mikron atau kurang. Eritrosit tersusun atas membran

    yang sangat tipis sehingga sangat mudah untuk diffusi oksigen,

    karbon dioksida dan sitoplasma. Eritrosit tidak mempunyai inti sel

    dan memiliki umur 120 hari dalam sirkulasi darah (Evelyn, 2009).

    2) Sel Darah Putih/Leukosit

    Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam system

    imunitas tubuh. Jumlah dalam keadaan normal adalah 5000-10.000

    sel/mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu granulosit dan

    agranulosit. Granulosit yaitu sel darah putih yang didalamnya

    terdapat granula, dan agranulosit merupakan bagian dari sel darah

    putih yang mempunyai 1 sel lobus dan sitoplasmanya tidak

    mempunyai granula (Evelyn, 2009).

    3) Trombosit/Keping Darah/Platelet

    Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku

    darah dan hemostasis (menghentikan perdarahan). Jumlahnya

    dalam darah dalam keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan

    300.000/ml darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2

    minggu atau kira-kira 8 hari (Evelyn, 2009).

    D. Tinjauan Trombosit

    1. Pengertian Trombosit

    Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak

    berinti dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit matang akan

    berukuran 2-4 m. Setelah keluar dari sumsum tulang, sekitar 20-30%

    trombosit mengalami sekuestrasi di limpa. Jumlah trombosit normal dalam

    darah tepi adalah 150.000-400.000/l dengan proses pematangan selama

    7-10 hari di dalam sumsum tulang (Syaifuddin, 2009).

    Trombosit merupakan sel yang memiliki zona luar yang jernih dan

    zona dalam yang berisi organel-organel sitoplasmik. Pada permukaan

    trombosit di selubungi oleh reseptor glikoprotein yang digunakan untuk

    reaksi adhesi dan agregasi yang mengawali pembentukan sumbat

    hemostasis. Energy yang di peroleh trombosit untuk kelangsungan

  • 20

    hidupnya berasal dari fosforilasi oksidatif (dalam mitokondria) dan

    glikolisis anaerob (Aster, 2007).

    Trombosit memegang peranan penting dalam proses pembekuan

    darah dan hemostasis (menghentikan aliran darah). Saat terjadi kerusakan

    pada dinding pembuluh darah, maka trombosit akan berkumpul di tempat

    tersebut dan menutup kerusakan pada dinding pembuluh darah dengan

    cara saling melekat satu sama lain dan menggumpal (hemostasis),

    selanjutnya terjadi proses bekuan darah. Kemampuan ini dimungkinkan

    karena trombosit memiliki dua jenis zat yaitu prostaglandin dan

    tromboksan yang segera dikeluarkan bila terjadi kerusakan atau kebocoran

    dinding pembuluh darah. Zat ini juga mempunyai efek vasokontriksi

    pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang dan membentuk proses

    bekuan darah (Syaifuddin, 2009).

    2. Produksi Trombosit

    Trombosit adalah fragmen sitoplasma megakariosit yang tidak

    berinti dan terbentuk di sumsum tulang. Trombosit dihasilkan oleh

    sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi menjadi megakariosit dan

    dilepaskan ke dalam sirkulasi darah. Prekursor megakarosit,

    megakaroblast, muncul melalui proses diferensiasi sel induk hemopoetik.

    megakariosit ini mengalami reflikasi inti endomitotiknya kemudian

    volume sitoplasma akan membesar seiring dengan penambahan lobus inti,

    kemudian sitoplasma akan menjadi granula dan trombosit dilepaskan

    dalam bentuk platelet atau keping-keping (Hoffbrand, 2007).

    Enzim pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoetin

    yang dihasilkan di hati dan ginjal. Trombosit mempunyai reseptor untuk

    trombopoetin dan mengeluarkannya dari sirkulasi. Trombosit berperan

    penting dalam hemopoesis dan penghentian perdarahan dari cedera

    pembuluh darah. Trombosit atau platelet sangat penting untuk mejaga

    hemostasis tubuh (Hoffbrand, 2007).

    Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara

    melepaskan diri (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya

  • 21

    (megakariosit) melalui rangsangan trombopoetin. Megakariosit berasal

    dari megakarioblasyang timbul dari proses diferensiasi sel asal hemapoetik

    precursor myeloid paling awal yang membentuk megakariosit.

    Megakariosit matang, dengan proses replikasi endomitotik inti secara

    sinkron, volume sitoplasmanya bertambah besar pada waktu jumlah inti

    bertambah dua kali lipat, sitoplasma menjadi granular dan selanjutnya

    trombosit dibebaskan. Trombosit yang dihasilkan oleh megakariosit adalah

    4000 trombosit. Interval waktu dari diferensiasi sel asal sampai dihasilkan

    sel trombosit pada manusia dibutuhkan waktu kurang lebih 10 hari. Umur

    trombosit normal 7-10 hari, diameter trombosit rata-rata 1-2 m dan

    volume sel rerata 5,8 fl. Hitumg trombosit normal sekitar 150-400 x 103/l

    (Hoffbrand, 2007).

    Fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbatan mekanis

    selama respon hemostatik normal terhadap luka vaskuler. Trombosit juga

    penting untuk mempertahankan jaringan apabila terjadi luka. Trombosit

    ikut serta dalam usaha menutup luka, sehingga tubuh tidak mengalami

    kehilangan darah dan terlindungi dari benda asing. Trombosit melekat

    (adhesi) pada permukaan asing terutama serat kolagen. Trombosit akan

    melekat pada trombosit lain (agregasi), selama proses agregasi terjadi

    perubahan bentuk trombosit, yaitu perubahan bentuk yang menyebabkan

    trombosit akan mengeluarkan isinya. Masa agregasi akan melekat pada

    endotel, sehingga terbentuk sumbat trombosit yang dapat menutup luka

    pada pembuluh darah, sedangkan sumbat trombosit yang stabil melalui

    pembentukan fibrin (Hoffbrand, 2007).

    3. Struktur Trombosit

    Trombosit mempunyai banyak ciri khas yang fungsional sebagai

    sebuah sel, walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat berproduksi.

    Membrane trombosit terdiri atas 2 lapis fosfolipid dan pada permukaannya

    terdapat glikoprotein. Glikoprotein ini berfungsi sebagai reseptor.

    Glikoprotein permukaan sangat penting dalam reaksi adhesi dan agregasi

    trombosit. Adhesi pada kolagen difasilitasi oleh glikoprotein Ia (Gp Ia).

  • 22

    Glikoprotein Ib dan IIb/IIIa penting dalam perlengkatan trombosit pada

    von Williebrand factor (vWF) dan subendotel vascular. Reseptor IIb/IIIa

    juga merupakan reseptor untuk fibrinogen yang penting dalam agregasi

    trombosit (Guyton, 2007).

    Sitoplasma pada trombosit terdapat beberapa faktor aktif seperti (1)

    molekul aktif dan myesin, sama seperti yang terdapat dalam sel-sel otot,

    juga protein kontraktil lainnya yang dapat menyebabkan trombosit

    berkontraksi; (2) sisa-sisa reticulum endoplasma dan apparatus golgi yang

    mensintesis berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium;

    (3) mitokondria system enzim yang mampu membentuk adenosine difosfat

    (ADP); (4) system enzim yang mensintesis prostaglandin, yang merupakan

    hormon setempat yang menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh

    darah dan reaksi jaringan setempat lainnya; (5) suatu protein penting yang

    disebut faktor stabilisasi fibrin; (6) faktor pertumbuhan yang dapat

    menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah

    dan fibroblast, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan seluler yang

    akhirnya memperbaiki dinding yang rusak (Guyton, 2007).

    Permukaan membran sel trombosit terdapat lapisan glikoprotein

    yang menyebabkan trombosit menghindari perlekatan pada endotel normal

    dan melekat pada daerah dinding pembuluh darah yang terluka, terutama

    sel-sel endotel yang rusak, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen

    yang terbuka dibagian pembuluh darah. Membran sel trombosit juga

    mengandung banyak fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan

    berbagai hal dalam proses pembekuan darah (Guyton, 2007).

    4. Fungsi Trombosit

    Trombosit pada waktu bersinggungan dengan permukaan

    pembuluh yang rusak, maka sifat-safat trombosit segera berubah secara

    drastik yaitu trombosit mulai membengkak, bentuknya menjadi irregular

    dengan tonjolan-tonjolanyang mencuat dari permukaannya; protein

    kontraktilnya berkontrasi dengan kuat dan menyebabkan pelepasan

    granula yang mengandung berbagai faktor aktif; trombosit menjadi lengket

  • 23

    sehingga melekat pada serat kolagen, mensekresi sejumlah besar ADP;

    dan enzim-enzimnya membentuk tromboksan A2, yang juga disekresikan

    kedalam darah. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan trombosit

    yang berdekatan, dank arena sifat lengket dari trombosit tambahan ini

    maka akan menyebabkan melekat pada trombosit semula yang sudah aktif

    sehingga membentuk sumbat trombosit. Sumbat ini mulanya longgar,

    namun biasanya dapat berhasil menghalangi hilangnya darah bila luka di

    pembuluh darah yang berukuran kecil. benang-benang fibrin terbentuk dan

    melekat pada trombosit selama proses pembekuan darah, sehingga

    terbentuklah sumbat yang rapat dan kuat (Guyton, 2007).

    5. Mekanisme Sumbat Trombosit

    Proses hemostasis yang normal, trombosit memenuhi tugasnya

    membentuk sumbat trombosit, maka harus terdapat trombosit dalam

    jumlah memadai di dalam sirkulasi dan trombosit tersebut harus berfungsi

    normal. Fungsi hemostasis yang normal memerlukan peran serta trombosit

    yang berlangsung secara teratur, yang penting dalam pembentukan sumbat

    hemostatik primer yang pada awalnya membentuk, adhesi trombosit,

    agregasi trombosit, dan akhirnya reaksi pembebasan trombosit disertai

    rekrumen trombosit lainnya (Guyton, 2007).

    a. Adhesi Trombosit

    Terjadinya cedera pada pembuluh darah trombosit akan

    melekat pada jaringan ikat subendotel yang terbuka. Trombosit

    menjadi aktif apabila terpajan dengan kolagen subendotel dan bagian

    jaringan yang cedera. Adhesi trombosit melibatkan suatu interaksi

    antara glikoprotein membrane trombosit dan jaringan yang terpajan

    atau cedera. Adhesi trombosit bergantung pada faktor protein plasma

    yang disebut faktor von Willebrand, yang memiliki hubungan yang

    integral dan kompleks dengan faktor koagulasi anti hemofilia VIII

    plasma dan reseptor trombosit yang disebut glikoprotein Ib membran

    trombosit. Adhesi trombosit berhubungan dengan peningkatan daya

  • 24

    lekat trombosit sehingga trombosit berlekatan satu sama lain serta

    dengan endotel atau jaringan yang cedera. Maka terbentuklah sumbat

    hemostatik primer atau inisial. Pengaktifan permukaan trombosit dan

    rekrutmen trombosit lain akan menghasilkan suatu massa trombosit

    lengket dan dipermudah oleh proses agregasi trombosit (Guyton,

    2007).

    b. Agregasi Trombosit

    Agregasi merupakan suatu kemampuan trombosit untuk

    melekat satu sama lain untuk membentuk suatu sumbat. Agregasi awal

    terjadi akibat kontak permukaan dan pembebasan ADP dari trombosit

    lain yang melekat ke permukaan endotel. Hal ini disebut gelombang

    agregasi primer. Kemudian, seiring dengan makin banyaknya

    trombosit yang terlibat, maka akan lebih banyak ADP yang dibebaskan

    sehingga terjadi gelombang agregasi sekunder disertai rekrutmen lebih

    banyak trombosit. Agregasi berkaitan dengan perubahan bentuk

    trombosit dari discoid menjadi bulat. Gelombang agregasi sekunder

    merupakan suatu fenomena ireversibel, sedangkan perubahan bentuk

    awal dan agregasi primer masih reversible (Guyton, 2007).

    6. Kelainan Jumlah Trombosit

    Kelainan kuantitatif trombosit antara lain :

    a. Trombositosis yaitu keadaan dimana didapatkan jumlah trombosit

    dalam darah tepi lebih dari batas atas nilai rujukan (>400.000/l)

    dapat bersifat primer atau sekunder. Biasanya pada keadaan

    infeksi, inflamasi dan keganasan (Kosasih, 2008).

    b. Trombositopenia didefenisikan sebagai jumlah trombosit yang

    kurang dari batas bawah nilai rujukan (

  • 25

    yang berkurang, kelainan distribusi atau dekstruksi yang meningkat

    (Kosasih, 2008).

    E. Tinjauan Pengambilan Darah Vena

    Pembuluh darah memegang peranan penting bagi semua mekanisme

    yang terjadi didalam tubuh, karena fungsi utamanya selain membawa oksigen

    dan asupan nutrisi ke seluruh tubuh, juga berperan penting dalam mekanisme

    imun tubuh. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh

    karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan venipuncture (Maulana,

    2009).

    Pembuluh darah yang digunakan untuk pengambilan darah dalam

    pemeriksaan trombosit adalah vena yaitu pembuluh yang berperan

    mengantarkan darah ke jantung. Vena dimulai sebagai pembuluh darah kecil

    yang terbentuk dari penyatuan kapiler. Vena kecil-kecil ini bersatu menjadi

    vena lebih besar dan membentuk batang vena, yang makin mendekati jantung

    makin besar ukurannya. Volume pengambilan darah vena lebih banyak

    daripada kapiler. Pada pengambilan darah vena (venipuncture), umumnya

    diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan

    siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak

    ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau

    vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena

    basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan

    arteri brachialis dan syaraf median. Jika vena cephalica dan basilica ternyata

    tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di

    daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-

    hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil (Pearce, 2006).

    Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan

    cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),

    sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer).

    Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring )

    merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik

    dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa

  • 26

    piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong,

    dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari

    ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah: 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.

    Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut

    dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).

    Pengambilan darah dengan cara vakum menggunakan jenis tabung yang

    berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika

    tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung

    dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum

    yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan

    oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk

    vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior

    diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien

    mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada

    sebuah holder danmemudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada

    jarum posterior. Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah,

    tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup

    sekali penusukan,dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian

    sesuai dengan jenis tesyang diperlukan (Maulana, 2009).

    F. Tinjauan Pemeriksaan Trombosit Metode Automatik

    Pemeriksaan trombosit dapat dilakukan dengan menggunakan alat

    automatic. Pemeriksaan automatic atau pemeriksaan dengan menggunakan

    alat Haematologi analyzer adalah cara otomatis dengan menggunakan alat

    hitung otomatis yang berprinsip pada impedansi yaitu berdasar pengukuran

    besarnya resistensi elektronik antara dua elektrode. Untuk mencegah

    trombosit – trombosit melekat pada permukaan asing, dianjurkan

    menggunakan alat – alat gelas yang dilapisi silikon atau alat plastik. hasil yang

    sangat teliti. Pada prinsipnya alat ini akan memungkinkan sel-sel masuk pada

    flow chamber untuk dicampur dengan diluents, kemudian dialirkan ke apartura

    yang berukuran lebih kecil yang memungkinkan sel lewat satu persatu. Aliran

    yang keluar dilewatkan medan listrik untuk kemudian sel dipisahkan sesuai

  • 27

    muatannya. Teknik dasar pengukuran flow cytometri adalah impedansi listrik

    dan pendar cahaya. Teknik impedansi berdasar pengukuran besarnya resistensi

    elektronik antara dua elektroda. Teknik pendar cahaya akan menghamburkan

    memantulkan atau membiaskan cahaya yang berfokus pada sel, oleh karena

    sel memiliki granula dan indeks bias berbeda maka akan menghasilkan pendar

    cahaya berbeda dapat teridentifikasi sehingga jumlah trombosit yang diperiksa

    mengeluarkan hasil yang akurat (Kiswari, 2014).

    Penggunaan sampel untuk hitung jumlah trombosit adalah adalah

    darah vena dengan antikoagulan etilen diamine tetra acetid acid (EDTA),

    Natrium (Na), Kalium (K2 dan K3) adalah bentuk garamnya yang mengubah

    ion-ion kalsium dan kecepatan melarutkan fibrinogen darah agar tidak beku,

    sehingga K3EDTA lebih dianjurkan menjadi referensi pada perhitungan

    dengan cara autometik, sedangkan untuk hitungtrombosit dengan apusan

    darah EDTA. Dengan menggunakan alat Haematology analyzer lebih banyak

    trombosit yang dapat dihitung (Kiswari, 2014).

  • 28

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Dasar Pemikiran

    Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

    metabolik dengan karakteristik tubuh tidak dapat menghasilkan cukup dari

    hormon insulin atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Pasien

    DM tipe 2 yang akan diperiksa merupakan pasien yang didiagnosa mengalami

    hiperglikemia, yang mengakibatkan kondisi adanya peningkatkan aktivitas

    koagulasi yaitu peningkatan agregasi dan adhesi dari system homeostasis dan

    menyebabkan gangguan pada trombosit.

    Peningkatan aktivitas koagulasi dari system hemeostasis ini

    menyebabkan penderita DM tipe 2 berada dalam keadaan hiperkoagulasi dan

    menyebabkan kelainan trombosit didalam darah. Pengambilan darah pada

    pasien DM tipe 2 dilakukan melalui phlebotomy dengan cara melakukan

    penusukan pada pembuluh darah vena. Tujuan diambilnya darah melalui vena

    bertujuan untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan memenuhi syarat

    untuk dilakukan pemeriksaan serta mendapatkan volume darah yang cukup

    untuk dilakukan pemeriksaaan trombosit.

    Salah satu cara untuk mengetahui jumlah trombosit pada pasien DM

    tipe 2 adalah melakukan pemeriksaan trombosit dengan haematology analyzer

    menggunakan alat Dirui BF-6600 yang berprinsip pada impedansi yaitu

    berdasar pengukuran besarnya resistensi elektronik antara dua electrode.

    Dimana jika jumlah trombosit menunjukkan 150.000-450.000 l, maka

    dikatakan normal dan tidak normal jika nilai trombosit 450.000/l.

  • 29

    B. Kerangka Fikir

    Terdiagnosa Hiperglikemia

    Pengambilan Darah Vena

    sebanyak 3 cc

    Pemeriksaan Trombosit

    Hematologi Analyzer

    Dirui BF-6600

    Kadar Trombosit

    Normal Tidak Normal

    Pasien Diabetes Melitus

    Tipe II

    Hiperkoagulasi Trombosit

    dari Sistem Hemeostasis

    Peningkatan

    Agregasi

    Peningkatan

    Adhesi

  • 30

    C. Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini yaitu jumlah trombosit pada pasien

    diabetes melitus tipe 2.

    D. Defenisi Oprasional

    1. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang diperiksa pada penelitian ini adalah

    pasien yang terdiagnosa oleh dokter mengalami hiperglikemi.

    2. Trombosit adalah sel yang berperan dalam proses pembekuan darah.

    3. Pemeriksaan trombosit yang akan dilakukan pada penelitian ini dengan

    haematology analyzer menggunakan alat Dirui BF-6600 untuk mengetahui

    jumlah trombosit yang beredar dalam darah.

    4. Jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus adalah hasil pemeriksaan

    trombosit yang dilakukan pada pasien diabetes melitus tipe 2

    menggunakan alat Dirui BF-6600.

    Kriteria Objektif Trombosit

    a. Normal jika nilai trombosit : 150.000-450.000/l

    b. Tidak normal jika nilai trombosit : 450.000/l

    Kriteria Objektif Kadar Gula Darah

    a. Rendah : 200 mg/dl

  • 31

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu

    untuk mengetahui jumlah trombosit pada pasien diabetes melitus tipe 2 di

    RSUD Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Sakit Umum

    Daerah Kota Kendari dengan dua tahap, yaitu tahap pertama pada tanggal 20

    Maret – 28 Maret dan tahap kedua tanggal 5 Juni – 7 Juni 2018.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa

    mengalami diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kota Kendari dari bulan

    Januari – Oktober sebanyak 213 kasus dan diambil jumlah dari 1 bulan

    terakhir di tahun 2017, yaitu pada bulan Oktober sebanyak 120 orang.

    2. Sampel

    Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan teori Arikunto

    (2006) bahwa jika dalam populasi lebih dari 100 orang, maka jumlah

    sampel yang diambil adalah 10-30%. Mengingat jumlah populasi dalam

    penelitian ini 120 orang maka penentuan jumlah sampel menggunakan

    rumus sebagai berikut :

    30% 120 =

    Maka, besar sampel dalam

    penelitian ini yaitu 36 sampel dengan teknik pengambilan sampel

    Accidental sampiling.

  • 32

    D. Jenis Data

    1. Data primer

    Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari pasien

    yang melakukan pemeriksaan trombosit meliputi darah vena.

    2. Data skunder

    Data skunder adalah data yang diperoleh dari dokumen RSUD

    yang meliputi gambaran umum RSUD Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

    E. Prosedur Pengumpulan Data

    Data dalam penelitian ini dikumpulkan mulai dari observasi awal,

    pengumpulan jurnal, study literature hingga pencatatan hasil pemeriksaan

    trombosit menggunakan alat automatic.

    F. Instrument Penelitian

    1. Alat

    No. Nama Alat Fungsi

    1. Torniquiet Untuk pengebat atau pembendung

    pembuluh darah pada organ yang akan

    dilakukan penusukan phlebotomy dan

    juga untuk menambah tekanan vena yang

    akan diambil, sehingga akan

    mempermudah proses penyedotan darah

    kedalam spuit.

    2. Sarung tangan Untuk mengurangi resiko petugas

    kesehatan terkena infeksi dari pasien.

    Mencegah penularan flora kulit petugas

    kepada pasien.

    Mengurangi kontaminasi tangan petugas

    kesehatan dengan mikroorganisme yang

    dapat berpindah dari satu pasien ke pasien

    lain.

    3. Masker Untuk menahan cipratan yang keluar

  • 33

    sewaktu petugas kesehatan berbicara,

    batuk, bersin, dan juga mencegah cipratan

    darah atau cairan tubuh uang

    terkontaminasi masuk kedalam hidung

    atau mulut petugas kesehatan.

    4. Spuit 3 cc Untuk pengambilan darah atau pemberian

    injeksi intravena dengan volume tertentu.

    5 Tabung EDTA 10% Tempat penampungan darah yang berisi

    antikoagulan agar darah tidak membeku.

    6. Needle Jarum yang digunakan untuk pengambilan

    secara vakum.

    7. Vacuum tube Membantu pengambilan darah secara

    langsung dari vena psien.

    8. Plester Untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas

    phlebotomy.

    9. Dirui BF 6600 /

    Haematology

    analyzer

    Untuk menghitung jumlah trombosit

    secara automatic

    10. Rotator Untuk Mengoyangkan tabung agar antara

    sampel darah dan EDTA dapat homogeny

    sempurna.

    2. Bahan

    No. Bahan Fungsi

    1. Kapas alkohol 70% Untuk menghilangkan kotoran yang

    menganggu pengamatan letak vena

    sekaligus mensterilkan area penusukan

    agar resiko infeksi bisa ditekan.

    2. EDTA 10% Menghambat proses pembekuan darah.

  • 34

    G. Prosedur Penelitian

    1. Pra Analitik

    a. Persiapan pasien : Menjelaskan kepada pasien terhadap tindakan

    yang akan dilakukan.

    b. Persiapan sampel : Diambil sampel darah vena dan dimasukkan ke

    dalam tabung EDTA.

    2. Analitik

    a. Prosedur pengambilan darah

    1) Salam pada pasien.

    2) Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan

    pasien senyaman mungkin.

    3) Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindakan yang akan dilakukan.

    4) Minta pasien meluruskan lengannya, pilih tangan yang banyak

    melakukan aktivitas.

    5) Minta pasien untuk menggepalkan tangannya.

    6) Pasangkan tourniquet kira-kira 10 cm diatas lipatan siku.

    7) Pilih bagian vena mediana cubiti atau chepalica. Lakukan perabaan

    (palpasi untuk memastikan posisi vena. Vena teraba seperti pipa

    kecil, elastic dan memiliki dinding tebal.

    8) Jika vena tidak teraba, lakukan pengerutan dari arah pergelangan

    ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit pada daerah lengan.

    9) Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas

    alkohol 70% biarkan mongering, dengan catatan kulit yang sudah

    dibersihkan jangan dipegang lagi.

    10) Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap keatas.

    Jika jarum telah masuk kedalam vena, akan terlihat darah masuk

    kedalam semprit (flash). Usahakan sekali tusuk vena, lalu

    tourniquet dilepas.

    11) Setelah volume darah mencapai 3 cc, minta pasien membuka

    kepalan tangannya.

  • 35

    12) Letakkan kapas ditempat suntikkan lalu segera lepaskan/tarik

    jarum . tekan kapas beberapa saat lalu plester selama 15 menit.

    13) Darah dimasukkan kedalam tabung EDTA 10% melalui dinding

    tabung, lalu di homogenkan dengan antikoagulan dalam tabung

    EDTA 10%.

    14) Setelah itu diletakkan di rotator agar plasma darah tidak

    mengendap.

    b. Prosedur pemeriksaan menggunakan alat autometik

    1) Siapkan alat dan bahan.

    2) Ambil tabung yang berisi sampel darah pasien di alat rotator.

    3) Kemudian buka tutup tabung sampel darah.

    4) Kemudian tekan tuas, lalu tunggu jarum akupuntur probe keluar

    dan isapkan sampel.

    5) Klik Add pada layar komputer lalu masukan data pasien dan klik

    Save agar data pasien tersimpan.

    6) Tunggu sampai hasilnya keluar dan terprint secara otomatis.

    3. Pasca analitik

    Nilai normal trombosit : 150.000-450.000 l.

    H. Pengolahan Data

    Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan di periksa ulang untuk

    memastikan keabsahan data. Data dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin,

    umur, berat badan, dan nilai glokosa darah kemudian data ditabelkan dalam

    bentuk tabel distribusi.

  • 36

    I. Analisa Data

    Data yang telah diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan

    rumus sebagai berikut :

    X=

    (Chandra, 2010)

    Keterangan :

    X : Jumlah presentase variable yang diteliti

    f : Jumlah responden berdasarkan variable

    n : Jumlah sampel penelitian

    k : Kontanta (100%)

    J. Penyajian Data

    Data yang telah dianalisa ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi dan dinarasikan, kemudian disimpulkan berdasarkan tujuan awal

    penelitian.

  • 37

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian berada di laboratorium RSUD Kota Kendari dimana

    merupakan laboratorium yang telah memenuhi syarat sesuai Peraturan Menteri

    Kesehatan RI Nomor 24 Tahun 2016. Laboratorium RSUD Kota Kendari

    terdiri atas ruang sampling yaitu ruang untuk mengambil dan menerima

    sampel pasien, Ruang Registrasi yaitu ruang pendaftaran dan pengambilan

    hasil pemeriksaan, Ruang Pemeriksaan Hematologi, Ruang Pemeriksaan

    Kimia Darah, Ruang Pemeriksaan Bakteriologi dan Parasitologi, Ruang

    Pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam), Ruang Dokter Patologi Klinik, Ruang

    Jaga, Ruang Tunggu Pasien, Ruang Penyimpanan Logistik, Pantry, dan WC.

    Adapun penelitian bertempat di ruang pemeriksaan hematologi yang

    merupakan ruang pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui keadaan sel-

    sel darah dan keping darah menggunakan alat Dirui BF-6600, yang difasilitasi

    dengan westafel pembuangan limbah infeksius yang langsung mengarah ke

    saluran instalasi pembuangan air limbah serta beberapa alat untuk

    pemeriksaan hematologi lainnya.

    Tenaga kerja yang ada di laboratorium RSUD Kota Kendari sebanyak

    11 orang dengan srata pendidikan dokter spesialis sebanyak 2 orang, magister

    sebanyak 2 orang, pendidikan srata 1 sebanyak 2 orang dan diploma sebanyak

    9 orang.

    B. Hasil Penelitian

    Berdasarkan pemeriksaan Jumlah Trombosit Pada Pasien Diabetes

    Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari yang dilakukan

    selama dua tahap yaitu tahap pertama pada tanggal 20 Maret - 28 Maret dan

    tahap kedua tanggal 5 Juni – 7 Juni 2018. Dengan besar sampel sebanyak 36

    pasien, yang terdiri atas 14 laki-laki dan 22 perempuan yang merupakan

    pasien diabetes melitus tipe 2 lalu dilakukan pemeriksaan Trombosit.

  • 38

    1. Karakteristik Responden

    Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

    Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium

    Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

    Laki-Laki 14 38,89

    Perempuan 22 61,11

    Total 36 100

    Sumber: Data Primer Diolah 2018

    Berdasarkan tabel 5.1 pasien diabetes melitus tipe 2 pemeriksaan

    trombosit paling banyak dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 22

    pasien dengan persentase 61,11%.

    Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Sampel Berdasarkan Umur Pada

    Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Laboratorium Rumah

    Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

    43-45 4 11,11

    46-55 12 33,33

    56-65 16 44,44

    >65 4 11,11

    Total 36 100

    Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018

    Berdasarkan tabel 5.2 pasien diabetes melitus tipe 2 pemeriksaan

    trombosit dibagi atas 4 kelompok umur berdasarkan klasifikasi WHO

    (2016), dimana pada umur 43-45 (dewasa akhir), umur 46-55 (lansia

    awal), umur 56-65 (lansia akhir), dan umur >65 (masa manula). Dengan

    hasil paling banyak di umur 56-65 (lansia akhir), sebanyak 16 pasien

    dengan persentase 44,11%.

  • 39

    Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Sampel Berdasarkan Kadar Gula

    Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di

    Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    Hasil Frekuensi (n) Persentase (%)

    Rendah 0 0

    Normal 3 8,33

    Tinggi 33 91,67

    Total 36 100

    Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018

    Berdasarkan tabel 5.3 pasien diabetes melitus tipe 2 hasil pemeriksaan

    glukosa darah paling banyak ditemukan dengan kadar tinggi sebanyak 33

    pasien dengan persentase 91,67%

    2. Variabel Penelitian

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Trombosit dan Gula Darah Pasien

    Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Rumah Sakit

    Umum Daerah Kota Kendari

    Trombosit

    Gula Darah

    Gula Darah Normal Gula Darah Tinggi

    Normal 3 0

    Tinggi 24 9

    Total 27 9

    Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018

    Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa keadaan kadar gula darah dan

    trombosit yaitu sebanyak 3 pasien memiliki kadar gula darah normal

    dengan trombosit normal, sebanyak 24 pasien dengan kadar gula darah

    tinggi akan tetapi memiliki jumlah trombosit normal, dan 9 pasien

    memiliki kadar gula darah tinggi disertai peningkatan jumlah trombosit

  • 40

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Trombosit Pada

    Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Rumah

    Sakit Umum Daerah Kota Kendari

    No Hasil Frekuensi (n) Persentase (%)

    1. Normal 27 75

    3. Tinggi 9 25

    Total 36 100

    Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2018

    Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan trombosit

    pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

    Kendari dari 36 pasien banyak ditemukan hasil dengan nilai normal

    sebanyak 27 pasien dengan persentase 75%

    C. Pembahasan

    Pada penelitian ini terbagi atas beberapa karakteristik yaitu jenis

    kelamin, umur dan kadar gula darah. Jenis kelamin terdiri atas 14 (38,89%)

    pasien laki-laki dan 22 (61,11%) pasien perempuan. Berdasarkan karakteristik

    umur pasien DM tipe 2 tertinggi pada rentang umur 56-65 sebanyak 16

    (44,44%) pasien. Hasil ini sejalan dengan penelitian Allorerung (2016),

    dimana pada perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes

    melitus dibanding laki-laki, hal ini berhubungan dengan kehamilan yang dapat

    meningkatkan kenaikan berat badan serta secara fisik wanita memiliki peluang

    peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Dan pada usia lebih dari 40

    tahun maka beresiko terkena DM tipe 2 dikarenakan adanya intoleransi

    glukosa dan proses penuaan yang menyebabkan kurangnya sel beta pancreas

    dalam memproduksi insulin, serta pada usia >45 tahun akan terjadinya

    penurunan fungsi tubuh dalam memetabolisme glukosa (Allorerung, 2016)

    Hasil pemeriksaan glukosa darah yang ditemukan dengan kadar tinggi

    melebihi 200 mg/dl sebanyak 33 (91,67%) pasien, sedangkan kadar normal

    150-200 mg/dl sebanyak 3 (8,33%) pasien. Hasil ini sejalan dengan penelitian

    Kosasih (2017), dimana tubuh tidak mampu untuk memproduksi insulin yang

    cukup untuk mengimbangi kelebihan masukan kalori serta menyebabkan

    terjadinya hiperglikemia yang membuat kadar glukosa darah akan tinggi dan

  • 41

    bermanifestasi menjadi DM tipe 2 selain itu dapat disebabkan oleh faktor

    konsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar gula darah menjadi tinggi,

    untuk hasil pemeriksaan glukosa darah dengan kadar sedang hal ini dapat

    disebabkan oleh diet nutrisi yang tepat, olahraga, dan pengobatan yang teratur

    (Kosasih, 2017).

    Dari hasil kadar gula darah dan trombosit ditemukan sebanyak 3

    pasien dengan kadar gula darah normal dengan jumlah trombosit normal, 24

    pasien dengan kadar gula darah tinggi dimana jumlah trombosit normal, dan 9

    pasien dengan kadar gula darah tinggi disertai adanya peningkatan trombosit.

    Hal ini sesuai dengan teori Benyamin (2006) menyatakan keadaan

    hiperglikemia pada pasien DM tipe 2 dapat meningkatkan aktivitas koagulasi

    dari system hemostasis dan perubahan keseimbangan hemostasis ini

    menyebabkan penderita DM tipe 2 menimbulkan disfungsi dari trombosit,

    dimana terjadi peningkatan adhesi dan aktivitas trombosit pada respon angonis

    sehingga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan agregasi trombosit saat

    terjadi cedera vaskuler.

    Penelitian ini memperlihatkan hasil trombosit dengan jumlah normal

    sebanyak 27 (75%) pasien dan trombosit yang mengalami peningkatan

    sebanyak 9 (25%) pasien. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

    oleh Widiarto (2013), dimana salah satu faktor yang menyebabkan jumlah

    trombosit normal karena tidak terjadinya cedera vaskuler dari adanya proses

    stress oksidatif dan peradangan yang menimbulkan peningkatan konsumsi

    perifer atau penggunaan trombosit berlebih pada pasien DM tipe 2 (Widiarto,

    2013).

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2015), bahwa ada

    hubungan peningkatan jumlah trombosit pada pasien DM tipe 2 yang

    mengalami cedera vaskuler dan infeksi sehingga menyebabkan kejadian

    adhesi dan agregasi trombosit meningkat.

    Dari penelitian pemeriksaan jumlah trombosit beberapa peningkatan

    jumlah trombosit bersifat sedang. Karena itu satu kali pemeriksaan saja belum

    bisa dijadikan kesimpulan terjadi cedera vaskuler yang mengakibatkan

  • 42

    kerusakan jaringan yang parah. Jumlah trombosit yang berada sedikit diatas

    normal tak selalu menunjukkan seseorang mengalami infeksi, inflamasi, dan

    keganasan. Karena itu, satu kali pemeriksaan saja belum bisa dijadikan dalil

    untuk membuat kesimpulan.

    Corwin (2000) juga menyatakan peningkatan jumlah trombosit dalam

    sirkulasi darah berkaitan dengan peningkatan resiko thrombosis (pembekuan

    darah) dalam system pembuluh. Peningkatan primer dapat terjadi pada

    leukemia atau polisitemiavera, penyakit sumsum tulang dan peningkatan

    sekunder terjadi karena adanya infeksi, olahraga, stress dan ovulasi.

    Kekurangan dari penelitian ini adalah jumlah sampel atau sampel yang

    terbatas dan tidak semua pasien mengalami cedera atau infeksi. Namun

    sampel merupakan pasien Diabetes Melitus tipe 2, sampel dalam penelitian ini

    berjumlah 36 pasien, terdiri dari 14 laki-laki dan 22 perempuan.

  • 43

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasark