Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

112
KONSEP AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM TAFSIR AL-MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB DALAM PERSPEKTIF DAKWAH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) NURUL ATIQOH 071211044 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO SEMARANG 2011

description

1

Transcript of Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Page 1: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

KONSEP AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR DALAM

TAFSIR AL-MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB

DALAM PERSPEKTIF DAKWAH

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

NURUL ATIQOH

071211044

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

ii

Page 3: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

iii

Page 4: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya

sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan

lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang

belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 8 Desember 2011

Nurul Atiqoh

NIM. 071211044

Page 5: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

v

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman!. Taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Muhammad), dan Ulul Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian,

jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah

(al- Quaran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari

kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”

(Q.S. Annisa : 59) (Departemen Agama RI, 2006 : 87).

Page 6: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

vi

PERSEMBAHAN

Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat

dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini untuk orang-orang yang selalu

hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang tetap setia

berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:

1) Umi Hj. Khuzaimah (Ibu paling cerdas di dunia), terima kasih untuk

segala curahan kasih Umi selama ini, tanpa kasih sayang Umi tidak

mungkin Atiqoh bisa menyelesaikan studi ini dengan baik.

2) Abah H. Abdul kholiq (Ayah nomor satu di dunia), terima kasih atas

segala nasihat yang Abah hujamkan, insya Allah Atiqoh akan selalu

menjadi orang yang tegar dalam menghadapi apapun.

3) Kakak ku tersayang, para motivator muda di dadaku (mba’ Nura dan mas

Yidin) kalian motivasi Atiqoh dalam menyelesaikan skripsi ini, tanpa

hadirnya kalian dalam kalbu, tak mungkin karya ini tercipta.

4) Kakanda ku Dedi Rosadi,S.Sos.I, Seseorang yang spesial dalam hatiku,

sumber inspirasi, tanpamu imajinasiku beku, terima kasih atas segala

kesabaran dan pengertianmu dalam menghadapi sifat dan sikapku.

Penulis

Page 7: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

vii

ABSTRAKSI

Nurul Atiqoh (071211044). Konsep Amar ma’ruf Nahi Munkar dalam

Tafsir A-Misbah karya Qurais Shihab dalam Perspektif Dakwah. Skripsi Fakultas

Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan konsep ayat-ayat amar ma’ruf

nahi munkar yang terkandung dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab dalam

perspektif dakwah. Dalam merumuskan hasil penelitian skripsi ini perlu adanya

upaya perolehan dan pengolahan data. Untuk memperoleh data, penulis

menggunakan riset kepustakaan (library research), yang dijadikan sumber data

baik primer maupun sekunder. Data tersebut penulis analisis dengan

menggunakan metode analisis hermeneutik, yaitu proses mengubah sesuatu atau

situasi dari ketidaktahuan menjadi mengerti, dalam hal ini penulis akan

menafsirkan dakwah sesuai dengan konteks sekarang.

Dari penelitian yang penulis lakukan dapat di temukan hasil rumusan

sebagai berikut, bahwa berdasarkan konsep dalam ayat-ayat amar ma’ruf nahi

munkar di dalam tafsir al-Misbah karya Quraish Shihab yang telah diterangkan

secara rinci di atas, dapat diketahui bahwa ayat tersebut mengandung petunjuk

dan perintah dari Allah SWT yang mencakup antara lain: pertama, golongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah

dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. Kedua, Mereka itu

tidak sama di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, beriman

kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf, dan

mencegah dari yang munkar dan mengerjakan berbagai kebajikan. Ketiga, lelaki

dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian

yang lain. Mereka menyuruh mendirikan sembahyang, menunaikan zakat.

Keempat, kedurhakaan. Kelima, beriman kepada Allah. Keenam, siksaan yang

keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Ketujuh, orang-orang mendirikan

sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah

dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Kedelapan, tolong - menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa. Kesembilan, melarang mereka mengucapkan perkataan bohong.

Kesepuluh, keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan.

Kesebelas, orang yang benar-benar penegak keadilan. Kedua belas, bisikan

menyuruh ma’ruf antara lain sedekah karena akan diberi pahala yang besar. Tiga

belas, golongan dari orang-orang mukmin yang disenangi Allah SWT.

Page 8: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

viii

Hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa konsep amar ma’ruf nahi

munkar dalam tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab yaitu, Amar ma’ruf nahi

munkar, digunakan syariat Islam untuk pengertian memerintahkan atau mengajak

diri dan orang lain melakukan hal-hal yang dipandang baik oleh agama, dan

melarang atau mencegah diri dan orang lain dari melakukan hal- hal yang

dipandang buruk oleh agama.

Al-Quran dan sunnah melalui dakwah rasulullah SAW mengamanahkan

nilai-nilai. Nilai-nilai itu ada yang bersifat mendasar, universal dan abadi, serta

ada juga yang bersifat praktis, lokal, dan temporal sehingga dapat berbeda antara

satu tempat atau waktu dan tempat atau waktu yang lain.

Page 9: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang menciptakan

langit dan bumi serta segala isinya. Sang pemberi karunia, hidayah dan inayah.

Atas izin Engkau ya Robb, hamba masih diberi kesempatan sebagai penghuni

dunia yang fana ini. Semoga Engkau selalu membimbing sisa perjalanan hidup

hamba ke jalan yang selalu Engkau ridhoi. Amin.

Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,

nabi akhir zaman yang diutus untuk menyebarkan Islam di dunia ini. Semoga

kelak kita mendapatkan syafaatnya serta diakui menjadi umatnya di yaumil akhir.

Penulis menyadari akan keterbatasan diri dalam penyusunan skripsi ini.

Dan penulis yakin penyelesaian srikipsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang telah banyak membentu baik secara langsung maupun tidak langsung,

material dan spiritual, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Maka dalam

kesempatan kali ini izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih tak

terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo Semarang.

3. Bapak Drs. H. Ahmad Hakim, MA. Ph.D. selaku dosen pembimbing yang

selalu sabar memberikan nasihat, bimbingan dan bersedia meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran, dan Bapak Ahmad Faqih, SAg, M.Si selaku dosen

pembimbing II sekaligus wali dalam tahun ketahun memberikan nasihat dan

memberikan arahan dalam perkuliahan dan selesainya skripsi ini..

4. Dosen Fakultas Dakwah yang selama ini telah menjadi guru yang sabar

mendidik mahasiswanya di bangku kuliah. Segenap karyawan yang telah

membantu menyelesaikan administrasi.

5. Bapak ku tercinta H. Abdul Kholiq, MH dan Ibunda ku tercinta Hj.Khuzaimah,

yang senantiasa selalu ada dalam kondisi apapun, yang selalu memberikan doa

restu serta cinta kasih yang tidak pernah berkurang setiap waktu,yang selalu

memberi ketegaran dikala kesedihan datang mendera, dan yang selalu sabar

Page 10: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

x

dalam mendidik putrinya.

6. Kakak tersayang Nura Azizah dan Muhyidin, terima kasih untuk semua tawa

yang kalian berikan, kalianlah motivator muda yang selalu ada di hatiku.

7. Seseorang yang selalu mendampingi hidup ku dan menghiasi hari-hariku

menjadi berwarna-warni, yang selalu sabar menghadapi sikapku, yang selalu

memberi masukan di saat banyak problem, yang selalu tersenyum dalam

keadaan apapun, yang selalu ada di kala suka dan duka, Kanda Dedi

Rosadi,S.Sos.I

8. Teman-temanku mahasiswa IAIN Walisongo Semarang, khususnya teman-

temanku Dakwah dan KPI 07(Silfi, Fela, Ani, Fia, Nia, Nisa, dll). Dan teman-

temanku yang ada di Ponpes Tahfudhul Qur’an(dolog)(Dek ningsih, Lina dll).

Dan kos Nusa indah semuanya yang sudah memberikan semangat.

9. UKM Kordais Tercinta yang selalu memberikan kebahagiaan dan selalu

memberikan inspirasi khususnya periode 07 yang selalu aktif (Lilik, Usfi,

Ruroh, Khofsoh, Hasan, Ridwan, Rizal, Akif, Fajri, Nisa, Nia, Fela, Fida, Ulya,

Luluk, Nela, A’im, Slamet, Suhono dll).

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan yang sesuai

dari Allah. Amin.

Penulis menyadari ada banyak kesalahan dalam skripsi ini. Oleh karenanya

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai pembelajaran

untuk pencapaian yang lebih baik di masa mendatang.

Semarang, 8 Desember 2011

Penulis

Page 11: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................... iv

HALAMAN MOTTO ....................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ vi

ABSTRAKSI ..................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ....................................................................... viii

DAFTAR ISI ..................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 5

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

1.4. Telaah Pustaka .................................................................. 6

1.5. Metode Penelitian ............................................................. 9

1.6. Sistematika Penulisan ....................................................... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AMAR MA’RUF NAHI

MUNKAR DALAM PERSPEKTIF DAKWAH

2.1. Tentang Amar ma’ruf nahi munkar .................................... 14

2.2. Rukun-Rukun Amar ma’ruf nahi munkar ........................... 23

2.3. Tentang Dakwah ............................................................... 24

2.4. Unsur-unsur Dakwah ....................................................... 26

Page 12: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

xii

BAB III PROFIL M. QURAIS SHIHAB DAN ISI KANDUNGAN

TAFSIR AL-MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB

TENTANG AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

3.1. Profil M. Qurais Shihab.................................................. ..... 28

3.2. Profil Tafsir Al-Misbah ...................................................... 34

3.3. Ayat-ayat tentang Amar ma’ruf nahi munkar ..................... 36

3.4. Kandungan makna Amar ma’ruf nahi munka ..................... 55

BAB IV ANALISIS

4.1. Analisis Konsep Amar ma’ruf nahi munkar ....................... 69

4.2. Relevansi dalam perspektif dakwah masa kini.................... 88

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ....................................................................... 91

5.2. Saran ................................................................................ 92

5.3. Penutup ............................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

Page 13: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk

menyebarluaskan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat, hal ini berlangsung

sepanjang zaman, kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun. Sebagai agama

dakwah, Islam disebar luaskan dan diperkenalkan kepada manusia melalui

aktifitas dakwah, tidak melalui kekerasan, pemaksaan, terhadap umatnya, agar

mau memeluk agama (Amin, 1989:5). Jadi Islam menginginkan setiap orang

memeluk agama Islam dengan sukarela, ikhlas dan damai tanpa paksaan, karena

pada dasarnya esensi dakwah adalah ajakan bukan paksaan.

Dakwah Islamiyah adalah menyampaikan seruan Islam, mengajak dan

memanggil umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan

pandangan hidup Islam, di dalam pembicaraan tentang dakwah akan ditemukan

beberapa istilah yang dimaksud pengertiannya sama dengan dakwah atau

berhubungan dengan dakwah, diantaranya nahi munkar (Ya’qub, 1973:11).

Dalam menyampaikan dakwah selalu terkait dengan pembahasan amar

ma’ruf nahi munkar, seorang da’i harus berpedoman pada sumber utama Al-

Qur’an dan Al-Hadist, di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist diberikan tuntunan

tentang cara-cara berdakwah yang bisa digunakan sebagai pedoman pokok tentang

metode dan teknik berdakwah, seperti dalam firman Allah SWT, dalam QS An-

Nahl ayat 125, yaitu:

Page 14: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

2

ي أحسه إن ربك م ببلتي جبدل عظة الحسىة الم ادع إلى سبيل ربك ببلحكمة

تديه أعلم ببلم أعلم بمه ضل عه سبيل

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk(QS.16: 125)(Depag RI, 1978: 421).

Dakwah pada hakekatnya adalah mengajak baik pada diri sendiri ataupun

kepada orang lain. Untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan yang telah

digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya, serta meninggalkan perbuatan yang tercela

(yang dilarang Allah) dan Rasul-Nya. Dakwah bisa diidentifikan dengan amar

ma’ruf nahi munkar.

Berkenaan dengan masalah perintah dan larangan, kita perlu memahami

kembali peranan amar ma’ruf nahi munkar (menyeru kepada yang ma’ruf dan

mencegah yang munkar) yang diajarkan Islam kepada umatnya. Karena banyak

diantara kita yang belum memahami hakikat, fungsi dan kedudukanya diantara

ibadah-ibadah lainnya. Semuanya itu menyebabkan kurang berfungsinya konsep

amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan kita sehari-hari, apabila pada era

modernisasi yang tidak pernah sepi dari kemunkaran. Pembahasan masalah

kebaikan dan kemunkaran sangat luas dan beragam bentuknya, namun sampai

pada saat ini banyak orang-orang Islam yang mengkonsumsi kebaikan hanya

untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Demikian halnya terhadap

kemunkaran, mereka hanya mencegah kemunkaran dari dirinya pribadi dan

membiarkan orang lain.

Page 15: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

3

Tujuan beramar ma’ruf nahi munkar yang diturunkan di atas bumi ini

adalah sebagai rahmatan lil alamin yakni sebagai rahmat bagi seluruh alam

semesta. Untuk mewujudkan tersebut dalam kenyataan, sekaligus untuk

mempertahankan kedudukan orang mukmin sebagai umat yang terbaik yang

ditampilkan Allah di arena kehidupan ini, maka sangat diperlukan suatu konsepsi

yang harus dilaksanakan secara konsekuen. Konsep itu tak lain melaksanakan

amar ma’ruf nahi munkar tanpa adanya cadangan sesuai dengan Al-Quran.

Terlebih dalam kemajuan dimasa ini dimana kehidupan senantiasa diwarnai

dengan pertarungan dan pertentangan yang demikian dahsyat, maka dengan

adanya keberanian sikap untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar tersebut

sangat diperlukan demi terwujudnya Izlul Islam wal muslimin.

Nahi munkar artinya melarang kepada perbuatan yang munkar (Syukir,

1983: 11). Menurut Shihab (2001: 162), kata munkar dipahami banyak ulama

sebagai segala sesuatu, baik ucapan maupun perbuatan yang bertentangan dengan

ketentuan agama, akal, dan adat istiadat. Penekanan kata munkar lebih banyak

pada adat-istiadat. Demikian juga kata ma’ruf yang dipahami dalam arti adat

istiadat yang sejalan dengan tuntunan agama.

Amar ma’ruf nahi munkar, digunakan syariat Islam untuk pengertian

memerintahkan atau mengajak diri dan orang lain melakukan hal-hal yang

dipandang baik oleh agama, dan melarang atau mencegah diri dan orang lain dari

melakukan hal- hal yang dipandang buruk oleh agama. Ulama fikih sepakat

bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah prinsip yang harus dimiliki setiap

muslim.

Page 16: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

4

Muhammad Quraish Shihab dikenal sebagai penulis dan penceramah yang

handal. Berdasarkan pada latar belakang keilmuan yang kokoh yang ia tempuh

melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuanya menyampaikan

pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas, rasional, dan

kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah dan

penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat.

Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur’an di Indonesia,

tetapi kemampuannya menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an

dalam konteks kekinian dan masa moderen membuatnya lebih dikenal dan lebih

unggul daripada pakar al-Qur’an lainnya. Dalam hal penafsiran, ia cenderung

menekankan pentingnya penggunaan metode tafsir maudu’i (tematik), yaitu

penafsiran dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur’an yang terbesar dalam

berbagai surah yang membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan

pengertian menyeluruh dari ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menarik

kesimpulan sebagai jawaban terhadap masalah yang menjadi pokok bahasan.

Menurutnya, dengan metode ini dapat diungkapkan pendapat-pendapat al-Qur’an

tentang berbagai masalah kehidupan, sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat

Al-Qur’an sejalan dengan perkembangan iptek dan kemajuan peradaban

masyarakat (Shihab, 1990:3).

Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi

secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar

pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan

nyata. Ia juga banyak memotivasi mahasiswanya, khususnya di tingkat pasca

Page 17: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

5

sarjana, agar berani menafsirkan Al-Qur’an, tetapi dengan tetap berpegang ketat

pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah dipandang baku. Menurutnya, penafsiran

terhadap al-Qur’an tidak akan pernah berakhir. Dari masa ke masa selalu saja

muncul penafsiran baru sejalan dengan perkembangan ilmu dan tuntutan

kemajuan. Beliau tetap mengingatkan perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati

dalam menafsirkan al-Qur’an sehingga seseorang tidak mudah mengklaim suatu

pendapat sebagai pendapat al-Qur’an. Bahkan, menurutnya adalah satu dosa bila

seseorang memaksakan pendapatnya atas nama al-Qur’an.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis terdorong mengangkat tema

dengan judul: “Konsep amar maruf nahi munkar dalam tafsir Al-Misbah karya

Quraish Shihab dalam perspektif dakwah”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan suata upaya untuk mengatakan secara

tersurat tentang suatu masalah yang akan di teliti atau pertayaan-pertanyaan apa

saja yang ingin di cari jawabannya (Suriasumantri, 1993:312). Titik tolak dan

pengertian tersebut dan berdasarkan pada latar belakang yang telah penulis

uraikan, maka yang menjadi pokok permasalahan yaitu:

Bagaimana konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam perspektif dakwah

dalam tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab?

Page 18: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:

a. Penelitian ini tidak lepas dari permasalahan, untuk itu maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam

perspektif dakwah dalam tafsir Al Misbah karya Quraish Shihab.

b. Manfaat dari penelitian ini adalah: Secara teoritis, diharapakan dapat

menambah khasanah keilmuwan dakwah khususnya dalam bidang

komunikiasi penyiaran islam terutama dalam bidang ke Islamannya. Secara

praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru

kepada masyarakat utama tentang ke Islaman,sehingga bisa diterapkan dalam

kehidupan masyarakat.

1.4. Telaah pustaka

Berdasarkan penelitian di perpustakaan ditemukan beberapa skripsi yang

berhubungan dengan judul skripsi di atas:

Pertama, Skripsi yang disusun oleh Sumarsih (2006), “Semantik Nahi

Munkar Dalam Al - Qur’an”. Pada intinya penulis skripsi ini menjelaskan

bahwa yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana nahi munkar, dalam

Al- Qur’an ditinjau dari segi semantik. Metode penelitian ini menggunakan

content analysis. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa perkataan munkar

disebut sebanyak 37 kali dalam Al-Qur’an, antara lain disebut dalam QS Al-

Ma’idah 5:79. Dari membaca ayat itu saja sulit diketahui apa makna yang

sesungguhnya. Ayat itu berbunyi demikian:

Page 19: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

7

ن عه مىكر فعلي لبئس مب كبوا يفعلن كبوا ال يتىب

Artinya:

Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang telah

mereka perbuat, sesungguhnya amat buruk lah apa yang selalu mereka perbuat

itu (Q.S. Al- Maidah:79).

Dalam ayat tersebut hanya diterangkan sebab-sebab dari perbuatan

munkar itu, yakni sikap durhaka dan melampui batas. Jika kita baca ayat

sebelumnya, maka yang di maksud dengan mereka yang telah melakukan

perbuatan munkar itu adalah sebagian kaum Yahudi keturunan Dawud dan Isa

ibn Maryam. Dalam ayat selanjutnya dijelaskan pula bahwa kaum Yahudi itu

tolong menolong dengan orang-orang musyrik yang menentang kenabian

Muhammad SAW. Dalam ayat sebelumnya disebutkan pula bahwa kaum Yahudi

yang disebutkan juga sebagai ahlul-kitab itu telah “berlebih-lebihan (melampui

batas) dengan cara yang tidak benar dalam agama”. Mereka juga telah

“mengikuti hawa-nafsu”, menyesatkan sebagian manusia dan mereka itulah

orang-orang “tersebut dari jalan yang lurus”. Jika dihubungkan dengan sikap

ma’ruf, salah satu ciri perbuatan munkar adalah berlebih-lebihan dan melampui

batas, sebagai lawan dari yang sepantasnya atau wajar.

Penelitian ini menitik beratkan pembahasan pada perspektif semantic dan

sama sekali tidak menyentuh pemikiran tokoh. Sedangkan penelitian saat ini

mengambil pemikiran tokoh dan di hubungkan dengan dakwah.

Kedua,skripsi yang disusun Rika Nuraini (2007), “Telaah Pemikiran TM.

Hasbi ash-shiddieqy tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar ( Kajian pesan

dakwah)”. Pada intinya penulis skripsi ini menjelaskan bahwa yang menjadi

Page 20: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

8

rumusan masalah adalah bagaimana pemikiran TM.Hasbi ash-shiddieqy tentang

Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Metode penelitian ini menggunakan komparasi.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa menurutnya untuk memperbaiki perilaku

munkar harus melihat dan memenuhi syarat– syarat bahwa suatu perbuatan itu

benar -benar munkar. Syarat -syarat tersebut antara lain (a) harus jelas bahwa

perbuatan tersebut merupakan kemunkaran, Permasalahan Ijtihad dalam

masalah-masalah khilafiyah bukanlah suatu kemunkaran; (b) Kemunkaran

tersebut jelas, serta diketahui oleh khalayak umum (manusia), Tanpa harus harus

semata-mata si pelaku kemunkaran itu, dan (c) Kemunkaran tersebut betul- betul

terjadi pada saat itu, peristiwanya tidaklah terjadi sudah lama atau pun juga akan

terjadi pada masa mendatang.

Perbedaan antara penelitian saat ini dengan yang lain, untuk menitik

beratkan pada pesan, sedangkan penelitian ini lebih di titik beratkan pada

pemikiran tokoh dalam hubungannya dengan dakwah.

Ketiga, skripsi yang disusun Uud Nurkhadiq (2005), ”Amar Ma’ruf Nahi

Munkar Menurut Mu’tazilah dan As’ariyyah (studi Komporatif )”. Pada intinya

penulis skripsi ini menjelaskan bahwa yang menjadi rumusan masalah adalah

bagaimana kelebihan dan kekurangan mu’tazilah dan as’ariyyah tentang konsep

Ama Ma’ruf Nahi Munkar. Metode penelitian ini menggunakan hermeneutik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada intinya amar ma’ruf nahi munkar

merupakan prinsip yang erat hubungannya dengan masalah amaliah, sebagai

menifestasi dari pada iman yang ada di dalam hati. Di dalam Al qur’an banyak

di sebutkan tentang perintah ini antara lain : surat Ali imron ayat 104, surat

Page 21: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

9

lukman ayat 17 dan sebagainya. Dari prinsip ini menunjukkan bahwa Mu’tazilah

memandang sama pentingnya antara aqidah dan amaliah antara iman dan amal.

Oleh sebab itu perlu orang disuruh untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhkan

perbuatan jahat. Pelaksanaan prinsip ini bila mana perlu dengan kekerasan,

sebab Mu’tazilah berkeyakinan bahwa orang-orang yang tidak sepaham

dipandang sesat dan perlu diluruskan.

Penelitian ini, dahulu menitik beratkan pembahasan pada aliran.

Sedangkan penelitian sekarang lebih menitik beratkan pada pemikiran tokoh

dalam hubungannya dengan dakwah Islam.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis, Pendekatan, dan Spesifikasi Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yakni prosedur

penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 1997:3). Dalam meneliti

data tidak diwujudkan dalam bentuk angka, namun data-data tersebut diperoleh

dengan penjelasan dan berbagai uraian yang berbentuk tulisan.

Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kepustakaan (library

research). Kepustakaan yang dimaksud berupa sejumlah buku, bulletin, jurnal

skripsi, tesis, dan lain-lain. Spesifikasi penelitian ini adalah amar ma’ruf nahi

munkar.

Page 22: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

10

1.5.2. Definisi Konseptual

Untuk lebih memperjelas dalam penelitian ini, maka penulis

mendifinisikan judul secara konseptual bahwa yang dimaksud amar ma,ruf

nahi munkar dalam tema skripsi ini yaitu suruhan untuk berbuat baik serta

mencegah dari perbuatan jahat. Dari pengertian ini maka yang menjadi

indikator amar ma’ruf nahi munkar yaitu: (a). adanya pihak yang menyuruh

berbuat baik sesuai dengan apa yang digariskan dalam al-Qur’an dan hadis; (b).

adanya pihak yang berusaha mencegah perbuatan munkar.

1.5.3 Data dan Sumber data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai

konsep tafsir Al- Misbah karya Quraish Shihab yang diimplementasikan dalam

konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam perspektif dakwah.

Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sumber

primer dan sumber sekunder. ( Irawan, 1999 : 65-87 ).

a. Sumber Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah tafsir Al- Misbah. Sumber

primer ini di kembangkan melalui terjemahan dan tafsir- tafsir lainnya.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder yang dijadikan data pelengkap dan pendukung data

primer (Surachmad, 1990: 134), yang diambil dari buku - buku yang ada

relevansinya dengan tema penelitian ini. Adapun buku penunjang tafsir

Page 23: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

11

Al-Maraghi karangan Imam Ahmad al – Maraghi, tafsir Al-Azhar

karangan Hamka, dan lain sebagainya.

1.5.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dokumentasi dalam mengumpulkan data, maka peneliti

menggunakan library research yang dalam hal ini meneliti sejumlah

kepustakaan yang revelan dengan tema skripsi ini. Kepustakaan yang

dimaksud yaitu berupa buku-buku atau kitab tafsir dan lain-lain.

1.5.4. Analisis data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan kategori dan

dianalisis secara kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah Metode

analisis Hermeneutik yaitu studi tentang prinsip-prinsip metodologis

interpretasi dan ekplanasi, yang dimaksudkan untuk menguraikan tentang

makna. Beberapa permasalahan yang dikemukakan, pada rumusan masalah

akan dipecahkan menggunakan analisis dari teori Formula hermeneutika

Dilthey yaitu suatu prosedur yang di dasarkan atas hubungan sistematis antara

hidup atau pengalaman, ekspresi dan pemahaman.

Teori Dilthey memfokuskan dalam mengembangkan metode

memperoleh interpretasi ”obyektivitas yang valid” dari ” ekpresi kehidupan,

dan cara berfikir dari ilmu alam, dan menggunakanya untuk studi manusia

(Palmer, 2010: 110-112).

Page 24: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

12

Metode ini penulis terapkan dengan cara menganalisis data tentang

tafsir di klasifikasikan dengan tafsir lainnya. Dengan metode ini penulis akan

menjelaskan tentang bagaimana konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam

perspektif dakwah.

Dengan mempersatukan ini akan dapat menarik kesimpulan,

berdasarkan hasil penelitian dalam gagasan yang spesifik (Noeng, 2000:305).

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi di bawah ini di buat sedemikian rupa,

sehingga dapat diketahui topik-topik bahasanya beserta alur pembahasanya.

Sistematika penulisan skripsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

BAB I: Berisi pendahuluan mencakup ruang lingkup penulisan, yaitu

merupakan gambaran–gambaran umum dari keseluruhan isi skripsi

meliputi: pendahuluan, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, penelusuran pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penelitian.

BAB II: Berisi tinjauan umum tentang amar ma’ruf nahi munkar , Rukun-

rukun amar ma’ruf nahi munkar dan dakwah

BAB III: Berisi tentang isi dan kandungan tafsir Al-Misbah karya Quraish

Shihab tentang amar ma’ruf nahi munkar, yang mencakup isi ayat

amar ma’ruf nahi munkar, dan kandungan makna di dalam tafsir

Al- Misbah.

BAB IV: Berisi analisis yang meliputi isi tafsir Al- Misbah karya Quraish

Shihab tentang amar ma’ruf nahi munkar, relevansi dalam

Page 25: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

13

perspektif dakwah tentang amar ma’ruf nahi munkar dengan

dakwah saat ini.

BAB V: Merupakan bab penutup dari skripsi penulis, yang di dalamnya

mencakup tentang kesimpulan pokok hasil penelitian beserta saran-

saran dan penutup.

Setelah terselesainya penulisan dari Bab I hingga Bab V, penulis

melengkapinya dengan daftar kepustakaan, lampiran-lampiran serta riwayat

hidup penulis.

Page 26: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

DAN DAKWAH

2. 1. Tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Menurut Nurcholis Madjid, dalam berkembangnya dakwah di tengah

masyarakat cenderung mengarah pada nahi munkar, yakni tekanan-tekanan untuk

melawan atau perjuangan reaktif, dan kurang amar ma‟rufnya, yang mengajak

pada kebaikan, kebersamaan, suatu cita-cita dalam bentuk perjuangan proaktif.

Barangkali ini sebabnya sikap proaktif masih menjadi tantangan besar kaum muslim

(Madjid, 1999:97).

Secara sosiologis, keduanya, yakni al-ma‟ruf dan al-munkar menunjuk pada

kenyataan bahwa kebaikan dan keburukan itu terdapat dalam masyarakat. Umat

Islam dituntut untuk mengenali kebaikan dan keburukan yang ada dalam

masyarakat, kemudian mendorong, memupuk, dan memberanikan diri kepada

tindakan-tindakan kebaikan, dan pada waktu yang sama ia mampu mencegah,

menghalangi, dan menghambat tindakan-tindakan keburukan.

Menurut Muhiddin (2002:57) tiga terma, yakni; penyeruan pada al-khayr,

amar ma‟ruf dan nahi munkar, hal inilah yang menjadi dasar keunggulan umat

Islam atas umat yang lain sehingga umat Islam disebut sebagai yang beruntung,

yang menang atau yang bahagia (al-muflihun). Tentu, semua ini tidak dapat

disepakati dan diterima apa adanya secara statis.

Karena yang pertama dari term tadi, yakni seruan kepada al-khayr,

menuntut sikap dinamis, mempertajam kemampuan tersebut umat Islam untuk

Page 27: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

memahami nilai-nilai etis dan moral universal. Tanpa kemampuan tadi, tidak

mungkin ditemukan satu pedoman yang jelas untuk menghadapi masa depan.

Aspek kedua, yakni amar ma‟ruf; menuntut kemampuan memahami

lingkungan hidup sosial, politik, dan kultural, sebagai lingkungan yang menjadi

wadah terwujudnya al-khayr secara konkret, dalam konteks ruang dan waktu

(Muhiddin,2002:58).

Aspek ketiga, yakni nahi munkar menuntut kemampuan umat Islam untuk

mengidentifikasi faktor lingkungan hidup kultural, sosial, politik, juga ekonomi,

dapat menjadi wadah bagi munculnya tindakan dan perbuatan yang berlawanan

dengan hati nurani (tindakan yang tidak ma‟ruf) kemudian diusahakan untuk

mencegah dan menghambat pertumbuhan lingkungan yang buruk itu.

Menyerukan manusia kepada kebajikan, menyuruh ma‟ruf dan mencegah

munkar ialah mengajak manusia kepada agama Allah dengan berbagai upaya yang

menarik, menganjurkan, mengajak dan menyuruh para manusia berbuat ma‟ruf dan

melarang orang mengerjakan munkar serta menghilangkan kemunkaran, dengan

jalan-jalan yang benarkan syara. Ma‟ruf ialah setiap pekerjaan (urusan) yang

diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Masuk ke

dalamnya segala yang wajib, yang mandub. Ma‟ruf itu diartikan juga kesadaran,

keakraban persahabatan, lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lain. Munkar

ialah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan syara’-Nya,

setiap pekerjaan yang dipandang oleh syara’. Masuk ke dalamnya segala yang

haram dan segala yang makruh. Adapun mubah, ialah yang tidak ma‟ruf dan tidak

pula dipandang munkar. Menyerukan manusia kepada agama Allah, disebut

Page 28: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

dakwah. Adapun pekerjaan menyuruh ma‟ruf dan mencegah munkar dinamai

hisbah. Yang melakukan hisbah dinamai muhtasib (Hasbi, 2001: 347-348).

Amar maruf nahi munkar merupakan tuntunan yang diturunkan Allah dalam

kitab-kitabnya di sampaikan oleh rasul-rasulnya, dan merupakan bagian dari syariat

Islam. Risalah Allah, ada yang berupa berita (akhbar) dan ada juga berupa tuntunan

berupa (insya). Akhbar disini menyangkut zatnya, makhluknya, seperti tauhidullah

dan kisah-kisah yang mengandung janji baik dan buruk (wa’ad dan wa’iid). Adapun

isinya adalah perintah (amar), larangan (nahi) dan pembolehan (ibadah)

(Taimiyyah, 1990:15).

Ungkapan ini tersebut dalam hadist ”Qul huwallahu ahad setara dengan

seper tiga Al-Quran” (HR. Abu Daud, Turmidi, nasa’I). Yang seperti itu adalah

”tauhid”. Sedang isi kandungan Al-Quran berupa kisah-kisah, tauhid dan amar.

Allah SWT berfirman.

……”يأهرهن بالوعروف وينهاهن عي الونكر ويحل لهن الطيبات ويحرم عليهن الخبائث”..…Artinya: ”...Ia (Muhammad) menyuruh mereka mengerjakan yang

ma‟ruf dan melarang mereka mengerjakan yang mungkar, dan

menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan segala

yang buruk...”(Al-A’raf 157).

Isi ayat tersebut diatas merupakan kejelasan risalah beliau. Allah lah yang

memerintah lidah beliau untuk mengemukakan segala yang ma‟ruf dan melarang

segala yang munkar, menghalalkan semua yang baik dan mengharamkan segala

kekejian dan keburukan dalam suatu hadist dinyatakan:

Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemulyaan

akhlak” (Imam Maliki dalam Al-Muwaththa’ jilid 5 hal 251).

Page 29: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Dengan diutusnya beliau, Allah menyempurnakan Din yang mengandung

perintah yang makruf dan larangan bagi segala yang munkar, menghalalkan yang

baik dan mengharamkan semua yang buruk.

Sedang rasul-rasul terdahulu, ada yang mengharamkan sebagian yang baik

untuk umatnya, seperti firmannya,

”Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas mereka

(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulu) dihalalkan bagi mereka” (An

Nisaa:160).

Tidak semua kekejian diharamkan oleh mereka, seperti Firman-Nya.

”Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil, kecuali yang diharamkan oleh

Israil (Ya‟qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan.”(Ali Imran: 93).

Adapun pengertian ”nahi munkar” adalah mengharamkan segala bentuk

kekejian, sedang ”amar ma‟ruf” berarti memerintahkan semua yang baik yang

diperintahkan Allah.

Perintah melakukan semua yang baik dan melarang semua yang keji akan

terlaksana secara sempurna karena diutusnya Rasulallah Saw oleh Allah Swt, untuk

menyempurnakan akhlak mulai bagi umatnya.

Jelas, Allah telah menyempurnakan agama ini untuk kita, telah melengkapi

nikmat kepada kita, juga ridho Islam sebagai satu satuannya agama bagi umat

manusia. Oleh karena itu umat Muhammad Saw, sebagai umat yang terbaik, seperti

firman-Nya.

”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan kepada Allah.” (Ali

Imran;110).

Page 30: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Dengan jelas Allah menegaskan bahwa umat ini adalah sebaik-baiknya umat

yang senantiasa berbuat ihsan sehingga keberadaannya sangat besar manfaatnya

bagi segenap umat manusia. Dengan amar ma‟ruf nahi munkar itu mereka

menyempurnakan seluruh kebaikan dan kemanfaatan bagi umat manusia.

Sedangkan bagian umat yang lain tidak ada yang memerintahkan untuk

meleksanakan semua yang ma‟ruf bagi kemaslahatan seluruh lapisan manusia, dan

tidak pula melarang semua orang dari berbuat kemunkaran. Mereka tidak berjihad

untuk itu. Bahkan di antara mereka ada yang sama sekali tidak pernah berjihad,

seperti Bani Israil, mereka lebih banyak melakukan penganiayaan dan pengusiran

serta pembunuhan terhadap musuh-musuh mereka. Semua ini mereka melakukan

bukan dalam rangka mengarahkan mereka (musuh) kepada hidayah dan kebaikan

atau menyeru mereka menjelaskan yang ma‟ruf nahi munkar (Taimiyyah, 1990:15-

18).

Ali bin Abi Tholib r.a. pernah berkata,”Kegagalan pertama yang akan

kautemui dalam berjihad, adalah berjihad dengan tangan, kemudian berjihad dengan

lisan, kemudian dengan hati. Karenanya, apabila hati sudah tidak lagi mengenali

yang ma‟ruf dan tidak mengingkari yang munkar, maka hati seperti itu akan

dibalikkan sehingga yang tadinya di atas berbalik menjadi di bawah”.

Sahl bin Abdullah r.a. pernah berkata, ”Siapa pun yang melakukan suatu

kebaikan untuk dirinya sendiri berkaitan dengan agamanya sesuai dengan yang

diperintahkan kepadanya, atau meninggalkan suatu keburukan yang dilarang

mengerjakanya, sementara hatinya tetap merasa mantap dengan hal itu, meski

zaman telah rusak dan keadaan umum telah membingungkan, maka sesungguhnya

Page 31: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

ia termasuk orang yang melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar di zamannya itu.”

Artinya, apabila ia tidak mampu selain mengendalikan diri sendiri, dan pada saat

yang sama mengingkari dalam hati tentang keburukan yang dilakukan orang di

zamannya itu, maka ia dapat dikatakan telah cukup melaksanakan perintah ber-

amar ma‟ruf nahi munkar. Berkaitan dengan ini, pernah ditanyakan kepada Al-

Fudhail, ”Mengapa Anda tidak ber-amar ma‟ruf nahi munkar?” Jawab Al-Fudhail,

”Telah ada sesuatu kaum yang melakukannya lalu mereka menjadi kafir (yakni

menjadi putus harapannya kepada Allah). Hal itu disebabkan mereka tidak tahan

bersabar ketika menderita kesusahan akibat gangguan masyarakat terhadapnya.

Pernah pula dinyatakan kepada Ats-Tsauri,”Mengapa Anda tidak ber-amar ma‟ruf

nahi munkar?”Jawabnya,” Jika gelombang samudra sudah begitu dahsyatnya, siapa

kiranya yang mampu mencegah?”.

Jelaslah sudah, bahwa pelaksanaan amar ma‟ruf nahi munkar adalah wajib

hukumnya, dan bahwa kewajiban itu tidak akan gugur sepanjang ada kemampuan

untuk melaksanakannya. Kecuali apa bila telah ada orang-orang lain yang

melaksanakanya secara cukup (Ghozali, 2003:32-33).

Dalam tafsir Al-Misbah mengemukakan tentang amar ma'rûf nâhî munkar

bahwa penggunaan dua kata yang berbeda itu menunjukan keharusan adanya dua

kelompok dalam masyarakat Islam. Kelompok pertama yang bertugas mengajak,

dan kelompok kedua yang bertugas memerintah dan melarang. Kelompok kedua ini

tentulah memiliki kekuasaan di bumi “ajaran ilahi di bumi ini bukan sekedar

nasehat petunjuk dan penjelasan ini adalah salah satu sisi, sedang sisi yang kedua

Page 32: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

adalah melaksanakan kekuasaan pemerintah dan melarang, agar ma‟ruf dapat

wujud dan kemunkaran dapat sirna. Demikian anntara lain tutur Sayyid Quthub.

Perlu dicatat bahwa apa yang diperintahkan oleh ayat diatas sebagaimana

terbaca barkaitan pula dengan dua hal, mengajak dikaitkan dengan al-khair, sedang

memerintah jika berkaitan dengan perintah melakukan dikaitkan dengan al-ma‟ruf,

sedang perintah untuk tidak melakukan, yakni melarang dikaitkan dengan al-

munkar.

Ini berarti mufasir tersebut mempersamakan kandungan al-khoir dengan al-

ma‟ruf dan bahwa lawan dari al-khoir adalah al-munkar. Padahal, hemat penulis,

tidak ada dua kata yang berbeda, walau sama akar katanya kecuali mengandung

pula perbedaan makna. Tanpa mendiskusikan perlu tidaknya ada kekuasaan yang

menyuruh kepada kebaikan mencegah kemungkaran penulis mempunyai tinjauan

lain.

Semua kita mengetahui bahwa Al-Quran dan sunnah melalui dakwahnya

mengamanahkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu ada yang bersifat mendasar, universal

dan abadi, serta ada juga yang bersifat praktis, lokal, dan temporal sehingga dapat

berbeda antara satu tempat atau waktu dan dan tempat atau waktu yang lain.

perbedaan, perubahan, dan perkembangan nilai itu dapat diterima oleh Islam selama

tidak bertentangan dengan nilai-nilai universal.

Al-Quran mengisyaratkan kedua nilai diatas dalam firmannya ini dengan kata

al-khoir atau kebajikan dan al-ma‟ruf. Al-khoir adalah nilai universal yang (الخير)

diajarkan oleh al-Quran dan sunah. Al-khoir menurut rasul SAW. Sebagai mana

dikemukakan oleh ibn katsir dalam tafsirnya adalah: (Mengikuti al-quran dan

Page 33: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

sunahku). Sedang al-ma‟ruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum

satu masyarakat selama sejalan dengan al-khoir. Adapun al-munkar, ia adalah

sesuatu yang dinlai buruk suatu masyarakat serta bertentangan dengn nilai-nilai

ilahi. Karena itu, ayat diatas menekankan perlunya mengajak kepada al-khoir atau

kebaikan, memerintahkan yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar. Jelas terlihat

betapa mengajak kepada al-khoir didahulukan, kemudian memerinahkan kepada

ma‟ruf dan melarang melakukan yang munkar.

Dalam al-Qur’an ada tiga puluh delapan kata al-ma‟ruf dan enam belas kata

al-munkar (Taimiyah, 1983:1). Munkar adalah segala sesuatu yang dianggap buruk

dan dibenci oleh syari’ah yang mencakup seluruh apa yang dilarang. Sedangkan

ma‟ruf mencakup segala sesuatu yang diperintahkan (Darwis, 1996:5).

Menurut ilmu bahasa, arti Amar Ma‟ruf Nahi Munkar ialah: Menyuruh

kepada kebaikan, mencegah dari kejahatan. Amar = menyuruh; ma‟ruf = kebaikan;

nahi = mencegah; munkar = kejahatan. Dipandang dari sudut syar’iyah, perkataan

amar ma'rûf nâhî munkar itu sudah menjadi istilah yang merupakan ajaran pokok

agama Islam, malah menjadi tujuannya yang utama. Mengenai hal ini, Abdul A’la

al Maududi menjelaskan:

“The main objective of the Shariah is to construch human life on the basis of

ma‟rufat and to cleanse it of the munkarat.

Artinya: “Tujuan yang utama dari syari‟at ialah untuk membangun kehidupan

manusia di atas ma‟rufat (kebaikan) dan membersihkannya darin hal-hal yang

munkarat (kejahatan) (Maududi, 1995:71).

Lebih jauh, dalam bukunya itu, Maududi memberikan definisi tentang apa

yang dimaksud dengan ma‟ruf dan munkar itu sebagai berikut:

Page 34: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

“Istilah ma‟rufat (jamak atau murfod dari ma‟ruf) itu menunjukkan semua

kebaikan. Kebaikan dan sifat-sifat yang baik yang sepanjang masa ditrima oleh hati

nurani manusia sebagai sesuatu yang baik (“good”). Sebaiknya, istilah munkarat

(jamak dari munkar) menunjukkan semua dosa dan kejahatan-kejahatan yang

sepanjang masa telah dikutuk oleh watak manusia sebagai satu hal yang jahat

(“evil”). Pendeknya, ma‟ruf itu adalah serasi atau sesuai dengan umumnya watak

manusia dan kebutuhan-kebutuhannya, sedang munkarat ialah kebalikan dari itu.

Syari’at memberikan satu pandangan yang jelas tentang ma’rufat dan munkarat itu

dan menyatakan-nya sebagai norma-norma yang merekalah orang-prang yang

berjaya” (Q.S. Ali imron: 104) (Depag RI, 1978:93).

Dalam ayat tersebut, terdapat kata amar ma'rûf nâhî munka secara lengkap.

Ayat di atas mengandung beberapa pengertian: (1) hendaklah ada di antara kamu

sekelompok umat; (2) yang (tugas atau misinya) menyeru pada kebaikan; (3) (yaitu)

menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; dan (4) merekalah

yang berjaya atau orang-orang yang beruntung (Muhiddin, 2002: 56).

Adapun ayat 110 dari surat Ali Imran mengandung kalimat yang mirip

dengan ayat sebelumnya, yaitu:

كنحن خير أهة أخرجث للناس جأهروى بالوعروف وجنهىى عي الونكر وجؤهنىى بالله

Artinya: Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Menyuruh

kepada yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar, dan beriman kepada Allah

(Depag RI, 1978:93).

Dari ayat di atas terdapat dua kesimpulan. Pertama, kamu adalah unat yang

terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Kedua, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan

mencegah dari yang munkar serta beriman kepada Allah. Pada ayat 103, Allah

Page 35: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

SWT, menyerukan agar dalam suatu umat dibentuk satu kelompok atau organisasi

yang misinya adalah menegakkan amar ma'rûf nâhî munkar.

2.2. Rukun-Rukun Amar ma’ruf nahi munkar

Amar ma'rûf nâhî munkar terdiri atas empat rukun: Pertama, pelaku amr

ma’ruf nahi munkar (al-muhtasib);kedua, yang ditujukan kepadanya amr ma’ruf

nahi munkar (al-muhtasb „alaihi); ketiga, perbuatan yang menjadi obyek amr

ma’ruf nahi munkar (al-muhtasab fihi); dan keempat, hakikat amr ma’ruf nahi

munkar itu sendiri (al-ihtisab) (Ghozali, 2003:35).

1. Al-Muhtasab (pelaku amr ma‟ruf nahi munkar )

Kewajiban ber amar ma'rûf nâhî munkar berlaku atas setiap muslim yang

mukallaf (yang telah berlaku hukum-hukum agama atas dirinya) dan memiliki

kemampuan. Oleh sebab itu, tidak ada kewajiban atas seorang gila atau anak

kecil. atau kafir atau yang tidak berkemampuan. Dalam kewajiban ini termasuk

semua penduduk negeri (yang memenuhi persyaratan di atas), walaupun tidak

mendapat izin khusus dari penguasa negeri. Dan terrnasuk pula orang yang fasik

(yang biasa melakukan perbuatan dosa), budak dan perempuan.

2. Al-Muhtasab alaihi (pelaku yang ditunjukkan kepadanya amar ma'rûf nâhî

munkar)

Page 36: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Syarat untuk diajukannya amar ma'rûf nâhî munkar, ialah adanya

seseorang (manusia) yang memenuhi suatu sifat tertentu, sehingga menjadikan

setiap perbuatan terlarang yang dilakukanya, termasuk dalam kategori

kemungkaran. Tidak diisyaratkan ia seorang mukallaf (yakni yang telah berlaku

kewajiban agama atas dirinya), mengingat bahwa seperti telah dijelaskan

sebelum ini seandainya seorang anak kecil (yang belum baligh) minum khamr,

wajib atas yang mengetahui hal itu untuk melarangnya. Tidak diisyaratkan pula

ia seorang yang berakal waras, dan karena itu, seandainya seorang gila berzina

dengan seorang perempuan gila juga, wajiblah mencegahnya dari perbuatan

tersebut.

3. Al-Muhtasab fihi (perbuatan yang menjadi obyek amar ma'rûf nâhî munkar)

Yaitu setiap kemungkaran yang ada saat sekarang, tampak (atau

diketahui secara jelas) bagi yang hendak ber amar ma‟ruf nahi munkar tanpa

harus memata-matai, dan dikenal secara meluas sebagai kemunkaran, tanpa

memerlukan ijtihad.

4. Al-Ihtisab (bentuk amr ma‟ruf nahi munkar)

Ada berbagai tingkatan cara ber-amar ma‟ruf nahi munkar. Yaitu (1)

Menyelidiki kemungkaran. (2) Memberitahu kepada si pelaku kemungkaran.

(3) Melarang. (4) Menasehati. (5) Mengecam. (6) Mengubah melalui tindakan.

(7) Mengancam akan memukul. (8) Memukul. (9) Mengancam dengan senjata.

(10) Mengatasi dengan cara mengumpulkan kawan dan pasukan.

2. 3. Tentang Dakwah

Page 37: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses yang

berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk mengubah

sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju

perikehidupan yang islami (Hafidhudin, 2000:77). Dakwah setiap usaha rekontruksi

masyarakat yang masih mengandung unsur-unsur jahili agar menjadi masyarakat

yang Islami (Rais, 1999:25). Oleh karena itu Abu Zahra menegaskan bahwa

dakwah Islamiah itu diawali dengan amar ma'rûf dan nâhî munkar, maka tidak ada

penafsiran logis lain lagi mengenai makna amar ma‟ruf kecuali menegaskan Allah

secara sempurna, yakni menegaskan pada zat sifat-Nya (Zahra, 1994:25). Lebih

jauh dari itu, pada hakikatnya dakwah islam merupakan aktualisasi imani (teologis)

yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang

kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cari merasa,

berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan

sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua

segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Achmad, 1983: 2).

Adapun tujuan dakwah adalah untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir,

dan bertindak manusia pada dataran individual dan sosiokultural dalam rangka

terwujudnya ajaran islam dalam semua segi kehidupan (Ahmad, 1991: 2).

Salah satu tugas pokok dari Rasulullah adalah membawa amanah suci berupa

menyempurnakan akhlak yang mulia bagi manusia. Dan akhlak yang dimaksudkan

ini tidak lain adalah Al-Qur’an itu sendiri sebab hanya kepada Al-Qur’an lah setiap

pribadi Muslim itu akan berpedoman. Atas dasar ini tujuan dakwah secara luas,

dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan baik

Page 38: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu

perbuatan sesuai dengan ajaran tersebut (Tasmara, 1997: 47).

Secara umum tujuan dakwah dalam al-Qur’an adalah: Aziz (2004: 68).

1. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati.

2. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindar azab dari Allah.

3. Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan – Nya

4. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-belah

5. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus

6. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat Allah ke dalam

lubuk hati masyarakat.

Unsur-Unsur dakwah adalah segala aspek yang ada sangkut pautnya dengan

proses pelaksanaan dakwah, dan sekaligus menyangkut tentang kelangsungannya

(Anshari, 1993: 103).

Unsur –unsur tersebut adalah da‟I (pelaku dakwah), mad‟u (obyek dakwah),

materi dakwah maddah, wasilah (media dakwah), thariqah (metode), dan atsar

(efek dakwah).

a. Da‟i(Pelaku dakwah)

Kata da‟i ini secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh ( orang yang

menyampaikan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat

sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang

menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (

orang yang berkhutbah ), dan sebagainya.

b. Mad‟u (Penerima dakwah)

Page 39: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Unsur dakwah yang kedua adalah mad‟u, yaitu manusia yang menjadi sasaran

dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai

kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak atau dengan kata

lain manusia secara keseluruhan

c. Media Dakwah

Media dakwah, yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi

dakwah ( ajaran Islam ) kepada mad’u (Syukir, 1983: 163). Untuk

menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai

wasilah.

d. Thariqah (metode)

Hal yang sangat erat kaitanya dengan metode wasilah adalah metode dakwah

thariqah (metode) dakwah. Kalau wasilah adalah alat-alat yang dipakai untuk

mengoperkan atau menyampaikan ajaran Islam maka thariqah adalah metode

yang digunakan dalam dakwah.

e. Atsar (efek dakwah)

Demikian jika dakwah telah dilakukan oleh seorang da’i dengan materi dakwah,

wasilah, thariqah, tertentu maka akan timbul respons dan efek (atsar) pada

mad’u, (penerima dakwah). Atsar itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa

Arab yang berarti bekasan/sisa, atau tanda. Istilah ini selanjutnya digunakan

untuk menunjukkan suatu ucapan atau perbuatan yang berasal dari sahabat atau

Page 40: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

tabi’in yang pada perkembangan selanjutnya dianggap sebagai hadis, karena

memiliki cirri-ciri sebagai hadis (Nata, 1998: 363).

Page 41: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

BAB III

PROFIL MUHAMMAD QURAIS SHIHAB DAN ISI KANDUNGAN

TAFSIR AL-MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB TENTANG AMAR

MA’RUF NAHI MUNKAR

3.1. Profil Muhammad Qurais Shihab

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir tanggal 16

Februari 1944 di Rapang, Sulawesi Selatan. Ia berasal dari keluarga keturunan Arab

yang terpelajar. Ayahnya, Prof. Abdurrahman Shihab adalah seorang ulama dan guru

besar dalam bidang tafsir. Abdurrahman Shihab dipandang sebagai salah seorang

ulama, pengusaha, dan politikus yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat

Sulawesi Selatan. Kontribusinya dalam bidang pendidikan terbukti dari usahanya

membina dua perguruan tinggi di Ujungpandang, yaitu Universitas Muslim Indonesia

(UMI), sebuah perguruan tinggi swasta terbesar di kawasan Indonesia bagian timur,

dan IAIN Alauddin Ujungpandang. Ia juga tercatat sebagai rektor pada kedua

perguruan tinggi tersebut: UMI 1959-1965 dan IAIN 1972–1977.

Sebagai seorang yang berpikiran progresif, Abdurrahman percaya bahwa

pendidikan adalah merupakan agen perubahan. Sikap dan pandangannya yang

demikian maju itu dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya, yaitu Jami‟atul

Khair, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Murid-murid yang

belajar di lembaga ini diajari tentang gagasan-gagasan pembaruan gerakan dan

pemikiran Islam. Hal ini terjadi karena lembaga ini memiliki hubungan yang erat

dengan sumber-sumber pembaruan di Timur Tengah seperti Hadramaut, Haramaian

Page 42: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

dan Mesir. Banyak guru-guru yang di¬datangkarn ke lembaga tersebut, di antaranya

Syaikh Ahmad Soorkati yang berasal dari Sudan, Afrika. Sebagai putra dari seorang

guru besar, Quraish Shihab mendapatkan motivasi awal dan benih kecintaan terhadap

bidang studi tafsir dari ayahnya yang sering mengajak anak-anaknya duduk bersama

setelah magrib. Pada saat-saat seperti inilah sang ayah menyampaikan nasihatnya yang

kebanyakan berupa ayat-ayat al-Qur'an. Quraish kecil telah menjalani pergumulan dan

kecintaan terhadap al-Qur‟an sejak umur 6-7 tahun. Ia harus mengikuti pengajian al-

Qur‟an yang diadakan oleh ayahnya sendiri. Selain menyuruh membaca al-Qur‟an,

ayahnya juga menguraikan secara sepintas kisah-kisah dalam al-Qur‟an. Di sinilah,

benih-benih kecintaannya kepada al-Qur’an mulai tumbuh.

Pendidikan formalnya di Makassar dimulai dari sekolah dasar sampai kelas 2

SMP. Pada tahun 1956, ia di kirim ke kota Malang untuk “nyantri” di Pondok

Pesantren Darul Hadis al-Faqihiyah. Karena ketekunannya belajar di pesantren, 2

tahun berikutnya ia sudah mahir berbahasa arab. Melihat bakat bahasa arab yg

dimilikinya, dan ketekunannya untuk mendalami studi keislamannya, Quraish beserta

adiknya Alwi Shihab dikirim oleh ayahnya ke al-Azhar Cairo melalui beasiswa dari

Propinsi Sulawesi, pada tahun 1958 dan diterima di kelas dua I'dadiyah Al Azhar

(setingkat SMP/Tsanawiyah di Indonesia) sampai menyelasaikan tsanawiyah Al

Azhar. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Universitas al-Azhar pada Fakultas

Ushuluddin, Jurusan Tafsir dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC. Dua

tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar M.A. pada jurusan yang

sama dengan tesis berjudul “al-I‟jaz at-Tasryri‟i al-Qur'an al-Karim (kemukjizatan al-

Qur'an al-Karim dari Segi Hukum)”. Pada tahun 1973 ia dipanggil pulang ke Makassar

Page 43: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

oleh ayahnya yang ketika itu menjabat rektor, untuk membantu mengelola pendidikan

di IAIN Alauddin. Ia menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan

sampai tahun 1980. Di samping mendududki jabatan resmi itu, ia juga sering mewakili

ayahnya yang uzur karena usia dalam menjalankan tugas-tugas pokok tertentu.

Berturut-turut setelah itu, Quraish Shihab diserahi berbagai jabatan, seperti

koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia bagian timur, pembantu

pimpinan kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental, dan sederetan

jabatan lainnya di luar kampus. Di celah-celah kesibukannya ia masih sempat

merampungkan beberapa tugas penelitian, antara lain Penerapan Kerukunan Hidup

Beragama di Indonesia (1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978).

Untuk mewujudkan cita-citanya, ia mendalami studi tafsir, pada 1980 Quraish

Shihab kembali menuntut ilmu ke almamaternya, al-Azhar Cairo, mengambil

spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya memerlukan waktu dua tahun untuk

meraih gelar doktor dalam bidang ini. Disertasinya yang berjudul “Nazm ad-Durar li

al-Biqa‟i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian dan analisa terhadap keotentikan Kitab

Nazm ad-Durar karya al-Biqa‟i)” berhasil dipertahankannya dengan predikat dengan

predikat penghargaan Mumtaz Ma‟a Martabah asy-Syaraf al-Ula (summa cum laude).

Pendidikan Tingginya yang kebanyakan ditempuh di Timur Tengah, Al-Azhar,

Cairo ini, oleh Howard M. Federspiel dianggap sebagai seorang yang unik bagi

Indonesia pada saat di mana sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di

Barat. Mengenai hal ini ia mengatakan sebagai berikut: "Ketika meneliti bio¬grafinya,

saya menemukan bahwa ia berasal dari Sulawesi Selatan, terdidik di pesantren, dan

menerima pendidikan ting¬ginya di Mesir pada Universitas Al-Azhar, di mana ia

Page 44: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

mene¬rima gelar M.A dan Ph.D-nya. Ini menjadikan ia terdidik lebih baik

dibandingkan dengan hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Popular

Indonesian Literature of the Quran, dan lebih dari itu, tingkat pendidikan tingginya di

Timur Tengah seperti itu menjadikan ia unik bagi Indonesia pada saat di mana

sebagian pendidikan pada tingkat itu diselesaikan di Barat. Dia juga mempunyai karier

mengajar yang penting di IAIN Makassar dan Jakarta dan kini, bahkan, ia menjabat

sebagai rektor di IAIN Jakarta. Ini merupakan karier yang sangat menonjol".

Tahun 1984 adalah babak baru tahap kedua bagi Quraish Shihab untuk

melanjutkan kariernya. Untuk itu ia pindah tugas dari IAIN Makassar ke Fakultas

Ushuluddin di IAIN Jakarta. Di sini ia aktif mengajar bidang Tafsir dan Ulum Al-

Quran di Program S1, S2 dan S3 sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas

pokoknya sebagai dosen, ia juga dipercaya menduduki jabatan sebagai Rektor IAIN

Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998). Setelah itu ia dipercaya

menduduki jabatan sebagai Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal

tahun 1998, hingga kemudian dia diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan

Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab Mesir merangkap

negara Republik Djibouti berkedudukan di Kairo.

Kehadiran Quraish Shihab di Ibukota Jakarta telah memberikan suasana baru dan

disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai aktivitas

yang dijalankannya di tengah-tengah masyarakat. Di samping mengajar, ia juga

dipercaya untuk menduduki sejumlah jabatan. Di antaranya adalah sebagai Ketua

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat (sejak 1984), anggota Lajnah Pentashhih Al-

Qur'an Departemen Agama sejak 1989. Dia juga terlibat dalam beberapa organisasi

Page 45: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

profesional, antara lain Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-

Indonesia (ICMI), ketika organisasi ini didirikan. Selanjutnya ia juga tercatat sebagai

Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syariah, dan Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu

Agama Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Aktivitas lainnya yang ia lakukan

adalah sebagai Dewan Redaksi Studia Islamika: Indonesian journal for Islamic

Studies, Ulumul Qur 'an, Mimbar Ulama, dan Refleksi jurnal Kajian Agama dan

Filsafat. Semua penerbitan ini berada di Jakarta.

Di samping kegiatan tersebut di atas, M.Quraish Shihab juga dikenal sebagai

penulis dan penceramah yang handal. Berdasar pada latar belakang keilmuan yang

kokoh yang ia tempuh melalui pendidikan formal serta ditopang oleh kemampuannya

menyampaikan pendapat dan gagasan dengan bahasa yang sederhana, tetapi lugas,

rasional, dan kecenderungan pemikiran yang moderat, ia tampil sebagai penceramah

dan penulis yang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Kegiatan ceramah ini

ia lakukan di sejumlah masjid bergengsi di Jakarta, seperti Masjid al-Tin dan

Fathullah, di lingkungan pejabat pemerintah seperti pengajian Istiqlal serta di sejumlah

stasiun televisi atau media elektronik, khususnya di.bulan Ramadhan. Beberapa

stasiun televisi, seperti RCTI dan Metro TV mempunyai program khusus selama

Ramadhan yang diasuh olehnya.

Quraish Shihab memang bukan satu-satunya pakar al-Qur'an di Indonesia, tetapi

kemampuannya menerjemahkan dan meyampaikan pesan-pesan al-Qur'an dalam

konteks kekinian dan masa post modern membuatnya lebih dikenal dan lebih unggul

daripada pakar al-Qur'an lainnya. Dalam hal penafsiran, ia cenderung menekankan

pentingnya penggunaan metode tafsir maudu‟i (tematik), yaitu penafsiran dengan cara

Page 46: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

menghimpun sejumlah ayat al-Qur'an yang tersebar dalam berbagai surah yang

membahas masalah yang sama, kemudian menjelaskan pengertian menyeluruh dari

ayat-ayat tersebut dan selanjutnya menarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap

masalah yang menjadi pokok bahasan. Menurutnya, dengan metode ini dapat

diungkapkan pendapat-pendapat al-Qur'an tentang berbagai masalah kehidupan,

sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa ayat al-Qur'an sejalan dengan perkembangan

iptek dan kemajuan peradaban masyarakat.

Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi secara

kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar pesan-pesan yang

terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan nyata. Ia juga banyak

memotivasi mahasiswanya, khususnya di tingkat pasca sarjana, agar berani

menafsirkan al-Qur'an, tetapi dengan tetap berpegang ketat pada kaidah-kaidah tafsir

yang sudah dipandang baku. Menurutnya, penafsiran terhadap al-Qur'an tidak akan

pernah berakhir. Dari masa ke masa selalu saja muncul penafsiran baru sejalan dengan

perkembangan ilmu dan tuntutan kemajuan. Meski begitu ia tetap mengingatkan

perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati dalam menafsirkan al-Qur'an sehingga

seseorang tidak mudah mengklaim suatu pendapat sebagai pendapat al-Qur'an.

Bahkan, menurutnya adalah satu dosa besar bila seseorang mamaksakan pendapatnya

atas nama al-Qur'an.

Quraish Shihab adalah seorang ahli tafsir yang pendidik. Keahliannya dalam

bidang tafsir tersebut untuk diabdikan dalam bidang pendidikan. Kedudukannya

sebagai Pembantu Rektor, Rektor, Menteri Agama, Ketua MUI, Staf Ahli Mendikbud,

Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan, menulis karya ilmiah, dan ceramah amat

Page 47: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan. Dengan kata lain bahw ia adalah seorang

ulama yang memanfaatkan keahliannya untuk mendidik umat. Hal ini ia lakukan pula

melalui sikap dan kepribadiannya yang penuh dengan sikap dan sifatnya yang patut

diteladani. Ia memiliki sifat-sifat sebagai guru atau pendidik yang patut diteladani.

Penampilannya yang sederhana, tawadlu, sayang kepada semua orang, jujur, amanah,

dan tegas dalam prinsip adalah merupakan bagian dari sikap yang seharusnya dimiliki

seorang guru (Shihab, 1998: 56).

3.2. Profil Tafsir Al-Misbah karya Muhammad Quraish Shihab

M. Quraish Shihab memulai dengan menjelaskan tentang maksud-maksud firman

Allah swt sesuai kemampuan manusia dalam menafsirkan sesuai dengan keberadaan

seseorang pada lingkungan budaya dan kondisisosial dan perkambangan ilmu dalam

menangkap pesan-pesan al-Quran. Keagungan firman Allah dapat menampung segala

kemampuan, tingkat, kecederungan, dan kondisi yang berbeda-beda itu. Seorang

mufassir di tuntut untuk menjelaskan nilai-nilai itu sejalan dengan perkembangan

masyarakatnya, sehingga al-Quran dapat benar-benar berfungsi sebagai petunjuk,

pemisah antara yang haq dan bathil serta jalan keluar bagi setiap probelam kehidupan

yang dihadapi, Mufassir dituntut pula untuk menghapus kesalah pahaman terhadap al-

Qur‟an atau kandungan ayat-ayat.

M. Quraish Shihab juga memasukkan tentang kaum Orientalis mengkiritik tajam

sistematika urutan ayat dan surah-surah al-Quran, sambil melemparkan kesalahan

kepada para penulis wahyu. Kaum orientalis berpendapat bahwa ada bagian-bagian al-

Quran yang ditulis pada masa awal karier Nabi Muhammad saw.

Page 48: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Contoh bukti yang dikemukakannya antara lain adalah: QS. Al-Ghasyiyah. Di

sana gambaran mengenai hari kiamat dan nasib orang-orang durhaka, kemudian

dilanjutkan dengan gambaran orang-orang yang taat.

Kemudian beliau mengambil tokoh-tokoh para ulama tafsir, tokoh-tokohnya

seperti: Fakhruddin ar-Razi (606 H/1210 M). Abu Ishaq asy-Syathibi (w.790 H/1388

M), Ibrahim Ibn Umar al-Biqa‟i (809-885 H/1406-1480 M), Badruddin Muhammad

ibn Abdullah Az-Zarkasyi (w.794 H) dan lain-lain yang menekuni ilmu Munasabat al-

Quran/keserasian hubungan bagian-bagian al-Quran.

Ada beberapa prinsip yang dipegangi oleh M. Quraish Shihab dalam karya

tafsirnya, baik tahlîlî maupun mawdhû„î, di antaranya bahwa al-Qur‟an merupakan

satu kesatuan yang tak terpisahkan. Dalam al-Mishbâh, beliau tidak pernah luput dari

pembahasan ilmu al-munâsabât yang tercermin dalam enam hal: • keserasian kata

demi kata dalam satu surah; • keserasian kandungan ayat dengan penutup ayat

(fawâshil); • keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya; • keserasian uraian

awal/mukadimah satu surah dengan penutupnya; • keserasian penutup surah dengan

uraian awal/mukadimah surah sesudahnya; • Keserasian tema surah dengan nama

surah.

Tafsîr al-Mishbâh banyak mengemukakan „uraian penjelas‟ terhadap sejumlah

mufasir ternama sehingga menjadi referensi yang mumpuni, informatif, argumentatif.

Tafsir ini tersaji dengan gaya bahasa penulisan yang mudah dicerna segenap kalangan,

dari mulai akademisi hingga masyarakat luas. Penjelasan makna sebuah ayat tertuang

dengan tamsilan yang semakin menarik atensi pembaca untuk menelaahnya.

Page 49: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Begitu menariknya uraian yang terdapat dalam banyak karyanya, pemerhati karya

tafsir Nusantara, Howard M. Federspiel, merekomendasikan bahwa karya-karya tafsir

M. Quraish Shihab pantas dan wajib menjadi bacaan setiap Muslim di Indonesia

sekarang. Dari segi penamaannya, al-Mishbah berarti “lampu, pelita, atau lentera”,

yang mengindikasikan makna kehidupan dan berbagai persoalan umat diterangi oleh

cahaya al-Qur‟an. Penulisnya mencitakan al-Qur‟an agar semakin „membumi‟ dan

mudah dipahami. Tafsîr al-Mishbâh merupakan tafsir Al-Quran lengkap 30 juz

pertama dalam 30 tahun terakhir, yang ditulis oleh ahli tafsir terkemuka Indonesia :

Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Ke-Indonesiaan penulis memberi warna yang menarik

dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya khasanah pemahaman dan

penghayatan kita terhadap rahasia makna ayat-ayat Allah. Mari terangi jiwa dan

keimanan kita dengan Tafsîr al-Mishbâh sekarang juga (Shihab, 1999:673).

3.3. Ayat-ayat tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Ayat-ayat yang dibahas dalam tafsir al-Misbah ini dapat kita akses melalui suatu

prosedur yang didasarkan atas hubungan sistematis antara pengalaman, ekspresi dan

pemahaman yang dikemukakan dalam teori Hermeneutika Dilthey.

a) Surat Ali-Imran 104

ألئك كش ى عي الو ي يأهشى ببلوعشف كن أهت يذعى إل الخيش لخكي ه

ن الوفلحى

Artinya:” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang

munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104) (Shihab,

2010: 208).

Page 50: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Ayat ini dapat kita akses melalui suatu prosedur yang didasarkan atas

hubungan sistematis antara pengalaman, ekspresi dan pemahaman.

1) Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu unit yang secara kehidupan sudah kita lampui,

dengan demikian pengalaman dalam peristiwa hidup langsung didapati dalam

keseharian (Palmer, 2010: 120).

Suatu pengalaman dalam ayat ali-Imran 104 ini, seorang penafsir dari al-

Qur‟an bertingkat-tingkat. Maksudnya, kebanyakan manusia berbeda-beda

sehingga apa yang diungkapkan dalam penafsiran ini sebagian golongan umat

muslim menyeru kebajikan dengan berpedoman kepada kebaikan dan menjauhi

larangan-Nya. Firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia, sehingga suatu

pengalaman melukiskan apa yang penuh makna, misalnya mungkin mencakup

banyak perjumpaan dengan pengalaman atau penafsir lain jadi pengalaman lain

yang dijumpai dapat ditambahkan dalam pengalaman tafsir ini. Dalam makna

sangat rinci pemikiranya dan untuk memahami isi kandungan ayat tersebut jika

dalam perilaku kesadaran untuk menjalani hidup dengan amar makruf nahi munkar(

menjalankan yang baik menjauhi yang jelek).

2) Ekspresi

Sebuah ekspresi terutama bukanlah merupakan pembentukan perasaan

seseorang namun lebih sebuah” ekspresi hidup” sebuah eskpresi mengacu pada ide,

hukum, bentuk sosial, bahasa dalam kehidupan manusia (Palmer, 2010: 126).

Page 51: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Pembentukan ekspresi dalam tafsir al-Misbah, dalam ayat tersebut terdapat

ekspresi pada ide yang menjalankan kebaikan dan menjauhi yang munkar mendapat

keberuntungan, hukum yang ada dalam menjalankan amar makruf nahi munkar

wajib bagi setiap muslim, sehingga kita menjalankan kegiatan ini dalam masyarakat

akan terlaksana dengan baik. Nilai-nilai kehidupan ada pada ayat tersebut yang

menjalankan kebaikan dapat keberuntungan.

3) Pemahaman

Ilmu tentang tafsir sangat luas dan banyak di kaji beberapa tokoh,

pemahaman dalam kehidupan dengan menjalankan perintah-perintah Allah SAW

ayat ini menerangkan segolongan umat yang mengajak kebajikan untuk menempuh

jalan yang lurus, yaitu menuju kebenaran yang kita ikuti serta mengajak orang

mukmin untuk menghindari kejelekan. Pengetahuan yang dimiliki seseorang

kemampuanya mengamalkan sesuatunya sangat berkurang, bahkan terlupakan atau

hilang. Jika tidak ada yang mengingatkan dalam al-Qur‟an maka pemahaman yang

mendorong kita berbuat baik, semua umat muslim tidak akan mendapan

keberuntungan.

b) Surat Ali-Imran 113-114

ن يضجذى آبء الليل ل الكخبة أهت قبئوت يخلى آيبث الل اء هي أ * ليضا ص يؤهى ببلل

ألئك هي يضبسعى في الخيشاث كش ى عي الو ي يأهشى ببلوعشف م اآلخش الي

الصبلحيي

Artinya: “ Mereka itu tidak sama; di antara Ahl al- Kitab itu ada golongan yang

berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam

hari, sedang mereka bersujud * Mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian,

mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah yang mungkar dan

Page 52: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

bersegera (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang

yang saleh “ (QS. Ali Imran: 113-114) (Shihab, 2010: 227).

1) Pengalaman

Apa yang dikemukakan ayat-ayat ini dialami oleh orang-orang Yahudi sejak dahulu

kala dan berlanjut sampai setelah turunya al-Qur‟an berabad-abad lamanya.

Namun, harus diingat bahwa al-Qur‟an tidak mengeneralisasi. Dalam Surah al-

Isra‟, Allah menceritakan keselamatan mereka dan menegaskan:” Mudah-mudahan

Tuhan akan melimpahkan rahmat-Nya, kepada kamu dan sekiranya kamu kembali

kepada kedurhakaan, niscaya kami kembali mengazabmu”(QS. Al-Isra‟ (17): 8).

Karena itu, ayat 113 dan 114 menegaskan dalam pengalaman bahwa: mereka itu,

yakni Ahli al-Kitab, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sama dalam sikap dan

kelakuan mereka terhadap Allah dan manusia. Ada golongan yang berlaku lurus,

yakni menerima dan melaksanakan secara sempurna tuntunan nabi-nabi mereka

sehingga bersedia untuk percaya kepada kebenaran dan mengamalkan nilai-nilai

luhur (Shihab, 2010: 227)

2) Ekspresi

Menjalankan amar makruf nahi munkar berbeda-beda, dengan mengerjakan hal-hal

yang baik ada dengan kejahatan dulu dan ada yang menjalankan langsung kebaikan,

umat Islam diperintahkan untuk menjalankan kebaikan dengan cara nilai-nilai

luhur. Pada umumnya, ulama-ulama tafsir memahaminya kelompok yang memeluk

agama Islam tidak mengenal sholat tapi dapat diartikan tubduk dan patuh, jadi

ekspresi yang digunakan ayat ini bermacam-macam mengenal Islam.

Page 53: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

3) Pemahaman

Al-Qur‟an sering kali menggunakan istilah semacam termasuk orang-orang yang

saleh, atau termasuk orang-orang mukmin, dan lain-lain untuk menggambarkan

pemahaman seseorang masuk dalam kelompok orang-orang mukmin. Ungkapan

semacam ini dinilai oleh para ulama lebih baik dan lebih tinggi kualitasnya

daripada menyatakan dia adalah orang saleh atau orang mukmin. Hal ini

disebabkan oleh dua hal. Pertama: bahwa masuknya seseorang dalam kelompok

pilihan menunjukkan kemantapan dan kepiawaiannya dalam persoalan atau sifat

yang menandai kelompok itu. Yang kedua: untuk menggambarkan sikap

kebersamaan yang merupakan ciri ajaran Ilahi. Yang masuk dalam satu kelompok

berarti ia tidak sendiri, tetapi bersama semua anggota kelompok itu, dan sepeti

diketahui bantuan Allah dianugrahkan-Nya kepada yang berjama‟ah, dan serigala

tidak menerkam kecuali domba yang sendirian (Shihab, 2010:229).

c) Surat At-Taubah 71

كش ى عي الو ي ليبء بعط يأهشى ببلوعشف ن أ الوؤهبث بعع الوؤهى

يؤحى الزكبة ..…يقيوى الصالة

Artinya : “ Dan orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh yang makruf,

mencegah yang mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat…”(QS. At-

Taubah: 71) (Shihab, 2005: 649-650).

1) Pengalaman

Melalui ayat ini Allah menguraikan keadaan orang-orang mukmin yang

sepenuhnya bertolak belakang dengan keadaan orang munafik. Sekaligus sebagai

dorongan kepada orang-orang munafik dan selain mereka agar tertarik mengubah

Page 54: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

sifat buruk mereka. Dan orang-orang mukmin yang mantap imannya dan terbukti

kemantapanya melalui amal-amal mereka, sehingga pengalaman yang didapat

banyak sekali dalam melaksanakan jalan kebaikan. Allah menjanjikan kepada

orang-orang mukmin lelaki atau perempuan, surge yang dibawahnya mengalir

sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, dan tempat yang bagus di surge, itu

adalah keberuntungan yang besar.

2) Ekspresi

Bukti kemantapan iman mereka adalah mengepresikan melakukan yang ma‟ruf,

mencegah perbuatan yang munkar dengan melaksanakan shalat dengan khusu‟ dan

berkesinambungan, menunaikan zakat dengan sempurna, dan mereka taat kepada

Allah dan Rasul-Nya menyangkut segala tuntunan-Nya. Dan mereka akan

dirahmati Allah dengan rahmat khusus, sesungguhnya Allah Maha Perkasa tidak

dapat dikalahkan kehendak-Nya oleh siapapun lagi Maha Bijaksana, dalam semua

ketetapan (Shihab,2005: 650)

3) Pemahaman

Kenikmatan yang diberikan yang tercantum dalam surat at-Taubah ayat 71 ini,

setiap orang mukmin maupun kelompok mereka ditemukan antara kenikmatan

berhubungan dengan Allah swt, dan pada ketenangan batin yang dihasilkan dari

segala bencana, persatuan dan kesatuan serta kesediaan setiap anggota masyarakat

muslim untuk berkorban demi semuanya. Ini antara lain yang diraih di dunia,

adapun yang diraih di akhirat maka tiada kata yang dapat di sampaikan Rasul saw.

Page 55: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

d) Surat Al-Maidah 78-79

عيض ابي هشين رلك بوب د لعي الزيي كفشا هي بي إصشائيل عل لضبى دا

كبا يعخذى ا كش فعل لبئش هب كبا يفعلى*عص ى عي ه كبا ال يخب

Artinya : Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israel dengan lisan Daud

dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu

melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar

yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka

perbuat itu.(QS. Al-Maidah: 78-79) (Shihab, 2001: 174-175).

1) Pengalaman

Surat diatas merupakan larangan melakukan kesesatan dan mengikuti orang-orang

yang sesat, diingatkan-Nya melalui ayat ini bahwa para nabi yang mereka

agungkan tidak merestui sikap mereka. Karena itu, ditegaskan-Nya melalui ayat

ini bahwa: telah dilaknat, dikutuk oleh Allah dan dijauhkan dari rahmat-Nya,

orang-orang kafir yang merupakan umat dari bani Israil disebabkan oleh lisan

yakni ucapan lidah Daud yang melaksanakan syariatMusa as. dan juga dengan

lisan Isa putra Maryam, yang datang mengukuhkan syariat Musa as. yang

demikian itu yakni kutukan kedua nabi agung itu, tidak lain kecuali, disebabkan

karena mereka, yakni orang-orang yahudi dan Nasrani telah durhaka dengan

melakukan dosa-dosa mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dan masih selalu

melmpui batas kewajaran, baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sehari-

hari.

2) Ekspresi

Ayat ini salah satu bentuk ekspresi melaksanakan kedurhakaan karena melakukan

dosa-dosa tidak menjalankan amar ma‟ruf nahi munkar, kata munkar dipahami

Page 56: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

banyak ulama sebagai segala sesuatu baik maupun perbuatan yang bertentangan

dengan ketentuan agama, akal dan istiadat.

3) Pemahaman

Ala lisan Daud berarti disebabkan yang sekaligus mengandung makna

kemantapan, sehingga kata itu mengisyaratkan bahwa kutukan itu benar-benar

diucapkan oleh lidah beliau, bukan atas namanya, bukan juga dengan bahasa yang

digunakanya. sehingga pada akhirnya ayat ini mengandung makna bahwa kutukan

tersebut tidak lain kecuali karena kedurhakaan mereka. Ada juga ulama yang

mempersamakan kandungan makna durhaka dan melampui batas. Melampui batas

mengakibatkan kedurhakaan, dan kedurhakaan adalah pelampauan batas. Jika

demikian, dua kata berbeda itu pada akhirnya mengandung makna yang sama.

Kendati bentuk kata yang digunakannya berbeda, makna yang dikandungnya pun

mengandung perbedaan karena memakai madhi dan mudhari‟ (Shihab, 2010: 174-

175).

e) Surat Ali-Imran 110

حؤهى ببلل كش ى عي الو ح خن خيش أهت أخشجج للبس حأهشى ببلوعشف ..…ك

Artinya : “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman

kepada Allah…”(QS. Ali Imran: 110) (Shihab, 2010: 221).

1) Pengalaman

Ayat ini kewajiban berdakwah atas umat Islam, mereka dituntut kini di

kemukakan bahwa kewajiban itu pada hakikatnya lahir dari kedudukan umat.

Umat ini sebagai sebaik-baik umat, sejak dahulu dalam pengetahuan Allah adalah

Page 57: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

umat yang terbaik karena adanya sifat-sifat yang menghiasi diri kalian. Umat yang

dikeluarkan, yakni diwujudkan dan ditampakkan untuk manusia seluruhnya sejak

Adam hingga ahir zaman.

2) Ekspresi

Dalam melakukan nilai-nilai Ilahi dengan mencegah kemunkaran, yakni yang

bertentangan dengan nilai-nilai luhur, pencegahan yang sampai pada batas

menggunakan kekuatan dank arena kalian beriman kepada Allah dengan iman

yang benar sehingga atas dasarnya kalian percaya dan mengamalkan tuntunan-

Nya dan tuntunan Rasul-Nya, serta melakukan amar ma‟ruf dan nahi munkar itu

sesuai dengan cara dan kandungan yang diajarkannya.

3) Pemahaman

Ayat di atas, dengan demikian ia menggunakan makna wujudnya sesuatu pada

masa lampau tanpa diketahui kapan itu terjadi dan tidak juga mengandung isyarat

bahwa ia pernah tidak ada atau suatu ketika akan tiada.

f) Surat Al-A‟raf 165

أخزب الزيي ظلوا بعزاة ى عي الضء جيب الزيي ي أ فلوب ضا هب ركشا ب

.بئيش بوب كبا يفضقى

Artinya: “ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada

mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan

Kami timpakan kepada orang-orang yang lalim siksaan yang keras, disebabkan

mereka selalu berbuat fasik” (QS. Al-A‟raf: 165) (Shihab, 2005: 165).

Page 58: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

1) Pengalaman

Tujuan yang diterangkan dengan perbincangan serta nasihat berkelanjutan yang

terbaca pada ayat yang lalu adalah mengantar para pendurhaka itu sadar dan

bertakwa, tetapi mereka tetap lengah dan lupa. Maka tatkala mereka melupakan,

yakni mengabaikan apa yang diperingatkan kepada mereka oleh siapapun antara

lain peringatan bahwa Allah boleh jadi menunda hukuman tapi sama sekali tidak

akan mengabaikan, kami selamatkan orang-orang yang terus menerus melarang

keburukan dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim antara lain kepada

mereka yang mengail pada hari sabtu siksaan yang keras, disebabkan mereka

selalu berbuat fasik.

2) Ekspresi

Peringatan kepada umat muslim bermacam-macam misalnya dengan adanya

gempa, tanah longsor, dan gunung meletus itu semua peringatan yang dilihatkan

untuk kita, supaya kita bisa berfikir bagaimana kita bisa melewati itu semua.

Banyak siksaan yang kita trima orang-orang yang melakukan keburukan,

disebabkan mereka selalu berbuat fasik.

3) Pemahaman

Siksa Allah disebabkan karena melecehkan tuntunan-Nya dan mengabaikan

peringatan-Nya. Adapun lupa maka ia pada hakikatnya menjadi sebab gugurnya

kewajiban dan tidak jatuhnya sanksi, karena itu yang dimaksud dengan lupa pada

ayat ini adalah mengabaikan. Lebih lanjut ulama itu menulis, manusia selalu

dikelilingi oleh bimbingan Allah yang mengingatkannya tentang kewajiban-

kewajiban penting yang ditetapkan Allah swt. Kalau ia istiqamah dan konsisten

Page 59: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

maka itulah yang diharapkan, dan kalau ia mengabaikan konsistensi dan tidak

merasakan teguran, kecaman batin serta rasa perihakibat pelanggaran yang

dilakukanya. Tetapi jika pelanggaran itu berulang tanpa taubat, maka kedurhakaan

berlanjut, maka bertambah lemah pula teguran dan kecaman batin sampai

akhirnya hilang sama sekali sehingga ada atau tidaknya peringatan sama saja buat

mereka, dan inilah yang dimaksud dengan mereka melupakan peringatan, yakni

tidak berbekas lagi dan terhenti sudah pengaruhnya dalam jiwa bagaikan hilang

sama sekali (Shihab,2005: 287).

g) Surat Al-Hajj 41

ا أهشا ببلوعشف ا الزكبة آح ن في األسض أقبها الصالة الزيي إى هكب

عبقبت األهس لل كش .عي الو

Artinya : “ (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di

muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,

menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan

kepada Allah-lah kembali segala urusan“ (QS. Al-Hajj: 41) (Shihab, 2001: 143).

1) Pengalaman

Kedudukan dalam surat ini merupakan ajakan untuk setiap muslim dalam

melaksanakan kebaikan di dunia dan ahirat, melaksanakan rukun-rukun Islam

yang tertera di ayat tersebut. Melaksanakan kebaikan setiap muslim dengan

mengamalkan ajaran dan berbuat makruf untuk semua nilai, maksudnya

menjalankan dan membantu orang-orang yang kesusahan, Allah selalu

memudahkan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Page 60: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

2) Ekspresi

Perbuatan yang ma‟ruf dengan cara kita beribadah kepada Allah saw yang selalu

memberikan kemudahan dan pencerahan buat umatnya, menunaikan zakat bagi

orang yang mampu karena peduli kepada orang-orang di sekeliling kita yang

masih membutuhkan bantuan berbentuk apapun.

3) Pemahaman

Kedudukan di muka bumi ini sangatlah sederhana, dengan kita menjalankan

perintah-perintah Allah saw. yang selalu kita jalankan dengan menjauhkan diri

pada keburukan karena akan membuat kita tersesat kelak, dalam hal ini kita harus

melihat dan memperhatikan apa yang kita jalankan selama ini dengan kebaikan

atau keburukan.

h) Surat Al-Maidah 2

إى .… احقا الل اى العذ ا عل اإلثن ال حعب الخق ا عل البش حعب

شذيذ العقبة .الل

Artinya: “….Dan tolong - menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan

bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS.

Al-Maidah: 2) (Shihab, 2005: 9).

1) Pengalaman

Ayat yang selalu memerintah dan ayat ini melarang, demikian dalam al-Qur‟an

menyebut dua hal yang bertolak belakang secara bergantian ditemukan lagi disini.

Dapat juga dikatakan bahwa ayat ini berbicara uraian tentang apa yang

dikecualikan-Nya. Ayat ini merinci apa yang disinggung di atas, rincian itu

Page 61: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

dimulai dengan hal-hal yang berkaitan dengan haji dan umrah, ayat yang lalu telah

disinggung yakni tidak menghalalkan berburu ketika sedang dalam keadaan

berihram.

2) Ekspresi

Allah menyeru orang-orang beriman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu melanggar syi‟ar-syi‟ar Allah dalam ibadah haji dan umrah bahkan semua

ajaran agama, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, yakni Dzul

Qa‟idah dan lainya jangan mengganggu binatang yang akan disembelih di Mekah

dan sekitarnya.

3) Pemahaman

Janganlah sekali-kali kebencian yang telah mencapai puncaknya sekalipun kepada

suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari masjid al-Haram,

mendorong kamu berbuat aniaya kepada mereka atau selain mereka. Dan tolong

menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan, yakni segala bentuk dan

macam hal yang membawa kepada kemaslahatan duniawi dan atau ukhrawi dan

demikian juga tolong menolonglah dalam ketakwaan, yakni segala upaya yang

dapat menghindarkan bencana duniawi dan ukhrawi, walaupun dengan orang-

orang yang tidak seiman dengan kamu, dan jangan tolong-menolonglah dalam

berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Shihab, 2004: 10).

i). Surat Al-Maidah 63

ن الضحج لبئش هب كبا أكل ن اإلثن ل األحببس عي ق ن الشببيى ب ال ي ل

.يصعى

Page 62: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Artinya: “ Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak

melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?

Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu” (QS. Al-Maidah:

63) (Shihab, 2004: 143).

1) Pengalaman

Ayat yang menegaskan ketiadaan iman mereka, dengan membuktikan kebenaran

penegasan tersebut, yakni buktinya adalah bahwa engkau wahai Muhammad atau

siapa pun yang dapat melihat akan melihat dari saat kesaat dengan mata kepala

atau pikiranmu, banyak dari mereka yang terus dosa, permusuhan, yakni agresi

dan pelampauan batas kewajaran dan memakan yang haram, seperti riba dan

sogok. Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.

2) Ekspresi

Orang-orang yang menjauhkan diri dari gemerlapan duniawi untuk mendekatkan

diri kepada Allah saw atau para cendekiawan, orang-orang bijaksana serta

pemuka-pemuka masyarakat dan pendeta-pendeta mereka yang paham seluk

beluk agama, tidak menghalangi mereka dari saat kesaat dari perkataan mereka

yang dosa, seperti berbohong dan pelecehan agama dan tidak juga melarang

memakan makanan mereka yang haram, sesungguhnya amat buruk apa yang telah

yakni amat terampil dan terbiasa yang mereka kerjakan itu.

3) Pemahaman

Dosa yang dimaksud di sini adalah ucapan-ucapan bohong, serta pelecehan

mereka terhadap agama dan penganjur-penganjurnya sebagaimana dipahami dari

ayat 63. Dengan demikian, ayat di atas menggambarkan dua jenis keburukan

mereka, yakni dalam ucapan dan juga dalam perbuatan, yang dicerminkan oleh

Page 63: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

dua hal, yaitu permusuhan, baik antar mereka satu dengan yang lain maupun

terhadap umat Islam, dan memakan riba (Shihab,2004: 144).

j) Surat Hud 116

ى عي الفضبد في األسض ال كبى هي القشى هي قبلكن أل بقيت ي .…فل

Artinya: “ Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-

orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan)

kerusakan di muka bumi….” (QS. Hud: 116) (Shihab, 2005: 370).

1) Pengalaman

Kelompok ayat ini adalah menutup surat ini, dengan berbicara tentang umat yang

dibinasakan Allah dengan tujuan antara lain kiranya kisah mereka menggugah hati

kaum musyrikin yang enggan menerima kebenaran al-Qur‟an serta tuntunan Nabi

Muhammad saw.

2) Ekspresi

Perintah ayat tersebut adalah istiqamah sambil melarang melampui batas dan

cenderung mengandalkan orang-orang yang zalim. Ayat-ayat yang lalu berpesan

jangan berlaku sebagaimana halnya umat-umat terdahulu yang tidak banyak

tampil di antara mereka orang-orang yang mencegah kemunkaran, sehingga jatuh

siksa Allah terhadap mereka. Sungguh disayangkan mengapa tidak ada dari umat-

umat yang lalu dan seterusnya.

3) Pemahaman

Umat-umat yang menjelaskan, mempunyai keutamaan karena memiliki akal yang

sehat, jiwa yang bersih dan amal-amal kebaikan yang senantiasa melarang

anggota masyarakatnya mengerjakan dan menyetujui perusakan di muka bumi,

tidak ada yang melakukan hal tersebut kecuali sedikit, yaitu orang-orang yang

Page 64: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

telah kami selamatkan di antara mereka, dan sebagian besar di antara mereka yaitu

orang-orang yang zalim tidak melarang kemunkaran dan perusakan dan mereka

diangkuhkan serta dilengahkan oleh nikmat kemewahan yang ada pada mereka,

sehingga mereka melampui batas, serta bergemilang dalam dosa dan mereka

adalah para pendurhaka yang telah mendarah daging dan membudaya

kedurhakaannya. Karena kebanyakan mereka durhaka, maka Allah membinasakan

mereka, tetapi itu bukan kesewenangan dari Allah karena sekali-kali Allah tidak

menzalimi siapa pun (Shihab, 2004: 371).

k) Surat An-Nisa 135

فضكن أ عل أ ل ذاء لل اهيي ببلقضط ش ب الزيي آها كا ق يب أي

الذيي .…ال

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-

benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu

sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu….”(QS. An-Nisa:135) (Shihab, 2005:

615).

1) Pengalaman

Ayat-ayat al-Qur‟an merupakan serat yang membentuk tenunan hidup seseorang

muslim. Karena itu seringkali pada saat al-Qur‟an berbicara tentang aspek

tertentu, tiba-tiba ayat yang lain muncul berbicara tentang aspek dan dimensi lain

yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan bagi yang tekun

mempelajarinya akan menemukan keserasian yang amat mengagumkan, serupa

dengan keserasian hubungan yang memadukan bisikan-bisikan hati manusia yang

saling berbeda, sehingga pada akhirnya dimensi dan aspek yang tadinya terkesan

kacau menjadi terangkai dan terpadu indah, bagai kalung mutiara yang tidak

Page 65: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

diketahui di mana ujung dan pangkalnya, atau seperti vas bunga yang dihiasi oleh

aneka kembang berbeda-beda dan warna-warni tetapi pada akhirnya menghasilkan

pemandangan yang sangat indah.

2) Ekspresi

Dalam menegakkan keadilan menjadi saksi-saksi karena Allah, biarpun terhadap

dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika, ia kaya atau pun miskin,

maka Allah lebih tahu kemaslahatanya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa

nafsu karena ingin menyimpang. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau

berpaling, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang

kamu kerjakan.

3) Pemahaman

Nasihat dan peringatan diatas, dikemukakan juga dalam ayat ini, hasil dari segala

bimbingan sebelum ini terhadap semua umat beriman yaitu, wahai orang-orang

yang beriman, jadilah penegak keadilan yang sempurna lagi sebenar-benarnya,

menjadi saksi-saksi karena Allah, yakni selalu merasakan kehadiran Ilahi

memperhitungkansegala langkah kamu dan menjadikannya demi karena Allah

biarpun keadilan yang kamu tegakkan itu terhadap dirimu sendiri atau terhadap

ibu bapak dan kaum kerabatmu.

l) Surat An-Nisa 114

إصالح بيي البس هعشف أ ن إال هي أهش بصذقت أ ا ال خيش في كثيش هي ج

أجشا عظيوب فؤحي فض .هي يفعل رلك ابخغبء هشظبة الل

Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali

bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau

berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang

Page 66: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami

memberi kepadanya pahala yang besar” (QS. An-Nisa: 114) (Shihab, 2005: 585).

1) Pengalaman

Ayat yang merupakan pendidikan yang sangat berharga bagi masyarakat, yakni

hendaklah anggota masyarakat saling terbuka,sedapat mungkin tidak saling

merahasiakan sesuatu. Keahasiaan mengandung makna ketidakpercayaan, sedang

keterbukaan dan keterusterangan menunjukkan keberanian pembicara. Keberanian

atas dasar kebanaran dan ketulusan. Karena itu, ayat ini menyatakan bahwa tidak

ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka manusia. Dari sini juga

dapat dipahami larangan Nabi saw. Melakukan pembicaraan rahasia di hadapan

orang lain.

2) Ekspresi

Kaum muslimin dan siapa pun menyangkut perbincangan dengan mengecam

perbincangan yang selama ini banyak dilakukan oleh manusia, utamanya orang-

orang munafik. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka

yang melakukan bisikan, siapa pun mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang

yang menyuruh orang lain memberi sedekah atau berbuat makruf, yakni kebajikan

yang direstui agama dan masyarakat atau mengadakan perdamaian di antara

manusia yang berselisih. Dan barang siapa yang berbuat demikian, yakni ketiga

hal yang tersebut di atas karena bersungguh-sungguh mencari keridhaan Allah,

maka kelak dan pasti kami menganugrahkan kepadanya di akhirat pahala yang

besar, banyak, lagi agung.

3) Pemahaman

Page 67: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Pelajaran yang sangat berharga menyangkut pembicaraan yang direstui agama,

sekaligus mengingatkan bahwa amal-amal lahiriah hendaknya selalu disertai

dengan keikhlasan serta keterbatasan dari tujuan duniawi yang sifatnya

menggugurkan amal itu. Perintah bersedekah, perintah melakukan ma‟ruf dan

upaya melakukan perbaikan antar manusia, ketiga hal yang dikecualikan dari

pembicaraan rahasia yang buruk, menunjukkan bahwa amal-amal dapat menjadi

terpuji bila dilakukan secara rahasia, seperti bersedekah, melakukan perbaikan

antara manusia serta amal-amal ma‟ruf tertentu.

m) Surat Al-Hujurat 9

وب عل وب فئى بغج إحذا إى طبئفخبى هي الوؤهيي اقخخلا فأصلحا بي

.…األخش فقبحلا الخي حبغي حخ حفيء إل أهش الل

Artinya: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang

maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu

berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang

berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah…”

(QS. Al-Hujurat: 9) (Shihab, 2003: 243).

1) Pengalaman

Sebagaimana menghadapi berita-berita yakni keharusan meneliti kebenaranya

dan merujuk kepada sumber pertama guna mengetahuinya, ayat-ayat di atas

berbicara tentang perselisihan antara kaum mukminin yang antara lain

disebabkan oleh adanya isu yang tidak jelas kebenaranya. Dan jika ada dua

kelompok yang telah menyatu secara factual atau berpotensi untuk menyatu dari

yakni kedua kelompok itu, sedang atau masih terus menerus berbuat aniaya itu

sehingga ia yakni kelompok itu, sedang atau masih terus menerus berbuat aniaya

Page 68: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

itu sehungga ia kembali kepada perintah Allah yakni kebenaran, jika ia telah

kembali kepada perintah Allah itu maka demikianlah antara keduanya dengan

adil dan dapat ditrima dengan baik.

2) Ekspresi

Memerintahkan untuk melakukan kebaikan dengan tindakan terhadap kebaikan

yang baik, dalam menindakan hal-hal yang dikerjakan untuk dimanfaatkan untuk

masyarakat, dapat diterapkan dalam beribadah kepada Allah yang selalu

memberikan kita nikmat iman dan ihsan dalam kehidupan kita.

3) Pemahaman

Ada dua kelompok dari orang-orang yang mukmin bertikai maka demikianlah

antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat aniaya itu sehingga ia

kembali kepada perintah Allah, jika ia telah kembali maka demikianlah antara

keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang berlaku adil dalam segala hal, karena Allah akan memberikan

kebaikan kepada orang-orang mukmin semua.

3.4. Kandungan makna ayat - ayat tentang Amar ma’ruf nahi munkar

a) Surat Ali-Imran 104

Dengan konsep ma‟ruf, al-Quran membuka pintu yang cukup lebar guna

menampung perubahan nilai-nilai akibat perkembangan positif masyarakat. Hal ini

agaknya ditempuh al-Quran karena ide atau nilai yang dipaksakan atau tidak sejalan

dengan perkembangan budaya masyarakat tidak akan didapat diterapkan. Karena

itu, al-Quran, disamping memperkenalkan dirinya sebagai pembawa ajaran yang

Page 69: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

sesuai dengan fitrah manusia, ia juga melarang pemaksaan nilai-nilainya walau

merupakan nilai yang amat mendasar seperti keyakinan akan keesaan Allah SWT.

Perlu dicatat bahwa konsep maruf hanya membuka pintu bagi perkembangan

positif masyarakat, bukan perkembangan negatifnya. Dari sini, filter al-khair harus

benar-benar difungsikan. Demikian juga halnya dengan munkar, yang pada

gilirannya dapat memengaruhi pandangan tentang mur‟uah, identitas dan intgritas

seseorang (Shihab, 2010 : 212).

Ayat ini mengandung perintah yang wajib dilaksanakan, disamping

menjelaskan bahwa keberuntungan hanya dapat dicapai melalui pelaksanaan hal

tersebut sebagaimana yang ditunjukkan oleh penutup ayat,dan merekalah orang-

orang yang beruntung. Dapat pula disimpulkan bahwa perintah tersebut merupakan

fardhu kifayah, dan bukan fardhu „ain,dan karenanya jika telah ada (secara cukup)

segolongan umat yang melaksanakanya, maka kewajiban tersebut dapat dianggap

gugur berkaitan dengan orang-orang selain mereka. Sebab disini Allah Swt.tidak

menyatakan, hendaklah kalian semuanya menjadi orang-orang yang menyeru

kepada kebijakan tetapi hendaklah ada di antara kalian Oleh sebab itu, jika telah

ada satu orang saja atau sekelompok orang yang melaksanakannya (secara cukup),

maka gugurlah kewajiban tersebut berkaitan dengan orang-orang selain mereka.

Walaupun yang beroleh keberuntungan hanya mereka yang melaksanakanya saja.

Sebaiknya, apabila tak seorang pun dari mereka yang melaksanakan perintah itu,

maka dosanya pasti ditanggung oleh mereka semua yang memiliki kemampuan.

Page 70: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

b) Surat Ali-Imran 113-114

Ayat 113-114 menegaskan bahwah mereka itu, yakni ahli al-kitab, orang-orang

Yahudi dan Nasrani tidak sama dalam sikap dan kelakuan mereka terhadap Allah

dan manusia, diantara Ahl al-qitab itu ada golongan berlaku lurus, yakni

menerima dan melaksanakan secara sempurna tuntunan nabi-nabi mereka sehingga

bersedia untuk percaya kepada kebenatan dan mengamalkan nilai-nilai luhur. Ini

disebabkan mereka selalu membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di

malam hari, sedang mereka juga bersujud, yakni tunduk patuh atau shalat. Mereka

beriman kepada Allah dan hari kemudian sehingga tampak buahnya dalam prilaku

mereka, terbukti antara lain bahwa mereka berbeda dengan kelompok yang

durhaka. Mereka menyuruh kepada yang maruf dan mencegah yang munkar dan

bersegera tidak bermalas-malas seperti orang-orang munafik apalagi mengabaikan;

seperti orang-orang kafir, mengerjakan pelbagai kebajikan; mereka itu orang-orang

yang jujur lagi lurus keberagamaannya dan mereka itu termasuk orang-orang soleh,

yakni yang memelihara nilai-nilai luhur yang diamanakan Allah (Shihab, 2010:

227-228).

Dalam ayat ini, Allah Swt. Tidak begitu saja menggolongkan mereka dalam

kelompok orang-orang saleh, semata-mata karena mereka beriman kepada Allah

dan Hari Akhir saja, tetapi menambahkan pula perbuatan mereka yang ber-amar

ma‟ruf dan nahi munkar.

Page 71: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

c) Surat At-Taubah 71

Melalui ayat ini Allah menguraikan keadaan orang-orang mukmin yang

sepenuhnya bertolak belakang dengan keadaan orang munafik. Sekaligus sebagai

dorongan kepada orang-orang munafik dan selain mereka agar tertarik mengubah

sifat buruk mereka. Dan orang-orang mukmin yang mantap imannya dan terbukti

kemantapannya melalui amal-amal saleh mereka, lelaki dan perempuan, sebagian

mereka dengan sebagian yang lain, yakni menyatu hati mereka, dan senasib serta

sepenanggungan mereka, sehingga sebagian mereka menjadi penolong bagi

sebagian yang lain dalam segala urusan dan kebutuhan mereka. Bukti kemantapan

iman mereka adalah mereka menyuruh melakukan yang ma‟ruf, mencegah

perbuatan yang munkar, melaksanakan shalat dengan khusuk dan bersinambung,

menunaikan zakat dengan sempurna, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya

menyangkut segala tuntunan-Nya. Mereka itu pasti akan di rahmati Allah dengan

rahmat khusuk; sesungguhnya Allah Maha Perkasa tidak dapat dikalahkan atau

dibatalkan kehendak-Nya oleh siapa pun lagi Maha Bijaksana, dalam semua

ketetapan-Nya (Shihab, 2005: 650).

Sehingga Allah melukiskan orang-orang beriman sebagai orang-orang yang

menyuruh mengerjakan yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar. Dapatlah

disimpulkan bahwa mereka yang meninggalkan amar ma‟ruf dan nahi munkar

tidak termasuk dalam kelompok kaum beriman seperti disebutkan dalam ayat ini.

Page 72: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

d) Surat Al-Maidah 78-79

Kandungan ayat ini melarang melaukan kesesatan dan mengikuti orang-orang

yang sesat, diingatkan-Nya melalui ayat ini bahwa para nabi yang mereka agungkan

tidak merestui sikap mereka. Karena itu, ditegaskan-Nya melalui ayat ini bahwa:

Telah dilaknat, dikutuk oleh Allah dan dijauhkan dari rahmat-Nya, orang-orang

kafir yang merupakan umat dari Bani Israel disebabkan oleh lisan yakni ucapan

lidah Daud yang melaksanakan syariat Musa as. Dan juga dengan lisan Isa putra

Maryam, yang datang mengukuhkan syariat Musa as. Yang demikian itu yakni

kutukan kedua nabi agung itu, tidak alain kecuali, disebabkan karena mereka, yakni

orang-orang Yahudi dan Nasrani telah durhaka dengan melakukan dosa-dosa

mereka kepada Allah dan Rasul-Nya dan masih selalu melampui batas kewajaran

baik dalam beragama maupun dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk

kedurhakaan mereka, khusunya Ulama dan cerdik cendekia mereka, sekaligus

menjelaskan mereka yang mungkin muncul dalam benak, yakni bagaimana satu

umat secara keselurahan dapat dikutuk! Ini dijelaskan dan dijawab dalam firman-

Nya diatas bahwa: Mereka senantiasa dan sejak dulu hingga kini tidak saling

melarang tindakan munkar yang mereka perbuat, yakni tidak saling melarang

mengulangi perbuatan munkar yang diperbuat sebagian mereka. Sungguh umat

yang buruklah apa yang mereka perbuat itu (Shihab, 2010: 174-176).

Dalam ayat ini sungguh merupakan puncak kecaman keras, mengingat

pernyataan Allah Swt. bahwa adanya mereka layak dilaknat adalah semata-mata

karena mereka meninggalkan tindakan mencegah kemunkaran di antara mereka.

Page 73: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

e) Surat Ali-Imron 110

Setelah menjelaskan kewajiban berdakwah atas umat Islam, pada ayat 104,

persatuan dan kesatuan mereka yang dituntut, ini dikemukakan bahwa kewajiban

itu dan tuntutan itu pada hakikatnya lahir dari kedudukan umat ini sebagai sebaik-

baiknya umat. Ini yang membedakan mereka yang sementara Ahl-Kitab yang justru

yang mengambil sikap bertolak dengan itu tanpa ketiga hal tersebut oleh ayat ini

kedudukan ini sebagai sebaik-baiknya umat tidak dapat mereka pertahankan.

Kamu, wahai seluruh umat Muhammad dari generasi kegenerasi berikutnya

sejak dahulu dalam pengetahuan Allah adalah umat yang terbaik karena adanya

sifat-sifat yang menghiasi diri kalian. Umat yang dikeluarkan, yakni diwujudka dan

ditampakkan umat manusia seluruhnya sejak Adam hingga akhir zaman. Ini karena

kalian adalah umat yang terus menerus tanpa bosan menyuruh kepada yang makruf

yakni apa yang dinilai baik oleh masyarakat selama serjalan dengan nilai-nilai

Illahi, dan mencegah yang munkar yakni yang bertentangan nilai-nilai luhur,

pencegahan yang sampai pada batas yang menggunakan kekuatan dan karena

kalian beriman kepada Allah, dengan iman yang benar sehingga atas dasarnya

kalian percaya dan mengamalkan tuntunan-Nya dan tuntunan Rasul-Nya, serta

melakukan amar ma‟ruf dan nahi munkar itu sesuai dengan cara dan kandungan

yang di ajarkannya. Inilah yang menjadikan kalian meraih kebajikan, tapi jangan

juga Allah pilih kasih sekiranya Ahl-Kitab, yakni orang Yahudi dan Nasrani

beriman sebagaimana keimanan mereka tidak bercerai berai tentulah itu baik juga

bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman sebagaimana iman kalian,

sehingga demikian merekapun meraih kebijakan itu dan menjadi pula bagian dari

Page 74: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

sebaik-baiknya umat, tetapi jumlah mereka tidak banyak kebanyakan mereka

adalah orang-orang yang fasik. Yakni keluar dari ketaatan kepada tuntutan-

tuntutan Allah swt (Shihab, 2010: 221-222).

Ayat ini menunjukkan betapa besarnya fadhilah (keutamaan) amar ma‟ruf

dan nahi munkar, mengingat bahwa dengan melaksanakannya mereka menjadi

umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.

f) Surat Al-A‟raf 165

Tujuan perbincangan serta nasihat berkelanjutan yang terbaca pada ayat

yang lalu adalah mengantar para pendurhaka itu sadar dan bertakwa, tetapi mereka

tetap lengah dan lupa. Maka tatkala mereka melupakan, yakni mengabaikan apa

yang diperingatkan kepada mereka oleh siapapun antara lain peringatan bahwa

Allah boleh jadi menunda hukuman tapi sama sekali tidak akan mengabaikan, Kami

selamatkan orang-orang yang terus menerus melarang keburukan dan kami

timpakan kepada orang-orang yang zalim antara lain kepada mereka yang mengail

pada hari sabtu siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu perbuat fasik

(Shihab, 2005: 286).

Jadi ayat ini, Allah menjelaskan bahwa mereka memperoleh keselamatan

disebabkan mereka melarang perbuatan buruk dan hal itu menunjukkan bahwa yang

demikian itu adalah sesuatu yang diwajibkan.

Page 75: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

g) Surat Al-Hajj 41

Dalam ayat ini diterangkan kalau orang-orang yang diusir dari kampung

halamannya ialah orang-orang yang apabila Kami meneguhkan kedudukan mereka

di dalam negeri, lalu mereka mengalahkan kaum musyrikin. Lalu, mereka taat

kepada Allah, mendirikan shalat seperti yang diperintahkan kepada mereka,

mengeluarkan zakat harta yang telah diberikan kepada mereka, menyeru manusia

untuk mentauhidkan Allah dan taat kepadaNya, menyuruh orang untuk

mengerjakan apa yang diperintahkan oleh syari‟at, dan melarang melakukan

kemusyikan serta kejahatan.

Sesungguhnya Allah menyejajarkan amar ma‟ruf dan nahi munkar dengan

pelaksanaan shalat dan zakat sebagai sifat-sifat utama kaum mukminin yang baik-

baik.

h) Surat Al-Maidah 2

Dalam surat Al-Maidah ayat 2 ini tentang memerintah dan melarang.

Demikian kebiasan al-Quran menyebut dua hal yang bertolak belakang secara

bergantian ditemukan lagi disini. Dapat juga dikatakan bahwa ayat yang lalu

berbicara secara umum, termasuk uraian tentang apa yang dikecualiakn-Nya. Ayat

ini merinci apa yang disinggung diatas. Rincian itu dimulai dengan hal-hal yang

berkaitan dengan haji dan umrah, yang pada ayat lalu telah disinggung, yakni tidak

tidak menghalalkan berburu ketika sedang dalam keadaan berihram. Di sini sekali

lagi Allah menyeru orang-orang beriman: Hai orang-orang yang beriman,

janganlah kamu melanggar syi‟ar-syi‟ar Allah dalam ibadah haji dan murah

Page 76: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

bahkan semua ajaran agama , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan

haram, yakni Dzul Qa‟idah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab, jangan

mengganggu binatang al-hadya, yaitu binatang yang akan disembelih di Mekah

dan sekitarnya, dan yang dijadikan sebagai persembahan kepada Allah, demikian

pula jangan mengganggu al-qala‟id, yaitu binatang-binatang yang dikalungi

lehernya sebagai tanda bahwa ia adalah persembahan yang sangat istimewa, dan

jangan juga mengganggu para pengunjung Bairullah, yakni siapa pun yang ingin

melaksanakan ibadah haji atau umrah sedang mereka melakukan hal tersebut dalam

keadaan mencari dengan sungguh-sungguh karunia keuntungan duniawi dan

keridhaan ganjaran ukhrawi dari Tuhan mereka (Shihab 2004:10).

Ayat ini merupakan perintah yang tegas. Adapun makna bertolong-

menolong ialah saling mendorong melakukannya, melapangkan jalan untuk

perbuatan kebajikan dan menutup pintu-pintu kejahatan dan pelanggaran dengan

sekuat tenaga dan kemampuan.

i) Surat Al-Maidah 63

Setelah menegaskan ketiadan iman mereka, ayat ini membuktikan kebenaran

penegasan tersebut, yakni buiktinya adalah bahwa engkau wahai Muhammad atau

siapa pun yang dapat melihat akan melihat dari saat ke saat dengan mata kepala

atau pikiran pikiranmu banyak dari mereka yang terus menerus bersegera bagaikan

berlomba dengan orang lain dalam melakukan dosa, permusuhan, yakni agresi dan

pelampuan batas kewajaran dan memakan yang haram, seperti riba dan sogok.

Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.

Page 77: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Mengapa ar-Rabbaniyyun, yaitu orang-orang yang menjauhkan diri dari

gemerlapan duniawi untuk mendekatkan diri pada Allah atau para cendikiawan,

orang-orang bijaksana serta pemuka-pemuka masyarakat dan pendeta-pendeta

mereka yang paham seluk beluk agama, tidak menghalangi mereka dari saat kesaat

dari perkataan mereka yang dosa, seperti berbohong dan pelecehan agama dan

tidak juga melarang memakan makanan mereka yang haram? Sesungguhnya amat

buruk apa yang telah yakni amat terampil dan terbiasa yang mereka kerjakan itu.

Yusari‟un fi al- istm, / bersegerah dalam dosa dst, berarti melakukan dosa-

dosa dengn penuh antusias, bagaikan orang yang berlomba ingin meraih

kemenangan. Penggunaan kata fi/ dalam bukan ila/ menuju yang dalam, sehingga

mereka tidak mudah keluar dari dalam jurang itu. Di sisi lain, jika dikatakan

ila/menuju maka ia dapat memberi kesan bahwa mereka pernah meninggalkan

wadah dosa, permusuhan dan maka riba itu. Dosa yang dimaksud di sini ucapan-

ucapan bohong, serta pelecehan mereka terhadap agama dan penganjur-

penganjurnya sebagaimana di pahami dalam ayat tersebut (Shihab, 2004:143).

Jadi di sini Allah Swt. menegaskan bahwa para pendeta itu telah berdosa

karena meninggalkan pencegahan dari perbuatan kejahatan.

j) Surat Hud 116

Kelompok ayat-ayat ini adalah penutup surah ini, yang sebelumnya telah

berbicara tentang umat-umat yang dibinasakan Allah dengan tujuan antara lain

kiranya kisah mereka menggugah hati kaum musyrikin yang enggan menerima

kebenara al-Qur‟an serta tuntunan Nabi Muhammad saw (Shihab, 2004: 370).

Page 78: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Penjelasan dalam ayat ini, Allah Swt. menjelaskan bahwa ia telah

memusnahkan mereka, kecuali sebagian kecil dari mereka yang diselamatkan,

yaitu yang senantiasa melarang dari perbuatan kerusakan.

k) Surat An- Nisa 135

Dikemukakan dalam ayat ini natijah/hasil dari segala bimbingan sebelum

ini terhadap semua umat beriman yaitu Wahai orang-orang yang beriman, jadilah

penegak-penegak keadilan yang sempurna lagi sebenar-benarnya, menjadi saksi-

saksi karena Allah, yakni selalu merasakan kehadiran Ilahi memperhitungkan

segala langkah kamu dan menjadikannya demi karena Allah biarpun keadilan

yang kamu tegakkan itu terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan

kaum kerabatmu, misalnya terhadap anak atau saudara dan paman kamu sendiri.

Jika ia, yakni pribadi yang disaksikan, kaya yang boleh jadi kamu harapankan

bantuannya atau ia disegani dan ditakuti atau pun miskin yang biasanya dikasihi

sehingga menjadikan kamu bertindak tidak adil guna memberinya manfaat atau

menolak mudharat yang dapat jatuh atas mereka maka sekali-kali jangan jadikan

kondisi itu alas an untuk tidak menegakkan keadilan karena Allah lebih utama dan

lebih tahu kemaslahatan mereka sehingga tegakkanlah keadilan demi karena Allah

(Shihab, 2010: 757).

Ayat ini menjelaskan, itulah amar ma‟ruf yang ditujukan kepada kedua

orang tua dan kaum kerabat.

Page 79: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

l) Surat An-Nisa 114

Ayat ini menuntun kaum muslimin dan siapapun menyangkut perbincangan

dengan mengecam perbincangan yang selama ini banyak dilakukan oleh manusia,

utamanya orang-orang munafik.

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka yang

melakukan bisikan, siapa pun mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang

menyuruh orang lain memberi sedekah, atau berbuat makruf, yakni kebajikan

yang direstui agama dan masyarakat atau mengadakan perdamaian di antara

manusia yang berselisih,. Dan barang siapa yang berbuat demikian, yakni ketiga

hal disebut diatas karena bersungguh-sungguh mencari keridhaan Allah, maka

kelak dan pasti Kami menganugrahkan kepadanya di akhirat pahala yang besar,

banyak, lagi agung.

Ayat ini juga mengandung pelajaran yang sangat berharga menyangkut

pembicaraan yang direstui agama, sekaligus mengingatkan bahwa amal-amal

lahiriah hendaknya selalu disertai dengan keikhlasan serta keterbatasan dari tujuan

duniawi yang sifatnya menggugurkan amal itu (Shihab, 2010: 716).

m) Surat Al- Hujurat 9

Dalam surat Al-Hujarat ayat 9 ini berbicara tentang perselisihan antara

kaum mukminin yang antara lain disebabkan oleh adanya isu yang tidak jelas

kebenaranya. Dan jika ada dua kelompok yang telah menyatu secara faktual atau

berpotensi untuk menyatu dari yakni sedang mereka adalah orang-orang mukmin

bertikai dalam bentuk sekecil apapun maka demikianlah antara keduanya. Jika

Page 80: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

salah satu dari keduanya yakni kedua kelompok itu, sedang atau masih terus

menerus berbuat aniaya terhadap kelompok yang lain sehingga enggan menerima

kebenaran dan atau perdamaian maka tindaklah kelompok yang berbuat aniaya itu

sehingga ia yakni kelompok itu kembali kepada perintah Allah yakni menerima

kebenaran, jika ia telah kembali kepada perintah Allah itu maka demikianlah

antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah dalm segala hal agar putusan

kamu dapat diterima dengan baik oleh semua kelompok. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang berlaku adil (Shihab, 2003: 243).

Quraish Shihab banyak menekankan perlunya memahami wahyu Ilahi

secara kontekstual dan tidak semata-mata terpaku pada makna tekstual agar

pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat difungsikan dalam kehidupan

nyata. Ia juga banyak memotivasi mahasiswanya, khususnya di tingkat pasca

sarjana, agar berani menafsirkan Al-Qur‟an, tetapi dengan tetap berpegang ketat

pada kaidah-kaidah tafsir yang sudah dipandang baku. Menurutnya, penafsiran

terhadap al-Qur‟an tidak akan pernah berakhir. Dari masa ke masa selalu saja

muncul penafsiran baru sejalan dengan perkembangan ilmu dan tuntutan

kemajuan. Beliau tetap mengingatkan perlunya sikap teliti dan ekstra hati-hati

dalam menafsirkan al-Qur‟an sehingga seseorang tidak mudah mengklaim suatu

pendapat sebagai pendapat al-Qur‟an. Bahkan, menurutnya adalah satu dosa bila

seseorang memaksakan pendapatnya atas nama al-Qur‟an.

Jadi ayat ini upaya mendamaikan antara kedua golongan orang-orang

mukmin yang bertikai merupakan pencegahan terhadah pelanggaran atas hak

orang lain dan upaya mengembalikan mereka kepada ketaatan kepada Allah Swt.

Page 81: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

yang apabila tidak mereka turuti, maka Allah telah memerintahkan agar mereka

diperangi, seperti dalam penghujung ayat di atas. Dan yang demikian itu termasuk

nahi munkar.

Page 82: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

BAB IV

ANALISIS

4.1. Analisis konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam tafsir Al-Misbah

karya Quraish Shihab

4.1.1. Amar ma’ruf nahi munkar

Konsep amar ma’ruf nahi munkar dalam tafsir Al-Misbah

dapat di analisis melalui teori dalam bukunya Palmer yang berjudul

Hermeneutika teori baru mengenai interpretasi, metode yang

digunakan adalah Metode analisis Hermeneutik yaitu studi tentang

prinsip-prinsip metodologis interpretasi dan ekplanasi, yang

dimaksudkan untuk menguraikan tentang makna. Pada rumusan

masalah yang dipecahkan menggunakan analisis dari teori Formula

hermeneutika Dilthey yaitu suatu prosedur yang di dasarkan atas

hubungan sistematis antara hidup atau pengalaman, ekspresi dan

pemahaman.

Teori Dilthey memfokuskan dalam mengembangkan metode

memperoleh interpretasi ”obyektivitas yang valid” dari ” ekpresi

kehidupan, dan cara berfikir dari ilmu alam, dan menggunakanya

untuk studi manusia (Palmer, 2010: 110-112).

a) Surat Ali-Imran 104

Dalam tafsir Al-Misbah terdapat ayat-ayat yang menjelaskan

tentang amar ma’ruf nahi munkar antara lain; Surat Ali-Imran ayat

Page 83: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

104 di sini terdapat kata منكم ada ulama yang memahaminya dalam

arti sebagian, dengan demikian perintah berdakwah yang dipesankan

oleh ayat ini tidak tertuju kepada setiap orang. Bagi yang

memahaminya demikian, ayat ini buat mereka mengandung dua

macam perintah, yang pertama kepada seluruh umat Islam agar

membentuk dan menyiapkan satu kelompok khusus yang bertugas

melaksanakan dakwah, sedang perintah yang kedua adalah kepada

kelompok khusus itu untuk melaksanakan dakwah kepada kebajikan

dan makruf serta mencegah kemunkaran. Ada juga ulama yang

memfungsikan منكم dalam arti penjelasan sehingga ayat ini

merupakan perintah kepada setiap orang muslim untuk

melaksanakan tugas dakwah, masing-masing sesuai kemampuannya.

Selanjutnya, ditemukan bahwa ayat di atas menggunakan dua

kata yang berbeda dalam rangka perintah berdakwah. Pertama,

adalah kata يدعىن yakni mengajak, dan kedua adalah يأمرون

yakni memerintah (Shihab, 2010:209-210).

Dilihat dari segi pengalaman dalam ayat ini, seorang

Mufasirin dari al-Qur‟an bertingkat-tingkat. Maksudnya, keberadan

manusia mempunyai tipologi pemikiran berbeda-beda dalam

penafsiran ini sebagian golongan umat muslim yang menyeru kepada

kebajikan dengan berpedoman kepada kebaikan dan menjauhi

larangan-Nya. Firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia,

Page 84: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

sehingga suatu pengalaman melukiskan apa yang penuh makna,

misalnya mungkin mencakup banyak perjumpaan dengan

pengalaman atau penafsir lain jadi pengalaman lain yang dijumpai

dapat ditambahkan dalam pengalaman tafsir ini. Kesimpulany adalah

seseorang mufasirin harus menegakan yang ma‟ruf dan menjauhi

yang munkar.

Tafsir al-Misbah dalam ayat tersebut terdapat ekspresi

pemikiran yang mewujudkan kebaikan dan menjauhi yang munkar

mendapat keberuntungan, wajib hukumnya bagi seoarang muslim

untuk menegakan amar maruf nahi munkar, sehingga terwujudnya

tatanan masyarakat yang beriman dan bertaqwa. Nilai-nilai

kehidupan ada pada ayat tersebut yang menjalankan kebaikan dapat

keberuntungan. Ilmu tentang tafsir sangat luas dan banyak dikaji

beberapa tokoh, pemahaman dalam kehidupan dengan menjalankan

perintah-perintah Allah SAW ayat ini menerangkan segolongan umat

yang mengajak kebajikan untuk menempuh jalan yang lurus, yaitu

menuju kebenaran yang kita ikuti serta mengajak orang mukmin

untuk menghindari kejelekan. Pengetahuan yang dimiliki seseorang

kemampuanya mengamalkan sesuatunya sangat berkurang, bahkan

terlupakan atau hilang. Dalam hal mewujudkan kebaikan dan

menjauhi larangan dapat di kemukakan dalam ini.

b) Surat Ali-Imran 113-114

Page 85: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Sedangkan dalam Surat Ali-Imran ayat 113-114, mereka

dilukiskan oleh ayat di atas dengan yang يسارعىن في الخيرات

penulis terjemahkan dengan bersegera mengerjakan berbagai

kebajikan, bukanya bersegera kepada (mengerjakan) berbagai

kebajikan; seperti sementara penerjemah menerjemahkannya.

Pilihan penulis itu disebabkan ayat ini tidak menggunakan kata ( لي\ )

yang arti menuju ke, tetapi ayat ini menggunakan (ف) yang berarti

berada di dalam. Ini memberi kesan bahwa sejak semula mereka

telah berada dalam koridor atau wadah kebajikan. Mereka berpindah

dari satu kebajikan kepada kebajikan yang lain karena mereka telah

berada di dalamnya, bukan berada di luar koridor itu. Bila mereka

berada di luar koridor kebajikan, itu berarti mereka dalam kesalahan

yang mengharuskan mereka pindah dari sana menuju kebajikan.

Ayat 113 dan 114 menegaskan dalam pengalaman bahwa:

mereka itu, yakni Ahli al-Kitab, orang-orang Yahudi dan Nasrani

tidak sama dalam sikap dan kelakuan mereka terhadap Allah dan

manusia. Ada golongan yang berlaku lurus, yakni menerima dan

melaksanakan secara sempurna tuntunan nabi-nabi mereka sehingga

bersedia untuk percaya kepada kebenaran dan mengamalkan nilai-

nilai luhur.

Dengan menjalankan yang baik dan keburukan berbeda-beda,

dengan mengerjakan hal-hal yang baik ada dengan kejahatan dulu

Page 86: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

dan ada yang menjalankan langsung kebaikan, umat Islam

diperintahkan untuk menjalankan kebaikan dengan cara nilai-nilai

luhur. Pada umumnya, ulama-ulama tafsir memahaminya kelompok

yang memeluk agama Islam tidak mengenal sholat tapi dapat

diartikan tubduk dan patuh, jadi ekspresi yang digunakan ayat ini

bermacam-macam mengenal Islam. Al-Qur‟an sering kali

menggunakan istilah semacam termasuk orang-orang yang saleh,

atau termasuk orang-orang mukmin, dan lain-lain untuk

menggambarkan pemahaman seseorang masuk dalam kelompok

orang-orang mukmin. Ungkapan semacam ini dinilai oleh para

ulama lebih baik dan lebih tinggi kualitasnya daripada menyatakan

dia adalah orang saleh atau orang mukmin. Hal ini disebabkan oleh

dua hal. Pertama: bahwa masuknya seseorang dalam kelompok

pilihan menunjukkan kemantapan dan kepiawaiannya dalam

persoalan atau sifat yang menandai kelompok itu. Yang kedua: untuk

menggambarkan sikap kebersamaan yang merupakan ciri ajaran

Ilahi. Yang masuk dalam satu kelompok berarti ia tidak sendiri,

tetapi bersama semua anggota kelompok itu, dan sepeti diketahui

bantuan Allah dianugrahkan-Nya kepada yang berjama‟ah, dan

serigala tidak menerkam kecuali domba yang sendirian, itulah yang

dikemukakan dalam surat tersebut.

c) Surat At-Taubah 71

Page 87: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Dalam surat At-Taubah 71, firman-Nya بعضهم أولياء

sebagian mereka adalah penolong sebagian yang lain berbedaبعض

redaksinya dengan apa yang dilukiskan menyangkut orang munafik.

Ayat 67 yang lalu menggambarkan mereka sebagai ba’dhuhum min

ba’dh/sebagian mereka dari sebagian yang lain. Perbedaan ini

menurut al-Biqa‟i untuk mengisyaratkan bahwa kaum mukminin

tidak saling menyempurnakan dalam keimanannya, karena setiap

orang di antara mereka telah mantap imannya, atas dasar dalil-dalil

pasti yang kuat, bukan berdasar taklid. Pendapat serupa

dikemukakan oleh Thahir Ibnu Asyur yang menyatakan bahwa yang

menghimpun orang-orang mukmin adalah keimanan yang mantap

yang melahirkan tolong-menolong yang diajarkan Islam. Tidak

seorang pun yang bertaklid kepada yang lain atau mengikutinya

tanpa kejelasan dalil. Ini tulis Ibnu „Asyur- dipahami dari kandungan

makna auwliya’ yang mengandung makna ketulusan dalam tolong

menolong. Berbeda dengan kaum munafikin yang kesatuan antar

mereka lahir dari dorongan sifat-sifat buruk.

Menunaikan zakat dengan sempurna menjadikan kenikmatan

yang diberikan yang tercantum dalam surat at-Taubah ayat 71 ini,

setiap orang mukmin maupun kelompok mereka ditemukan antara

kenikmatan berhubungan dengan Allah swt, dan pada ketenangan

batin yang dihasilkan dari segala bencana, persatuan dan kesatuan

Page 88: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

serta kesediaan setiap anggota masyarakat muslim untuk berkorban

demi semuanya. Dan mereka akan mendapat balasan atau

kenikmatan yang di dapatnya di dunia.

d) Surat Al-Maidah 78-79

Ayat ala pada firman-Nya: ala lisan Daud berarti disebabkan

yang sekaligus mengandung makna kemantapan, sehingga lidah

beliau, bukan atas namanya, bukan juga dengan bahasa yang

digunakanya. Menurut Thahir Ibn Asyur, gabungan dari tiga hal

yang dikandung ayat diatas dzalika/itu, ala/sebab dan jawaban

terhadap adanya pertanyaan di atas, ketiganya melahirkan

pembatasan, sehingga pada akhirnya ayat ini mengandung makna

bahwa kutukan tersebut tidak lain kecuali karena kedurhakaan

mereka. Asy-Sya‟rawi memahami kata ashauw/mereka durhaka

pada ayat ini dalam arti melakukan pelanggaran yang akibatnya

hanya menimpa diri sendiri, sedang kata ya’tadun/ mereka

melampaui batas adalah kedurhakaan yang menimpa pihak lain.

Sedangkan ayat selanjutnya bahwa kata yatanahaun/saling melarang

dalam arti bila ada yang melakukan suatu kemunkaran, maka yang

lain melarangnya, dan bila suatu ketika yang melarang itu

melakukan kemunkaran serupa/berbeda, maka ada lagi yang yang

tampil melarangnya, baik yang dahulu pernah dilarang maupun

anggota masyarakat lain. Kata yatanahaun dapat juga dipahami

dalam arti berhenti, yakni tidak melakukan, sehingga jika dipahami

Page 89: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

demikian, dengan penambahan kata la/tidak, ayat ini berarti bahwa

mereka terus menerus dan tidak henti-hentinya melakukan

kemunkaran. Ayat ini merupakan salah satu dasar menyangkut dasar

kewajiban melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar (Shihab,

2004:174-176).

Melalui ayat ini Allah menguraikan keadaan orang-orang

mukmin yang sepenuhnya bertolak belakang dengan keadaan orang

munafik. Sekaligus sebagai dorongan kepada orang-orang munafik

dan selain mereka agar tertarik mengubah sifat buruk mereka. Dan

orang-orang mukmin yang mantap imannya dan terbukti

kemantapanya melalui amal-amal mereka, sehingga pengalaman

yang didapat banyak sekali dalam melaksanakan jalan kebaikan.

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki atau

perempuan, surge yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal

mereka didalamnya, dan tempat yang bagus di surge, itu adalah

keberuntungan yang besar.

Dijelaskan dalam bukti kemantapan iman mereka adalah

mengepresikan melakukan yang ma‟ruf, mencegah perbuatan yang

munkar dengan melaksanakan shalat dengand khusu‟ dan

berkesinambungan, menunaikan zakat dengan sempurna, dan mereka

taat kepada Allah dan Rasul-Nya menyangkut segala tuntunan-Nya.

Dan mereka akan dirahmati Allah dengan rahmat khusus,

Page 90: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

sesungguhnya Allah Maha Perkasa tidak dapat dikalahkan kehendak-

Nya oleh siapapun lagi Maha Bijaksana, dalam semua ketetapan.

e) Surat Ali-Imran 110

Dalam tafsir Qurais Shihab (2010: 222) ayat 110 kata kuntum,

yang digunakan ayat di atas, ada yang memahaminya sebagai kata

kerja yang sempurna, kana tammah sehingga ia diartikan wujud,

yakni kamu wujud dalam keadaan sebaik-baik umat. Ada juga yang

memahaminya dalam arti kata kerja yang tidak sempurna, kana

naqishah, dan dengan demikian ia mengandung makna wujudnya

sesuatu pada masa lampau tanpa diketahui kapan itu terjadi dan tidak

juga mengandung isyarat bahwa ia pernah tidak ada atau suatu ketika

akan tiada. Jika demikian, ayat ini berarti kamu dahulu dalam ilmu

Allah adalah sebaik-baik umat. Surat ini juga menggunakan

ummah/umat. Kata ini digunakan untuk menunjuk semua kelompok

yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama yang sama, waktu atau

tempat yang sama, baik yang penghimpunanya secara terpaksa

maupun atas kehendak mereka. Demikian ar- Raghib dalam al-

Mufradat fi gharib al-Qur’an. Kalimat tu’minuna billah dipahami

oleh pengarang tafsir al-Mizan, dalam arti percaya kepada ajakan

bersatu untuk berpegang teguh pada tali Allah, tidak bercerai berai.

Kewajiban dalam berdakwah atas umat Islam, mereka dituntut

kini di kemukakan bahwa kewajiban itu pada hakikatnya lahir dari

Page 91: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

kedudukan umat. Umat ini sebagai sebaik-baik umat, sejak dahulu

dalam pengetahuan Allah adalah umat yang terbaik karena adanya

sifat-sifat yang menghiasi diri kalian. Umat yang dikeluarkan, yakni

diwujudkan dan ditampakkan untuk manusia seluruhnya sejak Adam

hingga ahir zaman. Nilai-nilai Ilahi dengan mencegah kemunkaran,

yakni yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur, pencegahan yang

sampai pada batas menggunakan kekuatan dank arena kalian

beriman kepada Allah dengan iman yang benar sehingga atas

dasarnya kalian percaya dan mengamalkan tuntunan-Nya dan

tuntunan Rasul-Nya.

f) Surat Al-A‟raf 165

Thabathaba‟i mengomentari ayat 165 dalam tafsir ini, falamma

nasu ma zdukkiru bih/maka tatkala mereka melakukan apa yang

diperingatkan kepada mereka bahwa yang dimaksud dengannya

adalah terhentinya peringatan itu dalam jiwa mereka, walaupun

mereka masih mengingat peringatan itu. Siksa Allah disebabkan

karena melecehkan tuntunan-Nya dan mengabaikan peringatan-Nya.

Dalam ayat ini menganjurkan untuk orang yang tatkala

melupakan-Nya, yakni mengabaikan apa yang diperingatkan kepada

mereka oleh siapapun antara lain peringatan bahwa Allah boleh jadi

Page 92: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

menunda hukuman tapi sama sekali tidak akan mengabaikan, tapi

kami selamatkan orang-orang yang terus menerus melarang

keburukan dan kami timpakan kepada orang-orang yang zalim

siksaan.

Keterkaitan dengan pembahsan diatas bahwasanya musibah

yang akan dialami umat muslim yang selalu menjalankan yang

munkar bermacam-macam misalnya dengan adanya gempa, tanah

longsor, dan gunung meletus itu semua peringatan yang dilihatkan

untuk kita, supaya kita bisa berfikir bagaimana kita bisa melewati itu

semua. Banyak siksaan yang kita trima orang-orang yang melakukan

keburukan. Bencana dan musibah hadir dikarenakan manusia lupa

akan perintah dan larangan Allah SWT. Lebih lanjut ulama itu

menulis, manusia selalu dikelilingi oleh bimbingan Allah yang

mengingatkannya tentang kewajiban-kewajiban penting yang

ditetapkan Allah swt. Tetapi jika pelanggaran itu berulang tanpa

taubat, maka kedurhakaan berlanjut, maka bertambah lemah pula

teguran dan kecaman batin sampai akhirnya hilang sama sekali

sehingga ada atau tidaknya peringatan sama saja buat mereka, dan

inilah yang dimaksud dengan mereka melupakan peringatan, yakni

tidak berbekas lagi dan terhenti sudah pengaruhnya dalam jiwa

bagaikan hilang sama sekali. Berarti tujuan dari ini untuk

mempersadarkan para orang yang berbuat kejelekan supaya sadar

Page 93: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

apa yang dikerjakan dalam dunia, dan supaya bisa segera bertaubat

kepada Allah saw.

g) Surat Al-Hajj 41

Ajakan untuk setiap muslim dalam melaksanakan kebaikan di

dunia dan ahirat dengan kedudukan di dalam ayat ini, melaksanakan

rukun-rukun Islam yang tertera di ayat tersebut. Melaksanakan

kebaikan setiap muslim dengan mengamalkan ajaran dan berbuat

makruf untuk semua nilai, maksudnya menjalankan dan membantu

orang-orang yang kesusahan, Allah selalu memudahkan kepada

orang-orang yang berbuat baik, dengan cara kita beribadah kepada

Allah SWT yang selalu memberikan kemudahan dan pencerahan

buat umatnya, maruf yang dimkasud. Kedudukan di muka bumi ini

sangatlah sederhana, dengan kita menjalankan perintah-perintah

Allah saw. yang selalu kita jalankan dengan menjauhkan diri pada

keburukan karena akan membuat kita tersesat kelak, dalam hal ini

kita harus melihat dan memperhatikan apa yang kita jalankan selama

ini dengan menjalan amar ma‟ruf dan meninggalan kemunkaran.

h) Surat Al-Maidah 2

Kata sya’a ir adalah jamak dari kata sya’irah yang berarti

tanda, atau bisa juga dinamai syi‟ar. Ketika menafsirkan, penilis

mengemukakan bahwa syi‟ar seakar dengan kata syu’ur yang berarti

rasa. Tanda-tanda agama dan ibadah yang ditetapkan dalam ibadah,

Page 94: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

tanda-tanda itu dinamai syi’ar karena ia seharusnya menghasilkan

rasa hormat dan agung kepada Allah. Ada bermacam-macam tanda

itu ada yang merupakan tempat, seperti shofa dan marwa serta

masy‟ar al-haram, ada juga berupa waktu, seperti bulan-bulan haram

dan ada lagi dalam wujud sesuatu seperti al-hadya dan al-qolaid,

yakni binatang kurban yang dipersembahkan kepada Allah.

i) Surat Al-Maidah 63

Dalam ayat ini tidak ditemukan kata permusuhan dalam

konteks teguran dari para pemuka agama mereka, kalaupun

sebelumnya hal tersebur telah dicatat sebagai salah satu keburukan

mereka. Ini boleh jadi karena dosa dan permusuhan merupakan hal

yang sama, yakni keduanya adalah pelampauan batas. Tetapi

pendapat ini dihadang oleh keduanya kata qaul atau ucapan yang

dirangkaikan dengan kata itsm, sehingga dengan demikian, teguran

dimaksud hanya berkaitan dengan ucapan yang melampaui batas,

belum termasuk tindakan melampaui batas.

Orang-orang alim banyak dari mereka yang terus melakukan

dosa, permusuhan, yakni agresi dan pelampauan batas kewajaran dan

memakan yang haram, seperti riba dan sogok. Sesungguhnya amat

buruk apa yang telah mereka kerjakan itu, orang yang selalu

menjalankan perbuatan dosa dengan kriteria diatas merupakan orang

yang tidak beriman. Orang-orang yang menjauhkan diri dari

Page 95: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

gemerlapan duniawi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,

orang yang selalu mencegah perkataan mereka yang dosa, seperti

berbohong dan pelecehan agama dan tidak juga melarang makanan

mereka yang haram, sehingga hidupnya di dunia ini hanya untuk

Allah SWT. Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa, ayat di atas

menggambarkan ada dua jenis keburukan, yakni dalam ucapan dan

juga dalam perbuatan.

j) Surat Hud 116

Kata laula atau mengapa pada mulanya digunakan untuk

mendorong dan menganjurkan. Tetapi karena ayat diatas berbicara

tentang umat yang lalu, yang tentunya sudah tidak dapat didorong

atau dianjurkan untuk melakukan sesuatu, maka pengertian kata ini

bila berbicara tentang persistiwa lalu mengandung makna

“penyesalan dan rasa iba” sekaligus mengandung anjuran kepada

yang lain untuk tidak melakukan hal serupa. Nah, itulah yang

dimaksud disini. Atas dasr itu ayat ini dapat dipahami sebagai

anjuran kepada umat Islam agar melakukan marmaruf nahi munkar,

karena kalu tidak, mereka juga akan ditimpah apa yang menimpah

umatnya. Kelompok ayat ini adalah menutup surat ini, dengan

berbicara tentang umat yang dibinasakan Allah dengan tujuan antara

lain kiranya kisah mereka menggugah hati kaum musyrikin yang

enggan menerima kebenaran al-Qur‟an serta tuntunan Nabi

Muhammad saw.

Page 96: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Ayat-ayat yang lalu berpesan jangan berlaku sebagaimana

halnya umat-umat terdahulu yang tidak banyak tampil di antara

mereka orang-orang yang mencegah kemunkaran, sehingga jatuh

siksa Allah terhadap mereka. Sungguh disayangkan mengapa tidak

ada dari umat-umat yang lalu dan seterusnya. Umat-umat yang

menjelaskan, mempunyai keutamaan karena memiliki akal yang

sehat, jiwa yang bersih dan amal-amal kebaikan yang senantiasa

melarang anggota masyarakatnya mengerjakan dan menyetujui

perusakan di muka bumi, tidak ada yang melakukan hal tersebut

kecuali sedikit, yaitu orang-orang yang telah kami selamatkan di

antara mereka, dan sebagian besar di antara mereka yaitu orang-

orang yang zalim tidak melarang kemunkaran dan perusakan dan

mereka diangkuhkan serta dilengahkan oleh nikmat kemewahan

yang ada pada mereka, sehingga mereka melampui batas, serta

bergemilang dalam dosa dan mereka adalah para pendurhaka yang

telah mendarah daging dan membudaya kedurhakaannya. Karena

kebanyakan mereka durhaka, maka Allah membinasakannya.

k) Surat An-Nisa 135 dan114

Sedangkan surat Annisa ayat 135 dan 114, firman-Nya kunu

quwwamina bi al-qisth/jadilah penegak-penegak keadilan

merupakan redaksi yang sangat kuat. Perintah berlaku adil dapat

dikemukakan dengan menyatakan: I’dilu/berlaku adillah. Lebih

tegas dari ini adalah kunu muqsithin/jadilah orang-orang adil dan

Page 97: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

lebih tegas dari ini adalah kunu qa’imina bi al-qisth/jadilah penegak-

penegak keadilan yang sempurna lagi sebenar-benarnya. Dalam

kata syuhada’ lillah/menjadi saksi-saksi karena Allah

mengisyaratkan juga bahwa persaksian yang ditunaikan itu,

hendaknya demi karena Allah, bukan untuk tujuan-tujuan duniawi

yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Ilahi.

Najwahum/pembicaraan rahasia mereka. Kata najwa terambil

dari kata an-najwa yang berarti tempat yang tersembunyi, siapa yang

menuju ke sana, tidak akan ditemukan oleh yang mencarinya. Kata

najwa dapat berarti pelaku pembicaraan dan dapat juga berarti

pembicaraan rahasia. Ayat diatas dapat dipahami dengan kedua

makna itu, jadi ayat ini merupakan pendidikan yang sangat berharga

bagi masyarakat, yakni hendaklah anggota masyarakat saling

terbuka, sedapat mungkin tidak saling merahasiakan sesuatu. Al-

Qur‟an merupakan serat yang membentuk tenunan hidup seseorang

muslim. Karena itu seringkali pada saat al-Qur‟an berbicara tentang

aspek tertentu, tiba-tiba ayat yang lain muncul berbicara tentang

aspek dan dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling

berkaitan bagi yang tekun mempelajarinya akan menemukan

keserasian yang amat mengagumkan, serupa dengan keserasian

hubungan yang memadukan bisikan-bisikan hati manusia yang

saling berbeda, sehingga pada akhirnya dimensi dan aspek yang

tadinya terkesan kacau menjadi terangkai dan terpadu indah, bagai

Page 98: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

kalung mutiara yang tidak diketahui di mana ujung dan pangkalnya,

atau seperti vas bunga yang dihiasi oleh aneka kembang berbeda-

beda dan warna-warni.

Saksi-saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau

ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika, ia kaya atau pun miskin, maka

Allah lebih tahu kemaslahatanya. Maka, janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu karena ingin menyimpang. Dan jika kamu

memutarbalikkan (kata-kata) atau berpaling, maka sesungguhnya

Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

Nasihat dan peringatan diatas, dikemukakan juga dalam ayat ini,

hasil dari segala bimbingan sebelum ini terhadap semua umat

beriman yaitu, wahai orang-orang yang beriman, jadilah penegak

keadilan yang sempurna lagi sebenar-benarnya, menjadi saksi-saksi

karena Allah, yakni selalu merasakan kehadiran Ilahi

memperhitungkansegala langkah kamu dan menjadikannya demi

karena Allah.

Pendidikan yang sangat berharga bagi masyarakat, yakni

hendaklah anggota masyarakat saling terbuka,sedapat mungkin tidak

saling merahasiakan sesuatu. Keahasiaan mengandung makna

ketidakpercayaan, sedang keterbukaan dan keterusterangan

menunjukkan keberanian pembicara. Keberanian atas dasar

kebanaran dan ketulusan. Karena itu, ayat ini menyatakan bahwa

tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka

Page 99: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

manusia. Dari sini juga dapat dipahami larangan Nabi saw.

Melakukan pembicaraan rahasia di hadapan orang lain. Kaum

muslimin dan siapa pun menyangkut perbincangan dengan

mengecam perbincangan yang selama ini banyak dilakukan oleh

manusia, utamanya orang-orang munafik. Tidak ada kebaikan pada

kebanyakan bisikan-bisikan mereka yang melakukan bisikan, siapa

pun mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh

orang lain memberi sedekah atau berbuat makruf, yakni kebajikan

yang direstui agama dan masyarakat atau mengadakan perdamaian di

antara manusia yang berselisih. Dan barang siapa yang berbuat

demikian, yakni ketiga hal yang tersebut di atas karena bersungguh-

sungguh mencari keridhaan Allah, maka kelak dan pasti kami

menganugrahkan kepadanya di akhirat pahala yang besar, banyak,

lagi agung. Pelajaran yang sangat berharga menyangkut pembicaraan

yang direstui agama, sekaligus mengingatkan bahwa amal-amal

lahiriah hendaknya selalu disertai dengan keikhlasan serta

keterbatasan dari tujuan duniawi yang sifatnya menggugurkan amal

itu. Perintah bersedekah, perintah melakukan ma‟ruf dan upaya

melakukan perbaikan antar manusia.

l) Surat Al-hujarat 9

Page 100: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Surat Al-Hujarat ini ayat 9, menggunakan kata in ini untuk

menunjukkan bahwa pertikaian antara kelompok orang beriman

sebenarnya diragukan atau jarang terjadi. Bukankah mereka adalah

orang-orang yang memiliki iman yang sama sehingga tujuan mereka

pun seharusnya sama. Kata iqtatalu terambil dari kata qatala. Ia

dapat berarti membunuh atau berkelahi atau mengutuk, karena itu

kata iqtatalu tidak harus diartikan berperang atau saling membunuh,

sebagaimana diterjemahkan oleh sementara orang. Kata iqtatalu

berbentuk jamak, sedang thaifatan berbentuk dual. Sepintas

mestinya kata iqtatalu berbentuk dual juga. Tetapi tidak demikian

kenyataanya. Hal tersebut menurut sementara pakar disebabkan

karena jika terjadi perkelahian atau peperangan antara dua

kelompok, maka masing-masing anggota kelompok melakukan

perkelahian atau peperangan yang tentunya ketika itu berjumlah

lebih dari dua orang. Namun sebelum terjadinya perkelahian dan

peperangan begitu juga setelah terhentinya, maka seluruh anggota

yang terlibat kembali ke kelompoknya, dan dengan demikian mereka

hanya terdiri dari dua pihak saja (Shihab, 2003: 244).

Penjelasan tentang ayat ini, perselisihan antara kaum

mukminin yang antara lain disebabkan oleh adanya isu yang tidak

jelas kebenaranya. Dan jika ada dua kelompok yang telah menyatu

secara factual atau berpotensi untuk menyatu dari yakni kedua

kelompok itu, sedang atau masih terus menerus berbuat aniaya itu

Page 101: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

sehingga ia yakni kelompok itu, sedang atau masih terus menerus

berbuat aniaya itu sehungga ia kembali kepada perintah Allah yakni

kebenaran, jika ia telah kembali kepada perintah Allah itu maka

demikianlah antara keduanya dengan adil dan dapat ditrima dengan

baik.

Kebaikan dengan tindakan terhadap kebaikan yang baik, dalam

menindakan hal-hal yang dikerjakan untuk dimanfaatkan untuk

masyarakat, dapat diterapkan dalam beribadah kepada Allah yang

selalu memberikan kita nikmat iman dan ihsan dalam kehidupan

kita. Ada dua kelompok dari orang-orang yang mukmin bertikai

maka demikianlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya

berbuat aniaya itu sehingga ia kembali kepada perintah Allah, jika ia

telah kembali maka demikianlah antara keduanya dengan adil dan

berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berlaku adil dalam segala hal, karena Allah yang selalu memberikan

ketentraman dalam dunia dan ahirat.

Semua yang diterangkan di atas dapat di tarik kesimpulan

dalam tafsir Al-Misbah berbicara tentang amar ma'rûf nâhî munkar.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab dua bahwa menurut

Quraish Shihab, dalam tafsir Al-Misbah mengemukakan tentang

amar ma'rûf nâhî munkar bahwa penggunaan dua kata yang berbeda

itu menunjukan keharusan adanya dua kelompok dalam masyarakat

Islam. Kelompok pertama yang bertugas mengajak, dan kelompok

Page 102: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

kedua yang bertugas memerintah dan melarang. Kelompok kedua ini

tentulah memiliki kekuasaan di bumi “ajaran ilahi di bumi ini bukan

sekedar nasehat petunjuk dan penjelasan ini adalah salah satu sisi,

sedang sisi yang kedua adalah melaksanakan kekuasaan pemerintah

dan melarang, agar ma’ruf dapat wujud dan kemunkaran dapat

sirna. Di dalam pembicaraan tentang "dakwah" akan ditemukan

beberapa istilah yang maksud pengertiannya sama dengan dakwah

atau berhubungan dengan dakwah, di antaranya "nâhî munkar". Nâhî

munkar artinya melarang kepada perbuatan yang munkar.

Menurut Qurais Shihab Al-Qur‟an dan sunnah melalui dakwah

Rasullah SAW mengamanahkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu ada yang

bersifat mendasar, universal dan abadi, serta ada juga yang bersifat

praktis, lokal, dan temporal sehingga dapat berbeda antara satu

tempat atau waktu dan dan tempat atau waktu yang lain.

Bagaimana yang diungkapkan Quraish Shihab dimana dalam

mengajak seseorang untuk melakukan hal yang mar’uf dan

mencegah hal yang munkar, hal tersebut merupakan hal yang

mendasar dan praktis namun kesemuanya itu diharuskan

menyesuaikan dengan tempat dan waktu, dikarenakan sasaran yang

kita jadikan objek itu berbeda-beda. Dari sini terlihat bahwa pada

hakikatnya manusia makhluk yang berbagai macam sifat di

antaranya melalui proses interaksi. Karena itu menurut penulis,

seorang penyeru kebaikan harus berinteraksi dengan mad'u, melalui

Page 103: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

interaksi dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi tempat dan

waktu si mad’u.

Istilah amar ma'rûf nâhî munkar ini digunakan syariat Islam

untuk pengertian memerintahkan atau mengajak diri dan orang lain

melakukan hal-hal yang dipandang baik oleh agama, dan melarang

atau mencegah diri dan orang lain dari melakukan hal-hal yang

dipandang buruk oleh agama.

Adapun hukum amar ma'rûf nâhî munkar bagi al-muhtasib

adalah fardu ain. Artinya, bagi petugas wilayah al-hisbah, tugas

amar ma'rûf nâhî munkar merupakan kewajibannya, dan ia

dianggap lalai dan berhak diberhentikan jika ia tidak melaksanakan

tugas amar ma'rûf nâhî munkar tersebut.

Ulama Muktazilah (aliran teologi Islam yang rasional dan

liberal) mejadikan amar ma'rûf nâhî munkar sebagai salah satu

prinsip dasar mereka, yang dikenal dengan al-usul al-khamsah

(prinsip-prinsip yang lima). Atas dasar itu, mereka menyatakan

bahwa amar ma'rûf nâhî munkar merupakan fardu ain (kewajiban

individu) setiap muslimin, tanpa membedakan apakah ia seoranga-

muhtasib maupun bukan.

Muhammad Abduh, seorang tokoh pembaruan pemikiran

Islam, berpendirian sama dengan prinsip Muktazilah di atas.

Menurutnya, hukum amar ma'rûf nâhî munkar bagi setiap mukmin

Page 104: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

adalah fardu ain. Pendapatnya ini didasarkan atas penafsirannya

terhadap kata depan (lafal) "min" dalam surah Ali-'Imran ayat 104 di

atas. Menurutnya, lafal tersebut bukan bermakna tab'id (sebagian),

tetapi bermakna tabyin (menjelaskan), sehingga pengertian ayat itu

yang paling tepat menurutnya "Hendaklah kamu menjadi umat...

yang menyeru kepada yang ma'rûf dan mencegah dari yang

munkar."(Abduh, 1999: 54).

Amar ma‟ruf nahi munkar dalam wilayah al-Hisbah harus

memenuhi petugas khusus yang di tunjuk untuk melaksanakan

kebaikan, dan melaksanakan perbuatan yang menjadi sasaran amar

ma‟ruf nahi munkar. Orang yang menjadi sasaran tersebut yang

melaksanakan kewajiban untuk memberikan kebaikan dan menjauhi

larangan-larangan-Nya. Dengan menjalankan syarat untuk

melakukan kebaikan yaitu mukalaf, iman, adil, dan Qadir untuk

mampu diberikan baik secara langsung atau tertulis kepada umatnya.

4.2. Relevansi dalam perspektif dakwah tentang amar ma’ruf nahi

munkar dengan dakwah saat ini.

Dalam Al-Qur‟an, istilah amar ma’ruf nahi munkar secara

berulang dinyatakan sebagai istilah yang utuh, artinya tidak

dipisahkan antara amar ma’ruf dan nahi munkar. Istilah itu berulang

sampai Sembilan kali sekalipun hanya dalam lima surat.

Page 105: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Kata ma’ruf sendiri, baik dalam rangkaian kata amar ma’ruf

nahi munkar maupun berdiri sendiri, kata ini memiliki arti harfiah

sebagai “yang dikenal atau yang dapat dimengerti dan dapat dipahami

serta dapat ditrima oleh masyarakat”. Perbuatan yang ma’ruf itu jika

dikerjakan dapat ditrima dan dapat dipahami oleh manusia, dan dipuji

karena begitulah yang patut dikerjakan oleh manusia yang

mengfungsikan akalnya sebagai ciri khas kedirianya.

Kebalikan dari kata ma’ruf adalah munkar, yakni yang benci,

tidak disenangi, dan ditolak oleh masyarakat karena tidak patut, tidak

pantas, tidak selayaknya dikerjakan oleh manusia berakal. Dengan

mengutip pendapat Hamka, Dewan Rahardjo menjelaskan alasan tidak

dapat dipisahkannya anjuran pada yang ma’ruf dan pencegah pada

yang munkar, sebagaimana penuturannya berikut:

“Agama datang menuntun manusia dan memperkenalkan mana yang

ma‟ruf dan mana yang munka. Sebab itu, ma‟ruf dan munkar itu

tidaklah terpisah. Kalau ada orang berbuat ma‟ruf, seluruh masyarakat

umumnya, menyetujui membenarkan, dan memuji. Kalau ada

perbuatan munkar, seleruh masyarakat menolak, membenci dan tidak

menyetujui. Sebab itu, bertambah tinggi kecerdasan beragama,

bertambah kenal akan yang ma‟ruf dan bertambah benci kepada yang

munkar”(Rahardjo, 2002:625).

Berdasarkan pandangan di atas, perbuatan yang baik dan yang

buruk itu ditentukan oleh pendapat umum. Pandangan masyarakat

menjadi barometer apakah sesuatu itu ma’ruf atau munkar. Menurut

Nurcholish Madjid; al-ma’ruf berarti yang telah diketahui, yakni yang

Page 106: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

telah diketahui sebagai baik dalam pengalaman manusia menurut

ruang dan waktunya pada waktu dia hadir.

Dengan demikian, perkataan ma’ruf berkaitan dengan

perkataan al-‘urf yang berarti adat, dalam hal ini adat yang baik.

Dalam pengertiannya sebagai adat yang baik itulah (al-‘urf) diakui

eksistensi dan fungsinya dalam Islam, sehingga dalam teori ushul al-

fiqh disebutkan bahwa adat dapat dijadikan hukum (al-‘adah

muhakkah). Dalam pengertian yang lebih dalam, al-ma’ruf dapat

berarti kebaikan yang diakui atau diketahui hati nurani manusia

sebagai fitrah kehanifannya, sebagai bagian dan kelanjutan dari

kebaikan universal sebagaimana disebutkan diatas. Oleh karena itu,

al-ma’ruf dalam pngertian ini merupakan lawan dari al-munkar.

Sebab, al-munkar berarti apa saja yang diingkari, yakni diingkari oleh

fitrahnya atau ditolak oleh hati nurani.

Di sinilah terletak kaitan antara amar ma‟ruf nahi munkar dan

dakwah sebab salah satu tugas dakwah adalah membentuk pendapat

umum (public opinion) tentang sesuatu yang baik atau yang buruk.

Dari sini pula penulis menilai adanya relevansi dalam konsep amar

ma‟ruf nahi munkar dalam Al-Misbah karya Quraish Shihab saat ini.

Alasanya adalah karena dakwah saat ini menghadapi tantangan yang

besar dan makin rumit.

Page 107: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Persoalan demi persoalan terus berkembang, seiring dengan itu

bertaburan sejumlah kemaksiatan. Namun memberantas kemaksiatan

tidak semudah itu, resiko dan akibat pasti akan dirasakan bagi para

pendakwah. Penulis melihat tidak sedikit pendakwah atau da‟I yang

berusaha menyuruh ma'rûf dan mencegah kemunkaran, tapi sejalan

dengan itu pula banyak kemunkaran yang makin berkembang.

Kontradiksi seperti ini bukan sesuatu yang sulit dipahami, mengingat

tidak sedikit orang melakukan respon negatif ketika diseru amar

ma'rûf nâhî munkar. Karena itu Qurais Shihab menggulirkan gagasan

bahwa untuk memperbaiki perilaku munkarat harus melihat temapt

dan waktu sehingga seorang dalam menyampaikan hal yang ma‟ruf

atau dalam menanamkan nilai-nilai Al-Quran cepat masuk sehingga

bisa merubah hal-hal yang munkar.

Page 108: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

1

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Konsep Amar ma’ruf nahi munkar dalam tafsir Al-Misbah karya Quraish

Shihab yaitu, Amar ma’ruf nahi munkar digunakan syariat Islam untuk

pengertian memerintahkan atau mengajak diri dan orang lain melakukan hal-hal

yang dipandang baik oleh agama, dan melarang atau mencegah diri dan orang lain

dari melakukan hal- hal yang dipandang buruk oleh agama.

Bahwasannya ayat-ayat yang telah dibahas terkait konsep amar mar’uf nahi

munkar di dalam skripsi ini yaitu Dengan konsep ma’ruf, al-Quran membuka

pintu yang cukup lebar guna menampung perubahan nilai-nilai akibat

perkembangan positif masyarakat, Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan

mencegah yang munkar dan bersegera tidak bermalas-malas seperti orang-orang

munafik apalagi mengabaikan, Allah menguraikan keadaan orang-orang mukmin

yang sepenuhnya bertolak belakang dengan keadaan orang munafik, menjelaskan

kewajiban berdakwah atas umat Islam, Allah menjelaskan bahwa mereka

memperoleh keselamatan disebabkan mereka melarang perbuatan buruk dan hal

itu menunjukkan bahwa yang demikian itu adalah sesuatu yang diwajibkan.

Menurut Qurais Shihab Al-Quran dan sunnah melalui dakwahnya

mengamanahkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu ada yang bersifat mendasar, universal

Page 109: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

2

dan abadi, serta ada juga yang bersifat praktis, lokal, dan temporal sehingga dapat

berbeda antara satu tempat atau waktu dan dan tempat atau waktu yang lain.

B. Saran-saran

Dalam mengajak seseorang untuk melakukan hal yang ma’ruf dan

mencegah hal yang munkar, hal tersebut merupakan hal yang mendasar dan

praktis namun kesemuanya itu diharuskan menyesuaikan dengan tempat dan

waktu, dikarenakan sasaran yang kita jadikan objek itu berbeda-beda. Untuk itu

supaya lebih mudah dan faham tentang perilaku amar ma’ruf nahi munkar kita

gali lagi oleh peneliti-peneliti yang lain.

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

ridhanya pula tulisan ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Peneliti menyadari

bahwa Ia sana-sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam paparan

maupun metodologinya. Karenanya dengan sangat menyadari, tiada gading yang

tak retak, maka kritik dan saran membangun dari pembaca menjadi harapan

peneliti. Semoga Allah SWT meridhoinya. Wassalam…

Page 110: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Primadura

1983

Ahmadi Abu dan Rohani Ahmad, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta

1991

Anshari Hafi, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya:Al-Ikhlas 1993

Al-Ghozali Muhammad, Amr ma’ruf nahi munkar, Bandung: Karisma 2003

Aziz Moh Ali, Ilmu dakwah, Jakarta: Pranada Media 2004

Darwis, Shaleh bin Abdullah, Konsep amar ma’ruf nahi munkar di dunia modern,

Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya 1996

Depag, RI, Al-Qur’an dan terjemahan, Surabaya:Surya Cipta Aksara 1978

Hafidudin didin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani 2000

Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2001

Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya 1999

Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rusdakarya 1997

Muhadjir Noeng, Metode penelitian kualitatif edisi IV, Yogyakarta: Rake Sarasin

2000

Maududi Abdul A’la, The Islamic law and Constation,terjmh Asep Lukman”

Hukum dan Konstitusi system politik Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1995

Nata Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Palmer E.Richard, Hermeneutika teori mengenai Interpretasi, Yogyakarta:Pustaka

Belajar 2010

Rais Amin, Cakrawala Islami antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan 1999

Page 111: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

Shihab M Quraish, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati

2005

Shihab M Quraish, membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan 2001

Syukir Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas 1983

Shihab M Quraish, Pesan Kesan dan keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati

2001

Shihab M Quraish, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati

2010

Singa Rimbun, Masrih dan Sofyan Afendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta:

LP3S 1987

Surya Sumantri. Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan 1993

Shihab M Quraish, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati

2004

Syadzirin Amin, Mengenal Ajaran Tarajumah Rifa’iyah, Jakarta Pusat: Jama’ah

masjid Baiturrohman 1989

Surachmad Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah(dasar-dasar metodik teknik),

Bandung:Rosdak, Transito 1990

Shihab M Quraish, Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Jakarta: Lentera Hati

2003

Tamiyyah Ibnu, Etika Beramar Maruf Nahi Munkar, Jakarta: Gema Insani 1990

Taimiyah Ibnu, Menuju Umat Amar ma’ruf nahi munkar, Jakarta: Pustaka

panjimas 1983

Tasmara Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Baru Pertama 1997

Ya’qub Hamzah, Publisistik Islam, Seni dan teknik Dakwah, Bandung: CV.

Diponegoro 1973

Zahra Abu, Dakwah Islamiyah, Bandung: PT Remaja Rosda Karya 1994

Page 112: Konsep Amar Maruf Nahi Munkar Dalam Tafsir a-Misbah Karya Qurais Shihab Dalam Perspektif Dakwah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurul Atiqoh

NIM : 071211044

Tempat / tgl. lahir : Kendal, 18 Desember 1987

Alamat Asal : Jl. Raya Putat - Pegandon Rt:2/3, Pegandon Kendal

Pendidikan : - SDN 1 Gubugsari Pegandon lulus th. 2000

- SMP NU 04 Sunan Abinawa Pegandon lulus th. 2003

- SMA NU Al-Hidayah Kendal lulus th. 2006

- Fakultas Dakwah Komunikasi Penyiaran Islam Dakwah IAIN

Walisongo Semarang 2011

Demikian daftar riwayat hidup pendidikan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

harap maklum adanya.

Semarang, 8 Desember 2011

Nurul Atiqoh