Gadget

3
Gadget, Hiper-Realitas dan Matinya Interaksi Sosial DEWASA ini, dunia teknologi mengalami perkembangan sangat pesat. Teknologi merupakan hal paling digandrungi masyarakat di seluruh dunia. Seperti teknologi pada gadget . Ada banyak varian gadget terbaru seperti smartphone (BlackBerry, Apple, Android), komputer tablet dan laptop membanjiri pasar elektronik dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Tentu saja bisa dilihat langsung bagaimana masyarakat di tempat - tempat umum seperti mall, café, kendaraan umum, kampus, stasiun, terminal dan ruang-ruang publiknya lainnya disibukkan dengan gadget. Bahkan jika kita amati sejenak, aktifitas menggunakan gadget dapat memakan waktu berjam-jam. Kita ketahui bersama bahwa interaksi manusia dengan gadget sebagai suatu kebutuhan untuk tidak hanya sekadar berkomunikasi dengan sesama, akan tetapi juga untuk mengakses berbagai informasi yang ada di dunia. Mulai informasi mengenai pendidikan, politik, ekonomi maupun kejadian aktual di setiap negara di dunia. Selain itu, pemanfaatan gadget untuk beriteraksi secara virtual melalui media-media sosial seperti facebook, twitter, skype dan yahoo messanger. Layanan media sosial tersebut dapat menghubungkan antara satu hingga berjuta-juta orang di belahan bumi manapun. Ada jutaan manusia di berbagai negara di dunia menggunakan layanan sosial media seperti facebook dan twitter. Jika sebelumnya kita beriteraksi terhadap sesama harus saling bertatap muka secara utuh untuk saling mengenal, maka di zaman seskarang hal itu tidak lagi menjadi sebuah kewajiban. Melalui gadget, interaksi manusia cukup dengan hanya melihat wajah atau photo, mendengar suara, tidak lagi dengan sentuhan fisik seperti jabat tangan. Interaksi manusia dengan manusia telah digantikan menjadi interaksi manusia dengan gadget yang secara perlahan menjajah wilayah sosial kehidupan sehari-hari manusia serta memberi pengaruh terhadap interaksi sosial di masyarakat. Beberapa psikolog menilai, efek candu yang ditimbulkan gadget

description

This file is discuss about "Gadget"

Transcript of Gadget

Page 1: Gadget

Gadget, Hiper-Realitas dan Matinya Interaksi SosialDEWASA ini, dunia teknologi mengalami perkembangan sangat pesat. Teknologi merupakan hal paling digandrungi masyarakat di seluruh dunia. Seperti teknologi pada gadget. Ada banyak varian gadget terbaru seperti smartphone (BlackBerry, Apple, Android), komputer tablet dan laptop membanjiri pasar elektronik dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Tentu saja bisa dilihat langsung bagaimana masyarakat di tempat - tempat umum seperti mall, café, kendaraan umum, kampus, stasiun, terminal dan ruang-ruang publiknya lainnya disibukkan dengan gadget. Bahkan jika kita amati sejenak, aktifitas menggunakan gadget dapat memakan waktu berjam-jam.

Kita ketahui bersama bahwa interaksi manusia dengan gadget sebagai suatu kebutuhan untuk tidak hanya sekadar berkomunikasi dengan sesama, akan tetapi juga untuk mengakses berbagai informasi yang ada di dunia.

Mulai informasi mengenai pendidikan, politik, ekonomi maupun kejadian aktual di setiap negara di dunia. Selain itu, pemanfaatan gadget untuk beriteraksi secara virtual melalui media-media sosial seperti facebook, twitter, skype dan yahoo messanger.

Layanan media sosial tersebut dapat menghubungkan antara satu hingga berjuta-juta orang di belahan bumi manapun. Ada jutaan manusia di berbagai negara di dunia menggunakan layanan sosial media seperti facebook dan twitter.

Jika sebelumnya kita beriteraksi terhadap sesama harus saling bertatap muka secara utuh untuk saling mengenal, maka di zaman seskarang hal itu tidak lagi menjadi sebuah kewajiban. Melalui gadget, interaksi manusia cukup dengan hanya melihat wajah atau photo, mendengar suara, tidak lagi dengan sentuhan fisik seperti jabat tangan.

Interaksi manusia dengan manusia telah digantikan menjadi interaksi manusia dengan gadget yang secara perlahan menjajah wilayah sosial kehidupan sehari-hari manusia serta memberi pengaruh terhadap interaksi sosial di masyarakat.

Beberapa psikolog menilai, efek candu yang ditimbulkan gadget dapat berupa gangguan komunikasi verbal. Selain itu, dalam tingkatan yang lebih jauh, dapat membuat individu menjadi hiper-realitas serta tidak fokus menanggapi suatu permasalahan. Kondisi hiper-realitas inilah yang nantinya akan mempengaruhi interaksi sosial di masyarakat.

Dalam kajian semiotika, hiper-realitas merupakan tanda lenyapnya realitas atau objek representasi digantikan dengan hal-hal yang bersifat fantasi, fiksi dan halusinasi. Sedang semiotika sendiri yaitu suatu kajian yang dikatakan oleh Umberto Eco seorang filsuf berkebangsaan Italy sebagai disiplin yang mempelajari segala sesuatu (tanda) yang dapat digunakan untuk berdusta (lie). Ketika individu pengguna gadget masuk dalam wilayah hiper-realitas, maka interaksi sosial akan kehilangan makna. Bahkan dapat melenyapkan batas antara kebenaran dan kepalsuan.

Mungkin saja interaksi melalui dunia virtual (gadget) dapat berperan sebagai media/alat penghubung (interaksi), melalui chat/short messages system (sms) maupun video call. Atau melalui media sosial semacam facebook dan twitter, setiap orang dapat berkomentar perihal situasi atau keadaan yang di tuliskan dalam sebuah status (catatan). Semua itu merupakan bagian dari interaksi, tapi apakah sudah masuk dalam kategori interaksi sosial?

Page 2: Gadget

Dalam interaksi sosial secara nyata (utuh), misalnya ketika bersentuhan langsung secara fisik seperti berjabat tangan, saling bertegur sapa dengan menghadapkan senyum secara langsung, maka nilai-nilai trasendental seperti penghargaan, perhatian akan tersalurkan secara langsung.

Karena, interaksi sosial sesungguhnya merupakan hubungan antara individu dengan individu atau kelompok di dalamnya berlangsung kontak makna-makna yang direspon kedua belah pihak.

Makna itu dikomunikasikan dalam simbol-simbol. Misalnya rasa senang diungkapkan dengan senyum, jabat tangan dan tindakan positif lainnya sebagai tambahan rangsangan panca indera atau rasa.

Berbeda dengan interaksi sosial melalui dunia virtual yang hiper-realitas, yang terkadang menghasilkan pesan-pesan emosional daripada rasional, kepalsuan daripada sesuatu yang nyata, bersifat fiksi dan sesuatu yang fantasi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya perbedaan sikap ketika berinteraksi di dunia nyata dengan di dunia virtual.

Dampak lain ketika dalam kondisi hiper-realitas, juga menimbulkan sikap respect orang lain menjadi berkurang dalam dunia nyata. Ada kecendrungan munculnya sifat individualis sehingga dapat menghilangkan perhatian seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Lihat saja, ketika di tempat publik seperti di dalam bus kota, atau di tempat antrian, seseorang akan lebih merasa nyaman memainkan gadget daripada beriteraksi dengan orang lain di sebelahnya.

Inilah tanda dimana interaksi sosial antar sesama sudah mulai pudar dari kehidupan masyarakat kita dewasa ini. Pemanfaatan gadget yang tidak terkendali sehingga menggiring kita kepada hal-hal yang tidak bermanfaat, dan dampak yang harus kita hindari adalah matinya interaksi terhadap sesama.

Kecendrungan itu tentu harus bisa kita antisipasi. Gadget difungsikan sebagai media mempermudah interaksi/komunikasi, jangan sampai melenyapkan batas-batas antara kebenaran dan kepalsuan, nonfiksi dan fiksi, riil dan fantasi. Selain itu di dalam interaksi sosial, gadget hanyalah media penghubung bersifat sementara, tetapi interaksi sesungguhnya adalah dengan melakukan interaksi secara nyata (utuh).(Oleh: Yuli Afriyandi)

Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Islam UII Yogyakarta