fraktur suprakondiler

1
FRAKTUR SUPRACONDYLUS FRAKTUR GALEAZZI Dino Dananjoyyo, Qvningtyas, Moh. Zakky Kurniawan*, Puruhito*" LabIUPF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga * S Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ** Guru Besar Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Moderator rembimbing Prasarjana Lab. Ilmu Beda) Fakultas Kedokteran Univtrsitas Airlaagga Surabaya FRAKTUR SUPRACODILUS Fraktur suprakondilus merupakan salah satu jenis fraktur yang mengenai daerah elbow, dan sering ditemukan pada anak-anak. Pada fraktur jenis ini dapat dibedakan menjadi fraktur supracondilus extension type (pergeseran posterior) dan flexion type (pergeseran anterior) berdasar pada bergesernya fragmen distal dari humerus. Mekanisme cedera Fraktur Suprakondi'usExtension Type (Pergeseran ke arah Posterior) Menunjukkan cedera yang luas, dan biasanya akibat jatuh pada tangan yang terekstensi. Humerus patah tepat di atas condilus. Fragmen distal terdesak ke belakang lengan bawah (biasanya dalam posisi pronasi) terpuntir ke dalam. Ujung fragmen proksimal yang bergerigi mengenai jaringan lunak bagian anterior, kadang mengenai artmi brachialis atau n. medianus. Periosteum posterior utuh, sedangkan periosteum anterior sobeklruptur; terjadi hematom fossa cubiti dalam jumlah yang signifikan. Gambaran Klinis Setelah jatuh anak merasa nyeri dan siku mengalami pembengkakan; deformitas pada siku biasanya jelas serta kontur tulang abnormal. Nadi perlu diraba dan sirkulasi perlu diperiksa, serta tangan hams diperiksa untuk mencari ada tidaknya bukti cedera saraf dan gangguan vascularisasi, sehingga bila tidak diterapi secara cepat dapat terjadi: "acute volksman ischaemic" dengan tanda-tanda: pulseless; pale; pain; paralysis. Gambaran radiologis Fraktur terlihat jelas dalam posisi foto lateral, di mana pada fraktur jenis ekstension ini didapatkan garis fraktur berjalan oblique ke bawah dan ke depan serta fragmen distal bergeser ke belakang, ataupun miring ke belakang. Dalam posisi antero posterior foto seringkali susah didapatkan dengan baik akibat nyeri yang dirasakan oleh anak dan mungkin dapat ditunda hingga telah dilakukan anaesthesi. Terapi fraktur supracondylus extension type Apabila tidak disertai dengan pergeseran, maka tidak perlu dilakukan reduksi; anak hanya memakai kain gendongan selama 2-3 minggu. Sedangkan fraktur yang disertai dengan pergeseran hams dilakukan reduksi secepat mungkin, dengan menggunakan anaesthesi umum (general anaesthesi). Reduksi dilakukan dengan manuver secara metodik dan berhati-hati: 1) traksi selama 2-3 menit di sepanjang lengan dengan traksi lawan di atas siku, 2) ~engoreksi terhadap kemiringan, pergeseran atau pemuntiran (rotasi) ke samping dibandingkan dengan lengan sebelah, 3) Siku difleksikan perlahan-lahan sementara traksi tetap dipertahankan, 4) Tekanan jari di belakang fragmen distal untuk mengoreksi kemiringan posterior, kemudian dilakukan perabaan nadi: di mana bila nadi tak teraba, segera kendurkan fleksi siku hingga nadi muncul kembali. Sinar-x diambil untuk memastikan reduksi, samba1 memeriksa dengan cermat untuk memastikan bahwa tidak terjadi angulasi varus maupun valgus dan tidak ada deformitas rotasional. Setelah reduksi, lengan dipertahankan dalam suatu collar dan manset, terus-menerus, selama 3 minggu. Setelah itu, diperbolehkan melakukan fleksi siku aktif tetapi lengan disangga dalam kain gendongan dan ekstensi dihindari selama 3 minggu kemudian. Folia Chirurgica lndonesiana

Transcript of fraktur suprakondiler

Page 1: fraktur suprakondiler

FRAKTUR SUPRACONDYLUS FRAKTUR GALEAZZI

Dino Dananjoyyo, Qvningtyas, Moh. Zakky Kurniawan*, Puruhito*" LabIUPF Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga * S Ked. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ** Guru Besar Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Moderator rembimbing Prasarjana Lab. Ilmu Beda) Fakultas Kedokteran Univtrsitas Airlaagga Surabaya

FRAKTUR SUPRACODILUS

Fraktur suprakondilus merupakan salah satu jenis fraktur yang mengenai daerah elbow, dan sering ditemukan pada anak-anak. Pada fraktur jenis ini dapat dibedakan menjadi fraktur supracondilus extension type (pergeseran posterior) dan flexion type (pergeseran anterior) berdasar pada bergesernya fragmen distal dari humerus.

Mekanisme cedera

Fraktur Suprakondi'us Extension Type (Pergeseran ke arah Posterior)

Menunjukkan cedera yang luas, dan biasanya akibat jatuh pada tangan yang terekstensi. Humerus patah tepat di atas condilus. Fragmen distal terdesak ke belakang lengan bawah (biasanya dalam posisi pronasi) terpuntir ke dalam. Ujung fragmen proksimal yang bergerigi mengenai jaringan lunak bagian anterior, kadang mengenai artmi brachialis atau n. medianus. Periosteum posterior utuh, sedangkan periosteum anterior sobeklruptur; terjadi hematom fossa cubiti dalam jumlah yang signifikan.

Gambaran Klinis

Setelah jatuh anak merasa nyeri dan siku mengalami pembengkakan; deformitas pada siku biasanya jelas serta kontur tulang abnormal. Nadi perlu diraba dan sirkulasi perlu diperiksa, serta tangan hams diperiksa untuk mencari ada tidaknya bukti cedera saraf dan gangguan vascularisasi, sehingga bila tidak diterapi secara cepat dapat terjadi: "acute volksman ischaemic" dengan tanda-tanda: pulseless; pale; pain; paralysis.

Gambaran radiologis

Fraktur terlihat jelas dalam posisi foto lateral, di mana pada fraktur jenis ekstension ini didapatkan garis fraktur

berjalan oblique ke bawah dan ke depan serta fragmen distal bergeser ke belakang, ataupun miring ke belakang. Dalam posisi antero posterior foto seringkali susah didapatkan dengan baik akibat nyeri yang dirasakan oleh anak dan mungkin dapat ditunda hingga telah dilakukan anaesthesi.

Terapi fraktur supracondylus extension type

Apabila tidak disertai dengan pergeseran, maka tidak perlu dilakukan reduksi; anak hanya memakai kain gendongan selama 2-3 minggu. Sedangkan fraktur yang disertai dengan pergeseran hams dilakukan reduksi secepat mungkin, dengan menggunakan anaesthesi umum (general anaesthesi). Reduksi dilakukan dengan manuver secara metodik dan berhati-hati: 1) traksi selama 2-3 menit di sepanjang lengan dengan

traksi lawan di atas siku, 2) ~ e n g o r e k s i terhadap kemiringan, pergeseran atau

pemuntiran (rotasi) ke samping dibandingkan dengan lengan sebelah,

3) Siku difleksikan perlahan-lahan sementara traksi tetap dipertahankan,

4) Tekanan jari di belakang fragmen distal untuk mengoreksi kemiringan posterior, kemudian dilakukan perabaan nadi: di mana bila nadi tak teraba, segera kendurkan fleksi siku hingga nadi muncul kembali.

Sinar-x diambil untuk memastikan reduksi, samba1 memeriksa dengan cermat untuk memastikan bahwa tidak terjadi angulasi varus maupun valgus dan tidak ada deformitas rotasional. Setelah reduksi, lengan dipertahankan dalam suatu collar dan manset, terus-menerus, selama 3 minggu. Setelah itu, diperbolehkan melakukan fleksi siku aktif tetapi lengan disangga dalam kain gendongan dan ekstensi dihindari selama 3 minggu kemudian.

Folia Chirurgica lndonesiana