FRAKTUR Facial Sherly1

31
Fraktur tulang wajah FRAKTUR TULANG WAJAH Pendahuluan Fraktur tulang wajah sering dijumpai terutama pada cedera olahraga, kecelakaan lalu lintas ataupun berkelahi. Pada kecelakaan lalu lintas, tujuh dari sepuluh penderita mengalami cedera wajah, kebanyakan berupa luka tajam dan memar. Fraktur terutama mengenai mandibula, 1/3 medial tulang wajah, tulang hidung, orbita dan zygoma. Fraktur tulang wajah jarang menimbulkan masalah kecuali pada fraktur sepertiga medial wajah dimana rahang bagian atas terpisah dengan tulang tengkorak dan fraktur mandibular multipel. Kedua fraktur ini dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas atas, kadangkala diperlukan intubasi endotrakeal ataupun krikotiroidotomi untuk melancarkan jalan nafas. Fraktur tulang wajah biasanya ditangani oleh dokter spesialis bedah mulut. Pada banyak kasus, penundaan penanganan selama beberapa hari tidak menyebabkan efek samping yang berbahaya. 1 Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh adanya rudapaksa. 3 Anatomi Tulang Wajah 1

description

bvnb

Transcript of FRAKTUR Facial Sherly1

Page 1: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

FRAKTUR TULANG WAJAH

Pendahuluan

Fraktur tulang wajah sering dijumpai terutama pada cedera olahraga,

kecelakaan lalu lintas ataupun berkelahi. Pada kecelakaan lalu lintas, tujuh dari

sepuluh penderita mengalami cedera wajah, kebanyakan berupa luka tajam dan

memar. Fraktur terutama mengenai mandibula, 1/3 medial tulang wajah, tulang

hidung, orbita dan zygoma. Fraktur tulang wajah jarang menimbulkan masalah

kecuali pada fraktur sepertiga medial wajah dimana rahang bagian atas terpisah

dengan tulang tengkorak dan fraktur mandibular multipel. Kedua fraktur ini dapat

menyebabkan obstruksi jalan nafas atas, kadangkala diperlukan intubasi endotrakeal

ataupun krikotiroidotomi untuk melancarkan jalan nafas. Fraktur tulang wajah

biasanya ditangani oleh dokter spesialis bedah mulut. Pada banyak kasus, penundaan

penanganan selama beberapa hari tidak menyebabkan efek samping yang berbahaya.1

Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh adanya rudapaksa.3

Anatomi Tulang Wajah

1

Page 2: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Tulang-tulang tengkorak pada wajah dapat dibedakan menjadi bagian kranium dan

bagian wajah. Kranium terdiri dari sejumlah tulang yang menyatu pada sendi yang

tidak bergerak yang disebut sutura. Mandibula adalah suatu perkecualian karena

menyatu dengan kranium melalui artikulasio temporomandibularis yang mobil.

Tulang wajah terdiri atas:

- os zygomaticum (2 buah)

- maksila (2 buah)

- os nasale (2 buah)

- os lacrimale (2 buah)

- os vomer (1 buah)

- os palatinum (2 buah)

- konka nasalis inferior (2 buah)

- os mandibula (1 buah)

2

Page 3: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Os frontale melengkung ke bawah, membentuk margo superior orbita. Di

bagian medial, os frontale berartikulasi dengan procesus frontalis maksila dan os

nasale. Di bagian lateral, berartikulasi dengan os zygomatikum. Margo orbitalis

superior dibentuk oleh os frontale, lateral oleh os zygomatikum, inferior oleh maksila

dan medila oleh procesus maksilaris dan os frontale.

Kedua os nasales membentuk batang hidung. Tepi bawahnya bersama maksila

membentuk apertura nasalis anterior. Cavum nasi dibagi dibagi dua oleh septum

nasale bertulang yang sebagian besar dibentuk oleh vomer. Konka superior dan media

dari os ethmoidale pada setiap sisi, menonjol ke dalam cavum nasi; sedangkan konka

inferior merupakan tulang tersendiri.

Kedua maksila membentuk rahang atas, pars anterior palatum durum, sebagian

dinding lateral rongga hidung dan sebagian dasar orbita. Os zygomatikum membentuk

tonjolan pipi dan bagian dari dinding lateral serta dasar orbita. Di medial, berartikulasi

dengan maksila dan di lateral dengan prosesus zygomatikus ossis temporalis

membentuk arkus zygomatikus. Os zygomatikum ditembus oleh dua foramen untuk n.

Zygomatikofasialis dan zygomatikotemporalis. Mandibula terdiri atas, corpus

horisontal dan dua ramus vertikal. Korpus menyatu dengan ramus pada angulus

mandibula. Foramen mentale bermuara pada permukaan anterior korpus mandibula, di

bawah gigi premolar kedua.

Klasifikasi7

Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan garis frakturnya,

hubungan antar fragmen tulang, jumlah fragmennya dan hubungan dengan dunia luar.

Berdasarkan garis frakturnya, dibagi menjadi:

Transversal; tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Disebabkan oleh tekanan

tegak lurus pada tulang

Diagonal/ oblik; disebabkan tekanan dengan arah sejajar sumbu panjang tulang

Longitudinal; bentuknya sesuai dengan sumbu panjang tulang

Spiral; disebabkan tenaga yang berputar

Berdasarkan hubungan satu fragmen patahan dengan yang lain dibedakan menjadi:

Dislokasi; berpindahnya ujung tulang yang patah sehingga tidak sejajar sumbu

panjang tulang

Angulasi; fragmen distal membentuk sudut terhadap fragmen proksimal

3

Page 4: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Pemendekan; adanya tumpang tindih dari ujung fragmen tulang

Rotasi

Berdasarkan jumlah fragmen tulangnya, dibedakan menjadi:

Simpel; bila tulang terpisah menjadi dua segmen

Kominutif; bila tulang terpisah menjadi lebih dari dua fragmen

Berdasarkan hubungan dengan dunia luar, dibedakan menjadi:

Fraktur tertutup; bila tidak ada hubungan dengan dunia luar/ kulit utuh

Fraktur terbuka; bila ada hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit.

Fraktur terbuka memerlukan penanganan segera karena sangat potensial untuk

mengalami infeksi.

Trauma muka dibagi atas fraktur pada organ berikut:

1. Fraktur tulang hidung

2. Fraktur tulang zygoma dan arkus zygoma

3. Fraktur tulang orbita

4. Fraktur tulang maksila (mid facial)

5. Fraktur tulang mandibula

I. Fraktur Tulang Hidung

Di antara trauma muka yang timbul, fraktur tulang hidung paling sering terjadi,

biasanya disebabkan oleh trauma langsung. Fraktur tulang hidung dibuktikan

dengan pemeriksaan foto rontgen menggunakan proyeksi water, foto os nasal dan

juga sebaiknya dilakukan pemeriksaan foto rontgen dengan proyeksi dari atas

hidung untuk mengetahui kelainan oklusi dari rongga mulut.4

a. Fraktur Hidung Sederhana

Fraktur dari tulang hidung saja dapat diperbaiki dengan anestesi lokal. Pada

anak-anak atau orang dewasa yang tidak koperatif dilakukan dengan anestesi

umum. Anestesi lokal dilakukan dengan pemasangan tampon lidokain 1-2 %

yang dicampur dengan epinefrin 1:1000. Tampon kapas yang berisi obat

anestesi lokal dipasang masing-masing 3 buah pada setiap lubang hidung.

Tampon pertama diletakkan pada meatus superior persis di bawah tulang

hidung, tampon kedua diletakkan diantara konka media dan septum dan bagian

4

Page 5: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

distal dari tampon terletak dekat foramen sfenopalatina. Tampon ketiga

diletakkan antara konka inferior dan septum nasi. Ketiga tampon

dipertahankan selama 10 menit.

Teknik reduksi fraktur tulang hidung:

Tindakan reduksi dikerjakan 1-2 jam setelah trauma dengan pertimbangan

edema yang timbul sudah sangat sedikit. Bisa juga dilakukan paling lama

setelah 14 hari post trauma. Sesudah waktu tersebut, tindakan reduksi

mungkin sudah sulit dikerjakan. Alat-alat yang dipakai pada tindakan reduksi:

elevator tumpul yang lurus, cunam Ash, cunam Walsham, spekulum hidung

pendek dan panjang (Kilian), pinset hidung yang panjang.

Jika fraktur tulang hidung disertai pergeseran tulang hidung dipakai cunam

Walsham untuk reduksi tertutup. Jika terdapat deviasi piramid hidung karena

dislokasi tulang hidung, cunam Ash digunakan dengan cara memasukkan

masing-masing sisi ke dalam kedua rongga hidung sambil menekan septum

dengan forsep. Sesudah tindakan reposisi, dilakukan pemasangan tampon pada

kedua rongga hidung dan dipertahankan selama 3 sampai 4 hari. Kadangkala

diperlukan pemasangan fiksasi luar (gips), selama satu hingga dua minggu.

b. Fraktur Tulang Hidung Terbuka

Fraktur ini menyebabkan perubahan tempat dari tulang hidung disertai laserasi

pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung. Kerusakan atau kelainan pada

kulit dari hidung diusahakan untuk diperbaiki pada saat tindakan.

c. Fraktur Tulang Nasoetmoid

Jika nasal piramid rusak karena tekanan atau pukulan dengan beban berat akan

menimbulkan fraktur hebat pada tulang hidung, prosessus maksila dan

prosessus nasalis frontal. Bagian dari nasal piramid yang terletak antara dua

bola mata akan terdorong ke belakang menyebabkan terjadinya fraktur

nasoetmoid, fraktur nasomaksila dan nasoorbita. Fraktur ini dapat

menimbulkan sekuele di belakang hari.

Komplikasi neurologik: - robeknya duramater

- keluarnya cairan serebrospinal

- pneumosefalus

5

Page 6: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

- laserasi otak

- avulsi dari nervus olfaktorius

- hematoma epidural atau subdural

- kontusio otak dan nekrosis jaringan otak

Komplikasi pada mata: - telekantus traumatika

- hematoma pada mata

- kerusakan nervus optikus

- epifora, ptosis

- kerusakan bola mata

Komplikasi pada hidung:

- perubahan bentuk hidung

- obstruksi rongga hidung yang disebabkan fraktur dislokasi atau hematoma

pada septum

- gangguan penciuman (hipoosmia atau anosmia)

- epistaksis posterior yang hebat disebabkan robeknya arteri ethmoidalis

- kerusakan duktus nasofrontalis dengan menimbulkan sinusitis frontalis

atau mukokel

6

Page 7: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Fraktur nasoethmoid seringkali tidak dapat diperbaiki hanya dengan reduksi

sederhana secara terbuka disertai pemasangan tampon hidung atau fiksasi dari

luar. Tindakan reduksi pada kondisi seperti ini memerlukan penanganan yang

lebih hati-hati dan teliti untuk mengembalikan tulang-tulang yang patah pada

posisi semula dan mengikatnya dengan kawat baja.

II. Fraktur Tulang Zygoma dan Arkus Zygoma

a. Fraktur Zygoma

Kira-kira 6 % dari fraktur tulang zygoma tidak menunjukkan kelainan. Trauma

dari depan yang langsung merusak pipi menyebabkan perubahan tempat dari

tulang zygoma itu ke arah posterior, ke arah medial atau ke arah lateral

sehingga terjadi impresi yang mendesak bola mata menyebabkan terjadinya

diplopia. Fraktur ini tidak mengubah posisi dari rima orbita inferior ke arah

atas atau ke arah bawah. Diagnosis ditegakkan secara klinis dengan foto

rontgen menurut Waters yaitu posisi temporooksipital. Tulang zygoma

dibentuk oleh tulang temporal, tulang frontal, tulang sphenoid dan tulang

maksila yang membentuk penonjolan pada pipi di bawah mata sedikit ke arah

lateral.

7

Page 8: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Gejala fraktur zygoma antara lain:

- pipi menjadi lebih rata (dibandingkan dengan sisi kontralateral atau

sebelum trauma)

- diplopia dan terbatasnya gerakan bola mata

- edema periorbita dan ekimosis

- perdarahan subkonjungtiva, ptosis

- enophtalmus (fraktur dasar orbita atau dinding orbita)

- terdapatnya hipestesia atau anestesia karena kerusakan saraf infra-orbitalis

- terbatasnya gerakan mandibula

- emfisema subkutis

- epistaksis karena perdarahan yang terjadi pada antrum

Penanggulangan Fraktur Zygoma:

Reduksi tidak langsung (Keen dan Goldwaite)

Reduksi tidak langsung melalui sulkus gingivobukalis. Dibuat sayatan

kecil pada mukosa bukal di belakang tuberositas maksila. Elevator

dimasukkan di belakang tuberositas dan fraktur dikembalikan kepada

tempatnya. Cara reduksi fraktur ini mudah dikerjakan dan memberi hasil

baik.

Reduksi terbuka

Tulang zygoma yang patah tidak bisa diikat dengan kawat baja dari

Kirschner, harus ditanggulangi dengan reduksi terbuka menggunakan

kawat atau mini plate. Laserasi yang timbul di atas zygoma dapat dipakai

sebagai tanda untuk melakukan insisi. Adanya fraktur pada rima orbita

inferior, dasar orbita, dapat direkonstruksi dengan melakukan insisi di

bawah palpebra inferior untuk mencapai fraktur dis ekitar tulang orbita

tersebut. Tindakan ini harus dikerjakan hati-hati karena dapat merusak

bola mata.

b. Fraktur Arkus Zygoma

Ditandai dengan adanya rasa sakit pada waktu bicara atau mengunyah,

kadang-kadang timbul trismus. Gejala ini timbul karena terdapatnya

perubahan letak dari arkus zygoma terhadap prosessus koronoid dan otot

temporal. Fraktur arkus zygoma yang tertekan atau terdepresi dapat dengan

8

Page 9: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

mudah dikenal dengan palpasi. Tindakan reduksi kadang-kadang diperlukan

reduksi terbuka selanjutnya dipasang kawat baja atau mini plate pada arkus

zygoma yang patah. Insisi pada reduksi terbuka dilakukan di atas arkus

zygoma, diteruskan ke bawah sampai ke bagian zygoma di preaurikuler.

III. Fraktur Tulang Orbita

Fraktur maksila sangat erat hubungannya timbulnya fraktur orbita terutama pada

pengguna kenderaan bermotor. Fraktur ini terjadi akibat trauma langsung pada

tepi tulangnya atau pada tulang zygomatikus.

Gejala-gejala:

1. enophtalmus/ exophtalmus

2. hematoma

3. diplopia

4. asimetri muka

Kelainan ini tidak lazim terdapat pada blow-out fracture dari dasar orbita.

Kelainan ini sangat spesifik, terdapat pada fraktur yang meliputi pinggir

orbita inferior atau fraktur yang menyebabkan dislokasi zygoma.

5. gangguan saraf sensoris

Hipestesia dan anestesia dari saraf sensoris nervus infra orbitalis berhubungan

erat dengan fraktur yang terdapat pada dasar orbita. Bila pada fraktur timbul

kelainan ini, sangat mungkin sudah mengenai kanalis infra orbitalis, berupa

anestesia pipi karena cedera n.infraorbitalis atau anestesia dahi karena cedera

n.supraorbitalis. Bila timbul anestesia dalam waktu lama harus dilakukan

eksplorasi dan dekompresi nervus infraorbitalis.

9

Page 10: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

IV. Fraktur Tulang Maksila ( Mid facial fracture)

Jika terjadi fraktur maksila maka harus segera dilakukan tindakan untuk

mendapatkan fungsi normal dan efek kosmetik yang baik. Tujuannya untuk

memperoleh fungsi normal pada waktu menutup mulut atau oklusi gigi dan

memperoleh kontur muka yang cocok. Fraktur maksila pada umumnya bilateral.

Edema faring dapat menimbulkan gangguan jalan nafas sehingga mungkin

dilakukan tindakan trakeostomi. Perdarahan hebat yang berasal dari arteri

maksilaris interna atau arteri ethmoidalis anterior sering terdapat pada fraktur

maksila dan harus segera diatasi. Jika tidak berhasil dilakukan pengikatan arteri

maksilari interna atau arteri karotis eksterna atau arteri ethmoidalis anterior.

Gejala klinis pada fraktur maksila:

- Perdarahan yang keluar dari telinga, terutama pada fraktur condilus atau basis

kranii

- Perdarahan yang keluar dari hidung atau dari mulut, terutama pada middle

third fracture

- Gejala neurologis berupa pasien menjadi apatis, sakit kepala yang hebat, ingin

muntah-muntah

- Pupil melebar dengan refleks cahaya negatif

- Mata tertutup karena hematom

10

Page 11: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Reduksi fraktur maksila mengalami kesulitan bila terlambat penanganan atau

kerusakan sangat hebat yang disertai dengan fraktur servikal atau terdapatnya

kelainan pada kepala yang tidak terdeteksi. Garis fraktur yang timbul harus

diperiksa dan dilakukan fiksasi. Fiksasi dan imobilisasi berlangsung selama enam

hingga delapan minggu. Imobilisasi dilakukan pada kranium atau kepala (cranio

maxilla fixation), atau bisa juga pada arkus zygomatikus, dasar tulang mata, dasar

tulang hidung, atau pinggir hidung.

Fiksasi pada fraktur maksila:

1. Fiksasi inter maksilar menggunakan kawat baja untuk mengikat gigi

2. Fiksasi inter maksilar menggunakan kombinasi dari reduksi terbuka dan

pemasangan kawat baja atau mini plate

3. Fiksasi dengan pin

Waktu yang diperlukan untuk proses penyembuhan kira-kira 4 minggu. Setelah itu

dilakukan latihan otot-otot mulut untuk gerakan membuka dan menutup mulut.

Klasifikasi Fraktur Maksila

Guerin membuat deskripsi fraktur maksila 35 tahun sebelum Le Fort membuat

klasifikasi.

11

Page 12: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

1. Fraktur Maksila Le Fort I

Fraktur Le Fort I (fraktur Guerin) meliputi fraktur bagian bawah. Fraktur ini

bisa unilateral atau bilateral. Garis fraktur berjalan sepanjang maksila bagian

bawah sampai bagian bawah rongga hidung. Seluruh rahang atas dapat

bergerak dan hanya tertahan oleh jaringan lunak mulut, antrum dan hidung.

Kerusakan yang mungkin terjadi pada fraktur ini berupa kerusakan pada

prosesus arteroralis, bagian dari sinus maksilaris, palatum durum, bagian

bawah lamina pterigoid. Gerakan tidak normal pada fraktur ini dapat dirasakan

dengan palpasi. Garis fraktur yang mengarah vertikal, membagi muka menjadi

dua bagian.

Gejala-gejala yang mungkin timbul:

Pembengkakan pada muka dan bibir atas

Ekimosis

Mukosa bibir, mulut dan hidung rusak

Oklusi gigi terganggu dan pasien tidak dapat mengunyah

Bila rahang atas tergeser ke belakang dapat terjadi gigitan terbalik

Bila rahang atas tergeser ke atas tampak muka menjadi pendek dan terjadi

open bite

Ada perdarahan pada sinus maksilaris dan keluar melalui hidung, dapat

menyumbat jalan pernapasan

12

Page 13: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

2. Fraktur Maksila Le Fort II

Disebut juga floating maksila karena fraktur ini sangat mudah digerakkan.

Garis fraktur Le Fort II (fraktur piramid) berjalan melalui tulang hidung dan

diteruskan ke tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita dan

menyeberang ke bagian atas dari sinus maksilaris juga ke arah lamina

pterigoid sampai ke fossa pterigopalatina. Fraktur pada lamina cribiformis dan

atap sel ethmoid dapat merusak sistim lakrimalis.

Gejala-gejala yang mungkin timbul:

o Tampak hidung masuk atau melesak ke dalam

o Perdarahan melalui hidung lebih banyak karena foramen infraorbitalis

terlibat dan arteri infraorbitalis terluka

o Keluarnya cairan serebrospinal bila lamina cribiformis patah

3. Fraktur Maksila Le Fort III

Disebut juga craniofacial dysjunction, merupakan fraktur yang memisahkan

secara lengkap antara tulang dan tulang kranial. Garis fraktur berjalan melalui

sutura nasofrontal diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui fisura

orbitalis superior melintang ke arah dinding lateral ke orbita, sutura

zygomatiko frontal dan sutura temporozigomatik. Fraktur Le Fort III ini

biasanya bersifat kominutif yang disebut kelainan Dishface. Komplikasi yang

sering timbul yaitu pengeluaran cairan serebrospinal melalui atap sel ethmoid

dan lamina cribiformis. Penanggulangan dengan menggunakan fiksasi

13

Page 14: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

intermaksiler sehingga oklusi gigi menjadi sempurna dengan menggunakan

kawat baja atau mini plate sesuai garis fraktur.

Gejala-gejala yang mungkin timbul:

o Seluruh bagian middle third dari muka terdorong ke belakang sehingga

muka menjadi melesak (dish-shaped)

o Perdarahan mengalir ke palatum, faring dan hidung.

o Hematoma kacamata (brill hematoma) karena konjungtiva terisi darah dan

pembengkakan bola mata karena ekimosis

o Bila n. Facialis kena, timbul facial paralysis

o Akibat dari brill’s hematoma dapat terjadi penekanan saraf-saraf optik dan

motorik dari mata dapat mengakibatkan kebutaan, diplopia dan paralisa

bola mata.

V. Fraktur Tulang Mandibula

Fraktur mandibula paling sering terjadi karena kondisi mandibula yang terpisah

dari kranium, umunya disebabkan oleh trauma langsung. Tempat-tempat yang

sering menderita fraktur adalah angulus mandibulae, condyle regio molar, regio

mentalis, simfisis, regio cuspid, ramus dan prosesus coronoideus. Penanganan

fraktur ini terutama untuk mendapatkan efek kosmetik yang memuaskan, oklusi

gigi yang sempurna, proses mengunyah dan menelan yang sempurna. Fraktur

mandibula pada umumnya disertai dislokasi fragmen tulang sesuai dengan tonus

otot yang berinsersi di tempat tersebut. Otot tersebut adalah otot elevator (m.

Temporalis, m. Pterigoideus internus, m. Masseter), otot depresor (m. Digastricus,

14

Page 15: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

m. Geniohyoideus, m. Geniohyoiglossus, m. Mylohyoid, m. Platysma, m.

Pterygoideus externa) dan otot protrusor. Pada fraktur daerah dagu, otot akan

menarik fragmen tulang ke arah dorsokaudal, sedangkan pada fraktur bagian

lateral tulang akan tertarik ke arah kranial.

Diagnosis fraktur mandibula tidak sulit, ditegakkan berdasarkan riwayat

kerusakan rahang bawah dengan memperhatikan adanya gejala:

1. Pembengkakan, ekimosis ataupun laserasi pada kulit yang meliputi mandibula

2. Rasa sakit yang disebabkan kerusakan pada nervus alveolaris inferior

3. Anestesia pada satu garis bibir bawah, pada gusi atau pada gigi akibat

kerusakan n. mandibularis

4. Maloklusi

5. Gangguan mobilitas atau adanya krepitasi

6. Malfungsi berupa trismus, rasa sakit waktu mengunyah. Dll

7. Gangguan jalan nafas

Perakitan pin skeletal

Fraktur condyle

Fraktur condyle sering terjadi karena trauma tidak langsung. Fraktur ini dapat

menyebabkan terjadinya malunion pada sendi Temporomandibular (TMJ) yang

akan berakibat terjadinya artrosis bila terdapat proses penyembuhan dengan posisi

yang salah. Bila berlanjut dapat mengakibatkan terjadinya ankylosis yaitu

penyatuan condyle dengan fossanya sehingga pasien tidak bisa membuka

mulutnya. Disebut methartrosis bila penyambungan yang salah tersebut tidak

menyebabkan kelainan oklusi dan artikulasi.

15

Page 16: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Bila gangguan ini terjadi pada anak-anak dapat menimbulkan cacat pada muka

yang disebut bird-face, dimana pertumbuhan tulang rahang bawah jauh tertinggal

dibandingkan tulang rahang atas.

Gejala fraktur condyle:

Sakit pada tragus atau di depan tragus terutama pada waktu membuka dan atau

menutup mulut

Sering timbul trismus

Gejala khasnya “open bite” (gigitan terbuka) disebabkan bagian tulang rahang

bawah yang fraktur bergeser ke depan.

Pada fraktur unilateral, saat membuka mulut ada deviasi atau pergeseran ke

arah yang fraktur

Pada fraktur bilateral, tidak ada deviasi tetapi ditemukan open bite frontal dan

cross bite pada daerah gigi molar

Diagnosa ditegakkan melalui gejala klinis dan foto rontgen AP dan lateral.

Terapi fraktur condyle:

a) Fraktur condyle intracapsuler; dengan Inter-maxillary wiring

b) Fraktur condyle extracapsuler; dengan open reduction, insisi di depan

tragus

c) Bila condyle lepas, lakukan interosseus wiring

d) Bila condyle hancur, diganti dengan prothesa condyle dari metal

16

Page 17: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Dingman mengklasifikasikan fraktur mandibula secara simpel dan praktis menjadi

tujuh regio yaitu: badan mandibula, simfisis, angulus mandibula, ramus

mandibula, prosesus koronoid, prosesus kondilus, dan prosesus alveolaris.

Penanggulangan fraktur ini tergantung pada lokasi fraktur, luasnya fraktur dan

keluhan yang diderita. Lokasi fraktur ditentukan dengan pemeriksaan radiografi.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan foto polos posisi anteroposterior, lateral,

Towne, lateral oblik, kiri dan kanan. Fraktur pada bagian tulang yang menyangga

gigi dapat difiksasi dengan kawat interdental untuk menjamin pulihnya oklusi

dengan baik.

Metode Eyelet. Langkah-langkah pemasangan eyelet dan fiksasi intermaksiler

Penggunaan mini atau mikroplate semakin populer sejak tahun 1970 an karena

tidak menimbulkan kalus. Mini plate dipasang dengan menggunakan skrup,

bersifat lebih stabil, tidak memberikan reaksi jaringan, dapat dipakai untuk waktu

lama, mudah dikerjakan. Kekurangannya sulit didapat dan harganya mahal.

Gejala Klinis

Secara garis besar, patah tulang wajah akan menimbulkan gejala:

- Nyeri tekan lokal

- Hematom lokal

- Gangguan oklusi rahang

- Gangguan faal rahang bawah

- Gangguan sensibilitas n. Supraorbitalis, n. Infraorbitalis, n. Mandibularis

- Mata juling disertai bengkak atau hematom orbita

- Arkus zigomatikus kiri kanan tidak simetris

- Perubahan bentuk hidung

17

Page 18: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Diagnosa

Untuk menegakkan diagnosa pada fraktur tulang wajah, diperlukan:

1. Anamnesis

Anamnesis penting artinya untuk mengetahui riwayat kelainan atau trauma

sebelumnya. Mekanisme trauma perlu diketahui untuk mengetahui bagian tubuh

yang kemungkinan mengalami perlukaan. Lokasi nyeri untuk mencari

kemungkinan adanya kerusakan pada organ bagian dalam.

2. Pemeriksaan klinik

Jika ada trauma wajah, kontur dari tulang wajah harus dipalpasi dengan hati-hati

sebelum terjadi edema. Palpasi harus dilakukan secara serentak (kanan kiri

bersama-sama), seksama (hati-hati), dan sistematis. Perlekatan otot ekstraokular

bisa terlepas oleh fraktur dinding orbital, oleh karena itu gerakan mata harus

diperiksa dan tanyakan bila timbul diplopia. Juga ditanyakan apakah pasien

merasa gigitannya normal dan mulut harus diperiksa untuk melihat gigi yang lepas

atau oklusi gigi. Gangguan oklusi merupakan tanda yang umum dan sensitif dari

fraktur rahang. Gerakan mandibular harus diperiksa untuk menyingkirkan fraktur

atau dislokasi condilus mandibula.

18

Page 19: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

3. Plain Radiografi

Jika diduga ada fraktur wajah, X-Ray dilakukan dengan membandingkan kontur

sisi sebelahnya. Opasitas dan level cairan pada sinus maksilaris menunjukkan

adanya hematoma. Foto rontgen yang sering digunakan adalah proyeksi Waters

sehingga bayangan bagian wajah tidak terganggu atau disamarkan oleh struktur

tulang dasar tengkorak dan tulang servikal.

Pemeriksaan penunjang

Selain plain radiografi, pemeriksaan yang dapat digunakan untuk membantu

menegakkan diagnosis adalah:2

1) CT Scan

Dapat melihat fragmen tulang yang terpisah, adanya perdarahan dan fraktur basis

kranii dengan lebih jelas.

2) MRI

Tidak digunakan sebagai alat primer untuk mendeteksi fraktur fasial.

Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi:

- Perdarahan sekunder; karena pengikatan atau penjahitan vena/ arteri yang putus

tidak baik

- Infeksi; karena kurang steril dalam bekerja atau adanya gigi gangren pada garis

fraktur atau oral higiene penderita yang buruk

- Trismus; karena fiksasi dan imobilisasi menyebabkan otot mulut menjadi kaku

- Malunion; waktu dilakukan reposisi, oklusi gigi tidak diperhatikan atau penderita

banyak bergerak, alat fiksasi dan imobilisasi kendor

- Delayed union; penyebabnya reposisi, fiksasi dan imobilisasi yang tidak baik,

daya penyembuhan penderita yang tidak baik, dan kondisi penderita tidak baik/

menderita penyakit kronis

- Ununion; penyebabnya reposisi tidak baik, fiksasi dan imobilisasi tidak baik,

kondisi penderita tidak baik, ada oto atau fragmen tulang yang terjepit di antara

dua fragmen fraktur tulang, space atau jarak terlalu jauh antara dua fragmen

tulang, atau perawatan fraktur tulang terlalu lama ditangguhkan.

19

Page 20: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

Penatalaksanaan8

Pertama-tama perhatikan A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D

(Disability), E (Exposure), F (Facility). Jika terdapat patah tulang dengan atau

tanpa perdarahan, jalan nafas bagian atas mudah tersumbat akibat dislokasi, udem,

atau perdarahan. Harus selalu diingat bahaya aspirasi atau regurgitasi lambung.

Periksa ada/ tidak cedera pada saraf sensorik maupun motorik, kelenjar dan

saluran liur.

Kontrol fraktur atau fragmen fraktur dengan tindakan reposisi atau reduksi,

fiksasi, imobilisasi dan rehabilitasi. Reposisi bisa secara tertutup, pada fraktur

rahang yang baru terjadi dan tidak ada interlocking dari bagian-bagian tulang yang

patah. Sedangkan reposisi terbuka dilakukan bila ada interlock yang hebat pada

bagian-bagian tulang yang patah. Imobilisasi dengan menggunakan fiksasi

ekstraoral (head bandage, head cap, pin), intraoral (wiring, splint, arch bar)

ataupun fiksasi internal (wiring, plat dan sekrup). Yang sering digunakan adalah

mini plate.

Head Cap

Bila fraktur rahang dilakukan preliminary Measures yaitu:

- Pada gigi patah atau rusak, sisa akar harus dicabut

- Pengambilan patahan tulang-tulang kecil yang lepas atau berserakan

- Kebersihan mulut penderita harus diperhatikan

20

Page 21: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

- Pencabutan gigi yang berada pada garis fraktur

- Jaringan yang luka didesinfeksi dulu dengan larutan antiseptik

- Penjahitan jaringan lunak yang rusak

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan setelah fiksasi dan imobilisasi:

- Memelihara oral higiene yang baik

- Meningkatkan kesehatan umum

- Mengontrol alat-alat fiksasi dan imobilisasi

21

Page 22: FRAKTUR Facial Sherly1

Fraktur tulang wajah

DAFTAR PUSTAKA

1. Burkitt HG, Quick CRG. Head and Maxillofacial Injuries. Dalam Essential

Surgery Problems, Diagnosis and Management. Spanyol: Churchill

Livingstone, 2002

2. Snell RS. Kepala dan Leher. Dalam Anatomi Klinik untuk Mahasiswa

Kedokteran. Bagian 3. Edisi 3. Jakarta: EGC, 1997: 83-89

3. De Palma, AF. Fractures and Dislocations of the Ribs. Dalam The

management of fractures and dislocations an atlas. Volume 1, 2nd edition.

USA: WB Saunders, 1970: 460-470

4. Munir M, Widiarni D, M. Thamrin. Trauma Muka dan Leher. Dalam Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi Kelima.

Jakarta: FKUI, 2001:161-169

5. Sjamjuhidajat R, de Jong W. Sistem Muskuloskeletal. Dalam Buku Ajar Ilmu

Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: EGC,1997

6. Sjamjuhidajat R, de Jong W. Kepala dan Leher. Dalam Buku Ajar Ilmu

Bedah. Edisi Revisi. Jakarta: EGC,1997

7. www. Learningradiology. com

8. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Fraktur. Dalam Kapita

Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius, 2000

9. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of The Musculoskeletal System.

Third edition. USA: Williams & Wilkins, 1999: 608

22