Fraktur Colles

12
PEMBAHASAN II.1 Anatomi Radius adalah tulang di sisi lateral antebrachii. Articulatio yang terdapat pada os radius : Articulatio humeroradialis yaitu articulation antara capitulum humeri os humerus dengan fovea articularis os radii. Articulatio radioulnaris proximal yaitu articulation antara incisura radialis os ulna dengan circumferential articularis caput radii os radii.. Diperkuat oleh ligamentum anulare radii. Articulatio radioulnaris distal yaitu antara incisura ulnaris os radii dengan caput ulna os ulna. Diperkuat oleh ligamentum radioulnare. Articulatio radiocarpalis yaitu antara facies articularis carpalis os radii dengan facies articularis os scaphoideum et os lunatum. Os ulna dan os radius dihubungkan oleh articulatio radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat . Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya

description

medical

Transcript of Fraktur Colles

Page 1: Fraktur Colles

PEMBAHASAN

II.1 Anatomi

Radius adalah tulang di sisi lateral antebrachii.

Articulatio yang terdapat pada os radius :

  Articulatio humeroradialis yaitu articulation antara capitulum humeri os humerus dengan

fovea articularis os radii.

  Articulatio radioulnaris proximal yaitu articulation antara incisura radialis os ulna dengan

circumferential articularis caput radii os radii.. Diperkuat oleh ligamentum anulare radii.

  Articulatio radioulnaris distal yaitu antara incisura ulnaris os radii dengan caput ulna os

ulna. Diperkuat oleh ligamentum radioulnare.

  Articulatio radiocarpalis yaitu antara facies articularis carpalis os radii dengan facies

articularis os scaphoideum et os lunatum.

Os ulna dan os radius dihubungkan oleh articulatio radioulnar yang diperkuat oleh

ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar

yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis.

Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan

satu kesatuan yang kuat . Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak

jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai

dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.

Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,

m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga

otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan

patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii ventral superficial: m. Pronator Teres , m.

Flexor Carpi Radialis, m. Palmaris Longus, m. Flexor Digitorum Superficil, m. Flexor

Carpi Ulnaris.

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii ventral profunda: m. Flexor Digitorum

Profunda, m. flexor Pollicis Longus, m. Pronator Quadratus.

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii lateral: m. Brachioradialis, m. Extensor Carpi

Radialis Longus, m. Extensor Carpi Radialis Brevis.

Page 2: Fraktur Colles

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii dorsal superficial : m. ektensor digitorum, m.

Extensor Digiti minimi, m. Ektensor Carpi Ulnaris

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii dorsal profunda: m. supinator, m. Ektensor

Pollicis Longus, m. Ektensor Indicis, m. Abductor Pollicis Longus, m. Ektensor pollicis

Brevis.

Dari semua otot di antebrachii, otot yang berorigo pada os radii : m. Flexor Digitorum

Superficial, m. Flexor Pollicis Longus, m. Abduktor Pollicis Longus, m. Extensor Pollicis

Brevis.

Dari semua otot di antebrachii, otot yang berinsersi pada os radii : m. Pronator Teres, m.

Pronator Quaratus, m. Brachioradialis, m. Supinator.

II.2 Definisi

Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang

sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm

proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur

avulsi dari processus styloideus ulna.

Menurut Mansjoer (2000), fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang khas , fraktur

metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius,

dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal,

avulsi prosesus stiloideus ulna.

KLASIFIKASI MENURUT FRYKMAN

(Frykmann, 1967) Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga

memisahkan antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya fraktur pada ulna distal.

Pada klasifikasi ini nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih

rumit dan prognosa yang lebih jelek.

Page 3: Fraktur Colles

II.3 Epidemiologi

Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus

radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari

pada pria (5:1), sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama dengan pria. Sisi kanan

lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak

dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun

II.4 Etiologi

Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi terkadang dan

meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan

terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan

terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh

sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan,

kemudian diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada

daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.

Page 4: Fraktur Colles

II.5 Patofisiologi

Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan

jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah

sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan

hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon,

pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996).

Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat

terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri.

Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati

sepanjang satu atau dua millimeter.

Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena

kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat

tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi

pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena

adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996).

II.6 Manifestasi Klinik

Terdapat :

Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi

darah

Nyeri pada pergerakan atau penekanan

Terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan

Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana

bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna

menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)

Page 5: Fraktur Colles

II.7 Diagnosis

 Diagnosa awal dilakkan dengan anamnesa pasien : kronologis kejadian yang terjadi pada

pasien, tempat jatuh, penyebab jatuh, posisi jatuh, yang dirasakan pasien setelah jatuh.

Pada pemeriksaan fisis, terlihat jelas adanya :

  Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah

  Nyeri pada pergerakan atau penekanan

  Terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan

  Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana

bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna

menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah :

1. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat

kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Contoh:

  Pemeriksaan roentgen (Anterior Posterior & Lateral)

  Arteriogram

  Scan CT/MRI

2. Pemeriksaan laboratorium (jika fraktur terbuka dan memerlukan tindakan operasi) :

  Hitung darah lengkap

  golongan darah

  CT

  BT

  Kreatinin

 

Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan

fraktur ini, yaitu:

Page 6: Fraktur Colles

Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius

Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi

Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu

dapat terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :

Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal

Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan “crushing” dari tulang

cancellous

II.8 Diagnosa banding

1. fraktur pergelangan tangan : fraktur Smith, fraktur Geleazzi

2. Dislokasi sendi Wrist

II.9 Penatalaksanaan

Pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan imobilisasi dengan menggunakan

”below-elbow cast” (pemasangan gips sirkular di bawah siku) selama 4 minggu

Pengawasan pasca pemasangan gips dan komplikasi pemasangannya. Latihan isometrik

segera dilakukan dan oposisi jari. Mengganti gips bila pembengkakan pergelangan tangan

telah mereda, biasanya setelah satu minggu, dan mengganti dengan forearm splint bila

telah clinical union.

Pada jenis fraktur yang displaced :

  Dilakukan reduksi tertutup

Prinsip

Reposisi seanatomis mungkin, pertahankan hasil reposisi dan cegah komplikasi karena

reposisi yang anatomis akan memberikan fungsi yang baik. Reposisi dapat dilakukan

dalam anestesi lokal, regional blok atau anestesi umum.

Teknik reposisi

Page 7: Fraktur Colles

Segera dilakukan sebelum adanya edema. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi

kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan

diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi). dilakukan selama 2-5 menit.

Fungsi yang baik tercapai jika post reposisi angulasi dorsal  < 150pemendekan radius <

3mm. Perawatan Pasca reduksi tertutup : imobilisasi dengan forearm splint selama 3

minggu.

  Imobilisasi, dapat dengan cara :

Plaster cast, selama 3 minggu

Three quarter slab

External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat

tidak stabil dan pada orang berusia lebih dari 60 tahun

Metode Imobilisasi

Konservatif dengan gip atau lungtional brace.

Operatif dengan fiksator

Posisi pergelangan tangan

Posisi palmar fleksl 15° dan ulnar deviasi 20′

Posisi lengan bawah

Posisi pronasi (klasik)

Posisi supinasi

Lama imobilisasi

Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah 28 hari fraktur sudah cukup

stabil dan boleh mobilisasi. Pada kasus yang minimal displacement imobilisasi cukup 3-4

minggu.

Fisioterapi

Dimaksudkan agar fungsi tangan kembali normal karena penderita diharapkan bekerja

biasa setelah 3-4 bulan fraktur.

Indikasi Operasi

Kominusi dorsal > 50% dari dorsal ke palmar distance

Kominusi metafiseal Palmar

Page 8: Fraktur Colles

Initial dorsal tilt > 20°

Pergeseran initial (fragment translation) > 1 cm

Pemendekan Initial > 5 mm

Disrupsi Intra-artikuler

Disertai Fraktur ulna

Osteoporosis massif

II.10 Prognosis

Bila fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar menunjukkan

fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.

II.11 Komplikasi

Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur

colles:

1. Dini

Kompresi/trauma a. ulnaris dan medianus

Kerusakan tendon

Edema post reposisi

Redislokasi

2. Lanjut

Arthrodosis dan nyeri kronis

Shoulder hand syndrome

Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)

Malunion/ non union

Stiff hand

Volksman ischemic contraktur

Suddeck atropi

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

III. 1 Kesimpulan

Fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami osteoporosis,

garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal

beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus

ulna.

Fraktur colles disebabkan biasanya pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan

pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang

terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).

Page 9: Fraktur Colles

Manifestasi klinik Fraktur colles terdapat : pembengkakan pada pergelangan tangan,

nyeri pada pergerakan atau penekanan, terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan,

deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity”.

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah : pemeriksaan roentgen,

Arteriogram, Scan CT/MRI dn pemeriksaan laboratorium : hitung darah lengkap,

golongan darah, CT, BT, Kreatinin.

Penatalaksanaan Fraktur colles : pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan

imobilisasi dengan menggunakan ”below-elbow cast”. Pada jenis fraktur yang displaced :

dilakukan reduksi tertutup, imobilisasi, atau operasi.

III. 2 Saran

Setelah kejadian, pasien langsung dibawa ke rumah sakit dan ditangani oleh dr. Sp. B.

OT. dan pasien mengikuti terapi sesuai anjuran dr. Sp. B. OT, maka komplikasi fraktur

colles akan minimal dan dapat sembuh total.

DAFTAR PUSTAKA

Delores C. Schoen. 2011. Adult Orthopaedic Nursing. USA: Lippincott Williams &

Wilkins

John Ebnezar. Text Book of Orthopedics. 4th Editotion. Jaypee.

Long, B.C. . 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi 7. Yayasan Alumni Pendidikan

Keperawatan Pajajaran : Bandung

Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media Aeculapius :

Jakarta

Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. EGC : Jakarta

Stanley hoppenfeld. 2000. Treatment and rehabilitation of Fracture. USA: Lippincott

Williams & Wilkins

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00412