FRAKSI PAKfAI DEMOKRASI IMlONESIA PEIUlJANGAN

50
r FRAKSI PAKfAI DEMOKRASI IMlONESIA PEIUlJANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Sekretariat : MPA I DPR. AI, Nusanlara I, lantai VI, Ruang 0608, Jl. Jend. Galol SUbroto, Jakarta 10270 t1' (021) 575 6187,575 6180, 575 6162, Fax. 575 6188, 575 6181 PEMANDANGAN UMUM FRAKSI PART AI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNING THE ACTIVITIES OF STATES IN THE EXPLORATION AND USE OF OUTER SPACE, INCLUDING THE MOON AND OTHER CELESTIAL BODIES, 1967 ( TRAKTAT MENGENAI PRINSIP- PRINSIP YANG MENGATURKEGIATAN NEGARA- NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA, TERMASUK BULAN DAN BENDA-BENDA LANG IT LAINNY A, 1967) Djsampaikan Oleh : Sidharto Danusubroto Nomor Anggota : A-120 Assalamu'alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh. Yang terhonnat Saudara Pimpinan Sidang; Yang (erhonnat Saudara Menteri Luar Negeri; Yang terhonnat Simdara Menteri Riset dan Teknologi; Yang terhonnat Saudara Kepala LAPAN; dan Saudara-saudara Anggota Dewan yang terhonnat. Merdeka! Pertama-tama marilah kita panjatkan puji-syuknr kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengkaruniakan rahmat dan hidayat-Nya hingga kita dapat berkumpul hari ini untuk menyampaikan Pemandangan Umum Fraksi kita masing-masing terhadap Rancangan Undang-undang tentang Pengesahan Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, Including the Moon and Other Celestial Bodies, /967 (Traktat mengenai Prinsip-prinsip yang Mengatur Kegiatan Negara-negara dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa, tennasuk Bulan dan Benda-benda Langit lainnya, 1967).

Transcript of FRAKSI PAKfAI DEMOKRASI IMlONESIA PEIUlJANGAN

r FRAKSI PAKfAI DEMOKRASI IMlONESIA PEIUlJANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Sekretariat : MPA I DPR. AI, Nusanlara I, lantai VI, Ruang 0608, Jl. Jend. Galol SUbroto, Jakarta 10270

t1' (021) 575 6187,575 6180, 575 6162, Fax. 575 6188, 575 6181

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI PART AI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNING THE

ACTIVITIES OF STATES IN THE EXPLORATION AND USE OF OUTER SPACE, INCLUDING THE MOON AND OTHER

CELESTIAL BODIES, 1967 ( TRAKTAT MENGENAI PRINSIP­PRINSIP YANG MENGATURKEGIATAN NEGARA­

NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA, TERMASUK BULAN DAN BENDA-BENDA

LANG IT LAINNY A, 1967)

Djsampaikan Oleh : Sidharto Danusubroto Nomor Anggota : A-120

Assalamu'alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh.

Yang terhonnat Saudara Pimpinan Sidang; Yang (erhonnat Saudara Menteri Luar Negeri; Yang terhonnat Simdara Menteri Riset dan Teknologi; Yang terhonnat Saudara Kepala LAP AN; dan Saudara-saudara Anggota Dewan yang terhonnat.

Merdeka!

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji-syuknr kepada Tuhan Yang

Maha Esa yang telah mengkaruniakan rahmat dan hidayat-Nya hingga kita

dapat berkumpul hari ini untuk menyampaikan Pemandangan Umum Fraksi

kita masing-masing terhadap Rancangan Undang-undang tentang

Pengesahan Treaty on Principles Governing the Activities of States in the

Exploration and Use of Outer Space, Including the Moon and Other

Celestial Bodies, /967 (Traktat mengenai Prinsip-prinsip yang Mengatur

Kegiatan Negara-negara dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa,

tennasuk Bulan dan Benda-benda Langit lainnya, 1967).

Traktak Antariksa 1967 merupakan kesepakatan antarbangsa yang

penting artinya bagi perkembangan kemanusiaan memasuki masa depan,

seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi. Laju kemajuan

ilmu dan teknologi telah menjadikan antariksa sebagai bagian integral dari

keberadaan manusia di planet bumi. Jelas kiranya bahwa antariksa

memberikan ruimg gerak yang jauh lebih leluasa ketimbang daratan dan

perairan; antariksajuga memiliki sumber daya yang tidak terdapat di daratan

dan perairan. Demikianlah antariksa membuka alternatif yang memperluas

pilihan untuk berbagai prakarsa dalarn usaha memenuhi kebutuhan umat

manusia demi kelangsungan hidupnya.

Antariksa sebagai bagian dari ruang hidup bagi kemanusiaan

umumnya perlu didasari oleh kesepakatan internasional dalarn

pemanfaatannya, sebagaimana ditegaskan dalarn Pasal I Traktat Antariksa

1967, yaitu : "Eksplorasi dan penggunaan antariksa termasuk bulan dan

benda-benda langit lainnya harus dilaksanakan demi kemanfaatan dan

kepentingan semua negara tanpa memandang tingkat perkembangan

ekonomi atau ilmu pengetahuan mereka dan harus menjadi kawasan seluruh

umat manusia."

Kemajuan ilmu dan teknologi Ielah menjadikan antariksa sebagai

ruang yang dapat dimanfaatkan untuk menempatkan berbagai satelit guna

menunjang telekomunikasi, penginderaan jarak jauh, pemantauan

sumberdaya alarn dan lingknngan, prakiraan iklim dan cuaca, dan berbagai

pemanfaatan lainnya yang berkaitan dengan laju kemajuan ilmu dan

teknologi. Pemanfataan energi antariksa - yang berupa energi matahari dan

energi angin - pun sudah berkembang untuk meningkatkan penyediaan

energi sebagai sumberdaya yang makin dibutuhkan dalam peri kehidupan

dewasa ini.

Konsekuen dengan cara pandang di atas ini, maka antariksa harus

dipandang sebagai keutuhan yang tidak terbagi-bagi atau tersekat-sekat serta

tidak juga ada sesuatu bagiarmya yang bisa dipisahkan dari bagian lainnya.

Demikianlah dirgantara ditegaskan sebagai kawasan kemanusiaan secara

keseluruhan (the province of all mankind), sehingga tidak ada negara yang

diizinkan untuk menuntut pemilikan nasional atas antariksa, termasuk bulan

2

dan benda-benda langit lainnya, baik dengan tuntutan kedaulatan, dengan

cara penggunaan dan pendudukan, maupun dengan cara-cara lainnya.

Demikianlab yang ditegaskan sebagai status hukum keantariksaan.

Indonesia telab menandatangani Traktat Antariksa 1967 pada tanggal

27 Januari 1967, narnun belum mengesahkannya, sehingga Indonesia belum

dapat disebut sebagai negara peserta perjanjian. Padabal sebagai negara yang

telab aktif melaksanakan kegiatan keantariksaan kita perlu memperhatikan

kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalarn hukum intemasional. Dari segi

hukum, pengesaban Traktat Antariksa 1967 akan mendudukan Indonesia

sebagai negara fihak, dan hal ini sekaligus akan memberi berbagai manfaat

seperti antara lain : kemungkinan untuk menetapkan landasan hukum bagi

penyusunan peraturan perundang-undangan yang akan mengatur berbagai

aspek keantariksaan di Indonesia, memantapkan dukungan terhadap

kepentingan Indonesia dalarn pelaksanaan industri keantariksaan yang

dikembangkan oleh pemerintah maupun flhak swasta nasional, memberikan

landasan yang lebih kuat dalarn usaba mendorong upaya alih teknologi

melalui kerjasarna antara-negara dalarn bidang keantariksaan, baik secara

bilateral maupun multilateral.

Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang; Yang terhormat Saudara Menteri Luar Negeri; Yang terhormat Saudara Menteri Riset dan Teknologi; Yang terhormat Saudara Kepala LAP AN; dan Saudara-saudara Anggota Dewan yang terhormat.

Dengan pengesaban Rancangan Undang-undang tentang Traktat

mengenai Prinsip-prinsip yang Mengatur Kegiatan Negara-negara dalarn

Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa, termasuk Bulan dan Benda-benda

langit lainnya, tahun 1967, dengan ini Fraksi PDI Perjuangan menegaskan

dukungannya terhadap pemerintah, Fraksi PDI Perjuangan menyatakan

persetujuannya terhadap usulan pemerintah untuk membabas Rancangan

Undang-undang tentang Traktat Antariksa 1967 termaksud sesuai dengan

jadual yang telab ditetapkan. Hal-hal yang masih memerlukan penjelasan

3

lebih lanjut akan kami majukan sebagai pertanyaan dalam Rapat Kerja pada

pembicaraan selanjutnya.

Demikianlah Pemandangan Umum Fraksi POI Perjuangan

DPR-RI terhadap Rancangan Undang-undang tentang Pengesahan Treaty

on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use

of Outer Space,' Including the Moon and Other Celestial Bodies, 1967

(Traktat mengenai Prinsip-prinsip yang Mengatur Kegiatan Negara-negara

dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa, termasuk Bulan dan Benda­

benda Langit lainnya, 1967).

Wassalamu'alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh.

Merdeka!

Jakarta, 25 Februari 2002

KELOMPOK KOMISJ I FRAKSI POI PERJUANGAN DPR-RI

Ketua,

' f~,_l/1..-//r~

R.K. SEMBIRING MELIALA A-63

4

---- ----- ----

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI PART AI GOLONGAN KARYA DPR-RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENGESAHAN TRAKTA T MENGENAI PRINSIP-PRINSIP

YANG MENGATUR KEGIATAN NEGARA-NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA, TERMASUK

BULAN DAN BENDA-BENDA LANG IT LAINNY A, 1967

Disampaikan oleh : NATERCIA MJO SOARES, SH

Anggota FPG DPR-RI No. A-369

Jakarta, 25 Pebruari 2002

PEMANDANGAN lfMUM FRAKSI PART AI GOLONGAN KARYA DI'R Rl TERIIADAI' RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG I'ENGESAHAN TRAKTAT MENGENAII'RINSIP-PRINSIP

YANG MENGATIJR KI~GIATAN NEGARA-NEGARA I>ALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA, TERMASUK

BULAN DAN BENDA-BENDA LANG IT LAINNYA, 1967

Disampalkan Oleh NA TERCIA MJO SOARES, SH

Nomor Anggota : A-369

Assalamu'alaikurn wR.wB. Salam Sejahtera Bagi Kita Sem ua Yth Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR Rl Yth Menteri Luar Negeri beserta staf Yth Menteri Riset dau Teknologi beserla staf Yth Kepala Lembaga Penethangan dan Antariksa Nasional herserta staf Dan hadirin yang berbahagia

Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini marilah kita hersama-sama mengucapkan puji syukur ke hadiral Tuhan Yang Malta Esa alas limpahan ralm1at dan karunia-Nya sehingga pada hari ini kita dapat bertemu kembali untuk melaksanakan tugas-tugas legislasi.

Melalui forum rapat wakil rakyat yang mulia ini ijinkanlah kami atas nama Fraksi Golongan Karya menyampai.k_an Pemandangan Urnum terhadap RUU Traktal Antariksa 1967. !!'ada dasamya RU!l ini merupakan suatu perjanjian internasional kean1ariksaan yang mengatur kegiatan negam-negara dalam menggunakan antariksa,. seperti bulan dan benda-benda langit lainnya untuk tujuan dam~

/Traktat Antariksa l967memuatmateri pokok yang berkaitan dengan hak, kewajiban dan larangan bagi negara-negara dalmn melaksanakan kegiatan eksplorasi dan penggunaan antariksa termasuk bulan dan benda­bendalangit lahmya. Pembentukan Traktat Antariksa 1967 diilhami oleh

-------

keberhasilan mnat manusia mcnjelajah kc anhuiksn. seperti Sputnik dari Uni Soviet dan Explorer dari Amerika. Traktar Antariksa 1%7 mcrupakan keberhasilan secarn internasional .untuk mengatur kegiatan negara-negara dibidang antariksa untuk kepentingan masing-rnasing. Walaupun Traktat antariksa 1967 hanya memuat prinsip-prinsip pokok, namun .sampai tingkat tertentu Traktat itu / tclah membcrikan per1indungan hagi kepentingnn negera-negarn berkernbang di bidang antariksa.

Sesuai dengan Amana! Pemhukaan UliD !945 yaitu bangsa kita bertanggungjawab untuk memelihara perdamaian dan keamanan intemasional, upaya ini seknligus mempakan pemenuhan seperti yang tertera dalam Tap MPR/lV /MPR/ !999 mengenai GBHN khususnya mengenai arab kebijakan penibangunan hnkum yang melanjutkan ratifikasi konvensi hukurn intemasional. Lagipula hal ini sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif dan mengabdi kepada kepentingan nasional, serta kemandirian bangsa Indonesia dalam melakukan kerjasama intemasional demi kesejahteraan rakyat. J Saudara Ketua, saudara Menteri yang mewakili Pemerintah dan anggota Dewan ser1a hadirin yang kam.i honnati,

Sebagai negara yang merdeka dan herdanlat, Indonesia berkewajiban rnenjaga keutuhan wilayahnya tennasuk damt, !aut dan udara. Deugau mendasarkan pada ciri-ciri, kondisi serta manfaat penggunaan dirgantara. bangsa Indonesia menganggap bahwa cam pa.ndang bahwa wilayah daratan perairan dan udara merupakan sntu kesatuan yang utuh yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanaf!_bangsa Indonesia serta perdamaian bagi selumh umat manusia. L Menurut konsepsi kedirgantaraan nasional, maka dirgantnra mempakan bagian yang integral dan menjadi dimensi ketiga dari kawasan kepentingan hidupnya yaitu udara sebagai wilayah kednulatan dan antariksa sebagai kawasan kepentingan nasional. Sebagai ka wasan kepentingan nasional antariksa dipandang memiliki ruang gemk dan media stamber daya yang hams didayagunakan dan dilestarikan untuk mencapai tujuan nasionaiJ. Sebagaimana yang diarnanatkan dalam Undang-undang Dasar !945 Persoalannya adalab bagaimana menggunakan dirgantara nasional untuk menciptakan manusia dan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju.

mandiri, sejahtera lahir dan hathin, sehagai tahapan menuju masyarakat adil dan makmur.

~ai&II satu pertimbangan utam_a untuk sc?era meratiflk~si .. Space Tre~tly !96T' adalah adanya kepenhngan Nas10nal lndonesta yang berkattan dengan kegiatan keantariksaan. Kepentingan Nasional tersebut mencak.up : Pertama, adanya kebutuhan untuk menjamin kelangsungan pemanfantan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi antariksa untuk mendorong pembangunan dan peningkntan kesejahteraan masyarakat (misalnya : penempatan dan pengoperasian satelit komunikasi Palapa, Cakrawarta, Garuda ), kedua, adanya kepentingan untuk melakukan penataan aturan nasional secara komprehensif terhadap kegiatan keantariksaan yang melibatkan baik badan-badan pemerintah, organisasi, swasti maupun individu agar dapat berlangsung secam tertib, aman dan mampu membawa kemaslahatan bagi bangsa Indonesia. Ratifikasi mempakan salah sahJ cara untuk mentransfom1asikan ketenhtan~ketentuan Hukum Intemasional di bidang keantariksaan ke dalam hukum nasional. sehingga dihampkan dapat menjadi dasar dan melengkapi ketentuan hukum nasional yang herlaku dan pada akhimya mampu mengemhangkan sisem Hukum Keantariksaan Nasional. Diharapkan Sistern llukum Keantariksaan Nasional tersebut nantinya akan mampu mengatur segala aspek hukum yang terkait dengan kegiatan keantariksaan baik yang dilakukan oleh dan untuk kepentingan negara, maupun oleh swasta dan organisasi internasional dalrun kerangkn privalisasi dan komersialisasi antariksa tersebut; ketiga, adanya kepentingan untuk melindungi masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap dampak yang timbul/ mungkin ditimbulkan oleh kegiatan keantariksaan. Sebagai negara yang memilik.i lintasan kathulistiwa yang terpanjang. di satu pihak Indonesia merupakan 'potential victims' dari ·kemungkinan timbulnya kemgian sebagai akibat dari kegiatan keantariksaan. Di lain pihak. sebagai negara yang Ielah megoperasikan satelit, kegintannya tersebut tentu saja perlu dilindungi dengan mendasarkan kepndn ketenluan-ketentuan hukum lntemasional, klmsusnya sebagaimana yang terdapat dalarn "Space Treaty 1967" . .J Sebagaimana negara yang aklif melaksanaknn kegiatan antariksa} seharusnya Indonesia aktif dan wajib memperhatikan dasar~dasar

kedirgantaraan sebagaimana yang ditetapkan di dalam trnktat hukum intemasional. Diantamnya tidak boleh melnkukan tindakan yang tidak sejalan dengan traktat tersebut Oleh karena itu Fraksi Partai Golongan

Karya menyambul baik antisipasi pemerinlah sehagai n~gara pihnk kctiga ) pada tralctat antariksa 1967 menyusun RUU Traktnt Antariksa serta peraturan perundangan nasionallainnya.

/ ,Pada sidang yang terhormat ini ijinkanlah kam i menyampaiknn beberapa butir sebagai berikut : Pertama_ dilihat dari hukum nasional dan intemasional hams mernperhatikan kew~jiban-kewajiban yang ditetapkan oleh hokum nasional dan in1ernasional ynng mengikat, terutama kewajiban pemerintah untuk memanfRatkan dan mendayagunakan antariksa untuk kepentingan nasional. Kedua, memberikan dukungan dan araban bagi terciptanya sebuah hukum antariksa nasional dengan mengacu pada traklat antariksa l%7~ dimana Indonesia rnempunyai stains dan kedudukan yang sama dengnn negara-negara lain yang mengakui perjanjian internasional itu. Ketiga, mengukuhkan landasan hukum yang lebih mantap bagi posisi Indonesia di bidang keantariksaan. Sehingga Indonesia dnpat berperan serta dalam perjanjian internasional itn. Keempat, menciptakan iklim yang lebih kondusif unluk mendayagunakan antariksa hagi kepentingan nasional, Hal itu dapat dicapai dengan mendorong upaya kerjasama dian tara negam-negara yang berkepentingan dengan negara ini J Saudara Ketua, saudara Menteri yang mewakili Pemerintah dan anggota Dewan serta hadirin yang kami honnali,

[Dengan menjadi Negara pihak pada Traktat Antariksa, 1967, Indonesia akan lebih dapat mendorong dan berkonlribusi dalam pendayagunaan antariksa oleh semua negara bagi maksud' damaq Indonesia sudah tentu akan terhindar dari hambalan-hambatan ataupun kendala-kendala tersebut di alas dalmn interaksinya secara internasional di bidang keantariksaan, dan pada gilirannya akru1 mendorong kemajuan keantariksaan nasional gua meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan perlindungan secara internasiona1 kepentingan Indonesia dalam pendayagunaan antariksa yang berkelanjutan.

fsecara lebih spesifik, Indonesia dengan menjadi Negara pihak pada Traktat Antariksa, 1967 akan memperoleh mnnfaat dalam : Meletakkan landasan dan sum her hukum yang telah berlaku secara internasional bagi pengernhangan hokum nasional terutan1a yang herkaitan dengan pendayagunaan antariksa yang hersifat transisional; memberikan dukungan bagi terwujudnya kemngka dan sistem hukum nnlariksn

-------

nasional serta memperkukuh status dan kedudukan konvensi/ perselujuan internasional keantariksaan yang Ielah disahkan Indonesia~ menetapkan landasan hukum bagi penyusunan pcraturan penmdang-undangan yang akan mengatur berbagai aspek kegiatan keantariksaan nasional: mengukuhkan landasan dan dasar yang lebih mantap bagi pnsisi Indonesia dalam pembenlukan dan pengembangan perJ&DJtan intemasional di bidang keantariksaan serta kiprah Indonesia dalam fora perjanjian multilateral terkait; Menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi pengembangan dan pendayngunnan anlariksn khususnya pembangunan industri dan peningkatan keterlibatan pihak swasta nasional termasuk kerjasamanya dengan pihak swasta asing dalam bentuk. wujud dan sifatnya beragam; memberikan landasan yang lebih kuat dalam mendorong upaya alih teknologi melalui kerjasruna di bidang keantariksaan, baik secam bilateral maupun multilatera:J

ljinkanlah saya alas nama Fraksi Partai GOLKAR DPR menyampaikan terima kasih alas RUU ini. Semoga RUU ini memberi landasan bagi upaya memperjuangkan kepentingan nasional di fora internasional berdasarkan prinsip-prinsip pokok pada Tmktal Antariksa 1967.

Jakarta, 25 Februari 2002

FRAKSl PAR TAl GOLKAR DPR Rl

ANGGOTA F.PPP (AISYAH AMINY):

Assalammu'alaikum Wr.Wb. Terima kasih Saudar Pimpinan, Yang terhonnat Saudara Menteri Ristek beserta para pejabat Negara serta

jajarannya yang kami hormati.

Pertama-tama marilah kita persembahkan Puji dan Syukur Kehadhirat Illahi Robbi, karena pada hari ini kita dapat memasuki acara untuk Pemandangan Umum Fraksi-fraksi tentang Ratifikasi pengesahan (bahasa lnggris) atau Traktat rnengenai prinsip-prinsi yang mengatur kegiatan Negara-negara dalam Ekplorasi dan Penggunaan Antariksa termasuk Bulan dan Benda-benda Langit lainnya Tahun 1967.

Fraksi Persatuan Pembangunan menyambut dengan baik RUU tentang Antariksa ini secara singkat yang diajukan Pemerintah pada bebcrapa waktu yang lalu dan pagi hari ini kita memasuki Pemandangan Umum Fraksi-fraksi dan perkenankan kami tidak memasuki secara luas masalah-masalah yang sudah dimuat dalam Keterangan Pengantar Pemerintah dalam mengajukan Rancangan Undang-undang ini dan kami ingin langsung pada masalah-masalah yang perlu menjadi perhatian kita.

;--Pemerintah telah menyampaikan manfaat-manfaat di ratifikasinya Traktat ini dan sehubungan dengan traktat ini yang sudah dikeluarkan Tahun 1967 bagi kami Fraksi Partai Persatuan Pernbangunan mempertanyakan begitu besar manfaat yang diketahui oleh Pernerintah kenapa Pemerintah baru setelah lebih kurang 34 tahun baru mengajukan untuk ratifikasi. Sementara itu Pemerintah juga sudah mengatakan bahwa Pemerintah sudah juga meratifikasi tige elemen space tracet 1967 ini, yaitu Labelity Convention 1972 pada T ailUn 1996.

Kemudian Rigistrace in Convention 1975 tahun 1997, demikian juga Rescu Agrement 1968 pada tahun 1999, sedangkan greetingnya sendiri Pemerintah membiarkan terlantar sampai lebih kurang 34 tahun. Adakah hal-hal yang penting sehinliga Pemerintah merasa belum perlu untuk merafikasi pada saatnya yang lebih tetap.

TerlepatUari pertanyaan mengenai setelah 34 tahun semenjak tahun 1967 itu l>aru ~cfarang diajukan untuk diratifikasi, bagi Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Icbih ~njadi pertanyaan lagi sejalan dengan Amanat MPR tentang perlunya memberikan pcrhatian terhadap Konvensi-konvensi Internasional yang terkait dengan kehidupan schari-hari masyarakat kita seperti cafenen and economic social and caltcrly right, dan cavcncn on session and political righ, kenapa lidak kunjung Pemerintah mengajukannya padahal itu sangat berkait dengan kehidupan sehari-hari masyarak~·J

Demikian juga tentang Perjanjian Internasional yang sudah disetujui DPR dan· Pcmerintah juga pada waktu itu Pemerintah menjanjikan untuk mengajukan RUU Perjanjian mengenai hutang dan ini adalah hal yang sangat penting sekali yang menurut Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Perjanjian mengenai Hutang dengan pihak Asing

ini baik oleh Swasta maupun oleh Pemerintah adalah sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat pada umumnya.

Dan inilph salah satu facto( yang menyebabkan Indonesia tidak mudah untuk keluar dari kcSfilitan·yang dihadapi oleh Negara sckarang ini.

Oleh karena itu pada kesempatan ini sekaligus kami mengajukan pada Pemerintah kiranya Pemerintah memberikan kepada hal·hal yang memang sangat banyak kaitannya demi kepentingan rakyat banyak ini.

Kembali kepada Spece Tracfi 1967 yang kami singkat demikian saja Fraksi Partai Persatuan Pembangw1ru1 mempertanyakan beberapa hal.

rPertama, ialah seberapa jauh manfaat ratifikasi ini nantinya untuk kepentingan rakyat banyak, rakyat umum yang kita sebut dengan grasmit, sebab menurut keterangan para Pakar yang kami undang, Komisi I mengundang pada minggu yang lalu bahwa fihaknya telah memberikan atau memberitahukan atau mengingatkan pada Pemerintah tentang bahaya banjir yang akan menimpa masyarakat banyak. karena mengabaikan tentang beberapa factor tennasuk masalah-masalah resapan air dan kemungkinan~ kemungkinan banjir. Pengabaian tentang masalah tersebut telah menyebabkan terjadinya banjir yang sangat meresahkan dan menimpa seluruh rakyat terutama di Jakarta ini.

Dalrun kaitan hai·lwl yang sangat menyangkut rakyat banyak ini apakah dengan persetujuan ratifikasi ini nanti akan teratasi masalah-masalah ini yang tcntunya ka,mi harapkan itulah yang sangat penting menjadi perhatian Pemerintah.

Kedua, yang kami pertanyakan ialah konsekuensi-konsekuensi apa yang perlu diantisipasi oleh Negara kita ini agar kita siap dalam menghadapi segala kemungkinan hila nanti setelah diratifikasi sehi11gga kita tidak terkejut-kejut dengan masalah-masalah yang akan datang.

Ketiga, apakah Pemerintah sudah mengantisipasi tentang Undang·undang yang akan terkait dengan ratifikasi ini, dan seberapa jauh Pemerintah sudah mempersiapkan diri untuk melakukan penyempurnakan atau pun sinkronisasi terhadap Perundang­undangan yang _akan ·datang yang sudah ada tersebut, termasuk misalnya tentang sudah dilaksanakannya atau telah dimanfaatkannya oleh pihak Swasta penggunaan Space atau Ruang Angkasa itu untuk kepentingan rakyat banyak dan sudah diperjual belikan bagaimana akibatnya terhadap pemasukan keuangan Negara apakah Negara akan diuntungkan atau justru dirugikan dengan adanya penggunaan-penggunaan yang sudah ada itu, dan apakah pihak Swasta itu akan bisa diikat dengan aturan yang baru ini.

Keempat, dapatkah Pemerintah menegaskan bahwa dengan meratifikasi Tracfi 1967 ini tidak .ij#an ada beban keuangan yang harus dipikul Indonesia misalnya menjadi salah satU Anggota di Tingkat Intemasional yang akan membebankan keuangan mengingat APBN kita yang sudah tidak dapat memenuhi lagi beban-bcban karena schubungan dengan Keanggotaan Indonesia dalam berbagai Organisasi Internasional.

Kelima, kami ingin juga menanyakan kepada Pemerintah walaupun pada waktu Rapat Dengar Pendapat Umum yang lalu sudah meminta kepada pihak Pak:ar untuk meneliti tetjemahan dari pada tracfi ini dalam bahasa Indonesia apakah Pemerintah sudah yakin bahwa terjemahan itu sudah cukup baik, karena terjemahan itulah yang akan menjadi pegangan bagi masyarakat banyak untuk melihat tracfi ini untuk berlaku bagi seluruh rakyat Indonesi~

Demikian beberapa pertanyaan kami yang mohon kiranya mendapatkan penjelasan dari Pemerintah. Selanjutnya Fraksi Partai Persatuan Pembangunan siap untuk membahas RUU tersebut secara detail sesuai dengan RUU yang sudah diajukan Pemerintah, demikian Pemandangan Umum kami.

Terima~ih. W.assal~nmu'alaikum Wr.Wb.

I I I I I I I

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI REFORMASI DPR·RI ATAS

RANCANGAN UNDANG·UNDANG TENTANG

PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNANCE THE ACTIVITIES OF STATES IN THE EXPLORATION AND USE OF OUTHER SPACE, INCLUDING THE MOON AND

OTHER CELESTIAL BODIES, 1967(TRAKTAT MENGENAI PRINSIP YANG MENGATUR KEGIATAN NEGARA·NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN

ANTARIKSA, TERMASUK BULAN DAN BENDA·BENDA LANGIT

JAKARTA. 25 FEBRUARI 2002

Dibacakan oleh : Drs. Djoko Susilo, MA. Nomor Anggota : A-241

FRAKSI REFORMASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Gedung Nusantara I DPR·RI Lantai 20 Ruang 2010 Jl. Jenderal Gatol Subrolo, Jakarta 10270 Telp.: (021)·5755810, 5755812, 5755801 Fax.: (021)·5755811, 5755800 e-mail: [email protected]

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI REFORMASI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANG

PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNANCE THE ACTIVITIES

OF STATES IN THE EXPLORATION AND USE OF OUTHER SPACE,

INCLUDING THE MOON AND OTHER CELESTIAL BODIES, 1967 (TRAKTAT

MENGENAI PRINSIP YANG MENGATUR KEGIATAN NEGARA·NEGARA

DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA, TERMASUK

BULAN DAN BENDA-BENDA LANGIT

Oibacakan Oleh : Drs. Ojoko Susilo, MA

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Nomor Anggota : A-241

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadlirat Allah SWT yang Ieiah

memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga hari

ini Senin, tanggal 25 Pebruari 2002 bertepatan 13 Dzulhijah 1422 H kita dapat

menjalankan tugas-tugas sebagai anggota dewan dalam keadaan sehat

walafiat.

Saudara Pimpinan, Para Anggota Dewan, Saudara Menteri Luar Negeri,

Menteri Negara Riset dan Teknologi, dan Ketua Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional yang kami hormati.

Dirgantara dan berbagai sumber daya alam yang terkandung didalamnya

merupakan anugerah Allah SWT yang harus dieksplorasi dan dipergunakan

untuk kemaslahatan kehidupan umat manusia. Konsepsi tentang

kedirgantaraan nasional telah menempatkan ruang udara sebagai wilayah

kedalautan dan antariksa sebagai kawasan kepentingan nasional.

. r Oat am Garis-garis Besar Haluan Negara dan arah pembangunan

kedirgantaraan nasional dinyatakan bahwa pendayagunaan dirgantara nasional

dilakukan dalam rangka untuk menunjang terciptanya manusia dan. kualitas

masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenleram dan

sejahtera lahir dan batin sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya

menuju masyarakat adil dan makmur.

Arah pembangunan kedirgantaraan, dalam perkembangan berikutnya

diatur dalam Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria

dan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang menyatakan bahwa pengelolaan

sumber daya alam yang terkandung di daratan, taut dan angkasa dilakukan

secara optimal, adil, berkelanjutan dan ramah lingkungan serta dilaksanakan

dengan memperhatikan prinsip-prinsip ; (a) memelihara dan mempertahankan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) menghormati dan

menjunjung tinggi hak asasi manusia; (c) menghormati supremasi hukum

dengan mengakomodasi keanekaragaman dan unifikasi hukum_']

2

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Indonesia sebagai negara yang telah terlibat aktif dalam proses

pendayagunaan antariksa, Indonesia dituntut untuk melaksanakan kewajiban­

kewajiban yang tercantum dalam perjanjian internasional di bidang

keantariksaan yaitu: pertama, Agreement on the Rescue of Astrounauts, the

Return of Astronauts and the Return of Objects Launched into Outer Space,

1968 (Rescue Agreement, 1968), kedua, Convention on International Liability for

Damage Caused by Space Objects, 1972, dan ketiga Convention on

Registration of Objects Launched into Outer Space, 1975 (Registration

Convention, 1975).

Saudara Pimpinan, Para Anggota Dewan, dan Saudara Menteri yang kami

hormati

rFraksi Reformasi pada prinsipnya menyetujui Rancangan Undang­

Undang Republik Indonesia tentang Pengesahan Treaty on Principles Governing

The Activities of States in The Exploration And Use of Outher Space, Including

The Moon And Other Celestial Bodies, 1967 (Traktat Mengenai Prinsip-Prinsip

Yang Mengatur Kegiatan Negara-Negara Dalam Eksplorasi dan Penggunaan

Antariksa, Termasuk Bulan dan Benda-Benda Langit Lainnya, 1967) untuk

dibahas pada ling kat selanjutnya.

· Dalam proses pembahasan Rancangan Undang - Undang ini hendaknya

betul-betul memperhatikan tujuan pembentukan ·Traktat Antariksa 1967, yaitu

antara lain (1) mendorong kemajuan kegiatan eksplorasi dan pendayagunaan

antariksa berdasarkan prinsip-prinsip dan untuk maksud damai; (2)

meningkatkan upaya eksplorasi dan penggunaan antariksa untuk kemanfaatan

semua bangsa tanpa memandang tingkat perkembangan ekonomi ataupun ilmu

pengetahuan: (3) memperluas kerja sama internasional baik dalam bidang ilmu

)

I I I

I I I I

I

I I I I I I I I

pengetahuan dan teknologi maupun aspek hukum, khususnya yang berkaitan

dengan kegiatan eksplorasi serta penggunaan antariksa untuk maksud-maksud

damai.. ' Kami mengharapkan, Pengesahan Traktat Antariksa 1967 dapat

dijadikan sebagai salah satu bagian integral dari hukum nasional dan dapat

dijadikan sebagai kerangka acuan untuk pemanfaatan dan pendayagunaan

antariksa yang bersifat transisional.

( Melalui Rancangan Undang-Undang ini kami menaruh harapan besar .

agar segera dilakukan hal-hal penting dalam pengelolaan antariksa termasuk

bulan dan benda-benda langit lainnya diantaranya : (a) melakukan pembaruan

terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

traktat antariksa, 1967 dengan mendasarkan, salah satunya kepada Ketetapan

MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan

Sumber Daya Alam dan Undang-Undang tentang Pengesahan Traktat Antariksa

1967; (b) menyelesaikan konflik-konflik penggunaan antariksa termasuk bulan

dan benda-benda langit lainnya; (c) sesuai dengan hukum yang berlaku dalam

pendayagunaan antariksa yaitu hukum internasional, pemerintah Indonesia

hendaknya rnempersiapkan ahli-ahli hukum · internasional dalam rangka

melakukan kegiatan eksplorasi dan penggunaan antariksa. , '

Saudara Pimpinan, Para Anggota Dewan, dan Saudara Menteri yang kami

hormati,

Demikian pemandangan umum Fraksi Reformasi terhadap Rancangan

Undang-Undang tentang Traktat mengenai Prinsip-prinsip yang Mengatur

Kegiatan Negara-Negara dalam Eksplorasi dan Penggunaan Antariksa

Termasuk Bulan dan Benda-benda Lang it dan Lainnya, 1967.

4

I

• • • ~

~

~

-• ~

• I I I I I I I I I

Kepada saudara pimpinan, para anggota dewan dan saudara Menteri

yang Ielah berkenan mengikuti pemandangan umum Fraksi Reformasi, kami

sampaikan banyak terimakasih.

Billahittaufiq wal hidayah,

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

{ Wakil Kelua,

lr. Samuel Koto

Jakarta, 25 Februari 2002

FRAKSI REFORMASI

5

~ -DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R!

FRAKSI TNIIPOLRI

I'Ei\t\NIHN( ;AN I ii\H li\1 FRAKSI TNI/POI J{l

ATAS

R\NC.\NGr\N I !NlHNG-IlNIHNG IWI'I IBI JK INilONESL\

11:'N7ANG'

I'ENGESAHAN TREATY ON I'RINCII'l ,ES GOVEHNING

THE A('TIVITIFS OF STATES IN TilE EXPLOI{ATION

AND USE OF OliTEI< SPACE, INCUIDING TilE i\IOON

\NU OI'IIEI{ CELESTIAL BODIES, 1967

Jakarta, 25 Februari 2002

DEWAN PERWAKILAN RAKYATRl FRAKSJ TNJ!POLRI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI TNI/POLRI

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNING

THE ACTIVITIES OF STATES IN THE EXPLORATION

AND USE OF OUTER SPACE, INCLUDING THE MOON AND OTHER CELESTIAL BODIES, 1967

Assalamu' alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.

Yth, Sdr. Pimpinan Rapat,

Yth, Sdr. Menteri Luar Negeri, Menteri Riset dan Teknologi serta Ketua Lapan yang masing-masing selaku Wakil Pemerintah.

Yth, Sdr. Anggota Dewan dan Hadirin yang saya hormati.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

berkat ridho-Nya pada hari ini kita dapat mengikuti Rapat Kerja dalam rangka Pemandangan Umum terhadap Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Pengesahan Treaty on Principles Governing the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, Including the Moon and Other Celestial Bodies, 1967 (Traktat mengenai Prinsip-prinsip yang Mengatur Kegiatan Negara-negara dalam Eksp/orasi dan Penggunaan Antariksa tennasuk Bulan dan Benda­

benda Langit Lainnya, 1967) yang selanjutnya disingkat dengan Space Treaty, 1967 atau Traktat Antariksa, 1967.

I

Hadirin Pe~-erta Sidtmg yang kami lwrmati. Traktat Antariksa, 1967 telah ditandatangani oleh Indonesia pada

tanggal 27 Januari 1967 di London, Moscow dan Washington pada waktu yang bersamaan, namun baru saat inilah diupayakan untuk meratifikasinya.

Dalam upaya memperluas wawasan tentang Traktat Antariksa, 1967

tersebut, Fraksi TNI/Polri Ielah memanfaatkan waktu yang ada unluk memperoleh masukan yang relevan dan signifikan dari berbagai pihak termasuk mempelajari penjelasan lertulis dari Menristek serta lebih mendalami penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh para Pakar pada Rapat Dengar Pendapal Umum tanggal 20 Februari 2002 di Komisi I DPR­RI ~

/ Dari berbagai masukan yang diperoleh, ada salu hal yang memerlukan penjelasan dan kelegasan dari pihak Pemerinlah yailu ; lnslitusi atau Badan manakah yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk menangani atau menindaklanjuti hal-hal yang berkaitan dengan Traklal Antariksa, 1967 apabila Ielah diratifikasi termasuk yang akan mewakili keanggotaan Indonesia di UNCOPUOS (United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space) PBB. _]

Sebagai ilustrasi, pada Rapat hari ini setidaknya ada 3 institusi yang hadir alas nama pemerinlah yailu Deplu dengan titik berat adalah hal-hal

yang berkaitan dengan perjanjian lnternasional, Menrislek tenlunya berkaitan dengan rise! dan teknologi serta Lapan yang berkaitan dengan keantariksaan. Dalam tingkat pembahasan, semakin banyak instilusi yang dilibatkan tentunya akan semakin baik karena akan memperoleh masukan dan analisis yang lebih komprehensif dari berbagai bidang. Namun, pada tahapan implementasi diperlukan kejelasan struktural untuk mengemban kewenangan agar tidak terjadi lumpang-lindih ataupun kesenjangan karena ketidakjelasan. ( Untuk ilu, sebelum Traktat Antariksa, 1967 diralifikasi, pemerinlah diharapkan Ielah ' menelapkan lnslilusi/Badan mana yang diberi

kewenangan untuk menindaklanjulinya. J

2

HtulJ.!in yang kami lwrmati. j_ Sebelum kita membahas lebih rinci mengenai Space Treaty 1967 ·

yang cakupannya adalah Dirgantara, mari bersama-sama kita memahami kembali bahwa Dirgantara adalah merupakan bagian dari jagat raya yang merupakan ruang diatas permukaan bumi berikut benda-benda alam yang terdapat didalam ruang tersebut. Dalam dimensi Ruang, Dirgantara Nasional Indonesia yang melingkupi wilayah daratan dan perairan dalam batas-batas kesepakatan internasional, terdiri atas Ruang Udara dan Ruang Antariksa yang merupak~m wilayah kedaulatan dan wilayah kepentingan bangsa Indonesia. Balas antara ruang udara dan ruang antariksa yang merupakan garis imajiner/abstrak dan lebih bersifat ilmiah empiris, adalah juga merupakan kesepakatan negara-negara. Tidak ada satu pasalpun yang secara jelas dan tegas memberikan rumusan tentang batas antar ruang udara dan ruang antariksa, padahal terdapat perbedaan yang sangat prinsipil antara hukum udara dan hukum antariksa.

Berdasarkan hukum udara, di ruang udara berlaku kedaulatan

mutlak snatu negara, sedangkan untuk ruang antariksa berlaku Space Treaty 1967, yang menyatakan bahwa antariksa adalah kawasan bebas yang merupakan milik bersama untuk kemanusiaan serta menetapkan bahwa ruang antariksa adalah sebagai wilayah bangsa-bangsa yang mengandung pengertian bahwa wilayah tersebut dapat dieksplorasi oleh setiap bangsa untuk tujuan damai dan wilayah tersebut tidak boleh dijadikan sebagai subyek pemilikan (kedaulatan) oleh suatu negara (not subject to national approriation). Sedangkan aturan penggunaan wilayah tersebut ditetapkan berdasarkan urutan pendaftaran yang diajukan oleh negara-negara yang Ieiah memiliki rencana konkrit untuk kepentingannya (first come first served). J Hallirin yang suya lwrmati

Space Treaty, 1967 adalah salahsatu produk PBB yang dipandang sebagai landasan dari Hukum Antariksa, merupakan suatu perjanjian bersifat universal . terdiri dari Pembukaan/Mukkadimah dan 17 pasal, memuat hal-hal yang berkaitan dengan hak, kewajiban dan larangan bagi negara-negara dalam melaksanakan eksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk bulan dan benda-benda langit lainnya.

3

~

j Secara khusus dalam pembukaan Space Treaty 1967, jika disimak secara seksama dinyatakan bahwa antariksa hanya akan digunakan untuk maksud-maksud damai, pengertian maksud-maksud damai tidak pernah didefinisikan dengan jelas dan hanya mengacu pacta piagam PBB. Padahal dalam piagam PBB, definisi dari maksud-maksud damai meliputi pula hak untuk membcla diri. Ketidakjelasan definisi dari maksud­maksud damai telah mcnimbullmn kontrovcrsi karena ada yang menginterpretasikannya sebagai larangan total terhadap setiap jenis senjata, ataupun dibolehkannya penempatan senjata yang semata-mata digunakan untuk membela diri.

Masalahnya, bagaimana membedalmn suatu sistcm senjata sebagai defensif a tau ofensif? J

Seiring dengan kemajuan teknologi yang didukung oleh kemampuan finansial, sangatlah dimungkinkan ruang antariksa (dengan dalih untuk kepentingan membela diri) juga diproyeksikan untuk penempatan sistem senjata penghancur, baik untuk pengendalian antariksa (space control) ataupun menyerang sasaran-sasaran di bumi (force application).

Apabila penempatan sistem senjata di antariksa tidak dilarang secara tegas, maka pacta saatnya nanti antariksa akan dipenuhi oleh persenjataan

spacebased weapon system yang dimiliki oleh berbagai negara, yang masing-masing juga memiliki kepentingan nasional yang berbeda-beda dan bahkan mungkin bertentangan satu dengan lainnya.

Memang telah cukup banyak dihasilkan perjanjian dan konvensi internasional tentang pemanfaatan antariksa, yang diyakini dibuat berdasarkan keinginan luhur tiap negara untuk menjamin. penggunaan antariksa hanya untuk kemaslahatan umat manusia. Sebagai bagian dari masyarakat lnternasional, sudah seharusnyalah Indonesia berperan aktif untuk ikut mencegah setiap indikasi terhadap upaya-upaya

• menempatkan sistem senjata apapun di antariksa.

4

Pimpill<lll dan Peserta Sid11ng yang k11mi lwrm11ti.

L Untuk membahas lebih lanjut mengenai Rencana Undang-undang tentang pengesahan Space Treaty 1967, Fraksi TNI/Polri menggunakan pendekatan pokol<-pokol< pikiran sebagai berikut:

1. 35 'Yo luas GSO (Geo Stasionery Orbit) berada diatas wilayah Indonesia arah Timur Barat dan mempunyai jarak vertikal paling pendek. Stasiun peluncur yang berlokasi di wilayah sekitar garis khatulistiwa, akan lebih efisien dibandingkan dengan stasiun peluncuran yang mempunyai kemampuan teknis sama. tetapi lokasinya di luar khatulistiwa. Peluncuran satelit ke GSO, ke arah timur sepanjang garis khatulistiwa, akan mendapat keuntungan penambahan kecepatan rotasi bumi dan tidak memerlukan manuver

yang dapat menghabiskan bahan bakar roket dan satelit. Dengan demikian, umur satelit dapat lebih lama, dibandingkan dengan satelit yang diluncurkan dari daerah yang jauh dari garis khatulistiwa. Indonesia yang wilayahnya berada pada posisi geo-strategik yang unggul (advantageous geo strategic position), memiliki peluang untuk memasarkan wilayahnya sebagai launching state bagi peluncuran berbagai jenis satelit ataupun wahana antariksa lainnya.

2. Kemajuan teknologi kedirgantaraan yang sedemikian pesatnya, memungkinkan penempatan satelit komunikasi, satelit cuaca, satelit · surveyor dan satelit militer pada masa mendatang tidak hanya di daerah GSO, tetapi sudah pacta daerah orbit yang lebih rendah, yaitu di daerah low earth orbit (ketinggian antara 100-450 km) dan medium earth orbit (450-34.000 km) di alas permukaaan bumi.

Mengantisipasi fenomena kemajuan tersebut, Indonesia sampai saat ini tidak dapat berbuat banyak karena belum mampu bersaing dengan negara teknologi maju, disamping kern~mpuan

finasial yang belum mendukung. Melalui berbagai kerjasama/fora bilateral dan multilateral baik dalam lingkup regional maupun internasional ·ctibidang keantariksaan maka Indonesia diharapkan dapat mengejar ketertinggalannya serta memperoleh berbagai manfaat sebagaimana yang tercantum dalam prinsip-prinsip dasar Space Treaty, 1967.

3. Semangat yang terkandung dalam mukkadimah serta materi. muatan Space Treaty 1967, adalah sejalan dan tidak bcrtcntangan dcngan arab, tujuan dan sasaran pcmbangunan kcdirgantaraan nasional dimasa datang. Penerapan Space Treaty 1967 dapat mengamankan dan meningkatkan perlindungan serta mendorong pembangunan ke antariksaan nasional sebagai bagian dari pembangunan kedirgantaraan nasional, yang sekaligus juga mcmperkokoh status dan kedudukan perjanjian keantariksaan internasional yang Ieiah dilandalangani oleh Indonesia.

4. Pelaksanaan pcmenuhan Kctctapan MI'R-RI Nomor IV/MPR/1999 lentang GBHN 1999-2000 khususnya lenlang Arah

Kebijakan Pembangunan Hukum yang menyatakan "melanjutkan ratifikasi konvensi internasional •.•. dstnya"

5. Dengan mengesahkan Traklal Anlariksa, 1967 maka Indonesia akan menjadi salahsatu Negara Pihak yang diharapkan mampu berperan aklif unluk memperoleh berbagai manfaal bagi bangsa dan negara lerutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan keantariksaanJ

Peserta Sidang dan Hudirin sekutiuu. Berdasarkan pertimbangan dari pokok-pokok pikiran yang Ieiah

disampaikan dikaitkan dengan materi-materi pokok yang terkandung dalam Traklal Antariksa, 1967 serta manfaat yang diperoleh dan konsekuensi kemajuan teknologi masa depan yang akan dihadapi, Fraksi TNI/Polri menyatukan :

r "Dapat menerima dan menyetujui Rancangan Undang­undang Republik Indonesia tentang Pengesahan Treaty on Principles Governing the Activities of States i!'l the Exploration and Use of Outer Space, Including the Moon and Other Celestial Bodies, 1967 (Traktat mengenai Prinsip­Prinsip yang Mengatur Kegiatan Negara-Negara dalam Eksp/orasi dan Penggunaan Antariksa, Termasuk Bulan dan Benda-Benda Langit Lainnya, 1967) untuk dibahas dalam pembicaraan selanjutnya". J

6

Sebelum mengakhiri penyampaian Pemandangan Umum ini, perkenankanlah Fraksi TNI/Polri menyampaikan himbauan kepada semua pihak, khususnya rekan-rekan dari Fraksi-Fraksi dan Pemerintah, kiranya

pembahasan ini dapat berlangsung secara lancar dan tertib, serta dalam suasana penuh kekeluargaan dan kebersamaan, berpedoman pada jadwal

waktu yang Ieiah disepakati, serta mengutamakan mufakat, tanpa mengurangi kualitas dari Undang-undang yang akan dibuat.

Demikian Pemandangan Umum Fraksi TNI/Polri disampaikan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan Rakhmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Sekimr dau terinw kttsilr.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Mengetahui : ~ Ketua Fraksi TNI/POLRI DPR-RI

(¥Hitk L/frLCON(;"tl, Me

/l-'{,f6

I

.lakarta,,lr- Februari 2002

'·~~

1

firS bf=pJ>tW ,€ ,f .

No ~hi 4 491.

··1 ' , • ... .' 'j ... ,,.· ; .. , '· ,

7

• Ill

FRAKSI PARTAI BULAN BINTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Gedung DPR AI Lt. 21 Jl. Jend. Gatot Subroto ·Jakarta 10270

Telp.5755858,5755899,5755900 Fax.5755859 e-mail : [email protected]

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI PART AI BULAN BINTANG DPR-RI

DALAM PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG TRAKTAT ANTARIKSA, 1967

-------------------------------------------------

Bismillahirrahmanirrohim

Assalamu"alaikum Wr.Wb.

Yth. Sdr. Ketua dan Wakil Ketua serta Anggota Komisi I

Yth. Sdr Menteri Luar Negeri beserta Staf

Yth. Sdr Menteri Riset dan Teknologi beserta Staf

Yth. Sdr. Ketua Lapan beserta Staf

Segala pujian dan syukur bagi Allah SWT, semoga kita mendapat rahmat dan

ridla-Nya.

Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Sdr. Pimpinan dan anggota

Komisi I yang terhormat dan Sdr. Menteri Ristek Republik Indonesia, Ketua

Lapan beserta stafyang kami hormati atas perhatian dalam pembahasan materi

yang kelak akan dibahas bersama.

lzinkanlah kami dari Fraksi Partai Bulan Bintang, menyampaikan pandangan

singkat fraksi kami terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Traktat

Antariksa, 1967 menyertai pandangan dari fraksi-fraksi lain sebagai

Pemandangan Umum sebagai berikut :

G Bahwa, fraksi kami menyambut baik dan dengan penuh antusias atas

dibahasnya Rancangan Undang-Undang ini sebab dengan disyahkannya

Rancangan Undang-Undang ini menjadi Undang-Undang, maka kita

akan memiliki landasan hukum yang kuat dalam menata kedirgantaraan

yang terdiri dari ruang udara, gas didalamnya dan antariksa serta

aplikasinya terhadap kehidupan bangsa Indonesia.

6) Kita meny~dari dengan memperhatikan letak dan kondisi geografi

negara Indonesia, terlebih lagi dengan dioperasikannya satelit Palapa,

maka semakin terasa adanya kepentingan nasional bangsa Indonesia

yang bersifat strategis di bidang keantariksaan. Untuk melindungi

kepentingan nasional bangsa, salah satu upaya yang dipandang perlu

dilakukan adalah keikutertaan Indonesia dalam pengaturan secara

internasional pendayagunaan antariksa untuk maksud-maksud damai.

rJ· Secara politis-yuridis di tingkat intemasional telah disepakati bahwa

setiap negara mempunyai kedaulatan penuh terhadap ruang udara di

atas wilayah daratan dan perairan teritorialnya, sedangkan antariksa

yang berada di atas ruang udara adalah kawasan kepentingan seluruh

2

umat manusia. Fraksi Partai Bulan Bintang sependapat hal tersebut di

atas.

@ Bahwa kegiatan eksplorasi dan penggunaan antariksa harus

dilaksanakan demi untuk kernanfaatan dan kepentingan semua negara

tanpa memandang tingkat ekonomi maupun perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi suatu negara. Seluruh umat manusia

mernpunyai kepentingan bersama dalam kerangka kemajuan eksplorasi

dan penggunaan antariksa untuk maksud damai. Bulan dan benda-benda

langit lainnya harus digunakan secara eksklusif untuk maksud damai.

•_s) Bahwa dengan melihat realita, karni mengajak Saudara-saudara untuk

bersama-sama memperhatikan dan mencermati realita yang berkembang

serta memperhatikan pengaruh terhadap perlunya melakukan

harmonisasi hukum dan peraturan perundang-undangan nasional.

Bahwa, untuk mencapai sasaran diatas, kiranya Undang-Undang yang

akan disahkan nanti betul-betul merupakan sebuah landasan yang

kokoh dan diperlukan upaya pengaturaan, pembinaan dan

pengawasan.

GBahwa, selanjutnya izinkanlah pula kami menyampaikan beberapa

masalah yang hendaknya mendapat perhatian, antara lain :

v a. Perlu ditambah Undang-Undang yang terkait (paling tidak di dalam

penjelasan umum) dengan: 3

Undang-Undang tentang Lingkungan

Undang-Undang tentang Penataan Ruang

Undang-Undang tentang Telekomuniasi

Undang-Undang tentang Pengesahan United Nations Framework

Convention on Climate Change .(Konvensi Kerangka Kerja

Perserikatan Bangsa-bangsa Mengenai Perubahan Iklim.

v' b. Traktat Antariksa, 1967 pada dasarnya merupakan perjanjian

induk internasional keantariksaan yang mengatur kegiatan negara­

negara dalam eksplorasi dan penggunaan antariksa untuk maksud

damai yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang­

Undang Dasar 1945.

J c. Bangsa Indonesia memandang bahwa dirgantara adalah bagian

integral dan menjadi dimensi ketiga dari kepentingan hidupnya, di

mana ruang ud,ara adalah wilayah kedaulatan dan antariksa adalah

kawasan kepentingan nasional.

v d. Pemerintah yang mengharapkan Indonesia sebagai Negara Pihak

pada Traktat Antariksa, 1967 adalah salah satu upaya dalam rangka

perwujudan amana! alenia ke-4 Pembukaan UUD 45, yaitu adanya

rasa ikut bertanggungjawab dalam memelihara perdamaian dan

keamanan internasional.

4

v e. Bahwa kami setuju agar masukan-masukan dari kelompok­

kelompok masyarakat dapat dimasukkan sebagai baban

inventarisasi masalah dalam pembahasan Rancangan Undang­

Undang ini.

Fraksi kami percaya bahwa semua saran dan usul yang kami ajukan

akan mendapat perhatian dan dukungan baik dari fraksi-fraksi lain

maupun dari Pemerintah.

Dernikianlah pandangan singkat fraksi kami, mudah-mudahan

berrnanfaat dan atas perhatian Saudara-saudara yang terhormat, kami ucapkan

terima kasih.

Wasslamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 25 Februari 2002

FRAKSl PART AI BULAN BI.NTANG

DPR-RI

5

, I'I<:NilAI'AT

FRAKSI PERSERJK\TAN 11\.ULATUL UMMAH

TERHADAPRAN4'.\Nc;,\N I NDANG-UNDANG

TENTANG TR\1\TAT ANTARJKSA 1967

Dibacakan oleh : l'rol'. I >R. I!. Tgk. Muhibuddin Waly, MA

Nomor Anggota : A - 274

Saudara Pimpinan Sidang yang lmmi hormati,

Saudara Ketua LAPAN beserla j:aj:arann) a yang kami hormati,

Para Anggota Dewan yang kami hu•·mati,

dan Hadirin yang dimuliakan uh·h All:ah,

Assalamu'alaikum Warahmatulluhi W:ahurokatuh

Alhamdulilhohi Rabbi! 'Alamin. 1\·rt:una-tama perkenankanlah kami

mcngajak kita semua untuk hl'l 'iillll:t ·'i:tllll memanjatkan puja dan puji

syukur ke hadirat Allah SWT ) :Ill!'. tdah 111emberikan rahmat, inayah dan

kommia-Nya kepada kita senu1;1. schilll''~a pada hari ini kita dapat

mcnghadiri dan mengikuti tu!'"'' ''""'Iiiii ional kita yaitu Rapat dalam

rangka memhahas RUU tentang l'oo~l.tat Antilriksa 1967.

Sholawat dan Salam senoll!'ll '<'Iaiii tercurah kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW hcos<'rt:o kd11arganya, para sahabat dan para

pcngikutnya hingga akhir zaman. A min Y:a llabbal 'Alamin.

-------------- --- --

Sidang Dewan yang mulia,

Dengan dilatarbelakangi ui<•li l«HHii:;l geografis dan posisi Indonesia

yang ter!etak di antara dua knua. 111aha Indonesia dengan sendirinya

mcmiliki ciri-ciri yang unik dihandingk:m dengan negara-negara lain. ' A.'.f.

Diantaranya bahw~ lndoneisa ad:dah satu-~~atunya benua maritim di dunia . yang di dalamnya terkandung :.llllllu·r da)'il alan1 daratan dan laut.an yang

cukup melimpah: Di samping ill! lnduuc>da juga dikenal sebagai negara.

kcpulauan terbesar yang memililq garis p;mtai lebih dari 80.000 km dan

mcmiliki hutan tropis yang sangal potcnsial sebagai paru-paru dunia. Ciri­

ciri tersebut memberi keunggulan lwmparati fbagi bangsa di dunia sekaligus

tantangan yang besar dalarn pema••lililtannya bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat. ·

(oahim rimgka pemanfaatm hcungguilm komparatif dan perlindungan

kcpentingan bangsa, aplikasi te~.IHLI1tgi 1lirg;mtara memainkan peranan yang

bcsar. Diantaranya aplikasi sate I il i'<'llgilld,., aan jauh dan aplikasi teknologi

sate! it untuk telekomunikasi dan p•·sawal lcrl •ang yang dapat mendorong dan

bcrperan penting dalam pemball!'·'""'" choiJomi dan pembangunan daerah

scrta untuk kepentingan p<T>ialllall d•ln kesatuan bangsa. Dalarn

pcrkembangannya, pembangunall Llan k1:majuan teknologi dirgantara

mcmpunyai manfaat sekaligus TIIL'Illlllhulbq dampak dengan spectrum yang

sangat lua0

~engan memperhatikan dampah yang dapat muncul dari

pcmbangunan kedirgantaraan ll:l~•iltllill lt'J ;ebut maka timbul pemikiran

pcrlunya melakukim identifika,;i S<'c:u·a •omprehensif terhadap dampak

sosial, budaya dan ekonomi ternt:<Suk Jampak politik dan hukum. Dalam

pcrspektifinilah, menurut Fraksi 1'1 lt I, IWll tentang Traktat Antariksa 1967

ini menemukan landasan filosofis, yuridis dan sosiologis)

2

Sidang Dewau yang kami hormuti,

<(:ebagaimana kita ketahui, u:.;1i1.1 d.sp(;}rasi dan eksploitasi antariksa

yang terutama dilalmkan oleh m·!•.ara ·1\l'!'.arn maju, temyata sudah sating

tumpang tindilt atau telah terjadi knalll'llall ;111tara kegiatan eksplorasi ilmu

pcngctalman, kemiliteran, dan illllu•;lnnli~. 1si, yang temyata akhimya

dimenangkan oleh faktor industri, dllllal~a ia 111erebut porsi terbesar anggaran

tcknologl antariksa. Disinilah tetliilal sc·l""'ll kegagalan ilmu pengetahuan

dalam mengeksplorasi antariksa y<lll!'. salah satunya akibat karena ketiadaan

biaya, sementara NASA telah mcllgc'lllarkan biaya 200 milyar dollar AS

untuk membuat struktur infra d\sploitasi antariksa, di mana bagian

tcrbes3rnya diserap oleh persiapa11 illlltlslrialbasi)

( Melihat kenyataan tersebut, l,.raksi PlliJ memandang penting adanya

RUU ini, sehi~1gga pembangunan k,•,lirg:mlantan yang merupakan matra dan

wahana kehidupan berupa wilavail olirgalll.lfa adalah sebagai yurisdiksi

nasional. Hal itu terdiri alas nwng 11da1a yang merupakan wilayah

kcdaulatan dan antariksa yang 'liarahka11 pada penegakan kedaulatan,

pcmanfaatan secara optimal sumhl·l· tl;1y:1 ,1;111 fungsi wilayah dirgantara serta

untuk memperoleh pengakuan illt<'rnasiunal alas hak penggunaan wilayah

dirgantara nasional)

( Dengan demikian, pembnlli'.IIIIHII k, dirgantaraan ditujukan untuk

memperoleh pengakuan intemasiunal atas hak penggunaan wilayah

dirgantara nasional terutama o1·hit gcoslasioner melalui peningkatan

diplomasi di forum intemasional; pciHJaYitgunaan keunggulan komparatif;

dan pemanfaatan, pengembangan, dan pcn!•.uasaan ilmu pengetahuan dan

tcknologi untuk menghasilkan produ~ barang dan jasa kedirgantaraan yang

bcrkualitas dcngan tetap menja~·.u kclcsl~1rian fungsi dan mutu lingkungan

hidup, didukung oleh modemisusi sanma d•m prasarana serta peningkatan

3

kualitas surnber daya manusia lll'l·akl1l:1k 1nulia, pemantapan kelembagaan

dan peraturan perundang-undaug:t~

Sebagai umat Islam, sava ingat kt·mbali kepada salab satu finnan

1\llah, yang artinya :

Maha Suci Allah yang menjadiArm di /an.t:it gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya nuuahari jlan bulan yang bercahaya. (QS. 25:61)

Maha Besar Allah. Al-Qur'an yang tcluh berusia lebih dari Empat Betas

/\bad yang lalu, temyata telah lllt'lllhirara> ,m antariksa, ketika pada saat itu

t~..·knologi transportasi dan konHU!!kn~i !IIW-ih menggunakan kuda dan onta.

lnilab salab satu kemukjizatan AI l)ur'an yo~ng marnpu meneropong jauh ke

dcpan.

l'impinan Sidang, Saudara K<•tuu l.ap>tn, Para Anggota Dewan, dan

lladirin yang kami hormati,

Demikianlah Pendapat Fnd '" 1'1 Jll. Bila banyak kala yang salah dau

masih banyak kekurangan kam1 '"'"'" 111aal sebesar-besarnya.

Wal 'Afwu Minkum. Wallahul Muwafiq ila Aqwamil 'l'lwl'i<J Wa Huwal Hadi ila Sawais Sabil. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Ketua Fraksi, .Juru Bicara,

K. H. Aklm1ad Sjatari

No : A-2'17 N"

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI KKI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA

ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNING THE ACTIVITIES OF STATE IN THE EXPLORATION AND USE OF OUTER SPACE, INCLUDING THE MOON AND OTHER

CELESTIAL BODIES, 1967 (TRAKTAT MENGENAI PRINSIP-PRINSIP YANG

MENGATUR KEGIATAN NEGARA-NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA,

TERMASUK BULAN DAN BENDA-BENDA LANGIT LAINNYA, 1967)

JAKARTA, 25 PEBRUARI2002

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I. FRAKSI KKI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA

ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNING THE

ACTIVITIES OF STATE IN THE EXPLORATION AND USE OF OUTER SPACE, INCLUDING THE MOON AND OTHER

CELESTIAL BODIEs_ 1.967 (TRAKTAT MENGENAI PRINSIP-PRINSIP YANG MENGATUR

KEGIATAN NEGARA-NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA, TERMASUK BULAN DAN BENDA­

BENDA LANGIT LAINNYA, 1967)

Disampaikan pada Rapat Komisi I DPR-RI Tanggal 25 Pebruari 2002 Oleh Juru Bicara : ASTRID S. SUSANTO-SUNARIO Nomor Anggota : A-218

Yang kami hormati, Saudara Pimpinan Sidang, Saudara-saudara Menteri yang mewakili Pemerintah beserta segenap jajaran, Saudara-saudara Anggota Dewan yang kami hormati, Saudara hadirin yang kami hormati,

Assalamu'a/aikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

Besar lagi Maha Pengasih, atas segala karunia keselamatan

yang telah dilimpahkan-Nya sehingga pada hari ini kita dapat

berkumpul melaksanakan Rapat Komisi I DPR ini dalam keadaan

sehat walafiat.

Pertama-tama Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia dengan

ini menyampaikan penghargaan kepada pemerintah atas usaha

memperoleh Ratifikasi berupa Rancangan Undang-Undang dari

DPR-RI untuk Traktat Treaty on Principles Governing the

Activities of State ini the Exploration and Use of Outer Space,

including the Moon and Other Celestial Bodies, 1967 (Traktat

mengenai prinsip-prinsip yang mengatur Kegiatan Negara­

negara dalam Eksplorasi dan penggunaan Antariksa, termasuk

Bulan dan Benda-benda laingit lainnya, 1967); yang sangat

perlu bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara kita ini.

Dengan demikian, pasal-pasal UUD 1945 dengan

amandemennya telah dihormati oleh Pemerintah.

2

Saudara-saudara sekalian,

Setelah RDP dengan para pakar Bidang Keantariksaan maupun \,F. K./c I.

pakar Hukum Keantariksaan dan Hukum Internasional, Lkami

berpendapat bahwa RUU ini memang mempunyai aspek yang

menguntungkan maupun yang merugikan.

Aspek yang menguntungkan adalah, pertama, tidak ada fee

keanggotaan yang perlu dibayar setiap tahunnya; kedua,

pengadaan Undang-Undang sebagai perwujudan ratifikasi

membantu pihak Republik Indonesia untuk berfungsi sebagai

pelaku internasional dalam bidang keantariksaan yang setingkat

dan setaraf dengan pelaku-pelaku lain, sehingga lebih bebas

ikut memanfaatkan hasil penelitian yang terbuka bagi negara­

negara pendukungny9(dari jumlah anggota yang telah

meratifikasi terdapat 96 negara/ untuk negara ASEAN yang

telah meratifikasi adalah Philipina, Thailand, Singapura,

Malaysia dan Vietnam).

(Eentingnya ratifikasi melalui Rancangan Undang-Undang ini

ialah antara lain agar pihak Republik Indonesia dapat

mengambil sikap terhadap rancangan pembangunan Space-port

di Christmas Island,""/ sehingga dalam menghadapi ancaman-

3

' ancaman kerugian (Christmas Island terletak ;oo km dari

Jakarta, padahal dampak dari aktivitas kegiatan keantariksaan

mencapai radius 500 kmJ]

(Keuntungan berikut, Indonesia bisa lebih memberi kebebasan

kepada dunia swasta Indonesia (BUMN dan Non BUMN) untuk

berpartisipasi dalam mengembangkan kesempatan kerja baru,

apabila swasta ikut mengembangkan industri informasi yang

memanfaatkan teknologi indera jauh_)

[Mengingat bahwa angkasa /uar memang secara hukum

merupakan lingkungan milik umat manusia, sehingga tidak ada

negara vang memilikinva, tetapi kenyataan adalah bahwa

pengembang sarana-sarana teknik yang dapat dipakai untuk

tujuan-tujuan informasi dan lain-lain adalah ;ustru dunia swasta,

sehingga kami beranggapan bahwa usaha dunia swasta

Republik Indonesia pun harus didorong untuk ikut berpartisipasi

dalam bidang tersebutJ

/

\8atifikasi ini juga memberi kejelasan dalam membahas

amandemen (atau tidak) terhadap Pasal 23 E dan 33 UUD 1945J

Sidang yang kami hormati.

(Aspek negatifnya adalah bahwa konsep open skies secara

formal harus diakui, setelah lama menjadi kenyataan, sehingga

beberapa Undang-undang yang telah lama berlaku, kini harus

disesuaikan dengan traktat ini, karena memerlukan kejelasan

pembatasan antara "ruang angkasa" dan "ruang udara"

(sebagai pengecualian negara Swedia dan Israel telah

membatasi ruang udara pada 120 km)J

Sidang Dewan yang kami muliakan.

(serdasarkan hal-hal yang kami sampaikan tadi, maka Fraksi

Kesatuan Kebangsaan Indonesia menyatakan dapat menerima

pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang Pengesahan

Treaty on Principles Governing The Activities of State in the

Exploration and Use of Outer Space, Including The Moon and

Other Celestial Bodie~ 1967 (Traktat mengenai Prinsip-prinsip

yang mengatur kegiatan negara-negara dalam Eksplorasi dan

Penggunaan Antariksa, termasuk Bulan dan benda-benda langit

lainnya, 1967) untuk selanjutnya dapat dibahas kemudian)

5

Demikianlah Pemandangan Umum ini kami sampaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang senantiasa

memberkati dan meridhoi di dalam menjalankan tugas yang

telah dipercayakan kepada kita sekalian.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera untuk kita semua.

FRAKSI KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA DPR-RI

luru Bicara,

--- 6

IJ FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SEKRETARIAT; GEDLNG ~I DPR-RI, NUSANTARA I LANTAI XVII KAMAR 1709

JL. JEND. GATOT SUBROTO, JAKARTA 10270 TELP. 021- 575 5623- 575 5625- 575 5626- 575 5627 • 575 5628

FAX. 021-575 5614-575 5624 &MAIL: fkbOdpr.goJd.

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR-RI

TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENGESAHAN TREATY ON PRINCIPLES GOVERNING THE

ACTIVITIES OF STATES IN THE EXPLORATION AND USE OF OUTER SPACE_ INCLUDING THE MOON AND OTHER

. CELESTIAL BODIES, 1967. (TRAKTAT MEN GENAl PRINSIP-PRINSIP YANG MENGATUR

KEGIATAN NEGERA-NEGARA DALAM EKSPLORASI DAN PENGGUNAAN ANTARIKSA, TERMASUK BULAN DAN

BENDA-BENDA LANGIT, 1967) Disampaika11 0/eh ]urtt Bicara FKB DPR-RI: A. EJftllffy ChoirJt

AtJt,gola No1110r :A427 --------------------------------------------------------------------------------------------

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yang Terhormat saudara Pimpinan Sidang, Saudara Menter!, Saudara-saudara Anggota Dewan. Dan hadirin yang terhormat.

Seraya dengan memuji syukur ke hadirat Allah SWT serta shalawat dan salam semoga senantiasa di limpahkan kepada Rasulullah­perkenankanlah kami yang mewakili Fraksi Kebangkitan Bangsa menyampaikan Pemandangan Umum atas Rancangan Undang-undang tentang Traktat mengenai prinsip-prinsip yang mengatur kegitan negara­negara dalam eksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk bulan dan benda-benada langit lainnya, 1967.

Saudara Pimpinan Sidang, dan hadirin yang terhormat.

fFraksi K~bangkitan Bangsa berpendapat bahwa Traktat mengenai prinslp-prinslp yang mengatur kegiatan negara-negera dalam eksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk bulan dan benda-bendalangit lainnya, yang leblh iazim dlsebut Outer Space Treaty, /967, merupakan sebuah traktat yang telah lama Indonesia menandatanganinya sebagai negara yang ikut terikat dalam ketentuan atau traktat tersebut. Namun baru sekarang, kita akan memberlkan pengesahan tratktat tersebut sebagai sebuah undang-undang bag! negara kita. Semestinya, sebagai negara yang ikut dalam menandatangini sebuah traktat, Indonesia harus menyusull dengan pengesahan dalam bentuk undang-undang untuk pengaturan lebih lanjut. Oleh karenanya, perlu dikemukakan sebuah pertanyaan, mengapa baru sekarang klta melakukan. -1

--J Mungkin salah- satu jawabannya adalah selama inl klta tidak melihat adanya kepentingan secara langsung bagi Indonesia akan pengesahan tersebut, meskipun pada saat traktat ini ditandatangi kita mengikuti. Keikutsertaan kita pada waktu ltu, mungkln dikarenakan keterikatan kita sebagai salah satu anggota Perserlkatan bangsa-Bangsa dan lngin memberikan bukti kepada dunia akan komitmen-komltmen lnternasional kita.

(i:erkembangan kehidupan yang ditandal dengan adanya perkembangan iimu pengetahuan dan tehnologl, khususnya terhnologi lnformasi dan komunikas!, teiah merubah cara pandang bangsa Indonesia, terhadap Outer Space Treaty, 1967. Dar! cara pandang yang berubah tersebut, kita membutuhkan atau minimal berkepentingan untuk mengembangkan kegirgantaraan, demi memajukan bangsa k!ta yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini, yang seiama ini beium mendapatkan perhatian yang sepadan dengan sektor-sektor lain. J Apa!agi[inengingat bahwa, dunia sekarang telah dlkuasai oleh mereka yang sebenarnya menguasai informasi dan komunikasi, balk melalui media udara, satellt maupun dunia maya (internet). Keungguian sebuah

2

negara juga ditentukan oleh sejauhmana dia mampu mengembangkan kedua tehnologi tersebut untuk kepentingan nasionalny~tau dengan adanya gelombang globalisasi yang tidak Jagi mengenal batas-batas territorial sebuah negara merupakan tantangan sekaligus harapan bagl bangsa Indonesia untuk mempertahankan dirl sebagal sebuah negara yang berdaulat.~hkan yang paling memilukan, apakah antarlksa yang ada akan terancam oleh adanya star war (perang bintang) yang barangkali proyeknya telah diperslapkan oleh negara-negara maju. Semua itu menjadi pertanyan penting yang perlu dikemukakan sebelum klta membahasnya. Atau mungkin Jnl hanya merupakan pintu masuk bagl bangsa Indonesia untuk melakukan kerjasama intemaslonal dalam bidang dirgantara atau pengeloiaan akan antariksa bagi kemajuan dan kesejahteraan manusia seluruh dunlaJ

Saudara Plmplnan Sldang, dan hadirln yang terhormat.

Mengingat betapa strategisnya antariksa yang kemudlan diikuti dengan perkembangan tehnologi antariksa telah menunjukkan performansinya untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. [ebih daripada ltu, antariksa memberlkan manfaat terhadap ken'lanuslaan dari penggunaan antariksa yang meliputi penginderaan jarak jauh (lnderaja), pelayanan telekomunlkasl satellt, pelayanan navigasl satelit serta eksplorasi antariks0

Disamplng itu, ~tarlksa merupakan media yang Ideal untuk menghubungkan atau menjangkau setlap tltik di permukaan bumi atau dlantariksa ltu sendlrl. Karena, posisi diantariksa memberlkan kemungklnan daerah pengamatan dengan Jiputan ruang yang Jebih Juas dlbandlngkan dengan posisl-posisl di planet buml dan planet-planet Jalnnya. Keunggulan komparatlf antariksa tersebut merupakan sumberdaya alam yang sangat besar sebagai alternatif pillhan bagl umat manusia untuk memenuhl kebutuhan atau mewujudkan kelnglnannya, seperti penggunaan orbit-orbit tertentu, spectrum frekuensi di dirgantara, gas-g~~--di ruang udara, angin dan tenaga suryaJ

I . Oleh karena ltu,lratiflkasl Space Treaty 1967 ini, bagi bangsa Indonesia harus dapat merilberikan manfaat :

3

1. Memantapkan dukungan terhadap kepentingan industri keantariksaan Indonesia.

2. Memberi landasan yang lebih kuat terhadap upaya allh tehnologi. 3. Meletakkan landasan hukum yang kuat dalam pemanfaatn dan

pendayagunaan antariksa yang berslfat transnasional. 4. Mengukuhkan landasan hukum yang lebih mantap bagi sikap dan

posisl lndlnesla dalam pembentukan perjanjian lntemaslonal lain. 5. Indonesia bersama-sama negara-negara pendukung Space Treaty

196 7 dapat berjuang agar antariksa tetap digunakan untuk untuk maksud damal dan tidak dikuasai oleh suatu negara adldaya. j

Saudara Plmpinan Sidang, dan hadirin yang terhormat.

Dengan mendasarkan pada beberapa pemikiran di atas, I"Fraksi Kebangkitan Bangsa memberikan apresiasi yang mendalam tJrhadap pengesahan dengan catatan sebagai berikut :

v' Pertama, pengesahan traktat lni menjadi undang-undang harus dliandaskan pada dasar teologls, politis dan sosiolog!fJSecara teologls, penguasaan dan pemanfaatan antarlksa akan memberikan makna dan ketebalan keimanan kita Kepada Allah SWT. Karena, dalam tauhid umat Islam, adanya alan ini, termasuk antariksa merupakan buktl nyata adanya Allah SWT. (mesklpun secara hakikat, ekslstensl Allah SWT. Tidak terlkat dengan adanya a lam semesta). Oleh karenanya, landasan teologis ini menjadi alasan utama bagi kita untuk mengesahkannya, sebagalmana firman Allah SWT, surat An·Nahl: 12, sebagai berikut :

Artlnya : D,m Dla menundukk3n malam dan siang; mat3hali dan bulan untukmu. ' Dan bint3ng·bi!it3ng ltu d!tundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. SesunlflJUhnya pada yang demik/an /tu benar·benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bag! kaum yang memaham! (nya).

4

Secara sosiologls, kemajuan ilmu pengetahuan dan tehonologl kedlrgantaan yang akan mengeksplorasi dan penggunaan antariksa, termasuk 'bulan dan benda-benda lengit lainnya, membawa kedaiaman, kesejahteraan dan katentraman perikehidupan manusia dimana pun berada. Secara politis, klta memberikan bukti kepada dunia internaslonal bahwa kita peduli terhadap persoalan antariksa dan segala sesuatu yang berkenaan dengan eksplorasi dan pemanfatannya. Hal lni akan memberikan kedudukan tersendiri bag! bangsa Indonesia dalam pergaulan dunia.

/ Kedua, dalam mengesahkan traktat ini kita harus memposisikan kepentingan _nasional bangsa Indonesia sejajar dengan kepentingan lnternaslonal./ Artinya, jangan sampai hanya karena lngln menunjukkan adanya komltmen-komitmen internasional kita mengabalkan bahkan mengorbankan kepentingan nasional kita.

(Ketiga, dengan pengesahan traktat ini klta mengambil manfaat yang sebesar-besamya bagi pengembangan kedirgantaraan kita agar sesuai dengan kemajuan yang telah dlcapai bangsa-bangsa iain~7Kemanfaatan ini tidak hanya sekedar dinlkmati oieh mereka yang bergerak daiam lndustri kedirgantaraan saja, tetapi lebih banyak dlrasakan oleh rakyat secara luas.

( Keempat, menempatkan pemerintah sebagal pengawas, fasilicator dan regulator dalam bidang keantariksaan dengan memberikan ruang yang luas bag! pihak-pihak swasta untuk melakukan pengembangan industri kedlrgantaraan, alih tehnoiogi meialui kerjasama internasional, dan mencecak manusla-manusia unggul dalam bidang keantariksaan. · 1

.J

(Kelima, untuk mengembangkan potensl kedirgancaraan kita periu juga ' dlbuat landasan hukum yang pasti dalam bentuk peraturan perundang--,

undangan. ' Karena dengan adanya kepastlan hukum lnl akan memberlka·n kemudahan bagi semua pihak dalam melakukan pengembangan, studi, penelitlan dan industri kedirgantaraan. 1

' ·-,-"·

5

Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Fraksi Kebangkitan Bangsa dengan ini memberikan persetujuannya atas pengesahan Rancangan Undang-Undang ini untuk disahkan menjadi Undang-Undang. -.~

lr .. Selanjutnya sebagai konsekuensi disyahkannya Undang-Undang inl,

maka periu perumusan kebijakan Nasional sebagai belikut : '··

Pertama, pengintegrasian dan harmonisasi ke dalam Slstem Hukum Nasional. }li lni penting .untuk diiakukan, karena ratlfikasi konve.nsl internasionai sama artinya mentransformasikan ketentuan-ketentuan hukum internasional menjadi bagian integral dari Hukum Naslonal yang dalam pelaksanaannya harus memperhatikan kewajiban-kewajiban atau komltmen-komitmen lnternaslonai. Sebagal baglan dari slstem hukum nasional, ketentuan-ketentuan hukum antarlksa nasional yang berasai dari hasii transformasi dari ketentuan hukum-hukum internaslonal harus terintegrasl dan menciptakan harmon! dengan ketentuan-ketentuan hukum naslonai yang berlaku. Sepertl misalnya ijin bagl partislpasl badan hukum bukan negara (swaSta) harus diberikan dengan persyaratan mereka menghormati kewajiban-kewajiban internasionai indonesia, dan bertanggung jawab atas kerugian yang dltimbulkan oleh kegiatannya.

(Kedua, k~pada pemerintah, kaml mengharapkan segera memperslapkan rancangan undang-undang yang komprehensif yang mengatur tentang keantarlksaan.J

Yang Terhormat saudara Plmplnan Sidang, Yang Terhormat saudara Menter!, saudara anggota dewan Dan hadlrin yang terhormat,

Demikian pandangan FKB yang dapat kami sampaikan, dan kepada plmpinan, kami sampaikan terima kasih atas waktu yang dlberikan, dan kepada seluruh anggota Dewan yang terhormat, Pemerlntah, dan hadlrln, terkhusus para wartawan yang hadir, atas perhatlannya kami sampaikan terlma kasih.

6

Wallahul Muwaffiq Ila Aquamit Thorieq, Wassalamu'alalkum Wr. Wb.

PIMPINAN

Jakarta, 25 Pebruari 2002

FRAKSI KEBANGKITAN BANGSADPR-RI

A. EFfENDY CHOIRIE WakilKetua

7

SUSONO YUSUF Wakil Sekretaris