F_pengujian Dalam Audit

9
Pengauditan I “ PENGUJIAN DALAM AUDIT “ Oleh : Ni Putu Sumi Dyastari 1206305153 (40) Program Reguler Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

description

pengujian

Transcript of F_pengujian Dalam Audit

Page 1: F_pengujian Dalam Audit

Pengauditan I

“ PENGUJIAN DALAM AUDIT “

Oleh :

Ni Putu Sumi Dyastari 1206305153 (40)

Program Reguler

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Udayana

2014

Page 2: F_pengujian Dalam Audit

A. PENGUJIAN SUBSTANTIF

Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam

laporan keuangan kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam :

a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia

d. Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi

e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian)

f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi

g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan

Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan

(sale revenues), auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan :

1) Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi

berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan dalam

laporan laba-rugi menjadi lebih rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya

2) Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang tidak

berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga dapat

mengakibatkan pemakain laporan keuangan salah dalam membuat keputusan

3) Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam menyajikan

angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan mengenai akibat

perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba bersih, sehingga hal

ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya laporan keuangan klien

tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang disajikan dalam tahun

sebelumnya.

4) Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cutoff) transaksi penjualan tidak tepat

atau tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya. Misalnya

transaksi penjualan tahun 20X1 dicatat oleh klien sebagai pendapatan penjualan tahun

20X1. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang diaudit, klien menggunakan tangga

24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cutoff) untuk memisahkan transaksi

penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan datang, sedangkan dalam tahun

sebelumnya klien menggunakan tanggal 31 Desember sebagai tanggal pisah batas.

Page 3: F_pengujian Dalam Audit

Hal ini akan berakibat terhadap terjadinya kesalahan penyajian angka pendapatan

penjualan dalam laporan laba-rugi.

5) Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka pendapatan

penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (clerical works).

Pengumpulan informasi penjualan mencakup kegiatan menyalin informasi dari

berbagai dokumen ke dalam jurnal: kegiatan menjumlah, mengurangi, mengalikan

dan membagi: kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan memindahkan

jumlahnya untuk di posting ke dalam akun-akun buku besar: kegiatan menyajikan

informasi dalam laporan keuangan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan

klerikal. Dalam pengujian substantif, auditor melakukan prosedur audit untuk

menemukan kesalahan moneter sebagau akibat dari kesalahan pekerjaan klerikal ini

6) Kemungkinan tidak cukupnya pengungkapan dari klien yang seharusnya dicantumkan

dalam laporan keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai lapora keuangan salah

dalam mengambil keputusan.

B. PENGUJIAN PENGENDALIAN

Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk

memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama

ditujukan untuk mendapatkan informsi mengenai: 1) frekuensi pelaksanaan aktivitas

pengendalian yang ditetapkan, 2) mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut dan,

3) karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut. Perancangan program

audit untuk pengujian pengendalian di bahas lebih lanjut dalam bab 8 penaksiran resiko

dan desain pengendalian. Auditor melakukan pengujian dengan cara memilih secara acak

surat order pembelian yang dibuat oleh klien dalam tahun yang diperiksa dan kemudian

melakukan audit mengenai:

1) Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian. Dalam pengujian pengendalian,

auditor memeriksa seberapa banyak transaksi pembelian diotorisasi dari pejabat yang

berwenang dalam periode yang diperiksa. Kemungkinan dari 150 lembar order

pembelian yang dibuat oleh klien dalam April tersebut, auditor hanya menemukan:

a. 145 lembar, telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang

b. 5 lembar, tidak berisi tanda tangan pejabat yang berwenang

Page 4: F_pengujian Dalam Audit

2) Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian. Otorisasi dari pejabat yang berwenang

merupakan salah satu aktivitas pengendalian untuk mengawasi transaksi pembelian.

Di samping auditor berkepentingan terhadap frekuensi terjadinya pengendalian atas

transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut, dalam pengujian pengendalian auditor

juga menguji mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut. Seringkali dalam

melaksanakan suatu aktivitas, karyawan hanya melaksanakan aktivitas tersebut tanpa

mengetahui apa yang hendak dicapai dengan aktivitas pengendalian tersebut.

Pelaksanaan suatu aktivitas pengendalian dikatakan baik mutunya jika aktivitas

tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai dengan melaksanakan aktivitas

pengendalian tersebut.

3) Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian. Pelaksanaan suatu aktivitas

pengendalian sangat tergantung pada siapa yang melaksanakan aktivitas tersebut.

Salah satu unsur pengendalian intern terhadap sediaan adalah dilakukannya secara

periodik pencocokan jumlah fisik sediaan yang benar-benar ada di tangan perusahaan

dengan jumlah sediaan yang tercantum dalam catatan akuntansi. Biasanya aktivitas

pengendalian ini dilaksanakan oleh klien dengan penghitungan fisik sediaan. Dalam

pengujian pengendalian auditor menguji apakah secara periodik klien melaksanakan

aktivitas pengendalian terhadap sediaan. Di samping itu auditor juga melakukan

pengujian mengenai karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.

C. PENGUNJIAN ANALITIKAL

Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap

awal proses audinya dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian

ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara

data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitij

dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam

menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor

melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus

memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu,

analisis ratio, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keuangan perbandingan

(comparative financial statements) merupkaan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor

Page 5: F_pengujian Dalam Audit

untuk mendapatan gambaran menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan

keuangan dan hasil usaha klien.

D. HUBUNGAN MASING-MASING PENGUJIAN

1. Hubungan Pengujian Pengendalian Dengan Pengujian Substantive

Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya

mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai rupiah dari

laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian dalam pengujian substantive

transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan

keuangan. Tiga tingkat kekurangan pengendalian: kekurangan, kekurangan signifikan

dan kelemahan material. Auditor sangat mungkin meyakini salah saji rupiah yang

material terjadi dalam laporan keuangan ketika deviasi uji pengendalian dianggap

sebagai kekurangan signifikan atau kelemahan material. Sehingga, selanjutnya

auditor harus melakukan pengujian substantive transaksi atau pengujian terperinci

saldo untuk menentukan apakah salah saji rrupiah yang material telah terjadi.

2. Hubungan Prosedur Analitis Dan Pengujian Substantive

Prosedur analitis hanya mengidentifikasikan kemungkinan salah saji yang

berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Ketika prosedur analitis

mengidentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukan pengujian

substantive transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah

saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis

substantive dan meyakini bahwa kemungkinan terjadinya salah saji itu kecil ,

pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi.

Page 6: F_pengujian Dalam Audit

DAFTAR PUSTAKA

Jusuf, Amir Abadi.2008.Jasa Audit Dan Assurance Buku 1.Selemba Empat: Jakarta

http://dosewa.wordpress.com/2008/08/29/prosedur-pengujian-ketaatan-dan-substantif-dalam-

audit-umum-atas-laporan-keuangan/