Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

18
MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN “ Hakikat Manusia “ Dosen Pembimbing : Dr.Dadan Suryana Disusun Oleh Kelompok V Silfi Nurfitra 15005033 Qodrija Qolbi 14003080 Muhammad Hafizh Annur 15076059 Romai Aisah 15022035 Selma Rama Dini

Transcript of Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

Page 1: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

“ Hakikat Manusia “

Dosen Pembimbing : Dr.Dadan Suryana

Disusun Oleh

Kelompok V

Silfi Nurfitra 15005033

Qodrija Qolbi 14003080

Muhammad Hafizh Annur 15076059

Romai Aisah 15022035

Selma Rama Dini

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016

Page 2: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya. Beserta shalawat dan salam bagi kekasih Allah, Rasulullah SAW, yang telah

memperjuangkan Islam di permukaan bumi ini.

Alhamdulillah, pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul

“Hakikat Manusia” dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan.

Makalah ini berbicara mengenai hakikat manusia menurut pandangan agama,

pandangan filsafat, pandangan ilmu pengetahuan dan manusia sebagai makhluk budaya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah filsafat

pendidikan serta rekan rekan yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini,

sehingga bisa sampai di hadapan pembaca pada saat ini. Kami menyadari bahwa makalah ini

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca demi tercapainya makalah yang baik.

Demikianlah makalah ini kami hadirkan, semoga mampu memberikan manfaat bagi

diri kami khususnya dan masyarakat luas umumnya. Aamiin.

Padang, 01 Oktober 2016

Penulis

Page 3: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami

lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia berfikir.

Dengan berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan

memang sebagian besar perubahan yang terjadi dalam diri manusia merupakan akibat

dari aktivitas berfikir. Ini berarti bahwa tanpa berfikir kemanusiaan manusia tidak

mempunyai makna bahkan mungkin tak pernah ada.

Berfikir memungkinkan manusia untuk memperolah pengeahuan, dalam

tahapan selanjutnya. Pengetahuan ini dapat menjadi pondasi penting bagi keguatan

berfikir yang lebih mendalam. Hal ini bertujuan agar manusia dapat berubah dari

tidak tahu menjadi tahu, dengan mengetahui perbuatan maka ia akan beramal bagi

kehidupannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiaman pandangan agama tentang manusia?

2. Bagaimana pandangan filsafat tentang manusia?

3. Bagaimana pandangan ilmu pengetahuan tentang manusia?

4. Bagaimana manusia sebagai makhluk budaya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan agama tentang manusia

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan filsafat tentang manusia

3. Untuk mengetahui bagaimana pendangan ilmu pengetahuan tentang manusia

Page 4: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan agama tentang manusia

Manusia perlu mengenali hakekat dirinya, agar akal yang digunakannya untuk

menguasai alam dan jagat raya yang maha luas dikendalikan oleh iman, sehingga mampu

mengenali ke-Maha Perkasaan Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan

ciptaanNya. Dalam memahami ayat-ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya,

manusia menjadi mampu memberi arti dan makna hidupnya, yang harus diisi dengan

patuh dan taat pada perintah-perintah dan berusaha menjauhi larangan-larangan Allah.

Islam memiliki pandangan yang optimistik tentang manusia. Dalam ajaran Islam,

manusia yang lahir dalam keadaan fitri, suci dan bersih adalah merupakan makhluk

terpuji dan dimuliakan meskipun pada kondisi-kondisi tertentu manusia dipandang

sebagai makhluk yang rendah. Dalam bukunya Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan

Agama, Murtadha Muthahhari telah menunjukkan bagaimana Islam dan Al-Quran

memandang manusia. Berikut ini adalah sebagian ayat-ayat Al-Quran yang dikutip dan

dianalisis oleh Muthahhari berkenaan dengan masalah tersebut :

1. Manusia adalah khalifah Tuhan di bumi.

Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak

menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah…………” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui

apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.2:30)

Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi………., untuk

mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS.6:165)

2. Manusia mempunyai kecenderungan dekat dengan Tuhan. Dengan kata lain, manusia

sadar akan kehadiran Tuhan jauh di dasar sanubari mereka. Jadi segala keraguan dan

keingkaran kepada Tuhan muncul ketika manusia menyimpang dari fitrah mereka

sendiri.

Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi

mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):

“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami),

Page 5: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

kami menjadi saksi. Oleh karena itu hadapkanlah wajahmu kepada keyakinan yang

lurus sebelum datang dari Allah suatu hari  yang tidak dapat ditolak

kedatangannya. (QS.30:43)

3. Manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur, yang

berbeda dengan unsur-unsur badani yang ada pada binatang, tumbuhan dan benda-

benda tak bernyawa. Unsur-unsur itu merupakan suatu senyawa antara alam nyata dan

metafisis, antara rasa dan nonrasa(materi), antara jiwa dan raga.

(Dialah) yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan yang memulai

penciptaan manusia dari lempung, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari

saripati air yang hina (air mani), kemudian menyempurnakannya dan meniupkan ke

dalam (tubuh)nya ruh-Nya…(QS.32:7-9)

4. Penciptaan manusia benar-benar telah diperhitungkan secara teliti, bukan suatu

kebetulan. Karenanya manusia merupakan suatu makhluk pilihan.

Kemudian Tuhannya memilihnya, menerima tobatnya dan membimbingnya.

(QS.20:122)

5. Manusia bersifat bebas dan merdeka. Mereka diberi kepercayaan penuh oleh Tuhan,

diberkahi dengan risalah yang diturunkan melalui para nabi, dan dikaruniai rasa

tanggung jawab. Mereka diperintahkan untuk mencari nafkah di muka bumi dengan

inisiatif dan jerih payah mereka sendiri, mereka pun bebas memilih kesejahteraan atau

kesengsaraan bagi dirinya.

Sesungguhnya telah Kami tawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,

tetapi mereka semua enggan memikulnya dan mereka khawatir akan

mengkhianatinya. Manusialah yang mau memikul amanat itu, sungguh ia sangat

zalim dan bodoh. (QS.33:72)

Sesengguhnya  Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur 

yang hendak Kami uji (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia

mendengar dan melihat, ke jalan lurus Kami telah membimbingnya, ada yang

bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS.76:2-3)

6. Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. Tuhan, pada kenyataannya,

telah menganugrahi manusia keunggulan-keunggulan atas makhluk-makhluk lain.

Manusia akan menghargai dirinya sendiri hanya jika mereka mampu merasakan

kemuliaan dan martabat tersebut, serta mau melepaskan diri mereka dari kepicikan

segala jenis kerendahan budi, penghambaan dan hawa nafsu.

Page 6: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

Sesungguhnya Kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di darat

dan di lautan…., dan Kami lebihkan mereka  dengan kelebihan yang telah Kami

ciptakan. (QS.17:70)

7. Manusia memiliki kesadaran moral. Mereka dapat membedakan yang baik dari yang

jahat melalui inspirasi fitri yang ada pada mereka.

Demi jiwa dan penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah telah mengilhamkan ke

dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. (QS.91:7-8)

8. Jiwa manusia tidak akan pernah damai, kecuali dengan mengingat Allah. Keinginan

mereka tidak terbatas, mereka tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka

peroleh. Di lain pihak, mereka lebih berhasrat untuk ditinggikan ke arah perhubungan

dengan Tuhan Yang Maha Abadi.

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hatinya menjadi tentram dengan mengingat

Allah.(QS.13:28)

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk

mencapai Tuhanmu, maka kamu pasti menemukan-Nya. (QS.84:6)

9. Segala bentuk karunia duniawi diciptakan untuk kepentingan manusia. Jadi manusia

berhak memanfaatkan itu semua dengan cara yang sah.

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu….. (QS.2:29)

Dan Dia telah merundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di

bumi.(QS.45:13)

10. Tuhan menciptakan manusia agar mereka menyembah-Nya. Tunduk patuh kepada

Tuhan menjadi tanggung jawab manusia.

Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

(QS.51:56)

Demikianlah pandangan Islam dan Al-Quran tentang manusia, disamping hal positif

terdapat pula sisi negatif pada dirinya. Manusia berulang-kali diangkat derajatnya,

berulang-kali pula direndahkan. Mereka dinobatkan jauh menggungguli alam surga,

bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih

berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang jahannam sekalipun.

Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga

mereka merosot menjadi “yang paling rendah dari segala yang rendah.” Oleh karena

itu, makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib

akhir mereka sendiri dan ingin menjadi seperti apa. Oleh Tuhan kita terlahir sebagai

Page 7: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

manusia, maka akankah kita kembali lagi sebagai manusia? Wallahu a’lam

bisshawab.

B. Pandangan filsafat tentang manusia

Dalam ilmu mantiq (logika) manusia disebut sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq

(manusia adalah binatang yang berfikir). Nathiq sama dengan berkata-kata dan

mengeluarkan pendapatnya berdasarkan pikirannya. Sebagai binatang yang berpikir

manusia berbeda dengan hewan. Walau pada dasarnya fungsi tubuh dan fisiologis

manusia tidak berbeda dengan hewan, namun hewan lebih mengandalkan fungsi-fungsi

kebinatangannya, yaitu naluri, pola-pola tingkah laku yang khas, yang pada gilirannya

fungsi kebinatangan juga ditentukan oleh struktur susunan syaraf bawaan. Semakin tinggi

tingkat perkembangan binatang, semakin fleksibel pola-pola tindakannya dan semakin

kurang lengkap penyesuaian struktural yang harus dilakukan pada saat lahirnya.

Pada primata yang lebih tinggi (bangsa monyet) bahkan dapat ditemukan intelegensi

yaitu penggunaan pikiran guna mencapai tujuan yang diinginkan sehingga

memungkinkan binatang untuk melampaui pola-pola kelakuan yang telah digariskan

secara naluri. Namun setinggi-tingginya perkembangan binatang, elemen-elemen dasar

eksistensinya yang tertentu masih tetap sama.

Manusia menyadari bahwa dirinya sangat berbeda dari binatang apa pun. Tetapi

memahami siapa sebenarnya manusia itu bukan persoalan yang mudah. Ini terbukti dari

pembahasan manusia tentang dirinya sendiri yang telah berlangsung demikian lama.

Barangkali sejak manusia diberi kemampuan berpikir secara sistematik, pertanyaan

tentang siapakah dirinya itu mulai timbul. Namun informasi secara tertulis tentang hal ini

baru terlacak pada masa Para pemikir kuno Romawi yang konon dimulai dari Thales

(abad 6 SM)

Berikut pandangan filsafat terhadap manusia dari beberapa sudut pandang yakni

dari:

1. Teori descendensi

Teori ini meletakkan manusia sejajar dengan hewan berdasarkan sebab mekanis.

Artinya manusia tidaklah jauh berbeda dengan hewan, dimana manusia termasuk hewan

yang berfikir, melakukan segala aktivitas hidupnya, manusia juga tidak beda dengan

binatang yang menyusui.

Page 8: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

Beberapa ahli filsafat berbeda pemikiran dalam mendefinisikan manusia. Manusia

adalah makhluk yang concerned (menaruh minat yang besar) terhadap hal-hal yang

berhubungan dengannya, sehingga tidak ada henti-hentinya selalu bertanya dan berpikir

a. Aristoteles (384-322 SM), seorang filosof besar Yunani mengemukakan bahwa

manusia adalah hewan yang berakal sehat, yang mengeluarkan pendapatnya, yang

berbicara berdasarkan akal-pikirannya. Juga manusia adalah hewan yang berpolitik

(zoonpoliticon, political animal), hewan yang membangun masyarakat di atas famili-

famili menjadi pengelompokkan yang impersonal dari pada kampung dan negara.

Manusia berpolitik karena ia mempunyai bahasa yang memungkinkan ia

berkomunikasi dengan yang lain.

Dan didalam masyarakat manusia mengenal adanya keadilan dan tata tertib yang

harus dipatuhi. Ini berbeda dengan binatang yang tidak pernah berusaha memikirkan

suatu cita keadilan.

b. Berdasarkan Thomas Hobbes, Homo homini lupus artinya manusia yang satu serigala

manusia yang lainnya (berdasarkan sifat dan tabiat) Nafsu yang paling kuat dari

manusia adalah nafsu untuk mempertahankan diri, atau dengan kata lain, ketakutan

akan kehilangan nyawa.

c. Menurut Nietsche, bahwa manusia sebagai binatang kekurangan (a shortage animal).

Selain itu juga menyatakan bahwa manusia sebagai binatang yang tidak pernah selesai

atau tak pernah puas ( das rucht festgestelte tier ). Artinya manusia tidak pernah

merasa puas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Julien, bahwa manusia

manusia tak ada bedanya dengan hewan karena manusia merupakan suatu mesin yang

terus bekerja ( de lamittezie). Artinya bahwa dari aktivitas manusia dimulai bangun

tidur sampai ia tidur kembali manusia tidak berhenti untuk beraktivitas.

d. Menurut Ernest Haeskel, bahwa manusia merupakan (animalisme), tak ada sanksi

bahwa segala hal manusia sungguh-sungguh ialah binatang beruas tulang belakang

yakni hewan menyusui. Artinya bahwa tidak diragukan lagi manusia adalah sejajar

dengan hewan yang menyusui.

e. Menurut Adi Negara bahwa alam kecil sebagian alam besar yang ada di atas bumi.

Sebagian dari makhluk yang bernyawa, sebagian dari bangsa antropomoker, binatang

yang menyusui, akan tetapi makhluk yang mengetahui keadaan alamnya, yang

mengetahui dan dapat menguasai kekuatan alam di luar dan di dalam dirinya (lahir

dan batin).

Page 9: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

2. Metafisika

Metafisika adalah teori yang memandang keberadaan sesuatu dibalik atau di belakang

fisik. Dalam teori ini manusia dipandang dari dua hal yakni:

a. Fisik, yang terdiri dari zat. Artinya bahwa manusia tercipta terdiri dari beberapa

sel, yang dapat di indera dengan panca indera.

b. Ruh, manusia identik dengan jiwa yang mencakup imajinasi, gagasan, perasaan

dan penghayatan semua itu tidak dapat diindera dengan panca indera.

3. Psikomatik

Psikomatik memandang manusia hanya terdiri atas jasad yang memiliki kebutuhan

untuk menjaga keberlangsungannya artinya manusia memerlukan kebutuhan primer

(sandang, pangan dan papan) untuk keberlangsungan hidupnya. Manusia terdiri dari

sel yang memerlukan materi cenderung bersifat duniawi yang diatur oleh nilai-nilai

ekonomi (dinilai dengan harta / uang) artinya manusia memerlukan kebutuhan

duniawi yang harus dipenuhi, apabila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi maka

mereka akan merasa puas terhadap pencapaiannya.

Manusia juga terdiri dari ruh yang memerlukan nilai spiritual yang diatur oleh nilai

keagamaan (pahala). Dalam menjalani kehidupan duniawi manusia membutuhkan

ajaran agama, melalui ceramah keagamaan untuk memenuhi kebutuhan rohaninya.

Dalam hal ini manusia ingin menjadi manusia yang paling sempurna. Untuk menjadi

manusia sempurna haruslah memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

a. Rasionalitas

b. Kesadaran

c. Akal budi

d. Spiritualitas

e. Molaritas

f. Sosialitas

g. Keselarasan dengan alam.

Page 10: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

C. Pandangan Ilmu Pengetahuan Tentang Manusia

Hampir semua disiplin itu pengetahuan dalam bahasannya berusaha menyelidiki dan

dan mengerti tentang makhluk yang bernama manusia. Secara khusus tujuan-tujuan

pendidikan adalah memahami dengan mendalam tentang hakekat manusia itu sendiri.

Aritoteles (384-32 SM) mengatakan bahwa manusia itu adalah hewan berakal sehat, yang

mengeluarkan pendapatnya yang berbicara berdasarkan akal pikirannya ( Zaini dan

ananto, 1986 :4) hal itu tentu saja dengan tetap menilai seperangkat perbedaan antara

manusia dengan hewan itu secara umum.

Menurut tinjauan islam, manusia adalah pribadi atau individu, yang berkeluarga dan

selalu bersilaturrohmi dan mengabdi Tuhan. Manusia juga adalah pemeliharaan alam

sekitar, wakil Allah SWT. Diatas permukaan bumi ini( Muntasir, 1985 : 5). Manusia

dalam pandangan islam selalu berkaitan dengan kisah tersendiri, tidak hanya sebagai

hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki, berbicara. Islam

memandang manusia sebagai makhluk sempurna dibandingkan sengan hewan. Dan

makhluk ciptaan Tuhan yang lain, karena itu manusia disuruh menggunakan akalnyadan

indranya agar tidak salah memahami mana kebenaran yang sesungguhnya dan mana

kebenaran yang dibenarkan, atau dianggap benar (jalaludin dan usman said , 1994: 28).

Eksistensi manusia yang padat itulah yang perlu ( dan seharusnya) dimengerti untuk

pemikiran selanjutnya. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk religius, yang

dengan pernyataan itu mewajibkan manusia memperlakukan agama sebagai suatu

kebenaran yang harus dipatuhi dan diyakini ( muhaimin, 1989 : 69). Untuk itu, adalah

sangat penting membangun manusia yang sanggup melakukan pembangunan diniawi,

yang mempunyai arti bagi hidup pribadi diakherat kelak. Dengan kata lain, usaha ilmu

tersebut dalam rangka pembinaan manusia ideal merupakan progarm utama dalam

pendidikan modern ( pendidikan yang lebih maju) pada masa-masa sekarang ini.

D. Manusia sebagai makhluk budaya

Pengertian kebudayaan ditinjau dari bahasa sansakerta “budhayah” (jamak), budhi=budi/akal.

Jadi kebudayaan adalah hasil akal manusia untuk mencapai kesempurnaan EB. Taylor

mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung ilmu

pengetahuan serta yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Atau diartikan pula segala

sesuatu yang diciptakan manusia baik materi maupun non material melalui akal. Budaya itu tidak

diwariskan secara generative (biologis) tapi melalui belajar.

Page 11: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

Makhluk budaya artinya makhluk yang berkemampuan melakukan hal-hal yang positif,

menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya,

manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya

maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya.

Manusia adalah mahluk budaya artinya mahluk yang berkemampuan menciptakan

kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai mahluk berbudaya,

manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan baik bagi

dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Sebagai catatan bahwa

dengan pikirannya manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya

manusia mengarahkan perilakunya dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai

kebahagiaan.

Adapun sarana untuk memelihara dan meningkatkan ilmu pengetahuan dinamakan

LOGIKA. Sarana untuk meningkatkan dan memelihara pola perilaku dan mutu kesenian

adalah ETIKA dan ESTETIKA.

Tujuan dari pemahaman bahwa manusia sebagai mahluk budaya, agar dapat dijadikan

dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan mensikapi berbagai problematic

budaya yang berkembang di masyarakat sehingga manusia tidak semata-mata merupakan

mahluk biologis saja namun juga sebagai mahluk social, ekonomi, politik dan mahluk

budaya.

Menurut Koentjaraningrat : “kebudayaan adalah keseluruhan system gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan belajar”. Kebudayaan sebagai tatanan pengetahuan,

pengalaman, kepercayaan, nilai sikap, makna, hirarkhi, agama, waktu, peranan hubungan

ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok

besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.

Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pula kehidupan. Pola kehidupan inilah

yang menyebabkan hidup bersama dan dengan pola kehidupan ini dapat mempengaruhi

cara berfikir dan gerak social. Dengan memfungsikan akal budinya dan pengetahuan

kebudayaannya, manusia bias mempertimbangkan dan menyikapi problema budayanya.

Kebudayaan perlu dikaji agar kita bias mengembangkan kepribadian dan wawasan

berfikir. Kebudayaan diciptakan manusia dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

manusia dalam rangka mempertahankan hidup serta meningkatkan kesejahteraannya.

Dalam proses perkembangan kebudayaan terjadi pula penyimpangan dari tujuan

penciptaan kebudayaan yang disebut MASALAH KEBUDAYAAN. Masalah kebudayaan

Page 12: Fp_ Makslah Filsafat Pendidikan Hakikat Manusia

adalah segala system/tata nilai, sikap mental, pola berfikir pola tingkah laku dalam

berbagai aspek kehidupan yang tidak memuaskan bagi warga masyarakat secara

keseluruhan. Masalah tata nilai dapat menimbulkan kasus-kasus kemasyarakatan antara

lain : DEHUMANISASI, artinya pengurangan arti kemanusiaan seseorang. Jadi kita

melihat Dehumanisasi terjadi akibat perubahan sikap manusia sebagai dampak dari

penyimpangan tujuan pengembangan kebudayaan. Untuk mengantisipasi hal itu, manusia

harus dikenalkan pada pengetahuan kebudayaan dan filsafat. Melalui filsafat bias

memaknai tentang etika, estetika dan logika

Jadi melalui kajian pengetahuan budaya, kita ingin menciptakan atau penertiban dan

pengolahan nilaii-nilai insane sebagai usaha memanusiakan diri dalam alam

lingkungannya baik secara fisik maupun mental. Manusia memanusiakan dirinya dan

lingkungannya, artinya manusia membudayakan alam, memanusiakan hidup dan

menyempurnakan hubungan insane.