Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

62
I. HAKEKAT MANUSIA DALAM PENDIDIKAN TRANSFORMATIF Manusia di abad manapun adalah struktur kehidupan yang dinamis dan kreatif melahirkan gagasan-gagasan dalam berbagai sektor kehidupan. Daya berfikir dan daya cipta makin berkembang untuk memformulasikan makna kehidupan dalam konteks yang nyata, yang mengakibatkan pergeseran tata nilai yang tiap saat berlangsung walaupun secara lamban, namun pasti. Manusia telah ditinjau dengan cara yang berbeda oleh bermacam aliran pemikiran berdasarkan titik berat yang diletakkan pada aspek alami dan kegiatan manusia. Menurut satu aliran, manusia hanyalah hewan ditengah kelompok hewan. Sementara bagi aliran lainnya, manusia adalah makhluk lebih dari sekedar hewan. Kemudian fungsinya telah di titik beratkan dengan cara yang bermacam-macam mulai dari sebagai hewan/makhluk sosial, ekonomi, spiritual, yang dapat didik dll. Secara universal, atribut inti dari makhluk manusia adalah Kepribadian. Yang mencakup pemilikan kesadaran diri, kehendak dan intelek-kreatif. Dia lain daripada yang lain ditengah-tengah ciptaan yang hidup di bumi. Bahkan superioritasnya diakui oleh ciptaan-ciptaan suci penghuni surga seperti malaikat (QS. 2:34). Dia berdiri dengan hubungan khusus di depan Allah dalam arti mempunyai kepribadian. Statusnya ditengah-tengah semua ciptaan Allah adalah Wakilnya (QS. 2:30). Dia dibebani tanggung jawab yang tidak mampu dipikul oleh langit, bumi dan gunung-gunung (QS. 33:72). Dia memiliki Allah dna hanya kepada Nya dia kembali (QS. 2 :156). Allah lah tempat nasib terakhir manusia (QS. 53:13). Dengan demikian dia merupakan makhluk theosentris yang diturunkan kedua dalam rangka kegiatan terbatas (ruang dan waktu). Dan situasi wakil Allah berarti bahwa dia harus berfungsi sebagai makhluk yang terpadu, lengkap,

Transcript of Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Page 1: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

I. HAKEKAT MANUSIA DALAM PENDIDIKAN TRANSFORMATIF

Manusia di abad manapun adalah struktur kehidupan yang dinamis dan kreatif melahirkan gagasan-gagasan dalam berbagai sektor kehidupan. Daya berfikir dan daya cipta makin berkembang untuk memformulasikan makna kehidupan dalam konteks yang nyata, yang mengakibatkan pergeseran tata nilai yang tiap saat berlangsung walaupun secara lamban, namun pasti.

Manusia telah ditinjau dengan cara yang berbeda oleh bermacam aliran pemikiran berdasarkan titik berat yang diletakkan pada aspek alami dan kegiatan manusia. Menurut satu aliran, manusia hanyalah hewan ditengah kelompok hewan. Sementara bagi aliran lainnya, manusia adalah makhluk lebih dari sekedar hewan. Kemudian fungsinya telah di titik beratkan dengan cara yang bermacam-macam mulai dari sebagai hewan/makhluk sosial, ekonomi, spiritual, yang dapat didik dll.

Secara universal, atribut inti dari makhluk manusia adalah Kepribadian. Yang mencakup pemilikan kesadaran diri, kehendak dan intelek-kreatif. Dia lain daripada yang lain ditengah-tengah ciptaan yang hidup di bumi. Bahkan superioritasnya diakui oleh ciptaan-ciptaan suci penghuni surga seperti malaikat (QS. 2:34). Dia berdiri dengan hubungan khusus di depan Allah dalam arti mempunyai kepribadian. Statusnya ditengah-tengah semua ciptaan Allah adalah Wakilnya (QS. 2:30). Dia dibebani tanggung jawab yang tidak mampu dipikul oleh langit, bumi dan gunung-gunung (QS. 33:72). Dia memiliki Allah dna hanya kepada Nya dia kembali (QS. 2 :156). Allah lah tempat nasib terakhir manusia (QS. 53:13). Dengan demikian dia merupakan makhluk theosentris yang diturunkan kedua dalam rangka kegiatan terbatas (ruang dan waktu). Dan situasi wakil Allah berarti bahwa dia harus berfungsi sebagai makhluk yang terpadu, lengkap, selaras dan kreatif dalam semua dimensi kepribadiannya, baik secara spiritual, moral, intelektual dan etetika.

Menurut pandangan ilmu Psikolgy, pandangan manusia terhadap dirinya sangat mempengaruhi pendidikan. Kesalah pahaman manusia menempati bumi bisa jadi karena manusia menganggap dirinya sebagai wujud terhebat dan terbesar dialam semesta dengan bersikap egoisme, kecongkakan dan kesombongan serta sikap manusia yang paling congkak adalah ketika mengangkat dirinya dengan tujuan kekuasaan, kegagahan, kehebatan, kezhaliman, keburukan dan ketiranian.

Manusia adalah makhluk yang dapat didik. Dengan pendidikan manusia dengan sendirinya akan menemukan kesadaran untuk menjadi makhluk yang berbudaya. Paulo Freire menegaskan dalam konsep pendidikan itu sebagai alat perlawanan. Karena itu pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia. Peranan pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan manusia sangat signifikan, hal ini ditandai dengan terbebasnya manusia dari belenggu kebodohan.

Page 2: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Untuk membebaskan manusia dari kebodohan, keterpinggiran dan keterbelakangan diperlukan upaya untuk menyadarkan diri manusia. Penyadaran ini dimaksudkan untuk menyadarkan manusia agar dapat mengenali lingkungan dan juga paham akan diri sendiri. Freire mengelompokkan tipologi kesadaran manusia menjadi empat bagian, yaitu 1) Kesadaran Magis (Magic Consciousness), 2) Kesadaran Naif (Naival Consciousness), 3) Kesadaran Kritis (Critical Consciousness) dan 4) Kesadaran tranformasi (Transformation Consciousness). Kesadaran transformatif merupakan kesadaran yang paling tinggi dari tiga lainnya.

Apabila kesadaran magis bercirikan ketika manusia tidak mampu memahami realitas dan dirinya sendiri dan berkata,”hidup adalah takdir“, bila memahami realitas kehidupan. Sementara, kesadaran naif apabila manusia baru sebatas memahami tapi tidak bisa menganalisis persoalan apalagi penyebabnya. Berada pada kesadaran naif belum dapat mengajukan solusi terhadap problem sosial di masyarakat. Maka kesadaran kritis lebih baik dari dua kesadaran diatas, karena kesadaran kritis memiliki karakter dapat menganalisis tapi juga dapat memberikan solusi yang bersifat praktis. Lalu, kesadaran transformatif merupakan kesadaran paripurna, karena kesadaran transformatif adalah induk dari kesadaran (Master of Consciousness). Manusia dengan kesadaran transformatif menyebabkan manusia menjadi praktis ketika memecahkan persoalan. Antara teoritis yang berupa ide, melakukan apa yang menjadi idenya dan memiliki semangat progrestif berada dalam keadaan setimbang.

Beberapa hal yang terkait dengan Hakekat manusia dalam psykologi Pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.

3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.

5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati

6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas

7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

Page 3: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Hakekat manusia Indonesia seutuhnya, meliputi kajian dimensi keindividuan, kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman serta cara pengembangannya. Manusia memiliki kemampuan tersebut diharapkan menjadikan kita lebih bijaksana dalam melaksanakan fungsi dan peranannya sebagai pendidik yang profesional.

Bebarapa pandangan tentang Manusia berdasarkan kajian diantaranya :

1. Kepustakaan hindu (Ciwa) menyatakan bahwa atman manusia datang langsung dari Tuhan (Bathara Ciwa) dan sekaligus menjadi penjelmaannya.

2. Kepustaan agama Budha menggambarkan bahwa manusia adalah mahluk samsara, merupakan wadah dari the absolute yang hidupnya penuh dengan kegelapan.

3. Pendapat kaum pemikir kuno yang bercampur dengan mistik menyatakan bahwa manusia adalah manifestasi yang paling komplit dan paling sempurna dari Tuhan Yang Maha Esa, intisari dari semua mahluk yang memiliki kecerdasan.

4. Filosof Socrates menyatakan bahwa hakekat manusia terletak pada budinya yang memungkinkan untuk menentukan kebenaran dan kebaikan. Plato dan Aristoteles menyatakan hakikat manusia terletak pada pikirnya.

5. Tokoh Dunia Barat melanjutkan pendapat Plato & Aristoteles tentang hakekat kebaikan manusia yg selanjutnya bergeser ke pandangan humanistik yg menyatakan manusia merupakan kemenyuluruhan dari segala dimensinya. (1), Spinoza berpandangan pantheistik menyatakan hakekat manusia sama dengan Tuhan dan sama pula dengan hakekat alam semesta. (2), Voltaire mengatakan hakekat manusia sangat sulit untuk diketahui dan butuh waktu yang sangat panjang untuk mengungkapkannya.

6. Notonagoro mengatakan manusia pada hakekatnya adalah mahluk mono-dualis yang merupakan kesatuan dari jiwa dan raga yg tak terpisahkan.

7. Para ahli biologi memandang hakekat manusia titik beratnya pada segi jasad, jasmani, atau wadag dengan segala perkembangannya. Pandangan ini dipelopori oleh Darwin dengan teori evolusinya.

8. Para ahli psikologi sebaliknya menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rokhani, jiwa atau psikhe.

9. Ahli teori konvergensi antara lain William Stern berpendapat bahwa hakekat manusia merupakan paduan antara jasmani dan rokhani.

10. Pandangan dari segi agama, Islam, Kristen, dan Katolik menolak pandangan hakekat manusia adalah jasmani dengan teori evolusi. Hakekat manusia adalah paduan menyeluruh antara akal, emosi dan perbuatan. Dengan hati dan akalnya manusia terus menerus mencari kebenaran dan dianugerahi status sebagai khalifah Allah.

11. Pancasila memandang hakekat manusia memiliki sudut pandang yg monodualistik & monopluralistik, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, integralistik, kebersamaan dan kekeluargaa

12.II. KONSEP DASAR PENDIDIKAN DAN MAKNA BELAJAR

Page 4: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

A. Definisi Pendidikan

Untuk memberi pemahaman akan pendidikan berikut ini dikemukakan makna

pendidikan yang dikemukakan para ahli :

1. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991)

2. Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan

sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal (Mudyahardjo, 2001)

3. Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti

sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan

perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap

dan sebagainya (Dictionary of Psychology, 1972)

4. Menurut John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan

kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir atau

daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan

kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

5. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara (UUSPN No.20 tahun 2003)

Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku

anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai

anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.

Page 5: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi

lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara

menyeluruh sehingga anak menjadi lebih dewasa.

Dari uraian dan pengertian pendidikan diatas disimpulkan bahwa pada

dasarnya pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh

tanggung jawab membimbing anak-anak didik menuju kedewasaan.

Dilihat dari sudut proses bahwa pendidikan adalah proses dalam rangka

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin

dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya,

sehingga berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat.

Dilihat dari sudut pengertian atau definisi, pendidikan ialah usaha sadar

yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan

bimbingan, pembelajaran, dan atau pelatihan yang berlansung di sekolah dan

atau di luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran

dimana ada pendidik yang melayani para siswanya melakukan kegiatan belajar,

dan pendidik menilai atau mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut

dengan prosedur yang ditentukan.

Menurut Charles E. Silberman pendidikan tidak sama dengan pengajaran,

karena pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan

intelektualitas manusia. Sedangkan pendidikan berusaha mengembangkan

seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek

kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas

dari pengajaran, tetapi pengajaran merupakan sarana yang ampuh dalam

menyelenggarakan pendidikan. Jadi pengajaran merupakan bagian dari

pendidikan.

Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori

pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seharusnya

pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek pendidikan adalah pelaksanaan

pendidikan secara konkretnya. Teori dan praktek seharusnya tidak dipisahkan.

Jadi siapa yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sebaiknya menguasai dua

Page 6: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

hal tersebut.

Unsur Pendidikan

1. Subyek yang dibimbing/pebelajar

2. Orang yang membimbing/pembelajar

3. Interaksi edukatif antara pebelajar dan pembelajar

4. Tujuan pendidikan

5. Materi/isi pendidikan

6. Konteks (alat,metode,lingkungan)

Asas Pendidikan

1. Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangunkarso, Tut wuri handayani.

2. Asas belajar sepanjang hayat

3. Asas kemandirian dalam belajar

Ada tiga jalur pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia yaitu:

1) Pendidikan formal, yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2) Pendidikan non formal, yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

3) Pendidikan informal, yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari

kebodohan dan ketertinggalan. Diasumsikan bahwa orang yang berpendidikan

akan terhindar dari kebodohan dan juga kemiskinan, karena dengan modal ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya melalui proses pendidikan ia

mampu mengatasi berbagai problema kehidupan yang dihadapinya.

Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang tentu sesuai dengan

Page 7: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

tingkat pendidikan yang diikutinya, semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

diasumsikan semakin tinggi pula pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuannya. Hal ini menggambarkan bahwa fungsi pendidikan dapat

meningkatkan kesejahteraan, karena orang yang berpendidikan dapat terhindar

dari kebodohan maupun kemiskinan. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa

fungsi pendidikan adalah membimbing anak ke arah suatu tujuan yang kita nilai

tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa semua anak

didik kepada tujuan yang sudah ditetapkan.

UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bansa.

Pendidikan pada akhirnya harus diajukan pada upaya mewujudkan sebuah

masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam diri individu, keadilan

dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dan saleh dari setiap

individunya.

B. Konsep dan Makna Belajar

1. Makna Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun

impilisit (tersembunyi). Teori-teori yang dikembangkan dalam belajar

meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum

dan modul-modul pengembangan kurikulum. Kegiatan belajar terdiri dari

kegiatan psikhis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan

komprehensif.

Page 8: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu

menggunakan kemampuan pada ranah-ranah:

a. Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan,

penalaran atau pikiran

b. Afektif, yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan

reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran

c. Psikomotorik, yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan

gerakan jasmani.

Page 9: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

III. PENGERTIAN EVALUASI, PENGUKURAN, DAN PENILAIAN DALAM

DUNIA PENDIDIKAN

A. Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita

dapat memahaminya lewat contoh berikut :

1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda

ukuran ,yang satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk

memilihnya, maka otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang

karena akan bisa lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain

sehingga kita memilih sebaliknya.

2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli

durian di pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang

ada sebelum membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya,

jenisnya ataupun tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk

mengetahui durian manakah yang baik dan layak dibeli.

Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu

melakukan penilaian sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu

objek/benda. Pada contoh pertama kita akan memilih pensil yang lebih panjang

dari pada pensil yang pendek karena pensil yang lebih panjang dapat kita gunakan

lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan menentukan durian

mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak tangkai

dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian

yang manis.

Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih

dahulu. Dalam contoh 1 diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk

menentukan pensil mana yang lebih panjang maka kita akan mengukur kedua

pensil tersebut dengan menggunakan pengaris kemudian kita akan melakukan

penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari masing-masing penggaris

Page 10: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini panjang” dan

“Yang ini pendek” lalu yang panjanglah yang kita ambil.

Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau,

tampak tangkai, maupun jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran

dimana kita membanding-bandingkan beberapa durian yang ada sekalipun tidak

menggunakan alat ukur yang paten tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita

melakukan penilaian mana durian yang terbaik berdasarkan ukuran yang kita

tetapkan yang akan dibeli.

Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita

menggunakan 3 ukuran, yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan

sebagainya), ukuran tidak baku (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan

ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman.

Langkah – langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita

mengambilnya itulah yang dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan

menilai. Kita tidak dapat mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas

mengukur dan menilai.

Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran,

penilaian, dan evaluasi sebagai berikut :

a. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran

tertentu dan bersifat kuantitatif.

b. Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan

sesuatu berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan

c. Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian

B. Evaluasi dalam Pendidikan

Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang

berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).

Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process

of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision

alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh,

Page 11: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif

keputusan.

Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data

yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi

(1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil

pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001)

menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan

keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran

hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai

terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai

proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat

diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian,

Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau

membuat keputusan sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai

oleh siswa (Purwanto, 2002).

Arikunto (2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian

kegiatan yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan.

Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau pengertian evaluasi program

dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai sejauhmana tujuan

pendidikan dapat dicapai.

Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi

formatif. Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback

perbaikan program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai

manfaat program dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).

C. Penilaian Dalam Pendidikan

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil

belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)

Page 12: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau

prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif

(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).

Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai

kuantitatif tersebut.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,

bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah

dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah

mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari

kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian

kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

D. Pengukuran dalam pendidikan

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya

terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas

pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua

benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan

konsumen.

Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit

analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya

cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini

karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran

(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan

empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah

ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau

mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar

apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,

mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution

Page 13: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

(2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka

atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan

performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka)

sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut

dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut

diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran merupakan

pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh

seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan dan formulasi

yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati secara umum oleh para

ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran dalam bidang

pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik tertentu.

Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik

atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto

dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai

kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga

sifatnya menjadi kuantitatif.

E. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian

adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi

yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes

maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar

yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah

kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau

membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan

keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.

Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk

pengertian masing-masing :

Page 14: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

a. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan

nilai, kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.

b. Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan

berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh

tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah

dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.

c. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk

menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih

bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian.

Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana

disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui

pengamatan empiris.

Page 15: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

IV. SUBJEK DAN SASARAN EVALUASI

A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk

mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan

hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu

kesimpulan. Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan

untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan

keputusan. Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan,

menganalisis dan menginterpretasikan informasi secara sistematik untuk

menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.

Evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Dalam hal ini ada

tiga istilah yang hampir sama dalam

pemakaian sehari-hari, agar tidak terjadi kesalahan letak dan pemakaian, maka

Dr. Suharsimi Arikunto akan menegaskan sebagai berikut :

Mengukur adalah membandingkan sesuatau dengan satu ukuran,

mengukur itu biasanya bersifat kuantitatif.

Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatau dengan

ukuran baik buruk, meniali itu biasanya bersifat kualitatif.

Evaluasi, dalam evaluasi ini meliputi kedua langkah di asta, dalam

artian evaluasi itu mengukur dan juga menilai.

B. Dasar Evaluasi

Sebenarnya ada beberapa alasan yang mendasari adanya evaluai dalam

pendidikan , akan tetapi di sini Sumadi Suryabrata membagi tiga kelompok

alasan yang mendasar yaitu dasar psikologis, didaktis, dan administrative.

1. Dasar psikologis

a. Di tinjau dari anak didik

Anak manusia yang belum dewasa pada umumnya belum mampu

memilih ide dan melaksanakannya secara lepas dari pendukung ide

tersebut. Mereka belum mandiri dalam menentukan sikap dan tingkah

lakunya, dan belum bisa berpegang pada pedoman yang berasal dari

Page 16: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

dalam dirinya, melainkan berpegang pada norma-norma yang berasal

dari luar dirinya, yaitu orang dewasa dan termasuk pula seorang guru.

b. Di tinjau dari pendidik

Orang tua adalah orang yang pertama yang mempunyai kepentingan

mengenai pendidikan anak-anakya. Oleh karenanya mereka secara

psikologis ingin mengetahui hasil belajar anak-anak mereka.

2. Dasar didaktis

a. Di tinjau dari segi anak didik

Keberhasilan anak didik dalam mencapai status yang terhormat akan

menimbulkan kepuasan tersendiri, kepuasan yang senantiasa akan di

perolehnya dalam waktu-waktu lain. Akibatnya siswa akan termotivasi

dengan cukup besar untuk belajar yang lebih giat lagi, begitu juga

sebaliknya, bila siswa mengetahui status dalam kelompoknya, mereka

akan berusaha agar hasil yang kurang menyenangkan tidak terulang

lagi.

b. Di tinjau dari segi pendidik

Hasil yang di capai oleh siswa akan member petunjuk kepada guru,

dalam hal-hal yang dia berhasil dan gagal, karena semua itu akan

menjadi bakal mendasar pada saat-saat berikutnya.

3. Dasar administrative

Jika semua kebutuhan ingin terpenuhi maka penilaian harus di lakukan

karena tanpa data dan informasi yang di peroleh dari evaluasi, maka

petugas dalam lembaga pendidikan tidak mungkin dapat mengisi raport,

STTB, menentukan naik kelas atau tidak dan sejenisnya.

C. Subjek Dan Sasaran Evaluasi

1. Subjek Evaluasi

Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang

yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai

Page 17: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

subjek evaluasi untuk setiap tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian

tugas atau ketentuan yang berlaku.

Ada pandangan lain yang mengatakan subjek evaluasi adalah siswa,

yakni orang yang di evaluasi, dalam hal ini yang di pandang sebagai objek

evaluasi adalah mata pelajarannya. Pandangan lain mengatakan siswa

sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjek evaluasi.

2. Sasaran Evaluasi

Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian

untuk unsure-unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put

Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan

untuk mencapai hasil yang di inginkan, yaitu :

a. input

1) Kemampuan

Jika sebuah institusi menginginkan out put yang berguna bagi nusa dan

bangsa maka haruslah memperhatikan atau memilah-milah kemampuan

dari beberapa calon murid. Adapun tes yang di gunakan adalah tes

kemampuan.

2) Kepribadian

Kepribadian adalah sesuatau yang terdapat pada diri manusia serta

tampak bentuknya dalam tingkah laku, sehingga seorang pendidik akan

mengetahui satu-persatu calon peserta didiknya. Adapun alat yang di

pakai adalah tes kepribadian

3) Sikap

Sikap adalah bagian dari tingkah laku manusia yang menggambarkan

kepribadian seseorang, akan tetapi karena sikap ini sangat menonjol

dalam pergaulan maka banyak orang yang ingin tahu lebih dalam

informasi khusus terkait dengannya. Adapun alat yang di pakai adalah

tes sikap.

4) Intelegensi

Page 18: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Dalam hal ini para ahli seperti binet dan simon menciptakan tes buatan

yang di kenal dengan tes binet-simon yang dapat mengetahui IQ

seseorang, karena IQ bukanlah intelegensi.

b. Transformasi

Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau

objek pendidikan demi di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan,

yaitu

1) Kurikulum/materi

2) Metode dan cara penilaian

3) Media

4) Sistem administrasi

5) Pendidik dan anggotahnya.

c. Out Put

Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui

seberapa jauh tingkah pencapaian atau prestasi belajar mereka selama

mengikuti program tersebut dengan menggunakan tes pencapaian.

D. Jenis-Jenis Evaluasi

1. Jenis Evaluasi Berdasarkan Tujuan

a. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah

kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya

b. Evaluasi Selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siswa

yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

c. Evaluasi Penempata

Page 19: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

d. Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk

menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai

dengan karakteristik siswa.

e. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk

memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

f. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan

hasil dan kemajuan bekerja siswa.

2. Jenis Evaluasi Berdasarkan Sasaran

a. Evaluasi Konteks

Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik

mengenai rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-

kebutuhan yang muncul dalam perencanaan

b. Evaluasi Input

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya

maupun strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

c. Evaluasi Proses

Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik

mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor

pendukung dan faktor hambatan yang muncul dalam proses

pelaksanaan, dan sejenisnya

d. Evaluasi Hasil Atau Produk

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai

sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki,

dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan

e. Evaluasi Outcom Atau Lulusan

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut,

yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

Page 20: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

V. PRINSIF DAN ALAT EVALUASI

A. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI

Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka kegiatan

evaluasi harus bertitik dari prinsip-prinsip umum sebagai berikut:

1. Kontinuitas

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insedental karena pembelajaran itu

sendiri adalah suatu proses yang kontinyu. Oleh sebab itu evaluasi pun

harus dilakukan secara kontinyu pula.

2. Komprehensif

Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu obyek, guru harus mengambil

seluruh obyek itu sebagai bahan evaluasi.

3. Adil dan obyektif

Dalam melaksanakan evaluasi guru harus berlaku adil dan tanpa pilih kasih

kepada semua peserta didik. Guru juga hendaknya bertindak secara

obyektif, apa adanya sesuai dengan kemampuan peserta didik.

4. Kooperatif

Dalam kegiatan evaluasi hendaknya guru bekerjasama dengan semua

pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah,

termasuk dengan peserta didk itu sendiri.

5. Praktis

Praktis mengandung arti mudah digunakan baik oleh guru itu sendiri yang

menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat

tersebut.

Menurut Khusnuridlo (2010), prinsip-prinsip evaluasi terdiri dari :

1. Komprehensif

Evaluasi harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menye¬luruh, baik

aspek personalnya, materialnya, maupun aspek operasionalnya. Evaluasi

Page 21: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

tidak hanya dituju¬kan pada salah satu aspek saja. Misalnya aspek

personalnya, jangan hanya menilai gurunya saja, tetapi juga murid,

karyawan dan kepala sekolahnya. Begitu pula untuk aspek material dan

operasionalnya. Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh.

2. Komparatif

Prinsip ini menyatakan bahwa dalam mengadakan evaluasi harus dilaksa-

nakan secara bekerjasama dengan semua orang. Sebagai contoh dalam

mengevaluasi keberhasilan guru dalam mengajar, harus bekerjasama antara

pengawas, kepala sekolah, guru itu sendiri, dan bahkan, dengan pihak

murid. Dengan melibatkan semua pihak diharapkan dapat mencapai

keobyektifan dalam mengevaluasi.

3. Kontinyu

Evaluasi hendaknya dilakukan secara terus-menerus selama proses

pelaksanaan program. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap hasil yang

telah dicapai, tetapi sejak pembuatan rencana sampai dengan tahap laporan.

Hal ini penting dimaksudkan untuk selalu dapat memonitor setiap saat atas

keberhasilan yang telah dicapai dalam periode waktu tertentu. Aktivitas

yang berhasil diusahakan terjadi peningkatan, sedangkan aktivi-tas yang

gagal dicari jalan lain untuk mencapai keberhasilan.

4. Obyektif

Mengadakan evaluasi harus menilai sesuai dengan kenya¬taan yang ada.

Katakanlah yang hijau itu hijau dan yang merah itu merah. Jangan sampai

mengatakan yang hijau itu kuning, dan yang kuning itu hijau. Sebagai

contoh, apabila seorang guru itu sukses dalam mengajar, maka katakanlah

bahwa guru ini sukses, dan sebaliknya apabila jika guru itu kurang berhasil

dalam mengajar, maka katakanlah bahwa guru itu kurang berhasil. Untuk

mencapai keobyektifan dalam evaluasi perlu adanya data dan fakta. Dari

data dan fakta inilah dapat mengolah untuk kemudian diambil suatu

kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat dikumpulkan maka

makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan.

Page 22: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

5. Berdasarkan Kriteria yang Valid

Selain perlu adanya data dan fakta, juga perlu adanya kriteria-kriteria

tertentu. Kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan

tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar memiliki standar

yang jelas apabila menilai suatu aktivitas supervisi pendi¬dikan.

Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan tujuan berarti kriteria yang dibuat¬

harus mempertimbangkan hakikat substansi supervisi pendidikan.

6. Fungsional

Evaluasi memiliki nilai guna baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kegunaan langsungnya adalah dapatnya ¬hasil evaluasi digunakan untuk

perbaikan apa yang dievaluasi, sedangkan kegunaan tidak langsungnya

adalah hasil evaluasi itu dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan

lainnya.

7. Diagnostik

Setiap hasil evaluasi harus didokumentasikan. Bahan-bahan dokumentasi

hasil evaluasi inilah yang dapat dijadikan dasar penemuan kelemahan-

kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang kemudian harus diusahakan

jalan pemecahannya.

Menurut Yunanda (2010), prinsip-prinsip evaluasi yaitu :

1. Keterpaduan

Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan

intruksional pengajaran, materi pembelajaran, dan metode pengajaran.

2. Keterlibatan peserta didik

Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta

didik dalam evaluasi bukan alternative, tapi kebutuhan mutlak.

3. Koherensi

Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari

dan sesuai dengan ranah kemampuan peserta didik yang hendak diukur.

4. Pedagogis

Page 23: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Aspek pedagogis diperlukan untuk melihat perubahan sikap dan perilaku

sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri

siswa.

5. Akuntabel

Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan

pertanggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seperti orangtua,

siswa, sekolah, dan lainnya.

Menurut Arikunto (2005:24-25), prinsip evaluasi merupakan triagulasi

yang meliputi tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran atau KBM, dan

evaluasi.

1. Hubungan anatara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar

disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan anatara

keduanay mengarah pada tujuan dengan makana bahwa KBM mengacu

pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM, menunjukkan

langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.

2. Hubungan tujuan dengan evaluasi, dan

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana

tujuan sudah tercapai. Dalam menyusun alat evaluasi perlu mengacu pada

tujuan yang sudah dirumuskan

3. Hubungan anatara KBM dengan evaluasi

KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah

dirumuskan, alat evaluasi disusun dengan mengacu pada tujuan, mengacu

atau disesuaikan dengan KBM yang dilaksanakan.

B. ALAT-ALAT EVALUASI

Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam-

macam, seperti kuisioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Khusus

Page 24: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak digunakan

adalah tes. Pembahasan evaluasi hasil pembelajaran lebih menekankan pada

pemberian nilai terhadap skor hasil tes.

1. Tes

Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat

digunakan secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan

psikis atau tingkah laku individu. Dapat dipastikan akan mampu

memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak

diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya , sekaligus dapat

membandingkan antara seseorang dengan orang lain.

Tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang

berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh

siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah

laku atau prestasi siswa tersebut.

Beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini :

a. Tes

Tes merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang

sudah ditentukan.

b. Testing

Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga

dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.

c. Testee

Testee adalah merupakan responden yang sedang mengerjakan tes.

d. Tester

Tester adalah orang yang melaksanakan pengambilan tes terhadap

responden. Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi

adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk

melaksanakan tugasnya).

Page 25: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes mempunyai fungsi, yaitu:

a. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi

atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentuk

b. Untuk menentukan kedudukan atau seperangkat siswa dalam

kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan

pembelajaran.

Tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur

perkembangan/kemajuan belajar peserta didik yaitu:

a. Tes seleksi

Tes seleksi sering dikenal dengan tes saringan atau ujian masuk. Tes

ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, di

mana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang

tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.

Tes seleksi merupakan materi prasyarat untuk mengikuti program

pendidikan yang akan diikuti oleh calon. Sifatnya yaitu menyeleksi

atau melakukan penyaringan.

b. Tes awal

Tes awal dikenal pre-test. Tes awal dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang

akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik. Isi atau materi

tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang

sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik. Setelah tes awal

berakhir, sebagai tindak lanjutnya adalah (a) jika dalam tes awal itu

semua materi yang dinyatakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik

oleh peserta didik, maka materi yang telah dinyatakan dalam tes

awal tidak akan diajarkan lagi, dan (b) jika materi yang dapat

dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan

adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para

peserta didik tersebut .

c. Tes akhir

Page 26: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Tes akhir dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan

dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran

yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya

oleh peserta didik. Isi atau materi tes akhir adalah bahan-bahan

pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada

peserta didik. Jika hasil tes akhir itu lebih baik daripada tes awal

maka dapat diartikan bahwa program pengajaran telah berjalan dan

berhasil dengan sebaik-baiknya.

d. Tes Diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-

kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang

tepat. Tes diagnostik juga digunakan untuk mengetahui sebab

kegagalan peserta didik dalam belajar, oleh karena itu dalam

menyusun butir-butir soal seharusnya menggunakan item yang

memiliki tingkat kesukaran rendah.

e. Tes Formatif adalah tes untuk mengetahui sejauhmana siswa telah

terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu. Tes formatif

adalah tes yang digunakan untuk mengetahui atau melihat

sejauhmana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam

suatu program pelajaran.

f. Tes Sumatif yaitu tes yang dilaksanakan setelah berakhirnya

pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih

besar. Tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang

biasanya dilaksanakan pada tiap akahir semester, catur wulan atau

akhir semester. Tes sumatif ini diarahkan kepada tercapai tidaknya

tujuan-tujuan intruksional umum.

Menurut Sudijono (2001:73) tes berdasarkan aspek psikis yang

ingin diungkap dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

Page 27: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

a. Tes intelengensi yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan

seseorang,

b. Tes kemampuan yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan

untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang

dimiliki testee

c. Tes sikap yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk

mengungkap predisposisi atau kecendrungan seseorang untuk

melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya,

baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.

d. Tes keperibadian yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan

mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang banyak

sedikitnya besifat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian,

nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.

e. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes

percapaian yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap

tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau

tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat

dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam

rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar, yang terbentuk

tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-

pertanyaan atau soal-soal) yang harus dijawab, atau perintah-

perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga (berdasar

atas data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat

menghasilkan nilai yang melambankan tingkah laku atau

prestasi belajar testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan

nilai-nilai standar tertentu, atau dapat pula dibandingkan

dengan nilai-nilai yang berhasil dicapai oleh testee lainnya.

Page 28: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat

dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Tes individual yakni tes dimana tester berhadapan dengan satu

orang testee saja, dan

b. Tes kelompok yakni tes dimana tester berhadapan lebih dari

satu orang testee.

Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi testee utuk menyelesaikan

tes, tes dapat dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:

a. Power test yakni tes di mana waktu yang disediakan buat

testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi,

b. Speed test yaitu tes di mana waktu yang disediakan buat testee

untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.

Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu:

a. Verbal test yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban)

yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat,

baik secara lisan maupun secara tertulis, dan

b. Nonverbal test yakni tes yang menghendaki respon (jawaban)

dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat,

melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi respon yang

dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau

gerakan-gerakan tertentu.

Page 29: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

VI. PEDOMAN DALAM MENBUAT ALAT UKUR

1. Menentukan wilayah yang akan dikenai pengukuran

a. Hasil belajar

b. Intelegensi

c. potensi intelektual

2. Menetukan dasar konseptual

a. dasar konseptual mengenai belajar

o apakah hasil belajar

o faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar

o bagaimana proses belajar terjadi

o apa bukti bahwa proses belajar telah terjadi

b. dasar konseptual mengenai intelegensi

o pendekatan spekulatif : memberikan definisi tentang intelegensi

umum; memberikan definisi mengenai daya jiwa; memberikan definisi

intelegensi sebagai taraf umum dari pada sejumlah daya jiwa khusus

o pendekatan pragmatis : intelegensi adalah apa yang dites oleh tes

intelegensi

o pendekatan analisis faktor : intelegensi dipengauhi oleh faktor tertentu

o pendekatan operasional : merespon pendekatan analisis faktor dari

pendefinisian dan pengukuran.

o pendekatan fungsional : disusun atas analisis bagaimana berfungsinya

intelegensi, lalu dirumuskan definisinya

c. dasar konseptual mengenai potensi intelektual : manusia memiliki

intelegensi umum (general intelegence) dan potensi khusus (special

attitude)

3. Penentuan subjek yang akan dikenai pengukuran

4. Menentukan tujuan pengukuran

5. Menentukan materi test alat ukur

Page 30: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

a. materi projektif - digunakan untuk menyusun instrumen dalam mengukur

atribut non kognitif berdasarkan pada proses psikologi

b. materi non projektif

6. Menentukan tipe soal

a. menuntut respon uraian

b. menuntut pemilihan alternatif jawaban

7. Menentukan jumlah soal untuk keseluruhan alat ukur dan masing-masing

bagiannya

a. hubungan banyak soal dengan bobot : membuat banyaknya soal untuk

masing-masing bagian sebanding dengan bobotnya

b. hubungan banyak soal dengan reliabilitas tes : makin tinggi rata-rata

korelasi soal dengan perangkat tes, makin tinggilah reliabilitas tes tersebut

c. hubungan banyak soal dengan waktu tes : menyediakan waktu yang cukup

bagi kira-kira 75% sampai 90% pengambil tes menyelesaikan tes tersebut

d. hubungan banyak soal dengan uji coba tes : sebelum di uji coba, rencana

tes banyak berupa terkaan

8. Merencanakan taraf dan distribusi kesukaran soal

a. Indeks kesukaran soal : perbandingan banyaknya subyek yang menjawab

benar dengan banyaknya subyek yang mengerjakan soal

b. Rata-rata skor tes : perbandingan banyak soal dengan rata-rata taraf

kesukaran soal

9. Menyusun kisi-kisi (test blue print)

a. Fungsi kisi-kisi : merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan tes

dan bagian-bagiannya sehingga perumusan tersebut menjadi petunjuk

yang efektif bagi penyusun tes, terutama bagi perakit soal

b. Dua aspek isi tes :

o analisis isi mata pengetahuan : terdiri atas hasil analisis mengunsur

tentang daerah kurikulum yang akan di tes terkait perbedaan

kondisi dengan daerah yang lain.

Page 31: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

o analisis behavioral objectives : bertitik tolak pada tujuan dasar

pendidikan yaitu modifikasi perilaku

c. klasifikasi dua jalan : serempak menyajikan kedua dimensi di atas

10. Merencanakan tugas untuk para penulis soal:

a. Penulis soal: spesialis di bidang bersangkutan yang punya latar pendidikan

dalam penulisan soal

b. Alokasi waktu penulisan soal

c. Bentuk penugasan :dapat memilih satu penulisa soal yang dikontrak

d. Catatan-catatan mengenai soal: kartu soal yang berupa bagian dari kisi

soal yang dibuatnya, bentuk soal, taraf kompetensi, kunci jawaban,

estimasi taraf kesukaran

e. Penelaahan soal:

o aspek teknis

o aspek substansi

o aspek editorial

11. Merencanakan perakitan soal

12. Merencanakan jadwal penerbitan tes

Page 32: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

VII. PETUNJUK PEMBUATAN INSTRUMEN

A. Petunjuk Menyusun Instrumen Penelitian

Dalam menyusun instrumen disarankan mengikuti langkah-langkah berikut.

1. Analisis Variabel Penelitian

Menganalisis setiap variabel menjadi subvariabel kemudian

mengembangkannya menjadi indikator-indikator merupakan langkah awal

sebelum instrumen itu dikembangkan. 

2. Menetapkan Jenis Instrumen

Jenis instrumen dapat ditetapkan manakala peneliti sudah memahami

dengan pasti tentang variabel dan indikator penelitiannya. Satu variabel

mungkin hanya memerlukan satu jenis instrumen atau meungkin

memerlukan lebih dari satu jenis instrumen.

3. Menyusun Kisi-kisi atau Layout Instrumen

Kisi-kisi instrumen diperlukan sebagai pedoman dalam merumuskan item

instrumen. Dalam kisi-kisi itu harus mencakup ruang lingkup materi

variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, serta

waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga harus tergambarkan

indikator atau abilitas dari setiap variabel. Misalnya, untuk menentukan

prestasi belajar atau kemampuan subjek penelitian, diukur dari tingkat

pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan sebagainya.

4. Menyusun Item Instrumen

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya adalah

menyusun item pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen yang akan

digunakan

5. Mengujicobakan Instrumen

Uji coba instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat reabilitas dan

validitas serta keterbacaan setiap item. Mungkin saja berdasarkan hasil uji

coba ada sejumlah item yang harus dibuang dan diganti dengan item yang

baru, setelah mendapat masukkan dari subjek uji coba.

B. Jenis-jenis Instrumen Penelitian

Page 33: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

1. Tes

a. Pengertian Tes

Tes adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang

kemampuan subjek peneliti dengan cara pengukuran, misalnya untuk

mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai nateri

pelajaran tertentu digunakan tes tertulis tentang materi tersebut.

b. Kriteria Tes

1). Reliabilitas Tes

Tes sebagai instrumen atau alat pengumpul data dikatakan reliabel

manakala tes tersebut bersifat handal. Tes yang handal adalah tes yang

dapat mengumpulkan data sesuai dengan kemampuan subjek yang

sesungguhnya, yang tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi

termasuk oleh letak geografis.

2). Validitas Tes

Tes sebagai instrumen untuk mengumpulkan data dikatakan valid

manakala tes itu bersifat sahih, atau item-item tes mampu mengukur

apa yang hendak diukur. Terdapat dua cara uji validitas yaitu, validitas

logis dan validitas empiris. Validitas logis diperoleh dengan cara

judgment ahli yang kompeten. Validitas empiris adalah validitas yang

diperoleh melalui uji coba tes pada sejumlah subjek yang memiliki

karakteristik yang diasumsikan sama dengan subjek penelitian.

2. Angket (Quisioner)

a. Pengertian

Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau

pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden

sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Angket dapat digunakan peneliti

untuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif.

Sebagai instrumen penelitian, angket memiliki kelebihan di

antaranya sebagai berikut:

Page 34: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

o Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah

responden atau sumber data yang jumlahnya cukup besar.

o Data yang terkumpul melalui angket akan mudah dianalisis.

o Responden akan memiliki kebebasan untuk menjawab setiap

pertanyaan sesuai dengan keyakinannya.

o Responden tidak akan terburu-buru menjawab setiap pertanyaan,

pengisian angket tidak terlalu terikat oleh waktu.

Angket juga memiliki kelemahan, di antaranya:

o Belum menjamin responden akan memberikan jawaban tepat sesuai

dengan keyakinannya.

o Angket hanya mungkin dapat digunakan oleh responden yang dapat

membaca dan menulis.

o Angket hanya dapat menggali masalah yang terbatas.

o Kadang-kadang ada responden yang tidak bersedia untuk mengisi

angket karena alasan kesibukan dan, atau alasan pribadi lainnya.

3. Langkah-langkah Menyusun Angket

Beberapa petunjuk cara menyusun angket:

a. Buatlah kata pengantar terlebih dahulu secara singkat sebelum

pertanyaan-pertanyaan angket disusun.

b. Buatlah petunjuk cara pengisian angket dengan jelas dan ringkas.

c. Hindari istilah-istilah yang dapat menimbulkan salah pengertian.

d. Rumuskan dalam kalimat yang singkat, jelas, dan sederhana,

sehingga tidak menguras tenaga dan pikiran responden ketika

membaca angket.

e. Sebaiknya setiap pertanyaan hanya mengandung satu persoalan yang

ditanyakan.

f. Apabila ada kata-kata yang memerlukan penekanan, makia

sebaiknya diberi tanda, seperti dengan menebalkan kata atau

Page 35: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

kalimat, menggaris bawahi, atau menulikan dalam warna yang

berbeda kata tersebut.

g. Pertanyaan setiap item angket tidak menggiring pada jawaban yang

diinginkan peneliti.

h. Angket harus dibuat semenarik mungkin. 

Page 36: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

VIII. PERANAN EVALUASI

Mengapa dalam pendidikan harus ada evaluasi? Ada beberapa penjelasan mengenai pentingnya evaluasi dalam pendidikan. Dilihat dari pendekatan proses, didunia pendidikan terjadi hubungan yang interdepensi antara tujuan pendidikan, proses belajar mengajar, dan prosedur evaluasi. Ketiga komponen ini selalu berhubungan. Tujuan sebuah pendidikan akan terarah apabila proses belajar mengajar dilaksanakan dengan baik. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar dan tujuan pendidikan akan terlihat setelah pengevaluasian.

Mengevaluasi merupakan cirri pendidik yang professional, setelah kegiatan evaluasi maka pendidik akan mengetahui hasil belajar siswa. Sehingga mengetahui apakah hasilnya sudah memuaskan apa belum dan dapat dijadikan koreksi.

Dilihat dari pendekatan kelembagaan, kegiatan pendidikan merupakan kegiatan manajemen, yang meliputi kegiatan planning, programming, organizing, actualing,controlling, dan evaluating. Dua hal yang terakhir menjadi titik lemah dari manajemen tradisional. Para pelaksana pendidikan menganggap bahwa fungsi control dan evaluasi dianggap sebagai upaya untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan mereka. Padahal tanpa adanya dua fungsi tersebut maka akan banyak terjadi penyimpangan dan pengoganisasian yang tidak sesuai program maka tujuan pendidikan tidak tercapai.

Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

Page 37: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

IX. PARTISIFASI PESERTA DIDIK DALAM EVALUASI

A. Partisifasi Peserta Evaluasi

Evaluasi merupaka proses dimana para evaluator menggali informasi yang

diperlukan tentang siswa, untuk menentukan posisi di mana penguasaan seorang

siswa dalam kelompok atau kelas. Proses evaluasi diibaratkan antara hakim dan

terdakwa dalam proses pengadilan. Guru sebagai hakim dan siswa sebagai

terdakwa, dimana disini siswa harus menerima apa pun keputusan sebagai pihak

evaluand.

Evaluasi dengan melibatkan para peserta siswa secara sustematis dan

proporsional tampaknya perlu dipertimbangkan kegunaanya, utamanya pada

evaluasi di bidang pendidikan dan bidang perilaku lainnya. Beberapa alasan

mengapa evaluasi di bidang pendidikan atau di bidang lainnya perlu siswa sebagai

partisipan, karena :

1. Para siswa mengembangkan perasaan aman (psikologis)

2. Evaluasi dapat menjadikan belajar lebih menyenangkan

3. Evaluasi dapat menjadikan teknik belajar mengajar berhasil

4. Para siswa dapat menerima kepuasan pribadi saat berpartisipasi dalam

evaluasi

B. Menentukan Tujuan

Dalam proses belajar mengajar, memiliki peranan yang penting. Tujuan

merupakan pernyataan yang merupakan pernyataan yang menggambarkan

perubahan yang diinginkan sebagai hasil dari pembelajaran. Disamping itu, tujuan

juga merupakan ujung yang perlu dicermati oleh para guru, ketika mereka

melakukan kegiatan.dalam proses pembelajaran bagi para siswa.

Page 38: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Tujuan instruksional memiliki peranan kunci dalam proses pengajaran.

Dalam tujuan instruksional pada umumnya mencakup perubahan perilaku  yang

hendak dicapai. Ketika tujuan instruksional dinyatakan secara benar, itu dapat

menjadi petunjuk untuk siswa. Kelebihan jika guru menggunakan tujuan

instruksional adalah :

1. Memerikan arah dalam proses pengajaran

2. Mengantarkan tujuan instruksional kepada masyarakat yang membutuhkan

3. Menyediakan basis untuk evaluasi

Metode dan materi pengajaran akan lebih tepat dan efektif ketika seorang

guru telah merencanakan tujuan instruksional terlebih dahulu. Dalam menyiapkan

tujuan instruksional dalam proses belajar mengajar, Ground dan Linn (1990: 24)

menyatakan ada empat macam batasan penting yang perlu diperhatikan oleh

seorang evaluator yaitu sebagai berikut.

1. Educational goal

2. General instructional

3. Specific learning outcome

4. Pupil performance

Dalam proses pembelajaran, tujuan yang direncanakan oleh seorang guru,

dapat dibedakan menjadi dua macam, tujuan umum (goals) dan tujuan khusus

(objectives). Goals bersifat umum, tidak perlu diukur. Beberapa kata kerja yang

sering digunakan dalam pembuatan tujuan adalah memahami, meyakini,

menguasai, dan mengerti.

Objectives atau tujuan instruksional merupakan tujuan yang diturunkan

dari tujuan umum. Karateristik dari tujuan khusus adalah SMART (Specific,

Measureable, Acheveable, Reliable, Time bounding). Beberapa kata kerja yang

sering digunakan untuk menunjukkan tugas objectives misalnya menghafal,

menerapkan, mengoprasikan, menilai dan sebagainya.

C. Memilih Teknik Evaluasi

Page 39: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

Jika evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan informasi, maka teknik

adalah metode yang digunakan agar tujuan evaluasi, yaitu menggali informasi

tentang peserta didik. Secara garis besar ada dua kelompok evaluasi yaitu tes dan

non tes. Peranan teknik tes dibedakan menjadi :

1. Tes diagnosik

2. Tes formatif

3. Tes pencapaian

4. Tes penempatan

Selain itu teknik yang juga banyak digunakan yaitu nontes, yang termasuk

teknik non tes adalah sebagai berikut.

1. Rating

2.   Questionaires

3. \Wawancara

4. Observasi

5. Dokumentasi

Mengingat banyaknya teknik evaluasi, seorang evaluator pelu

mempertimbangkan :

1. Pemilihan teknik evaluasi yang hendak digunakan oleh seorang evaluator

2. Pemilihan teknik sebaiknya memberikan kemungkinan untuk evaluasi diri

3. Variasi teknik yang diterapkan untuk peserta didik hendaknya

dipertimbangkan terlebih dahulu

D. Evaluasi Bersama

Evaluasi bersama dapat diartikan sebagai dua orang atau lebih melakukan

evaluasi terhadap subjek atau objek yang dievaluasikan dengan tujuan yang telah

ditetapkan bersama. Kerja sama dalam evaluasi, dapat dimuali sejak menentukan

tujuan hingga pada proses menentukan akhir evaluasi.

Dalam evaluasi bersama selalu diperlukan adanya pertemuan antara yang

berkepentingan. Pertemuan ini digunakan sebagai wahana ketika keduanya

memiliki perbedaan pendapat. Perdebatan itu harus dimusyawarahkan untuk

Page 40: Hakikat Manusia Dalam Pendidikan

mendapatkan nilai akhir. Dari setiap evaluasi, para evaluator diwajibkan untuk

mengisi laporan kejadian pada kolom keterangan. Laporan ini untuk memberikan

informasi mengapa penilaian mencapai skor yang berbeda.