Fotografi
-
Upload
amael-jamaludin -
Category
Documents
-
view
4.376 -
download
1
Transcript of Fotografi
1
2
COVER 1 DAFTAR ISI 2
DEFINISI FOTOGRAFI 4
SEJARAH FOTOGRAFI 4 KLASIFIKASI FOTOGRAFI 4
KAMERA & KOMPONENNYA 4 A. Komponen Kamera 5 B. Badan Kamera 5 C. System Lensa 5
D. Pemantik Potret 6 E. Bagian L ain 6
JENIS - JENIS KAMERA 6 A. Berdasarkan Media Yang Digunakan 6
1. KAMERA FILM 6 o Jenis Film 6
a. Pembagian film berdasarkan ukuran 6 b. Pembagian film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya 6
2. KAMERA POLAROID 6
3. KAMERA DIGITAL 6 a. Komponen Kamera Digital 7
o Sensor Kamera 7 o Layar LCD 7
o Media Penyimpanan 7 b. Jenis Kamera Digital 7
o Kamera Saku Digital 7 o Kamera Digital SLR 7
c. Klasifikasi 8 o Kamera Video 8 o Kamera Diam 8
o Webcam 8 d. Konektifitas 8 e. Integrasi 8 f. Media Penyimpanan 8
B. Berdasarkan Mekanisme Kerja 8 1. KAMERA SINGLE LENS REFLECT (SLR) 8 2. KAMERA INSTAN 8
C. Berdasarkan Teknologi Viewfinder 9
1. KAMERA SAKU 9 2. KAMERA TLR 9 3. KAMERA SLR (SINGLE LENS REFLECT) 9
a. Komponen Kamera SLR 9 o Pembidik 9 o Jendela Bidik 9 o Lensa 9
o Focus 10 o Kecepatan Rana o Diafragma
b. Depth of Field (Kedalaman Ruang) c. Pencahayaan d. Perkembangan Kamera SLR
DAFTAR ISI
10
11111212
3
FOTOGRAFI DIGITAL A. Definisi Fotografi Digital 12 B. Latar Belakang & Se jarah Perkembangan Fotografi Digital 13 C. Kamera Digital 13
o Definisi Kamera Digital 13 o Jenis – jenis Kamera Digital 14 o Teknis Fotografi Digital 14
D. Keuntungan & Kerugian Dari Pemanfaatan Teknologi Fotografi Digital 14 E. Perkembangan Terkini Dari Penerapan Teknologi Fotografi Digit al 15
o Pengintegrasian Kamera Digital 15 o Pelacakan tempat pengambilan gambar 15
o Model 3 Dimensi 15
ISTILAH FOTOGRAFI 15
A. 35 MM 15 o Sejarah 16 o Istilah 135 16
B. Autofocus 16
C. CCD 16 o Operasi 16 o Penggunaan 17 o Kamera Warna 17
o Teknologi Saingan 18 D. Eksposur/Pajanan 18
o Hal-hal yang mempengaruhi pajanan 18
o Pengaruh Tingkat Pajanan 18 o Pajanan Tidak Normal 18 o Nilai Pajanan 18 o Exposure Bracketing 19
o Pajananan Sebagai Tingkat Visibiltas 19 E. Film 19 F. Foto 20 G. Fotografer 20
H. Histogram 20 o Definisi Matematis 21 o Definisi Fotografis 21
I. ISO / ASA 21 J. Jarak Fokus (Focus Length) 22 K. Lightmeter (Pengukur Cahaya) 22
o Teknik Pengukuran 22
o Average Metering 22 o Spot Metering 22
L. Rana 22
M. Rentang Dinamis/Dynamic Range 23 o Pajanan sebagai tingkat visibilitas 23 o Pseudo-HDR Imaging 23 o High Dynamic Range Imaging 24
o Gamma Value 25 o Exposure Fusion Imaging 25 o Exposure Compensation 26 o Tone Mapping 26
o Exposure Latitude 26 o Relasi Antara rentang luminasi dan nilai pajanan 26
N. Tripod
O. Trough The Lens P. View Finder
PRANALA LUAR
REFERENSI
27 27
27
28
29
4
Mata Kuliah : FOTOGRAFI DASAR (BASIC PHOTOGRAPHY) Tujuan : Mengenal Dunia Fotografi masa kini, baik teknik maupun artistik. Mengenal keseluruhan proses
fotografi : Pemotretan - pengembangan film - pencetakan foto, dan mampu mengerjakan serta mengendalikan proses tersebut ke arah hasil akhir seperti yang dikehendaki.
Materi : Sejarah terciptanya fotografi hingga terciptanya fotografi elektronik secara singkat. Anatomi kamera serta fungsi dan sarana-sarananya. Proses pengolahan foto baik hitam putih maupun berwarna. Studi terapan untuk pengambilan foto secara kreatif yang mampu merekam
suasana, sifat dan karakter manusia, sesuai dengan kepentingan desain komunikasi visual. Kepustakaan : 1.Hedgecoe, John, The Art of Color Photography, Simon and Schuster, New York, 1978. 2. Hedgecoe, John, Photographer Handbook
otografi berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media
cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berarti tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur
berupa lightmeter . Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure)
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan fi lm yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO
Pada abad ke-5 sebelum masehi, ada orang yang bernama MoTi, berhasil menemukan gejala fotografi. Apabila
sebuah ruangan gelap ada lubang yang memancarkan sinar, maka di tembok suatu ruangan tersebut akan terlihat gambar sumber cahaya tadi secara terbalik. Ibn Al-Haitham, seorang Arab juga menemukan menemukan gejala yang
sama. Foto pertama dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis-Jacques - Mandé Daquerre merupakan bapak fotografi dunia 1837. Camera Obscura merupakan kamera yang pertama kali yang dipakai untuk menggambar kemudian memotret.
Kamera Kodak (Eastmant Kodak) pertama kali dipatenkan pada tahun 1888 di Amerika.
Tahun 1900 seorang Juru gambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat besar ukurannya dimana beratnya 1,400 pound. Lens seberat 500 pound. Sewaktu mengubah atau memindahkannya membutuhkan tenaga manusia sebanyak 15 orang
Fotografi memiliki banyak cabang atau kekhususan berdasarkan subyek fotgrafinya, di antaranya:
Fotografi Alam (Nature / Landscape) Fotografi Satwa
Fotografi Dokumentasi Fotografi Jurnalistik
Foto jurnalistik adalah foto yang merekam suatu berita, biasanya foto jenis ini terpasang
di media cetak seperti koran atau majalah.
Fotografi Seni (Fine Art) Fotografi Studio
Fotografi Udara (Aerial) Fotografi Komersial Fotografi Interior Fotografi Fesyen
Kamera adalah alat paling populer dalam aktivitas fotografi . Nama ini didapat dari camera obscura ,
bahasa Latin untuk "ruang gelap", mekanisme awal untuk memproyeksikan tampilan di mana suatu ruangan berfungsi seperti cara kerja kamera fotografis yang modern, kecuali tidak ada cara pada waktu itu untuk mencatat tampilan gambarnya selain secara manual mengikuti jejaknya. Dalam dunia fotografi , kamera merupakan suatu peranti untuk membentuk dan merekam suatu
bayangan potret pada lembaran film. Pada kamera televisi , sistem lensa membentuk gambar pada
F
KAMERA & KOMPONENNYA
KLASIFIKASI FOTOGRAFI
SEJARAH FOTOGRAFI
DEFINISI FOTOGRAFI
5
sebuah lempeng yang peka cahaya. Lempeng ini akan memancarkan elektron ke lempeng sasaran bila terkena cahaya. Selanjutnya, pancaran elektron itu diperlakukan secara elektronik. Dikenal banyak jenis kamera potret.
Sebuah kamera minimal terdiri atas:
Kotak yang kedap cahaya (badan kamera) Sistem lensa
Pemantik potret (shutter) Pemutar film
Badan kamera adalah ruangan yang sama sekali kedap cahaya, namun dihubungkan dengan lensa yang
darimana menjadi satu-satunya tempat cahaya akan masuk. Di dalam bagian ini cahaya yang difokuskan oleh lensa akan diatur agar tepat mengenai dan membakar film. Di dalam kamera untuk tujuan seni fotografi,
biasanya ditambahkan beberapa tombol pengatur, antara lain: Pengatur ISO/ASA Film. Shutter Speed .
Aperture (Bukaan Diafragma).
Jika diperlukan bisa pula ditambah peralatan:
Blitz (atau lebih umum disebut lampu kilat atau flash)
Tripod Lightmeter
Sistem lensa dipasang pada lubang depan kotak, berupa sebuah lensa tunggal yang terbuat dari plastik
atau kaca, atau sejumlah lensa yang tersusun dalam suatu silinder logam. Tingkat penghalangan cahaya dinyatakan dengan angka f, atau bukaan relatifnya. Makin rendah angka f
ini, makin besar bukaannya atau makin kecil tingkat penghalangannya. Bukaan ini diatur oleh jendela
diafragma. Bukaan relatif diatur oleh suatu diafragma. Untuk kamera SLR, lensa dilengkapi dengan pengatur bukaan
diafragma yang mengatur banyaknya cahaya yang masuk sesuai keinginan fotografer. Jenis lensa cepat ataupun lensa lambat ditentukan oleh rentang nilai F yang dapat digunakan.
Disamping lensa biasa, dikenal juga lensa sudut lebar (wide lens), lensa sudut kecil (tele lens), dan lensa variabel (variable lens, atau oleh kalangan awam disebut dengan istilah lensa zoom.
Lensa sudut lebar mempunyai jarak fokus yang lebih kecil daripada lensa biasa. Namun sebutan itu bergantung pada lebarnya film yang digunakan. Untuk fi lm 35 milimeter, lensa 35 milimeter akan disebut lensa
sudut lebar, sedangkan lensa 135 milimeter akan disebut lensa telefoto. Lensa variabel dapat diubah-ubah jarak fokusnya, dengan mengubah kedudukan relatif unsur -unsur
lensa tersebut. Lensa akan memfokuskan cahaya s ehingga dihasilkan bayangan sesuai ukuran film. Lensa
dikelompokkan sesuai panjang focal length (jarak antara kedua lensa). Focal lenght mempengaruhi besar komposisi gambar yang mampu dihasilkan. Dalam
masyarakat umum, lebih dikenal dengan istilah zoom.
C. Sistem Lensa
B. Badan Kamera
A. Komponen Kamera
LENSA atau kanta adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya, biasanya dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk. Alat sejenis digunakan dengan jenis lain dari radiasi elektromagnetik juga disebut lensa, misalnya, sebuah lensa gelombang mikro dapat dibuat dari "paraffin
wax". Lensa paling awal tercatat di Yunani Kuno, dengan sandiwara Aristophanes The Clouds (424 SM)
menyebutkan sebuah gelas-pembakar (sebuah lensa konveks digunakan untuk memfokuskan cahaya matahari untuk menciptakan api).
Tulisan Pliny the Elder (23-79) juga menunjukan bahwa gelas -pembakar juga dikenal Kekaisaran Roma, dan disebut juga apa yang kemungkinan adalah sebuah penggunaan pertama dari lensa pembetul: Nero juga diketahui menonton gladiator melalui sebuah emerald berbentuk-konkave (kemungkinan untuk memperbaiki myopia).
Seneca the Younger (3 SM - 65) menjelaskan efek pembesaran dari sebuah gelas bulat yang diisi oleh air. Matematikawan muslim berkebangsaan Arab Alhazen (Abu Ali al-Hasan Ibn Al-Haitham), (965-1038) menulis teori optikal pertama dan utama yang menjelaskan bahwa lensa di mata manusia
membentuk sebuah gambar di retina. Penyebaran penggunaan lensa tidak terjadi sampai penemuan kaca mata, mungkin di Italia pada 1280-an.
6
Tombol pemantik potret atau shutter dipasang di belakang lensa atau di antara lensa. Kebanyakan
kamera SLR mempunyai mekanisme pengatur waktu untuk memungkinkan mengubah-ubah lama bukaan shutter. Waktu ini ialah singkatnya pemetik potret itu membuka, sehingga memungkinkan berkas cahaya mengenai film.
Beberapa masyarakat awam menganggap kema mpuan kamera sebanding dengan besarnya nilai maksimum shutter speed yang bisa digunakan.
Bagian lain sebuah kamera, antara lain: 1. Mekanisme memutar film gulungan agar bagian-bagian film itu bergantian dapat disingkapkan pada objek 2. Mekanisme fokus yang dapat mengubah-ubah jarak antara lensa dan film, 3. Pemindai komposisi pemotretan (range finder) yang menunjukkan apa saja yang akan terpotret serta
apakah objek utama akan terfokuskan 4. lightmeter untuk membantu menetapkan kecepatan pemetik potret dan atau besarnya bukaan, agar
banyaknya cahaya yang mengenai film cukup tepat sehingga diperoleh bayangan atau gambar yang
memuaskan. Beberapa kamera, terutama jenis kamera poket biasanya tidak memiliki salah satu dari bagian -
bagian tersebut.
Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran
silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
1. KAMERA FILM Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis 35 mili meter, yang menjadi populer karena
keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, karena kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak
mencolok. Lensa kadang dapat dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36 singkapan, bahkan kadang lebih. o Jenis film
a. Pembagian film berdasarkan ukuran :
Small format (35mm) Medium format (100-120mm) Large format
Angka di atas berarti ukuran diagonal film yang digunakan. Setiap jenis ukuran film haru
menggunakan kamera yang berbeda pula.
b. Pembagian film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya :
Film hitam putih Film warna Film positif Film negative
Film daylight Film tungsten Film infra merah (sensitif terhadap panas yang
dipantulkan permukaan objek)
2. KAMERA POLAROID
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.
3. KAMERA DIGITAL
Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang menggunakan sensr CMOS) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital.
Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini harus diolah
A. Berdasarkan Media Yang Digunakan
JENIS – JENIS KAMERA
E. Bagian Lain
D. Pemantik Potret
7
menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin cetak yang daat membaca media simpan digital tersebut.
Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat diketahui hasilnya secara instan, kemudahan memindahkan hasil (transfer), dan penyuntingan warna, ketajaman, kecerahan dan
ukuran yang dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual . Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret
dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela
pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda.
Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external
memory yang menggunakan memory card. a. Komponen Kamera Digital
o Sensor kamera Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD (Charged
Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang terdiri dari jutaan piksel lebih.
Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang
ditangkap, semakin detail gambar yang dihasilkan. o Layar LCD
Layar LCD (LCD display) adalah layar kecil pada kamera digital yang bermanfaat untuk melihat seperti apa bidikan yang ditangkap oleh sensor CCD. Ha sil yang ditunjukkan pada layar
LCD lebih akurat dibandingkan hasil yang diperkirakan dalam kamera konvensional yang sering berbeda.
Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar
diambil, hal ini memudahkan untuk mengkoreksi langsung hasil foto untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
o Media Penyimpanan Salah satu komponen yang sangat berperan adalah media penyimpanan. Media ini dapat
berupa compact flash, memory stick , dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori yang dimiliki.
Kapasitas gambar pada setiap media juga ditentukan dengan kapasitas resolusi dari masing-
masing gambar yang dihasilkan. Semakin tinggi resolusi CCD, semakin besar ukuran ruang untuk menyimpan berkas yang dibutuhkan dalam media penyimpan.
b. Jenis Kamera Digital Pada dasarnya kamera digital dapat dikategorikan dalam 2 jenis. o Kamera Saku Digital
Kamera saku digital (bahasa Inggris: digital pocket camera) adalah kamera otomatis yang
menggunakan format pengambilan gambar dan penyimpanan digital dengan ukuran kecil dan ringan sehingga mudah dibawa-bawa.
Kamera saku digital pada umumnya memiliki karakter yang sama seperti kamera saku manual (yang menggunakan media film).
Sebagai kamera saku, kamera ini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti kemampuan untuk menangani pencahayaan yang lemah dan fokus atas (Close up).
Kekurangan kamera saku digital : Lamanya waktu tunda (delay) untuk merekam suatu gambar Keterbatasan penggunaan untuk mengelola obyek secara profesiona dan perlakuan artistik
tertentu. Keterbatasan asesoris pendukung seperti ketiadaan tukar pasang lensa, fiter. Fungsi yang terlalu sederhana dan monoton, walaupun untuk jenis kamera saku
kompak terbaru juga sudah memiliki fasilitas dan fungsi yang hampir sama dengan jenis kamera LSR digital.
o Kamera Digital SLR
8
c. Klasifikasi
Kamera digital dapat dibagi menjadi beberapa grup : o Kamera Video
Kamera video profesional seperti yang digunakan dalam pembuatan acara televisi dan film. Biasanya alat ini memiliki beberapa sensor gambar (satu untuk setiap warna) untuk meningkatkan resolusi dan gamut warna.
Camcorder digunakan para amatir. Ini merupakan gabungan antara kamera dan VCR untuk menciptakan unit produksi yang sudah terintegrasi. Mereka biasanya termasuk mikrofon dan LCD kecil.
o Kamera Diam
Kamera diam digital (bahasa Inggris: digital still camera)adalah kamera yang digunakan untuk menangkap gambar diam. Biasanya golongan ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok : Kamera digital kompak atau kamera saku: Ini merupakan kamera digital yang paling umum,
dan paling mudah digunakan, karena fungsinya yang serba otomatis, dengan bentuk yang
kecil dan mudah dibawa. Rata-rata kamera jenis ini, pada zaman sekarang, juga sudah dilengkapi fitur-fitur seperti kamera SLR atau prosumer, dan sudah bisa digunakan untuk zoom (jarak jauh) maupun makro (jarak dekat).
Kamera digital prosumer: Merupakan kamera digital kelas menengah dengan fungsi yang hampir menyerupai SLR, biasanya bentuknya sudah mirip SLR, namun dengan berat lebih ringan dan lebih kecil. Kamera jenis ini, lensanya tidak bisa diganti -ganti sesuai dengan kebutuhan, namun sudah dilengkapi dengan lensa tetap seperti fungsi zoom yang lebih jauh
dibanding kamera saku (sampai di atas 10x), foto makro, dll. SLR digital biasanya memiliki sensor sembilan kali lebih besar dari kamera digital standar, dan
ditujukan untuk para fotografer profesional dan pehobi serius. Lensa kamera SLR dapat
diganti-ganti sesuai keperluan. Biasanya, produsen sudah menawarkan lensa standar (lensa kit), namun berbagai jenis lensa juga dijual secara terpisah, sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial. Kamera jenis SLR masih terbagi dari dua jenis, yakni SLR untuk sekedar hobi, atau SLR untuk pemakaian profesional murni yang tentunya kualitas hasil di atas kamera
SLR hobi, tentunya tingkat harganya juga berbeda. Untuk kelas kamera SLR sendiri, menurut tingkat kualitas dan harganya juga sangat beragam. Termurah, berkisar 5-6 juta, kemudian puluhan juta, bahkan sampai ratusan juta rupiah seperti kamera merk Hasselblad.
o Webcam
Webcam adalah kamera digital yang dikoneksikan ke komputer, digunakan untuk telekonferensi video atau tujuan lain. Webcam dapat menangkap gambar video gerak-penuh, dan beberapa model termasuk mikrofon dan kemampuan zoom.
d. Konektifitas Kebanyakan digital kamera dihubungkan ke komputer melalui USB, meskipun ada beberapa
yang menggunakan firewire. e. Integrasi
Beberapa alat, seperti telepon genggam dan PDA memiliki kamera digital yang terpasang. f. Media Penyimpanan
Kamera digital menyimpan data menggunakan sebuah kartu memori. Sampai sekarang ada 43 tipe kartu memori, yang paling terkenal biasanya di kenal dengan sebutan CF (Compact Flash) dan
juga SD (Kartu Secure Digital) yang merupakan generasi lebih baru dari MMC atau MultiMediaCard. File yang tersimpan bisa bermacam tipe, bisa JPEG, GIF, TIFF, dsb. Biasanya jenis gambar yang di simpan di kamera digital dihitung berdasarkan jumlah pixel.
1. KAMERA SINGLE LENS REFLECT (SLR) Kamera ini memiliki cermin datar dengan singkap 45 derajat di belakang lensa, sehingga apa yang
terlihat oleh pemotret dalam jendela pandang adalah juga apa yang akan di tangkap pada film. Umumnya kamera ini digunakan setinggi pinggang ketika dipotretkan.
2. KAMERA INSTAN Istilah instan adalah dimilikinya mekanisme automatik pada kamera,
sehingga berdasar pengukur cahaya (lightmeter atau fotometer), lebar diafragma
dan kecepatan pemetik potret secara otomatis telah diatur.
B. Berdasarkan Mekanisme Kerja
9
Viewfinder memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi fotografi. Fotografer ahli
biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas baik dan mampu memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak.
1. KAMERA SAKU Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya
otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder) dengan lensa.
2. KAMERA TLR
Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.
3. KAMERA SLR (SINGLE LENS REFLECT) Kamera SLR (single-lens reflex) atau Kamera refleks lensa-tunggal adalah kamera yang
menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat
objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR, dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film, karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya k e
Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane. Kamera SLR menggunakan pentaprisma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke
lempengan fi lm. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai
jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung mengenai film.
Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk. Saat fotografer memencet
tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body kamera berbeda benda tergantung merek kamera,mulai dari lensa wide(sudut lebar), tele (jarak jauh),
dan lensa normal(standard 50 mm), tersedia pula lensa zoom dengan panjang lensa bervariasi . a. Komponen Kamera SLR
o Pembidik Salah satu bagian yang penting pada kamera adalah pembidik (viewfinder). Ada dua sistem
bidikan, yaitu : Jendela bidik yang terpisah dari lensa (Viewfinder type) Bidikan lewat lensa (Reflex type).
Kamera SLR, sesuai dengan namanya (Single Lens Reflex), menggunakan sistem bidikan jenis
kedua. Mata fotografer melihat subjek melalui lensa, sehingga tidak terjadi parallax, yaitu keadaan dimana fotografer tidak melihat secara akurat indikasi keberadaan subjek melalui lensa sehingga ada bagian yang hilang ketika foto dicetak. Keadaan parallax ini pada dasarnya ter jadi
pada pemotretan sangat close up dengan menggunakan kamera viewfinder. o Jendela Bidik
Jendela bidik merupakan sebuah kaca yang di dalamnya tercantum banyak informasi dalam pemotretan. Jendela bidik memuat penemu jarak (range-finder), pilihan diafragma, shutter
speed, dan pencahayaan (exposure). o Lensa
Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memokuskan cahaya hingga mampu membakar
medium penangkap (fi lm). Di bagian luar lensa biasanya terdapat tiga cincin, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus. Macam-Macam Lensa
Lensa Standar
Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.
Lensa Sudut Lebar (Wide Angle Lens) Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam
C. Berdasarkan Teknologi Viewfinder
10
ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17
mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm. Lensa Fish Eye
Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm.
Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung. Lensa Tele
Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele
adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
Lensa Zoom Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa tidak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang
cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
Lensa Makro Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil. Lensa khusus untuk
menangkap detail maksimal dari suatu objek. Banyak digunakan untuk foto-foto produk dan sains.
Perspective Correction Lens
Sering juga disebut lensa arsitektur. Lensa ini memperbaiki efek perspektif yang selalu terjadi jika memotret benda tiga dimensi dalam jarak relatif dekat.
Lensa Lambat Digunakan untuk mengimbangi setting kecepataan bukaan rana sangat rendah di badan
kamera. Lensa Cepat
Digunakan untuk mengimbangi setting kecepatan bukaan rana sangat tinggi di badan kamera.
o Focus Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa, sehingga gambar yang
dihasilkan tidak berbayang.
o Kecepatan Rana Dalam istilah fotografi , Kecepatan rana atau
Shutter Speed adalah ukuran kecepatan rana membakar medium penangkap cahaya (lebih umum disebut fi lm
atau sensor digital). Kecepatan rana (shutter speed) artinya penutup (to shut = menutup). Pada waktu kita menekan tombol untuk memotret, terjadi pembukaan lensa sehingga cahaya masuk dan mengenai film.
Pekerjaan shutter adalah membuka dan kemudian menutup lagi.
Kecepatan rana adalah kecepatan shutter
membuka dan menutup kembali. Shutter speed dapat kita atur. Jika kita memilih 1/100, maka ia akan membuka selama 1/100 detik.
Skala shutter speed bervariasi. Ada yang B, 1, ½, ¼, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dst. Mulai dari ½ sampai 1/1000 biasanya hanya disebut angka -angka dibawah
saja. Artinya 100 = 1/100 dan 2 artinya ½ detik. Namun jika angka 2 itu berwarna, maka artinya adalah 2 detik.
Sedangkan B artinya Bulb, yaitu jika tombol ditekan maka shutter membuka, dan
ketika tombol dilepaskan maka shutter menutup. Yang perlu diingat adalah, semaki n lama kecepatan shutter, jumlah
cahaya yang masuk akan semakin banyak. Semakin besar angkanya, maka kecepatan shutter akan semakin tinggi(shutter akan semakin cepat
membuka dan menutup).
Foto dari jalan yang gelap pada malam
hari (dengan kecepatan rana 20 detik)
11
Speed Cepat Speed c epat kita gunakan untuk memotret benda yang bergerak. Semakin cepat pergerakan benda tersebut, maka semakin besar angka speed shutter yang kita butuhkan.
Speed Lambat
Jika benda yang bergerak cepat dipotret dengan speed shutter rendah, maka hasilnya ialah gambar akan tampak kabur, seakan-akan disapu, namun latar belakangnya jelas. Efek ini terkadang bagus dan menimbulkan sense of motion dari benda yang dipotret.
Cara lain adalah dengan menggerakkan kamera ke arah gerak objek (panning) bertepatan dengan melepas tombol. Hasil gambarnya ialah latar belakang kabur, tetapi gambar subjek jelas. Seberapa jelas atau kaburnya subjek tergantung pada cepat atau lambatnya gerakan panning. Jika gerakannya bersama-sama dengan gerakan subjek, maka gambar yang dihasilkan jelas.
Sebaliknya jika kamera lebih cepat atau lebi h lambat dari gerakan subjek, maka hasilnya akan blur (kabur). Penomoran
Umumnya Kec epatan rana terdiri dari urutan angka 8000, 4000, 2000, 1000, 500, 250, 125,
60, 30, 15, 8, 4, 2, dan 1. Angka i ni merupakan angka kebalikan dari lama pajanan dalam detik. Misalnya angka 30 berarti 1/30 detik, dan seterusnya. Untuk kec epatan rana lebih lama dari 1 detik menggunakan tanda ". Sementara kecepatan
rana bebas sesuai dengan pemencetan tombol rana oleh fotografer diberi tanda B(Bulb). Namun angka tersebut tidaklah mutlak. Banyak produsen kamera menggunakan kecepatan rana yang hanya mendekati angka tersebut.
Pengaruh Perbedaan Kecepatan Rana
Kecepatan rana mempengaruhi eksposur cahaya yang membakar film. Semakin cepat pembukaan rana, semakin sedikit cahaya membakar medium, dan sebaliknya. Hal ini akan mempengaruhi pajanan.
o Diafragma Diafragma atau aperture (atau sering disebut bukaan) berfungsi untuk mengatur jumlah volume cahaya yang masuk. Alat ini biasanya terdapat di belakang lensa. Terdiri dari 5 -8 lempengan logam yang tersusun dan dapat membuka lebih lebar atau lebih sempit.
Diafragma pada lensa Bukaan Diafragma
Penulisan angka diafragma biasanya adalah f/2, f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, dan f/16, dst. Semakin kecil angka diafragma, maka bukaan yang dihasilkan akan semakin lebar sehingga cahaya yang masuk semakin banyak. Bukaan Besar
Bukaan diafragma yang besar digunakan untuk menghasilkan foto dengan subjek yang tajam dengan latar belakang blur
Bukaan Kecil Bukaan kecil akan menghasilkan gambar yang tajam mulai dari foreground hingga
background. Bukaan kecil biasanya digunakan dalam pemotertan landscape yang memang membutuhkan detail dan ketajaman di selurh bagian foto.
b. Depth Of Field (Kedalaman Ruang)
Depth of field adalah : istilah khusus di dalam fotografi untuk menunjukkan ruangan tertentu di dalam foto yang
mendapatkan perhatian khusus oleh mata karena adanya perbedaan ketajaman (fokus).
Jumlah jarak antara subjek yang paling dekat dan yang paling jauh yang dapat muncul di fokus tajam sebuah foto. Misalnya, jika kita memotret pohon-pohon yang berdiri bersaf-saf, maka yang akan tampak pada foto yang telah dicetak adalah beberapa pohon di depan tampak
jelas kemudian makin ke belakang makin kabur.
Depth of field sangat tergantung pada : o Diafragma. Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan diafragma. Contoh:
jika diafragma dinaikkan 2 stop dari f/8 ke f/16, maka lebar ruang tajam akan
12
menjadi 2x lebar semula. Semakin kecil bukaan diafragma, semakin besar depth of field yang dihasilkan. Bukaan penuh akan menghasilkan depth of field yang sangat dangkal.
o Jarak fokus lensa (focal length). Lebar ruang tajam berbanding terbalik dari kuadrat panjang fokus. Dengan kata lain, lebar ruang tajam akan menjadi 4x lebar semula jika kita mengubah
lensa dari 100mm ke 50mm (panjang fokus lensa setengah dari semula). Semakin panjang focal length, semakin sempit depth of field. Maka dari itu, lensa wide angle memiliki depth of field yang sangat besar.
o Jarak pemotretan. Lebar ruang tajam berbanding lurus dengan kuadrat jarak objek. Jika kita mengubah jarak antara kamera dengan objek sebesar 3x (lebih jauh - dengan menggeser kamera mundur dari posisi semula) maka lebar ruang tajam akan menjadi 9x lebar semula. Semakin dekat jaraknya, semakin sempit depth of field yang dihasilkan
Fungsi depth of field adalah untuk mengaburkan latar belakang jika latar tersebut tidak sesuai dengan subjeknya.
c. Pencahayaan
Pencahayaan atau exposure adalah kuantitas cahaya yang diperbolehkan masuk; intensitas (diatur oleh bukaan lensa) dan durasi (diatur oleh shutter speed) cahaya yang masuk dan mengenai film.
Film dengan ASA tinggi, memerlukan sedikit cahaya untuk menghasilkan gambar yang jelas. Sebaliknya, film dengan ASA rendah memerlukan banyak cahaya uantuk menghasilkan gambar yang jelas.
Exposure diukur oleh alat yang disebut l ight-meter. Jika light-meter menunjukkan kekurangan
cahaya, maka kita bisa memperkecil bukaan diafragma atau memperlambat shutter speed. Sebaliknya, jika light-meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar bukaan diafragma atau mempercepat shutter speed.
o Overexposure Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu banyak. Gambar yang dihasilkan akan terlalu terang.
o Underexposure
Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu sedikit. Keadaan ini menghasilkan gambar yang gelap.
d. Perkembangan Kamera SLR
Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) Pada prinsipnya, kamera SLR dan DSLR memiliki cara kerja dan komponen yang sama. Yang
memmbedakan adalah penggunaan film. Kamera SLR menggunakan film
sebagai medium penangkap, sedangkan kamera DSLR tidak lagi menggunakan film. Sebagai gantinya, kamera DSLR menggunakan CCD atau CMOS.
Resolusi terendah kamera DSLR adalah 5.1 megapiksel.
Fotografi digit al, sebagai lawan dari fotografi film, adalah proses fotografi yang menggunakan media
perekaman digital. Fotografi digital, berbeda dengan fotografi film yang menggunakan media film sebagai media
penerima gambar, menggunakan sensor elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk disimpan dalam data biner. Hal ini memotong banyak alur pengolahan gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan memungkinkan penggunanya untuk melihat dan menghapus foto langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa disadari lebih awal.
Tidak ada yang lebih baik antara kamera digital dan film, karena pada awalnya karakteristik keduanya berbeda. Beberapa fotografer memilih menggunakan kamera digital karena kepraktisan dan keluwesannya. Sementara beberapa yang lain memilih tetap menggunakan kamera film atas pertimbangan kualitas.
Namun batas ini semakin kabur seiring perbaikan kualitas ya ng dialami sensor digital, di lain sisi perkembangan ini menyebabkan terlalu banyak fasilitas yang ditambahkan kepada kamera digital sehingga sisi kepraktisannya tidak jauh berbeda dengan kamera film. Perkembangan teknologi menyebabkan kamera digital diimplementasi ke banyak peralatan lain, misalnya telepon seluler.
FOTOGRAFI DIGITAL
13
Pada prinsipnya sama dengan definisi ‘fotografi’, yaitu seni melukis dengan cahaya;
Perbedaan terbesar terletak pada perangkat yang digunakan dan teknis pengambilan gambarnya; Fotografi analog, menggunakan kamera analog (sensor kimiawi berupa roll fi lm); Fotografi digital , menggunakan kamera digital (sensor elektronik, CCD/CMOS); Output fotografi digital, berupa data biner. Sehingga foto bisa dibawa /dikirimkan kemana saja dalam
jumlah yang besar, dan dapat dimodifikasi sesuka hati.
o Latar Belakang Kemunculan Fotografi Digital Tuntutan untuk menyampaikan foto dari suatu peristiwa yang terjadi di belahan dunia manapun,
secepat mungkin; Kesulitan yang dihadapi oleh para jurnalis surat kabar untuk menyampaikan foto dari kejadian
perang di Vietnam, kepada redaksi surat kabar di Amerika Serikat / Eropa.
o Sejarah Perkembangan Fotografi Digital
“Kamera digital pertama, ditemukan oleh Steven Sasson pada tahun 1975.”
Menggunakan sensor CCD Menghasilkan foto hitam putih dengan resolusi
0,1 Megapixel (320 x 240 Pixel) Media penyimpanan berupa kaset tape Berat 3, 6 kg Waktu yang diperlukan untuk memproses satu
buah foto, 23 detik Foto ditampilkan dalam sebuah layar televisi.
Foto yang dihasilkan masih hitam putih Menggunakan Video Floppy (VF) Disk
Kamera digital pertama yang dipasarkan untuk publik
Foto yang dihasilkan masih hitam putih Foto yang dihasilkan sudah layak untuk
keperluan surat kabar
KODAK DCS-100 (AWAL 90AN) Model Umum untuk kamera digital masa kini Resolusi gambar 1, 3 Megapixel
Format gambar yang digunakan adalah JPEG
REVOLUSI KAMERA DIGITAL (TAHUN 90AN)
Menggunakan media penyimpanan data
eksternal berkapasitas besar, seperti SD Card / MMC
Mempunyai kemampuan untuk merekam
gambar, suara dan video Resolusi mencapai puluhan Megapixel Diproduksi secara massal, sehingga harganya
semakin murah
Munculnya DSLR Kamera digital diintegrasikan ke berbagai
perangkat lain
o Definisi Kamera Digital Alat yang digunakan untuk mengkonversi sebuah citra, baik diam maupun bergerak,
kedalam rangkaian kode biner (data) untuk kemudian disimpan didalam media penyimpanan data digital seperti harddisk, DVD atau flash memory ;
Macam-macam kamera digital: Video Camcorder, webcam, CCTV, dan Digital Still Camera;
C. Kamera Digit al
B. Latar Belakang & Sejarah Perkembangan Fotografi Digit al
A. Definisi Fotografi Digital
14
Jenis yang termasuk kedalam pembahasan fotografi: Digital Still Camera. o Jenis-Jenis Kamera Digital
1
COMPACT DIGITAL CAMERA (DIGICAM)
Menekankan pada aspek kemudahan Teknis pengambilan gambar, sebagian besarnya
dilakukan secara otomatis oleh sistem kamera digital
Menggunakan format gambar JPEG, sehingga menghasilkan file gambar dengan tingkat
kompresi tertinggi (ukuran file kecil)
2 BRIDGE CAMERA
Kemampuannya mirip DSLR Mudah dioperasikan seperti Digital Compact
Camera
Format gambar: JPEG, RAW, TIFF Hasil foto layaknya profesional
3
DIGITAL SINGLE-LENS REFLEX CAMERA (DSL R)
Dapat dioperasikan secara manual, maupun otomatis
Lensa dapat diganti
Amat mementingkan kualitas dan detil foto Resolusi gambarnya tinggi Digunakan para profesional (jurnalis, fotografer
komersil dll)
4 PROFESSIONAL MODULAR DIGITAL CAMERA
SYSTEM
Digunakan untuk keperluan komersil
Media penyimpanannya berupa harddisk komputer
Resolusi bisa mencapai 39 Megapixel Harga satu paketnya bisa mencapai US$40.000
o Teknis Fotografi Digital
1
Lensa kamera menangkap citra suatu obyek
Cahaya masuk melalui lensa, diterima oleh sensor
CCD/CMOS Sensor menganalisis tingkat kecerahan / intensitas
cahaya, dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal listrik
Sinyal listrik diolah menjadi data biner oleh chip prosesor
Gambar muncul di viewfinder
2
Tombol rana ditekan
Data-data biner yang berupa gambar, tersusun dari pixel yang jumlahnya bisa mencapai jutaan
Pixel adalah satuan terkecil yang menyusun tampilan gambar pada layar sebuah perangkat elektronik
3
Proses Penindakan L ebih Lanjut
(Advanced Process)
Mencetak di printer Mentransfer foto ke komputer
Mengedit foto dengan memakai program komputer
Mentransfer foto ke perangkat lain (Handphone,
MP3 Player dll) Mengirimkan foto ke Internet
KEUNTUNGAN
Efektifitas Biaya
Fotografi digital menggunakan media penyimpanan data digital seperti MMC/SD CARD, sehingga dapat dipakai berkali -kali tanpa perlu diganti sekalipun
Harga kamera digital semakin terjangkau
D. Keuntungan & Kerugian Dari Pemanfaatan Teknologi Fotografi Digital
15
Kepraktisan Kamera Digital
Persoalan teknis telah ditangani oleh kamera digital, sehingga
kita cukup memfokuskan pemi kiran kepada seni artistik foto Bisa mengambil foto dari suatu obyek berkali -kali, dan memilih
yang paling baik untuk digunakan
Fleksibilitas
Foto dapat segera diedit dan dimanipulasi sesuka hati
Foto dapat dibawa atau dikirimkan kemana saja dalam jumlah yang banyak
KERUGIAN
Ilmu Fotografi Murni tidak banyak dipelajari lagi
Karena mudahnya fotografi digital, orang jadi malas untuk mempelajari seni dan konsep fotografi murni
Perekayasaan foto
Foto dapat dengan mudah direkayasa oleh program komputer
untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti propaganda atau penipuan
Resiko Kerusakan Dat a
Foto digital adalah data yang mempunyai struktur yang dapat mengalami kerusakan
Walaupun kerusakan struktur datanya kecil, tapi bisa
mempengaruhi kualitas foto secara keseluruhan
o Pengintegrasian Kamera Digital
Kamera digital telah diintegrasikan ke berbagai perangkat elektronik, terutama telepon seluler (handphone), konsol videogame, laptop dll.
o Pelacakan tempat pengambilan gambar Kamera-kamera digital, atau handphone berkamera jenis tertentu, telah memiliki fitur GPS (Global
Positioning System) yang terintegrasi ;
Dengan perangkat lunak semacam Google Earth, koordinat posisi yang tersimpan di metadata foto digital, bisa dianalisis untuk ditampilkan citra satelitnya, lengkap dengan keterangan mengenai lokasi pengambilan foto.
o Model 3 Dimensi
Dengan bantuan komputer, kumpulan foto suatu obyek yang diambil dari berbagai sudut bisa dianalisis untuk dibuat model 3 dimensinya;
Microsoft masih mengembangkan software khusus yang bisa melakukannya, yakni Microsoft Photosynth.
Beberapa istilah fotografi akan membingungkan bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu
istilah yang sudah berlaku umum tetap dipertahankan.
35mm adalah format fi lm kecil dengan ukuran bagian sensitif cahaya 24x36 mm untuk setiap
pengambilan, walaupun beberapa kamera memiliki kemampuan untuk membaginya dua untuk keperluan
efisiensi. 35mm biasanya dikemas dalam selongsong tabung kecil, umumnya untuk 24 dan 36 kali
pengambilan gambar. Kualitasnya tidak setara dengan fi lm format menengah (medium format) dan format lebar (large format), tetapi sangat praktis.
Film keluar dari tabung lewat lubang kedap cahaya - lubang berbentuk garis kecil dengan kain penyerap cahaya warna hitam. Tetapi tentu saja dibuat film dalam jumlah banyak (bulk) dan kemudian digulung sendiri dalam tabung pakai ulang. Hasilnya
A. 35 MM
ISTILAH FOTOGRAFI
E. Perkembangan Terkini Dari Penerapan Teknologi Fotografi Digital
16
adalah rol film bisa lebih panjang dan lebih hemat.
o Sejarah Film format 35mm berawal dari film bergerak yang dipakai pertama kali akhir tahun 1800 -an dan awal 1900-an dan masih dipakai sampai sekarang. Tapi format 35mm untuk foto sebenarnya berawal tahun 1934, saat peluncuran kamera buatan Jerman Kodak Retina I tipe 117.
Tabung kamera atau populer dengan istilah daylight loading, adalah inovasi teknologi yang sangat populer, yang berarti kita tidak harus mengganti film di kamar gelap atau kantong kedap cahaya lagi.
o Istilah 135 135 adalah istilah yang dgunakan Kodak untuk film yang diperuntukkan bagi kamera dengan sistem 35mm. Sistem kamera 35mm adalah yang paling banyak digunakan dan dikenal saat ini. Pada
pembungkus film biasanya kita temukan label seperti: 135-36 yang artinya fi lm tersebut adalah untuk kamera sistem 35mm dan bisa digunakan untuk mengambil 36 gambar.
Selongsong film format 35mm yang dibuka Pita film 35mm
Proses developing film negatif Bentuk luar film 135 mm
Autofocus merupakan Sistem pada kamera atau lensa, atau kombinasi kamera dan lensa yang
mana ketepatan fokusnya ditentukan oleh alat elektronik dan motor. Kamera komersil pertama dengan fasilitas autofocus adalah kamera kompak merek Konica C35
AF yang diperkenalkan di tahun 1978. Sedangkan kamera SLR dengan autofocus TTL yang pertama adalah Pentax ME-F yang dikeluarkan di tahun 1980, namun kamera ini hanya mendukung autofocus pada lensa zoom AF tertentu saja. Saat ini hampir semua produsen kamera dan lensa memproduksi sistem kamera yang dilengkapi dengan lensa autofocus.
Peranti muatan-berpasangan (bahasa Inggris : charge-coupled device atau CCD) adalah sebuah
sensor untuk merekam gambar, terdiri dari sirkuit terintegrasi berisi larikan kondensator yang berhubungan, atau berpasangan. Di bawah kendali sirkuit luar, setiap kondensator dapat menyalurkan
muatan listriknya ke tetanggannya. CCD digunakan dalam fotografi digital dan astronomi (terutama dalam fotometri) , optikal dan spektroskopi UV dan teknik kecepatan tinggi seperti penggambaran untung.
o Operasi Ketika sebuah foton membentur atom, ini dapat mengangkat sebuah elektron ke tingkat energi
yang lebih tinggi, atau dalam beberapa kasus, melepaskan elektron dari atom. Ketika cahaya menimpa
permukaan CCD, ini membebaskan beberapa elektron untuk bergerak dan berkumpul di kondensator. Elektron tersebut digeser sepanjang CCD oleh pulsa -pulsa elektronik dan dihitung oleh sebuah sirkuit yang menga mbil elektron dari setiap piksel kedalam sebuah kondensator lalu mengukur dan
menguatkan tegangan yang membentanginya, lalu mengosongkan kondensator. Ini memberikan sebuah citraan hitam-putih yang efektif dengan mengukur seberapa banyak cahaya yang jatuh disetiap piksel.
CCD yang memiliki baris tunggal dapat digunakan sebagai saluran tunda.
Sebuah tegangan analog dikenakan pada kondensator pertama dalam larikan, dan perintah yang berselang tetap diberikan kepada setiap kondensator untuk memindahkan muatannya ke tetangganya. Dengan demikian seluruh larikan digeser
C. CCD
B. Autofocus
17
setiap satu lokasi. Setelah sebuah tundaan yang setara dengan jumlah kondensator dikalikan interval geser, muatan yang mencerminkan sinyal masukan tiba di kondensator terakhir di larikan, dimana muatan ini dikuatkan untuk menjadi sinyal keluaran. Proses ini terus berlanjut, menciptakan sebuah sinyal di keluaran yang merupakan versi tertunda dari masukan, dengan beberapa cacat dikarenakan
frekuensi pencuplikan. Sebuah CCD yang digunakan untuk hal ini juga dikenal dengan saluran tunda regu-ember. Penggunaan CCD dalam hal ini sering digantikan dengan saluran tunda digital.
CCD dengan beberapa baris piksel menggeser muatannya secara vertikal menuju ke baris
terbawah, dan hanya baris terbawah yang dibaca keluarannya secara konvensional. Kecepatan dari sirkuit pengukur harus cukup cepat untuk menghitung semua baris bawah, lalu menggeser baris tersebut kebawah dan mengulanginya untuk setiap baris ya ng lain, hingga seluruh baris terbaca. Di kamera video, seluruh proses ini membutuhkan kira -kira 40 kali setiap detik.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketika foton mengakibatkan bumn membebaskan elektron, sirkuit dalam CCD dapat menghalangi cahaya untuk masuk, gelombang yang lebih panjang dapat menembus kedalam CCD tanpa berinteraksi dengan atom-atom, beberapa gelombang yang lebih pendek dapat memantul di permukaan, dan lain sebagainya. Mengetahui berapa banyak foton yang
jatuh ke permukaan fotoreaktif akan membebaskan elektron adalah ukuran akurat sensitivitas CCD. Hal ini disebut dengan efisiensi kuantum dan dinyatakan dalam persentase.
o Penggunaan CCD yang memiliki beberapa piksel digunakan di kamera digital, pemindai gambar, dan kamera
video sebagai peranti pengindera cahaya. CCD biasanya merespon 70% cahaya (sama dengan efisiensi
kuantum sebesar 70%) membuatnya lebih efisien daripada film fotografi, yang hanya menangkap kira -kira 2% cahaya. Sebagai hasilnya, CCD dengan cepat menjadi pilihan bagi para astronom. which captures only about 2% of the incident l ight. Sebuah citra diarahkan ke larikan kondensator oleh lensa, menyebabkan setiap kondensator untuk menampung muatan listrik sesuai dengan intensitas bahaya
pada tempat tersebut. Sebuah larikan satu dimensi, yang digunakan di kamera pindai -garis, menangkap potongan tunggal dari gambar, secangkan larikan dua dimensi, yang digunakan di kamera dan kamera video, menangkap seluruh gambar atau sebagian persegi darinya. Setelah larikan dipaparkan kepada gambar, sebuah sirkuit kontrol menyebabkan setiap kondensator untuk memindahkan muatannya ke
tetangganya. Kondensator terakhir dalam larikan membuang muatannya kedalam sebuah penguat yang mengubah muatan menjadi tegangan listrik. Dengan mengulangi proses ini, sirkuit kontrol mengubah seluruh isi larikan menjadi tegangan yang bervariasi, yang disimpan di memori. Gambar ya ng tersimpan
dipindahkan ke pencetak, peranti penyimpan, atau penampil gambar. CCD juga digunakan secara luas sebagai sensor untuk teleskop, dan peranti penglihatan malam. Sebuah penggunaan menarik dalam astronomi adalah penggunaan CCD untuk membuat sebuah teleskop tetap, berperilaku seperti teleskop penjejak dan mengikuti pergerakan langit. Muatan di CCD dipindah dan dibaca paralel dengan
pergerakan langit dan dengan kecepatan yang sama. Dengan cara ini, teleskop dapat mengambil gambar langit yang lebih luar daripada bidang pandang normal. CCD biasanya sensitif terhadap cahaya inframerah, yang memungkinkan fotografi inframerah, peranti penglihatan malam, dan perekaman video tanpa pencahayaan (atau nyaris tanpa cahaya). Karena sensitivitasnya terhadap inframerah, CCD
yang digunakan di astronomi biasanya didinginkan dengan nitrogen cair, dikarenakan radiasi benda hitam inframerah dikeluarkan oleh sumber berpui ruangan. Satu lagi konsekuensi dari sensitivitasnya terhadap inframeral adalah inframerah dari remote control sering terlihat di kamera CCD, jika tidak
dilengkapi dengan filter inframerah. Pendinginan juga mengurangi arus gelap larikan, meningkatkan sensitivitas pada cahaya intensitas lemah, bahkan untuk ultraviolet dan gelombang terlihat.
Desah bahang, arus gelap, dan sinar kosmik dapat mengubah piksel di larikan CCD. Untuk menghindari diek ini, astronom mengambil pengungkapan dengan shutter tertutup. Bingkai gelap ini
lalu dikurangkan dari gambar asli untuk membuang efek desah bahang.
o Kamera Warna
Kamera digital biasanya menggunakan tapis Bayer sebelum CCD. Setiap persegi dari empat piksel ditapis merah, biru dan dua hijau (mata manusia kecil sensitif terhadap hijau). Sebagai hasilnya informasi diambil disetiap piksel, tetapi piksel warna memiliki resolusi yang lebih rendah daripada piksel sebenarnya. Pemisahan warna yang lebih baik dapat dicapai dengan tiga peranti CCD dan sebuah prisma
dikroik pemisah warna, ini memisahkan gambar menjadi komponen merah, hijau, dan biru (RGB). Setiap CCD disusun sedemikian pura sehingga merespon warna tertentu. Beberapa perekam video semiprofesional dan semua perekam video profesional
menggunakan teknik ini. Sejak sensor CCD beresolusi tinggi panitau mahal, bahkan seorang fotografer profesional sulit menjangkau kamera 3CCD beresolusi tinggi. Ada
18
beberapa kamera yang menggunakan filter warna berputar untuk mencapai kejernihan warna dan resolusi tinggi dengan harga yang relatif rendah. Kamera jenis ini sangat jarang dan hanya dapat digunakan untuk memotret obyek diam.
o Teknologi Saingan Belakangan ini telah menjadi lebih mudah untuk menciptakan sensor gambar dari semikonduktor
yang menggunakan teknologi CMOS. Karena ini merupakan teknologi dominan untuk seluruh
pembuatan chip, sensor gambar CMOS murah untuk dibuat dan sirkuit pengkondisian signal dapat dimasukkan ke dalam alat yang sama. Keuntungan yang terakhir tersebut menolong mengurangi kelemahannya terhadap desah, yang masih merupakan problem. Sensor CMOS juga memiliki keuntungan pengkonsumsian daya yang lebih rendah dari CCD.
Pajanan (atau lebih populer dalam istilah Bahasa Inggris exposure) adalah istilah dalam fotografi
yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses pengambilan foto.
Untuk membantu fotografer mendapat setting paling tepat untuk pa janan, digunakan lightmeter.
Lightmeter, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Sehingga didapat pajanan normal.
o Hal-hal yang mempengaruhi pajanan : Pajanan dipengaruhi oleh tujuh hal, yaitu : 1. Jenis dan intensitas sumber cahaya
2. Respon benda terhadap cahaya 3. Jarak kamera dengan benda 4. Shutter speed.
5. Bukaan.
6. Ukuran ISO/ASA fi lm yang digunakan.
7. Penggunaan filter tertentu.
o Pengaruh Tingkat Pajanan Tingkat pajanan akan mempengaruhi tingkat keterangan foto secara keseluruhan. Selain itu, respon tiap benda di dalam satu karya fotografi akan berbeda, sehingga dengan pengolahan yang tepat fotografer
bisa mengatur emphasis yang dihasilkan.
o Pajanan Tidak Normal Ada dua jenis pajanan tidak normal yang sering ditemui di dalam karya fotografi, yaitu over eksposure
dan under exposure. Overexposure adalah keadaan foto yang dipajan lebih lama dari yang diinstruksikan lightmeter atau subjek yang ditangkap lebih terang dari sebenarnya. Sementara under exposure adalah keadaan sebaliknya. Tidak ada ukuran benar atau salah untuk penentuan pajanan. Seluruhnya tergantung tingkat
emphasis dan hasil foto yang diinginkan fotografer.
o Nilai Pajanan
Seperti kita ketahui bahwa cahaya luar akan diteruskan oleh lensa menuju ke atas focal plane. Dalam perjalanannya, cahaya tersebut melewati rintangan-rintangan optik sepanjang jajaran lensa dan sebagian darinya akan diredam (karena tidak mempunyai amplitudo/intensitas yang cukup siknifikan), atau terpantul oleh permukaan tiap-tiap jajaran lensa hingga mempengaruhi akurasi warna pada hasil
foto akhir, menimbulkan efek flare atau ghosting artifact/motion blur; sebagai akibat dari sifat lensa yang meneruskan, membiaskan, meredam, memantulkan cahaya.
Ini berarti bahwa, walaupun lensa-lensa komersial telah ditera berdasarkan standar CCI (Colour Contribution Index) yang ditetapkan oleh IOS (International Organization for Standardization),
penggunaan bahan gelas/kaca yang berbeda untuk tiap-tiap lensa beserta jenis coating yang dipakai akan berpengaruh pada lebar spektrum dan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan focal plane.
Pada sekitar tahun 1950, konsep mengenai en:exposure value dikembangkan di Jerman untuk
menyederhanakan pengukuran cahaya yang jatuh ke atas focal plane dengan menghilangkan parameter lensa untuk mendefinisikan nilai pajanan yang absolut menjadi relatif.
Nilai pajanan absolut menurut standar fotometri didefinisikan sebagai daya pendar (bukan intensitas) cahaya yang terjadi di atas focal plane pada rentang waktu
tertentu, dirumus :
D. Eksposur / Pajanan
19
di mana : H adalah nilai pajanan/luminous exposure (lux detik) E adalah tingkat iluminasi pada focal plane (lux) t adalah rentang waktu iluminasi (detik)
Nilai pajanan relatif yang lebih sering dipakai dalam fotografi didefinisikan dari parameter kamera yang berpengaruh terhadap tingkat iluminasi pada focal plane, yaitu en:aperture dan en:shutter speed. Rumus yang digunakan adalah:
di mana: EV adalah nilai pajanan (stop) N adalah nilai aperture (f-number) t adalah nilai shutter speed/rentang waktu iluminasi (detik)
Nilai pajanan serupa menurut proposal standar sistem APEX (Additive system of Photographic Exposure) dari ASA (American Standards Association) adalah penyederhanaan formulasi logaritmik di atas menjadi aritmatik :
di mana: Av (nilai aperture) and Tv (nilai rentang waktu iluminasi) didefinisikan :
Av = log2 A2
Dan
Tv = log2
Dengan A adalah nilai aperture (f-number) T adalah rentang waktu iluminasi/shutter speed (detik) Ev adalah nilai pajanan (stop)
Av adalah nilai f-stop (stop) Tv adalah nilai shutter-stop (stop)
Nilai pajanan yang menunjukkan tingkat iluminasi, baik absolut maupun relatif, tidak mewakili
tingkat visibilitas pada akhir foto, sehingga pada kamera biasanya dilengkapi dengan exposure meter indicator yang berfungsi sebagai panduan untuk menentukan mid-tone pada setiap ISO setting dari tiap-tiap area metering, misalnya: spot, matriks, dll.
o Exposure Bracketing Definisi f-stop sesuai rumus di atas adalah nilai l ogaritmik dari f-number namun sering kita jumpai
penyebutan f-stop dengan penggunaan nilai f-number, yang lebih populer daripada penyebutan shutter stop dengan penggunaan nilai shutter speed. Penyebutan f-stop tersebut dimaksudkan untuk teknik exposure bracketing dengan f-number yang disebutkan dan nilai shutter divariasi pada area mid-tone untuk menghasilkan nilai pajanan relatif misalnya -4ev, -2ev, 0ev, +2ev, +4ev. Penggunaan bracketing
semacam ini populer pada fotografi HDR untuk menghindari ghosting ar tifact akibat perbedaan DOF (depth of field) dari beberapa nilai f-number.
Exposure bracketing juga dapat dilakukan dengan menaikkan shutter 1 stop dan menurunkan f -
number 1 stop untuk mendapatkan nilai pajanan yang sama. Hasil foto untuk bracketing semaca m ini dapat menimbulkan motion blur akibat perbedaan penggunaan shutter speed, seperti tampak pada gambar di samping.
o Pajananan Sebagai Tingkat Visibiltas Tingkat i luminasi yang terjadi di atas focal plane, walaupun bernilai sama, dapat menghasilkan
foto dengan efek pencahayaan yang berbeda-beda menurut ISO rating yang digunakan. Dalam bahasa Inggris, pajanan semacam ini tidak disebut sebagai exposure, melainkan sebagai imposure atau dynamic
range atau light value atau brightness value atau level of expos ure. Keadaan tingkat visibilitas rendah disebut under-imposed, yang dapat terjadi karena over-exposed atau under-exposed.
Film (cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara
E. Film
20
kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.
Foto adalah gambar diam, yang dihasilkan oleh kamera yang merekam suatu obyek atau kejadian
atau keadaan pada suatu waktu tertentu. Kegiatan yang berhubungan dengan foto diistilahkan dengan fotografi .
Fotografer atau juru foto (Bahasa Inggris: photographer) adalah orang-orang yang membuat
gambar dengan cara menangkap cahaya dari subyek gambar dengan kamera maupun peralatan fotografi
lainnya, dan umumnya memikirkan seni dan teknik untuk menghasilkan foto yang lebih bagus serta berusaha mengembangkan ilmunya. Banyak fotografer yang menggunakan kamera dan alatnya sebagai pekerjaan untuk mencari penghasilan.
Pada bidang statistik, histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang diga mbarkan
dengan grafis batangan sebagai manifestasi data binning. Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan (en:adjacent) dengan interval yang tidak
tumpang tindih (en:non-overlapping). Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Pertama kali digunakan oleh Karl
Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori. dan merupakan salah satu dari 7
basic tools of quality control yaitu Pareto chart, check sheet, control chart, cause-and-effect diagram, flowchart, dan scatter diagram. Laman lain yang menjelaskan konsep histogram termasuk konstruksi , model diagram dan perubahannya.
o Definisi Matematis
Histogram adalah pemetaan frekuensi bilangan dari deret observasi berdasarkan rumus :
Dimana :
n adalah jumlah bilangan yang ditemukan pada masing-masing deret bin i adalah observasi pada deret bin k adalah total number of bin m adalah bin dan rumus padanan untuk histogram kumulatif :
H. Histogram
G. Fotografer
F. Foto
Foto bewarna pertama tahun 1872 yang
diambil oleh Louis Ducos du Hauron dari
Perancis.
21
o Definisi Fotografis
Histogram adalah representasi grafis untuk distribusi warna dari citra digital. Sumbu ordinat vertikal merupakan representasi piksel dengan nilai tonal dari tiap-tiap deret bin pada sumbu axis
horizontalnya. Sumbu axis terdiri dari deret logaritmik bin densitometry yang membentuk rentang luminasi atau exposure range yang mendekati respon spectral sensitiv ity visual mata manusia. Deret bin pada density yang terpadat mempunyai interval yang relatif sa ngat linear dengan variabel mid-tone
terletak tepat di tengahnya. Pada histogram fotografis, grafis batang tidak mempunyai luasan yang menunjukkan jumlah
piksel pada tiap bin. Grafis batang menjadi grafis garis vertikal yang mewakili seluruh jumlah piksel pada deret bin luminasi tersebut. Sebagai contoh, sebuah foto ukuran 4288x2848 piksel yang mempunyai 1
tone akan mempunyai histogram dengan 1 garis lurus vertikal pada nilai bin luminasinya, bukan berupa 12,212,224 garis vertikal yang mempunyai panjang sama.
Kecepatan film adalah istilah dalam fotografi untuk mengukur tingkat kesensitivitas atau
kepekaan film foto terhadap cahaya. Film dengan kepekaan rendah (memiliki angka ISO rendah) membutuhkan sorotan (Inggris: exposure) yang lebih lama sehingga disebut slow film, sedangkan film
dengan kepekaan tinggi (memiliki angka ISO tinggi) membutuhkan exposure yang singkat. Skala kecepat an film ISO :
Standarnya dikenal dengan ISO 5800:1987 dari International Organization for Standardization
(ISO) yang menetapkan skala linear dan skala logaritmik untuk mengukur kecepatan fi lm. Skala linear ISO dikenal dengan ASA.
SKALA LINEAR ISO
(ASA)
SKALA LOG ISO
(DIN)
GOST
(Soviet pra 1987) Contoh Film
6 9o kodachrome
8 10 o
10 11 o
12 12
o 11
16 13 o
11
20 14 o
16
25 15 o
22 Agfacolor lama, kodchrome 25
32 16 o
22 Kodak Panatomic-X
40 17 o
32 Kodachrome 40 (film)
50 18 o
45 Fuji RPV (Velvia)
64 19 o
45 Kodachrome 64. Ektachrome-X
80 20 o
65 Ilford Commercial Ortho
100 21 o
90 Kodakcolor Gold, Kodak T-Max (TMX)
125 22 o
90 Ilford FP4, Koadk Plus-X Pan
160 23 o
130 Fuji NPS, Kodak High Speed Ektachrome
200 24 o
180
320 26 o
250 Kodak Tri-X Pan Professional (TXP)
400 27 o
350 Kodak T-Max (TMY)
500 28 o
350
640 29 o
560 Polaroid 800 30
o 700 Fuji NPZ
1000 31 o
700 Ilford Delta 3200
1250 32 o
1600 33 o
1400 – 1440 Fujicolor 1600
2000 34 o
2500 35 o
3200 36 o
2800 – 2880 Konica 3200
I. ISO / ASA
22
4000 37 o
5000 38 o
6400 40o
Jarak fokus atau jarak pumpun (bahasa Inggris: focus length) adalah ukuran jarak antara elemen
lensa dengan permukaan film (atau sensor digital) pada kamera. Lensa dengan panjang fokal besar akan memberikan sudut pandang yang sempit sehingga
sebuah objek pada jarak jauh akan nampak menjadi lebih besar di dalam foto. Sebaliknya lensa dengan panjang fokus kecil memberikan sudut pandang tangkap lebih luas dan menyebabkan objek mendapat porsi
lebih kecil di dalam foto. Panjang fokal yang bisa berubah-ubah sering diistilahkan dengan zoom (perbesaran).
Pengukur cahaya atau lightmet er adalah sebuah alat untuk mengukur intensitas cahaya. Dalam
fotografi , pengukur cahaya digunakan untuk menentukan pembukaan. Diberikan kecepatan fi lm dan kecepatan rana, alat ini akan menunjukkan f-stop yang akan memberikan sebuah pembukaan yang netral. Beberapa sistem pengukur cahaya yang paling umum menggunakan selenium, CdS, dan silikon.
o Teknik Pengukuran Dikenal beberapa teknik yang digunakan oleh lightmeter, yaitu : 1. Spot Metering 2. Avarage Metering
3. Center-weighted Metering 4. Matrix Metering
o Avarage Metering Merupakan teknik pengukuran paling kuno. Hasil pengukuran teknik ini
adalah luminitas rata-rata dari gambar yang dipotret, sehingga hampir keseluruhan objek yang ada di dalam ruang tangkap akan terlihat jelas. Detail tertentu akan terlihat hanya jika memiliki tingkat luminitas sama dengan rata-rata gambar.
o Spot Metering Setiap bagian dari objek akan memberikan hasil pengukuran berbeda. Avarage metering akan membuat pengukuran rata-rata dari setiap bagian sehingga gambar yang dihasilkan h anya memberikan detail rata-rata dari keseluruhan objek.
Untuk mendapatkan detail tertentu secara maksimal, digunakan spot metering. Bagian yang diabaikan mendaatkan pengukuran yang salah sehingga detailnya akan menghilang.
Rana atau penutup (Bahasa Inggris: shutter) dalam istilah fotografi adalah tirai pada kamera yang
menutupi permukaan atau sensor foto. Jika tirai ini terbuka maka akan terjadi pajanan pada permukaan film atau sensor foto tadi.
Awalnya shutter dibuat dari lempengan logam, namun kebanyakan kamera modern menggunakan penutup yang dibuat dari kain untuk mengurangi berat kamera dan untuk mendapatkan kecepatan rana yang lebih cepat. Penutup yang terbuat dari
kain memiliki kekuatan sekitar 50,000 hingga 200,000 kali proses buka -tutup (melakukan
L. Rana
K. Lightmeter (Pengukur Cahaya)
J. Jarak Fokus (Focus Length)
23
pajanan). Kain penutup yang aus atau rusak bisa dengan mudah diganti di pusat layanan purna jual merek kamera yang bersangkutan.
Lamanya tirai ini terbuka ditentukan oleh setelan kecepatan rana pada kamera.
Rentang dinamis adalah istilah yang dipakai di berbagai bidang untuk menjelaskan rasio
sekumpulan bilangan dari nilai terbesar dan terkecil. Ukuran yang dipakai adalah rasio, base-10 (decibel), base-2 (doubling, bits dan stops).
Mata manusia memiliki rentang dinamis visual yang sangat tinggi. Mata dapat melihat obyek di siang hari dan obyek yang teriluminasi 1/1.000.000.000 nya dengan jelas, walaupun untuk itu mata membutuhkan waktu penyesuaian. Hingga saat ini, peralatan elektronik masih belum dapat mendekati rentang dinamis visual manusia, sebagai contoh, layar LCD yang bermutu memiliki rentang dinamis 1000:1
(contrast ratio adalah nama komersial rentang dinamis, yang berarti kapasitas rasio luminasi antara nilai maksimum dan minimumnya), beberapa sensor CMOS muktahir saat ini memiliki rasio 11.000:1.
o Pajanan sebagai tingkat visibilitas Pada bidang fotografi , Rentang dinamis adalah rasio rentang luminasi cahaya yang dapat
direkam sensor kamera dari seluruh rentang luminasi cahaya subyek. Pajanan pada tingkat iluminasi
yang sama di atas di atas focal plane dapat menghasilkan foto dengan efek luminasi yang berbeda karena respon sensor kamera yang berbeda pada nilai ISO ratingnya. Efek luminasi itu juga disebut pajanan, sebutan populer lain adalah imposure atau light value atau brightness value atau level of
exposure atau exposure altitude yang menunjukkan tingkat visibilitas subyek fotografi . Rentang dinamis sensor kamera digital dipetakan menjadi sebuah grafis histogram. Sumbu axis
horisontal merupakan deret logaritmik dari nilai luminasi relatif yang terekam oleh sensor kamera. Sumbu ordinat vertikal menunjukkan nilai pajanan beserta nilai tonalnya dari masing-masing piksel
warna foto pada setiap tingkat luminasi yang terekam. Relasi antara pajanan dan tonal ditetapkan
menurut rumus Luma (Rec. 601 luma co-efficients).
di mana : Y adalah nilai pajanan R adalah nilai tonal warna merah
G adalah nilai tonal warna hijau B adalah nilai tonal warna bi ru
Sunflower image Histogram of sunflower image
o Pseudo-HDR Imaging
Pseudo-HDR adalah teknik citragrafi yang memetakan (tone mapping) tiap nilai tonal di
sepanjang rentang luminasi ke arah mid-tone tanpa melakukan penyambungan sumbu luminasi (stacking).
Subyek fotografi yang mempunyai rentang luminasi yang lebih lebar daripada kapasitas rasio kontras yang dimiliki oleh sensor kamera selalu mempunyai area dengan nilai tonal yang under-
imposed. Pada histogram, area ini dapat dikenali garis grafik yang mendatar di batas atas sumbu ordinat dan mempunyai pajanan maksimum, namun: under-exposed pada batas minimum (black point) rentang luminasi sisi shadow
over-exposed pada batas maksimum (white point) rentang luminasi sisi highlight sekedar under-imposed di sembarang nilai luminasi karena memiliki nilai pajanan atau tonal yang
maksimal atau melebih batas atas sumbu ordinat. Sebagai contoh, langit yang berwarna biru tampak sebagai warna putih karena intensitas warna yang
tinggi atau, subyek dalam remang cahaya terlihat sebagai warna hitam karena intensitas warna yang sangat rendah. Sebuah warna dengan panjang gelombang 600nM dengan intensitas/radian tertentu, dapat terlihat sebagai warna putih pada ISO rating yang tinggi dan terlihat sebagai warna hitam pada ISO rating yang rendah.
Pada tabel berikut dapat terlihat bahwa rentang linear EV bersifat logaritmik terhadap luminasi. Exposure value vs. luminance (ISO 100, K = 12.5) and illuminance (ISO 100, C = 250)
M. Rentang Dinamis/Dynamic Range
24
Rentang iluminasi logaritmik dipetakan menjadi sekitar 13,5 stops dan pada 14 bit ADC (Analog to Digital Converter) menjadi 16.385
deret. Nilai gamma untuk tiap deret n adalah:
Pseudo-HDR hanya membutuhkan 1 foto induk dan menghasilkan foto dengan rentang luminasi yang sama lebar.
o High Dynamic Range Imaging
High dynamic range imaging adalah teknik citragrafi dengan penyambungan stacking beberapa sumbu luminasi untuk mendapatkan seluruh nilai tonal dari rentang luminasi subyek yang mempunyai
rasio kontras yang lebih lebar dan kontinu. Untuk menghasilkan foto HDRI, digunakan teknik exposure bracketing dengan sampling ev,
misalnya pada -4ev, -2ev, 0ev, +2ev, +4v. Hasil berupa beberapa foto kemudian digabungkan dengan
algoritma exposure stacking menjadi sebuah foto dengan rentang dinamis yang lebih lebar. Pada histogram, foto ini memiliki sumbu axis lebih lebar daripada foto-foto induknya. Algoritma exposure stacking memerlukan 2 buah foto induk, masing-masing mempunyai histogram dengan sekitar 1/3 sisi : shadow pada nilai pajanan 0 untuk mendapatkan nilai mid-tone subyek tergelap
highlight pada nilai pajanan 0 untuk mendapatkan nilai mid-tone subyek terterang guna memperbaiki kurva tonal area under-exposed dan over-exposed.
Photographs
-4 stops -2 stops +2 stops 4+ stops
Merge to HDRthen reduce to LDR
Simple contrast reduction Local tone mapping
Algoritma exposure stacking juga dikenal sebagai mid-tone stacking, meninggalkan lebih
sedikit deret kosong untuk interpolasi dibandingkan dengan pseudo-HDR.
25
di mana :
L adalah rentang luminasi foto induk L' adalah rentang luminasi foto HDRI
Foto HDRI sering disebut sebagai "scene-referred" sangat berbeda dengan foto yang biasa
kita lihat yaitu "device-referred" atau "output-referred" yang dikodikasi berdasarkan sistem visual "gamma encoding" atau "gamma correction" ke dalam suatu color space. Nilai gamma value pada foto-foto HDRI adalah 1 karena interval nilai luminasi yang linear terhadap pajanan. Agar foto HDRI dapat terlihat pada layar komputer yang mempunyai rentang luminasi lebih pendek, perlu dikonversi terlebih dahulu dengan algoritma HDR tone mapping.
o Gamma Value Gamma value merupakan proyeksi nilai mid-tone/mid-point, terletak tepat di tengah sumbu axis
histogram dan bernilai 1. Relasi antara sumbu axis (luminasi) dan sumbu ordinat (pajanan) dirumuskan sebagai :
di mana : Y adalah nilai pajanan mula-mula
Y' adalah nilai pajanan setelah terjadi perubahan panjang sumbu ordinat histogram Bergesernya mid-tone ke arah highlight akan memperlebar sisi shadow dan memampatkan
sisi highlight, berdampak pada turunnya kontras pada sisi shadow dan naiknya kontras pada sisi highlight, hal tersebut menurunkan nilai gamma value dan membuat foto menjadi lebih gelap.
Gamma value juga berpengaruh tone curve, sebuah garis pada histogram yang melintang dari titik kiri bawah menuju titik kanan atas. Tone curve yang menurun akan menurunkan kontras foto, dan sebaliknya.
o Exposure Fusion Imaging Exposure fusion adalah teknik citragrafi untuk memperbaiki kurva pajanan dari rentang luminasi
subyek yang diskrit menjadi lebih baik dengan penempatkan nilai tonal median atau rata -ratanya.
Kamera Nikon D-300 menyediakan fasilitas ini dengan sebutan Multiple exposure. Untuk memperbaiki area under-imposed, digunakan teknik tone bracketing (disebut juga
histogram bracketing) dengan penggunaan beberapa ISO rating atau bersama ev-comp, white balance dan flashlight dengan memperhatikan histogram untuk membuat beberapa foto dengan kurva pajanan
yang lebih baik pada sisi : shadow dan membiarkan over-exposed pada sisi highlight highlight dan membiarkan under-exposed pada sisi shadow
Hasil pemotretan berupa beberapa foto tersebut kemudian digabungkan dengan algoritma exposure blending menjadi sebuah foto kurva pajanan yang teredam, terutama pada area under-imposed. Pada histogram, foto ini memiliki sumbu axis yang sama dengan foto-foto induknya.
di mana : Y adalah nilai pajanan foto induk pada tiap-tiap nilai luminasinya
Y' adalah nilai pajanan foto EFI
26
N adalah jumlah foto induk Teknik citragrafi exposure fusion sering diaplikasikan pada foto-foto silhoutte. Penggunaan
teknik ini pada rentang luminasi kontinu dapat berakibat pada hilangnya kontras foto hingga terlihat datar/flat. Kondisi foto flat nampak jelas pada histogram dengan osilasi kurva pajanan yang mendekati
garis lurus horizontal karena intensitas tonal yang kurang lebih sama kuat di seluruh rentang luminasi. Sulit untuk membuat foto flat tanpa menggunakan algoritma exposure blending karena sifat logaritmik sensor kamera.
o Exposure Compensation
Exposure compensation adalah emulasi pajanan dengan memperbaiki kontras detail pada sepanjang sumbu luminasi histogram sejauh tidak terjadi under-imposed. Pada kamera DSLR, exposure
compensation atau kompensasi pajanan ditampilkan dengan penggunaan tombol ev-comp untuk menakar nilai pergeseran luminasi subyek akibat harmonisasi sinyal cahaya yang sering terjadi pada tingkat detail luminasi subyek fotografi .
Sebagai contoh, pada sinyal warna biru yang terharmonisasi sinyal warna putih, ev-comp
berfungsi untuk menakar intensitas pajanan warna putih tersebut hingga dapat mena mpilkan warna biru yang seindah warna aslinya. Pada fotografi alam, saat matahari berada di samping sebagai sumber cahaya sidelight, sinarnya sering terbias oleh uap embun dan membentuk tirai cahaya yang sangat
indah, ev-comp digunakan untuk menampilkan warna subyek yang berada di belakang tirai tadi. Sesuai rumus pajanan Luma (Rec. 601 luma co-efficients), ev-comp hanya berfungsi pada saat
nilai Y lebih besar daripada 0.299R + 0.587G + 0.114B, saat Y terharmonisasi oleh cahaya lain hingga mempengaruhi nilai pajanannya.
o Tone Mapping
Tone mapping adalah teknik citragrafi yang digunakan untuk konversi tonal dari suatu rentang
luminasi ke rentang yang lain, juga dari suatu color space ke color space yang lain. Usaha untuk mengganti 1 atau lebih warna ke warna yang lain juga disebut demikian. Tone mapping dapat digunakan secara partial atau global atau untuk memampatkan rentang dinamis (compressed dynamic range) dari rentang luminasi HDRI ke rentang luminasi yang lebih rendah, disebut HDR tone mapping.
Hingga saat ini terdapat 3 macam color space yang populer yaitu sRGB, AdobeRGB dan ProPhotoRGB. Color space mempunyai nama lain yaitu color profile.
o Exposure Latitude
Karena deret logaritmik tingkat luminasi pada sumbu axis histogram, rentang dinamis yang lebih panjang akan menampakkan detail yang lebih baik, seperti yang pada foto-foto HDRI.
Exposure latitude memiliki pengertian yang serupa dengan rentang dinamis, hanya pada sumbu
ordinat histogram. Semakin panjang lebar bit (sekitar 8 bit hingga 22 bit) untuk merekam panjang gelombang cahaya (sekitar 400nm - 800 nm), semakin baik pula tampilan data warna atau pajanan.
Istilah exposure latitude sering digunakan pada foto-foto hi-key dan lo-key untuk menggambarkan tingkat visibilitas yang baik pada keadaan yang nyaris under-exposed atau over-
exposed. Ada beberapa metoda yang digunakan untuk membuat foto hi-key atau lo-key. Berikut suatu
metoda yang mengambil pendekatan HDRI. Karena sumbu ordinat mempunyai interval yang linear, exposure latitude terlebih dahulu
diperbesar dengan mengalikan tiap nilai pajanan menjadi 2 atau 3 kalinya berikut panjang sumbu ordinat. Setelah itu rentang pajanan dipetakan kembali ke panjang mula-mula secara logaritmik, di mana variabel mid-key berfungsi layaknya mid-tone. Dengan menggeser mid-key dari tengah rentang ke
atas akan didapatkan foto hi-key.
o Relasi Antara rentang luminasi dan nilai pajanan Sesuai rumus nilai pajanan, didapat rumus :
Diubah menjadi :
27
di mana :
L0 adalah nilai luminasi pada mid-tone
N adalah nilai aperture (f-number) t rentang waktu iluminasi (detik)
S adalah nilai aritmatik ISO rating
K adalah konstanta kalibrasi exposure meter Deret luminasi pada sisi highlight dapat dirumuskan:
Dimana :
Ln adalah nilai luminasi pada deret ke n pada histogram n adalah nilai dari 1 hingga ½ nilai ADC (analog to digital converter) sensor kamera, pada tipe 14 bit,
nilai n adalah . rumus di atas kemudian diturunkan menjadi berikut untuk mendapatkan interval 1 EV atau 1 stop :
dan untuk mendapatkan n untuk tiap interval stop :
Dimana :
n bernilai pembulatan 5 pada rentang 14 bit L
Tripod dalam fotografi , adalah alat untuk membantu agar badan kamera bisa berdiri dengan
tegak dan tegar. Hal ini dimakudkan untuk mengurangi kelelahan fotografer dalam mengambil gambar dan mengurangi noise yang ditimbulkan oleh guncangan tangan fotografer.
Tripod biasanya dipakai jika fotografer menggunakan shutter speed di angka 30 atau lebih lambat atau menggunakan lensa kamera dengan focal length lebih dari 200 mm.
Through-the-lens dalam fotografi adalah cara mengukur cahaya, atau pengatur kekuatan lampu
blitz, atau pengaturan autofocus yang dilakukan dengan menembus lensa kamera. Sistem ini membutuhkan sensor yang diletakkan di dalam kamera yang dilengkapi pemisah arah sinar yang bisa meneruskan cahaya ke sensor tersebut.
Viewfinder atau dikenal juga dengan jendela pelihat, berupa jendela kecil pada kamera untuk
melihat object yang akan diambil oleh fotografer, object yang tampak pada viewfinder sesuai dengan
kenyataan dan hasil yang ada di viewfinder pula yang akan tercetak di film. pada kamera fotografi profesional, di dalam viewfinder juga terdapat titik fokus dan pengukuran cahaya sehingga fotografer dapat melihat apakah gambar yang dihasilkan memiliki cahaya yang cukup dan ketajaman gambar yang pas.
P. View Finder
O. Trough The Lens
N. Tripod
28
Komunitas Fotografi Indonesia 1. Ruang MES 56 2. Fotografer Net (FN)
3. Canon Photo Club Indonesia (CPCI) 4. Forum Kamera (FK) 5. Komunitas Kamera Digital
Situs Fotografer Indonesia
1. Andri Thaslim Photography 2. Togar Sitanggang Photography
3. Ucok P. Harahap Photography 4. Wiwin Yulius Photography 5. Indonesia Photography
Sekolah Foto di Indonesia 1. Canon School of Photography 2. ArnoMulia Advanced School of Photography
3. Universitas Trisakti, Jakarta, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan Seni Rupa - Program Studi Fotografi 4. ISI Yogyakarta - Program Studi Fotografi
Galeri Fotografi di Indonesia
1. Galeri Foto Jurnalistik Antara 2. De Arno Gallery
Media Fotografi di Indonesia o Kantor Berita MES 56
PRANALA LUAR
2
1. http://id.wikipedia.org
2. http://alvinfauzie.com 3. {{cite web | work = Illustrated Photography | title = Histograms and the Zone System | author = Ed Sutton |
url=http://www.illustratedphotography.com/photography-tips/basic/contrast} 4. Baker, R. Jacob (2008). CMOS: Circuit Design, Layout, and Simulation, Revised Second Edition . Wiley-IEEE.
ISBN 978-0-470-22941-5. http://CMOSedu.com/ 5. Charles A. Poynton (2003). Digital Video and HDTV: Algorithms and Interfaces. Morgan Kaufmann. ISBN
1558607927. 6. Chiawono, Agus. Teknik Fotografi Digital Blitz for Dummies. www.situsfoto.net
7. Davies, Adrian (2005). The Focal Digital Imaging A-Z. Focal Press. ISBN 0240519809. 8. Ed Sutton. Histograms and the Zone System. Illustrated Photography. 9. Edwards C, "Temperature control ", Engineering & Technology Magazine 26 July - 8 August 2008, IET
10. Geoffrey G. Attridge (2000). "Sensitometry", in Ralph E. Jacobson, Sidney F. Ray, Geoffrey G. Attridge, and Norman R. Axford: The Manual of Photography: Photographic and Digital Imaging , 9th, Oxford: Focal Press. ISBN 0-240-51574-9.
11. Glossary. www.library.thinkquest.org
12. Hedgecoe, John, The Art of Color Photography, Simon and Schuster, New York, 1978. 13. Hedgecoe, John, Photographer Handbook. 14. Howitt, D. and Cramer, D. (2008) "Statistics in Psychology". Prentice Hall
15. Indrawan, WS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media 16. Intel 45nm Hi-k Silicon Technology 17. Kenneth W. Busch and Marianna A. Busch (1990). Multielement Detection Systems for Spectrochemical
Analysis. Wiley-Interscience.
18. KODAK PROFESSIONAL TRI-X 400 Film / 400TX. 19. Leslie D. Stroebel and Richard D. Zakia (1993). The Focal Encyclopedia of Photography. Focal Press. 20. M. Eileen Magnello (December 2005). [http://www.rutherfordjournal.org/article010107.html "Karl Pearson
and the Origins of Modern Statistics: An Elastician becomes a Statistician"]. The New Zealand Journal for the
History and Philosophy of Science and Technology Volume 1. 21. Mead, Carver A. and Conway, Lynn (1980). Introduction to VLSI systems. Boston: Addison-Wesley. ISBN 0-201-
04358-0.
22. Michael Freeman (2005). The Digital SLR Handbook. Ilex. 23. Michael Langford (1998). Advanced Photography. Focal Press. 24. R. Amien Nugroho, Kamus Fotografi. 25. Ravi P. Gupta (2003). Remote Sensing Geology. Springer.
26. Richard R. Carlton, Arlene McKenna Adler (2000). Principles of Radiographic Imaging: An Art and a Science. Thomson Delmar Learning.
27. Soelarko, R.M. Prof.Dr. Penuntun Fotografi Edisi V. Bandung: PT. Karya Nusantara 28. Stuart B. Palmer and Mircea S. Rogalski (1996). Advanced University Physics. Taylor & Francis.
29. Veendrick, Harry J. M. (2008). Nanometer CMOS ICs, from Basics to ASICs. New York: Springer, 770. ISBN 978-1-4020-8332-7.
30. Wahana Komputer: Pemanfaatan Kamera Digital dan Pengolahan Imagenya, 2005. Penerbit Andi.
31. Weste, Neil H. E., Harris, David M. (2005). CMOS VLSI Design: A Circuits and Systems Perspective, Third Edition. Boston: Pearson/Addison-Wesley. ISBN 0-321-26977-2. http://CMOSvlsi.com/
Edited by :
AMäL JAMALUDIN
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS INDRAPRASTA (UNINDRA) PGRI Jakarta, 29 September 2009
REFERENSI
9