Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan...
Transcript of Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan...
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 29
2011
Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di
Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)
3.2.2.1 Penyebaran
Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah penelitian,
pada peta geologi (lampiran J) satuan ini diberi warna merah. Satuan ini berada di
daerah utara daerah penelitian serta berada menyebar secara acak di daerah
penelitian sebagai korok yang memotong satuan batuan piroklastik. Satuan ini
tersingkap dengan baik di Sungai Ringinputih dan Sungai Centung.
Foto III.15 (A) Singkapan batuan beku andesit porfir dan (B) Tekstur porfiritik yang
teramati
3.2.2.2 Ciri Litologi
Satuan intrusi andesit merupakan satuan batuan terobosan yang telah
mengalami proses ubahan hidrotermal. Berdasarkan pengamatan di lapangan
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 30
2011
satuan ini terdiri dari andesit porfir (Foto III.15.B) dengan ciri megaskopis
berwarna abu-abu terang kehijauan, masif, ukuran butir halus-sedang,
holokristalin, inequigranular, porfiritik, fenokris terdiri dari plagioklas dan kuarsa
yang tertanam dalam masadasar afanitik berupa mineral mafik, andesit ini telah
terubah ditandai dengan tergantinya masadasar oleh mineral ubahan seperti klorit
dan epidot dengan intensitas ubahan lemah sampai kuat.
3.2.2.3 Umur dan Mekanisme Pembentukan
Satuan intrusi andesit ini dapat disetarakan dengan Batuan Terobosan
(Tomi) yang menurut Sjarifudin dan Hamidi (1992) diperkirakan berumur Miosen
Awal.
3.2.2.4 Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
Satuan intrusi andesit ini memotong satuan batuan piroklastik, dibuktikan
dengan adanya korok andesit porfir di Sungai Centung yang memotong satuan
batuan piroklastik (gambar III.16), Satuan ini tidak memotong satuan
batugamping karena berumur lebih tua daripada batugamping. Selain itu tidak
dijumpai ubahan hidrotermal pada satuan batugamping.
Foto III.16 (A) dan (C) korok andesit porfir yang memotong tuf terubah (B) kekar kolom di Sungai Ringinputih dan (D) korok andesit porfir yang memperlihatkan kekar kolom
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 31
2011
3.2.3 Satuan Batugamping
Satuan batugamping merupakan satuan batuan termuda yang tersingkap di
daerah penelitian, satuan ini terdiri dari batugamping bioklastik framestone dan
sisipan batulempung.
Foto III.17 (A) batugamping, (B) batulempung, (C) sisipan batulempung diantara
batugamping dan (D) batugamping dengan kemiringan datar
3.2.3.1 Penyebaran
Satuan batuan ini menempati 43% luas keseluruhan dari daerah penelitian,
pada peta geologi (lampiran J) satuan ini diberi warna biru muda. Satuan ini
berada di bagian tengah sampai selatan daerah penelitian, serta dibagian baratlaut
dari daerah penelitian. Satuan ini menyebar memanjang dari barat ke timur
dengan jurus lapisan batuan relatif berarah barat-timur N90oE-N115oE dan
kemiringan lapisan batuan berarah selatan dengan sudut kemiringan berkisar
antara 5-20o. Satuan ini tersingkap dengan baik di daerah Ngadirejo, Seweden
Satu, Pasiraman, Kalikuning Satu, Kalikuning Tiga, Sungai Centung Hulu dan
Hilir, Sungai Putih Hilir, Sungai Kuning Hilir dan Ngebakan.
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 32
2011
3.2.3.2 Ciri Litologi Satuan
Litologi penyusun satuan ini secara umum adalah batugamping framestone
berfragmen koral berukuran 5cm-1m (foto III.18) dan batulempung. Secara
megaskopis batugamping bioklastik (Koesoemadinata, 1987) memiliki ciri
batugamping framestone (Embry dan Klovan, 1971), berwarna cokelat muda
agak putih sampai keabuan, terpilah baik, kemas terbuka, porositas baik,
permeabilitas buruk, fragmennya berbentuk pecah-pecah maupun utuh berupa
moluska dan koral berukuran 1cm-1m, matriksnya berupa lumpur karbonat dan
semen berupa sparikalsit, terlihat banyak tekstur pelarutan, sangat kompak-
kompak. Analisis petrografi (lampiran A) menunjukan bahwa batugamping ini
memiliki tipe wackestone sesuai dengan klasifikasi Dunham (1962).
Batulempung pada satuan ini secara megaskopis memiliki ciri berwana
abu gelap, ukuran butir lempung, semen karbonatan, getas, mineral sedikit kuarsa.
Berdasarkan analisa kalsimetri (lampiran B) terhadap dua buah contoh
batulempung yang dianalisis (CTG03035 dan RPT06085) menunjukan bahwa
batulempung pada daerah penelitian menunjukan kandungan karbonat kurang dari
30%.
Foto III.18 (A) perlapisan batugamping yang relatif datar, (B) fragmen moluska yang
terkalsitkan kuat, (C) dan (D) fragmen koral berukuran lebih dari 30cm pada singkapan
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
3.2.3.3 Umur, Ketebalan
Berdasarkan
contoh batulempung
adalah N10-N12 atau Miosen Tengah
sedangkan hasil analisis
batuan (CTG01001 dan NBK08121)
batugamping ini adalah Tf
sehingga dapat disimpulka
Tengah (gambar III.7)
Dari hasil analisis dua buah contoh batulempung
RPT06087) yang mengandung fosil foraminifera benthos didapatkan lingkungan
pengendapan berkisar antara
Ammonia sp. , Quinqueloculina
Amphistegina sp. Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan hasil pengukuran pada
penampang geologi adalah lebih dari 400 meter.
Gambar III.7 Ilustrasi posisi stratigrafi dari satuan batuan
3.2.3.4 Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
Satuan batugamping diendapkan secara tidak selaras diatas
piroklastik dan satuan intrusi andesit
ketidakselarasan antara batugamping dan breksi piroklastik di sungai Centung
Hilir (CTG01012, foto
piroklastik dan satuan intrusi andesit
dengan satuan batugamping yang berumur Miosen Tengah
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
, Ketebalan dan Lingkungan Pengendapan
Berdasarkan hasil dari analisa mikrofosil (lampiran F)
contoh batulempung (CTG03035 dan RPT06085) didapat umur nisbi satuan
N12 atau Miosen Tengah (berdasarkan klasifikasi
sedangkan hasil analisis batugamping (lampiran G) terhadap dua buah contoh
(CTG01001 dan NBK08121) menunjukan bahwa umur nisbi dari satuan
batugamping ini adalah Tf1 atau Miosen Tengah (berdasarkan Adams, 1984)
sehingga dapat disimpulkan bahwa satuan batugamping ini berumur
(gambar III.7).
Dari hasil analisis dua buah contoh batulempung (CTG03035
yang mengandung fosil foraminifera benthos didapatkan lingkungan
berkisar antara litoral-neritik pinggir yang dicirikan oleh kehadiran
Quinqueloculina sp., Elphdium sp., Pyrgo sp., C
Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan hasil pengukuran pada
penampang geologi adalah lebih dari 400 meter.
Gambar III.7 Ilustrasi posisi stratigrafi dari contoh batuan yang dianalisissatuan batuan, didapatkan umur Miosen Tengah
Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
atugamping diendapkan secara tidak selaras diatas
satuan intrusi andesit dibuktikan dengan adanya kontak
antara batugamping dan breksi piroklastik di sungai Centung
foto III.19) dan adanya rentang waktu antara satuan batuan
satuan intrusi andesit yang berumur Oligosen Akhir
dengan satuan batugamping yang berumur Miosen Tengah. S
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, 33
2011
(lampiran F) dari dua buah
didapat umur nisbi satuan
klasifikasi Blow, 1969),
terhadap dua buah contoh
bahwa umur nisbi dari satuan
(berdasarkan Adams, 1984)
n bahwa satuan batugamping ini berumur Miosen
(CTG03035 dan
yang mengandung fosil foraminifera benthos didapatkan lingkungan
neritik pinggir yang dicirikan oleh kehadiran
Cibicides sp. dan
Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan hasil pengukuran pada
contoh batuan yang dianalisis umur
atugamping diendapkan secara tidak selaras diatas satuan batuan
dibuktikan dengan adanya kontak
antara batugamping dan breksi piroklastik di sungai Centung
dan adanya rentang waktu antara satuan batuan
yang berumur Oligosen Akhir-Miosen awal
Selain itu tidak
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 34
2011
dijumpai bukti ubahan hidrotermal pada satuan batugamping, sehingga
memperkuat penafsiran bahwa batugamping ini diendapkan setelah satuan batuan
piroklastik dan satuan intrusi andesit secara tidak selaras.
Sesuai dengan ciri litologinya satuan batugamping pada daerah penelitian
dapat disetarakan dengan batugamping Formasi Wonosari (Tmwl) yang berumur
Miosen Tengah-Miosen Akhir (Sjarifudin dan Hamidi, 1992).
Foto III.19 Kontak ketidakselarasan antara satuan batugamping dan satuan batuan
piroklastik (CTG01012, foto diambil di Sungai Centung menghadap timurlaut)
3.2.4 Endapan aluvial
Endapan aluvial (foto III.20) adalah endapan termuda yang tersingkap di
daerah penelitian. Endapan ini terdiri dari endapan sungai-sungai Resen yang
berada di daerah penelitian.
3.2.4.1 Penyebaran Satuan
Endapan aluvial ini tidak terpetakan dalam peta geologi skala 1:12.500
yang dibuat penulis karena endapan ini hanya berada di lembah sungai sedangkan,
lebar sungai di daerah penelitian rata-rata berkisar 5-12m sehingga endapan ini
tidak dapat terpetakan dalam peta geologi skala 1:12.500.
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 35
2011
Foto III.20 (A) dan (B) endapan aluvial yang berada di Sungai Ringinputih
3.2.4.2 Ciri Litologi Satuan
Endapan aluvial disusun oleh endapan sungai yang belum terkonsolidasi.
Endapan ini tersusun oleh komponen polimik yang berukuran lempung hingga
bongkah. Bongkah yang menyusun endapan ini terdiri dari batuan beku andesit
porfir, batuan piroklastik seperti breksi piroklastik, pumis, tuf terubah serta batuan
sedimen seperti batugamping dan fragmen koral batugamping.
3.2.4.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan
Umur dari endapan aluvial ini berumur Resen yang diketahui dari proses
pengendapan yang masih berlangsung hingga saat ini. Endapan batuan ini
diendapkan pada lingkungan pengendapan sedimen sungai atau fluviatil.
3.2.4.4 Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi
Endapan aluvial ini diendapkan secara tidak selaras diatas seluruh batuan
yang ada. Endapan aluvial ini dapat disetarakan dengan Endapan Aluvium (Qa)
yang berumur Resen.
3.3 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi daerah penelitian didapat melalui analisis kelurusan
lembah ataupun punggungan berdasarkan kelurusan yang tampak dari citra DEM
dan peta topografi Bakosurtanal serta pengamatan dan analisis unsur-unsur
struktur geologi atau struktur penyerta yang teramati di lapangan berupa kelurusan
sungai (foto III.21), breksiasi (foto III.22) dan kekar gerus (foto III.23). Struktur
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 36
2011
yang berkembang di daerah penelitian umumnya berupa sesar dan rekahan
berarah timurlaut-baratdaya, baratlaut-tenggara dan utara-selatan yang terisi
mineral.
Foto III.21 (A) kelurusan sungai di Sungai Centung dan (B) kelurusan Sungai di Sungai
Putih
Foto III.22 (A) dan (B) breksiasi di Sungai Ringinputih
Foto III.23 (A) kekar gerus pada zona hancuran di Sungai Putih dan (B) kekar gerus pada
zona hancuran di Sungai Ringinputih
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 37
2011
3.3.1 Struktur Sesar
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah sesar dan
rekahan termineralisasi. Sesar yang berkembang umumnya berarah timurlaut-
baratdaya dan baratlaut-tenggara. Gejala struktur sesar yang jelas dapat teramati di
daerah penelitian adalah kelurusan Sungai Centung Hulu, kelurusan Sungai Putih,
kelurusan Sungai Kuning, kelurusan Sungai Ringinputih Hilir yang berarah
timurlaut-baratdaya serta kelurusan Sungai Centung Hilir dan Sungai Ringinputih
Hulu yang berarah baratlaut-tenggara.
Gejala sesar yang menunjukan tipe dan arah pergerakan sesar sulit ditemui
di lapangan karena batuan di daerah penelitian tergolong masif dan telah terubah
kuat serta tingginya tingkat pelapukan di daerah penelitian. Sifat pergerakan sesar
ditentukan dari analisa kelurusan sungai di daerah penelitian, kelurusan citra DEM
dan kelurusan peta topografi Bakosurtanal ditambah dengan analisa kinematik dan
dinamik dari struktur-struktur penyerta yang didapat dari lapangan.
Secara umum sesar yang ditemukan di lapangan adalah Sesar Centung
Satu, Sesar Centung Dua, Sesar Putih, Sesar Kuning, Sesar Ringinputih Satu,
Sesar Ringinputih Dua dan Sesar Ringinputih Tiga (tabel III.1).
1. Sesar Centung Satu
Sesar Centung Satu merupakan sesar yang memanjang berarah
timurlaut-baratdaya sepanjang Sungai Centung bagian hulu. Penentuan
nama dan pergerakan sesar ini didasarkan data berupa kekar gerus dan
breksiasi yang diambil pada zona hancuran di Sungai Centung bagian hulu
yang terlihat kelurusannya di citra DEM.
Berdasarkan analisis kekar gerus, breksiasi dan kelurusan Sungai
Centung Hulu didapatkan kedudukan bidang sesar yaitu N230oE/74oNW,
serta Netslip 11o, N233oE dan pitch 11o dengan arah tegasan utama 20o,
N181oE (lampiran E). Sesar ini merupakan sesar mendatar mengiri turun.
Sesar Centung Satu ditafsirkan memotong satuan batuan piroklastik dan
satuan batugamping yang berumur Miosen Tengah.
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 38
2011
2. Sesar Centung Dua
Sesar Centung Dua merupakan sesar yang memanjang berarah
baratlaut-tenggara sepanjang Sungai Centung bagian hilir. Penentuan
nama dan jenis pergerakan sesar ini didasarkan kepada data kekar gerus,
breksiasi serta kelurusan citra. Data kekar gerus didapat di sepanjang hilir
Sungai Centung yang merupakan zona hancuran batuan yang terlihat
kelurusannya di citra DEM.
Berdasarkan analisis kekar gerus didapatkan kedudukan bidang
sesar yaitu N140oE/78oSW, serta Netslip sebesar 11o, N142oE dan pitch
11o dengan arah tegasan utama 1o, N6oE (lampiran E). Sesar ini
merupakan sesar mendatar menganan naik yang ditafsirkan memotong
satuan batuan piroklastik dan satuan batugamping.
3. Sesar Putih
Sesar Putih merupakan sesar yang memanjang berarah timurlaut-
baratdaya yang berada sepanjang Sungai Putih hulu sampai hilir.
Penentuan nama dan jenis pergerakan sesar ini didasarkan kepada data
kekar gerus, breksiasi serta kelurusan citra. Data kekar gerus dan breksiasi
didapat di sepanjang Sungai Putih yang merupakan zona hancuran yang
terlihat kelurusannya di citra DEM maupun peta topografi.
Berdasarkan analisis kekar gerus didapatkan kedudukan bidang
sesar yaitu N195oE/76oNW, serta Netslip sebesar 12o, N12oE dan pitch
12.5o dengan arah tegasan utama 7o, N354oE (lampiran E). Sesar ini
merupakan sesar mendatar mengiri naik yang ditafsirkan memotong satuan
batuan piroklastik dan satuan batugamping.
4. Sesar Kuning
Sesar Kuning merupakan sesar yang memanjang berarah timurlaut-
baratdaya yang berada sepanjang Sungai Kuning hulu sampai hilir.
Penentuan nama dan jenis pergerakan sesar ini didasarkan kepada data
kekar gerus dan breksiasi serta kelurusan citra. Data kekar gerus dan
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 39
2011
breksiasi didapat di sepanjang Sungai Kuning yang merupakan zona
hancuran yang terlihat kelurusannya di citra DEM maupun peta topografi.
Berdasarkan analisis kekar gerus didapatkan kedudukan bidang
sesar yaitu N209oE/74oNW, serta Netslip sebesar 14o, N213oE dan pitch
14.5o dengan arah tegasan utama 21o, N169oE (lampiran E). Sesar ini
merupakan sesar mendatar mengiri turun yang ditafsirkan memotong
satuan batuan piroklastik dan satuan batugamping.
5. Sesar Ringinputih Satu
Sesar Ringinputih Satu merupakan sesar yang memanjang berarah
baratlaut-tenggara yang berada sepanjang Sungai Ringinputih bagian hulu.
Penentuan nama dan jenis pergerakan sesar ini didasarkan kepada data
kekar gerus dan breksiasi serta kelurusan citra. Data kekar gerus dan
breksiasi didapat di sepanjang Sungai Ringinputih Hulu yang merupakan
zona hancuran yang terlihat kelurusannya di citra DEM maupun peta
topografi.
Berdasarkan analisis kekar gerus didapatkan kedudukan bidang
sesar yaitu N312oE/71oNE, serta Netslip sebesar 16o, N126oE dan pitch 16o
dengan arah tegasan utama 23o, N169oE (lampiran E). Sesar ini merupakan
sesar mendatar menganan turun. Sesar Ringninputih Satu yang berarah
relatif baratlaut-tenggara ditafsirkan memotong satuan batuan piroklastik
dan satuan batugamping.
6. Sesar Ringinputih Dua
Sesar Ringinputih Dua merupakan sesar yang memanjang berarah
timurlaut-baratdaya yang berada sepanjang Sungai Ringinputih bagian hilir.
Penentuan nama dan jenis pergerakan sesar ini didasarkan kepada data
kekar gerus dan breksiasi serta kelurusan citra DEM dan peta topografi.
Data kekar gerus umumnya didapat sepanjang Sungai Ringinputih Hulu
yang merupakan zona hancuran yang terlihat kelurusannya di citra DEM
maupun peta topografi.
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 40
2011
Berdasarkan analisis kekar gerus didapatkan kedudukan bidang
sesar yaitu N221oE/78oNW, serta Netslip sebesar 10o, N224oE dan pitch 11o
dengan arah tegasan utama 16o, N171oE (lampiran E). Sesar ini merupakan
sesar mendatar mengiri turun yang ditafsirkan memotong satuan batuan
piroklastik dan satuan batugamping. Pada peta SRTM sesar ini terlihat
memotong Sesar Ringinputih Satu yang kemungkinan menyebabkan
pembelokan arah sungai.
7. Sesar Ringinputih Tiga
Sesar Ringinputih Tiga merupakan sesar yang memanjang berarah
baratlaut-tenggara yang berada sepanjang Sungai Ringinputih bagian hulu.
Penentuan nama dan jenis pergerakan sesar ini didasarkan kepada data
kekar gerus dan breksiasi serta kelurusan citra. Data kekar gerus dan
breksiasi didapat di sepanjang Sungai Ringinputih Hulu yang merupakan
zona hancuran yang terlihat kelurusannya di citra DEM maupun peta
topografi.
Berdasarkan analisis kekar gerus didapatkan kedudukan bidang
sesar yaitu N319oE/75oNE, serta Netslip sebesar 10o, N135oE dan pitch 12o
dengan arah tegasan utama 17o, N173oE (lampiran E). Sesar ini merupakan
sesar mendatar menganan turun berarah relatif baratlaut-tenggara yang
ditafsirkan memotong satuan batuan piroklastik dan satuan batugamping.
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 41
2011
Tabel III.1 Hasil analisa struktur geologi daerah penelitian
Nama Sesar Breksiasi Bidang Sesar Pitch Netslip �1 �2 �3 Jenis Sesar
Centung Satu N230oE N230oE/74oNW 11o 11o, N233oE 20o, N181oE 69o, N355oE 1o, N265oE mendatar mengiri turun
Centung Dua N140oE N140oE/78oSW 11o 11o, N142oE 1o, N6oE 71o, N275oE 16o, N95oE mendatar menganan naik
Putih N195oE N195oE/76oNW 12.5o 12o, N12oE 7o, N354oE 70o, N240oE 16o, N88oE mendatar mengiri naik
Kuning N209oE N209oE/74oNW 14.5o 14o, N213oE 21o, N169oE 68o, N344oE 3o, N78oE mendatar mengiri turun
Ringinputih Satu N312oE N312oE/71oNE 16o 16o, N126oE 23o, N169oE 64o, N357oE 3o, N261oE mendatar menganan turun
Ringinputih Dua N221oE N221oE/78oNW 11o 10o, N224oE 16o, N171oE 72o, N351oE 3o, N260oE mendatar mengiri turun
Ringinputih Tiga N319 oE N319oE/75oNE 12o 10o, N135oE 17o, N173oE 72o, N10oE 4o, N266oE mendatar menganan turun
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
3.3.2 Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi
Secara regional Pulau Jawa merupakan busur magmatik yang terbentuk
akibat subduksi Lempeng Hindia
III.7). Arah tegasan yang mempengaruhi Pulau Jawa yaitu tegasan berarah relatif
utara-selatan, sehingga konsep yang
pure shear (gambar III.8
batuan berumur Tersier
di daerah penelitian sebagai
Pliosen.
Sesar mendatar berarah relatif timurlaut
relatif mengiri dan sesar mendatar berarah relatif baratlaut
pergerakannya relatif
arah tegasan utamanya
lapisan berarah selatan yang terbentuk di daerah penelitian diperkirakan
merupakan akibat dari tegasan
disimpulkan bahwa arah tegasan utama yang mempengaruhi struktur geologi di
daerah penelitian adalah berarah utara
Gambar III.8 Model
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur
Mekanisme Pembentukan Struktur Geologi
Secara regional Pulau Jawa merupakan busur magmatik yang terbentuk
empeng Hindia-Australia terhadap Lempeng Eurasia
. Arah tegasan yang mempengaruhi Pulau Jawa yaitu tegasan berarah relatif
selatan, sehingga konsep yang dipakai di daerah penelitian adalah konsep
(gambar III.8). Pembentukan struktur di daerah penelitian melibatkan
batuan berumur Tersier serta Kuarter sehingga ditafsirkan struktur yang terbentuk
sebagai struktur yang berumur muda yang berkembang pada
Sesar mendatar berarah relatif timurlaut-baratdaya yang pergerakannya
relatif mengiri dan sesar mendatar berarah relatif baratlaut
pergerakannya relatif menganan dapat dijelaskan dengan model pure shear bahwa
arah tegasan utamanya kemungkinan adalah utara-selatan. Selain itu, kemiringan
lapisan berarah selatan yang terbentuk di daerah penelitian diperkirakan
merupakan akibat dari tegasan utama berarah relatif utara-selatan
disimpulkan bahwa arah tegasan utama yang mempengaruhi struktur geologi di
daerah penelitian adalah berarah utara-selatan.
Model pure shear (Modifikasi Thomas dkk., 1973 dalam
Moores, 1992)
Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, 42
2011
Secara regional Pulau Jawa merupakan busur magmatik yang terbentuk
dap Lempeng Eurasia (gambar
. Arah tegasan yang mempengaruhi Pulau Jawa yaitu tegasan berarah relatif
daerah penelitian adalah konsep
daerah penelitian melibatkan
struktur yang terbentuk
yang berkembang pada
baratdaya yang pergerakannya
relatif mengiri dan sesar mendatar berarah relatif baratlaut-tenggara yang
dapat dijelaskan dengan model pure shear bahwa
selatan. Selain itu, kemiringan
lapisan berarah selatan yang terbentuk di daerah penelitian diperkirakan
selatan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa arah tegasan utama yang mempengaruhi struktur geologi di
dalam Twiss dan