FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL SOP...

150
FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL SOP DUREN KEPO KOTA TANGERANG SELATAN Astrid Aisyah Hanani 1113092000025 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/ 1440 H

Transcript of FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL SOP...

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL

SOP DUREN KEPO KOTA TANGERANG SELATAN

Astrid Aisyah Hanani

1113092000025

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/ 1440 H

2

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL

SOP DUREN KEPO KOTA TANGERANG SELATAN

Astrid Aisyah Hanani 1113092000025

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/ 1440 H

Scanned by CamScanner

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 24 Januari 2019

Astrid Aisyah Hanani

NIM. 1113092000025

Pendidikan Formal

2000-2001 : Taman Kanak-kanak As Syukrul Jamilah

2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 2 Sukaratu

2007-2010

2010-2011

:

:

Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Tasikmalaya

Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Tasikmalaya

2011-2013 : Sekolah Menengah Atas Sejahtera 1 Depok

Pendidikan Non Formal

2012-2013 : Program Pendidikan Komputer Terapan

Riwayat Pekerjaan

2016 : Praktek Kerja Lapang bagian produksi di Balai

Pengembangan Budidaya Ikan Gurame dan Nilem

(BPBIGN) Singaparna-Tasikmalaya

2017 : Admin dan Internet Marketing di UKM Sop Duren Kepo

2018 : Kasir Big Bad Wolf Book Fair 2018

2018 : Freelancer Dompet Dhuafa

Data Diri

Nama : Astrid Aisyah Hanani

Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 14 Desember 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaan : Indonesia

Agama : Islam

Tinggi : 155 cm

Berat : 48 kg

Alamat Asal : Kp. Pirusa RT 05 RW 02, Ds. Sukaratu, Kc. Sukaratu,

Kb. Tasikmalaya

Alamat Sekarang : Jl. W.R. Supratman No. Gg. Bacang, Kl. Cempaka Putih,

Kc. Ciputat Timur, Kt. Tangerang Selatan

Handphone : 085624217456/08551886978

Email : [email protected]/

[email protected]

IPK : 3,76

Prestasi

2012 : Peserta Lomba Hafalan Surat-surat Pendek Rohis SMA

Sejahtera 1 Depok

2012 : Peserta Olimpiade Sains Matematika Tingkat Kota

Depok

2015

2015

:

:

Peserta Lomba Tari Ratoeh Jaroe Festival FSH Se-

Jabodetabek

Tim Riset Pengembangan Kebijaksanaan Intergrasi

Keilmuan (Analisis Rantai Pasok dan Mitigasi Halal

Daging Sapi Impor Australia-Indonesia) di Pusat

Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2016 : Berpartisipasi dalam Rekor Muri 6600 Penari Ratoeh

Jaroe di TMII

Riwayat Organisasi

2010 : Pengurus Seksi Bidang Kerohanian OSIS SMAN 6

Tasikmalaya

2010 : Pengurus Seksi Bidang Logistik Teater Masagi SMAN 6

Tasikmalaya

2011 : Wakil Ketua Teater Masagi SMAN 6 Tasikmalaya

2012 : Anggota Teater Metamorfosa SMA Sejahtera 1 Depok

2013 : Anggota Divisi Publikasi, Dokumentasi dan Dekorasi

Kegiatan Menanam Pohon Mangrove di Kelurahan

Ketapang Kecamatan Mauk Himpunan Mahasiswa

Jurusan Agribisnis UIN Jakarta

2014 : Bendahara Departemen Kewirausahaan Himpunan

Mahasiswa Jurusan Agribisnis UIN Jakarta

2015 : Wakil Ketua Lembaga Semi Otonom Saman Agribisnis

UIN Jakarta

2016 : Kepala Departemen Keprofesian dan Pengembangan

Masyarakat Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis

UIN Jakarta

2016 : Anggota Seni Suara Agribisnis UIN Jakarta

RINGKASAN

Astrid Aisyah Hanani. 1113092000025. Formulasi Strategi Pengembangan Usaha

Kecil Sop Duren Kepo Kota Tangerang Selatan. (Di bawah bimbingan Mudatsir

Najamuddin dan Junaidi)

Usaha Mikro Kecil memiliki proporsi besar dalam membantu perekonomian

indonesia serta dapat merealisasikan program pemerintah yaitu Nawa Cita terkait

dengan agenda peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar

internasional. salah satu sub agendanya adalah peningkatan daya saing tenaga kerja.

Hal tersebut dibuktikan oleh data sensus ekonomi 2016 yang dilakukan oleh BPS

yaitu Sebesar 76,28 persen dari total tenaga kerja didominasi oleh tenaga kerja skala

Usaha Mikro Kecil (UMK). Diantara banyaknya bisnis usaha mikro kecil yang ada di

indonesia, salah satu yang selalu berkembang setiap tahunnya adalah bidang kuliner,

menurut CNN indonesia perkembangan kuliner di Indonesia tumbuh rata-rata 14%

setiap tahunnya. Perkembangan tersebut sangat terasa khususnya di daerah perkotaan.

Salah satunya adalah Tangerang Selatan. Peningkatan tersebut secara perlahan

membuat produk kuliner saat ini bukan saja dianggap sebagai produk kebutuhan

dasar melainkan sebagai tren dimana konsumen tertarik untuk mencari tahu cerita

dibaliknya, pengalaman yang dirasakan, serta keunikan rasa dan tampilan saat

menyantap produk kuliner tersebut. Salah satu olahan kuliner yang termasuk ke

dalam jenis produk yang unik adalah sop durian yang mulai diperkenalkan sejak

tahun 2013.

Berdasarkan hasil observasi penulis, Sop Duren Kepo merupakan perusahaan

yang memiliki rata-rata penjualan paling tinggi dibanding dengan pelaku usaha

sejenis lainnya, selain itu Sop Duren Kepo juga menjadi perusahaan pertama yang

mendirikan usaha sop durian di Tangerang Selatan. Sop Duren Kepo mengutamakan

produk berkualitas dengan harga terjangkau, didukung dengan sarana dan prasarana

yang memadai dan kemudahan akses oleh publik, lingkungan toko yang nyaman dan

bersih serta mengedepankan prinsip keislaman dalam setiap pelaksanaan bisnis.

Hingga saat ini perusahaan terus berupaya untuk mengembangkan usahanya,

walaupun kerap mengalami kerugian yang dapat mempengaruhi aktivitas perusahaan.

Beberapa yang diduga sebagai penyebab antara lain jumlah SDM yang sedikit, varian

produk yang kurang menarik dan sedikit, kualitas pelayanan lemah, perubahan selera

konsumen, ketersediaan bahan baku yang fluktuatif, harga bahan baku tidak stabil,

dan kenaikan TDL dan BBM.

Metode pengolahan data dilakukan secara deskriptif dengan pertimbangan

adanya kesediaan dari pemilik dan stake holder untuk menganalisis kondisi

perusahaan, selanjutnya merumuskan strategi pengembangan perusahaan dengan

menggunakan matriks IFE dan EFE, matriks IE dan matriks SWOT untuk

mendapatkan beberapa alternatif strategi dan matriks QSP untuk mendapatkan

prioritas strategi.

Berdasarkan hasil analisis matriks IFE, maka dapat diidentifikasi enam

kekuatan dan enam kelemahan dengan perolehan skor total untuk faktor internal

sebesar 2,551 yang mengindikasikan bahwa perusahaan berada dalam kondisi internal

yang baik, sehingga mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang

dimiliki untuk mencapai keberhasilan usaha. Analisis matriks EFE menghasilkan

enam peluang dan lima ancaman dengan skor bobot total sebesar 3,150 yang

mengindikasikan bahwa perusahaan sudah baik merespon peluang dan ancaman yang

terdapat dalam industri, sehingga cukup mampu menarik keuntungan dari peluang

yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal.

Hasil pemetaan total rata-rata IFE dan EFE memposisikan Sop Duren Kepo

pada kuadran II yang berarti termasuk ke dalam kategori posisi Grow and Build

(Tumbuh dan Bina). Untuk strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan adalah

strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk)

atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi

horizontal). Pencocokan faktor strategi eksternal dan internal pada matriks SWOT

menghasilkan sembilan strategi yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Alternatif

strategi tersebut antara lain mengembangkan jenis usaha dengan membentuk sistem

franchise, memaksimalkan promosi dengan memanfaatkan digital marketing,

meningkatkan kompetensi karyawan melalui pelatihan dengan bantuan pemerintah,

melakukan sertifikasi produk dan proses, membuat kontrak dan membina kemitraan

yang intensif dengan petani durian untuk budidaya durian, melakukan kerja sama

dengan pihak lain seperti supplier durian dengan skala besar, menyusun standar

operasional prosedur perusahaan, memperbaiki sistem manajemen perusahaan, dan

melakukan inovasi produk mengikuti tren saat ini.

Hasil analisis matriks QSP menunjukkan bahwa strategi melakukan inovasi

produk mengikuti tren saat ini sebagai prioritas utama untuk dilaksanakan dengan

nilai TAS tertinggi sebesar 5,568. Urutan prioritas strategi perusahaan hasil analisis

matriks QSP berdasarkan nilai TAS tertinggi sampai terendah adalah melakukan

inovasi produk mengikuti tren saat ini skor TAS 5,568, mengembangkan usaha

dengan membentuk sistem franchise skor TAS 5,367, dan memaksimalkan promosi

dengan memanfaatkan digital marketing skor TAS 4,996.

Kata Kunci : Manajemen Strategis, Usaha Kecil, Formulasi Strategi, Sop Duren

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بســــــــــــــــــم هللا الر

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Formulasi Strategi Pengembangan

Usaha Kecil Sop Duren Kepo Kota Tangerang Selatan”. Penelitian ini adalah

salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil

dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan

ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Agus Salim, M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agribisnis dan Dr. Iwan Aminudin, M. Si selaku Sekretaris Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ir. Mudatsir Najamuddin, MM. selaku Dosen Pembimbing 1 dan Ir. Junaidi, M.

Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing, memberikan saran,

motivasi nasehat dan arahan sekaligus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

dalam penyusunan skripsi kepada penulis.

4. Dr. Ujang Maman, M.Si selaku Dosen Penguji 1 dan Dr. Akhmad Riyadi Wastra,

MM selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosah skripsi yang telah

memberikan saran, motivasi, nasehat dan arahan untuk kesempurnaan skripsi

kepada peneliti.

5. Seluruh dosen pengajar Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

yang tidak dapatkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat atas segala ilmu

dan pelajaran dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

6. Abang Ismatullah Basyari selaku pemilik, seluruh karyawan Sop Duren Kepo,

dan Kak Vina selaku responden eksternal yang telah membantu penulis dalam

mengumpulkan data, wawancara dan pengisian kuesioner.

7. Sahabat Faizal Abdurrahman yang selalu memberikan dukungan dan bantuan

serta selalu ada selama penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat tercinta Molly, Yulia (Iyong), Millah, Ayu, Siska, Laras,Wulan, Mutil,

Izza, dan teman-teman agribisnis 2013 yang senantiasa memberikan bantuan,

semangat dan motivasi kepada penulis untuk tidak menyerah dalam menulis

skripsi dan memberikan banyak kenangan selama masa kuliah, semoga menjadi

sejarah yang tidak pernah dilupakan.

9. Teman-teman kontrakan, Dalhar, Sang dan Burhan yang telah memberikan

motivasi serta bantuannya kepada penulis untuk segera menyelesaikan

penyusunan skripsi, dan telah memberikan masukan-masukan yang dapat

membantu penulis mampu menyelesaikan skripsi.

10. Semua pihak yang telah membantu namun tidak penulis tuliskan satu per satu

tanpa mengurangi rasa hormat. Terimakasih banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. kritik dan saran

yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini. Penulis

berharap semoga penulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah

S.W.T memberkahi kita semua. Aamin Ya Robbal Alamin, Barokallah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 24 Januari 2019

Astrid Aisyah Hanani

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 10

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 10

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 12

2.1 Sistem Agribisnis .......................................................................... 12

2.2 Manajemen Agribisnis .................................................................. 14

2.2.1 Definisi Manajemen Agribisnis ........................................... 14

2.2.2 Bidang Manajemen Agribisnis............................................. 15

2.3 Manajemen Strategis ..................................................................... 17

2.3.1 Definisi Strategi ................................................................... 17 2.3.2 Definisi Manajemen Strategi ............................................... 18

2.3.3 Model Manajemen Strategi .................................................. 19

2.3.4 Jenis Strategi-strategi Alternatif .......................................... 32

2.4 Pengembangan Usaha ................................................................... 34

2.4.1 Definisi Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) ............. 35 2.4.2 Kriteria UMKM ................................................................... 36 2.4.3 Pengembangan Usaha Kecil................................................. 37

2.4.4 Kebijakan Pemerintah .......................................................... 38

2.5 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 42

2.6 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 47

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 47

ii

3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 47

3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 47

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 51

3.4.1 Analisis Matriks IFE dan EFE ............................................. 51 3.4.2 Matriks Internal-Eksternal (IE) ........................................... 53 3.4.3 Matriks SWOT ..................................................................... 55 3.4.4 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) ................ 55

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ......................................... 58

4.1 Sejarah Perusahaan ....................................................................... 58

4.2 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................. 59

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan .................................................... 59

4.4 Sarana Produksi ............................................................................ 61

4.5 Lokasi Perusahaan ........................................................................ 61

4.6 Produk Perusahaan ........................................................................ 62

4.7 Perkembangan Perusahaan ............................................................ 62

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 64

5.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ................................. 64

5.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan ...................... 64

5.1.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman ........................... 73

5.2 Analisis Hasil Identifikasi Faktor Strategis .................................. 80

5.2.1 Analisis Hasil Identifikasi Faktor Strategis Internal ............ 80

5.2.2 Analisis Hasil Identifikasi Faktor Strategis Eksternal ......... 82

5.3 Posisi Perusahaan .......................................................................... 84

5.4 Alternatif Strategi .......................................................................... 85

5.5 Prioritas Strategi ............................................................................ 91

5.6 Kebijakan dan Implikasi Manajerial ............................................. 93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 99

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 99

6.2 Saran ............................................................................................. 101

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 102

LAMPIRAN ..................................................................................................... 106

iii

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Pelaku Usaha Sejenis di Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun

2017 .......................................................................................................... 3

2. Nama dan Jabatan Narasumber ............................................................... 48

3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) ............................................... 53

4. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) ........................................... 53

5. Matriks Analisis SWOT .......................................................................... 55

6. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) ................................... 56

7. Sarana Produksi Sop Duren Kepo ........................................................... 61

8. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2016 ............... 74

9. Matriks IFE Sop Duren Kepo .................................................................. 81

10. Matriks EFE Sop Duren Kepo ................................................................. 83

11. Matriks SWOT Sop Duren Kepo ............................................................ 86

12. Prioritas Strategi Pengembangan Usaha Sop Duren Kepo ...................... 92

v

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Perkembangan UKM Kuliner di Kota Tangerang Selatan ...................... 3

2. Grafik Volume Penjualan Sop Duren Kepo ............................................ 5

3. Grafik Profit Margin Sop Duren Kepo ................................................... 6

4. Sistem Agribisnis .................................................................................... 12

5. Model Manajemen Strategi Komprehensif ............................................. 20

6. Lingkungan Eksternal dan Internal Perusahaan ...................................... 22

7. Model Lima Kekuatan Bersaing .............................................................. 25

8. Kerangka Pemikiran Peneliti ................................................................... 46

9. Matriks Internal-Eksternal (IE) ............................................................... 54

10. Struktur Organisasi Sop Duren Kepo ...................................................... 60

11. Posisi Sop Duren Kepo pada Matriks IE ................................................. 85

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Kuesioner ............................................................................................... 106

2. Sarana Produksi Sop Duren Kepo ......................................................... 118

3. Denah Sop Duren Kepo ......................................................................... 119

4. Menu Sop Duren Kepo .......................................................................... 120

5. Perbandingan Harga Perusahaan Sejenis .............................................. 121

6. Program Promosi Online Sop Duren Kepo ........................................... 123

7. Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Sop Duren Kepo ............... 127

8. Rating Faktor Internal dan Eksternal Sop Duren Kepo ......................... 128

9. Prioritas Strategi .................................................................................... 130

10. Dokumentasi .......................................................................................... 133

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki peranan penting dalam perekonomian

Indonesia. Salah satunya adalah sebagai penyerap tenaga kerja. Mengutip data

berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2016 yang dilakukan oleh BPS, sebanyak

70,32 juta tenaga kerja di Indonesia di luar sektor Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan, didominasi oleh tenaga kerja skala Usaha Mikro Kecil (UMK) sebesar

53,6 juta atau 76,28 persen dari total tenaga kerja. Sedangkan untuk Usaha

Menengah Besar (UMB) hanya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 23,72

persen dari total tenaga kerja (BPS, 2016:14).

Banyaknya bisnis usaha kecil yang ada di Indonesia, salah satu yang selalu

berkembang setiap tahunnya adalah bisnis di bidang kuliner. Menurut

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam Lazuardi dan Triadi

(2015:8), pada umumnya industri kuliner didefinisikan lebih ke arah pelayanan

makanan dan minuman (food service). Hal tersebut dikarenakan pada bidang

tersebut memerlukan kemampuan dan keahlian kuliner, misalnya memasak

berbagai menu makanan dan minuman yang dilakukan di dapur dan kemudian

disajikan dalam sebuah piring atau gelas dengan penataan yang menggugah

selera.

Perkembangan industri kuliner yang pesat ini sangat terasa di beberapa kota

besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan

Bandung. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, menurut data yang di peroleh

2

dari berita harian CNN Indonesia, perkembangan kuliner di Indonesia tumbuh

rata-rata 14 persen setiap tahunnya dan kuliner menyumbang sekitar 34 persen

untuk perekonomian kreatif (CNN Indonesia, 2017). Kota-kota yang berbatasan

langsung dengan kota besar tersebut secara langsung memperoleh dampak yang

cukup besar, informasi kuliner dengan cepat masuk ke perbatasan kota besar,

masyarakat banyak yang mulai meniru kuliner baru yang ada di kota besar.

Dampak perkembangan kuliner yang pesat dirasakan pula oleh Kota Tangerang

Selatan yang menjadi kota termuda yang diketahui memisahkan diri dengan

Kabupaten Tangerang pada tahun 2008. Kota Tangerang Selatan terletak di

Sebelah Utara Kota Tangerang dan DKI Jakarta, Sebelah Timur Kota Depok dan

DKI Jakarta, Sebelah Selatan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, dan Sebelah

Barat Kabupaten Tangerang (BPS Kota Tangerang Selatan, 2016:3).

Berdasarkan grafik pada Gambar 1 di bawah ini, menurut data yang

diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, dapat diketahui

bahwa pada lima tahun terakhir minat masyarakat untuk melakukan wirausaha

kuliner cenderung meningkat setiap tahunnya. Perkembangan signifikan terjadi

pada tahun 2015, dimana jumlah usaha kuliner meningkat sebanyak 90 persen

dari tahun 2014. Jumlah usaha kuliner yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UKM

Kota Tangerang Selatan pada tahun 2015 adalah sebanyak 7497 unit usaha, pada

tahun 2016 sedikit menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 5074 unit

usaha, menurunnya unit usaha yang terdaftar diperkirakan oleh Dinas Koperasi

dan UKM Kota Tangerang Selatan disebabkan oleh kurangnya informasi yang

diterima oleh para pelaku usaha terkait alur pendaftaran dan ketidaktahuan tentang

pentingnya mendaftar ke Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan. Pada

3

tahun 2017 meningkat kembali secara signifikan menjadi sebanyak 8867 unit

usaha yang berarti meningkat sebesar 57,22 persen dari tahun sebelumnya.

Gambar 1. Perkembangan UKM Kuliner di Kota Tangerang Selatan

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan 2017 (diolah)

Tren peningkatan yang terus bergerak secara signifikan tersebut secara

perlahan membuat produk kuliner saat ini bukan saja dianggap sebagai produk

kebutuhan dasar namun lebih dari itu. Hingga saat ini sudah banyak masyarakat

yang mulai mencari produk kuliner untuk mencari tahu cerita dibaliknya,

pengalaman yang dirasakan, serta keunikan rasa dan tampilan saat menyantap

produk kuliner tersebut. Hal ini menjadikan produk kuliner semakin mudah untuk

dikenal oleh masyarakat secara luas. Salah satu olahan kuliner yang termasuk ke

dalam jenis hidangan penutup (dessert) yang unik adalah sop durian yang mulai

diperkenalkan sejak tahun 2013.

Tabel 1. Pelaku Usaha Sejenis di Wilayah Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

No Nama Usaha Alamat Tahun

Berdiri

Penjualan/bln

(porsi)

1 Sop Duren

Kepo

Jl. W.R. Supratman No 12 G

(Samping UIN) Ciputat Timur 2013 17400

2 Durian 911 Ruko Golden Boulevard blok h2

no 31 BSD City Serpong 2017 4500

3 Sop Duren

Mas Rere

Jl. Dr. Setia Budi, Pd. Kacang

Timur Pd. Aren 2014 3300

4 Sop Duren

Lodaya

Jl. Cirendeu Raya no 29 Ciputat

Timur 2016 9000

Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

2013 2014 2015 2016 2017

UKM Kuliner 706 720 7497 5074 8867

0

2000

4000

6000

8000

10000

4

Tabel 1. Lanjutan

No Nama Usaha Alamat Tahun

Berdiri

Penjualan/bln

(porsi)

5 Sop Duren 21

Tunggang

Jl. Boulevard Graha Raya,

Euko rlin Arcade 1 No 21

Paku Jaya Serpong Utara

2016 3000

6

Ketan Duren &

Sop Duren Bapak

Mu

Jl. Pajajaran Raya No 4

Pamulang 2017 900

7 Waroeng Durian Jl. Wage Supratman Gg.

Jamblang No 24 Ciputat Timur 2018 1500

8 Istana Durian Jl. Raya Serpong Km 8 No 20-

21 Serpong 2014 12000

Sumber: Data Primer 2017 (diolah)

Seperti yang diketahui bahwa dunia usaha baik dalam bidang produk

maupun jasa selalu dihadapkan dengan persaingan. Sebagaimana yang tersaji

dalam Tabel 1, berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan oleh penulis

pada tanggal 31 oktober 2017 dan tanggal 13-24 Februari 2018 dengan pemilihan

lokasi secara menyeluruh yaitu Kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Serpong,

Pondok Aren, Serpong Utara, Pamulang dan Setu, hingga saat ini terdapat kurang

lebih 8 UKM yang bergerak dalam bidang olahan durian di daerah Tangerang

Selatan, terdiri atas Sop Duren Kepo, Durian 911, Sop Duren Mas Rere, Sop

Duren Lodaya, Sop Duren 21 Tunggang, Ketan Duren & Sop Duren Bapak Mu,

Waroeng Durian, dan Istana Durian. Saat ini Sop Duren Kepo menjadi market

leader usaha sejenis di Tangerang Selatan dengan jumlah penjualan sebanyak

17800 porsi per bulan dan persentase market share sebesar 35 persen serta

merupakan UKM sop durian tertua yang masih bertahan sampai sekarang.

Sop Duren Kepo merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam produk

olahan durian yang masih bertahan sejak 2013 hingga saat ini dan terus

berkembang. Sop Duren Kepo mengutamakan produk berkualitas dengan harga

5

terjangkau, didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai dan kemudahan

akses oleh publik, lingkungan toko yang nyaman dan bersih. Mengedepankan

prinsip keislaman dalam setiap pelaksanaan bisnis dan memperhatikan kebersihan

produk sebagai upaya untuk mempertahankan pelanggan sekaligus meningkatkan

loyalitas atau kesediaan pelanggan untuk tetap memilih produk perusahaan.

Sop Duren Kepo mengalami perkembangan yang cukup pesat setiap

bulannya. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan penjualan Sop Duren Kepo,

yang tersedia pada tahun 2016-2017. Pada tahun 2016 penjualan mencapai

107.457 porsi dengan kenaikan tertinggi terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar

13.134 porsi dan pada tahun 2017 penjualan mencapai 129.861 porsi yang berarti

total penjualan Sop Duren Kepo pada tahun 2017 meningkat secara signifikan

dibanding tahun sebelumnya, kenaikan terhitung sebesar 17,25 persen dengan

kenaikan tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 14.903 porsi. Berikut

merupakan grafik tren penjualan tahun 2016 dan 2017 sebagaimana yang tersaji

pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Volume Penjualan Sop Duren Kepo

Sumber: Sop Duren Kepo 2018 (diolah)

Peningkatan pada penjualan nyatanya tidak selalu menghasilkan

keuntungan atau laba yang tinggi, sebagaimana yang terlihat pada grafik profit

margin yang tersaji pada Gambar 3, pada tahun 2016 hingga 2017 tren yang

jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des

PENJUALAN 2017 12870 10188 12234 11396 10071 5471 13134 13390 14903 13322 11377 13739

PENJUALAN 2016 0 4834 9699 9922 10763 7278 6498 12304 11030 12289 9246 13594

0

5000

10000

15000

20000

Vo

lum

e P

en

jua

lan

(p

cs)

6

dihasilkan dalam grafik Profit Margin tersebut cenderung tidak stabil atau

berfluktuatif, persentase kerugian yang paling tinggi terjadi pada bulan November

2016 dan Mei 2017 sebesar -24 persen, sedangkan persentase keuntungan

tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 dan April 2017 yaitu sebesar 40 persen

dan 32 persen berturut-turut. Kerugian yang dialami oleh perusahaan sedikitnya

tentu mempengaruhi aktivitas penjualan perusahaan.

Adanya fluktuasi profit margin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik

itu faktor internal yang dimiliki oleh perusahaan maupun faktor eksternal yang

perlu dihadapi oleh perusahaan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan

oleh penulis, beberapa faktor internal yang diduga menjadi permasalahan yang

menghambat penjualan dan menambah kerugian bagi perusahaan antara lain

jumlah SDM yang sedikit, kualitas pelayanan yang lemah, serta varian produk

yang kurang menarik dan sedikit. Sedangkan faktor eksternal yang harus dihadapi

oleh perusahaan antara lain adanya perubahan dari selera konsumen, ketersediaan

bahan baku yang berfluktuatif, harga bahan baku yang tidak stabil, serta kenaikan

Tarif Dasar Listrik dan BBM.

Gambar 3. Grafik Profit Margin Sop Duren Kepo

Sumber: Sop Duren Kepo 2018 (diolah)

Berdasarkan uraian sebelumnya, faktor pertama yang diduga menjadi

permasalahan internal utama yang dimiliki oleh Sop Duren Kepo adalah jumlah

6 13

-4 -1

-9

9 7 17

18

40

-24

12 19

3

-9

32

-24

17 9

-40

-20

-

20

40

60

2016 2017

Pro

fit

Ma

rgin

(%

)

7

Sumber Daya Manusia yang masih sedikit. Hal tersebut dibuktikan dengan

temuan adanya tumpang tindih dalam pekerjaan yang terjadi di lapangan. Adanya

tumpang tindih tersebut dapat mengakibatkan fokus dalam pekerjaan menjadi

hilang. Hingga saat ini jumlah SDM berjumlah 6 orang dengan jam kerja kurang

lebih 10 jam dan rata-rata jumlah porsi yang terjual setiap harinya kurang lebih

300-400 porsi.

Permasalahan lain yang muncul dalam lingkungan internal perusahaan,

adalah kualitas pelayanan karyawan terhadap pelanggan yang semakin menurun.

Hal ini terlihat dari banyaknya keluhan dari pelanggan, sebanyak 9 persen dari

total sampel 98 orang pelanggan yang datang ke Sop Duren Kepo mengatakan

bahwa pelayanan yang diberikan oleh karyawan kurang baik dan kurang ramah

(Sop Duren Kepo, 2018:16). Adanya permasalahan tersebut mengakibatkan

pelanggan menjadi kurang nyaman sehingga penjualan menjadi menurun.

Terlebih karena harga produk yang ditawarkan kepada pelanggan merupakan

harga yang relatif murah dibanding dengan pesaing, hal tersebut tentu saja akan

menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi Sop Duren Kepo.

Sop Duren Kepo mengambil target pasar kalangan anak muda usia 15-34

tahun dan lebih spesifik pada kalangan menengah karena menurut data BPS Kota

Tangerang Selatan, pada tahun 2015 sebanyak 36,05 persen penduduk Kota

Tangerang Selatan merupakan anak muda berusia 15-34 tahun (BPS, 2016:49). Ini

jelas merupakan suatu peluang pasar bagi para pengusaha di Kota Tangerang

Selatan yang menjadikan anak muda sebagai target pasar.

Anak muda cenderung senang mencoba, begitupun jika ada produk baru

yang menawarkan keunikan dan keunggulan tersendiri. Hanya saja pada dasarnya

8

gaya hidup anak muda cenderung dinamis dan mudah bosan dengan produk yang

bersifat monoton. Hal tersebut menjadi salah satu masalah bagi Sop Duren Kepo

yang perlu memerhatikan perkembangan selera pelanggan, karena terhitung sejak

tahun 2015 hingga saat ini belum ada penambahan varian sop durian yang disukai

oleh anak muda “kekinian” sehingga menimbulkan beberapa keluhan dari

pelanggan yang lambat laun cenderung akan mengurangi jumlah pelanggan jika

permasalahan tersebut tidak segera diatasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari

hasil survei yang dilakukan oleh Sop Duren Kepo pada tahun 2017, sebanyak 9

persen dari sampel 98 orang mengeluhkan tentang varian topping yang masih

sedikit dan porsi yang berkurang (Sop Duren Kepo, 2018:16).

Penurunan jumlah pelanggan tersebut memang belum terasa karena Sop

Duren Kepo selalu melakukan promosi baik itu melalui offline maupun online

seperti penggunaan social media, Surat Kabar online maupun koran. Selain itu,

pemilik Sop Duren Kepo juga kerap mengikuti pelatihan-pelatihan terkait internet

marketing yang di dalamnya termasuk cara-cara promosi di social media sehingga

Sop Duren Kepo tidak gagap teknologi dan senantiasa mengikuti perkembangan

informasi.

Jika ditinjau dari sisi ketersediaan bahan baku dan harga bahan baku,

menurut hasil wawancara kepada owner Sop Duren Kepo pada tanggal 24 Januari

2017, saat ini harga durian pada tahun 2017 akhir hingga awal tahun 2018

mengalami kenaikan terhitung sebesar kurang lebih 50 persen, dari harga awal

sebesar Rp80.000-, naik menjadi Rp120.000-,. Naiknya harga bahan baku

mengakibatkan perusahaan harus mengalihkan dana sepenuhnya yang semula

9

akan digunakan untuk perluasan pasar seperti membuka cabang baru untuk

keperluan stok bahan baku.

Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti pengaruh

iklim, karena buah durian termasuk ke dalam kategori buah musiman, dan faktor

gagal panen dari pihak supplier Sop Duren Kepo. Kedua hal tersebut yang

membuat supplier Sop Duren Kepo mengalami kesulitan mencari bahan baku

yang berdampak pada kontinuitas bahan baku menjadi terhambat.

Kesulitan ketersediaan bahan baku dan harga bahan baku yang tinggi tidak

sedikit menyebabkan usaha pesaing mengalami kebangkrutan, akan tetapi pada

awal tahun 2018 mulai kembali beroperasi dan tidak menutup kemungkinan akan

masuk pendatang baru. Hal tersebut disebabkan karena masyarakat masih melihat

adanya peluang untuk mengembangkan usaha sop durian. Masuknya pendatang

baru dan banyaknya usaha sejenis yang mulai bangkit setelah krisis akhir tahun

2017 akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan usaha Sop Duren Kepo.

Tidak hanya itu, kenaikan harga tarif dasar listrik dan BBM pun menjadi

salah satu ancaman karena jika harga tarif dasar listrik dan BBM naik, maka akan

berpengaruh juga kepada sewa tempat yang saat ini digunakan untuk lokasi

penjualan, kenaikan harga bahan penolong, serta kenaikan harga ongkos

pengiriman bahan baku. Sehingga akan menambah beban biaya yang harus

dikeluarkan oleh Sop Duren Kepo.

Untuk membuat perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lain dan

mampu mengatasi perubahan lingkungan yang terus berkembang, diperlukan

alternatif strategi pengembangan usaha agar dapat mengembangkan usahanya. Hal

tersebut tentu dilakukan dengan mengoptimalkan kekuatan dan memperbaiki

10

kelemahan serta memanfaatkan peluang mengurangi ancaman. Berdasarkan

uraian tersebut penulis melakukan penelitian mengenai “Formulasi Strategi

Pengembangan Usaha Kecil Sop Duren Kepo Kota Tangerang Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apa saja faktor lingkungan internal yang dapat menjadi kekuatan dan

kelemahan bagi Sop Duren Kepo?

2. Apa saja faktor lingkungan eksternal yang dapat menjadi peluang dan

ancaman bagi Sop Duren Kepo?

3. Bagaimana alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh Sop Duren Kepo?

4. Prioritas strategi seperti apa yang dapat dijalankan oleh Sop Duren Kepo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang

dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor lingkungan internal yang dapat menjadi kekuatan dan

kelemahan bagi Sop Duren Kepo.

2. Menganalisis faktor lingkungan eksternal yang dapat menjadi peluang dan

ancaman bagi Sop Duren Kepo.

3. Menyusun alternatif strategi pengembangan usaha Sop Duren Kepo.

4. Merekomendasikan prioritas strategi pengembangan usaha Sop Duren

Kepo.

11

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan atau

manfaat antara lain :

1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat kelulusan S1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta mampu menerapkan ilmu dan mengembangkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di Perguruan Tinggi.

2. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan

sumber informasi serta bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

3. Sebagai referensi dan masukan bagi Sop Duren Kepo untuk mengambil

keputusan dalam rangka menyelesaikan permasalahan internal dan

eksternal organisasi.

4. Sebagai sumber rujukan, bahan kajian, perolehan data, dan informasi bagi

pemerintah, perguruan tinggi, dan bagi pihak-pihak yang mendalami

bidang kajian penerapan strategi pengembangan usaha.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada analisis usaha, formulasi

strategi, dan kebijakan implikasi manajerialnya saja. Analisis usaha bertujuan

untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci internal dan eksternal pada Sop Duren

Kepo. Formulasi strategi terdiri dari tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap

keputusan. Untuk tahap keputusan sebagai rekomendasi prioritas strategi penulis

akan berdiskusi bersama manajemen Sop Duren Kepo sebagai pengambil

keputusan akhir. Serta kebijakan yang perlu dilakukan dan implikasi manajerial.

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Agribisnis

Jika ditinjau secara saksama, kegiatan-kegiatan yang terkandung dalam

manajemen agribisnis didalamnya yang sekaligus menjadi batasan ruang lingkup

yang disebut juga sistem agribisnis. Secara konsep sistem agribisnis adalah semua

aktivitas mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi, kegiatan on farm

(budidaya), pengolahan (agroindustri), sampai kepada pemasaran produk-produk

yang dihasilkan. Sistem agribisnis merupakan suatu konsep gabungan dari fungsi-

fungsi agribisnis secara komprehensif sekaligus sebagai suatu konsep yang dapat

menelaah dan menjawab berbagai masalah dan tantangan (Sa’id dan Intan,

2001:19).

Berdasarkan pengertian tersebut, berikut diuraikan ruang lingkup agribisnis

yang disajikan dalam bentuk ilustrasi bagan :

Gambar 4. Sistem Agribisnis Sumber : Soehardjo dalam Sa’id dan Intan (2001:21)

Pemasaran Pengolahan Usaha Tani

Penyedia

Sarana

Produksi

Lembaga Penunjang Agribisnis

(Pertahanan, Keuangan, Penelitian, dll)

13

Dilihat dari Gambar 3, dapat diketahui bahwa masing-masing subsistem

Agribisnis tersebut mempunyai ruang lingkup kegiatan sebagai berikut :

a. Subsistem penyediaan sarana produksi (hulu/up-stream): menyangkut

kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana prasarana produksi pertanian

yang didasarkan pada perencanaan dan pengelolaannya, sehingga sarana

produksi tersebut dapat memenuhi kriteria 5 tepat (tepat waktu, jumlah,

jenis, mutu dan produk). Kegiatan ini mempunyai keterkaitan dengan

industri-industri hulu.

b. Subsistem usaha tani atau proses produksi : menyangkut kegiatan

pembinaan dan pengembangan usaha tani atau budidaya dalam rangka

meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk dalam kegiatan ini

adalah pemilihan lokasi usaha tani, komoditas, teknologi serta pola usaha

tani.

c. Subsistem agroindustri atau pengolahan (hilir/down-stream): menyangkut

kegiatan pengolahan hasil usaha tani yang merupakan keseluruhan

kegiatan, mulai dari penanganan pascapanen sampai pada tingkat

pengolahan lanjutan hasil pertanian, dengan maksud untuk menambah nilai

dari produksi primer.

d. Subsistem Pemasaran: menyangkut kegiatan pemasaran hasil-hasil

pertanian ataupun hasil agroindustri, yang ditujukan untuk pasar domestik

maupun pasar luar negeri. Termasuk di dalamnya retail dan pelanggannya.

e. Subsistem Penunjang : menyangkut seluruh kegiatan yang menyediakan

jasa bagi agribisnis, seperti lembaga keuangan (perbankan), lembaga

penelitian dan pengembangan, lembaga transportasi, lembaga pendidikan,

14

infrastruktur, koperasi, penyuluhan, konsultasi, lembaga pemerintah

(kebijakan fiskal dan moneter, perdagangan internasional, kebijakan tata-

ruang, serta kebijakan lainnya), dan lain-lain.

2.2 Manajemen Agribisnis

2.2.1 Definisi Manajemen Agribisnis

Berbagai konsep dalam manajemen telah banyak dibagi dan diuraikan.

Diantaranya terdapat beberapa penulis yang menguraikan manajemen sebagai

bagian dari bidang tanggung jawab, seperti keuangan, pemasaran, produksi, dan

personalia. Ada pula yang mengatakan sebagai cara koordinasi sederetan masukan

dari berbagai sumber daya seperti uang, pasar, bahan, mesin, metode, dan tenaga

manusia (Downey dan Erickson, 1988:25).

Menurut Downey dan Erickson (1988:26) konsep manajemen didefinisikan

sebagai daya dan upaya untuk mencapai hasil yang diinginkan melaui

pemanfaatan yang efektif atas sumber daya yang tersedia. Pendekatan ini sering

disebut sebagai “Konsep 6M” yaitu Money (Uang), Markets (Pasar), Material

(Bahan), Machinery (Mesin), Methods (Metode), dan Man (Manusia).

Konsep manajemen lainnya yang terkenal, yaitu sebagai deretan fungsi.

Mengutip dari Stoner dan Freeman (1989) dalam Sa’id dan Intan (2001:32),

“manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan

pengendalian upaya anggota organisasi dan proses pemanfaatan sumber daya

organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”

Downey dan Erickson (1988:5) mengatakan agribisnis adalah kegiatan

yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang

15

meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan

masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran

pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Berhubungan yang di maksud

adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha

yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Dengan demikian agribisnis dapat

dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki beberapa komponen sub

sistem yaitu, sub sistem usaha tani/yang memproduksi bahan baku; sub sistem

pengolahan hasil pertanian, dan sub sistem pemasaran hasil pertanian.

Berdasarkan penjelasan definisi yang telah di sampaikan oleh beberapa ahli

di atas, dapat dikatakan bahwa manajemen agribisnis adalah ilmu untuk

melaksanakan rangkaian kegiatan agribisnis yang dimulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian sampai dengan

evaluasi. Bentuk kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan penyediaan sarana

prasarana produksi, proses produksi/budidaya, pengolahan produk primer maupun

produk lanjutan, dan pemasaran produk. Selain kegiatan tersebut, ada beberapa

kegiatan yang mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan, yaitu kegiatan

akuntansi keuangan, pengendalian risiko usaha, penerapan teknologi serta

pemanfaatan sumber daya manusia maupun lembaga pendukung agribisnis.

2.2.2 Bidang Manajemen Agribisnis

1. Manajemen Produksi

Mengutip dari Sa’id dan Intan (2001:43), produksi dapat diartikan sebagai

seperangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan produk

agribisnis (produk usaha pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, dan hasil

olahan produk-produk tersebut). Berdasarkan hal tersebut, maka manajemen

16

agribisnis dapat diartikan sebagai seperangkat keputusan untuk mendukung proses

produksi agribisnis, mulai dari keputusan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, hingga evaluasi proses tersebut.

Manajemen produksi, terutama menyangkut keputusan lokasi, ukuran atau

volume, dan tata letak fasilitas, pembelian, persediaan, dan penjadwalan serta

mutu produk, akan menjadi perhatian khusus dari para manajer produksi.

Walaupun keputusan-keputusan mengenai hal tersebut secara fungsional dapat

berada di luar tanggung jawab manajer produksi, seperti fungsi pengadaan,

persediaan dan penyimpanan, tetapi tetap harus diperhatikan oleh manajer

produksi dalam rangka menjamin berlangsungnya proses produksi sesuai dengan

yang direncanakan.

2. Manajemen Pemasaran

Proses pemasaran yaitu mengidentifikasi kebutuhan pelanggan,

mengembangkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan, menetapkan

program promosi dan kebijakan harga serta menetapkan sistem distribusi untuk

menyampaikan barang dan jasa kepada pelanggan. Manajemen pemasaran

bersangkut paut dengan pengelolaan proses tersebut (Downey dan Erickson,

1988:300).

3. Manajemen Personalia

Manajemen personalia dapat dibagi ke dalam dua bidang terpisah akan

tetapi saling terkait erat, bidang tersebut antara lain: pengelolaan fungsi

manajemen personalia dan pengelolaan motivasi karyawan, dengan kata lain

mekanisme personalia dan titik tolak pemotivasian karyawan agar mencurahkan

17

segala daya upaya merupakan dua hal yang saling tergantung (Downey dan

Erickson, 1988:424).

4. Manajemen Keuangan

Semua agribisnis harus mengikuti prosedur penjualan, pembelian, biaya

dan laba atau rugi. Catatan yang menggunakan fakta-fakta ini perlu untuk

memenuhi tuntutan pemerintah, lembaga pemberi pinjaman, para penanam modal,

karyawan, dan para pemasok bisnis tersebut. Bahkan lebih penting lagi catatan

perusahaan akan menjadi daya gerak bagi semua rencana keuangan dan keputusan

manajemen. Sistem pencatatan harus menyajikan pengetahuan yang memenuhi

kriteria : 1) harus sederhana dan mudah dimengerti; 2) harus dipercaya, cermat,

konsisten dan tepat waktu; 3) harus didasarkan pada keunikan bisnis tertentu

(Downey dan Erickson, 1988:143).

2.3 Manajemen Strategis

2.3.1 Definisi Strategi

Setiap perusahaan memerlukan strategi agar lebih mudah dalam mencapai

sebuah tujuan. Pengertian strategi yang luas mengandung berbagai macam definisi

dan interpretasi.

a. David (2011:45) : mengartikan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan

jangka panjang, strategi termasuk perluasan geografis, diversifikasi,

akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan, divestasi,

likuiditas, dan usaha patungan.

b. Hamel dan Prahalad dalam Umar (2008:31) : strategi merupakan tindakan

yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan

18

dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan untuk

para pelanggan dimasa mendatang.

c. Pearce dan Robinson (2007:6) : strategi adalah rencana berskala besar,

bertujuan ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan

demi mencapai tujuan perusahaan.

d. Umar (2008:30) : strategi dapat didefinisikan sebagai alat untuk mencapai

tujuan karena suatu strategi pada dasarnya merupakan suatu skema untuk

mencapai sasaran yang dituju.

2.3.2 Definisi Manajemen Strategi

Manajemen merupakan suatu keteraturan, ketertiban dan kejelasan untuk

mempermudah anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan mengatasi

masalah yang ada pada organisasi. Menurut Sa’id dan Intan (2001:32) pada

intinya manajemen adalah suatu rangkaian proses yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pengendalian dalam

rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi, baik sumber daya

manusia, modal, material, maupun teknologi secara optimal untuk mencapai

tujuan organisasi. Rangkaian kegiatan tersebut biasa disebut dengan fungsi-fungsi

manajemen.

Manajemen strategi menurut David (2011:37) adalah seni dan pengetahuan

untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan-

keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi

mencapai tujuan-tujuan masa depan, baik tujuan strategis maupun tujuan operasi

yang membuat organisasi mampu mencapai sasaran objektif. Untuk mencapai

tujuan-tujuan tersebut, diperlukan metode yang digunakan sebagai alat dalam

19

organisasi tersebut. Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (2007:5)

mendefinisikan manajemen strategi sebagai satu set keputusan dan tindakan yang

menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk meraih

tujuan suatu perusahaan/organisasi.

Manajemen strategi menjadi suatu penentuan tindakan yang harus diambil

oleh perusahaan terdiri dari formulasi, implementasi, dan evaluasi keputusan-

keputusan terkait dengan keseluruhan fungsi-fungsi manajemen. Manajemen

strategis memungkinkan suatu perusahaan untuk mengawali mempengaruhi

ketimbang hanya memberi respons terhadap aktivitas dan dengan demikian dapat

berusaha keras mengendalikan tujuan organisasi.

2.3.3 Model Manajemen Strategi

Model manajemen strategi digunakan untuk memudahkan dalam

mempelajari dan memahami tentang bagaimana proses manajemen strategi

dilakukan. Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan,

dikatakan bersifat dinamis karena apabila terjadi perubahan pada komponen

utama dalam model maka akan terjadi perubahan pada komponen lainnya.

Sedangkan maksud dari berkelanjutan yaitu aktivitas merumuskan,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi harus dilaksanakan secara

terus-menerus.

Menurut David (2011:46), proses manajemen strategi yang paling baik

adalah yang dapat dipelajari dan diterapkan dengan menggunakan satu model.

Model tersebut tidak menjamin secara mutlak keberhasilan yang diraih, tetapi

menggambarkan pendekatan yang lebih jelas dan praktis untuk merumuskan,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi. Kegiatan perumusan strategi,

20

implementasi, dan evaluasi terjadi di tiga tingkat hierarki dalam organisasi yang

besar, yaitu korporasi, divisi atau unit bisnis strategi, dan fungsional. Berikut

merupakan model manajemen strategi komprehensif yang tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Model Manajemen Strategi Komprehensif Sumber: David (2011:47)

Berdasarkan model diatas, dapat diketahui bahwa setiap komponen utama

memiliki hubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan yang terangkum dalam

proses manajemen strategi. Tiga tahapan tersebut antara lain :

1. Formulasi strategi

Formulasi strategi dapat dikatakan sebagai perencanaan strategi atau

perencanaan jangka panjang. Formulasi Strategi mencakup kegiatan

mengembangkan visi dan organisasi, mengidentifikasi peluang dan ancaman

Develop

Vision and

Mision

Establish

Long-term

Objectives

Generate,

Evaluate,

and Select

Strategies

Implement

Strategies-

Marketing,

Finance,

Accounting

, R&D, and

MIS Issues

Measure

and

Evaluate

Performance

Perform

External

Audit

Perform

Internal

Audit

Implement

Strategies

Manajemen

Issues

Strategy

Formulation

Strategy

Implementation

Strategy

Evaluation

21

eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi,

menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi

alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan.

a. Visi dan Misi

Setiap organisasi/perusahaan tentu memiliki visi untuk mencapai

kesuksesannya. Visi dapat memberikan aspirasi dan motivasi bagi perusahaan

disamping memberikan panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi

perusahaan. Menurut David (2006:70) visi adalah pernyataan yang menjawab

pertanyaan “Apa yang ingin kita capai?” sebagai dasar untuk mengembangkan

pernyataan misi yang komprehensif. Sedangkan penyataan misi adalah pertanyaan

tujuan yang secara jelas membedakan suatu bisnis dari perusahaan-perusahaan

lain yang sejenis. Menjawab pertanyaan yang paling penting “Apa bisnis kita?”

(David, 2006:71).

Para penyusun strategi seringkali gagal untuk merumuskan tujuan dan

mengimplementasi strategi karena tidak memperhatikan pengembangan visi dan

misi. Pentingnya pengembangan visi dan misi adalah untuk manajemen strategis

yang efektif, terdokumentasi dengan baik dalam literatur, walaupun hasil

penelitian bervariasi (David, 2006:77).

b. Lingkungan Perusahaan

Lingkungan usaha terdiri dari lingkungan di dalam (internal) dan

lingkungan di luar (eksternal) perusahaan. Lingkungan dalam perusahaan

melibatkan karyawan perusahaan dan lingkungan operasionalnya, dari lingkungan

dalam perusahaan akan diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

perusahaan yang ada saat ini, sedangkan dari lingkungan luar perusahaan akan

22

diketahui peluang dan ancaman yang mungkin datang pada perusahaan sekarang

dan kemungkinan di masa yang akan datang.

Menurut Sofyan (2015:53) lingkungan yang meminta perhatian khusus

adalah lingkungan eksternal. Hal tersebut terjadi dikarenakan diantara faktor pada

lingkungan eksternal saling berinteraksi dan saling mempengaruhi, sehingga

secara terpadu akan mempengaruhi strategi perusahaan.

David (2006:160) mengungkapkan bahwa audit lingkungan internal akan

seiring dengan audit lingkungan eksternal, perwakilan manajer dan karyawan dari

seluruh perusahaan perlu dilibatkan dalam penentuan kekuatan dan kelemahan

perusahaan, membutuhkan pengumpulan dan pengasimilasian informasi tentang

operasi manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian

dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen perusahaan.

Gambar 6. Lingkungan Eksternal dan Internal Perusahaan

Sumber: Umar (2008:75)

Berdasarkan Gambar 6, menurut Umar (2008:74) lingkungan bisnis terbagi

ke dalam dua yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal dimana

23

lingkungan eksternal juga terbagi lagi menjadi dua yaitu lingkungan jauh dan

lingkungan industri. Lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di

dalam perusahaan yang terdiri atas aspek keuangan, SDM, pemasaran, dan

manajemen. Lingkungan jauh terdiri atas faktor-faktor yang berada di luar

lingkungan perusahaan seperti faktor ekonomi, sosial, politik dan teknologi,

sedangkan untuk lingkungan industri berasal dari lingkungan luar yang dekat

dengan perusahaan sesuai dengan konsep yang digunakan oleh Porter yang terdiri

atas aspek hambatan masuk, aspek daya tawar menawar pemasok, aspek daya

tawar pembeli, aspek ketersediaan barang substitusi, dan aspek persaingan dalam

industri yang selanjutnya akan dijelaskan dalam sub bab berikutnya.

1) Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk membuat daftar terbatas

mengenai beberapa peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan berbagai

ancaman yang harus dihindari (David, 2006:105). Analisis lingkungan eksternal

tidak ditujukan membuat daftar panjang mengenai setiap faktor yang mungkin

dapat mempengaruhi bisnis melainkan ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor strategis yang dapat dilaksanakan. Berikut merupakan beberapa varibel

kunci eksternal dan organisasi, antara lain:

(a) Lingkungan Jauh

(1) Ekonomi. Berhubungan dengan tahapan siklus bisnis, gejala inflasi,

kebijakan keuangan, suku bunga, nilai tukar mata uang, seperti kehadiran

perusahaan retail berskala internasional dan munculnya konglomerasi

usaha lokal yang menyebabkan persaingan usaha semakin tajam,

24

meningkatnya persaingan usaha penguasaan sumber bahan baku dan

tumbuhnya oligopoli.

(2) Sosial. Berhubungan dengan berbagai faktor seperti keyakinan

(kepercayaan), nilai dan sistem sosial, sikap, opini dan gaya hidup. Faktor-

faktor tersebut biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, demografis,

religius, etnis, dan pendidikan. Interaksi yang terjadi dalam masyarakat

memiliki corak warna yang khas yang biasanya dipengaruhi oleh

pandangan hidup masyarakat tersebut. Misalnya masyarakat yang masih

memegang teguh tradisi, masyarakat yang permisif, dan sebagainya. Semua

akan berpengaruh dalam interaksi badan usaha dengan masyarakat selaku

pelanggan.

(3) Politik. Berupa peraturan, undang-undang dan kebijakan pemerintah pada

tingkat nasional, provinsi, maupun daerah yang menentukan kegiatan

operasional perusahaan. Seperti pengaruh kekuasaan para elit politik dan

tokoh di masyarakat pada masa reformasi yang dinilai kontraproduktif

sehingga belum juga mampu membawa pencerahan situasi dan kondisi

masyarakat. Kondisi seperti ini cenderung membawa instabilitas kepada

dunia usaha yang ditandai dengan tingginya sikap kehati-hatian para

pengusaha untuk menanamkan investasi dalam jumlah besar.

(4) Teknologi. Terkait dengan sistem teknologi yang diterapkan oleh

perusahaan mempengaruhi terciptanya produk baru, penyempurnaan

produk yang sudah ada atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan

pemasaran. Perkembangan IPTEK yang telah merambah ke dalam berbagai

25

bidang termasuk bisnis memberikan pengaruh dalam pemilihan teknologi

yang akan digunakan dalam kegiatan bisnis.

(b) Lingkungan Industri

Aspek kedua dalam lingkungan eksternal adalah aspek lingkungan industri.

Model lima kekuatan bersaing tentang analisis kompetitif merupakan pendekatan

yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak

industri. Menurut Porter (2008) dalam Magretta (2012:40) hakikat persaingan

suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu

persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru,

potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar

penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/pelanggan. Kelima faktor

yang menjadi bagian dari lingkungan industri perusahaan yang berinteraksi

langsung dengan perusahaan dapat digambarkan seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Model Lima Kekuatan Bersaing Sumber : Porter (2008) dalam Magretta (2012:42)

Berdasarkan Gambar 7, menurut konsep teori dari Porter yang dijelaskan

kembali oleh Magretta dapat diuraikan sebagai berikut :

26

(1) Potensi pengembangan produk pengganti : produk substitusi memiliki

karakteristik yang berbeda, namun dapat memberikan fungsi/jasa yang

sama. Jenis produk yang memiliki kesamaan dalam fungsi dan jasa untuk

segmen pasar yang dituju dapat menekan volume penjualan. Faktor harga

dan kualitas akan menentukan intensitas tekanan dari produk pengganti.

Tekanan persaingan semakin bertambah ketika harga produk pengganti

lebih murah dan biaya pelanggan untuk beralih ke produk pun rendah.

Kekuatan kompetitif produk pengganti dapat diukur dari seberapa besar

pangsa pasar yang diperebutkan dan rencana perusahaan produk pengganti

tersebut untuk meningkatkan kapasitas serta penetrasi pasar.

(2) Kekuatan tawar-menawar pemasok : kekuatan tawar-menawar pemasok

dapat mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk

menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk. Pemasok akan kuat

apabila memenuhi beberapa kondisi seperti jumlah pemasok sedikit, produk

yang ada adalah unik dan mampu menciptakan biaya peralihan (switching

cost) yang besar, tidak ada produk substitusi, pemasok mampu melakukan

integrasi ke depan (hilir), dan perusahaan hanya membeli dalam jumlah

yang kecil dari pemasok.

(3) Kekuatan tawar-menawar pembeli : bagi produk yang pasarnya dikuasai

oleh sedikit pembeli akan meningkatkan posisi tawar menawar pembeli dan

memperlemah posisi perusahaan terutama untuk produk yang bersifat masa

produk dan mudah mencari substitusi nya. Posisi pembeli yang kuat dapat

menekan harga jual, cara pembayaran, cara pengiriman dan lainnya yang

pada akhirnya mengurangi kemampuan menciptakan laba yang lebih baik.

27

Umar (2008:83) memberikan contoh beberapa kondisi yang memungkinkan

hal tersebut, antara lain : a) Pembeli membeli dalam jumlah besar; b)

Pembeli mampu membuat produk yang diperlukan; c) Sifat produk yang

tidak diferensiasi dengan banyak pemasok; d) Produk perusahaan

dipandang tidak terlalu penting bagi pembeli sehingga pembeli mudah

berpaling pada produk substitusi.

(4) Tingkat persaingan dengan perusahaan sejenis : strategi yang dijalankan

oleh satu perusahaan dapat berhasil hanya jika strategi tersebut memiliki

keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi yang dijalankan oleh

perusahaan pesaing. Persaingan yang diperebutkan adalah posisi di pasar

dan market share, penguasaan saluran distribusi, pemasok dan lain-lainnya

untuk menjadi penguasa pasar. Tingkat persaingan dipengaruhi oleh 6

faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik

produk, biaya (produksi) tetap yang besar, kapasitas produksi, besarnya

hambatan yang keluar yang berupa aset maupun idealisme bisnis.

(5) Potensi masuknya pesaing baru : terutama yang membawa sumber daya

lebih baik dapat menurunkan harga jual dan akan mempengaruhi laba

perusahaan yang sudah ada terlebih dahulu, kapasitas menjadi bertambah,

dan terjadinya market share. Untuk mempertahankan posisi dapat

dilakukan dengan persaingan harga, iklan, pengenalan produk, inovasi

produk, peningkatan pelayanan dan jaminan purna jual. Perusahaan yang

baru masuk biasanya tidak mudah memasuki pasar karena adanya

hambatan masuk industri dan reaksi dari perusahaan yang telah ada.

Beberapa hal yang menjadi hambatan masuk industri antara lain skala

28

ekonomi, diferensiasi produk, persyaratan modal, biaya peralihan pemasok,

terbatasnya saluran distribusi dan kebijakan pemerintah.

2) Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan setelah menetapkan

faktor kunci yang dianggap mempunyai pengaruh penting pada kekuatan dan

kelemahan perusahaan. Tahap pengkajian faktor-faktor kekuatan dan kelemahan

di dalam organisasi atau perusahaan. Analisis ini berguna untuk mengidentifikasi

dan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang fungsional seperti

manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, sumber daya manusia,

penelitian dan pengembangan. Faktor kunci tersebut adalah (Sofyan, 2015:63) :

(a) Manajemen, adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengendalian

upaya anggota organisasi dan proses evaluasi dari penggunaan semua

sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan.

(b) Pemasaran, merupakan proses pengidentifikasian pasar, pengembangan

produk, pengujian reaksi pelanggan, perhitungan produksi dan biayanya,

penentuan keperluan distribusi dan pelayanan, serta memutuskan cara

pengiklanan dan promosi. Terdapat empat macam bauran pemasaran, yaitu

produk, harga, distribusi, dan promosi.

(c) Keuangan dan akuntansi, adalah kemampuan perusahaan memupuk modal

jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus ditanggung

perusahaan sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik

dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan,

29

struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inflasi, dan

sistem akunting yang andal.

(d) Sistem Informasi manajemen (SIM) adalah sistem perencanaan yang

meliputi pemanfaatan manusia atau SDM, dokumen, teknologi, prosedur

dengan menggunakan bantuan teknologi untuk memecahkan masalah bisnis

yang di hadapi oleh perusahaan.

(e) Produksi dan Operasi Perusahaan, adalah semua aktivitas yang mengubah

input menjadi output atau barang dan jasa. Schroeder dalam David

(2011:145), menyarankan agar manajemen produksi/operasi

memperhatikan fungsi bidang keputusan proses, kapasitas, persediaan,

tenaga kerja dan kualitas.

(f) Sumber Daya Manusia, merupakan sumber daya terpenting bagi

perusahaan sehingga perlu ada upaya agar terwujud perilaku positif di

kalangan karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan

antara lain adalah langkah-langkah jelas mengenai manajemen sumber daya

manusia, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas dan sistem

imbalan.

(g) Penelitian dan Pengembangan, merupakan salah satu faktor untuk

perusahaan dapat melakukan pengembangan produk sehingga harus

memiliki orientasi penelitian dan pengembangan (litbang) yang kuat.

Banyak perusahaan yang tidak melakukan litbang sehingga tidak sedikit

pula yang sulit dalam pengembangan produk.

Menurut David (2011:209) Teknik formulasi strategi yang penting dapat

diintegrasikan ke dalam kerangka kerja analitis, yaitu tahap input, tahap

30

pencocokan, dan tahap keputusan. Alat yang disajikan dalam kerangka kerja

tersebut dapat digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, dan dapat

membantu penyusunan, identifikasi, dan pemilihan strategi. Berikut merupakan

kerangka kerja analitis untuk perumusan strategis yang tersaji pada Gambar 8.

TAHAP 1 : TAHAP INPUT (INPUT STAGE)

Matriks Evaluasi Faktor

Eksternal (External Factor

Evaluation-EFE)

Matriks Profil Kompetitif

(Competitive Profile

Matrix-CPM)

Matriks Evaluasi

Faktor Internal

(Internal Factor

Evaluation-IFE)

TAHAP 2 : TAHAP PENCOCOKAN (MATCHING STAGE)

Matriks Kekuatan-

Kelemahan-Peluang-

Ancaman (Strenght-

Weakness-

Opportunity-

Threats- SWOT)

Matriks Evaluasi

Tindakan Posisi

Strategis (Strategic

Position and Action

Evaluation-

SPACE)

Matriks

Boston

Consulting

Group

(BCG)

Matriks

Internal-

Eksternal

(IE)

Matriks

Strategi

Besar

(Grand

Strategy)

TAHAP 3 : TAHAP KEPUTUSAN (DECISION STAGE)

Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning

Matrix-QSPM) Sumber : David (2006:283)

a. Tahap Input (Input Stage) : Secara singkat yaitu meringkas informasi input

dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi yang terdiri dari matriks

IFE, matriks EFE, dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile

Matrix-CPM). Informasi dari ketiga matriks tersebut memberikan informasi

dasar untuk matriks di tahap pencocokan dan keputusan.

b. Tahap Pencocokan (Matching Stage) : Berfokus pada menciptakan

alternatif strategi yang layak dengan mencocokkan faktor kunci eksternal

dan internal (David, 2011:208). Tahap pencocokan dari kerangka kerja

perumusan strategi terdiri atas lima cara yang dapat digunakan dalam

urutan apapun, yaitu matriks IE (Internal-Eksternal), Matriks SWOT

(Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats), Space Matrix, Matriks

31

BCG dan Grand Strategy Matrix (David, 2011:209). Perangkat-perangkat

ini tergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap masukan untuk

melakukan pencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan

dan kelemahan internal.

c. Tahap Keputusan (Decision Stage) : Tahap pemilihan strategi/keputusan

yaitu setelah diperoleh alternatif strategi melalui tahap pencocokan,

alternatif strategi tersebut diurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya

dengan menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

untuk mengevaluasi secara objektif alternatif-alternatif strategi yang layak

dan dengan demikian memberikan dasar tujuan untuk memilih strategi yang

spesifik (David, 2011:208).

2. Implementasi strategi

Menurut David (2011:38) merupakan tahap tindakan dari manajemen

strategi. Implementasi strategi berarti memobilisasi karyawan untuk mengubah

strategi yang dirumuskan menjadi tindakan dan menetapkan objektif tahunan,

membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya

sehingga strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan. Implementasi strategi

termasuk mengembangkan budaya, mendukung strategi, menciptakan struktur

organisasi yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran (pelayanan),

menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan system informasi dan

menghubungkan kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.

3. Evaluasi strategi

Evaluasi strategi yang merupakan tahap akhir dari manajemen strategi

merupakan tindakan atau upaya yang dilakukan untuk mendapatkan informasi

32

tentang strategi yang telah dilaksanakan. Tiga aktivitas dasar yang perlu dilakukan

dalam mengevaluasi strategi yaitu meninjau faktor-faktor eksternal dan internal

yang menjadi dasar strategi yang sekarang; Mengukur prestasi, dan; Mengambil

tindakan korektif (David, 2011:39).

2.3.4 Jenis Strategi-strategi Alternatif

David (2011:169) mengemukakan dalam bukunya terdapat beberapa jenis

strategi alternatif yang dapat digunakan oleh perusahaan sesuai dengan kondisi

perusahaan atau posisi perusahaan pada terakhir kali setelah melakukan analisis

dari faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jalannya suatu perusahaan.

Berikut merupakan jenis-jenis strategi alternatif yang dibagi ke dalam 3 kelompok

yaitu :

1. Strategi Integrasi : Strategi yang memungkinkan sebuah perusahaan

memperoleh kendali atas distributor, pemasok, dan/atau pesaing. Berikut

merupakan jenis-jenis strategi integrasi sebagaimana tersaji di bawah ini:

a. Integrasi ke depan adalah jenis integrasi yang berkaitan dengan

usaha untuk memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar

atas distributor atau peritel.

b. Integrasi ke belakang adalah jenis integrasi yang mengupayakan

kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan.

c. Integrasi horizontal adalah jenis integrasi yang mengupayakan

kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing.

2. Strategi Intensif : Strategi yang mengharuskan adanya upaya-upaya intensif

jika posisi kompetitif sebuah perusahaan dengan produk yang ada saat ini

ingin membaik.

33

Beberapa jenis strategi intensif adalah sebagai berikut:

a. Penetrasi pasar adalah jenis strategi yang mengusahakan peningkatan

pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui

upaya-upaya pemasaran yang lebih besar.

b. Pengembangan pasar adalah jenis strategi yang memperkenalkan

produk atau jasa saat ini ke wilayah geografis baru.

c. Pengembangan produk adalah jenis strategi yang mengupayakan

peningkatan penjualan melalui perbaikan produk atau jasa saat ini

atau pengembangan produk atau jasa baru.

3. Strategi Diversifikasi : suatu jenis strategi dimana perusahaan menambah

produk atau jasa baru untuk membantu meningkatkan penjualan perusahaan.

Berikut merupakan jenis-jenis strategi diversifikasi sebagaimana tersaji di

bawah ini:

a. Diversifikasi Terkait adalah jenis strategi dimana perusahaan

menambah produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan dengan

produk atau jasa perusahaan yang lama.

b. Diversifikasi tak terkait adalah jenis strategi dimana perusahaan

menambah produk atau jasa yang baru namun tidak berkaitan sama

sekali dengan garis bisnis perusahaan sebelumnya.

4. Strategi Defensif : strategi dimana kondisi perusahaan sedang mengalami

penurunan sehingga harus melakukan restrukturisasi melalui penghematan

biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang

menurun.

34

Beberapa strategi defensif adalah sebagai berikut:

a. Penciutan adalah strategi dimana dilakukan pengelompokan ulang

(regrouping) melalui pengurangan biaya dan aset untuk membalik

penjualan dan laba yang menurun.

b. Divestasi adalah strategi dimana dilakukan penjualan suatu divisi atau

bagian dari sebuah organisasi.

c. Likuidasi adalah strategi dimana dilakukan penjualan seluruh aset

perusahaan, secara terpisah-pisah, untuk kekayaan berwujud nya.

2.4 Pengembangan Usaha

Mengutip definisi tentang pengembangan menurut Afifudin dalam Alyas

dan Rakib (2017:115) pengembangan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan konseptual, teoritis, teknis, dan moral individu sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan. Jika

ditinjau dari basis UKM maka pengembangan akan lebih diarahkan kepada pelaku

ekonomi yang berdaya saing dengan cara penguatan pengetahuan tentang

kewirausahaan dan peningkatan yang didukung dengan upaya adaptasi terhadap

kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi. Menurut

Tambunan dalam Alyas dan Rakib (2017:115) Pengaruh dari pengembangan

UMKM di Indonesia dan melihat peran serta pemerintah dalam meningkatkan

pertumbuhan UMKM di Indonesia memiliki hasil positif, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

35

2.4.1 Definisi Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM)

Pada intinya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah suatu bentuk usaha

ekonomi produktif yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha

perorangan yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Jika ditinjau

berdasarkan UU No.9 Tahun 1999 yang kemudian diubah karena perkembangan

yang semakin dinamis ke UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pada Bab I

pasal 1, yang dimaksud dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

36

2.4.2 Kriteria UMKM

Kriteria UMKM dibedakan menjadi dua, yaitu menurut bentuk permodalan

dan jumlah tenaga kerja. Menurut Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 tentang kriteria

UMKM dalam bentuk permodalan sebagai berikut :

1. Kriteria Usaha Mikro sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00

(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

37

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.4.3 Pengembangan Usaha Kecil

Usaha kecil di Indonesia perlu dikembangkan. Kuncoro (2000:3)

mengatakan bahwa pengembangan usaha kecil didasari atas tiga alasan yaitu

penyerapan tenaga kerja, kegiatan ekspor non migas, dan struktur persaingan

UKM yang tinggi. Kuncoro (2000:8) juga mengemukakan bahwa tantangan yang

dihadapi usaha kecil adalah menjaga kelangsungan usaha dan cara melakukan

ekspansi usaha lebih lanjut.

Menurut Sartika dan Soejoedono (2002) dalam Setiawan (2004:119)

Strategi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan

usaha kecil adalah perlu memperhatikan aspek manajerial, permodalan, program

kemitraan, dan modal ventura. Selain ke empat aspek tersebut, saat ini UMKM

juga perlu untuk menerima pembinaan wirausaha.

Machmud dan Sidharta (2013:65) merumuskan strategi usaha kecil di

Bandung dengan latar belakang belum adanya acuan penyusunan program

pemerintah dan pembagian peran dari institusi terkait. Strategi yang dirumuskan

menggunakan pendekatan manajemen agar tersusun rapi dan komprehensif dalam

menentukan faktor internal dan eksternal perusahaan sehingga dapat digunakan

dalam penyusunan program pemerintah mengenai perkembangan UKM di

Bandung. Penelitian tersebut menunjukkan pentingnya penyusunan strategi bagi

usaha kecil yang ada di Indonesia.

38

Proses penyusunan manajemen strategis pada usaha kecil menurut David

(2006:293) dapat secara signifikan mendorong pertumbuhan dan kemakmuran

perusahaan kecil. Walaupun pada pelaksanaannya cenderung lebih informal

(strategi muncul hanya dari operasi sehari-hari) akan tetapi perusahaan kecil yang

terlibat dalam manajemen strategis akan berkinerja lebih baik dibanding yang

tidak terlibat.

2.4.4 Kebijakan Pemerintah

Semua keberhasilan yang telah dicapai oleh UMKM memiliki titik

kelemahan yang harus segera diselesaikan, meliputi kurangnya permodalan baik

jumlah maupun sumbernya, kurangnya kemampuan manajerial dan minimnya

keterampilan pengoperasi dalam mengorganisir dan terbatasnya pemasaran

merupakan hal yang mendasar selalu dihadapi oleh semua UMKM dalam merintis

sebuah usaha bisnis untuk dapat berkembang (Suci, 2017:57). Sehubungan

dengan hambatan dan kendala yang dialami oleh UMKM, telah ditetapkan

berbagai kebijakan tentang pencadangan usaha, pendanaan, dan

pengembangannya. Berikut merupakan beberapa kebijakan yang telah ditetapkan

oleh perusahaan antara lain:

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Berdasarkan informasi yang ada pada website KUR, dalam rangka

memenuhi kebutuhan pembiayaan UMKM, pemerintah telah membuat kebijakan

yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) sejak tahun 2017. KUR adalah sebuah program

kredit yang khusus didedikasikan kepada UMKM, dan dilaksanakan oleh tiga

bank pemerintah yaitu BRI, Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI).

Pemerintah memberikan jaminan 70 persen dari seluruh kredit kepada bank yang

39

menyalurkan kredit kepada UMKM berdasarkan skema tersebut. Terdapat dua

jenis KUR yaitu KUR Mikro dan KUR Retail. Untuk KUR Mikro, ukuran

kreditnya hingga Rp25 juta dan untuk KUR Retail ukuran kreditnya antara Rp25

juta sampai Rp500 juta. Agunan tidak dipersyaratkan untuk KUR Mikro. Sejak

bulan Juli 2015, pemerintah juga menyediakan subsidi bunga untuk KUR, dengan

mengurangi suku bunga untuk peminjaman akhir dari 22 persen menjadi 12

persen per tahun. KUR dirancang untuk membuat UMKM layak untuk diberikan

fasilitas kredit oleh bank-bank meskipun tidak mampu menyediakan agunan.

Umumnya UMKM hanya boleh mengajukan permohonan satu kali saja dan

sesudah itu harus menggunakan kredit bank biasa.

2. Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT KUMKM)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wesite CIS Nasional, PLUT

KUKM diprakarsai oleh Kementerian Koperasi dan UKM untuk membantu

UMKM. Pada saat ini ada 42 pusat PLUT KUKM di 16 propinsi di seluruh

Indonesia. Pusat-pusat tersebut mendapatkan pembiayaan dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan layanan yang diberikan kepada

UMKM adalah:

a. Konsultasi bisnis (pengembangan SDM, peningkatan kualitas produk, hak

kekayaan intelektual, manajemen bisnis, dll.)

b. Mentoring (penyediaan mentor bisnis)

c. Membantu UMKM dalam mendapatkan akses terhadap pembiayaan

(menghubungkan dengan bank, membantu dalam menyiapkan proposal

kredit, dll.)

40

d. Pemasaran dan promosi (pameran produk, menghubungkan dengan

supermarket, kemasan lebih baik, dll.)

e. Pelatihan bisnis (pelatihan teknis, akuntansi dan pembukuan, perpajakan,

dll.)

f. Jaringan (memfasilitasi jaringan dengan perusahaan lebih besar dan

lembaga lainnya).

3. SMESCO dan Pameran

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari website SMESCO, pada tahun

2007 pemerintah membentuk Lembaga Usaha Kecil dan Menengah dan Koperasi

(Small and Medium Enterprises and Cooperatives/SMESCO) Indonesia.

Tujuannya adalah mempromosikan produk-produk UKM Indonesia. Lembaga ini

beroperasi di Galeri UKM pada Menara UKM di Jakarta dimana UKM dapat

menampilkan berbagai produk mereka. Sejak tahun 2015, Galeri UKM telah

melayani 560 UKM dari 19 propinsi dan menawarkan 124 jenis produk yang

berbeda. Setiap pemerintah daerah juga menyelenggarakan pameran UMKM

secara rutin di propinsi atau kabupaten mereka. Beberapa contoh pameran

pemerintah daerah adalah Jawa Barat Expo, NTB Expo, dan Bogor Expo.

Pameran lainnya lebih tematik seperti : Indonesia Fashion Week, dan Indonesia

Fashion, Accessories, and Craft (IFAC) Expo.

4. Prakarsa Bank Indonesia untuk mendukung UMKM

Berbeda dengan pemerintah, BI dapat memperkenalkan program secara

langsung. Beberapa program yang saat ini dilaksanakan BI adalah (IFC, 2016:15-

16):

41

a. Lembaga Pemeringkat UKM: Salah satu masalah yang dihadapi bank

dalam memberikan kredit kepada UMKM adalah kurangnya pengetahuan

petugas bank ketika perlu menilai bisnis UMKM. Untuk mengatasi masalah

ini, BI telah memprakarsai pembentukan dan penggunaan Lembaga

Pemeringkat Kredit UMKM. Lembaga Pemeringkat Kredit UMKM adalah

lembaga pemeringkat yang mengkhususkan diri dalam menilai tingkat

kesehatan dan kelayakan kredit UMKM.

b. Lembaga Penjaminan Kredit Regional: BI mendorong dibentuknya

Lembaga Penjaminan Kredit Regional di semua propinsi di Indonesia.

Namun pembentukan lembaga-lembaga ini berada dibawah yurisdiksi

pemerintah propinsi.

c. Sistem Resi Gudang: BI mendorong digunakannya sistem resi gudang

sebagai agunan kredit dari bank. Sayangnya biaya tinggi yang dibebankan

oleh gudang membuatnya tidak layak untuk sebagian besar UMKM untuk

memanfaatkan layanan semacam ini.

d. Peraturan BI untuk meningkatkan pemberian kredit kepada UMKM: Dalam

rangka memfasilitasi pemberian kredit dari bank kepada UMKM, maka

pada tahun 2012 BI mengeluarkan peraturan (Nomor 14/22 / PBI / 2012)

yang mewajibkan bank untuk meningkatkan porsi pemberian kredit kepada

sektor UMKM secara bertahap hingga 20% dari total portofolio kredit pada

tahun 2018.

5. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)

Program CSR di Indonesia dilaksanakan oleh baik perusahaan swasta

maupun badan usaha milik negara, dimana partisipasi oleh badan usaha milik

42

negara adalah suatu keharusan dan setiap badan usaha milik negara diwajibkan

menyisihkan 2 persen dari laba bersih tahunannya untuk pemenuhan CSR.

Program CSR badan usaha milik negara dikenal sebagai Program Kemitraan Bina

Lingkungan (PKBL). Program ini biasanya memulai proyek di bidang pendidikan

(beasiswa), lingkungan hidup, bantuan bencana alam, pelatihan dan peningkatan

kapasitas, produksi peralatan/donasi fasilitas dan pengembangan UMKM secara

umum serta kredit bunga rendah untuk UMKM. Beberapa contoh program yang

telah diluncurkan oleh bank swasta atau bank pemerintah adalah (IFC, 2016:15-

16):

a. Pelatihan pembukuan bagi pelanggan UMKM oleh BNI

b. Program Wirausaha Mandiri yang mendorong dan membantu pengusaha

muda dalam mendirikan perusahaan. Ini termasuk pelatihan dan lokakarya

serta Penghargaan Wirausaha Muda tahunan.

Beberapa kebijakan tersebut operasinya dirasa belum optimal. Hal tersebut

dikarenakan kebijakan tersebut belum dapat memberikan perlindungan, kepastian

berusaha, dan fasilitas yang memadai untuk pemberdayaan UMKM. Selain itu

kesadaran UMKM terhadap beberapa layanan dukungan tersebut masih rendah.

Pemanfaatan yang masih terbatas tersebut disebabkan masih sedikitnya pusat

dukungan dan rendahnya kapasitas untuk melayani UMKM yang membutuhkan

pelatihan atau mentoring berkualitas tinggi.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis strategi pengembangan usaha telah banyak

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hanya saja yang membedakan adalah

43

produk/komoditi yang diteliti, alat analisis yang digunakan, serta kendala yang

terjadi. Beberapa penelitian terkait analisis strategi pengembangan usaha

diantaranya :

1. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Rumah Durian Harum

Kalimalang, Jakarta Timur (Rumbayan, 2012). Menggunakan metode

matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor

Evaluation (EFE), matriks Internal-Eksternal (IE), matriks Strength,

Strength ,Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT), dan Quantitative

Strategic Planning Matrix (QSPM). Matriks IE menggambarkan posisi

berada pada divisi IV yang berarti strategi diarahkan pada Tumbuh dan

Bina (Grow and Build). Analisis SWOT didapatkan 5 alternatif strategi,

yang mungkin di terapkan yaitu (1) mengembangkan jenis usaha dengan

membentuk sistem franchise; (2) meningkatkan kualitas produk dan

pelayanan terhadap konsumen; (3) menggunakan perkembangan teknologi

dalam melakukan pemasaran; (4) melakukan kemitraan dengan pihak

penghasil produk olahan durian; dan (5) meningkatkan hubungan baik

dengan pihak pemasok lokal dan importir buah. Hasil analisis matriks QSP

diketahui strategi meningkatkan hubungan baik dengan pihak pemasok

lokal dan importir buah sebagai prioritas pertama. Sedangkan strategi

mengembangkan jenis usaha dengan membentuk sistem franchise menjadi

prioritas terakhir bagi toko Rumah Durian Harum.

2. Strategi Pengembangan Bisnis PT Tama Cokelat Indonesia (Yuliana,

2014). Menggunakan metode matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan

matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE), matriks Grand Strategy,

44

matriks Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT), dan metode

Quantitative Strategy Planning Matrix (QSPM). Hasil dari matriks SWOT

didapatkan beberapa alternatif strategi yaitu, pengembangan promosi yang

agresif dan beragam, pengembangan produk baru berkelanjutan,

pengembangan pasar, peningkatan kemampuan SDM dalam operasional,

pelaksanaan kerja sama dengan pengolah biji kakao, peningkatan kualitas

produk serta pembangunan fasilitas produksi dan gudang. Matriks QSP

prioritas strategi yang dapat dijalankan adalah pengembangan promosi

yang beragam dan agresif.

3. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Produsen Pangan Olahan

Tepung Nusantara (Pratiwi, 2013). Menggunakan metode matriks Internal

Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE),

matriks Internal-Eksternal (IE), matriks Strength, Weakness, Opportunity,

and Threat (SWOT), dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

Matriks IE menggambarkan posisi berada pada divisi V yang berarti

strategi diarahkan pada pertahankan dan pelihara (hold and maintenance).

SWOT didapatkan 9 alternatif strategi yang mungkin di terapkan yaitu

strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil pengolahan

matriks AHP, menunjukkan tiga prioritas strategi yaitu melakukan

pengembangan produk baru, penetrasi pasar dan meningkatkan jumlah

tenaga penjual.

45

2.6 Kerangka Pemikiran

Manajemen strategi terdiri dari formulasi strategi, implementasi strategi,

dan evaluasi strategi. Dalam penelitian ini penulis melakukan proses formulasi

strategi yang sebelumnya perlu ada evaluasi visi, misi dan tujuan perusahaan,

serta pengambilan informasi terkait kondisi lingkungan internal dan eksternal

perusahaan untuk selanjutnya dapat dikategorikan sebagai kekuatan, kelemahan,

peluang serta ancaman yang dihadapi oleh perusahaan.

Proses formulasi tersebut terdiri dari tiga tahapan, antara lain tahap input,

tahap pencocokan, dan tahap pengambilan keputusan : pertama tahap input yang

merupakan pengambilan informasi baik internal maupun eksternal yang

selanjutnya di analisis menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

untuk dapat melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, serta

matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) untuk dapat melihat peluang dan

ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Kedua tahap pencocokan yang ditujukan

untuk mengetahui posisi perusahaan yang dilihat dari hasil perhitungan bobot dan

rating dari matriks IFE dan EFE yang selanjutnya akan dibuat strategi-strategi

alternatif disesuaikan dengan posisi perusahaan saat itu, matriks Internal dan

Eksternal (IE) dan matriks SWOT. Setelah diketahui strategi alternatif yang tepat

untuk perusahaan, selanjutnya akan dibuat prioritas strateginya menggunakan

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) berdasarkan hasil dari analisis

matriks IE dan matriks SWOT yang sebelumnya telah ditentukan. Setelah itu,

akan terlihat beberapa rekomendasi alternatif strategi yang perlu diterapkan oleh

46

Sop Duren Kepo sesuai dengan penilaian dari para narasumber dan di sesuaikan

dengan kondisi perusahaan.

Gambar 8. Kerangka Pemikiran Peneliti

Sop Duren Kepo

Internal :

Jumlah karyawan sedikit

Banyaknya keluhan terkait produk dan

pelayanan

Eksternal :

Perubahan selera pelanggan

Ketersediaan bahan baku fluktuatif

Harga bahan baku tidak tidak stabil

Kenaikan TDL dan BBM

Analisis Faktor Internal Matriks

IFE

Posisi Perusahaan dan

Alternatif Strategi

Rekomendasi prioritas strategi

pengembangan usaha Sop Duren

Kepo

Prioritas Strategi

Matriks IE dan

Matriks SWOT

Matriks QSP

Analisis Faktor

Eksternal

Matriks

EFE

47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sop Duren Kepo yang tepatnya berada di Jl. W.R.

Supratman No 12 G (Samping UIN) Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Dan

waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juni 2018-Desember 2018.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung

(dari tangan pertama). Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah data

hasil wawancara, hasil observasi dan hasil kuesioner.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah data

pendukung yang diperoleh melalui studi pustaka yang berasal dari laporan-

laporan perusahaan (gambaran umum perusahaan, spesifikasi tenaga kerja, serta

jumlah produksi dan penjualan), Badan Pusat Statistik, Kementerian Koperasi dan

UKM, serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang

diperoleh dari buku-buku literatur, dan internet.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini didapatkan dari narasumber.

Berdasarkan level strategi perusahaan kecil menurut David (2011:170), untuk

48

perusahaan kecil terdiri dari company level, functional level, dan operational

level, oleh karena itu narasumber dalam penelitian ini terdiri dari Pemilik, Koor.

Bidang Produksi, Admin Pemasaran dan Mantan Pemilik. Penentuan banyaknya

narasumber dilakukan secara sengaja sesuai dengan kebutuhan penelitian, terdiri

dari pihak internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Nama dan jabatan

narasumber dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Nama dan Jabatan Narasumber

No. Nama Jabatan

1 Ahmad Ismatullah Basyari Pemilik

2 Ryan Koor. bidang Produksi

3 Wulan Admin Pemasaran

4. Vina Zumro’atul ‘ala Eksternal (Mantan Pemilik) Sumber: Data Primer (2018)

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara langsung dengan pihak manajemen Sop Duren Kepo yaitu

pemilik usaha, serta orang yang memahami situasi perusahaan dan pihak

lain yang terlibat, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait

dengan perusahaan.

2. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan-

kegiatan yang ada di Sop Duren Kepo (proses produksi, penjualan dan lain-

lain) serta melakukan browsing melalui media internet terkait topik

penelitian.

3. Kuesioner, terdiri dari tiga tahapan, yaitu kuesioner putaran pertama,

kuesioner putaran kedua, serta kuesioner putaran ketiga, dimana atribut

yang digunakan berbeda pada masing-masing kuesioner. Antara lain

sebagai berikut:

49

a. Kuesioner Putaran Pertama

Kuesioner ini berisi tentang identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal

yang dapat mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Kemudian di klasifikasikan

ke dalam faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (David 2006:104 dan

158). Aspek-aspek yang diidentifikasi antara lain : faktor internal (Sumber Daya

Manusia, produksi, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan, serta

Sistem Informasi Manajemen (SIM)), sedangkan faktor eksternal (politik,

ekonomi, sosial, teknologi, pesaing, pelanggan, dan pemasok) (halaman 27-34).

Pengidentifikasian faktor-faktor strategis yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan literatur yang ada serta hasil wawancara terkait perusahaan yang

kemudian didiskusikan bersama dengan narasumber. Terdapat 2 skala penilaian

pada kuesioner putaran pertama yaitu pernyataan positif (kekuatan dan peluang)

dan pernyataan negatif (kelemahan dan ancaman). Turun lapang untuk

pengambilan kuesioner putaran pertama dilakukan pada hari Senin, 17 September

2018 Pukul 10.00-14.00 WIB (Untuk lebih jelasnya terdapat pada Lampiran 1a).

b. Kuesioner Putaran Kedua

Merupakan kuesioner bobot dan rating yang berisi hasil klasifikasi faktor-

faktor strategis dari Lampiran 1a yang sudah menjadi kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman bagi perusahaan (untuk lebih jelasnya terdapat pada

Lampiran 1b). Penentuan bobot setiap faktor menggunakan skala 1, 2, dan 3.

Skala nilai bobot untuk kuesioner putaran kedua antara lain :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.

50

Sedangkan untuk penentuan rating, digunakan skala 1, 2, 3 dan 4, dimana

untuk faktor internal dan eksternal ketentuannya berbeda. Skala nilai rating untuk

matriks IFE adalah :

1 = kelemahan utama 3 = kekuatan kecil

2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan besar

Sedangkan pemberian rating terhadap faktor eksternal atau untuk matriks

EFE sebagai berikut :

1 = tidak berpengaruh 3 = kuat pengaruhnya

2 = kurang kuat pengaruhnya 4 = sangat kuat pengaruhnya

Kuesioner bobot dan rating digunakan untuk memperoleh matriks IFE dan

EFE, kemudian total skor dari matriks IFE dan EFE dipetakan ke dalam matriks

IE untuk mengetahui posisi perusahaan dan alternatif strategi yang cocok

digunakan kemudian di pertajam menggunakan matriks SWOT. Turun lapang

untuk pengambilan kuesioner putaran kedua dilakukan pada hari Selasa dan Rabu,

30 dan 31 Oktober 2018 Pukul 10.00-14.00 WIB.

c. Kuesioner Putaran Ketiga

Merupakan kuesioner QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

yang berisi tentang pemilihan alternatif strategi dari matriks SWOT yang akan

menjadi prioritas strategi. Unsur-unsur yang terdapat di dalam matriks QSP

adalah strategi-strategi alternatif, faktor-faktor kunci, bobot, AS (Attractiveness

Score) = nilai daya tarik, TAS (Total Attractiveness Score) = total nilai daya tarik

dan STAS (Sum Total Attractiveness Score) = jumlah total nilai daya tarik. Turun

lapang untuk pengambilan kuesioner putaran ketiga dilakukan pada hari Jumat, 23

November 2018 Pukul 09.00-11.00 dan Pukul 19.30-20.30 WIB (Untuk lebih

51

jelasnya terdapat pada Lampiran 1c). Atribut yang digunakan pada kuesioner

putaran ketiga ada 4 yaitu skala 1, 2, 3, dan 4, antara lain:

1 = tidak menarik 3 = wajar menarik

2 = agak menarik 4 = sangat menarik

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menganalisis data digunakan alat analisis matriks EFE dan IFE

Matriks IE, Matriks SWOT dan Matriks QSP. Sedangkan untuk perhitungan

menggunakan bantuan Microsoft Excel.

3.4.1 Analisis Matriks IFE dan EFE

Tahapan dalam menganalisis faktor-faktor kunci matriks IFE dan EFE

sebagai berikut (David, 2011:154):

1. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal

Sebagaimana kuesioner yang terlampir pada Lampiran 1a, tahap

identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, yaitu dengan cara mengurutkan

semua kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam penyajiannya, faktor

yang bersifat positif (kekuatan) ditulis sebelum faktor yang bersifat negatif

(kelemahan). Begitu pula dengan tahap identifikasi faktor eksternal perusahaan.

Faktor-faktor internal dan eksternal yang di identifikasikan harus spesifik, baik

menggunakan persentase, rasio atau angka perbandingan yang selanjutnya akan

diberi bobot.

2. Menentukan bobot terhadap setiap faktor strategis

Sebagaimana kuesioner yang terlampir pada Lampiran 1b, penentuan bobot

pada analisis internal dan eksternal perusahaan dilakukan dengan cara

52

mengajukan kuesioner kepada narasumber dengan menggunakan metode paired

comparison (perbandingan berpasangan). Metode tersebut digunakan untuk

memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal.

Cara membaca perbandingan dimulai dari baris (indikator vertikal)

dibandingkan dengan kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten. Total

skor bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting)

untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor

mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan

perusahaan dalam industri tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah

kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling

besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah

keseluruhan skor semua faktor strategis harus sama dengan 1,0. Pembobotan

kemudian ditempatkan pada kolom kedua matriks IFE dan EFE. Penentuan bobot

setiap faktor strategis diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai setiap faktor

strategis dari jumlah nilai keseluruhan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Keterangan :

a i = Bobot ke-i

i = 1,2,3,…,n

n = jumlah

3. Menentukan rating setiap faktor strategis

Berdasarkan kuesioner Lampiran 1b, Selanjutnya dilakukan penjumlahan

dari pembobotan yang dikalikan dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh

skor pembobotan. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0-4,0 dengan rata-

53

rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal

perusahaan lemah. Tabel penilaian peringkat terhadap faktor internal dan

eksternal disajikan pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Internal Strategic Factor Weight (A) Rating (B) Score (A x B)

Strenght

1…………………………

2…………………………

Weaknesses

1…………………………

2…………………………

Total Sumber : David (2011:154)

Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 artinya perusahaan tidak dapat

memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah skor 4,0

menunjukkan perusahaan merespon peluang maupun ancaman yang dihadapi

sangat baik. Jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0-4,0 dengan rata-rata

2,5.

Tabel 4. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

External Strategic Factor Weight (A) Rating (B) Score (A x B)

Opportunities

1…………………………

2…………………………

Threats

1…………………………

2…………………………

Total Sumber : David (2011:112)

3.4.2 Matriks Internal-Eksternal (IE)

Setelah identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan pada tahap

input, selanjutnya adalah tahap pencocokan (matching stage) yang pada

pencocokan suatu organisasi antara sumber daya dan keterampilan internalnya

54

dengan peluang dan risiko yang diciptakan. Alat ini bersandar pada informasi

yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman

eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal untuk menghasilkan alternatif

strategi yang layak secara efektif. Salah satu alat analisis yang sesuai dengan Sop

Duren Kepo adalah Matriks Internal-Eksternal (IE), karena alat analisis tersebut

dapat memposisikan organisasi dalam salah satu dari kuadran yang terdapat dalam

matriks. Berikut merupakan diagram matriks Internal-Eksternal (IE) yang tersaji

pada Gambar 9.

Gambar 9. Matriks Internal-Eksternal (IE) Sumber : David (2006:301)

Berdasarkan gambar matriks IE, total skor bobot IFE dalam matriks IE

ditempatkan pada sumbu horizontal dan total skor bobot EFE pada sumbu

vertikal. Pada sumbu horizontal dari matriks IE, total skor bobot IFE sebesar 1.0

hingga 1.99 menggambarkan posisi internal yang lemah, skor 2.0 hingga 2.99

merupakan pertimbangan rata-rata, dan skor 3.0 hingga 4.0 adalah kuat. Begitu

pula dengan sumbu vertikal, total skor bobot EFE dari 1.0 hingga 1.99 adalah

55

pertimbangan rendah, skor 2.0 hingga 2.99 adalah medium, dan skor 3.0 hingga

4.0 adalah tinggi (David, 2006:301-303).

3.4.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor

strategis perusahaan (Rangkuti, 1997:83). Terdiri dari SO Strategy (Strategi

Kekuatan-Peluang), ST Strategy (Strategi Kekuatan-Ancaman), WO Strategy

(Strategi Kelemahan-Peluang), dan WT Strategy (Strategi Kelemahan-Ancaman).

SO Strategy memanfaatkan kekuatan internal dari usaha untuk menarik

keuntungan dari peluang eksternal. ST Strategy menggunakan kekuatan untuk

menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. WO Strategy

memperbaiki kelemahan usaha dengan cara mengambil keuntungan dari peluang

eksternal. WT Strategy merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk

mengurangi kelemahan usaha serta menghindari ancaman eksternal.

Tabel 5. Matriks Analisis SWOT

Strengths (S) Menentukan 5-10 faktor

peluang internal

Weaknesses (W) Menentukan 5-10 faktor

peluang internal

Opportunities (O) Menentukan 5-10

faktor peluang

eksternal

STRATEGI S-O Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

STRATEGI W-O Menciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Menentukan 5-10

faktor peluang

eksternal

STRATEGI S-T Menciptakan strategi yang

menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

STRATEGI W-T Menciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti (1997:25)

3.4.4 Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Berdasarkan kuesioner Lampiran 1c, unsur-unsur yang terdapat di dalam

matriks QSP adalah strategi-strategi alternatif, faktor-faktor kunci, bobot, AS

56

(Attractiveness Score) = nilai daya tarik, TAS (Total Attractiveness Score) = total

nilai daya tarik dan STAS (Sum Total Attractiveness Score) = jumlah total nilai

daya tarik. Matriks QSP Tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Faktor Kunci Rata-

rata

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang

-

Ancaman

-

Kekuatan

-

Kelemahan

-

Total

Keterangan :

AS : Attractiveness Score

TAS : Total Attractiveness Score Sumber : David (2006:309)

Berikut merupakan langkah-langkah penggunaan matriks QSP yang tersaji

di bawah ini :

1. Membuat daftar peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan di

kolom kiri matriks QSP berdasarkan informasi langsung dari matriks EFE

dan matriks IFE.

2. Memberi bobot pada setiap faktor eksternal dan internal kunci. Bobot

tersebut sama dengan yang ada di Matriks EFE dan IFE. Bobot tersebut

disajikan dalam kolom sebelah kanan kolom faktor-faktor keberhasilan

kritis eksternal dan internal.

3. Memeriksa matriks-matriks pencocokan di tahap kedua dan mengenali

strategi alternatif dari matriks SWOT yang harus dipertimbangkan

57

organisasi untuk diterapkan. Strategi-strategi tersebut ditulis pada baris atas

matriks QSP.

4. Menentukan nilai AS yang didefinisikan sebagai angka yang menunjukkan

daya tarik relatif masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif

tertentu. Nilai daya tarik ditentukan dengan memeriksa faktor eksternal

atau internal satu per satu. Nilai daya tarik harus diberikan pada masing-

masing strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif suatu strategi terhadap

yang lain, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Cakupan nilai daya

tarik adalah : 1 = tidak menarik; 2 = agak menarik; 3 = wajar menarik dan 4

sangat menarik. Jika jawaban dari narasumber atas pertanyaan adalah tidak,

hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing faktor kunci tidak

mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat.

5. Menghitung TAS yang didefinisikan sebagai hasil perkalian bobot (langkah

2) dengan nilai daya tarik di masing-masing baris (langkah 4). Total nilai

daya tarik menunjukkan daya tarik relatif dari masing-masing strategi

alternatif, dengan hanya mempertimbangkan dampak dari faktor

keberhasilan krisis eksternal atau internal yang berdekatan. Semakin tinggi

total nilai daya tarik, semakin menarik strategi alternatif tersebut.

6. Menghitung STAS dengan menjumlahkan di masing-masing kolom strategi

matriks QSP. Jumlah total nilai daya tarik mengungkapkan strategi yang

paling menarik dalam masing-masing rangkaian alternatif. Semakin tinggi

nilainya maka semakin menarik strategi tersebut dengan

mempertimbangkan semua faktor kritis eksternal dan internal yang

berkaitan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.

58

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Perusahaan

Sop Duren Kepo merupakan sebuah perusahaan perseorangan yang

bergerak dalam produk olahan hortikultura yaitu buah durian. Usaha produk

olahan durian ini didirikan oleh Ahmad Ismatullah Basyari atau biasa dipanggil

Ismet bersama rekannya pada tahun 2013. Pada awal berdirinya, usaha ini hanya

usaha kecil yang memiliki satu gerobak bertempat di wilayah Ciputat, Tangerang

Selatan. Produk yang di jual merupakan sop durian.

Pada tahun yang sama, perusahaan terus mengembangkan usahanya melalui

peminjaman modal sebesar Rp30.000.000 kepada teman dan menyewa kios kecil

di Jl. W.R. Supratman No 12 G (Samping UIN) Ciputat, Tangerang Selatan.

Perusahaan memiliki target penjualan per hari minimal 50 porsi. Kebiasaan yang

selalu diterapkan oleh perusahaan adalah berbagi, sebesar 10 persen dari hasil

penjualan perusahaan selalu diberikan kepada yayasan panti asuhan atau yayasan

amal yang ada di wilayah Ciputat.

Sebagai upaya untuk meningkatkan penjualan, pada tahun 2015 perusahaan

memperluas kios, menambah menu, dan memperbanyak jumlah karyawan. Pada

tahun 2017 perusahaan membuka cabang di wilayah Pamulang, Tangerang

Selatan, hanya saja cabang tersebut tidak bertahan lama dan ditutup secara

permanen. Hingga saat ini, Sop Duren Kepo telah memperoleh omzet per bulan

kurang lebih sebanyak RP 150.000.000-, dan sedang merencanakan

pengembangan usahanya dan memperluas pangsa pasar.

59

4.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi

Menjadi Wisata Kuliner Durian Terbesar di Indonesia

Misi

1. Menciptakan pelanggan setia

2. Menjadikan Tim sehat, pintar, dan sukses

3. Mengutamakan kualitas dan kreatifitas

4. Memberdayakan orang-orang yang tidak mampu

5. Bisnis lancar dan jaya

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Sop Duren Kepo memiliki struktur organisasi yang dijadikan dasar dalam

aktivitas perusahaan dengan tujuan agar uraian tugas, perintah, wewenang, dan

tanggung jawab masing-masing tenaga kerja atau karyawan di setiap unit kerja

menjadi lebih jelas dan terarah. Pada awal berdirinya usaha, perusahaan dipimpin

langsung oleh 3 (tiga) orang yang bertindak sebagai direksi. Hanya saja saat ini

kondisi sudah berubah, dan perusahaan hanya dipimpin oleh 1 (satu) pemilik saja.

Pemilik memiliki tanggung jawab untuk memimpin, mengkoordinasikan, dan

mendelegasikan tugas kepada unit-unit kerja di bawahnya.

Berikut merupakan Bagan Struktur Organisasi Sop Duren Kepo yang tersaji

pada Gambar 10.

60

Gambar 10. Struktur Organisasi Sop Duren Kepo Sumber : Sop Duren Kepo (2018:3)

Adapun beberapa unit kerja di bawah direksi terdiri dari :

1. Produksi. Unit kerja ini bertugas untuk memastikan bahan baku,

pembuatan, hingga penyajian makanan dan minuman yang tersedia

disajikan dengan rasa dan kualitas yang baik. Unit kerja produksi saat ini 1

orang.

2. Koki. Unit kerja ini bertugas untuk memproduksi makanan dan minuman

yang dijual. Saat ini unit kerja koki terdiri dari 1 orang.

3. Kasir. Unit kerja ini bertugas untuk menerima pemesanan dan pembayaran

pelanggan serta pembukuan, dokumentasi, dan sebagainya. Saat ini unit

kerja kasir terdiri dari 1 orang.

4. Waiter. Unit kerja ini bertugas untuk mengantarkan makanan dan minuman

yang telah di produksi kepada pelanggan dan melayani pelanggan. Saat ini

unit kerja waiter terdiri dari 1 orang.

5. Operasional. Unit kerja ini bertugas untuk mendata dan memastikan

seluruh kegiatan operasional baik pembelian bahan baku, hingga sarana

Pemilik

Ahmad Ismatullah Basyari

Manajer Keuangan Admin Marketing

Wulan

Kasir

Attin

Koki

Rahmat

Pramusaji

Siti Ropiah

Div.

Operasional

Shodiq

Koor.

Produksi

Ryan

61

prasarana dapat berfungsi dan berjalan dengan baik. Unit kerja operasional

saat ini terdiri dari 1 orang.

6. Admin Marketing. Unit kerja ini bertanggung jawab penuh atas proses

pemasaran, baik pemasaran online maupun offline dan melakukan rekap

data terkait informasi pelanggan seperti nomor handphone pelanggan. Unit

kerja ini terdiri dari 1 orang.

4.4 Sarana Produksi

Penggunaan teknologi produksi yang tidak tepat dapat menyebabkan

produk yang dihasilkan kurang baik. Selain itu penggunaan teknologi produksi

tepat guna memiliki beberapa keuntungan diantaranya yaitu dapat meningkatkan

efisiensi waktu produksi. Sarana produksi yang digunakan oleh Sop Duren Kepo

untuk lebih lengkap tersaji pada Lampiran 2.

Tabel 7. Sarana Produksi Sop Duren Kepo

No. Jenis Jumlah

1 Kitchen Work stainless 1

2 Kompor 1

3 Blender 1

4 Freezer 2

5 Nampan stainless 2

6 Cup Sealer 1

7 Lemari Es 1

8 Kompor pemanggang 1

Sumber: Lampiran 2 (2018)

4.5 Lokasi Perusahaan

Sop Duren Kepo berlokasi di Jl. W.R. Supratman No 12 G (Samping UIN)

Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Pemilihan lokasi ini dipertimbangkan karena

memperhatikan lingkungan sekitar dan lokasi tersebut sangat dekat dengan

62

kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berpotensi akan menjadi pelanggan

Sop Duren Kepo.

Awalnya pemasaran sop durian dilakukan dengan cara mangkal dengan

menggunakan gerobak tahu bulat disekitar lokasi saat ini Sop Duren Kepo berdiri.

Penjualan terus mengalami peningkatan sehingga akhirnya dapat memiliki ruko

sendiri saat ini walaupun masih dalam status sewa. Denah Sop Duren Kepo

terlampir pada Lampiran 3.

4.6 Produk Perusahaan

Produk yang dihasilkan oleh Sop Duren Kepo terdiri dari sop durian,

pancake durian, makanan camilan, dan minuman. Untuk jenis produk dan harga

menu dapat dilihat dalam Lampiran 4. Sop Duren Kepo memiliki produk

unggulan pada masing-masing jenis hidangan, seperti sop duren original pada

jenis hidangan sop duren, otak-otak pada jenis hidangan makanan camilan, dan

milkshake pada jenis hidangan minuman.

4.7 Perkembangan Perusahaan

Sejak awal berdirinya, pemilik mematok target penjualan yang harus

dicapai setiap harinya, akan tetapi belum mampu mencapai target tersebut. Hal itu

dikarenakan pemahaman dari pelanggan yang menganggap bahwa produk yang

ditawarkan oleh Sop Duren Kepo rasanya sama saja dengan produk pesaing

lainnya. Sehingga pemilik mencoba untuk mengembangkan dan memperbarui dari

pemasaran terlebih dahulu, seperti melakukan promosi melalui social media

(Facebook dan Instagram) dan penyebaran brosur, serta membuat positioning

63

perusahaan dengan take line “Kalo Gak Enak? 100% Uang Kembali!” dengan

tujuan untuk meyakinkan pelanggan bahwa kualitas rasa yang ditawarkan pada

produk Sop Duren Kepo memiliki rasa yang enak.

Seiring berkembangnya usaha Sop Duren Kepo, pesaing terus bertambah

sehingga menuntut perusahaan untuk melakukan strategi yang tepat agar usaha

tersebut dapat bertahan dan terus diminati pelanggan. Salah satunya dengan

menerapkan strategi yang berorientasi pada biaya, atau strategi kepemimpinan

harga. Terlebih karena target pasar dari Sop Duren Kepo adalah mahasiswa yang

sensitif terhadap harga. Sop Duren Kepo berusaha menjadi produsen yang

menawarkan menu sejenis dengan kualitas yang sama baiknya dengan pesaing,

akan tetapi dengan harga yang lebih murah. Dengan demikian, Sop Duren Kepo

mampu mendapatkan pangsa pasar dan penjualan.

Penerapan strategi kepemimpinan harga tersebut efektif dan menjadikan

Sop Duren Kepo saat ini menjadi market leader usaha sejenis di wilayah Ciputat.

Adanya pencapaian tersebut membuat pemilik berkeinginan untuk

mengembangkan pasar lebih luas hingga menjadi perusahaan olahan durian

terbesar di Indonesia. Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh Sop Duren Kepo

pada waktu dekat ini adalah membuka cabang baru di beberapa wilayah dan

membangun kerjasama keagenan untuk produk pancake durian dan durian kupas.

64

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal

Identifkasi lingkungan baik faktor internal dan faktor eksternal dilakukan

untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang dihadapi

perusahaan. Aspek-aspek yang diidentifikasi antara lain : faktor internal (Sumber

Daya Manusia, produksi, pemasaran, keuangan, penelitian dan pengembangan,

serta Sistem Informasi Manajemen), sedangkan faktor eksternal (politik, ekonomi,

sosial, teknologi, pesaing, pelanggan, dan pemasok).

5.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan

Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal didapatkan beberapa hal yang

menjadi kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Faktor-faktor

internal tersebut diperoleh dari penguraian secara detail dari enam aspek internal

yang kemudian di susun dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) untuk

menetapkan posisi perusahaan dalam industri serta strategi apa yang cocok

digunakan sesuai dengan kondisi perusahaan. Berikut adalah hasil identifikasi

faktor-faktor strategis internal Sop Duren Kepo.

1. Kekuatan

a. Lokasi Penjualan Strategis

Lokasi outlet ini terletak di Jl. W.R. Supratman No 12 G Ciputat,

Tangerang Selatan. Dimana lokasi ini merupakan jalur utama yang

menghubungkan 3 kota yaitu Kota Tangerang Selatan, Kota Jakarta, dan Kota

Bogor. Selain itu, lokasi ini berada dalam wilayah pusat pendidikan, karena dekat

65

dengan beberapa sekolah dan kampus, yang tentunya menjadi sumber keuntungan

bisnis bagi Sop Duren Kepo. Seperti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas

Muhammadiyah Jakarta (UMJ), serta SMA/SMK Triguna.

Mengacu pada Kotler (2007:354), penentuan suatu lokasi menjadi strategis

atau tidaknya dapat ditinjau dalam beberapa aspek antara lain, ditinjau dari akses

untuk memperoleh bahan baku dan bahan penolong, akses dari pelanggan, akses

tenaga kerja, serta akses pendistribusian produk maupun bahan baku. Lokasi

penjualan Sop Duren Kepo memiliki kemudahan dalam mengakses beberapa hal

tersebut, karena berada dekat dengan lokasi pasar sehingga mudah dalam

memenuhi kebutuhan bahan penolong, tentu bagi pelanggan serta akses

pendistribusian produk dan bahan baku sangat mudah karena merupakan jalur

transportasi kota dan selalu dilalui angkutan umum, kemampuan akses untuk

memperoleh tenaga kerja juga mudah, karena rata-rata pencari kerja lebih

memilih mencari kerja di wilayah perkotaan. Pemenuhan kebutuhan air dan listrik

juga tersedia, karena perkotaan sudah diberikan akses yang mudah oleh

pemerintah. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa lokasi

penjualan Sop Duren Kepo adalah strategis.

b. Harga Produk Murah

Harga produk yang ditawarkan oleh Sop Duren Kepo tergolong murah

dibanding produk pesaingnya. Keputusan penetapan harga dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi

penetapan harga mencakup biaya produksi dan pertimbangan keorganisasian

perusahaan. Sedangkan faktor eksternal mencakup pasar dan permintaan,

persaingan, dan lingkungan lainnya.

66

Satu porsi sop durian menggunakan daging durian sebanyak 2 sendok

makan. Harga jual yang ditetapkan oleh pesaing dalam porsi yang sama berada

pada rentang harga Rp18.000-, sampai dengan Rp30.000-,. Beberapa pesaing

seperti Sop Durian Lodaya menjual dengan rentang harga Rp18.000-, sampai

Rp22.000-, akan tetapi dengan porsi yang berbeda-beda, Ketan Duren dan Sop

Duren Bapak Mu menjual dengan rentang harga Rp16.000-, sampai Rp24.000-,

serta Durian 911 rentang harga Rp24.000-, sampai Rp42.000-,. Sedangkan Sop

Duren Kepo menjual dengan rentang harga Rp14.000-, sampai Rp18.000-,.

Murahnya harga produk yang ditawarkan membuat Sop Duren Kepo menjadi

lebih diminati oleh pelanggan dan menjadi market leader usaha sop durian di

Tangerang Selatan (Perbandingan harga secara keseluruhan dapat dilihat pada

Lampiran 5).

c. Program Promosi Berbasis Digital Marketing

Berbagai promosi kerap dilakukan, baik promosi secara offline maupun

online. Promosi offline saat ini hanya dilakukan dengan promosi mouth to mouth

yang dilakukan oleh pelanggan, hingga saat ini promosi offline memang masih

menjadi promosi andalan yang dapat membawa pengaruh yang besar bagi

penjualan, akan tetapi untuk mendapatkan pelanggan baru dengan cepat, saat ini

Sop Duren Kepo tengah mencoba untuk terjun ke dalam promosi online.

Promosi online dilakukan sebagai bentuk pemanfaatan teknologi informasi

yang saat ini sangat lazim digunakan dan informasi yang diberikan dapat dengan

mudah tersebar ke seluruh pelosok Indonesia bahkan dunia. Bentuk promosi

online atau yang sering disebut sebagai digital marketing yang dilakukan oleh Sop

Duren Kepo adalah SEO (Search Engine Optimization), memasang iklan berbayar

67

di social media (Facebook dan Instagram), serta mengikuti program gaya hidup

dengan genre kuliner yaitu OK Food di Net TV. Tentu hal tersebut menjadi

kekuatan bagi Sop Duren Kepo. Beberapa program promosi online yang telah

dilakukan oleh Sop Duren Kepo secara lebih jelas terlampir pada Lampiran 6.

d. Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Perusahaan

Terbentuknya Sop Duren Kepo memang sedari awal tidak lepas dari nilai-

nilai Islam. Faktor yang menjadi kekuatan dalam penerapan nilai-nilai Islam

adalah dari budaya kerja dan prinsip bisnis yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Seperti 13 budaya kerja yang ada di Sop Duren Kepo yang diberi nama “Budaya

Kepo” diantaranya: 1) Jujur dan terbuka; 2) Ramah, santun, dan bersahabat; 3)

Disiplin; 4) Bekerja keras, cerdas, dan tuntas; 5) Bekerjasama; 6) Bersih dan rapi;

7) Cepat dan tepat; 8) Kreatif dan inovatif; 9) Semua pelanggan adalah spesial;

10) Berpenampilan menarik; 11) Loyal dan menjaga kerahasiaan perusahaan; 12)

Patuh pada peraturan perusahaan; 13) Dhuha dan Derma (Sop Duren Kepo,

2018:5). Adanya “Budaya Kepo” menjadi ciri khas dari Sop Duren Kepo yang

perlu dilestarikan sepanjang perkembangan perusahaan. “Budaya Kepo” ini sudah

ada sejak awal Sop Duren Kepo terbentuk, akan tetapi didokumentasikan secara

tertulis pada tahun 2015.

Selain “Budaya Kepo”, kebiasaan yang rutin dilakukan oleh Sop Duren

Kepo yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai Islam adalah menyisihkan sebagian

penjualan untuk kegiatan sosial berupa donasi untuk anak kurang mampu.

Kebiasaan tersebut sudah dilakukan sejak awal berdirinya perusahaan, pemberian

donasi diberikan kepada Yayasan Bakti Pemuda Nusantara yaitu organisasi non

profit yang berfokus pada pendidikan dan pemberdayaan pemuda di Tangerang

68

Selatan sebanyak 10 persen dari keuntungan setiap bulannya, yang kemudian

digunakan untuk pembangunan madrasah, pemberian beasiswa pendidikan,

renovasi sekolah, santunan, dan sebagainya.

e. Pemberian Reward Bulanan Bagi karyawan Berprestasi

Pemberian reward diberikan sebagai imbalan atas kinerja yang telah

dilakukan. Pemberian reward yang sesuai dengan penilaian kinerja karyawan

akan mampu meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Hal ini

dikarenakan semakin tinggi nilai prestasi yang dicapai oleh karyawan, maka

semakin besar reward yang diterima oleh karyawan.

Sop Duren Kepo memiliki sistem pemberian reward berupa bonus untuk

karyawan yang datang tepat waktu pada jam kerja sebesar Rp40.000-, setiap

bulannya serta untuk karyawan yang tidak melakukan kesalahan (zero mistakes)

selama bekerja dalam satu bulan sebesar Rp100.000-,. Selain pemberian insentif,

Sop Duren Kepo juga memberikan uang makan harian sebesar Rp20.000-, setiap

harinya dan uang tempat tinggal untuk karyawan yang berasal dari daerah setiap

bulannya. Sop Duren Kepo juga memiliki program rutin gathering setiap 6 bulan

sekali untuk seluruh karyawan dan kegiatan makan-makan pada waktu-waktu

tertentu. Pemberian reward tersebut adalah hal yang jarang dilakukan oleh

perusahaan lain dalam skala usaha yang sama, akan tetapi Sop Duren Kepo ingin

memberikan fasilitas yang dapat membuat karyawan merasa betah dan loyal untuk

bekerja di Sop Duren Kepo.

f. Gaya Kepemimpinan yang diterapkan

Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemilik adalah gaya

kepemimpinan demokratis, dimana menurut Rivai (2014:20) salah satu karakter

69

yang dimiliki seseorang dalam kepemimpinan demokratis adalah selalu berusaha

memupuk rasa kekeluargaan, persatuan dan solidaritas, serta selalu memberikan

dorongan semangat dan motivasi kepada semua anggota organisasi dalam

menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya. Agar setiap anggota organisasi

memiliki kecakapan dalam memimpin, seorang pemimpin yang demokratis selalu

memberikan kesempatan kepada semua anggota organisasi dengan jalan

pendelegasian sebagian kekuasaannya dan sebagian tanggung jawabnya.

Hubungan antara pemilik dan karyawan di Sop Duren Kepo terjalin dengan

rasa kekeluargaan. Kondisi kekeluargaan tersebut dapat membuat pemilik

mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing

karyawan. Sehingga pemilik dapat menjalankan serta mengembangkan daya kerja

semua karyawan sesuai dengan kekuatan yang dimiliki masing-masing karyawan,

serta selalu memberikan motivasi untuk memperbaiki kelemahannya. Hal tersebut

dapat membuat Sop Duren Kepo bertahan hingga saat ini.

2. Kelemahan

a. Kurangnya Jumlah SDM

Sop Duren Kepo saat ini mempekerjakan enam orang karyawan meliputi

satu orang koki sekaligus koordinator produksi, dua orang pembantu koki yang

merangkap sebagai pramusaji dan koordinator operasional, satu orang pramusaji,

satu orang kasir yang merangkap sebagai admin marketing. Karyawan direkrut

atas dasar dua jenis yaitu rekomendasi dan melamar langsung melalui proses

perekrutan internal.

Adanya rangkap jabatan menandakan kurangnya jumlah SDM yang

tersedia. Berlakunya tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas atau double jobdesk

70

untuk menyelesaikan pekerjaan perlu diatasi, agar komunikasi antar karyawan

tidak mengalami masalah yang dapat mempengaruhi internal perusahaan

kedepannya.

b. Varian Produk Sedikit

Sop Duren Kepo merupakan outlet yang menawarkan produk olahan durian

berupa sop durian. Pemilihan durian sebagai produk utama karena durian

merupakan tanaman buah yang memiliki aroma khas sebagai ciri penting untuk

menentukan kematangan durian, selain itu, durian juga memiliki rasa yang unik

dimana para penyukanya akan terobsesi dengan rasa yang diciptakan. Hingga saat

ini terdapat 12 jenis produk sop durian, 7 jenis produk olahan durian lainnya

seperti pancake durian, ice cream durian, roti bakar durian, dan sebagainya, 10

jenis produk makanan camilan, 5 jenis produk makanan berat dan 9 jenis produk

minuman yang telah dihasilkan (Lampiran 5). Akan tetapi, pilihan produk yang

ditawarkan belum berkembang mengikuti trend dan permintaan pasar. Hal ini

dikarenakan dikarenakan pertumbuhan pasarnya yang lambat sehingga sulit untuk

melihat peluang inovasi baru dari varian sop durian terbaru dari pesaing sejenis,

baik yang sudah skala usaha besar maupun kecil.

c. Kualitas Pelayanan Masih Lemah

Adanya permasalahan jumlah SDM yang kurang berimbas kepada kualitas

pelayanan yang diberikan oleh karyawan, hal tersebut dikarenakan semakin

banyak pelanggan datang untuk membeli, semakin banyak produk yang perlu

disajikan. Ketika karyawan tidak profesional dalam melayani pelanggan, seperti

kesalahan pada produk yang disajikan, rentang waktu dari pemesanan hingga

penyajian terlalu lama, atau bahkan tidak ramah kepada pelanggan, jelas akan

71

menimbulkan keluhan. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 9 persen dari

total sampel 98 orang pelanggan yang datang ke Sop Duren Kepo mengatakan

bahwa pelayanan yang diberikan oleh karyawan kurang baik dan kurang ramah

(Sop Duren Kepo, 2018:16).

d. Kualifikasi SDM Belum Sesuai

Ditinjau dari segi kualitas karyawan yang dimiliki, kualitas karyawan Sop

Duren Kepo masih perlu untuk dikembangkan lagi, karena meskipun proses

produksi tergolong simpel dan skala usaha masih terbilang kecil, faktor manusia

merupakan unsur penting dalam kegiatan bisnis yang dijalani. Peningkatan

pengetahuan perlu dilakukan sesuai dengan bidang masing-masing.

Sejauh ini, dalam segi keterampilan, karyawan sudah memenuhi keinginan

atau kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan, akan tetapi dalam segi

pengetahuan masih terbilang belum sesuai. Karena masih banyaknya karyawan

yang gagap teknologi dan kurang pengetahuan tentang bagaimana cara support

system seorang karyawan kepada pemilik dalam mengambil suatu kebijakan bagi

perusahaan, sehingga perusahaan mengalami kesulitan dalam pengembangan

usaha yang dilakukan.

e. Belum Adanya Standar Operasional Prosedur

Standar Operasional Prosedur atau yang sering disingkat dengan SOP

merupakan suatu rangkaian tertulis mengenai suatu proses atau aktivitas bisnis

pada perusahaan. Dengan adanya SOP, perusahaan dapat memastikan suatu

aktivitas bisnis bisa berjalan sesuai dengan standar yang diharapkan. Selain itu,

jika melihat karakteristik bahan baku durian yang merupakan bahan baku mudah

rusak (perishable), oleh karena itu perlu ada perlakuan atau prosedur fisik khusus

72

yang baik dan benar, agar produk tidak cepat rusak atau masam. Beberapa yang

perlu tercantum pada SOP antara lain panduan teknis produksi, panduan proses

bisnis diluar produksi seperti pemasaran dan operasional serta pengendalian bahan

baku.

Sejauh ini, Sop Duren Kepo belum memiliki standar operasional prosedur

tertulis yang dapat dipatenkan dan menjadi pedoman teknis bagi perusahaan,

sehingga masih kerap terjadi penyimpangan dalam teknis baik dalam proses

produksi maupun proses kegiatan yang lain.

f. Belum Adanya Pengendalian Mutu Produk

Durian memiliki karakteristik yang mudah rusak (perishable), sehingga

memerlukan perlakuan dan prosedur fisik yang baik dan benar. Selain itu, agar

tidak cepat rusak atau busuk atau masam, maka daging durian membutuhkan

tempat penyimpanan yang baik. Jika tidak segera dikendalikan, maka sudah pasti

nilai dan kualitas bahan baku tersebut akan menurun. Pada dasarnya, untuk

mengetahui perlakuan dan prosedur seperti apa yang sesuai, dibutuhkan standar

yang dapat mengacu pada standar pengendalian mutu baik berupa produk maupun

prosesnya.

Sop Duren Kepo sejauh ini belum memiliki standar pengendalian mutu,

baik untuk produk maupun standar prosedur secara tertulis yang dapat dipatenkan

sebagai suatu standar dalam perusahaan, sehingga masih banyak perlakuan yang

kurang tepat di lakukan terhadap bahan baku durian yang menyebabkan durian

cepat masam ataupun tidak higienis saat disajikan kepada pelanggan.

73

5.1.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal didapatkan beberapa hal

yang menjadi peluang serta ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Faktor-faktor

eksternal tersebut diperoleh dari penguraian secara detail dari lingkungan jauh dan

lingkungan industri (halaman 29) yang kemudian di susun dalam matriks EFE

(External Factor Evaluation) untuk menetapkan posisi perusahaan dalam industri

serta strategi apa yang cocok digunakan sesuai dengan kondisi perusahaan.

Berikut adalah hasil identifikasi faktor-faktor kunci eksternal Sop Duren Kepo.

1. Peluang

a. Tingkat Pendapat Pelanggan

Tingkat pendapatan pelanggan dapat mempengaruhi daya beli. Tingkat dan

pertumbuhan konsumsi masyarakat ditentukan oleh pendapatan rumah tangga dan

perubahan tingkat harga inflasi. Daya beli dikatakan menurun jika penghasilan

yang diperoleh masyarakat menurun, serta harga barang dan jasa meningkat.

Berdasarkan data Susenas menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi kelompok

menengah dari Maret 2016 sampai Maret 2017 masih di atas 6 persen, memang

lebih rendah dibandingkan setahun sebelumnya yang pernah mencapai kisaran 8

persen. Namun kelompok masyarakat 30 persen berpenghasilan menengah

kebawah, konsumsinya tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya

(Kompas, 2018).

b. Bertambahnya Jumlah Penduduk di Tangerang Selatan

Pertambahan jumlah penduduk dalam lima tahun terakhir yaitu tahun 2013

sampai 2017 mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun pertumbuhannya

cenderung menurun. Pertambahan jumlah penduduk tersebut tumbuh rata-rata

74

kurang lebih sebesar 3,25 persen setiap tahunnya. Berikut data pertumbuhan

jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan yang tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan Tahun 2012-2016

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Perkembangan Penduduk (%)

2013 1.443.403 3,39

2014 1.492.999 3,32

2015 1.543.209 3,25

2016 1.593.912 3,18

2017 1.644.899 3,10

Total 10.458.929 3,25

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan 2017 (diolah)

Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan meningkat 50.987 jiwa dari

1.593.912 jiwa pada tahun 2018 menjadi 1.644.899 jiwa pada tahun 2017.

Menurut Dinas Kependudukan Kota Tangerang Selatan, adanya pertumbuhan

penduduk disebabkan adanya peningkatan urbanisasi. Jumlah penduduk yang

banyak akan berdampak pada meningkatnya permintaan masyarakat terhadap

konsumsi makanan. Selain itu, dengan pemilihan lokasi penjualan berada di

lingkungan pusat pendidikan serta jalur utama lintas kota, adanya pasar baru yang

potensial dapat dijangkau adalah mahasiswa yang diterima setiap tahunnya oleh

perguruan tinggi di Kota Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

SMA/SMK Triguna merupakan kampus dan sekolah terdekat dengan lokasi

penjualan. Setiap tahunnya kampus dan sekolah tersebut menerima mahasiswa

maupun siswa yang berasal dari Kota Tangerang Selatan dan sekitarnya, bahkan

untuk kampus tidak hanya di daerah jabodetabek melainkan dari seluruh

Indonesia.

75

c. Gaya Hidup Masyarakat Perkotaan

Gaya hidup masyarakat perkotaan menjadi peluang yang sangat besar.

Gaya hidup dapat menentukan segmentasi pasar yang perlu ditetapkan oleh

perusahaan. Tujuan penentuan segmentasi yang ditinjau dari gaya hidup

masyarakat adalah untuk mengklasifikasikan pelanggan ke dalam segmen pasar

dengan pola gaya hidup yang lebih spesifik di lingkungan perusahaan.

Seiring perkembangan zaman, saat ini banyak masyarakat yang lebih

memilih untuk mengkonsumsi makanan jadi. Pola konsumsi untuk makan di luar

rumah merupakan salah satu yang mempengaruhi perkembangan jumlah usaha

kuliner yang ada di Tangerang Selatan. Semakin banyaknya aktivitas yang

dilakukan di luar rumah, bersosialisasi serta menikmati suasana baru adalah yang

menjadi alasan mengapa masyarakat lebih memilih untuk makan di luar rumah.

d. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang memberikan

kontribusi yang besar dan positif bagi keberlangsungan perusahaan. Faktor

teknologi informasi dan komunikasi merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan

untuk kegiatan operasional sehari-hari, seperti penggunaan handphone, komputer

yang dapat mempermudah jarak, dan transaksi jual beli dengan pelanggan.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mempengaruhi kemudahan

pelanggan dalam mengakses perusahaan melalui penggunaan internet (termasuk

di dalamnya social media), penggunaan e-commerce serta aplikasi transportasi

online sehingga pelanggan dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi

secara cepat dan jelas termasuk produk yang akan dibeli.

76

e. Adanya Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan UMKM

Faktor politik berkaitan dengan adanya peraturan pemerintah, undang-

undang, serta kebijakan pemerintah, baik itu pada tingkat nasional, provinsi

maupun daerah yang menentukan jalannya suatu perusahaan. UMKM di

Indonesia telah menjadi bagian penting dalam sistem perekonomian di Indonesia.

Hal ini dikarenakan UMKM merupakan unit-unit usaha yang lebih banyak

jumlahnya dibandingkan usaha industri berskala besar dan memiliki keunggulan

dalam menyerap tenaga kerja lebih banyak dan juga mampu mempercepat proses

pemerataan dan kemandirian sebagai bagian dari pembangunan perekonomian

Indonesia. Adanya peraturan dan kebijakan pemerintah tentu semestinya dapat

mempermudah akses UMKM untuk berkembang, baik dalam segi finansial,

perizinan, hingga kegiatan produksi dan pemasaran. Beberapa peraturan dan

kebijakan pemerintah yang dapat membantu dalam pengembangan dan

pemberdayaan UMKM antara lain :

(1) Peraturan Presiden No.5 Tahun 2007 mengenai program Kredit Usaha

Kecil bagi pembiayaan operasional UMKM.

(2) UU No.20 Tahun 2008 tentang pemberdayaan UMKM bagi prekonomian

di Indonesia.

Peraturan dan kebijakan pemerintah tersebut merupakan salah satu upaya

untuk membina pengembangan UMKM khususnya dalam kuliner, yang mampu

memiliki kekuatan finansial serta kualitas produk yang baik sehingga dapat

bersaing dengan negara lain.

77

f. Adanya Kebijakan Pemerintah Terkait Mutu dan Keamanan Pangan

Jika ditinjau dalam konteks pemasaran, seiring bertambahnya pelaku usaha

kuliner, tentu akan sulit menarik pelanggan jika tidak memenuhi tuntutan pasar

yang saat ini sudah menuju ke arah mutu dan keamanan pangan yang baik. Selain

itu, adanya kebijakan pemerintah terkait dengan keamanan pangan tentu menjadi

peluang bagi perusahaan agar dapat memenuhi tuntutan pasar dan mampu

memberikan jaminan mutu bagi pelanggan. Kebijakan tersebut diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi

pangan.

Standar mutu dilakukan mulai dari penerimaan bahan baku, proses

produksi hingga produk yang sudah jadi. Pengendalian mutu dilakukan dengan

melakukan pengukuran kinerja produk dan proses, membandingkan dengan

standar dan spesifikasinya, serta melakukan tindakan koreksi jika terdapat

penyimpangan. Untuk menjamin sistem keamanan produksi, langkah pertama

perlu adanya prosedur sanitasi dan hygiene. Selanjutnya masuk ke tahap proses

produksi hingga produk sampai ke tangan pelanggan, perlu adanya pedoman dan

standar proses yang disebut dengan GMP (Good Manufacture Process) sesuai

dengan pedoman sistem manajemen mutu terpadu seperti HACCP, ISO-9000

serta ISO-22000.

2. Ancaman

a. Kenaikan Tarif Dasar Listrik dan BBM

Kenaikan Tarif Dasar Listrik dan BBM secara nyata membawa dampak

bagi operasional Sop Duren Kepo. Beberapa dampak dari kenaikan TDL dan

BBM adalah naiknya tarif sewa listrik, sewa tempat, bahan penolong, hingga

78

ongkos kirim bahan baku yang akhirnya akan meningkatkan biaya operasional

dan produksi Sop Duren Kepo. Semakin tinggi kenaikan TDL dan BBM, semakin

besar biaya operasional yang perlu dikeluarkan oleh Sop Duren Kepo. Pada tahun

2018 TDL dan BBM memang tidak mengalami kenaikan akan tetapi saat ini

kondisi ekonomi Indonesia merosot akibat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

yang semakin melemah yang mengakibatkan perlunya harga TDL dan BBM di

naikkan atau dengan kata lain mencabut subsidinya. Hal tersebut dikarenakan

adanya masalah defisit neraca perdagangan. Berdasarkan data Bank Indonesia

(BI) memperlihatkan Current Account Deficit (CAD) mencapai 3 persen dari

Produk Domestik Bruto (PDB) yang tertinggi sejak kuartal II-2014. Penyebab

utama defisit tersebut adalah besarnya permintaan impor subsidi BBM dan listrik

(Tribun News Jateng, 2018).

b. Perubahan Selera Pelanggan

Perubahan selera merupakan ancaman bagi Sop Duren Kepo karena target

pasar dari Sop Duren Kepo adalah anak muda. Sedangkan selera anak muda

merupakan selera yang dinamis, selalu berubah seiring perkembangan zaman.

Muncul dan berkembangnya teknologi informasi menjadi pengaruh yang besar

untuk selera anak muda berubah, oleh karena itu muncul istilah-istilah baru seperti

“kekinian” ataupun “viral” yang mampu mempengaruhi anak muda saat ini.

Dengan adanya perubahan yang cepat seperti hal tersebut, Sop Duren Kepo

sedikit kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar dikarenakan kurangnya

penelitian dan pengembangan inovasi produk yang sesuai dengan permintaan

pasar saat ini.

79

c. Banyaknya Pesaing

Pesaing yang dimaksud adalah pesaing yang bergerak di ranah kuliner baik

yang memiliki usaha sejenis (olahan durian). Produk sejenis di wilayah Tangerang

Selatan belum terlalu banyak yang dapat mengancam keberadaan Sop Duren

Kepo, karena lamanya usaha dan omset yang dihasilkan belum selama dan sebesar

Sop Duren Kepo, akan tetapi keberadaan pesaing dengan usaha sejenis di luar

wilayah Tangerang Selatan perlu diwaspadai, seperti Sop Duren Lodaya, Sop

Duren Durio di wilayah Bogor, Sop Durian Margando di wilayah Depok, maupun

sop durian lainnya yang skala usahanya sudah besar.

d. Ketersediaan Bahan Baku Berfluktuatif

Sop Duren Kepo memiliki pemasok tetap akan tetapi tidak terikat yang

menyediakan bahan baku kualitas terbaik yang berasal dari para petani durian di

Medan. Ketersediaan pasokan pada Sop Duren Kepo sangat bergantung pada

pemasok bahan baku yang jumlahnya terbatas. Disamping itu, dalam beberapa

periode, pasokan bahan baku tidak dapat terpenuhi baik dalam hal kualitas

maupun kuantitas karena sifat musiman dari buah durian. Hal tersebut

berpengaruh terhadap kontinuitas ketersediaan produk Sop Duren Kepo sehingga

pada beberapa periode tertentu pemilik harus mencari pemasok lain yang masih

menyediakan bahan baku walaupun dengan harga yang mahal.

e. Harga Bahan Baku yang Tidak Stabil

Adanya fluktuasi ketersediaan bahan baku seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya, akan mengakibatkan harga bahan baku menjadi tidak stabil.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kekuatan tawar menawar pemasok tinggi

80

terhadap industri dimana pemasok mampu mempengaruhi industri melalui

kemampuannya menaikkan harga atau pengurangan kualitas produk.

5.2 Analisis Hasil Identifikasi Faktor Strategis

Pada proses identifikasi sebelumnya yang dilakukan melalui kuesioner

Lampiran 1a, observasi dan wawancara kepada perusahaan, diperoleh klasifikasi

faktor strategis internal yang menghasilkan kekuatan dan kelemahan, serta

eksternal perusahan yang menghasilkan peluang dan ancaman. Hasil klasifikasi

tersebut dianalisis menggunakan kuesioner putaran kedua (Lampiran 1b) untuk

selanjutnya di hitung hasil pembobotannya (Lampiran 7) dan hasil penentuan

rating nya (Lampiran 8), kemudian hasil rata-rata kuesioner bobot dan kuesioner

rating ke empat narasumber dimasukan ke dalam matriks IFE (Internal Factor

Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation). Matriks IFE dan EFE tersebut

dilakukan analisis berdasarkan pembobotan dan rating dari kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman, hasil analisis akan menjadi penentu posisi perusahaan

dalam industri.

5.2.1 Analisis Hasil Identifikasi Faktor Strategis Internal

Matriks IFE menggambarkan bagaimana faktor-faktor internal

dipertimbangkan oleh perusahaan dalam membuat strategi perusahaan. Faktor

internal dibedakan menjadi dua kategori yaitu faktor kekuatan dan faktor

kelemahan. Berikut merupakan hasil perhitungan rata-rata bobot dan rating yang

telah di isi oleh ke empat narasumber pada faktor strategis internal tersaji pada

Tabel 9.

81

Tabel 9. Matriks IFE Sop Duren Kepo

Faktor Strategis Internal Bobot Rata-

rata

Rating Rata-

rata Skor

Kekuatan

Lokasi perusahaan strategis 0.086 4.00 0.344

Harga produk murah 0.089 4.00 0.356

Program promosi berbasis digital

marketing 0.066 3.25 0.215

Penerapan nilai-nilai islam dalam

perusahaan 0.083 3.50 0.291

Pemberian reward bulanan bagi

karyawan berprestasi 0.083 3.00 0.249

Gaya kepemimpinan yang diterapkan 0.101 3.00 0.303

Sub Total 1.757

Kelemahan

Kurangnya jumlah SDM 0.087 1.00 0.087

Varian produk sedikit 0.069 2.00 0.138

Kualitas pelayanan masih lemah 0.080 2.00 0.160

Kualifikasi SDM belum sesuai 0.063 1.50 0.095

Belum adanya Standar Operasional

Prosedur 0.096 1.25 0.120

Belum adanya pengendalian mutu

produk 0.097 2.00 0.194

Sub Total 0.794

TOTAL 2.551 Sumber : Bobot dari Lampiran 7 dan Rating dari Lampiran 8 (2018)

Hasil analisis matriks IFE diperoleh nilai untuk faktor kekuatan yaitu 1,757

dan nilai untuk faktor kelemahan yaitu 0,794. Hasil ini menunjukan bahwa Sop

Duren Kepo memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan

kelemahannya. Total skor matriks IFE sebesar 2,551, berdasarkan teori dari David

(bab 3 halaman 52), hasil ini menunjukan bahwa perusahaan memiliki kondisi

internal yang baik.

Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana tersaji pada Tabel 9, faktor

kekuatan terbesar yang dimiliki adalah harga produk murah dengan memperoleh

skor sebesar 0,356. Faktor lain yang menjadi kekuatan Sop Duren Kepo secara

berturut-turut adalah lokasi perusahaan strategis dengan skor sebesar 0,344, gaya

82

kepemimpinan yang diterapkan sebesar 0,303, penerapan nilai-nilai islam dalam

perusahaan sebesar 0,291, pemberian reward bulanan bagi karyawan berprestasi

sebesar 0.249, dan terakhir adalah program promosi berbasis digital marketing

dengan skor sebesar 0,215. Total skor yang diperoleh oleh Sop Duren Kepo

menunjukkan bahwa pihak perusahaan selalu mengutamakan harga produk. Hal

tersebut jelas merupakan hal utama yang mempengaruhi penjualan Sop Duren

Kepo dan serta loyalitas dari pelanggan itu sendiri mengingat saat ini Sop Duren

Kepo tengah menjadi market leader usaha sejenis durian di Tangerang Selatan

(bab 1).

Sedangkan untuk faktor kelemahan, berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui

Faktor kelemahan terbesar adalah belum adanya pengendalian mutu produk

dengan skor sebesar 0.194. Faktor lain yang menjadi kelemahan berturut-turut

adalah kualitas pelayanan masih lemah dengan skor sebesar 0,160, varian produk

sedikit dengan skor sebesar 0,138, belum adanya Standar Operasional Prosedur

dengan skor sebesar 0,120, kualifikasi SDM belum sesuai dengan skor 0,095 dan

terakhir kurangnya jumlah SDM dengan skor sebesar 0,087. Hal ini menunjukkan

bahwa pengendalian mutu produk sangat dibutuhkan guna memperbaiki desain,

standar dan prosedur kerja untuk mencegah adanya produk reject yang disebabkan

oleh human eror di Sop Duren Kepo.

5.2.2 Analisis Hasil Identifikasi Faktor Strategis Eksternal

Matriks EFE menggambarkan besarnya pengaruh faktor-faktor eksternal

terhadap perumusan strategi perusahaan. Faktor-faktor eksternal tersebut terbagi

ke dalam menjadi dua kategori yaitu faktor-faktor yang menjadi peluang dan

faktor-faktor yang menjadi ancaman.

83

Hasil analisis matriks EFE untuk faktor peluang mempunyai nilai sebesar

1,283 dan faktor ancaman sebesar 1,867. Hal ini berarti Sop Duren Kepo memiliki

faktor ancaman yang lebih besar dibanding peluang yang dimilikinya. Total skor

matriks IFE sebesar 3,150, berdasarkan teori dari David (bab 3 halaman 53), hasil

ini menunjukan bahwa perusahaan memiliki kondisi eksternal yang baik. Berikut

merupakan hasil perhitungan rata-rata bobot dan rating yang telah di isi oleh ke

empat narasumber pada faktor strategis internal tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10. Matriks EFE Sop Duren Kepo

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rata-

rata

Rating Rata-

rata Skor

Peluang

Tingkat pendapatan pelanggan 0.094 3.25 0.306

Bertambahnya jumlah penduduk di

Tangerang Selatan 0.064 2.25 0.144

Gaya hidup masyarakat perkotaan 0.101 3.25 0.328

Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi 0.076 3.00 0.228

Adanya kebijakan pemerintah dalam

pengembangan UMKM 0.071 1.75 0.124

Adanya kebijakan pemerintah terkait

mutu dan keamanan pangan 0.068 2.25 0.153

Sub Total 1.283

Ancaman

Kenaikan Tarif Dasar Listrik dan BBM 0.105 3.50 0.368

Perubahan selera pelanggan 0.097 3.25 0.315

Banyaknya pesaing 0.082 3.00 0.246

Ketersediaan bahan baku berfluktuatif 0.124 4.00 0.496

Harga bahan baku yang tidak stabil 0.118 3.75 0.443

Sub Total 1.867

TOTAL 3.150 Sumber: Bobot dari Lampiran 7 dan Rating dari Lampiran 8 (2018)

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana yang tersaji pada Tabel 10, faktor

ancaman terbesar yang perlu dihadapi oleh Sop Duren Kepo adalah ketersediaan

bahan baku berfluktuatif dengan memperoleh skor sebesar 0,496. Faktor lain yang

menjadi ancaman yang perlu dihadapi oleh Sop Duren Kepo secara berturut-turut

adalah harga bahan baku yang tidak stabil dengan skor sebesar 0,443, kenaikan

84

Tarif Dasar Listrik dan BBM sebesar 0.368, perubahan selera pelanggan sebesar

0,315, dan terakhir adalah banyaknya pesaing dari produk substitusi dengan skor

sebesar 0.246. Ketersediaan bahan baku yang berfluktuatif menjadi ancaman

utama bagi Sop Duren Kepo karena jelas akan mempengaruhi kontinuitas bahan

baku itu sendiri, jika bahan baku sulit diperoleh, tentu akan mempengaruhi

keberlangsungan usaha Sop Duren Kepo.

Sedangkan untuk faktor peluang, berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui

bahwa faktor peluang terbesar adalah gaya hidup masyarakat perkotaan dengan

skor sebesar 0.328. Faktor lain yang menjadi peluang berturut-turut adalah tingkat

pendapatan pelanggan dengan skor sebesar 0,306, perkembangan teknologi dan

informasi dengan skor sebesar 0,228, adanya kebijakan pemerintah terkait mutu

dan keamanan pangan dengan skor sebesar 0,153, bertambahnya jumlah

penduduk di Tangerang Selatan dengan skor sebesar 0,144 dan terakhir adanya

kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM dengan skor sebesar 0,124.

Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup masyarakat perkotaan menjadi peluang

yang sangat besar mengingat masyarakat perkotaan cenderung mengkonsumsi

makanan yang praktis tanpa harus memasak terlebih dahulu, oleh karena itu

masyarakat lebih senang untuk makan di luar rumah.

5.3 Posisi Perusahaan

Ditinjau berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE,

selanjutnya dapat disusun matriks Internal-Eksternal (IE). Pemetaan pada matriks

Internal-Eksternal (IE) dilakukan dengan cara menggabungkan total nilai dari

85

matriks IFE dan EFE ke dalam kuadran yang telah ditentukan. Berikut merupakan

hasil pencocokan dari matriks IFE dan EFE yang tersaji pada Gambar 11.

Gambar 11. Posisi Sop Duren Kepo pada Matriks IE

Sumber: Tabel 9 dan 10 (2018)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Gambar 11, dapat diketahui bahwa

nilai matriks IFE diperoleh sebesar 2.551 dan matrik EFE sebesar 3.150 dengan

demikian apabila masing-masing total skor dari faktor internal dan eksternal

dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat ini berada pada sel II.

Mengacu pada David (2006:301) pada posisi tersebut perusahaan memiliki

kekuatan internal yang baik untuk memanfaatkan peluang besar yang ada pada

lingkungan eksternal perusahaan. Strategi yang paling baik untuk diterapkan

adalah strategi tumbuh dan kembangkan (Grow and Build). Pada strategi tersebut

perusahaan dapat melakukan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan

pasar dan pengembangan produk).

5.4 Alternatif Strategi

Untuk mendapatkan alternatif strategi secara lebih mendalam, penulis

menggunakan matriks SWOT sebagai alat analisis pada penelitian ini. Mengacu

pada hasil analisis matriks IE (Gambar 11) maka strategi pilihan yang tepat

86

digunakan pada matriks SWOT adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan

untuk memperoleh peluang sebanyak-banyaknya menggunakan strategi intensif

atau integratif. Alternatif strategi yang nantinya akan menjadi prioritas beserta

strategi lainnya yang telah didapatkan berdasarkan faktor strategis internal dan

eksternal Sop Duren Kepo dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Matriks SWOT Sop Duren Kepo

Strengths (S) 1. Lokasi perusahaan

strategis

2. Harga produk murah

3. Program promosi

berbasis digital

marketing

4. Penerapan nilai-nilai

islam dalam

perusahaan

5. Pemberian reward

bulanan bagi

karyawan berprestasi

6. Gaya kepemimpinan

yang diterapkan

Weaknesses (W) 1. Kurangnya jumlah

SDM

2. Varian produk sedikit

3. Kualitas pelayanan

masih lemah

4. Kualifikasi SDM

belum sesuai

5. Belum adanya

Standar Operasional

Prosedur

6. Belum adanya

pengendalian mutu

produk

Opportunities (O) 1. Tingkat pendapatan pelanggan

2. Bertambahnya jumlah

penduduk di Tangerang

Selatan

3. Gaya hidup masyarakat

perkotaan

4. Perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi

5. Adanya kebijakan pemerintah

dalam pengembangan UMKM

6. Adanya kebijakan pemerintah

terkait mutu dan keamanan

pangan

STRATEGI S-O - Penerapan sistem

franchise dan keagenan

pada operasional bisnis

perusahaan S1, S2, S3,

S4, S6, O1, O2, O3, O5

- Memaksimalkan

promosi dengan

memanfaatkan digital

marketing S2, S3, O1,

O2, O3, O4

- Melakukan inovasi

produk mengikuti tren

saat ini S1, S2, S5, S6,

O1, O2, O3, O4, O6

STRATEGI W-O - Meningkatkan

kompetensi karyawan

melalui pelatihan dengan

bantuan pemerintah atau

swasta W3, W4, O5

- Melakukan sertifikasi

produk dan proses W6,

O5, O6

-

Threats (T) 1. Kenaikan Tarif Dasar Listrik

dan BBM

2. Perubahan selera pelanggan

3. Banyaknya pesaing

4. Ketersediaan bahan baku

berfluktuatif

5. Harga bahan baku yang tidak

stabil

STRATEGI S-T - Melakukan kerja sama

dan membina kemitraan

yang intensif dengan

petani durian S6, T4, T5

- Membuat kontrak

dengan pihak lain seperti

supplier durian dengan

skala besar S6, T4, T5

STRATEGI W-T - Menyusun Standar

Operasional Prosedur

Perusahaan W5, W6, T3

- Memperbaiki sistem

manajemen perusahaan

W1, W3, W4, T3

Sumber : Tabel 9 dan 10 (2018)

IFE

EFE

87

Berdasarkan matriks SWOT tersebut, empat jenis strategi utama yaitu

Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT antara lain :

1. Strategi SO

Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan

untuk meraih peluang yang ada di luar perusahaan. Alternatif strategi SO yang

telah disesuaikan dengan faktor kekuatan dan peluang dari Sop Duren Kepo

antara lain :

a. Penerapan Sistem Franchise dan Keagenan pada Operasional Bisnis

Perusahaan

Kekuatan utama yang dimiliki perusahaan adalah harga produk murah.

Strategi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan usaha

dengan membentuk sistem franchise dan keagenan, adanya pengembangan pasar

melalui pembentukan sistem franchise dan keagenan dilakukan atas dasar

kecilnya minimum biaya yang dikeluarkan di banding dengan membuka cabang

membuat kerugian yang diperoleh oleh perusahaan akan lebih sedikit apabila

bisnis kurang berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (kotler, 2007:167-

169). Mengingat harga produk yang dijual oleh Sop Duren Kepo merupakan harga

yang murah sehingga mampu bersaing di pasaran. Adanya sistem franchise

tersebut diharapkan dapat mengembangkan usaha di wilayah pasar yang baru.

b. Memaksimalkan Promosi dengan Memanfaatkan Digital Marketing

Strategi pengembangan selanjutnya adalah dengan memaksimalkan

promosi memanfaatkan digital marketing. Hal tersebut dilakukan dengan

menggunakan kekuatan perusahaan yang kerap melakukan program promosi

menggunakan media digital atau internet, akan tetapi pelaksanaanya belum

88

maksimal dan berkala. Adanya strategi tersebut bertujuan untuk memaksimumkan

pemanfaatan digital marketing yang digunakan oleh perusahaan untuk menarik

pelanggan dan calon pelanggan secara cepat, terlebih dengan harga jual produk

yang lebih murah dibanding pesaing. Beberapa cara promosi tersebut menurut

Kotler (2007:288-303) antara lain pemasangan iklan di social media secara rutin,

seperti instagram, facebook, YouTube, dsb. Meningkatkan pengelolaan website

resmi perusahaan. Selanjutnya iklan di televisi (saat ini sudah banyak program

televisi seperti gaya hidup dengan genre kuliner seperti Asian Food Channel

(AFC). Beberapa progam televisi yang ada di dalam negeri seperti Trans TV

dengan demen makan dan Net TV dengan chef’s table dan OK Food), Email

marketing, SEO (Search Engine Optimization), mobile marketing, dan lain

sebagainya.

c. Melakukan Inovasi Produk Mengikuti Tren Saat Ini

Strategi yang dapat dijalankan untuk memaksimalkan peluang yang akan

diperoleh selanjutnya adalah melakukan inovasi produk mengikuti tren saat ini.

Hal tersebut guna memelihara loyalitas pelanggan sekaligus untuk menarik

pelanggan baru, karena sejak tahun 2015 belum ada inovasi produk yang dapat

menarik pelanggan baru. Maksud dari inovasi produk disini adalah membuat atau

menjual produk baru diluar durian atau masih berbahan baku durian akan tetapi

dengan bentuk yang berbeda. Diharapkan adanya inovasi produk tersebut dapat

mempertahankan pasar saat ini serta membuka pasar baru bagi Sop Duren Kepo.

2. Strategi WO

Strategi ini dilakukan dengan mengatasi kelemahan internal perusahaan

untuk meraih peluang yang ada di luar perusahaan. Alternatif strategi WO yang

89

telah disesuaikan dengan faktor kelemahan dan peluang dari Sop Duren Kepo

antara lain :

a. Meningkatkan Kompetensi Karyawan Melalui Pelatihan dengan Bantuan

Pemerintah Maupun Swasta

Adanya program pemberdayaan UMKM yang dibuat oleh pemerintah perlu

dimanfaatkan oleh perusahaan untuk meningkatkan kompetensi karyawannya.

Menurut Portal Bappeda Kota Tangerang Selatan, Dinkop dan UKM Kota

Tangerang Selatan telah melakukan kerja sama dengan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) UIN Syarif Hidayatullah jakarta, Pusat Pengembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (PUSPITEK) serta Indonesia Business Simulation

(INAPEN) (News Portal Bappeda Kota Tangerang Selatan, 2017). Beberapa

programnya seperti mengadakan workshop dan bimtek yang dilaksanakan oleh

INAPEN dan PUSPITEK). Beberapa pelatihan dan bimtek yang akan dibahas

adalah seputar pengetahuan tentang cara pembukuan, neraca keuangan dan

laporannya melalui sistem, sehingga tidak manual, serta segi pemasaran produk.

Sedangkan diluar hal tersebut, dapat mengikuti pelatihan dan pengembangan yang

dilakukan oleh swasta.

b. Melakukan Sertifikasi Produk dan Proses

Strategi ini digunakan untuk mengatasi kelemahan yang ada. Program

sertifikasi yang diadakan oleh pemerintah dapat membantu memperbaiki standar

produk dan proses yang ada pada perusahaan. Adanya standar tersebut dapat

meningkatkan kualitas mutu produk yang dihasilkan dan dapat digunakan untuk

pelabelan produk untuk proses komunikasi pasar, bahkan untuk menembus pasar

internasional. Beberapa sertifikasi yang dapat diikuti seperti sertifikasi GMP

90

(Good Manufacturing Process), P-IRT sebagai jaminan mutu produk untuk skala

UMKM, maupun HACCP atau ISO 9001.

3. Strategi ST

Strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan

untuk menghindari ancaman yang ada di luar perusahaan. Alternatif strategi ST

yang telah disesuaikan dengan faktor kekuatan dan ancaman dari Sop Duren Kepo

antara lain :

a. Melakukan Kerja Sama dan Membina Kemitraan yang Intensif dengan

Petani Durian untuk Melakukan Budidaya Durian.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemenuhan bahan baku dan bentuk usaha

baru yang menjanjikan. Adanya kontrak atau membina kerja sama dengan

petani durian diharapkan akan mengatasi ancaman bahan baku durian yang

ketersediaannya sulit didapatkan dengan harga yang stabil.

b. Membuat kontrak dengan pihak lain seperti supplier durian yang sudah

berskala besar. Selama ini kebutuhan bahan baku didapat dari supplier

tanpa kontrak tertulis dan masih berskala kecil sehingga jika supplier tidak

ada pasokan durian, maka Sop Duren Kepo otomatis harus mencari

supplier lain terlebih jika harga bahan baku sedang tinggi.

4. Strategi WT

Strategi ini dilakukan dengan mengurangi kelemahan internal perusahaan

untuk menghindari ancaman yang ada di luar perusahaan. Alternatif strategi WT

yang telah disesuaikan dengan faktor kelemahan dan ancaman dari Sop Duren

Kepo antara lain :

91

a. Menyusun Standar Operasional Prosedur Perusahaan

Perlu dilakukan penyusunan Standar Operasional Prosedur secara tertulis

bagi perusahaan. Hal ini dilakukan guna menunjang peluang sertifikasi untuk

peningkatan kualitas produk dan proses yang ada di perusahaan. Adanya SOP

tentu akan memberikan arah bagi karyawan dan pemilik dalam menjalankan

pekerjaannya. Selain itu, karyawan juga akan mengetahui lingkup pekerjaannya,

sehingga job description akan jelas dan tidak tumpang tindih. Menciptakan

ukuran standar kinerja yang akan membantu mengevaluasi usaha yang telah

dilakukan. Serta memberikan informasi dalam upaya peningkatan kompetensi

karyawan.

b. Memperbaiki Sistem Manajemen Perusahaan

Strategi ini digunakan pada sisi manajemen, Perlu adanya penyegaran dan

perbaikan sistem manajemen perusahaan. Seperti menempatkan karyawan atau

tenaga yang sesuai antara kemampuan dan tugas yang dikerjakannya, kualifikasi

karyawan dalam proses rekrutmen lebih spesifik seperti yang memiliki daya

belajar dan serap yang cepat dan memiliki keinginan untuk berkembang, selain itu

dapat pula memberikan pelatihan kesekretariatan dan kebendaharaan seperti

pemahaman mengenai penggunaan Microsoft Office Word, Excel, internet, adobe

photo shop,dan e-mail.

5.5 Prioritas Strategi

Sebagaimana hasil yang diperoleh pada Tabel 11, alternatif strategi yang

tepat untuk digunakan perusahaan adalah strategi SO yang menghasilkan tiga

alternatif strategi yang mengacu pada strategi Intensif (Gambar 11). Alternatif

92

strategi lainnya akan disertakan, walaupun tentu saja tidak dapat dilaksanakan

secara bersamaan. Oleh karena itu diperlukan peringkat strategi berdasarkan

tingkat prioritas dan kepentingannya. Penentuan prioritas strategi dilakukan

melalui matriks QSP. Matriks ini mempunyai sasaran untuk menunjukan alternatif

strategi mana yang terbaik dan seharusnya diprioritaskan.

Berdasarkan hasil analisis matriks QSP tersebut, menunjukan bahwa

strategi inovasi produk mengikuti tren saat ini sebagai prioritas pertama untuk

dilaksanakan dengan Total Attractiveness Scores (TAS) sebesar 5,568, dilanjutkan

oleh strategi mengembangkan usaha dengan membentuk sistem franchise dan

keagenan dengan TAS sebesar 5,367, dan terakhir adalah strategi memaksimalkan

promosi dengan memanfaatkan digital marketing dengan TAS sebesar 4,996.

Berikut merupakan hasil skor total daya tarik matriks QSP berurutan dari tertinggi

sampai terendah yang menghasilkan prioritas strategi pengembangan usaha pada

Sop Duren Kepo, tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12. Prioritas Strategi Pengembangan Usaha Sop Duren Kepo

No Prioritas Strategi Skor

1 Melakukan inovasi produk mengikuti tren saat ini 5,568

2 Penerapan sistem franchise dan keagenan pada operasional bisnis

perusahaan 5,367

3 Memaksimalkan promosi dengan memanfaatkan digital marketing 4,996

4 Melakukan sertifikasi produk dan proses 4,856

5 Memperbaiki sistem manajemen perusahaan 4,696

6 Menyusun Standar Operasional Prosedur Perusahaan 4,381

7 Melakukan kerja sama dan membina kemitraan yang intensif dengan

petani durian 3,934

8 Membuat kontrak dengan pihak lain seperti supplier durian dengan

skala besar 3,900

9 Meningkatkan kompetensi karyawan melalui pelatihan dengan bantuan

pemerintah atau swasta 3,724

Sumber : Tabel 11 dan Lampiran 9 (2018)

93

5.6 Kebijakan dan Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil rumusan strategi pengembangan usaha melalui matriks

IE, matriks SWOT dan matriks QSP, diperoleh alternatif dan prioritas strategi

yang dapat dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan dan mewujudkan visi

serta misi perusahaan. Alternatif strategi tersebut dapat menjadi sasaran jangka

pendek perusahaan yang dapat digunakan sebagai misi untuk mencapai sasaran

jangka menengah dan panjang berupa visi perusahaan. Untuk membentuk

perusahaan yang berdaya saing, perlu disusun kembali visi dan misi sebagai

pengembangan dari visi dan misi sebelumnya yang sudah di buat oleh perusahaan.

Adapun visi dan misi tersaji sebagai berikut :

1. Visi

Menjadikan Sop Duren Kepo sebagai perusahaan olahan durian terbesar di

Indonesia yang berdaya saing.

2. Misi

a. Melakukan pengembangan produk dan jaringan pemasaran

b. Menjamin mutu dan kualitas produk yang dihasilkan

c. Memperbarui kemampuan pengelolaan manajemen Sop Duren Kepo

d. Membangun ekonomi kerakyakatan dengan memanfaatkan sumber daya

lokal

e. Mempertahankan prinsip nilai-nilai keislaman dalam setiap pergerakan

perusahaan

94

Kebijakan diperlukan untuk mendukung realisasi strategi. Beberapa

kebijakan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Kebijakan pengembangan produk

Kebijakan ini dilakukan sebagai pendukung realisasi strategi inovasi

produk mengikuti tren saat ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

a. Melakukan survei atau riset pasar melalui penyebaran kuesioner kepada

pelanggan maupun mahasiswa pada umumnya.

b. Memperhatikan saran serta kritikan dari narasumber sebagai salah satu

standar pembuatan inovasi produk.

c. Melakukan inovasi minimal satu tahun sekali, hal tersebut akan berdampak

kepada penambahan biaya dan keterlibatan stake holder yang ada karena

memerlukan intusi dan analisa yang baik dalam menentukan inovasi

produk. Untuk menjadikan program tersebut terealisasi, tentu perusahaan

perlu mengasah terus kemampuan stake holder melalui pelatihan dan

pendidikan, juga dalam hal kualifikasi rekrutmen karyawan yang

dibutuhkan.

2. Kebijakan perluasan pasar

Kebijakan ini dilakukan sebagai pendukung realisasi strategi penerapan

sistem franchise dan keagenan pada operasional bisnis perusahaan serta

memaksimalkan program promosi memanfaatkan digital marketing. Beberapa hal

yang dapat dilakukan antara lain :

a. Perusahaan perlu memiliki franchisee dan agen minimal satu di setiap kota

di berbagai daerah. Hal tersebut implikasinya adalah pada penambahan

95

biaya, perbaikan dalam teknologi informasi untuk menghubungkan antar

wilayah serta pemenuhan persediaan bahan baku.

b. Perusahaan bersedia melakukan promosi melalui social media setiap saat

serta mengelola website resmi. Hal ini mengharuskan perusahaan

menambah biaya pengeluaran perusahaan dan jumlah SDM yang

dibutuhkan.

c. Perusahaan memberikan diskon/potongan harga kepada konsumen yang

membeli dalam jumlah besar. Hal ini akan berdampak pada sistem

penjualannya, karena ketika sistem penjualan tidak diatur dengan baik,

maka perusahaan akan mengalami kerugian.

3. Kebijakan sertifikasi produk dan proses

Kebijakan ini dilakukan sebagai pendukung realisasi strategi sertifikasi

produk dan proses. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

a. Untuk menghasilkan produk yang memiliki jaminan mutu dan kualitas

yang baik perlu adanya sertifikasi produk dan proses. Beberapa sertifikasi

seperti HACCP dan GMP dapat dilakukan oleh perusahaan. Hal tersebut

tentu akan membutuhkan biaya tambahan serta keterlibatan stake holder

yang ada.

b. Setelah tercapainya sertifikasi, perlu adanya konsistensi penerapan HACCP

dan GMP dengan seluruh kegiatan operasional perusahaan agar tidak ada

yang menyimpang dari SOP dan database perusahaan. Sehingga dapat

menyusun perpanjangan sertifikasi. Hal tersebut berimplikasi pada

tanggung jawab karyawan untuk melakukan tugas sesuai dengan standar

penerapan HACCP dan GMP.

96

4. Kebijakan pembaharuan pengelolaan manajemen perusahaan

Kebijakan ini dilakukan sebagai pendukung realisasi strategi memperbaiki

sistem manajemen perusahaan dan menyusun Standar Operasional Prosedur

perusahaan. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

a. Evaluasi secara menyeluruh terkait pelaksanaan pengendalian bahan baku,

produksi, pemasaran, pelayanan, hingga promosi yang dilakukan pada saat

ini.

b. Penyusunan Standar Operasional Prosedur dapat dilakukan berdasarkan

kesesuaian dari hasil evaluasi dengan ketentuan standar yang ditentukan

oleh pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004

tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, serta ketentuan standar

berdasarkan literatur yang ada.

c. Seluruh karyawan harus diberikan tanggung jawab untuk menerapkan

seluruh persyaratan prosedur menjadi metode kerja harian. Kebijakan

tersebut menjadi suatu tantangan bagi perusahaan, Karena sifat setiap

karyawan akan berbeda. Hanya saja, perusahaan dapat memberikan

pelatihan soft skill karyawan untuk membentuk rasa tanggung jawab

sehingga dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan ketentuan perusahaan.

Pemberian pelatihan tersebut otomatis akan menambah biaya yang harus di

keluarkan perusahaan.

d. Melakukan evaluasi internal rutin 6 bulan sekali.

5. Kebijakan kontrol atas pemasok

Kebijakan ini dilakukan sebagai pendukung realisasi strategi penggunaan

kontrak dan membina kemitraan yang intensif dengan pemasok untuk budidaya

97

durian serta melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti supplier durian

dengan skala besar. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

a. Perusahaan perlu membuat kontrak MOU dengan pemasok. Kesepakatan

tersebut disesuaikan berdasarkan keuntungan dan kelemahan dari masing-

masing pihak yang terkait.

b. Adanya kontrol ketersediaan bahan baku secara rutin setiap satu bulan

sekali dan setiap melakukan pembelian bahan baku. Hal ini akan

berdampak pada penambahan biaya untuk penggunaan teknologi informasi

dalam menghubungkan antar wilayah, karena pemasok berasal dari luar

pulau jawa.

c. Melakukan survei pemasok yang berada di wilayah dekat dengan lokasi

perusahaan, yang memiliki harga dan kualitas sama baiknya dengan

pemasok di luar pulau jawa. Hal tersebut guna meminimalisir biaya yang

perlu dikeluarkan oleh perusahaan.

d. Mencari pihak potensial yang cocok untuk diajak kerja sama melakukan

budidaya durian hingga mengolahnya menjadi produk setengah jadi (buah

durian sudah dikupas dan berbentuk daging durian).

6. Kebijakan pengembangan dan pelatihan karyawan

Kebijakan ini dilakukan sebagai pendukung realisasi strategi meningkatkan

kompetensi karyawan melalui pelatihan dengan bantuan pemerintah atau swasta.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain :

a. Perusahaan memberikan beasiswa pendidikan untuk karyawan yang

dianggap berpotensi dan mampu membawa perusahaan lebih berkembang.

98

Untuk itu, perusahaan perlu menambah biaya yang digunakan untuk

karyawan.

b. Karyawan harus melewati masa training internal sekurang-kurangnya

adalah 3 bulan. Untuk itu, perusahaan perlu menambah biaya yang

digunakan untuk karyawan.

c. Perusahaan mengikutsertakan karyawan untuk mengikuti pelatihan skill

baik hard skill maupun soft skill yang diadakan oleh pemerintah maupun

swasta. Hal tersebut tentu membutuhkan penambahan biaya dalam

pelaksanaanya.

99

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal (matriks IFE dan

matriks EFE), analisis matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSP maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan perusahaan dengan skor

tertinggi hingga terendah dalam strategi pengembangan usaha pada Sop

Duren Kepo berturut-turut adalah harga produk murah dengan memperoleh

skor sebesar 0,356, lokasi perusahaan strategis dengan skor sebesar 0,344,

gaya kepemimpinan yang diterapkan sebesar 0,303, penerapan nilai-nilai

islam dalam perusahaan sebesar 0,291, pemberian reward bulanan bagi

karyawan berprestasi sebesar 0.249, dan terakhir adalah program promosi

berbasis digital marketing dengan skor sebesar 0,215. Sedangkan faktor

internal yang menjadi kelemahan tertinggi hingga terendah berturut-turut

adalah belum adanya pengendalian mutu produk dengan skor sebesar

0.194, kualitas pelayanan masih lemah dengan skor sebesar 0,160, varian

produk sedikit dengan skor sebesar 0,138, belum adanya Standar

Operasional Prosedur dengan skor sebesar 0,120, kualifikasi SDM belum

sesuai dengan skor 0,095 dan terakhir kurangnya jumlah SDM dengan skor

sebesar 0,087.

2. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang perusahaan dengan skor

tertinggi hingga terendah dalam strategi pengembangan usaha pada Sop

100

Duren Kepo berturut-turut adalah gaya hidup masyarakat perkotaan dengan

skor sebesar 0.328, tingkat pendapatan pelanggan dengan skor sebesar

0,306, perkembangan teknologi dan informasi dengan skor sebesar 0,228,

adanya kebijakan pemerintah terkait mutu dan keamanan pangan dengan

skor sebesar 0,153, bertambahnya jumlah penduduk di Tangerang Selatan

dengan skor sebesar 0,144 dan terakhir adanya kebijakan pemerintah dalam

pengembangan UMKM dengan skor sebesar 0,124. Sedangkan faktor

eksternal yang menjadi ancaman tertinggi hingga terendah berturut-turut

adalah ketersediaan bahan baku berfluktuatif dengan memperoleh skor

sebesar 0,496, harga bahan baku yang tidak stabil dengan skor sebesar

0,443, kenaikan Tarif Dasar Listrik dan BBM sebesar 0.368, perubahan

selera pelanggan sebesar 0,315, dan terakhir adalah perkembangan jumlah

pesaing dengan skor sebesar 0.246.

3. Berdasarkan matriks IE, Sop Duren Kepo berada pada sel II yaitu pada

posisi Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build) dengan skor matriks

IFE sebesar 2,551 dan matriks EFE sebesar 3,150, yang mengindikasikan

bahwa perusahaan berada dalam kondisi internal yang baik, sehingga

mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki

untuk mencapai keberhasilan usaha, serta perusahaan sudah baik merespon

peluang dan ancaman yang terdapat dalam industri, sehingga cukup mampu

menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh

negatif potensial dari ancaman eksternal. Hasil analisis SWOT memperoleh

tiga alternatif strategi yang dapat dilakukan antara lain penerapan sistem

franchise dan keagenan pada operasional bisnis perusahaan,

101

memaksimalkan promosi dengan memanfaatkan digital marketing, dan

melakukan inovasi produk mengikuti tren saat ini.

4. Prioritas strategi berdasarkan hasil matriks QSP diurutkan berdasarkan

tingkat prioritasnya antara lain sebagai berikut melakukan inovasi produk

mengikuti tren saat ini dengan skor TAS 5,568, mengembangkan usaha

dengan membentuk sistem franchise dengan skor TAS 5,367, dan

memaksimalkan promosi dengan memanfaatkan digital marketing dengan

skor TAS 4,996.

6.2 Saran

1. Sebagai salah satu perusahaan olahan durian yang ingin dapat terus

bersaing, sebaiknya Sop Duren Kepo menerapkan prioritas strategi terbaik

yaitu melakukan inovasi produk mengikuti tren saat ini sehingga mampu

menjadi pelaku bisnis yang berdaya saing dan inovatif untuk kemajuan

usaha yang dijalankan.

2. Mengikutsertakan karyawan pada program pelatihan dan pendidikan guna

menambah skill dan pengetahuan karyawan, khususnya dalam penggunaan

teknologi.

3. Perusahaan perlu memiliki franchisee dan agen minimal satu di setiap kota

di berbagai daerah.

102

DAFTAR PUSTAKA

Alyas dan Muhammad Rakib. 2017. Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah dalam Penguatan Ekonomi Kerakyatan (Studi Kasus pada

Usaha Roti Maros di Kabupaten Maros). [Jurnal Sosiohumaniora Vol. 19

No. 2 Juli 2017:11-120] Makassar: STIE Yayasan Pendidikan Ujung

Pandang dan Universitas Negeri Makassar..

Badan Pusat Statistik. 2016. Sensus Ekonomi 2016 : Analisis Hasil Listing

Analisis Ketenagakerjaan Usaha Mikro Kecil. Jakarta: Badan Pusat

Statistik. Diakses pada website https://se2016.bps.go.id Tanggal 19

Februari 2018 Pukul 09.09 WIB.

Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2016. Kota Tangerang Selatan

dalam Angka. Tangerang Selatan: Badan Pusat Statistik. Diakses pada

website https://tangselkota.bps.go.id Tanggal 24 Oktober 2017 Pukul

09.37 WIB.

David, F.R. 2006. Manajemen Strategis: Konsep Ed.10. Terjemahan oleh Ichsan

Setyo Budi. Jakarta: Salemba Empat.

David, F.R. 2011. Strategic Management Chapter 11. New Jersey: Pearson

Education, Inc.

Downey, W. David, dan Steven P. Erickson. 1988. Manajemen Agribisnis.

Jakarta: Erlangga.

Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan. 2017. Jumlah UKM Kuliner

di Tangerang Selatan. Tangerang Selatan: Dinas Koperasi dan UKM Kota

Tangerang Selatan.

Frankfurt School of Finance & Management. 2016. UKM yang dimiliki Wanita di

Indonesia: Kesempatan Emas untuk Institusi Keuangan Lokal. Frankfurt:

International Finance Corporation.

Juniman, Puput T. 2017. Gaya Hidup Masyarakat Menjadikan Bisnis Kuliner

Menjanjikan. Jakarta : CNN Indonesia. https://m.cnnindonesia.com/gaya-

hidup/20170118121405-262-187137/gaya-hidup-masyarakat-menjadikan-

bisnis-kuliner-menjanjikan.html terbit Rabu 18 Juni 2017 Diakses pada

pada tanggal 22 Februari 2018 pukul 17.50 WIB

Kotler, Philip dan K.L. Keller. 2007. Manajemen Pemasaran ed.12. Terjemahan

oleh Benyamin Molan. Jakarta: PT Indeks.

Kuncoro, Mudrajad. 2000. Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah, dan

Strategi Pemberdayaan. [Jurnal] Yogyakarta: Fakultas Ekonomi

Universitas Gadjah Mada (UGM).

103

Lazuardi, Mandra dan M. Sandy Triady. 2015. Ekonomi Kreatif: Rencana

Pengembangan Kuliner Nasional 2015-2019. Jakarta: PT. Republik

Solusi. Diakses dari website Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

https://indonesiakreatif.bekraf.go.id pada tanggal 5 Februari 2018 pukul

14.06 WIB.

Machmud, Senen dan Iwan Sidharta. 2013. Model Kajian Pendekatan Manajemen

Strategik dalam Peningkatan Sektor UMKM di Kota Bandung. [Jurnal

Computech & bisnis, Vol. 7, No. 1, Juni 2013 : 56-66] Bandung: Program

Pascasarjana STIE Pasundan.

Magretta, Joan. 2012. Understanding Michael Porter: Panduan Paling Penting

Tentang Kompetisi dan Strategi. Terj. Ed-I. Yogyakarta: ANDI

Yogyakarta.

Pearce, John A. dan Robinson Richard B. Jr. 2007. Manajemen Strategis:

Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Terjemahan oleh Nia

Pramitasari. Jakarta: Salemba Empat Jakarta.

Peraturan Presiden No.5 Tahun 2007 mengenai program Kredit Usaha Kecil bagi

pembiayaan operasional UMKM.

Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi

pangan.

Pratiwi, Ria Ambar. 2013. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah

Produsen Pangan Olahan Tepung Nusantara. [Skripsi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi] Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rahmatullah, Risqi. 2015. Strategi Pengembangan Usaha PT Lodaya Makmur

Perkasa Outlet Wilayah Kota Bogor. [Skripsi Agribisnis Fakultas

Ekonomi dan Manajemen] Bogor: Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ramadhan, Rizki Awwaludin. 2017. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Fast

Food Chicken Corner 7 Kota Tangerang. [Skripsi Agribisnis Fakultas

Ekonomi dan Manajemen] Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membelah Kasus Bisnis. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Rivai, Veithzal dkk. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi.

Jakarta: Rajawali Pers.

Rumbayan, Yulius Randy. 2012. [Skripsi] Analisis Strategi Pengembangan

Usaha Rumah Durian Harum Kalimalang, Jakarta Timur. Bogor:

Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Sa’id Gumbira, A. Haritz Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

104

Setiawan, Achma Hendra. 2004. Fleksibilitas Strategi pengembangan Usaha kecil

dan Menengah. [Jurnal Dinamika Pembangunan Vol.1 No.2 2004: 118-

124] Dinamika Pembangunan.

Sofyan, Iban. 2015. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Graha Ilmu Yogyakarta.

Suci, Yuli Rahmini. 2017. Perkembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan

Menengah) di Indonesia. [Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol. 6 No 1

Januari 2017: 51-58] Balikpapan: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Balikpapan

Sop Duren Kepo. 2018. Profil Sop Duren Kepo. Banten: Sop Duren Kepo.

Team FME. 2013. Porter’s Five Forces: Strategy Skills. Free Management

Ebooks diakses pada Tanggal 9 Desember 2017 Pukul 14.56 WIB

Tim IFC dan Frankfurt School of Finance & Management. 2016. UKM yang

dimiliki Wanita di Indonesia: Kesempatan Emas untuk Institusi Keuangan

Lokal. International Finance Corporation (IFC) World Bank Group.

TribunJateng.com. 2018. Edwin Sarankan Pemerintah Naikkan Harga BBM dan

Tarif Dasar Listrik. Jawa Tengah: Tribun News Jawa Tengah.

https://jateng/tribunnews.com/2018/09/06/edwin-sarankan-pemerintah-

naikkan-harga-bbm-dan-tarif-dasar-listrik diakses pada tanggal 12

November 2018 Pukul 21.12 WIB.

Umar, Husein. 2008. Strategi Management In Action. Cetakan ke lima. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah.

Yuliana, Sinta. 2014. Strategi Pengembangan Bisnis PT Tama Cokelat Indonesia.

[Skripsi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi] Jakarta: UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

https://cis-nasional.id/profil/ diakses pada tanggal 14 Desember 2018 pukul 15.38

WIB.

https://kur.ekon.go.id diakses pada tanggal 14 Desember 2018 pukul 15.32 WIB.

http://smescoindonesia.com/index.php/halaman/18/ukm-gallery diakses pada

tanggal 14 Desember 2018 pukul 15.49 WIB.

105

LAMPIRAN

106

Lampiran 1. Kuesioner

a. Tahap Masukan (Identifikasi Faktor-faktor Strategis)

Kuesioner Putaran Pertama

Nama Narasumber : ___________________

Jabatan/Profesi : ___________________

Tanggal Pengisian Kuesioner : ___________________

A. Tujuan :

Mendapatkan penilaian narasumber mengenai penentuan faktor strategi

internal dan eksternal, untuk selanjutnya dikelompokkan menjadi aspek

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

B. Petunjuk Umum :

1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh narasumber

2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing

narasumber

3. Dalam pengisian kuesioner, narasumber diharapkan untuk

melakukannya secara sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari

inkonsistensi jawaban

4. Narasumber berhak menambahkan atau mengurangi hal-hal yang

sudah tercantum dalam kuesioner dengan alasan yang jelas dan

kuat

5. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya

menjadi hak narasumber, dalam pengertian bahwa narasumber

dapat saja memiliki pandangan yang berbeda suatu faktor di dalam

kuesioner ini, dengan narasumber lainnya ataupun dengan

penelitian. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang

kuat.

107

C. Petunjuk Teknis :

1. Faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal merupakan suatu hal

yang mempunyai dampak yang kuat dan langsung terhadap aktivitas

perusahaan.

2. Kekuatan dan kelemahan (internal factor) meliputi sumber daya manusia,

keuangan, pemasaran, penelitian, system manajemen informasi, produksi

dan operasi. Sedangkan peluang dan ancaman (external factor) merupakan

tinjauan terhadap situasi politik dan hukum, ekonomi, demografi, sosial

budaya, teknologi, dan alam.

3. Faktor strategis internal : beri tanda (√) pada ruang kekuatan atau

kelemahan perusahaan sesuai dengan pilihan atau jawaban narasumber.

Faktor strategis internal : beri tanda (√) pada ruang peluang atau ancaman

perusahaan sesuai dengan pilihan/jawaban narasumber.

D. KUESIONER

1. Faktor Internal

No. Faktor internal Kekuatan Kelemahan Alasan

1. Visi, Misi, dan Tujuan

Perusahaan

2. Struktur organisasi

3. Lokasi perusahaan

4. Standar Produksi Operasional

5. Sarana dan Fasilitas Produksi

6. Kapasitas produksi

7. Pilihan topping yang

ditawarkan

8. Kualitas produk

9. Program promosi yang

dilakukan

10. Pelayanan terhadap

pelanggan

11. Sistem pembukuan yang

diterapkan

12. Standarisasi perekrutan

13. Hubungan baik antara

pimpinan dan karyawan

14. Tingkat pendidikan SDM

15. Pelatihan bagi pimpinan dan

108

karyawan

16. Adanya departemen atau

divisi litbang

2. Faktor Strategi Eksternal

No. Faktor internal Kekuatan Kelemahan Alasan

1. Tarif Dasar Listrik

2. Harga Bahan Bakar Minyak

(BBM)

3. Tingkat pendapatan

pelanggan

4.

Daya beli konsumen terhadap

makanan dan minuman selain

restoran

5.

Laju pertumbuhan populasi

anak muda di Tangerang

Selatan

6. Tren pola hidup sehat

7. Selera pelanggan

8. Adanya media internet

9. Adanya media transportasi

online

10. Perkembangan jumlah

pesaing

11. Masuknya pendatang baru

12. Ketersediaan bahan baku

13. Harga bahan baku

14. Kualitas bahan baku

15. Program pemberdayaan

UMKM

16.

Undang-undang dan peraturan

pemerintah terkait dengan

UKM dari sisi produksi dan

perbankan

109

b. Tahap Masukan (Pembobotan dan Rating)

Kuesioner Putaran Kedua

Nama Narasumber : __________________

Jabatan/Profesi : __________________

Tanggal Pengisian Kuesioner : __________________

Tujuan :

Mendapatkan penilaian para narasumber terhadap tingkat kepentingan faktor-faktor

strategis internal dan eksternal dalam mengembangkan usaha berdasarkan polling

pendapat dari para narasumber melalui kuesioner putaran pertama.

Petunjuk umum :

1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh narasumber.

2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing narasumber.

3. Dalam pengisian kuesioner, narasumber diharapkan untuk melakukannya secara

sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.

4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner bersifat mutlak, karena merupakan

rangkuman dari jawaban narasumber pada poling putaran pertama.

Petunjuk Khusus :

Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategi internal dan eksternal yang

tersedia untuk kuesioner ini adalah dengan memberikan nilai 1, 2, atau 3 yang paling

sesuai menurut narasumber dengan cara sebagai berikut:

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal

3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Contoh :

a. Jika kemudahan ditempuh aksesbilitas lokasi (poin 1 ) kurang penting daripada

pelayanan karyawan (poin B), maka nilai untuk kolom B pada baris 1 = 1

b. Jika kemudahan ditempuh / aksesbilitas lokasi (poin 1) sama penting dengan peran

litbang dalam pengembangan wisata (poin C), maka nilai untuk kolom C pada baris 1

= 2

c. Jika kemudahan ditempuh / aksesbilitas lokasi (poin 1) lebih penting daripada

kualitas SDM (poin D, maka nilai untuk kolom D pada baris 1 =3

110

Pembobotan Faktor Internal

No FAKTOR STRATEGIS INTERNAL A B C D E F G H I J K L ∑ Bobot

A Lokasi perusahaan

B Harga produk

C Program promosi berbasis digital marketing

D Penerapan nilai-nilai islam dalam perusahaan

E Pemberian reward bulanan bagi karyawan berprestasi

F Gaya kepemimpinan yang diterapkan

G Jumlah SDM

H Varian produk

I Kualitas pelayanan

J Kualifikasi SDM

K Standar Operasional Prosedur

L Pengendalian mutu produk

Pembobotan Faktor Eksternal

No FAKTOR STRATEGIS EKSTERNAL A B C D E F G H I J K ∑ Bobot

A Tingkat pendapatan pelanggan

B Jumlah penduduk di Tangerang Selatan

C Gaya hidup masyarakat perkotaan

D Teknologi informasi dan komunikasi

E Kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM

F Kebijakan pemerintah terkait mutu dan keamanan pangan

G Tarif Dasar Listrik dan BBM

H Perubahan Selera Pelanggan

I Banyaknya pesaing

J Ketersediaan bahan baku

K Harga bahan baku

111

PENENTUAN TINGKAT (RATING)

FAKTOR STRATEGIS INTERNAL DAN EKSTERNAL

Sop Duren Kepo

Tujuan :

Untuk mengukur pengaruh masing-masing faktor internal dan eksternal terhadap

kondisi perusahaan dalam mengembangkan usahanya, digunakan skala 1, 2, 3,

dan 4 yang menandakan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini.

a. Penilaian diberikan dengan cara menilai faktor-faktor strategis yang terdapat

pada tabel dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama dengan

centang (√).

Penilaian IFE : 1 = kelemahan utama 2 = kelemahan kecil 2 = kekuatan kecil 4 =

kekuatan utama;

Penilaian EFE : 1 = tidak berpengaruh 2 = kurang kuat pengaruhnya 3 = kuat

pengaruhnya 4 = sangat kuat pengaruhnya

1. Rating Faktor Internal

Faktor Strategis Internal Rating

1 2 3 4

Kekuatan

Lokasi perusahaan strategis

Harga produk lebih murah

Program promosi berbasis digital marketing

Penerapan nilai-nilai islam dalam

perusahaan

Pemberian reward bulanan bagi karyawan

berprestasi

Gaya kepemimpinan yang diterapkan

Kelemahan

Kurangnya jumlah SDM

Varian produk sedikit

Kualitas pelayanan masih lemah

Kualifikasi SDM belum sesuai

Belum adanya Standar Operasional

Prosedur

Belum adanya pengendalian mutu produk

112

2. Rating Faktor Eksternal

Faktor Strategis Eksternal Rating

1 2 3 4

Peluang

Tingkat pendapatan pelanggan

Bertambahnya jumlah penduduk di

Tangerang Selatan

Gaya hidup masyarakat perkotaan

Perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi

Adanya kebijakan pemerintah dalam

pengembangan UMKM

Adanya kebijakan pemerintah terkait mutu

dan keamanan pangan

Ancaman

Kenaikan Tarif Dasar Listrik dan BBM

Perubahan Selera Pelanggan

Banyaknya pesaing

Ketersediaan bahan baku berfluktuatif

Harga bahan baku yang tidak stabil

113

c. Tahap Keputusan (Matriks QSP)

KUISIONER PUTARAN KETIGA

Sop Duren Kepo

Nama Expert :

Jabatan :

Tujuan :

Mendapatkan penilaian para responden tentang tingkat daya tarik faktor-faktor

strategis terhadap alternatif-alternatif strategi yang ada, yang selanjutnya akan

digunakan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan UKM Sop Duren

Kepo.

Fokus : Strategi Pengembangan UKM Sop Duren Kepo

Petunjuk Penilaian :

1. Pemberian nilai pada faktor-faktor kunci dengan mengajukan pertanyaan

terlebih dahulu, “apakah faktor ini mempengaruhi strategi pilihan dalam

pelaksanaannya (strategi 1, 2,3…dst)? Dan seberapa besar pengaruhnya?

2. Alternatif penilaian :

1 = Tidak Menarik

2 = Agak Menarik

3 = Cukup Menarik

4 = Amat Menarik

3. Alternatif Strategi :

S1 = Penerapan sistem franchise dan keagenan pada operasional bisnis

perusahaan

S2 = Memaksimalkan promosi dengan memanfaatkan digital marketing

S3 = Melakukan inovasi produk mengikuti tren saat ini

S4 = Meningkatkan kompetensi karyawan melalui pelatihan dengan bantuan

pemerintah maupun swasta

S5 = Melakukan sertifikasi produk dan proses

S6 = Membuat kontrak dan membina kemitraan yang intensif dengan petani

durian untuk melakukan budidaya durian

114

S7 = Melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti supplier durian berskala

besar

S8 = Menyusun Standar Operasional Prosedur Perusahaan

S9 = Memperbaiki sistem manajemen perusahaan

115

Faktor

Strategik Bobot S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

Lokasi

perusahaan

strategis

0.086

Harga produk

murah 0.089

Program

promosi

berbasis digital

marketing

0.066

Penerapan

nilai-nilai islam

dalam

perusahaan

0.083

Pemberian

reward bulanan

bagi karyawan

berprestasi

0.083

Gaya

kepemimpinan

yang

diterapkan

0.101

Sub Total

Kelemahan

Kurangnya

jumlah SDM 0.087

Varian produk

sedikit 0.069

116

Kualitas

pelayanan

masih lemah

0.080

Kualifikasi

SDM belum

sesuai

0.063

Belum adanya

Standar

Operasional

Prosedur

0.096

Belum adanya

pengendalian

mutu produk

0.097

Sub Total

Peluang

Tingkat

pendapatan

konsumen

0.094

Bertambahnya

jumlah

penduduk di

Tangerang

Selatan

0.064

Gaya hidup

masyarakat

perkotaan

0.101

Perkembangan

teknologi

informasi dan

komunikasi

0.076

Adanya 0.071

117

kebijakan

pemerintah

dalam

pengembangan

UMKM

Adanya

kebijakan

pemerintah

terkait mutu

dan keamanan

pangan

0.068

Sub Total

Ancaman

Kenaikan Tarif

Dasar Listrik

dan BBM

0.105

Perubahan

selera

konsumen

0.097

Banyaknya

Pesaing 0.082

Ketersediaan

bahan baku

berfluktuatif

0.124

Harga bahan

baku yang tidak

stabil

0.118

Sub Total

Total

118

Lampiran 2. Sarana Produksi Sop Duren Kepo

Kompor Pemanggang

Freezer Cooler

Cup Sealer Blender

Nampan Stainless Mangkuk

119

Lampiran 3. Denah Sop Duren Kepo

Bintaro Plaza

ST. Pondok Ranji

Harvest residence

Alfamidi

Super Indo

Alfa Mart Indomart LOKASI

Univ.

Muhammadiyah

Jakarta

UIN kampus 2

UIN Jakarta

U

S

JL. PD. Betung

Dari Lebak Bulus

JL. Kompas

JL. PD. Betung

JL. Raya Ciputat

JL. Kertamukti

JL. Bintaro Utama 3

JL. Jakarta-B

ogo

r

JL. W.R

. Sup

ratman

SMA Triguna

120

Lampiran 4. Menu Sop Duren Kepo

121

Lampiran 5. Perbandingan Harga Perusahaan Sejenis

No Ketan & Sop Duren Bapak Mu Sop Duren Kepo

Menu Harga Menu Harga

1 Sop Duren Original Rp16.000 Sop Durian Dungo (Durian+Tango) Rp16.000

2 Sop Duren Roti Pandan Rp18.000 Sop Durian Duet (Durian+Chocolate) Rp16.000

3 Sop Duren Buah Naga Rp19.000 Sop Durian Cuco (Durian+Nata de Coco) Rp16.000

4 Sop Duren Mangga Rp19.000 Sop Durian Kopling (Kopyor+kolang kaling) Rp16.000

5 Sop Duren Coklat Crunch Rp21.000 Sop Durian Cinyor (Cincau+Kopyor) Rp16.000

6 Sop Duren Strawberry Rp20.000 Sop Durian Rotan (Roti+Ketan) Rp16.000

7 Sop Duren Blueberry Kismis Rp22.000 Sop Durian Dorr (Durian+Oreo) Rp16.000

8 Sop Duren Alpukat Rp20.000 Sop Durian Lola (Stlobeli+ R. Laut) Rp16.000

9 Sop Duren Cincau Rp21.000 Sop Durian Toyor (Stroberi+Kopyor) Rp16.000

10 Sop Duren Ice Cream Rp23.000 Sop Durian Tablo (Stlawbeli+Blownies) Rp17.000

11 Sop Duren Ketan Rp18.000 Sop Durian Stroger (Stroberi+Ager) Rp16.000

12 Sop Duren Keju Rp19.000 Sop Durian Original Rp14.000

13 Ketan Duren Original Rp16.000 Ice Cream durian Rp15.000

14 Ketan Duren Cokelat Rp18.000 Ice Cream non durian Rp15.000

15 Ketan Duren Keju Rp20.000 Tikar Im Rp20.000

16 Ketan Duren Mangga Rp21.000 Tiren (Roti+Duren) Rp12.000

17 Ketan Duren Strawberry Rp21.000 Pancake Jumbo Rp11.000

18 Ketan Duren Blueberry Rp21.000 Pancake Mini isi 21 Rp70.000

19 Ketan Duren Ice Cream Oreo Rp25.000 Pancake isi 10 box Rp65.000

20 Ketan Duren Ice Cream Cokelat Rp24.000 Air Mineral Rp 3.000

21 Ketan Duren Ice Cream Strawberry Rp23.000 Teh Manis (Es/Panas) Rp 5.000

22 Ketan Susu original Rp10.000 Jeruk (Es/Panas) Rp 7.000

23 Ketan Susu Abon Rp12.000 Milkshake Capucino Rp10.000

24 Ketan Susu Cokelat Rp13.000 Milkshake Coco Creamy Rp10.000

25 Ketan Susu Madu Rp11.000 Milkshake Green Tea Rp10.000

26 Ketan Susu Keju Rp13.000 Milkshake Strawberry Rp10.000

27 Ketan Susu Cokelat Keju Rp14.000 Milkshake Vanilla Rp10.000

28 Ketan Susu Mangga Rp13.000 Milkshake Original Milk Tea Rp10.000

29 Ketan Susu Ice Cream Oreo Rp13.000 Ayam Bakar+Nasi Rp20.000

122

30 Ketan Susu Blueberry Rp12.000 Nugget Dino Rp12.000

31 Ketan Susu Blueberry Keju Rp14.000 Chicken Egg Roll+Nasi+Salad Rp18.000

32 Ketan Susu Rumput Laut Panggang Rp13.000 Dorry Fish+Nasi+Salad Rp18.000

33 Extra Topping Duren Rp 8.000 Egypt Chicken Katsu+Nasi Rp18.000

34 Extra Topping Kental Manis Rp 3.000 Nasi Putih Rp 5.000

35 Extra Topping Keju Rp 4.000 French Fries Rp 8.000

36 Extra Topping Cokelat/ Choco Crunch Rp 4.000 Bakso kebakar Rp10.000

37 Extra Topping Abon/ Blueberry/ Ketan Rp 4.000 Kepo Mie Rp 9.000

38 Extra Topping Cincau/ Kismis Rp 5.000 Mie Jomblo Rp 8.000

39 Extra Topping Roti Pandan/ Madu Rp 3.000 Otak-otak goreng Rp10.000

40 Extra Topping Buah (Strwb/Alp/Mgg/Naga) Rp 4.000 Pempek Kapal Selam Rp13.000

41 Extra Topping Ice Cream Rp 5.000 Rolade Rp12.000

42 Susu Durian Rp15.000 Sosis Jumbo Rp12.000

43 Susu Blueberry Rp11.000 Sosis Jumbo & Long Rp15.000

44 Susu Cokelat Rp12.000 Takso Rp15.000

45 Susu Full Cream Krimer Rp10.000

46 Susu Strawberry Rp12.000

47 Susu Madu Rp 9.000

48 Susu Madu Oreo Rp11.000

49 Jus Durian Rp13.000

50 Jus Mangga Rp10.000

51 Jus Strawberry Rp10.000

52 Coffee Choco Jelly Rp10.000

53 Teh Jawa Rp 3.000

54 Nutrisari Rp 4.000

55 Coffee Mix Rp 5.000

56 Milo Rp 5.000

57 Air Es Rp 2.000

123

Lampiran 6. Program Promosi Online Sop Duren Kepo

Facebook Tokopedia

Website Pergi Kuliner

Zomato Fjb Kaskus

124

Instagram Berita Online

125

Foody.id SEO

126

TV Show (OK Food Net TV) @jktfoodbang (Food Sharing Media) instagram

127

Lampiran 7. Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal Sop Duren Kepo

Bobot Faktor Internal

Faktor Strategis Internal Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Total Rataan

Lokasi perusahaan 0.098 0.080 0.080 0.087 0.258 0.086

Harga produk 0.095 0.091 0.080 0.087 0.266 0.089

Program promosi berbasis digital marketing 0.064 0.061 0.072 0.072 0.197 0.066

Penerapan nilai-nilai islam dalam perusahaan 0.114 0.045 0.091 0.098 0.25 0.083

Pemberian reward bulanan bagi karyawan berprestasi 0.057 0.083 0.110 0.072 0.25 0.083

Gaya kepemimpinan yang diterapkan 0.117 0.102 0.083 0.091 0.302 0.101

Jumlah SDM 0.087 0.102 0.072 0.068 0.261 0.087

Varian produk 0.068 0.068 0.072 0.095 0.208 0.069

Kualitas pelayanan 0.072 0.087 0.080 0.083 0.239 0.080

Kualifikasi SDM 0.053 0.061 0.076 0.061 0.19 0.063

Standar Operasional Prosedur 0.083 0.110 0.095 0.091 0.288 0.096

Pengendalian mutu produk 0.091 0.110 0.091 0.095 0.292 0.097

Bobot Faktor Eksternal

Faktor Strategis Eksternal Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 4 Total Rataan

Tingkat pendapatan pelanggan 0.086 0.105 0.091 0.123 0.282 0.094

Jumlah penduduk di Tangerang Selatan 0.073 0.059 0.059 0.086 0.191 0.064

Gaya hidup masyarakat perkotaan 0.118 0.095 0.091 0.077 0.304 0.101

Teknologi informasi dan komunikasi 0.077 0.073 0.077 0.064 0.227 0.076

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM 0.068 0.059 0.086 0.095 0.213 0.071

Kebijakan pemerintah terkait mutu dan keamanan pangan 0.064 0.064 0.077 0.059 0.205 0.068

Tarif Dasar Listrik dan BBM 0.105 0.114 0.095 0.095 0.314 0.105

Perubahan Selera Pelanggan 0.100 0.091 0.100 0.095 0.291 0.097

Banyaknya pesaing 0.073 0.091 0.082 0.095 0.246 0.082

Ketersediaan bahan baku 0.118 0.127 0.127 0.105 0.372 0.124

Harga bahan baku 0.118 0.123 0.114 0.105 0.355 0.118

128

Lampiran 8. Rating Faktor Internal dan Eksternal Sop Duren Kepo

RATING FAKTOR INTERNAL

Faktor Strategis Internal

Pakar 1

Pakar 2

Pakar 3

Pakar 4

∑ Rataan Rating Rating Rating Rating

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Kekuatan

Lokasi perusahaan strategis √ 4 √ 4 √ 4 √ 4 4

Harga produk murah √ 4 √ 4 √ 4 √ 4 4

Program promosi berbasis digital marketing √ 4 √ 3 √ 3 √ 3 3.25

Penerapan nilai-nilai islam dalam perusahaan √ 4 √ 4 √ 3 √ 3 3.5

Pemberian reward bulanan bagi karyawan

berprestasi √

3 √

3 √

3 √

3 3

Gaya kepemimpinan yang diterapkan √ 3 √ 3 √ 3 √ 3 3

Kelemahan

Kurangnya jumlah SDM √ 1 √ 1 √ 1 √ 1 1

Varian produk sedikit √ 2 √ 2 √ 2 √ 2 2

Kualitas pelayanan masih lemah √ 2 √ 2 √ 2 √ 2 2

Kualifikasi SDM belum sesuai √ 2 √ 1 √ 2 √ 1 1.5

Belum adanya Standar Operasional Prosedur √ 1 √ 1 √ 1 √ 2 1.25

Belum adanya pengendalian mutu produk √ 2 √ 2 √ 2 √ 2 2

129

RATING FAKTOR EKSTERNAL

Faktor Strategis Eksternal

Pakar 1

Pakar 2

Pakar 3

Pakar 4

∑ Rataan Rating Rating Rating Rating

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Peluang

Tingkat pendapatan pelanggan √ 3 √ 4 √ 3 √ 3 3.25

Bertambahnya jumlah penduduk di Tangerang

Selatan √ 3 √ 1 √ 3 √ 3 2.25

Gaya hidup masyarakat perkotaan √ 4 √ 3 √ 4 √ 2 3.25

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi √ 4 √ 2 √ 2 √ 4 3

Adanya kebijakan pemerintah dalam pengembangan

UMKM √ 2 √ 1 √ 2 √ 2 1.75

Adanya kebijakan pemerintah terkait mutu dan

keamanan pangan √ 3 √ 2 √ 2 √ 2 2.25

Ancaman

Kenaikan Tarif Dasar Listrik dan BBM √ 3 √ 4 √ 3 √ 4 3.5

Perubahan selera pelanggan √ 4 √ 3 √ 3 √ 3 3.25

Banyaknya pesaing √ 3 √ 3 √ 3 √ 3 3

Ketersediaan bahan baku berfluktuatif √ 4 √ 4 √ 4 √ 4 4

Harga bahan baku yang tidak stabil √ 3 √ 4 √ 4 √ 4 3.75

130

Lampiran 9. Prioritas Strategi

Faktor

Strategik Bobot S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9

AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan

Lokasi

perusahaan

strategis 0.086 3.5 0.301 2.5 0.215 1 0.086 2.5 0.215 3.75 0.323 2 0.172 2.25 0.194 2 0.172 2.25 0.194

Harga produk

murah 0.089 3.5 0.312 2.5 0.223 1 0.089 1.5 0.134 3.5 0.312 1.25 0.111 1.5 0.134 1.25 0.111 1.25 0.111

Program

promosi

berbasis

digital

marketing

0.066 2.75 0.182 4 0.264 1.25 0.083 1.5 0.099 3.5 0.231 1.25 0.083 1.25 0.083 2 0.132 1.25 0.083

Penerapan

nilai-nilai

islam dalam

perusahaan

0.083 1 0.083 1.25 0.104 1.25 0.104 1.75 0.145 1.5 0.125 1.25 0.104 1.25 0.104 3 0.249 3.5 0.291

Pemberian

reward

bulanan bagi

karyawan

berprestasi

0.083 1 0.083 1.25 0.104 1.5 0.125 2.25 0.187 1 0.083 1 0.083 1 0.083 1.75 0.145 2.75 0.228

Gaya

kepemimpinan

yang

diterapkan

0.101 3.75 0.379 3.25 0.328 3 0.303 3.5 0.354 3.25 0.328 4 0.404 3.75 0.379 3.75 0.379 3.75 0.379

Sub Total 1.339 1.237 0.789 1.133 1.401 0.957 0.975 1.188 1.285

Kelemahan

Kurangnya

jumlah SDM 0.087 2.5 0.218 2.25 0.196 1 0.087 1.5 0.131 2.25 0.196 1 0.087 1 0.087 1.75 0.152 2 0.174

Varian produk

sedikit 0.069 3 0.207 3 0.207 1 0.069 1.75 0.121 4 0.276 1 0.069 1.25 0.086 1 0.069 1.75 0.121

Kualitas

pelayanan

masih lemah 0.080 2.25 0.180 2.75 0.220 4 0.320 3 0.240 1.25 0.100 1 0.080 1 0.080 3.25 0.260 4 0.320

131

Kualifikasi

SDM belum

sesuai 0.063 3.25 0.205 1.25 0.079 4 0.252 2.75 0.173 2.25 0.142 1.75 0.110 1.25 0.079 3.25 0.205 4 0.252

Belum adanya

Standar

Operasional

Prosedur

0.096 2 0.192 2.75 0.264 2.25 0.216 4 0.384 2.5 0.240 2.75 0.264 2.5 0.240 4 0.384 3.75 0.360

Belum adanya

pengendalian

mutu produk 0.097 2 0.194 2.75 0.267 2.25 0.218 4 0.388 2.25 0.218 2.75 0.267 2.5 0.243 4 0.388 3.75 0.364

Sub Total 1.195 1.232 1.162 1.437 1.172 0.877 0.815 1.458 1.591

Peluang

Tingkat

pendapatan

konsumen 0.094 2.5 0.235 3 0.282 1 0.094 1 0.094 3.75 0.353 1 0.094 1 0.094 1 0.094 1 0.094

Bertambahnya

jumlah

penduduk di

Tangerang

Selatan

0.064 3.25 0.208 3 0.192 1 0.064 1 0.064 3.25 0.208 1.25 0.080 1.5 0.096 1 0.064 1 0.064

Gaya hidup

masyarakat

perkotaan 0.101 3 0.303 3 0.303 1 0.101 1.5 0.152 4 0.404 1.75 0.177 1.5 0.152 1 0.101 1 0.101

Perkembangan

teknologi

informasi dan

komunikasi

0.076 3 0.228 4 0.304 3 0.228 3.5 0.266 3.5 0.266 3 0.228 3 0.228 2.75 0.209 2.5 0.190

Adanya

kebijakan

pemerintah

dalam

pengembangan

UMKM

0.071 2.25 0.160 1 0.071 3.75 0.266 3.75 0.266 1.25 0.089 1.5 0.107 2 0.142 3.25 0.231 3.25 0.231

Adanya

kebijakan

pemerintah

terkait mutu

dan keamanan

0.068 2.25 0.153 1 0.068 3 0.204 4 0.272 1.25 0.085 1.5 0.102 1.25 0.085 3 0.204 2.75 0.187

132

pangan

Sub Total 1.287 1.220 0.957 1.114 1.404 0.787 0.797 0.903 0.867

Ancaman

Kenaikan

Tarif Dasar

Listrik dan

BBM

0.105 2 0.210 2.25 0.236 2 0.210 1.5 0.158 2 0.210 1 0.105 1 0.105 1 0.105 1 0.105

Perubahan

selera

konsumen 0.097 2.5 0.243 2.25 0.218 1 0.097 1.25 0.121 4 0.388 1 0.097 1 0.097 1 0.097 1 0.097

Banyaknya

Pesaing 0.082 3.75 0.308 3.75 0.308 3.25 0.267 3.5 0.287 4 0.328 1.75 0.144 1.75 0.144 3.25 0.267 4 0.328

Ketersediaan

bahan baku

berfluktuatif 0.124 3.25 0.403 2.25 0.279 1 0.124 2.75 0.341 2.75 0.341 4 0.496 4 0.496 1.5 0.186 1.75 0.217

Harga bahan

baku yang

tidak stabil 0.118 3.25 0.384 2.25 0.266 1 0.118 2.25 0.266 2.75 0.325 4 0.472 4 0.472 1.5 0.177 1.75 0.207

Sub Total 14.75 1.547 12.75 1.307 8.25 0.816 11.25 1.172 15.5 1.592 11.75 1.314 11.75 1.314 8.25 0.832 9.5 0.954

Total 5.367 4.996 3.724 4.856 5.568 3.934 3.900 4.381 4.696

133

Lampiran 10. Dokumentasi

Penerimaan Bahan Baku Outlet

Pakar

Penyajian Kemasan