FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN...

82
FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN BERSERAT TINGGI BERBASISKAN TEPUNG DARI UBI KAYU DAN SURIMI IKAN GABUS (Channa striata) FARAH AISYAH SUKMAWATI DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN...

Page 1: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

1

FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN BERSERAT

TINGGI BERBASISKAN TEPUNG DARI UBI KAYU DAN

SURIMI IKAN GABUS (Channa striata)

FARAH AISYAH SUKMAWATI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 3: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Formulasi Pasta Mi

Berprotein dan Berserat Tinggi Berbasiskan Tepung dari Ubi Kayu dan Surimi

Ikan Gabus (Channa striata)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Farah Aisyah Sukmawati

NIM C34110008

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

Page 4: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 5: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

5

ABSTRAK

FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat Tinggi

Berbasiskan Tepung dari Ubi Kayu dan Surimi Ikan Gabus (Channa striata). Dibimbing

oleh WINI TRILAKSANI dan JOKO SANTOSO.

Tepung surimi ikan gabus mengandung protein yang cukup tinggi, sehingga sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan pengayaan protein untuk produk berbasis

karbohidrat yang populer saat ini, yaitu mi. Penambahan rumput laut dan tepung porang

(glukomanan) pada mi dapat membentuk tekstur serta meningkatkan kandungan gizi mi. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan produk olahan berbahan baku pangan lokal

yang cepat saji, bergizi dan mengandung serat menggunakan tepung mocaf sebagai bahan

baku serta pengayaan protein dengan tepung surimi ikan gabus. Hasil analisis sensori menunjukkan bahwa formula mi dengan penambahan tepung surimi ikan gabus 9%

menghasilkan mi dengan penerimaan terpilih. Mi kering formula terpilih memiliki

karakteristik yang meliputi kadar air 8,01%, kadar abu 4,21%, kadar protein 5,76%, kadar

lemak 0,96%, kadar karbohidrat 89,06%, serat pangan 8,38% (dari serat total), aktivitas air 0,52, cooking time 8,10 menit, cooking loss 32,04%, warna kecerahan 94,48,

kekerasan 1493,20 gf, kelengketan -307,70 gf, dan kekenyalan 71,79 gf. Informasi nilai

gizi dengan takaran saji 100 gram adalah total energi 356,84 kkal, %AKG karbohidrat 27,31%, %AKG protein 8,83%, %AKG lemak 1,41%, dan %AKG serat pangan 33,52%.

Kata kunci: ikan gabus, mi kering, serat pangan, tepung surimi, tepung porang

ABSTRACT

FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulation of Noodles Pasta High Fiber and Protein

Based on Flour from Cassava and Snakehead Fish (Channa striata) Surimi. Supervised

by WINI TRILAKSANI and JOKO SANTOSO.

Surimi powder of snakehead fish contains high protein, therefore it is potential as a

material for protein enrichment in carbohydrate based products that are popular

nowadays, namely udon noodles. The addition of seaweed and porang flour

(glucomannan) had an effect on texture noodles and also increase the nutrient of noodles. The aim of this study was to create processed fast-food product that formulated from

local ingredients, nutritious and contained of fiber using mocaf as raw material and surimi

powder of snakehead fish as enrichment protein material. The result of sensory analysis showed that the formula with the addition of 9% surimi powder of snakehead fish

produced noodles with the best acceptance. Udon dried noodles with the best formula had

characteristics as follow: 8.01% moisture content, 4.21% ash content, 5.76% protein

content, 0.96% fat content, 89.06% carbohydrate content, 8.38% dietary fiber (from total fiber), water activity 0.52, cooking time 8.10 minutes, 32.04% cooking loss, brightness

color 94.48, hardness 1493.20 gf, stickiness -307.70 gf, and springiness 71.79 gf.

Nutrition value information with serving size of 100 g contained calories 356.84 kcal, 27.31% daily value of carbohydrate, 8.38% daily value of protein, 1.41% daily value of

fat, and 33.52% daily value of dietary fibre.

Keywords: dietary fiber, dried noodles, porang flour, snakehead fish, surimi powder

Page 6: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 7: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

7

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 8: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 9: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

9

FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN BERSERAT

TINGGI BERBASISKAN TEPUNG DARI UBI KAYU DAN

SURIMI IKAN GABUS (Channa striata)

FARAH AISYAH SUKMAWATI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 10: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 11: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 12: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

11

Judul Skripsi : Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat Tinggi

Berbasiskan Tepung dari Ubi Kayu dan Surimi Ikan Gabus

(Channa striata)

Nama : Farah Aisyah Sukmawati

NIM : C34110008

Program Studi : Teknologi Hasil Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Wini Trilaksani MSc Prof Dr Ir Joko Santoso MSi

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Joko Santoso MSi

Ketua Departemen

Tangggal Lulus :

Page 13: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 14: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat Tinggi Berbasiskan Tepung

dari Ubi Kayu dan Surimi Ikan Gabus (Channa striata)” dengan baik. Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian studi di Departemen Teknologi

Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1 Dr Ir Wini Trilaksani, MSc dan Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku

dosen pembimbing sekaligus Ketua Departemen Teknologi Hasil

Perairan, yang telah memberikan banyak arahan, masukan dan motivasi

selama penyelesaian tugas akhir. 2 Ir Heru Sumaryanto, MSi selaku dosen penguji atas segala masukan

yang diberikan kepada penulis. 3 Dr Kustiariyah Tarman, SPi, MSi selaku wakil komisi pendidikan, atas

segala masukan dan arahannya. 4 Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Teknologi

Hasil Perairan. 5 Bambang Riyanto, SPi, MSi dan Wahyu Ramadhan, SPi, MSi yang

senantiasa membantu dalam penyusunan skripsi. 6 Keluarga penulis terutama bapak (Arif Dibyo Pranowo, SE), mama

(Anita Yustisia) dan adik (Fahmi Muhammad Cokrosudibyo) yang

selalu memberi dukungan dan bantuan dalam kegiatan penelitian

maupun penulisan skripsi. 7 Nur Maghfiroh ATD, Rika Lestari, M Reza Fahlepi, M Wahyu Jati, Lina

Yustikaningsih, Azah Fajriah, Ajeng Novvita Sary, Elly Susanti,

Santiara Putri P dan Pipih Mahmudah yang senantiasa membantu dalam

penyelesaian skripsi ini. 8 Sila Kartika Sari dan Uli Fitri Handayani, yang selalu memberi inspirasi

dan motivasi kepada penulis. 9 Mba Dini, Mas Zaky, Mba Retno, Pak Junaedi selaku laboran yang

senantiasa membantu kegiatan penelitian. 10 Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2016

Farah Aisyah Sukmawati

Page 15: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat
Page 16: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

15

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ii

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

Latar Belakang ........................................................................................ 1

Perumusan Masalah ................................................................................. 3

Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 5

METODE PENELITIAN .............................................................................. 6

Waktu dan Tempat .................................................................................. 6

Bahan dan Alat ........................................................................................ 6

Tahap Penelitian ...................................................................................... 6

Prosedur Analisis .................................................................................... 12

Rancangan Percobaan dan Analisis Data ................................................. 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 19

Karakteristik Tepung Surimi Ikan Gabus ................................................. 19

Karakteristik Bubur Rumput Laut (K. alvarezii) ...................................... 22

Karakteristik Tepung Porang .................................................................... 23

Karakteristik Sensori Mi Kering ............................................................... 24

Penentuan Formula Mi Kering Surimi Gabus Terpilih ............................. 29

Karakteristik Fisiko-kimia Formula Mi Kering

Surimi Ikan Gabus Terpilih, Kontrol dan Komersial ................................ 30

Sumbangan Gizi Mi Kering Surimi Gabus Terpilih terhadap

Angka Kecukupan Gizi ............................................................................ 37

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 37

Kesimpulan ............................................................................................. 37

Saran ....................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 38

LAMPIRAN ................................................................................................. 47

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 65

DAFTAR TABEL

1 Formula mi kering ............................................................................... 10

2 Hasil proksimat ikan gabus .................................................................. 19

3 Karakteristik fisiko-kimia tepung surimi ikan gabus ............................. 20

4 Karakteristik komposisi kimia bubur rumput laut ................................. 22

5 Karakteristik komposisi kimia tepung porang....................................... 23

6 Hasil analisis dengan metode Bayes ..................................................... 29

7 Karakteristik fisik mi kering formula terpilih, formula

kontrol dan komersial .......................................................................... 30

8 Karakteristik kimia mi kering formula terpilih, formula

kontrol dan komersial .......................................................................... 34

Page 17: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

9 Informasi gizi mi kering formula terpilih, formula

kontrol dan mi kering komersial ........................................................... 37

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian......................................................................... 7

2 Diagram alir pembuatan tepung surimi ikan gabus ............................... 8

3 Diagram alir pembuatan bubur rumput laut .......................................... 9

4 Diagram alir pembuatan mi kering dan analisis .................................... 11

5 Struktur kimia glukomanan .................................................................. 25

6 Karakteristik sensori mi kering dengan fortifikasi

tepung surimi ikan gabus .................................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar penilaian uji sensori mi kering dan basah ................................ 49

2 Hasil uji Kruskal Wallis dan uji lanjut Dunn parameter sensori

Mi kering surimi gabus ........................................................................ 50

3 Penilaian indeks kinerja (metode Bayes) terhadap parameter sensori

mi kering ............................................................................................. 51

4 Uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov, analisis ragam dan uji lanjut

Duncan karakteristik fisik mi kering .................................................... 53

5 Uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov, analisis ragam dan uji lanjut

Duncan karakteristik kimia mi kering .................................................. 58

6 Perhitungan persentase sumbangan gizi mi kering ................................ 64

Page 18: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia, sehingga pemenuhan

kebutuhan pangan menjadi krusial bagi setiap individu. Seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia, kebutuhan akan pangan juga

semakin meningkat. Menurut data BPS (2015) jumlah penduduk di Indonesia

tahun 2014 sebanyak 252,1 juta jiwa dan diperkirakan akan mencapai 305,6 juta

jiwa pada tahun 2035. Sumber pangan akan menjadi permasalahan yang serius

karena sangat berkaitan dengan ketersediaan bahan baku pangan itu sendiri.

Masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi beras sebagai sumber

karbohidrat. Ariani (2010) menyatakan bahwa pemerintah dengan berbagai

program terus berupaya untuk meningkatkan produksi pangan, akan tetapi upaya

pencapaian produksi pangan kedepan tampaknya akan menemui kendala akibat

adanya perubahan iklim dan budaya pola makan masyarakat di Indonesia.

Tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein dapat digunakan sebagai

indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan pemerintah

dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan dan sosial ekonomi secara

terintegrasi. Pemenuhan kebutuhan protein masyarakat Indonesia masih tertumpu

pada protein nabati (Ariani 2010). Mengacu data SUSENAS tahun 2013

kontribusi protein hewani dalam pemenuhan kebutuhan total konsumsi protein

baru mencapai 31,7%, sedangkan protein nabati kontribusinya mencapai 68,3%.

Sumbangan protein ikan terhadap konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia

mencapai 57% (KKP 2013a). Hasil perikanan memiliki potensi yang baik untuk

pemenuhan gizi masyarakat, khususnya protein hewani.

Ikan memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan sumber protein

hewani lainnya, salah satunya adalah kandungan protein tinggi yang

memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan fortifikasi pada berbagai

produk makanan. Protein ikan dapat difortifikasikan dalam bentuk daging lumat

atau tepung ikan mutu pangan dan protein hidrolisat (Irianto dan Soesilo 2007).

Protein ikan dalam bentuk daging lumat biasa disebut surimi.

Rawdkuen et al. (2009) menyatakan bahwa surimi merupakan daging lumat yang

merupakan protein hasil dari pemisahan tulang secara mekanis, dan penghilangan

komponen lemak, darah, enzim, serta protein sarkoplasma dengan perlakuan

pencucian air dingin dan ditambahkan bahan antidenaturasi pada proses

pembekuan (cryoprotectant) sebagai penstabil. Pengolahan surimi lebih lanjut ke

dalam bentuk tepung menjadi salah satu kajian yang penting dalam beberapa

tahun ini. Pembuatan tepung surimi merupakan inovasi pengembangan bentuk

protein yang mudah untuk diaplikasikan ke dalam produk pangan yang memiliki

kadar protein rendah. Santana et al. (2012) mengemukakan bahwa surimi dalam

bentuk tepung memiliki beberapa kelebihan daripada surimi dalam bentuk beku,

yaitu biaya distribusi pada skala industri yang lebih murah dan penyimpanan yang

lebih mudah. Salah satu ikan yang memiliki potensi untuk dijadikan produk

tepung surimi adalah ikan gabus.

Surimi yang berkualitas baik adalah yang berwarna putih (colorless), tidak

berbau (odorless) dan mengandung protein miofibril yang tinggi karena akan

Page 19: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

2

berpengaruh pada kekuatan gelnya (Park dan Lin 2005). Ikan gabus (Channa

striata) merupakan ikan air tawar yang mengandung protein dan rendemen daging

yang cukup tinggi. Penelitian Tan dan Azhar (2014) menunjukkan bahwa

rendemen fillet ikan gabus sebesar 35,73% dan kadar protein dari tepung fillet

ikan gabus sebesar 87-94% (bk). Ikan gabus memiliki kadar protein yang tinggi

dan kadar lemak yang rendah. Kadar protein dan lemak ikan gabus berturut-turut

adalah 17,61% dan 1,34% (Prawira 2008). Ikan yang mengandung protein tinggi

dan lemak yang rendah sangat cocok untuk diolah menjadi surimi, karena akan

berpengaruh terhadap kekuatan gel pada surimi yang dihasilkan

(Guenneugues dan Morissey 2005).

Volume produksi ikan gabus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2013 angka produksi mencapai 36.205 ton dan tahun 2014 mencapai

39.030 ton (Ditjen Perikanan Tangkap 2015). Eksplorasi pemanfaatan ikan gabus

saat ini lebih cenderung pada bidang kesehatan, karena kandungan protein

albuminnya yang dapat membantu recovery pada luka. Kandungan albumin pada

ikan gabus, toman dan betutu segar berturut-turut adalah 1,15 g/100 mL; 1,36

g/100 mL dan 1,05 g/100 mL (Zakiah 2016). Sementara itu, pemanfaatan ikan

gabus dalam bidang pangan sebatas olahan ekstrak albumin, makanan khas daerah

ataupun ikan gabus asin yang dikeringkan. Oleh karena itu untuk meningkatkan

nilai jual ikan gabus dan memanfaatkannya menjadi bahan pangan kaya protein,

maka ikan gabus diolah dalam bentuk tepung surimi yang selanjutnya dapat

difortifikasikan ke dalam produk pangan.

Asupan makanan sehari-hari tidak cukup hanya mengandung komponen gizi

seimbang saja, seperti vitamin, lemak, protein, karbohidrat, mineral dan air.

Keberadaan serat makanan dalam menu makanan sangat dianjurkan untuk hidup

sehat. Serat makanan adalah kelompok zat tidak mengandung gizi, namun

memiliki fungsi sebagai unsur yang membantu dan menjaga keseimbangan

kesehatan dalam tubuh (Lubis 2009). Kecukupan asupan serat kini dianjurkan

mencapai 25-38 g/hari bagi orang dewasa (IOM 2005). Pergeseran pola makan

masyarakat Indonesia dari pola makanan berserat tinggi ke pola makanan berserat

rendah dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Hal tersebut dapat

dicegah dengan mengkonsumsi serat pangan (Muchtadi 2001). Rumput laut

merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung serat pangan dan dikenal

sebagai hidrokoloid. Jumlah produksi rumput laut pada tahun 2013 sebesar 3,4

juta ton. Salah satu jenis rumput laut Indonesia yang memiliki nilai ekonomis

penting adalah Kappaphycus alvarezii (KKP 2013b). Menurut

Santoso et al. (2006) rumput laut jenis K. alvarezii mengandung serat pangan

yang cukup tinggi, yaitu 11,6 g/100g. Rumput laut ini juga mengandung

karaginan yang berfungsi sebagai pembentuk tekstur dan pengenyal. Oleh karena

itu, penggunaan rumput laut segar diharapkan dapat memberi tekstur kenyal serta

menambah kandungan gizi pada produk pangan yang dihasilkan.

Bahan pangan lain yang juga dapat berfungsi sebagai texturizer dan

mengandung serat pangan selain rumput laut adalah umbi porang. Umbi porang

sangat jarang dikonsumsi langsung karena mengandung kristal kalsium oksalat

yang menyebabkan rasa gatal, sehingga diproses untuk menghilangkan kalsium

oksalat dan hasil akhirnya dalam bentuk tepung porang yang kaya glukomanan.

Glukomanan merupakan soluble dietary fiber, sehingga tepung porang dapat

dijadikan sebagai sumber serat pangan (Lasmini 2002). Chua et al. (2010)

Page 20: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

3

melaporkan bahwa glukomanan umumnya dimanfaatkan sebagai pembentuk

tekstur dan gel pada bidang pangan, minuman dan farmasi. Xiong et al. (2009)

juga mengemukakan bahwa glukomanan merupakan bahan pengisi yang efektif

untuk meningkatkan pembentukan gel protein miofibril. Tepung porang dan

rumput laut serta tepung surimi ikan gabus sangat potensial digunakan sebagai

bahan pengayaan gizi serat pangan dan protein untuk produk berbasis karbohidrat

yang cukup diminati oleh masyarakat Indonesia maupun Asia, yaitu mi.

Gan et al. (2009) menyatakan bahwa angka konsumsi tepung terigu untuk

pembuatan mi di negara-negara Asia mencapai 30-45%. Asosiasi mi instan dunia

menyatakan bahwa Indonesia termasuk kedalam negara yang mengkonsumsi mi

instan terbanyak kedua setelah China. Angka permintaan mi instan di Indonesia

pada tahun 2015 mencapai 13.200 ton, sedangkan China 40.430 ton

(WINA 2015). Disamping itu Indonesia masih mengimpor terigu setiap tahunnya.

Pada tahun 2013 tercatat impor terigu mencapai angka 5,08 juta ton

(Kemenperin 2013). Bahan baku lokal alternatif yang dapat digunakan untuk

pembuatan mi adalah ubi kayu (singkong). Tepung Modified Cassava Flour

(Mocaf) adalah tepung yang terbuat dari singkong yang mengalami proses

fermentasi terlebih dahulu dengan menggunakan mikroba bakteri asam laktat

(BAL) dan tepung ini memiliki sifat fisik yang paling mendekati tepung terigu

(Salim 2011). Penggantian tepung terigu dengan tepung mocaf pada pembuatan

mi akan berpengaruh terhadap kadar protein produk tersebut, karena menurut

Sunarsi et al. (2011) tepung mocaf tidak mengandung gluten, seperti halnya

tepung terigu. Tepung mocaf memiliki kadar protein rendah yaitu 1,2% jika

dibandingkan dengan tepung terigu yang mencapai 8-13%.

Menurut Fu (2008) regular salted noodles terbuat dari tepung terigu dan air

yang mengandung 2-8% garam dari bobot tepung terigu itu sendiri. Mi putih

bergaram umumnya diproduksi dalam bentuk mi basah dan mi kering. Perbedaan

mi tersebut dengan mi lainnya adalah ukuran lebar untaiannya sebesar 3,0 mm.

Beberapa penelitian mengenai mi putih bergaram diantaranya Wang et al. (2004)

mengenai pengaruh kandungan protein dan komposisinya pada kualitas mi putih

yang dihasilkan; Park dan Baik (2009) mengenai penambahan gluten pada mi

putih bergaram; dan penelitian Heo et al. (2012) mengenai pengaruh kadar

amilosa pada waktu pemasakan dan tekstur mi putih bergaram. Belum adanya

penelitian mengenai pembuatan white salted noodles di Indonesia, mendorong

dilakukannya penelitian pembuatan mi tersebut dengan menggunakan bahan baku

lokal yang dapat menggantikan tepung terigu sehingga masyarakat tidak

bergantung pada produk impor. Penambahan tepung surimi ikan gabus, rumput

laut dan tepung porang pada pembuatan produk mi kering diharapkan dapat

menambah kandungan protein dan serat pada produk serta untuk memperbaiki

tekstur sehingga diperoleh mi yang kenyal dan bergizi tinggi.

Perumusan Masalah

Terdapat berbagai macam jenis mi yang populer di Asia, salah satunya

adalah white salted noodles. Perilaku konsumsi masyarakat ibu kota Jakarta

menyebabkan mi tersebut digemari oleh masyarakat kalangan menengah keatas

karena besarnya pengaruh globalisasi yang terjadi. Berbagai macam variasi

Page 21: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

4

produk mi berbasis terigu telah mendominasi di pasaran Indonesia. Secara tidak

langsung hal ini berdampak langsung pada ketergantungan impor terhadap bahan

baku terigu. Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengurangi konsumsi mi terigu

adalah dengan membuat mi yang berbahan baku produk lokal, yaitu ubi kayu

(singkong). Belum adanya pembuatan mi white salted noodles dengan

menggunakan bahan baku selain terigu, maka hal ini mendorong dilakukannya

pembuatan mi tersebut dengan bahan baku lokal yang diharapkan dapat

mengurangi ketergantungan impor akan tepung terigu. Mi berbahan baku tepung

dari ubi kayu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, namun rendah

kandungan gizi lainnya.

Hasil perikanan memiliki potensi yang besar untuk pemenuhan gizi

masyarakat. Ikan dapat menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan protein di

Indonesia dengan mengolah ikan menjadi tepung surimi. Tepung surimi dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pengayaan protein pada produk makanan yang

rendah akan protein. Rumput laut mengandung serat pangan yang cukup tinggi

dan juga dapat berfungsi sebagai texturizer. Bahan pangan lain yang mengandung

serat pangan tinggi dan memiliki fungsi yang sama adalah tepung porang. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kandungan gizi pada mi

yaitu dengan melakukan fortifikasi tepung surimi kering, rumput laut dan tepung

porang pada formulasi mi kering, sehingga dihasilkan mi kering yang kaya akan

kandungan protein dan serat.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat mi kering berbahan baku

singkong dengan pengayaan protein yang berasal dari tepung surimi ikan gabus

serta pengayaan serat yang berasal dari rumput laut dan tepung porang. Tujuan

khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan formula terpilih mi kering berbahan baku singkong yang

diperkaya dengan tepung surimi ikan gabus berdasarkan karakteristik sensori.

2. Menentukan pengaruh penambahan tepung surimi ikan gabus terhadap

karakteristik produk yang dihasilkan.

3. Menentukan karakteristik fisiko kimia mi kering formula terpilih dan formula

kontrol serta membandingkannya dengan mi kering komersial.

4. Menentukan persentase sumbangan zat gizi terhadap angka kecukupan gizi

(AKG) produk mi kering yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat menghasilkan

produk baru mi kering yang pembuatannya menggunakan hasil perikanan yaitu

rumput laut dan ikan gabus. Ikan gabus yang diolah menjadi tepung surimi dapat

meningkatkan nilai tambah ikan gabus dan kandungan gizi protein pada mi

kering. Penambahan rumput laut dan tepung porang juga dapat menambah

kandungan serat dan memberi tekstur kenyal pada mi. Penggunaan bahan baku

singkong pada pembuatan mi kering dapat meningkatkan konsumsi pangan lokal,

Page 22: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

5

sehingga mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Penelitian ini juga

diharapkan dapat menghasilkan inovasi baru untuk mengadopsi produk pangan

dari luar Indonesia dan memodifikasi pembuatannya dengan menggunakan bahan

baku lokal.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yaitu pembuatan tepung surimi ikan gabus dan

karakterisasi tepung surimi ikan gabus yang meliputi analisis kadar air; kadar

protein; kadar lemak; derajat putih; daya serap air; daya serap minyak; densitas

dan kekuatan gel. Penelitian ini juga mencakup pembuatan bubur rumput laut dan

karakterisasi bubur rumput laut, serta karakterisasi tepung porang. Penelitian

utama yang dilakukan adalah penentuan formula terpilih mi kering berdasarkan

analisis sensori (kenampakan, warna, aroma, rasa, kekerasan dan kekenyalan),

pengujian karakteristik mi kering yang meliputi analisis proksimat; analisis serat

pangan; uji aktivitas air (aw), cooking time, cooking loss dan analisis profil tekstur

(kekerasan, kelengketan dan kekenyalan), serta perhitungan persentase

sumbangan zat gizi terhadap angka kecukupan gizi (AKG).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga September 2015.

Penelitian dilakukan di beberapa laboratorium lingkungan Institut Pertanian

Bogor (IPB) dan di luar IPB, yaitu Laboratorium Diversifikasi dan Pengolahan

Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium

Organoleptik, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Laboratorium R & D Pasta dan Sereal SEAFAST Center, Laboratorium

Terpadu, Laboratorium Analisis Pengolahan Pangan, Departemen Ilmu dan

Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Laboratorium Ilmu dan

Teknologi Pakan, Laboratorium Analisis Terpadu Teknologi Hasil Ternak,

Fakultas Peternakan, Balai Besar Industri Agro, serta Laboratorium Pengujian

Balai Besar Pascapanen Pertanian.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi empat, yaitu

bahan untuk pembuatan tepung surimi ikan gabus; bubur rumput laut; mi kering;

dan bahan untuk analisis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan tepung

surimi ikan gabus adalah ikan gabus (jenis Channa striata yang diangkut dalam

keadaan hidup dari kolam budidaya di daerah Jakarta Utara), air, es batu, trehalosa

6% dan NaHCO3 0,75%. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan bubur

Page 23: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

6

rumput laut adalah rumput laut kering (jenis Kappaphycus alvarezii yang

diperoleh dari Pontang, Serang, Banten), air dan CaO 5%. Bahan-bahan yang

digunakan untuk pembuatan mi kering adalah mocaf merk Mocaf, tepung porang

(80 mesh) yang diperoleh dari Pabrik Penepungan Porang Perum Perhutani Unit

II, Pare, Jawa Timur, tepung tapioka (kadar lemak total 3,9 g/100 g; karbohidrat

total 22 g/100 g; protein 2 g/100 g) yang diproduksi oleh PT Budi Starch and

Sweetener, Lampung, tepung maizena (kadar lemak 0,1 g/100 g; karbohidrat total

91 g/100 g; serat pangan 0,9 g/100 g dan protein 0,3 g/100 g) merk Maizenaku,

garam, air abu 1%, dan bubur rumput laut. Bahan-bahan yang digunakan untuk

analisis meliputi akuades, minyak nabati, serbuk BaSO4, pelarut heksana, kjeltab

merk Merck, H3BO3 2%, indikator Brom Cresol Green-Methyl Red, HCl 0,01 N,

NaOH 30%, H2SO4 pekat, aquades, larutan tarmamyl, enzim protease, enzim

amiloglukosidase, NaOH 0,275 N, HCl 0,325 N, buffer fosfat pH 6.0, etanol 95%,

etil alkohol 78%, etil alkohol 95% dan aseton.

Alat yang digunakan meliputi gelas ukur, meat grinder (National MK

G20NR, Indonesia), stopwatch, cabinet dryer, blender (Philips, Belanda),

termometer, batang pengaduk, baskom, kain belacu, ayakan ukuran 60 mesh,

sudip, timbangan analitik (Sartorius TE64, Jerman), sendok, panci, spatula,

kompor, loyang aluminium, ekstruder pencetak mi (model MS9, Multifunctional

noodle modality machine, Guangdong Henglian Food Machine Co., Ltd., China),

cawan porselen, kompor listrik (Maspion, Indonesia), oven (Yamato tipe DV 41,

Jepang), desikator, soxhlet, labu lemak, labu kjeldahl, whiteness meter (Kett

Electricity Laboratory tipe C-100-3, Jepang), tabung sentrifugasi, penangas air,

sentrifugator (Beckman J2-21, Amerika; 3000rpm; 30 menit), dan texture

analyzer (TA-XT2i, Inggris). Ekstruder pasta yang digunakan memiliki

spesifikasi: diameter barrel 3,2 cm, diameter ulir 3,1 cm, kedalaman flight 0,9 cm,

lubang die berjumlah 12 buah dengan diameter masing-masing lubang adalah 3,0

mm.

Tahap Penelitian

Penelitian ini terdiri atas enam tahap, tahap pertama yaitu pembuatan tepung

surimi ikan gabus. Tahap kedua, pembuatan bubur rumput laut. Tahap ketiga,

formulasi mi kering. Tahap keempat, pembuatan dua formula mi kering dengan

fortifikasi tepung surimi ikan gabus. Tahap kelima, penentuan formula terpilih mi

kering yang difortifikasi tepung surimi ikan gabus dengan metode Bayes. Tahap

keenam, membandingkan mi kering formula terpilih dengan mi kering komersial.

Mi dengan formula terpilih kemudian dihitung persentase sumbangan gizinya

terhadap AKG. Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Pembuatan tepung surimi ikan gabus

Pembuatan tepung surimi ikan gabus mengacu pada metode penelitian

Ramadhan et al. (2014) yang dimodifikasi pada tahap pengeringan (Gambar 2).

Tahap pembuatan tepung surimi diawali dengan preparasi ikan gabus dalam

bentuk fillet, kemudian direndam pada larutan NaHCO3 dengan konsentrasi

0,75% selama 30 menit yang bertujuan untuk mengurangi kadar lemak. Fillet ikan

gabus kemudian digiling dengan menggunakan meat grinder. Daging ikan yang

sudah digiling kemudian dicuci dengan air dingin (suhu 10 °C) sebanyak satu kali.

Page 24: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

7

Tahap berikutnya yaitu pemberian dryoprotectant berupa trehalosa 6% yang

mengacu pada perlakuan yang diberikan pada pembuatan tepung surimi oleh

Huda et al. (2012), kemudian dilakukan pengeringan yang mengacu pada

penelitian Susanti (2015) dengan menggunakan cabinet dryer pada suhu 40 oC

selama 4 jam. Tahap terakhir dilakukan penghancuran surimi kering dengan

menggunakan blender dan diayak pada ayakan 60 mesh sehingga diperoleh

tepung surimi. Tepung surimi kemudian dianalisis kadar airnya (BSN 2006b),

kadar lemak (BSN 2006c) dan kadar protein (BSN 2006

d), derajat putih

(ICC 2009), daya serap air (Beuchat 1977), daya serap minyak (Beuchat 1977),

densitas kamba (Wirakartakusumah et al. 1992), dan kekuatan gelnya (Park dan

Lin 2005).

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Ikan gabus

Rumput laut

Karakterisasi:

Rendemen,

proksimat,

derajat putih,

daya serap air

dan minyak,

densitas

kamba, dan

kekuatan gel

Fortifikasi mi dengan tepung surimi ikan

gabus

Penentuan formulasi terbaik dengan metode

Bayes

Formulasi mi basah

Mi kering

Mi kering terbaik

Karakterisasi:

Proksimat,

serat pangan,

glukomanan

Karakterisasi:

Proksimat

dan serat

pangan

Karakterisasi:

kimia, fisik dan

AKG

Pengeringan mi

Tepung surimi

ikan gabus Bubur rumput laut

Pembuatan bubur

rumput laut

Tepung porang

Pembuatan

tepung surimi

Karakterisasi:

Sensori

Page 25: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

8

Gambar 2 Diagram alir pembuatan tepung surimi ikan gabus

(*modifikasi Ramadhan et al. 2014)

Pembuatan bubur rumput laut

Pembuatan bubur rumput laut mengacu pada metode penelitian Hudaya

(2008) yang dimodifikasi pada tahap perendaman rumput laut kering dalam air

tawar (Gambar 3). Tahap pembuatan bubur rumput laut diawali dengan

penimbangan rumput laut kering kemudian dilakukan pencucian dan perendaman

air tawar selama 5 hari. Tahap selanjutnya adalah pembilasan berulang dan

perendaman dalam larutan CaO 5% selama 5 jam, kemudian dilakukan

pembilasan dan penirisan. Tahap terakhir dilakukan penggilingan dengan blender

hingga menjadi bubur rumput laut. Larutan CaO 5% berfungsi untuk

meningkatkan rendemen yang dihasilkan dan kekuatan gel dari rumput laut

(Firdaus et al. 2015). Bubur rumput laut kemudian dianalisis proksimat (BSN

2006a,b,c,d

) dan total serat pangan (AOAC 2005).

Formulasi mi kering

Pembuatan mi kering dibagi menjadi dua tahap, yaitu formulasi adonan

sebagai penelitian pendahuluan dan pembuatan mi kering yang mengacu pada

metode penelitian Sary (2015) yang dimodifikasi. Formulasi adonan dimulai

dengan melakukan trial and error untuk proporsi yang sesuai antara tepung

mocaf, maizena dan tapioka. Hasil formulasi tersebut menunjukkan bahwa

Pemfilletan

*Ikan gabus (Channa striata)

Pencucian dengan air 10 oC (1:3) sebanyak 1 kali

Penambahan dryoprotectant trehalosa 6%

*Pengeringan dengan cabinet dryer pada suhu 40 oC, selama 4 jam

*Penghancuran dengan blender

*Pengayakan dengan ayakan ukuran 60 mesh

Perendaman dalam larutan NaHCO3 0,75% selama 30 menit

Tepung surimi ikan gabus

Pembilasan dengan air

Pelumatan dengan meat grinder

Page 26: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

9

persentase yang sesuai untuk adonan mi kering adalah mocaf 35%, maizena 6%

dan tapioka 16%. Menurut metode Sary (2015) adonan tersebut kemudian dibuat

menjadi binder yang disiapkan dengan cara mendidihkan pati singkong (10% dari

masing-masing total pati singkong, yaitu tapioka dan mocaf) dan garam 2% ke

dalam air (1:7 w/v). Binder dicampur dengan tepung surimi ikan gabus, bubur

rumput laut, gel porang dan 90% pati singkong yang masih tersisa. Tepung porang

yang akan ditambahkan ke dalam adonan, harus dibuat dalam bentuk gel porang

terlebih dahulu. Mengacu pada metode Faridah dan Widjanarko (2014) gel porang

dibuat dari tepung porang 6% yang dicampur dengan air (1:2). Konsentrasi bubur

rumput laut yang ditambahkan ke dalam adonan adalah 6% berdasarkan pada

acuan asupan serat yang harus dikonsumsi oleh orang dewasa, yakni 25-38 g/hari

(IOM 2005). Pada saat pencampuran adonan, ditambahkan air abu 1% yang

mengacu pada Hou (2001) secara perlahan sambil dicampur hingga diperoleh

adonan yang kalis. Adonan kemudian dicetak menggunakan ekstruder pencetak

mi (ekstruder pasta) dan dikeringkan selama 1 jam pada suhu 40 oC menggunakan

cabinet dryer. Formula mi kering hasil penelitian pendahuluan dan diagram alir

pembuatan mi berturut-turut disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 4.

Gambar 3 Diagram alir pembuatan bubur rumput laut

(*modifikasi Hudaya 2008)

*Perendaman dalam air selama 5 hari

Rumput laut (Kappaphycus alvarezii) kering

Pembilasan berulang dengan air tawar

Perendaman dalam larutan CaO 5% ± 5 jam

Pembilasan dengan air mengalir

Penggilingan dengan blender

Penimbangan

Penirisan

Bubur rumput laut

Page 27: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

10

Tabel 1 Formula mi kering

Komposisi bahan Jumlah (%) Sumbangan (g)

Tepung mocaf 35,33 53

Tepung tapioka 16,00 24

Tepung porang 6,67 10

Maizena 6,67 10

Garam 2,00 3

Rumput laut 6,67 10 Air abu 1% 13,33 20

Jumlah 100,00 130

*Tepung surimi 6% dan 9% 10 dan 15

Fortifikasi tepung surimi ikan gabus terhadap mi kering

Fortifikasi tepung surimi ikan gabus terhadap mi kering dilakukan dengan

dua taraf perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah penambahan tepung surimi

ikan gabus dengan konsentrasi 6% dan 9% (dari total berat tepung). Konsentrasi

tepung surimi ikan gabus yang digunakan dalam penelitian ini diacu berdasarkan

teori umum mengenai anjuran kisaran energi gizi makro bagi penduduk Indonesia

dalam estimasi kecukupan gizi, yaitu 10-20% energi protein, 25-35% energi

lemak, dan 40-60% energi karbohidrat (Tejasari 2005), sedangkan anjuran kisaran

energi gizi makro bagi penduduk Amerika Serikat umumnya 10-35% energi

protein, 20-35% energi lemak, dan 45-65% energi karbohidrat (IOM 2005).

Penentuan formula terpilih mi kering dan perhitungan kandungan gizi

Formula yang terpilih ditentukan berdasarkan karakteristik terpilih dari

kedua formula mi kering yang difortifikasi tepung surimi ikan gabus dengan uji

indeks kinerja (metode Bayes). Metode Bayes merupakan salah satu teknik yang

dapat dipergunakan untuk melakukan analisis dalam pengambilan keputusan

terpilih dari sejumlah alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang

optimal (Marimin 2004). Adanya perlakuan merupakan kriteria yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan mi kering dengan penambahan tepung surimi

ikan gabus yang menghasilkan produk yang paling disukai. Formula mi kering

terpilih didasarkan pada kesukaan konsumen terhadap karakteristik sensori

dengan pembobotan (kenampakan, warna, aroma, rasa, kekerasan dan

kekenyalan).

Formula yang terpilih tersebut kemudian dihitung persentase sumbangan

angka kecukupan gizinya. Nilai energi makanan dapat ditetapkan menggunakan

faktor atwater melalui perhitungan menurut komposisi karbohidrat, lemak,

protein, serta nilai energi makanan tersebut. Faktor atwater merupakan angka

konversi karbohidrat, lemak, dan protein tiap gramnya dalam menghasilkan

energi. Faktor atwater untuk karbohidrat adalah 4 kkal/g, lemak 9 kkal/g, dan

protein 4 kkal/g. Nilai energi dapat diperoleh dari jumlah kali antara faktor

atwater dengan gram gizi pada bahan pangan (Almatsier 2006).

Page 28: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

11

Gambar 4 Diagram alir pembuatan mi kering dan analisis

(*modifikasi Sary 2015)

Pencampuran ke dalam air dengan perbandingan (tepung:air = 1:7 w/v)

Pemanasan dan pengadukan hingga terbentuk gel berwarna transparan

(suhu 80 oC; 2 menit)

Pengeringan dengan cabinet dryer suhu 40 oC, selama 1 jam

Pembentukan untaian mi dengan ekstruder pencetak

(ukuran diameter mi 2,5 mm dan lebar 3,0 mm)

Mi kering surimi ikan gabus

Pengujian sensori

Penentuan formula terpilih dengan metode Bayes

Formula mi kering terpilih

Mi basah

Pembandingan mi formula

terpilih, kontrol dan komersial

Analisis:

Proksimat; serat

pangan; analisis

profil tekstur;

cooking time;

cooking loss; dan

aktivitas air (aw)

*Mocaf 90%, tepung

tapioka 90%, tepung

maizena, gel porang

6% dan bubur rumput

laut 6%

*Penambahan air abu 1%

Pengadonan hingga kalis

Mocaf 10% dan tepung tapioka

10% + garam 2%

Binder berbentuk gel *Tepung surimi

ikan gabus

6% dan 9%

Page 29: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

12

Prosedur Analisis

Rendemen

Penentuan rendemen dilakukan dengan membandingkan berat tepung yang

dihasilkan dengan berat bahan baku. Rendemen dihitung dengan rumus :

Rendemen (%) = berat ak ir yan diperole )

berat awal ba an baku ) x 100%

Daya serap air (Beuchat 1977)

Penentuan daya serap air dilakukan dengan memasukkan 1 g sampel ke

dalam tabung sentrifugasi kemudian ditambahkan 10 mL akuades. Sampel diaduk

dengan spatula dan didiamkan selama 30 menit. Larutan kemudian disentrifugasi

pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit, supernatan ditimbang dengan

timbangan analitik. Daya serap air dihitung dengan rumus :

Daya serap air (%) = a-b

c x 100%

Keterangan :

a = (Berat awal)+(air terserap)

b = (Berat akhir)+(air tidak terserap)

c = Berat sampel (g)

Daya serap minyak (Beuchat 1977)

Penentuan daya serap minyak dilakukan dengan memasukkan 1 g sampel

dan 10 mL minyak nabati ke dalam tabung sentrifugasi. Sampel kemudian diaduk

dengan spatula dan didiamkan selama 30 menit. Sampel kemudian disentrifugasi

pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit, supernatan ditimbang dengan

timbangan analitik. Daya serap minyak dihitung dengan rumus :

Daya serap air (%) = a-b

c x 100%

Keterangan :

a = (Berat awal)+(minyak terserap)

b = (Berat akhir)+(minyak terserap)

c = Berat sampel (g)

Derajat putih (ICC 2009)

Analisis warna dilakukan dengan Whiteness Meter. Sampel sebanyak 3 g

ditempatkan dalam suatu wadah. Suhu sampel diseimbangkan dengan meletakkan

wadah sampel di atas tester. Selanjutnya, wadah yang berisi sampel beserta cawan

berisi standar (berupa serbuk BaSO4) dimasukkan ke dalam tempat pengukuran

dan alat akan menampilkan nilai derajat putih dan nomor urutan pengukuran.

Derajat putih dihitung dengan rumus:

Derajat putih (%) = erajat puti

x

Page 30: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

13

Densitas kamba (Wirakartakusumah et al. 1992)

Densitas kamba menunjukkan kepadatan partikel yang menempati ruang

pada volume tertentu. Pengukuran densitas kamba dilakukan dengan pengukuran

10 g sampel dengan menggunakan gelas ukur 50 ml. Densitas kamba dinyatakan

dalam gram per ml. Densitas kamba dihitung dengan menggunakan rumus:

Densitas kamba (g/ml) = berat sampel )

volume sampel mL)

Kekuatan gel surimi (Park dan Lin 2005)

Kekuatan gel surimi dianalisis dengan alat texture analyzer. Sampel tepung

surimi dibuat dalam bentuk surimi basah dengan cara rehidrasi. Surimi basah

kemudian dibuat menjadi kamaboko dengan cara surimi dibuat adonan dengan

penambahan garam dan dicetak pada selongsong dan dipanaskan pada suhu 40 oC

dan 90 oC masing-masing selama 20 menit. Selanjutnya kamaboko didinginkan

pada suhu ruang. Sampel kamaboko dengan panjang 2,5 cm diletakkan di bawah

probe berdiameter ½ inchi dengan kecepatan pengukuran 1,1 mm/detik, kemudian

dilakukan penekanan terhadap sampel dengan probe silinder tersebut. Kekuatan

gel surimi dinyatakan dalam g/cm2 yaitu kekuatan gel (tinggi kurva) (g force)

perluas permukaan kontak area probenya (cm2). Tekanan dilakukan sebanyak satu

kali. Hasil pengukuran akan tercetak pada kertas grafik dan dapat dilihat tinggi

saat sampel benar-benar pecah. Nilai kekuatan gel (breaking force) ditunjukkan

oleh puncak (peak) pertama dimana terjadi penurunan. Tiap analisis kekuatan gel

dilakukan dengan menggunakan sampel pengujian sebanyak dua ulangan.

Kadar abu (BSN 2006a)

Tahap awal analisis kadar abu yaitu cawan pengabuan terlebih dulu

dikeringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 105 °C, kemudian didinginkan

di dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang hingga didapatkan berat yang

konstan. Sebanyak 5 g sampel dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan

dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Setelah itu

dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 °C sampai pengabuan

sempurna, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat yang konstan.

Perhitungan persentase kadar abu basis basah dapat dihitung dengan rumus :

Kadar abu (%) = obot setela tanur - obot cawan

obot sampel x 100%

Kadar air (BSN 2006b)

Analisis kadar air diawali dengan pengeringan cawan porselen dalam oven

pada suhu 105 °C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator

(kurang lebih 15 menit) dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang.

Sebanyak 5 g contoh dimasukkan ke dalam cawan, kemudian dikeringkan dengan

oven pada suhu 105 °C selama 6 jam. Selanjutnya, cawan tersebut diletakkan pada

desikator ± 30 menit dan dibiarkan sampai dingin dan selanjutnya ditimbang

kembali. Persentase kadar air basis basah dapat dihitung dengan rumus :

Page 31: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

14

Kadar air (%) = obot cawan sampel) - obot setela oven

obot sampel x

Kadar lemak (BSN 2006c)

Sebanyak 5 g sampel ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring,

kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya

dan disambungkan dengan tabung soxhlet. Pelarut heksana dituangkan ke dalam

labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan dan

dilakukan refluks selama minimal 6 jam sampai pelarut turun kembali ke dalam

labu lemak. Pelarut di dalam labu lemak didestilasi dan ditampung. Labu lemak

yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu

105 °C. Labu lemak kemudian didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit

dan ditimbang. Perhitungan kadar lemak dapat dihitung dengan rumus berikut:

Kadar lemak (%) = obot labu den an lemak - Labu koson

obot sampel x 100%

Kadar protein (BSN 2006d)

Analisis protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi.

Tahap destruksi diawali dengan penimbangan sampel sebanyak 1 g, kemudian

dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL. Setengah butir Kjeltab dimasukkan

ke dalam tabung tersebut dan ditambahkan 10 mL H2SO4. Labu Kjeldahl yang

berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan suhu 400 oC.

Proses destruksi dilakukan kurang lebih satu jam sampai larutan menjadi hijau

bening. Larutan sampel yang sudah didestruksi ditambahkan akuades sampai 100

mL, kemudian diambil sebanyak 10 mL dan dituangkan ke dalam labu destilasi,

lalu ditambahkan larutan NaOH 40% sebanyak 10 mL. Cairan dalam tabung

kondensor ditampung dalam erlenmeyer 250 mL berisi 10 mL larutan asam borat

yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai larutan asam borat yang

berwarna merah menjadi warna biru. Larutan asam borat yang berwarna biru

tersebut kemudian dititrasi dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai terjadi

perubahan warna menjadi merah (warna asam borat semula). Volume titran dibaca

dan dicatat. Perhitungan nitrogen dalam bahan dihitung dengan menggunakan

rumus berikut:

Nitrogen (%) = mL l – mL blanko) x N l x

m bobot sampel x

Kadar Protein (%) = % Nitrogen x faktor koreksi (6,25)

Kadar karbohidrat (by difference)

Analisis karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan

dari 100% dengan kadar air, kadar protein dan kadar lemak, sehingga kadar

karbohidrat tergantung pada faktor pengurangannya. Analisis karbohidrat dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Kadar karbohidrat = 100% - (kadar air (%) + kadar abu (%) + kadar lemak (%) +

kadar protein (%))

Page 32: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

15

Analisis serat pangan metode enzimatik (AOAC 985.29.2005)

Sampel ditimbang sebanyak 1 g dalam gelas piala 400 mL. Sebanyak 50 mL

buffer fosfat pH 6,0 dimasukkan ke dalam gelas piala. Kemudian ditambahkan

pula 0,1 mL larutan termamyl. Gelas piala lalu ditutup dengan menggunakan

kertas aluminium foil (alufo) dan diletakkan dalam air mendidih selama 15 menit,

digoyangkan secara perlahan dalam interval waktu 5 menit. Selanjutnya larutan

tersebut didinginkan pada suhu ruang. Nilai pH ditepatkan hingga 7.5 dengan

penambahan 10 mL NaOH 0,275 N.

Sebanyak 5 mg protease dimasukkan ke dalam sampel dengan cara

dilengketkan pada ujung spatula. Sampel kemudian diinkubasi selama 30 menit

pada suhu 60 oC. Lalu sampel didinginkan dan ditambahkan 10 mL HCl 0,325 M.

Enzim amiloglukosidase ditambahkan dan sampel diinkubasi selama 30 menit

pada suhu 60 oC. Sebanyak 280 mL etanol 95% yang sebelumnya telah

dipanaskan hingga suhunya 60 o

C ditambahkan ke dalam sampel. Sampel

dibiarkan pada suhu kamar selama 60 menit agar terbentuk endapan. Secara

kuantitatif endapan disaring melalui crucible.

Residu dicuci tiga kali dengan 20 mL etil alkohol 78%, dua kali dengan 10

mL etil alkohol 95%, dan dua kali dengan 10 mL aseton secara berturut-turut.

Crucible yang mengandung residu dikeringkan selama satu malam di dalam oven

biasa pada suhu 105 oC. Lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Analisis residu dari satu sampel ulangan digunakan untuk analisis protein

menggunakan metode Kjeldahl. Sampel ulangan lainnya diabukan selama 5 jam

pada suhu 525 oC. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Persentase total serat pangan dapat diperoleh dari perhitungan rumus berikut:

Serat pangan (%) = obot residu ) - -

obot sampel x 100%

Kadar serat kasar (BSN 1992)

Sebanyak 0,3 g sampel dihilangkan lemaknya dengan cara ekstraksi soxhlet

atau dengan cara mengaduk dan mengendaptuangkannya dalam pelarut organik.

Sampel lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL dan ditambahkan 50 mL

H2SO4 0,3 N dan dididihkan selama 30 menit dengan menggunakan pendingin

tegak. Selanjutnya, sebanyak 25 mL NaOH 1,5 N ditambahkan ke dalam larutan

dan dididihkan kembali selama 30 menit. Dalam keadaan panas, larutan tersebut

disaring dengan menggunakan corong Bunchner yang berisi kertas saring tak

berabu yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Endapan yang terdapat

pada kertas saring selanjutnya dicuci berturut-turut dengan larutan H2SO4 0,3 N,

air panas 50 mL dan aseton 20 mL. Kertas saring beserta isinya lalu dimasukkan

ke dalam cawan yang telah diketahui bobotnya dan dikeringkan pada suhu 105 oC

lalu didinginkan dan ditimbang sampai bobotnya tetap. Perhitungan rumusnya

adalah sebagai berikut:

Serat kasar (%) = i - o

s x 100%

Keterangan :

Wo = Berat kertas saring

Wi = Berat kertas saring + residu setelah dikeringkan

Ws = Berat contoh

Page 33: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

16

Kadar glukomanan (Widjanarko dan Megawati 2015)

Sampel sebanyak 0,2 g dan garam aluminium sulfat (0,10 kali massa

sampel) dilarutkan dalam air hangat suhu 75 oC dengan perbandingan 1:10 (b/v)

sambil diaduk selama 35 menit. Selanjutnya, endapan sampel dipisahkan

menggunakan sentrifugator 2000 rpm selama 30 menit dan diambil

supernatannya. Supernatan kemudian ditambahkan isopropil alkohol dengan

perbandingan 1:1 (v/v) sambil diaduk hingga terbentuk gumpalan. Lalu, gumpalan

disaring dengan kertas saring dan dikeringkan pada suhu 60 oC selama 24 jam lalu

ditimbang. Perhitungan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Kadar glukomanan (%) = erat kerin residu

erat sampel awal x 100%

Profil tekstur menggunakan texture analyzer TA-XT2i (Subarna et al. 2012)

Analisis tekstur menggunakan alat Texture Analyzer TA-XT2i. Probe yang

digunakan berbentuk silinder dengan diameter 35 mm. Jarak antar probe adalah

20 mm. Pengaturan TA-XT2i yang digunakan adalah sebagai berikut: speed 1,0

mm/s, distance 50%, trigger Auto 5 g, mode Texture Profile Analysis (TPA).

Sehelai sampel mi dengan panjang yang melebihi diameter probe diletakkan di

atas landasan lalu ditekan oleh probe. Hasilnya berupa kurva yang menunjukkan

hubungan antara gaya untuk mendeformasi dan waktu. Nilai kekerasan

ditunjukkan dengan absolute (+) peak yaitu gaya maksimal, dan nilai kelengketan

ditunjukkan dengan absolute (-) peak. Satuan kedua parameter ini adalah gram

force (gf). Kekenyalan diperoleh dari rasio antara dua area kompresi dengan

satuan gram second (gs).

Waktu tanak (Cooking Time) (Collado et al. 2001)

Air sebanyak 200 mL dipanaskan sampai mendidih, kemudian 5 g mi yang

telah dipotong sepanjang 2-3 cm, dimasukkan ke dalam air mendidih tersebut.

Setiap 30 detik, helaian mi diletakkan diantara dua gelas arloji kemudian ditekan.

Waktu tanak optimum diperoleh pada saat seluruh bagian mi menyerap air dengan

sempurna atau pada saat tidak terbentuk titik putih ketika mi ditekan dengan gelas

arloji. Waktu dicatat mulai dari perebusan mi sampai matang.

Cooking loss (Collado et al. 2001)

Penentuan cooking loss dilakukan dengan cara merebus 5 gram mi dalam

150 mL air. Setelah mencapai waktu optimum perebusan, mi direndam air dingin

dan kemudian ditiriskan. Mi kemudian ditimbang dan dikeringkan pada suhu

100 oC sampai beratnya konstan, lalu ditimbang kembali. KPAP dihitung dengan

rumus berikut:

Cooking loss (%) = berat sebelum direbus-berat sesuda direbus

berat sebelum direbus x 100%

Analisis aktivitas air (aw) (Fontana 2007)

Pengukuran aktivitas air menggunakan alat aw meter, dengan spesifikasi alat

adalah aw meter Novasina ms1. Pengukuran nilai aw dilakukan dengan cara

memasukkan sampel yang akan diukur ke dalam cawan yang tersedia pada aw

Page 34: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

17

meter tersebut. Sampel mi kering dihaluskan terlebih dahulu, kemudian sebanyak

2 g diletakkan ke dalam cawan tersebut. Cawan dimasukkan ke dalam wadah

pengukur, lalu ditutup dan dikunci. Alat aw meter dioperasikan sampai

menunjukkan tanda selesai, selanjutnya nilai aw akan terbaca.

Pengujian karakteristik sensori (BSN 2006)

Pengujian karakteristik sensori mi kering dalam penelitian ini menggunakan

metode uji skor. Uji skor (scoring test) merupakan metode uji dengan

menggunakan lembar penilaian untuk penentuan tingkat mutu produk berdasarkan

skala angka 1 (satu) sebagai nilai terendah hingga 9 (sembilan) sebagai nilai

tertinggi. Uji skor yang dilakukan meliputi uji hedonik (kesukaan) dan uji

karakteristik fisik mi kering oleh 40 panelis dengan kategori panelis semi terlatih.

Data yang diperoleh dianalisis untuk penentuan nilai mutunya dengan mencari

hasil rataan dari setiap panelis pada selang kepercayaan 95% dengan uji Kruskal

Wallis. Penilaian yang dilakukan meliputi kenampakan, warna, rasa, aroma,

kekerasan, dan kekenyalan. Lembar penilaian uji sensori mi kering surimi ikan

gabus dapat dilihat pada Lampiran 1.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Uji indeks kinerja (Marimin 2004)

Penentuan konsentrasi tepung surimi ikan gabus terpilih dari hasil uji

organoleptik secara hedonik menggunakan uji indeks kinerja (metode Bayes).

Metode ini merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan

analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan

tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pengambilan keputusan yang

optimal akan tercapai bila mempertimbangkan berbagai kriteria. Pemberian

perlakuan merupakan kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan mi

kering dengan penambahan tepung surimi ikan gabus yang menghasilkan produk

paling disukai. Pemilihan mi kering yang paling disukai dilakukan dengan uji

indeks kinerja didasarkan pada total nilai yang paling tinggi dari setiap perlakuan.

Parameter yang diberi bobot yaitu karakteristik sensori (kenampakan, aroma,

warna, rasa, kekerasan dan kekenyalan).

Nilai kepentingan masing-masing parameter sensori yang digunakan terdiri

dari 6 nilai numerik, dimana 1 mewakili sangat tidak penting, 2 mewakili tidak

penting, 3 mewakili kurang penting, 4 mewakili biasa, 5 mewakili penting, dan 6

mewakili sangat penting. Nilai kepentingan tersebut dapat diperoleh dari hasil

kuisioner panelis atau dari ahli. Bobot dari masing-masing parameter didapat dari

hasil manipulasi matriks perbandingan nilai kepentingan antar parameter,

kemudian matriks tersebut dikuadratkan. Hasil penjumlahan setiap baris matriks

dibagi dengan total penjumlahan baris matriks tersebut hingga diperoleh nilai

eigen. Nilai eigen dari proses manipulasi matriks merupakan nilai bobot dalam

metode Bayes.

Pengolahan data uji organoleptik

Data hasil uji sensori mi kering dengan perlakuan fortifikasi tepung surimi

ikan gabus diolah menggunakan uji statistik nonparametrik, yaitu uji Kruskal

Page 35: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

18

Wallis dengan software Statistical Process for Social Science (SPSS) versi 15.0.

Hasil uji Kruskal Wallis yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan

menggunakan uji Dunn. Perhitungan dengan rumus (Walpole 1995) sebagai

berikut:

Menghitung faktor koreksi (FK)

FK =

Menghitung H yang merupakan kriteria uji

H = (

n n

) (n- )

Men itun ’ yan merupakan nilai X2 hitung

’ =

FK , = (t-1)t(t+1)

Keterangan:

n = Banyaknya data

t = Jumlah data yang sama

H = Kriteria yang akan diuji

’ = X2 hitung

ni = Jumlah pengamatan pada setiap perlakuan

Ri = Jumlah ranking pada setiap perlakuan

Z = Peubah acak

k = Perlakuan

Jika analisis ragam beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Multiple

Comparison (uji Dunn) (Walpole 1995). Rumus yang digunakan adalah:

| i j| { k k )} √k N ) Keterangan:

= Rata-rata ranking setiap perlakuan ke-i

= Rata-rata ranking setiap perlakuan ke-j

n = Banyaknya data

z = Perlakuan konsentrasi tepung surimi ikan gabus

α = Selang kepercayaan

Analisis karakteristik mi kering

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor penambahan tepung surimi ikan

gabus dengan dua taraf dan tiga kali ulangan untuk analisis sifat fisik dan kimia

mi kering. Model matematika rancangan acak lengkap menurut

Walpole dan Myers (1995) adalah sebagai berikut:

Yij = µ + Ai + ϵij

Keterangan:

Yij = Respon percobaan karena pengaruh perlakuan penambahan tepung surimi

ikan gabus taraf ke-i, ulangan ke-j

µ = Nilai rata-rata

Ai = Pengaruh perlakuan penambahan tepung surimi ikan gabus taraf ke-i ϵij = Pengaruh kesalahan percobaan karena pengaruh perlakuan penambahan

tepung surimi ikan gabus taraf ke-i dan ulangan ke-j

Page 36: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

19

Hipotesis yang diuji pada pembuatan mi kering dengan fortifikasi tepung surimi

ikan gabus adalah:

H0 = Penambahan tepung surimi ikan gabus tidak memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap karakteristik mi kering yang dihasilkan

H1 = Penambahan tepung surimi ikan gabus memberikan pengaruh yang

berbeda nyata terhadap karakteristik mi kering yang dihasilkan

Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada

program SPSS 15.0 untuk menyatakan perbedaan nyata. Jika dari hasil analisis

ragam berbeda nyata (p<0,05), maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji

Duncan’s. Rumus uji Duncan’s adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1993):

Rp = q p dbs α √K

r

Keterangan:

Rp = Nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan

p = Perlakuan

dbs = Derajat bebas

KTS = Jumlah kuadrat tengah

r = Jumlah ulangan

Uji normalitas dan kehomogenan data dilakukan sebelum data dimasukkan

ke dalam perhitungan statistik. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov, apabila hasil uji menunjukkan nilai signifikan > 0,05 maka data

dikatakan menyebar normal, sehingga dapat digunakan dalam statistika

parametrik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tepung Surimi Ikan Gabus

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tepung surimi adalah ikan

gabus. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kadar yang terkandung

dalam ikan gabus. Hasil proksimat ikan gabus dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil proksimat ikan gabus

Komposisi Ikan gabus (% bb) Ikan gabus (% bk)

Kadar air 80,91±0,48 -

Kadar abu 0,83±0,22 4,31±1,04

Kadar protein 16,75±0,09 87,74±1,73 Kadar lemak 1,04±0,03 5,45±0,29

Kadar karbohidrat

(by difference) 0,48±0,20 2,50±0,97

Tepung surimi ikan gabus yang digunakan sebagai bahan fortifikasi pada mi

kering diperoleh dari modifikasi Ramadhan et al. (2014). Metode yang digunakan

adalah dengan satu kali pencucian dan menggunakan dryoprotectant berupa

Page 37: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

20

trehalosa 6%. Karakteristik fisiko-kimia tepung surimi ikan gabus yang digunakan

dalam pembuatan mi kering dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik fisiko-kimia tepung surimi ikan gabus

Parameter Tepung surimi ikan

gabus

Tepung surimi

ikan lele

Tepung fillet ikan

gabus

Karakteristik fisik:

Rendemen (%) 22,18 6,41* -

Daya serap air (%) 1,35±0,55 - -

Daya serap minyak (%) 1,59±0,61 - -

Derajat putih (%) 48,07±1,13 60,47* 63,98±0,40** Densitas kamba (g/mL) 0,76±0,04 4,06±0,08* -

Kekuatan gel (gf) 531,3±27,25 624,97±5,27* -

Karakteristik kimia:

Kadar air (%) 9,94±0,28 - 6,86±0,64**

Kadar lemak (% bk) 1,66±0,97 1,76±0,16* 8,54±0,28**

Kadar protein (% bk) 65,07±0,47 41,4±2,00* 87,93±0,19**

*Ramadhan et al. (2014), **Tan dan Azhar (2014)

Rendemen merupakan persentase antara berat tepung surimi per total fillet

ikan. Rendemen yang diperoleh pada tepung surimi ikan gabus sebesar 22,18%.

Proses pengeringan dengan cabinet dryer dapat menghilangkan air hingga 65%

dari bobot surimi basah. Rendemen tepung surimi ikan lele yang diperoleh dari

penelitian Ramadhan et al. (2014) adalah sebesar 6,41% dengan proses

pengeringan freeze dryer (pengeringan beku). Proses pengeringan ini dapat

menghilangkan air hingga 80% dari bobot surimi basah. Metode pengeringan

yang digunakan akan berpengaruh pada persentase rendemen tepung surimi yang

dihasilkan. Santana et al. (2012) mengemukakan bahwa metode pengeringan beku

dapat menghilangkan air pada sampel hingga kandungan airnya mencapai 1-5%,

karena prinsip proses pengeringan beku terletak pada suhu yang sangat rendah

hingga mencapai -70 oC dan atmosfir vakum yang terdapat pada alat, sedangkan

pada pengeringan cabinet dryer dapat menghasilkan sampel kering yang

mengandung air sebesar 10%.

Daya serap air merupakan kemampuan untuk menyerap kembali kandungan

air dalam bahan pangan (Zhou et al. 2006). Daya serap air tepung surimi ikan

gabus adalah 1,35%. Daya serap tepung surimi memiliki nilai lebih tinggi jika

dibandingkan dengan KPI nila penelitian Susanti (2015) yang memiliki nilai daya

serap air 0,68%. Hal ini diduga karena perbedaan jenis bahan baku dan besarnya

kandungan protein yang terdapat dalam tepung surimi. Santoso et al. (2008)

mengemukakan bahwa kandungan protein yang lebih tinggi menyebabkan

tingginya interaksi antara air dengan protein, sehingga protein menghalangi proses

penguapan air pada saat proses pengeringan.

Menurut Santoso et al. (2009) daya serap minyak adalah suatu sifat yang

dapat menunjukkan adanya interaksi suatu bahan pangan terhadap minyak.

Tepung surimi ikan gabus memiliki daya serap minyak 1,59%. Hasil analisis daya

serap minyak tepung surimi ikan gabus memiliki nilai yang lebih tinggi jika

dibandingkan dengan KPI nila penelitian Susanti (2015) sebesar 0,49%. Hal ini

diduga bahwa jumlah kandungan protein dan asam amino yang terdapat pada ikan

gabus dan ikan nila berbeda. Banyaknya gugus asam amino yang bersifat

nonpolar dapat mempengaruhi sifat daya serap minyak pada protein, karena dapat

membentuk ikatan hidrofobik dengan minyak (Winarno 2008).

Page 38: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

21

Derajat putih merupakan tingkat keputihan suatu bahan yang mempengaruhi

daya terima konsumen. Tepung surimi ikan gabus memiliki persentase nilai

derajat putih sebesar 48,07%. Nilai derajat putih tersebut cenderung rendah jika

dibandingkan tepung surimi ikan lele hasil penelitian Ramadhan et al. (2014) dan

tepung fillet ikan gabus hasil penelitian Tan dan Azhar (2014) yaitu 55,77% dan

63,98%. Rendahnya nilai tersebut diduga karena warna tepung yang dihasilkan

cenderung berwarna kekuningan. Warna tepung yang kekuningan disebabkan oleh

metode pengeringan yang digunakan. Densitas kamba merupakan tingkat

kepadatan di dalam ruang (volume) pada berat tertentu. Suatu bahan dikatakan

kamba apabila memiliki nilai densitas kamba yang kecil (Rieuwpassa 2005).

Tepung surimi ikan gabus memiliki nilai densitas kamba 0,76 g/mL, lebih rendah

jika dibandingkan dengan nilai densitas kamba tepung surimi ikan lele pada

penelitian Ramadhan et al. (2014) yaitu sebesar 4,06 g/mL. Tepung surimi ikan

gabus memiliki nilai densitas kamba yang sedikit lebih tinggi dibandingkan

dengan KPI nila hasil penelitian Susanti (2015) yaitu 0,45 g/mL.

Foegeding dan Davis (2011) mengemukakan bahwa gel sebagai sebuah

bagian makroskopis dari elastisitas yang terbentuk karena adanya ikatan antar

molekul yang kontinyu. Sifat gelasi sangat berpengaruh pada tekstur pangan.

Pembentukan gel dan kekuatan gel merupakan dua faktor yang digunakan untuk

menentukan sifat gelasi pada tepung surimi. Tepung surimi ikan gabus memiliki

nilai kekuatan gel sebesar 531,3 gf. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan

dengan tepung surimi ikan lele hasil penelitian Ramadhan et al. (2014) yaitu

sebesar 624,97 gf. Hal ini diduga karena perbedaan metode proses pengeringan

yang digunakan. Deng et al. (2015) menyatakan bahwa proses pengeringan yang

terlalu panas menyebabkan perubahan kimia, terutama pada struktur protein.

Perubahan modifikasi struktur protein ini akan berpengaruh pada struktur miosin.

Proses pengeringan freeze drying dapat menyebabkan sedikit terjadi denaturasi

protein pada surimi.

Tepung surimi ikan gabus memiliki kadar air, kadar lemak dan kadar

protein berturut-turut 9,94%; 1,66% (bk) dan 65,07% (bk). Nilai kadar lemak

tersebut hampir sama dengan tepung surimi ikan lele hasil penelitian

Ramadhan et al. (2014) yaitu sebesar 1,76% (bk), sedangkan nilai kadar

proteinnya 41,4% (bk). Kadar protein tersebut berbeda karena kandungan protein

dari bahan baku ikan yang digunakan berbeda jumlahnya. Proses pengeringan

surimi juga dapat mempengaruhi kadar protein tepung surimi yang dihasilkan.

Karakteristik Bubur Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii)

Rumput laut kering yang diolah menjadi bubur rumput laut dan digunakan

sebagai bahan baku pembuatan mi kering diperoleh dari pengepul rumput laut

yang berada di wilayah Serang, Banten. Pembuatan bubur rumput laut mengacu

pada metode penelitian Hudaya (2008) yang dimodifikasi pada tahap perendaman.

Analisis yang dilakukan terhadap bubur rumput laut meliputi analisis kadar air,

kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat (by difference), dan

kadar serat pangan. Karakteristik komposisi kimia bubur rumput laut dapat dilihat

pada Tabel 4.

Page 39: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

22

Tabel 4 Karakteristik komposisi kimia bubur rumput laut

Komposisi Bubur rumput laut

(% bb)

Bubur rumput laut

(% bk)

K.alvarezii segar

(% bb)

Kadar air 96,51±0,03 - 83,3*

Kadar abu 0,82±0,01 23,57±0,42 3,4*

Kadar protein 1,00±0,00 28,63±0,25 0,7*

Kadar lemak 0,05±0,00 1,43±0,01 0,2*

Kadar karbohidrat (by difference)

1,63±0,04 46,56±0,79 12,4*

Serat pangan 5,18±0,74 - 11,6*

*Santoso et al. (2006)

Kadar air bubur rumput laut yang digunakan dalam penelitian ini memiliki

persentase (bb) 96,51%. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan K. alvarezii

segar hasil penelitian Santoso et al. (2006) sebesar 83,3%. Hal ini diduga karena

lamanya perendaman dalam air tawar selama 5 hari yang dilakukan dalam

pembuatan bubur rumput laut, maka air yang terkandung dalam sampel juga

semakin tinggi. Hasil analisis kadar abu pada bubur rumput laut memiliki

persentase 0,82% (bb) dan 23,57 (bk). Nilai tersebut lebih rendah jika

dibandingkan dengan kadar abu pada K. alvarezii segar hasil penelitian

Santoso et al. (2006) sebesar 3,4%. Perbedaan nilai tersebut diduga karena sifat

mineral yang larut dalam air menyebabkan banyaknya mineral yang hilang

selama proses perendaman air tawar dan pencucian berulang, sehingga kadar abu

yang terdapat pada bubur rumput laut rendah.

Kadar protein pada bubur rumput laut memiliki persentase 1,00% (bb) dan

28,63% (bk), sedangkan pada K. alvarezii segar hasil penelitian

Santoso et al. (2006) hanya sebesar 0,7%. Kumar dan Kaladharan (2007)

melaporkan bahwa kandungan protein pada rumput laut K. alvarezii adalah 5,21%

dengan kandungan asam amino yang tinggi berupa asam glutamat, asam aspartat

dan arginin. Kadar lemak dalam basis basah dan basis kering pada bubur rumput

laut memiliki persentase 0,05% dan 1,43%, sedangkan pada K. alvarezii segar

hasil penelitian Santoso et al. (2004) sebesar 0,2%. Kadar lemak rumput laut

sangat rendah, tetapi susunan asam lemaknya sangat penting bagi kesehatan

tubuh. McDermid dan Stuercke (2003) menyatakan bahwa kandungan lemak pada

rumput laut umumnya kurang dari 4%. Darcy-Vrillon (1993) juga menyatakan

bahwa meskipun kandungan lemaknya rendah, rumput laut mengandung asam

lemak omega-3 dan omega-6 yang tinggi dibandingkan dengan tanaman darat

lainnya. Kedua asam lemak tersebut bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan

kardiovaskular pada manusia.

Hasil analisis kadar karbohidrat pada bubur rumput laut memiliki persentase

1,61% (bb) dan 46,56% (bk), sedangkan pada K. alvarezii segar penelitian

Santoso et al. (2006) sebesar 12,4%. Selain kadar air, kadar karbohidrat juga

merupakan kandungan yang paling banyak terkandung pada rumput laut.

Kandungan gizi utama rumput laut adalah mineral. Kandungan karbohidrat

termasuk didalamnya serat pangan paling tinggi dibandingkan kandungan kimia

lainnya. Kadar serat pangan pada bubur rumput laut sebesar 5,18% (bb). Nilai

tersebut berbeda dengan kadar serat pangan pada K. alvarezii segar hasil

penelitian Santoso et al. (2006) sebesar 11,6%. Perbedaan ini disebabkan karena

perlakuan pada saat pengolahan berbeda. Selama pengolahan bubur rumput laut

terdapat proses perendaman dalam air tawar selama 5 hari, sehingga diduga

Page 40: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

23

banyak serat yang hilang selama proses perendaman dan pencucian berulang

tersebut. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya kadar serat pangan pada bubur

rumput laut yang dihasilkan. Umumnya polisakarida mudah larut dalam air.

Polisakarida menjadi lebih larut dalam air jika terdapat ketidakteraturan pada

rantai molekul poliakarida dalam mengikat intermolekul. Adanya grup hidroksil

pada polisakarida juga menyebabkan hidrogen mengikat satu atau lebih molekul

air (BeMiller dan Huber 2008).

Karakteristik Tepung Porang

Umbi porang (Amorphophallus onchophyllus) merupakan salah satu jenis

tanaman umbi-umbian yang dapat tumbuh baik di Indonesia dan umumnya

tumbuh secara liar, namun saat ini sudah mulai banyak dibudidaya. Keunikan dari

umbi porang dibandingkan dengan jenis umbi lainnya adalah kandungan

glukomanannya. Kandungan glukomanan pada umbi porang tergantung pada

spesies dan varietasnya (Mulyono 2010). Karakterisasi tepung porang bertujuan

untuk memberikan informasi mengenai komposisi kimia yang terdapat di dalam

bahan. Analisis yang dilakukan terhadap tepung porang meliputi analisis kadar

air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat (by difference),

kadar serat kasar dan kadar glukomanan. Karakteristik komposisi kimia tepung

porang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik komposisi kimia tepung porang

Komposisi Tepung porang Pembanding

Kadar air (%) 13,40±0,06 5,96* 8,35**

Kadar abu (% bk) 4,79±0,09 1,83* 5,18**

Kadar protein (% bk) 2,78±0,09 3,10* 5,41**

Kadar lemak (% bk) 1,89±0,12 4,21* 9,60** Kadar karbohidrat

(by difference) (% bk) 94,43±0,71 84,90* 79,81**

Serat kasar (% bk) 4,64±0,42 - 3,73**

Kadar glukomanan (% bk) 17,54±0,48 7,01* -

*Lasmini (2002), **Siswanti (2008)

Kadar air tepung porang yang digunakan pada penelitian ini masih cukup

tinggi, yaitu 13,40% (bb). Nilai kadar air ini jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan tepung porang hasil penelitian Lasmini (2002) yaitu 5,96% (bb). Hal ini

diduga karena metode pengeringan yang digunakan berbeda. Tepung porang hasil

penelitian Lasmini (2002) dikeringkan dengan cara pengovenan pada suhu 80 °C

selama 10 jam, sedangkan tepung porang yang digunakan dalam penelitian ini

dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari sampai kering.

Persentase kadar abu tepung porang pada penelitian ini adalah 4,79% (bk). Nilai

tersebut tidak berbeda jauh dengan kadar abu hasil penelitian Siswanti (2008)

5,18% (bk). Kadar abu sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dianalisis

(Lasmini 2002).

Kadar protein tepung porang pada penelitian ini relatif kecil, yaitu 2,78%

(bk), sedangkan hasil penelitian Lasmini (2002) dan Siswanti (2008) diperoleh

tepung porang dengan kadar protein masing-masing sebesar 3,10% (bk) dan

5,41% (bk). Perbedaan kadar protein tersebut dapat disebabkan oleh faktor bahan

Page 41: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

24

baku diantaranya umur, kondisi pertumbuhan dan tempat tumbuh umbi.

Persentase kadar lemak tepung porang pada penelitian ini adalah 1,89% (bk).

Nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Lasmini

(2002) dan Siswanti (2008) mencapai 4,21% (bk) dan 9,60% (bk). Kadar lemak

yang cukup tinggi dalam pati dan tepung dapat mengganggu proses gelatinisasi,

karena lemak mampu membentuk kompleks dengan amilosa sehingga

menghambat keluarnya amilosa dari granula pati. Lapisan lemak tersebut akan

menghambat pengikatan air oleh granula pati (Winarno 2008).

Salah satu komponen penyusun umbi porang yang mempunyai fungsi dan

peran penting adalah bagian karbohidrat yang terdiri dari pati, glukomanan, serat

kasar dan gula bebas (Mulyono 2010). Tepung porang yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki kadar karbohidrat 94,43% (bk). Kadar karbohidrat tersebut

memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan tepung porang penelitian Lasmini

(2002) yang memiliki nilai kadar karbohidrat sebesar 84,90% (bk). Hasil analisis

kadar serat kasar tepung porang memiliki nilai 4,64% (bk). Kadar serat kasar

tersebut memiliki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian

Siswanti (2008) yang memiliki nilai kadar serat kasar sebesar 3,73% (bk). Kadar

serat pati dipengaruhi oleh umur panen umbi segarnya. Jika kadar pati pada umbi

telah mencapai optimum, maka selanjutnya pati pada umbi akan terus turun secara

perlahan dan mulai terjadi perubahan pati menjadi serat

(Richana dan Suharti 2004).

Hasil analisis kadar glukomanan pada tepung porang memiliki nilai 17,54%

(bk). Nilai kadar glukomanan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan

penelitian Lasmini (2002) yang memiliki kadar glukomanan 7,01%. Perbedaan

nilai kadar glukomanan diduga karena perbedaan spesies dan umur panen umbi

tersebut. Kadar glukomanan umbi porang bergantung pada spesiesnya. Kadar

glukomanan umbi porang yang tumbuh di Indonesia berkisar antara 14-35%

(Winarno 2008). Struktur kimia glukomanan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Struktur kimia glukomanan

Glukomanan merupakan polisakarida non-ionik yang tersusun oleh satuan

D-mannosa dan D-glukosa dengan perbandingan 1:6:1. Glukomanan mempunyai

bentuk ikatan β-1-4-glikosida dan mempunyai gugus asetil pada posisi C-6.

Gugus asetil tersebut mempengaruhi kelarutan glukomanan dalam air

(Katsuraya et al. 2003). Pengaruh glukomanan yang dapat menyerap air tersebut

dapat membuat adonan pada produk mi yang dihasilkan menjadi lebih elastis dan

mudah untuk dicetak.

Page 42: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

25

Karakteristik Sensori Mi Kering

Karakteristik yang dinilai pada pengujian sensori meliputi kenampakan,

warna, aroma, rasa, kekerasan dan kekenyalan. Lembar penilaian sensori mi

kering dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil analisis karakteristik sensori dapat

dilihat pada Gambar 5. Jarak yang lebar antar perlakuan pada setiap parameter

menunjukkan pengaruh perlakuan yang diberikan berbeda nyata terhadap

parameter, sebaliknya jarak yang rapat menunjukkan faktor perlakuan tidak

memberikan perbedaan yang nyata terhadap parameter (Gambar 6).

Keterangan: Notasi huruf superscript (a, b, c) yang berbeda pada diagram menunjukkan beda

nyata (p<0,05).

Gambar 6 Karakteristik sensori mi kering dengan fortifikasi tepung surimi ikan

gabus. ( ) A0 (Kontrol), ( ) A1 (6% Tepung surimi ikan gabus), ( ) A2 (9%

Tepung surimi ikan gabus)

Kenampakan

Kenampakan merupakan parameter utama yang mempengaruhi daya terima

konsumen terhadap produk. Penilaian panelis terhadap kenampakan mi kering

yang telah difortifikasi tepung surimi ikan gabus berkisar 5,95 (netral) sampai

6,33 (agak suka). Skor organoleptik tertinggi terdapat pada formula dengan

tepung surimi ikan gabus 9% dan skor organoleptik terendah terdapat pada

formula dengan tepung surimi 6% (Gambar 5). Hasil uji Kruskal Wallis

menunjukkan bahwa kenampakan mi kering dipengaruhi secara nyata oleh

penambahan tepung surimi ikan gabus (p<0,05). Uji lanjut Dunn menunjukkan

bahwa kenampakan mi kering dengan penambahan tepung surimi ikan gabus 6%

berbeda nyata dengan perlakuan penambahan tepung surimi ikan gabus 9%,

sedangkan perlakuan penambahan tepung surimi ikan gabus 6% tidak berbeda

nyata dengan mi kering kontrol (Lampiran 2). Mi kering yang telah difortifikasi

tepung surimi gabus memiliki kenampakan yang menarik dengan warna putih dan

bentuk yang rapih dan seragam. Kenampakan mi cenderung seragam bentuk dan

ukurannya, karena pencetakan mi dilakukan dengan menggunakan ekstruder

pencetak mi, sedangkan warna putih pada mi kering disebabkan oleh derajat putih

5,95a

6,10a

6,00b

5,63a

5,63a

6,15b

5,23a

6,03a

5,03a

4,63a

6,10a

5,00a

6,33b

6,23a

5,00a

5,08a

6,28a

6,33c

Kenampakan

Warna

Aroma

Kekerasan

Rasa

Kekenyalan

Page 43: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

26

tepung dari ubi kayu dan tepung surimi ikan gabus yang digunakan sebagai bahan

baku pembuatan mi.

Peningkatan penambahan tepung surimi ikan gabus menyebabkan adonan

semakin mudah dicetak, maka kenampakan yang dihasilkan pun semakin baik.

Penambahan tepung surimi ikan gabus dapat mengurangi kelengketan pada

adonan sehingga mempermudah proses pencetakan mi. Hal ini disebabkan oleh

adanya interaksi antara protein dan air selama proses pencetakan mi. Komponen

protein pada tepung surimi dapat menghambat penyerapan air pada pati singkong.

Xin-Zhong et al. (2007) menyatakan bahwa penyerapan air semakin berkurang

seiring dengan meningkatnya kandungan protein yang terdapat pada adonan mi.

Kandungan protein tersebut akan mempengaruhi tekstur mi yang dihasilkan

dengan cara kompetisi antara pati dan protein dalam proses penyerapan air.

Warna

Warna merupakan parameter sensori yang dapat dilihat langsung oleh

panelis. Nilai penerimaan panelis terhadap warna mi kering yang telah

difortifikasi tepung surimi ikan gabus berkisar 6,03 sampai 6,23 (agak suka). Nilai

organoleptik tertinggi terdapat pada formula dengan tepung surimi ikan gabus 9%

yaitu 6,23 dan nilai organoleptik terendah terdapat pada formula dengan tepung

surimi ikan gabus 6% yang bernilai 6,03 (Gambar 5). Penilaian panelis

menunjukkan bahwa penambahan tepung surimi ikan gabus tidak memberikan

pengaruh secara nyata terhadap warna mi kering (p>0,05). Warna mi kering

dengan penambahan tepung surimi ikan gabus 6% tidak berbeda nyata dengan

semua perlakuan. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, warna mi kering tidak

dipengaruhi secara nyata oleh penambahan tepung surimi ikan gabus (p>0,05)

(Lampiran 2).

Mi kering yang telah difortifikasi tepung surimi ikan gabus memiliki warna

putih. Semakin tinggi konsentrasi tepung surimi yang ditambahkan pada mi maka

warna yang dihasilkan tidak berbeda dengan mi formula kontrol. Hal ini

disebabkan oleh warna tepung dari ubi kayu yang digunakan sebagai bahan baku.

Tepung mocaf memiliki persentase kadar abu yang lebih rendah dibandingkan

dengan tepung terigu. Kandungan abu pada tepung mocaf mencapai 0,4%,

sedangkan pada tepung terigu sebesar 1,3%. Kadar abu dapat mempengaruhi

warna produk, oleh karena itu tepung mocaf memiliki warna yang lebih putih

daripada tepung terigu (Salim 2011). Wang et al. (2004) menyatakan bahwa

kecerahan warna dari mi sangat dipengaruhi oleh penyerapan air dan bahan baku

tepung dengan kandungan protein yang tinggi memiliki absorbsi optimum yang

rendah. Tepung terigu yang biasa digunakan untuk membuat mi putih bergaram

adalah tepung yang mengandung protein sebesar 8-10% dan dengan kadar abu

0,36-0,40%. Warna spesifikasi mi putih bergaram adalah putih creamy tanpa

adanya diskolorasi selama penyimpanan. Tepung terigu memiliki kandungan

protein yang lebih tinggi daripada tepung mocaf dan tapioka, oleh karena itu

warna dari mi kering yang dihasilkan lebih putih daripada mi kering yang

biasanya berada di pasaran.

Aroma

Nilai penerimaan panelis terhadap aroma mi kering tepung surimi ikan

gabus berkisar 5,00 (netral) sampai 6,00 (agak suka) sebagaimana disajikan pada

Gambar 5. Nilai organoleptik tertinggi terdapat pada formula kontrol yaitu 6,00

Page 44: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

27

dan nilai organoleptik terendah terdapat pada formula dengan tepung surimi 9%

yang bernilai 5,00. Penilaian panelis menunjukkan bahwa penambahan tepung

surimi ikan gabus memberikan pengaruh secara nyata terhadap aroma mi kering

yang dihasilkan (p<0,05).

Aroma mi kering dengan penambahan tepung surimi ikan gabus 6% dan

9% berbeda nyata dengan formula kontrol, sedangkan perlakuan tepung surimi

ikan gabus 6% tidak berbeda nyata dengan perlakuan tepung surimi 9%. Hasil

analisis Kruskal Wallis dan uji lanjut Dunn aroma mi kering dapat dilihat pada

Lampiran 2. Mi kering yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki aroma yang

agak amis, sehingga kurang disukai oleh panelis. Aroma amis tersebut berasal dari

tepung surimi ikan gabus, karena pada pembuatan tepung surimi dilakukan

pencucian hanya satu kali sehingga masih terdapat bau amis ikan. Menurut

Santoso et al. (2008) dengan adanya aroma ikan, substitusi konsentrat protein ikan

pada produk yang tidak berbasis ikan akan menimbulkan kesan adanya rasa dan

aroma asing pada konsumen. Aroma lain yang muncul pada mi kering adalah

aroma dari tepung porang yang digunakan sebagai bahan baku.

Lafarge et al. (2014) mengemukakan bahwa pencampuran glukomanan (0,2%)

dan pati singkong (5%) dalam suatu adonan akan membuat komponen pati dalam

glukomanan menyerap air lebih banyak daripada pati singkong, karena

glukomanan mempunyai kapasitas menyerap air hingga lebih dari 100%. Hal ini

menyebabkan menurunnya komponen aroma amilosa yang terdapat pada pati

singkong, oleh karena itu aroma tepung mocaf dan tapioka lebih sedikit muncul

daripada tepung porang pada mi kering yang dihasilkan.

Kekerasan

Kekerasan mi adalah gaya yang diperlukan untuk menggigit mi sampai

putus. Semakin tinggi kekerasan mi berarti semakin besar gaya yang diperlukan

(Subarna et al. 2012). Skor organoleptik kekerasan mi kering berkisar 4,63 (agak

tidak suka) sampai 5,63 (netral). Skor organoleptik tertinggi terdapat pada formula

kontrol dan skor organoleptik terendah terdapat pada formula dengan tepung

surimi ikan gabus 6% (Gambar 5). Hasil analisis Kruskal Wallis menunjukkan

bahwa kekerasan mi kering tidak dipengaruhi secara nyata oleh penambahan

tepung surimi ikan gabus (p>0,05) (Lampiran 2).

Kekerasan mi kering fortifikasi tepung surimi diduga dipengaruhi oleh

proses gelatinisasi. Subarna et al. (2012) menyatakan bahwa peningkatan suhu

ekstruder dapat meningkatkan kekerasan mi, karena semakin tinggi suhu

ekstruder, tingkat gelatinisasi adonan semakin meningkat. Semakin tinggi tingkat

gelatinisasi maka kekerasan mi akan meningkat. Penggunaan metode pengeringan

mi dengan cabinet dryer pada suhu 40 oC selama 1 jam juga diduga

mempengaruhi kekerasan pada produk mi kering yang dihasilkan. Menurut

Fu (2008) kualitas mi kering yang dihasilkan sangat berpengaruh terhadap proses

pengeringan yang digunakan. Metode pengeringan yang kurang tepat dapat

membuat struktur mi rusak, menyebabkan elongasi yang berlebihan dan mudah

patahnya untaian mi. Pada pembuatan mi kering fortifikasi tepung surimi

menggunakan metode pengeringan yang sama sehingga kekerasan mi yang

dihasilkan tidak berbeda nyata (Gambar 5).

Page 45: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

28

Rasa

Rasa merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan diterima atau

tidaknya suatu bahan pangan atau makanan. Rasa suatu bahan pangan dipengaruhi

oleh beberapa faktor senyawa kimia, temperatur, konsistensi dan interaksi dengan

komponen rasa yang lain serta jenis dan lama pemasakan (Winarno 2008). Nilai

organoleptik rasa mi berkisar 5,63 (netral) sampai 6,28 (agak suka). Nilai

organoleptik tertinggi terdapat pada formula dengan tepung surimi 9% dan nilai

organoleptik terendah terdapat pada formula kontrol dengan nilai 5,63

(Gambar 5).

Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis, rasa mi tidak dipengaruhi secara nyata

oleh penambahan tepung surimi ikan gabus (p>0,05) (Lampiran 2). Mi yang

dihasilkan pada penelitian ini memiliki cita rasa yang khas, karena adanya garam

dan tepung surimi. Fu (2008) menyatakan bahwa penambahan garam dalam

pembuatan mi putih bergaram berperan dalam membentuk cita rasa mi, karena

garam berinteraksi langsung dengan protein dari tepung yang terdapat dalam

adonan. Jumlah garam yang ditambahkan biasanya 1-3% dari bobot tepung yang

digunakan. Tepung surimi tidak memiliki rasa, sehingga tidak mempengaruhi rasa

secara keseluruhan dari mi. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan tepung

surimi memberikan pengaruh yang netral terhadap produk mi.

Kekenyalan

Atribut tekstur lain yang diukur adalah kekenyalan. Kekenyalan merupakan

salah satu parameter penting yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap

mi. Kekenyalan mi kering dapat dilihat setelah mi dimasak. Skor organoleptik

kekenyalan mi berkisar 5,00 (netral) sampai 6,33 (agak suka). Skor organoleptik

tertinggi terdapat pada formula penambahan tepung surimi ikan gabus 9% yaitu

6,33 dan skor organoleptik terendah terdapat pada formula penambahan tepung

surimi 6% yaitu 5,00 (Gambar 5). Penilaian panelis menunjukkan bahwa

penambahan tepung surimi ikan gabus memberikan pengaruh secara nyata

terhadap kekenyalan mi (p<0,05). Kekenyalan mi dengan penambahan tepung

surimi ikan gabus 6% berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hasil analisis

Kruskal Wallis dan uji lanjut Dunn kekenyalan mi dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pada penelitian ini, tepung mocaf dan tapioka sebagai bahan utama

pembuatan mi kering tidak mengandung protein gliadin dan glutenin sebagai

pembentuk gluten yang dapat membentuk sifat elastis pada adonan. Proses

gelatinisasi pati selama pengadonan diduga dapat mempengaruhi kekenyalan mi

yang dihasilkan. Menurut Muhandri dan Subarna (2009) proses gelatinisasi pati

mi non terigu menyebabkan adonan dapat membentuk massa yang elastis,

sehingga semakin tinggi derajat gelatinisasi semakin tinggi kekenyalan mi

tersebut. Penambahan tepung porang juga dapat meningkatkan kekenyalan pada

mi. Liu et al. (2013) melaporkan bahwa interaksi antara glukomanan dan protein

miofibril dapat membentuk struktur viskoelastis tiga dimensi pada suhu dan waktu

pemanasan yang optimum. Penambahan tepung surimi ikan gabus pada mi dapat

mempengaruhi kekenyalan mi yang dihasilkan. Hal ini ditunjukkan oleh penilaian

panelis dimana semakin tinggi konsentrasi tepung surimi yang ditambahkan, maka

panelis semakin menyukai parameter kekenyalan tersebut.

Page 46: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

29

Penentuan Formula Mi Kering Surimi Ikan Gabus Terpilih

Formula mi kering surimi ikan gabus tepilih ditentukan menggunakan uji

indeks kinerja (metode Bayes) yang didasarkan pada hasil uji sensori. Metode

Bayes merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melakukan

analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah alternatif dengan

tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Pengambilan keputusan yang

optimal akan tercapai bila mempertimbangkan berbagai kriteria (Marimin 2004).

Sebelum dilakukan uji indeks kinerja, dilakukan perankingan terhadap keenam

parameter sensori yang diamati berdasarkan nilai kepentingan menurut pendapat

ahli dan hasil survei. Kemudian dilakukan pembobotan dan perankingan sehingga

diperoleh formula terpilih. Hasil analisis dengan metode Bayes dapat dilihat pada

Tabel 6.

Tabel 6 Hasil analisis dengan metode Bayes

Parameter Formula

Nilai Bobot A0 A1 A2

Kenampakan 2 1 3 0,0158

Warna 2 1 3 0,0037

Aroma 3 2 1 0,1134

Kekerasan 3 1 2 0,0149

Rasa 1 2 3 0,6740

Kekenyalan 2 1 3 0,1781

Total nilai 1,45 1,79 2,76

Ranking 3 2 1

Keterangan:

A0 = Kontrol, A1 = 6% Tepung surimi ikan gabus, A2 = 9% Tepung surimi ikan gabus

Berdasarkan hasil analisis dengan metode Bayes (Lampiran 3), diperoleh

satu formula mi kering terpilih yaitu formula A2 (9% tepung surimi ikan gabus).

Mi kering dengan penambahan tepung surimi ikan gabus 9% memiliki total nilai

tertinggi sehingga mi dengan penambahan tepung surimi ikan gabus 9%

dinyatakan sebagai formula terbaik dan dianalisis lebih lanjut yang meliputi

analisis fisiko kimia produk dan perhitungan persentase sumbangan gizi terhadap

angka kecukupan gizi.

Karakteristik Fisiko-kimia Mi Kering Surimi Ikan Gabus Terpilih, Kontrol

dan Mi Kering Komersial

Karakterisasi fisiko-kimia produk bertujuan untuk memberikan informasi

mengenai pengaruh penambahan tepung surimi ikan gabus terhadap kandungan

gizi mi kering yang dihasilkan. Analisis mi kering yang dilakukan meliputi

analisis fisik dan analisis kimia. Data hasil analisis karakteristik fisiko-kimia mi

kering sebelumnya diuji kenormalan dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov (Lampiran 4) untuk mengetahui galat data yang digunakan menyebar

normal, sehingga dapat digunakan dalam statistika parametrik.

Karakteristik fisik mi kering

Analisis karakteristik fisik mi kering yang dilakukan meliputi cooking time,

cooking loss, warna, dan analisis profil tekstur (kekerasan, kelengketan, dan

Page 47: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

30

kekenyalan). Produk mi kering komersial yan di unakan adala “Dried white

salted noodles – Maruei Nippon No Komugi Udon” yan diimpor ole P . Aneka

Jaya Indonesia. Hasil analisis karakteristik fisik mi kering formula terpilih,

formula kontrol dan komersial dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Karakteristik fisik mi kering formula terpilih, formula kontrol dan

komersial

Parameter Perlakuan konsentrasi tepung surimi ikan gabus Dried white salted

noodles komersial 9% 0% (Kontrol)

Cooking time (menit) 8,10±0,03a 12,43±0,03b 8,05±0,04a

Cooking loss (%) 32,04±9,30b 23,03±7,23b 7,27±1,54a

Warna (L*) 94,48±0,90a 96,48±0,13b 100,71±0,13c

Kekerasan (gf) 1493,20±137,72a 1627,80±55,48a 1797,43±98,66b

Kelengketan (gf) -307,70±20,59c -244,37±44,31b -48,09±5,94a

Kekenyalan (gf) 71,79±0,69a 76,95±0,99b 93,73±2,44c

Keterangan: Notasi huruf superscript (a,b,c) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

beda nyata (p<0,05).

Cooking time adalah waktu optimum yang diperlukan untuk mengetahui

kualitas pemasakan sampai tidak adanya bagian berwarna putih di bagian tengah

ketika ditekan di atas permukaan kaca slide (Khoiri 2013). Cooking time mi

kering surimi gabus 9%, kontrol dan komersial masing-masing adalah 8,10 menit,

12,43 menit dan 8,05 menit. Berdasarkan hasil analisis ragam, cooking time mi

dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil uji lanjut

Duncan menunjukkan bahwa cooking time mi kering surimi gabus 9% tidak

berbeda nyata dengan mi kering komersial, sedangkan mi cooking time mi kering

kontrol berbeda dengan semua perlakuan (Lampiran 4). Cooking time mi kering

komersial yang berbahan baku terigu lebih cepat dibandingkan mi kering yang

berbahan baku tepung dari singkong karena mocaf dan tapioka mengandung kadar

amilosa yang lebih tinggi dibandingkan tepung terigu. Heo et al. (2012)

menyatakan bahwa kadar amilosa pada tepung sangat mempengaruhi gelatinisasi

pati pada saat pemasakan mi. Semakin tinggi kadar amilosa, maka semakin lama

waktu optimum pemasakan mi.

Waktu pemasakan cenderung lebih cepat seiring dengan meningkatnya

konsentrasi tepung surimi ikan gabus yang ditambahkan pada adonan mi. Mi

kontrol memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dibandingkan dengan mi

fortifikasi tepung surimi ikan gabus, sehingga cooking time mi kontrol lebih lama.

Barokah dan Abtokhi (2013) juga mengemukakan bahwa molekul amilosa dan

amilopektin pada pati secara fisik hanya dipertahankan oleh adanya ikatan

hidrogen yang lemah. Adanya penambahan protein berupa tepung surimi ikan

gabus pada adonan membuat ikatan antar molekul pati akan terganggu sehingga

penetrasi air yang masuk menjadi lebih mudah. Hal ini akan menyebabkan

cooking time semakin singkat, karena semakin cepat penetrasi air yang masuk.

Menurut Faridah dan Widjanarko (2014) cooking loss atau yang biasa

disebut kehilangan padatan akibat pemasakan (KPAP) adalah banyaknya padatan

yang terkandung dalam mi yang keluar serta terlarut ke dalam air selama

pemasakan. Mi yang baik diharapkan mempunyai nilai KPAP yang rendah.

Cooking loss mi kering surimi gabus 9%, kontrol dan komersial masing-masing

adalah 32,04%, 23,03% dan 7,27%. Berdasarkan hasil analisis ragam, cooking

loss mi dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil

Page 48: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

31

uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa cooking loss mi kering surimi gabus 9%

tidak berbeda nyata dengan mi kering kontrol, sedangkan cooking loss mi kering

komersial berbeda nyata dengan semua perlakuan (Lampiran 4). Mi kering

komersial memiliki nilai cooking loss yang lebih rendah dibandingkan mi kering

formula terpilih karena tepung terigu yang digunakan sebagai bahan baku pada mi

kering komersial memiliki protein gliadin dan glutenin yang dapat membentuk

gluten. Adanya gluten pada tepung terigu akan menghambat keluarnya isi granula

pati sehingga cooking loss mi menjadi rendah. Park dan Baik (2009)

mengemukakan bahwa dengan adanya gluten dapat meningkatkan pembentukan

jaringan protein selama proses pengadonan dan pencetakan mi, sehingga dapat

menurunkan cooking loss pada saat mi direbus.

Cooking loss disebabkan oleh pecahnya granula pati yang membengkak dan

kemudian molekul pati linier rantai pendek akan keluar dari granula dan masuk ke

dalam rebusan yang menyebabkan air menjadi keruh (BeMiller dan Huber 2008).

Mi kering yang terbuat dari tepung mocaf dan tapioka dengan penambahan tepung

surimi ikan gabus memiliki nilai cooking loss yang semakin tinggi seiring dengan

meningkatnya konsentrasi tepung surimi ikan gabus yang ditambahkan pada

adonan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan tepung surimi

ikan gabus pada adonan mi kering menyebabkan daya ikat komponen semakin

lemah, sehingga komponen yang larut saat perebusan semakin banyak.

Warna akan menjadi pertimbangan bagi konsumen sebelum mengkonsumsi

suatu produk makanan. Warna kecerahan pada mi kering surimi ikan gabus 9%,

kontrol, dan komersial masing-masing adalah 94,48, 96,48, dan 100,71.

Berdasarkan hasil analisis ragam, warna mi dipengaruhi secara nyata oleh

perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa

warna mi kering surimi gabus 9% berbeda nyata dengan semua perlakuan

(Lampiran 4).

Mi kering komersial memiliki warna yang lebih cerah keputihan

dibandingkan mi kering formula terpilih. Hal ini disebabkan oleh bahan baku

yang digunakan dalam pembuatan mi. Bahan baku yang digunakan adalah tepung

terigu dengan spesifikasi kadar abu 0,35-0,40%. Kadar abu pada tepung menjadi

salah satu spesifikasi yang penting dalam pembuatan mi komersial karena dapat

mempengaruhi warna mi secara umum (Hou 2001). Adanya penambahan tepung

surimi ikan gabus yang cenderung berwarna kuning dan tepung porang yang

berwarna coklat, sehingga mempengaruhi nilai kecerahan dari mi kering formula

terpilih yang dihasilkan. Wang et al. (2004) menyatakan bahwa warna pada mi

sangat dipengaruhi oleh bahan baku tepung yang digunakan, diantaranya warna

intrinsik tepung, kadar abu, tingkat ekstraksi, ukuran partikel, kadar protein dan

aktivitas enzim.

Penambahan tepung surimi yang cenderung berwarna kuning akan

bercampur dengan tepung lainnya dan mempengaruhi warna adonan mi kering

yang dihasilkan, sehingga nilai kecerahan warna mi fortifikasi tepung surimi ikan

gabus memiliki nilai lebih rendah dibandingkan mi kering kontrol. Semakin

banyak konsentrasi protein yang ditambahkan ke dalam adonan, maka akan

berkurang nilai kecerahan pada produk mi kering yang dihasilkan. Kecerahan

pada mi kering dipengaruhi oleh proses pengeringan yang dilakukan. Adanya

proses pemanasan akan menyebabkan reaksi Maillard yang terjadi karena

interaksi pati dengan protein atau gugus asam amino sehingga dapat menurunkan

Page 49: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

32

kecerahan pada mi kering. Reaksi Maillard dapat menyebabkan perubahan sensori

pada mi karena terbentuknya senyawa melanoidin yang memberikan warna coklat

(Damodaran 2008).

Kekerasan adalah sifat produk pangan yang menunjukkan daya tahan untuk

pecah akibat gaya tekan yang diberikan. Sifat derajat mudah patah dari suatu

benda dapat dinyatakan sebagai nilai kekerasan (hardness)

(Andarwulan et al. 2011). Kekerasan mi kering surimi gabus 9%, kontrol dan

komersial masing-masing adalah 1493,20 gf, 1627,80 gf dan 1797,43 gf.

Berdasarkan hasil analisis ragam, kekerasan mi dipengaruhi secara nyata oleh

perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa

kekerasan mi kering surimi gabus 9% berbeda nyata dengan mi kering komersial,

sedangkan kekerasan mi kering surimi gabus 9% tidak berbeda nyata dengan mi

kering kontrol (Lampiran 4).

Nilai kekerasan mi kering kontrol lebih tinggi dibandingkan mi kering

dengan penambahan tepung surimi 9%. Perbedaan nilai tersebut diduga karena

kandungan glukomanan pada tepung porang yang dapat menyerap air lebih

banyak, sehingga mi porang yang dihasilkan lebih bervolume. Adanya

penambahan tepung surimi diduga dapat mempengaruhi nilai kekerasan pada mi

kering yang dihasilkan. Zhou et al. (2013) menyatakan bahwa sifat fisikokimia

pada glukomanan dapat menghidrasi lebih cepat dan menyerap air lebih banyak

sehingga viskositasnya meningkat. Glukomanan berbeda dengan hidrokoloid

lainnya yang dapat berinteraksi secara elektrostatis dengan grup fungsional pada

protein atau pati, melainkan sebagai polisakarida netral yang dapat menggantikan

jaringan gluten dalam memberikan kekompakan pada tekstur mi. Glukomanan

dapat menghambat hidrasi antara pati dan protein, sehingga terjadi persaingan

dalam penyerapan air oleh glukomanan, pati dan protein pada saat pengadonan.

Hal tersebut yang menyebabkan nilai kekerasan pada mi kering dengan

penambahan tepung surimi memiliki nilai yang lebih rendah daripada kontrol.

Nilai kekerasan pada mi komersial lebih tinggi dibandingkan mi kering

formula terpilih karena adanya gluten yang terdapat dalam tepung terigu pada mi

kering komersial. Park dan Baik (2009) mengemukakan bahwa kekerasan mi

dipengaruhi oleh kuantitas protein pada tepung yang digunakan, termasuk tipe

protein intrinsik yang terdapat dalam tepung. Kekerasan mi dapat dipengaruhi

oleh retrogradasi pati. Retrogradasi pati adalah proses terbentuknya ikatan-ikatan

hidrogen antara gugus hidroksil pada molekul-molekul amilosa dan amilopektin

sehingga membentuk tekstur yang keras (Kusnandar 2010).

Kelengketan merupakan daya rekat yang ditunjukkan dengan besarnya gaya

yang dibutuhkan untuk menarik bagian pangan dan memisahkannya dari lempeng

kompresi (Subarna et al. 2012). Nilai kelengketan mi kering surimi gabus 9%,

kontrol dan komersial masing-masing adalah -307,70 gf, -244,37 gf, dan

-48,09 gf. Berdasarkan hasil analisis ragam, kelengketan mi dipengaruhi secara

nyata oleh perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan

menunjukkan bahwa kelengketan mi kering surimi gabus 9% berbeda nyata

dengan mi kering kontrol dan komersial (Lampiran 4). Nilai kelengketan mi

kering fortifikasi tepung surimi ikan gabus 9% lebih tinggi dibandingkan dengan

nilai kelengketan mi kering kontrol. Penambahan konsentrasi tepung surimi ikan

gabus berbanding lurus dengan kelengketan mi yang dihasilkan. Hal tersebut

terjadi karena penambahan tepung surimi ikan gabus pada mi kering yang

Page 50: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

33

dihasilkan menyebabkan ikatan hidrogen antar amilosa terganggu sehingga mi

menjadi lengket. Nilai kelengketan yang tinggi menunjukkan bahwa ikatan

hidrogen antar amilosa tidak terbentuk secara sempurna. Subarna et al. (2012)

mengemukakan bahwa apabila ikatan hidrogen antar amilosa terbentuk secara

sempurna maka amilosa yang terdapat pada permukaan mi tidak akan mudah

lepas ketika mi dimasak, sehingga kelengketan mi akan berkurang.

Nilai kelengketan pada mi kering formula terpilih lebih tinggi dibandingkan

mi kering komersial karena penggunaan bahan baku berupa tepung porang pada

pembuatan mi kering formula terpilih. Glukomanan pada tepung porang dapat

menyerap air hingga 200%. Larutan glukomanan dalam air mempunyai sifat

merekat (Winarno 2008). Kelengketan mi juga berbanding lurus dengan cooking

loss, yaitu semakin besar nilai KPAP, maka mi tersebut akan semakin lengket.

Marti et al. (2010) menyatakan bahwa kelengketan mi disebabkan oleh adanya

fraksi amilosa terlarut yang terlepas dari granula pati dan membentuk ikatan

hidrogen antar amilosa. Ketika proses perebusan mi, amilosa akan terlarut ke

dalam air rebusan, sehingga kadar amilosanya akan berkurang. Hal tersebut

menyebabkan mi menjadi lengket.

Kekenyalan adalah kemampuan mi untuk kembali ke bentuk semula setelah

mendapat gaya tekan (Subarna et al. 2012). Mi kering surimi gabus 9%, kontrol

dan komersial memiliki nilai kekenyalan masing-masing sebesar 71,79 gf, 76,95

gf dan 93,73 gf. Berdasarkan hasil analisis ragam, kekenyalan mi dipengaruhi

secara nyata oleh perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan

menunjukkan bahwa kekenyalan mi kering surimi gabus 9% berbeda nyata

dengan mi kering kontrol dan komersial (Lampiran 4). Nilai kekenyalan pada mi

kering komersial lebih tinggi dibandingkan mi kering formula terpilih karena

adanya protein gluten dalam tepung terigu yang digunakan sebagai bahan baku mi

udon kering komersial. Xin-Zhong et al. (2007) menyatakan bahwa selama

pemasakan mi terigu, protein gluten menyerap air dan menguatkan jaringan

gluten, sehingga membuat mi lebih elastis dan kenyal. Jaringan gluten tersebut

akan menghalangi air yang masuk ke dalam mi dan mencegah keluarnya pati dari

dalam mi.

Kekenyalan pada mi kering berasal dari bahan baku yang digunakan, yaitu

tepung mocaf, tapioka dan tepung porang. Tepung mocaf, tapioka dan maizena

yang dipanaskan akan mengalami gelatinisasi yang akan berkontribusi

membentuk kekenyalan dari mi akibat adanya interaksi antara amilosa dengan

hidrokoloid yang meningkatkan viskositas dari pati karena air diikat oleh

hidrokoloid tersebut. Adanya kandungan glukomanan pada tepung porang yang

digunakan dalam pembuatan mi juga mempengaruhi kekenyalan mi kering yang

dihasilkan. Zhou et al. (2013) melaporkan bahwa penambahan glukomanan dapat

meningkatkan kekuatan gel pada adonan, karena adanya perubahan tekanan

osmosis yang muncul dari molekul glukomanan yang sangat hidrofilik.

Penambahan tepung surimi ikan gabus pada mi kering formula terpilih

menyebabkan mi tersebut memiliki nilai kekenyalan yang lebih rendah

dibandingkan mi kering kontrol. Adanya protein miofibril pada tepung surimi

menyebabkan adonan akan semakin elastis, karena protein miofibril berperan

dalam pembentukan gel pada surimi. Akan tetapi, menurut Sun dan Holley (2011)

pembentukan gel optimum oleh protein miofibril dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah suhu pemanasan. Suhu pemanasan optimum untuk

Page 51: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

34

pembentukan gel pada miosin adalah 60 °C sampai 70 °C pada pH 6. Suhu

pemanasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 °C, sehingga gel yang

terbentuk dari protein tersebut belum optimal. Hal ini diduga dapat mempengaruhi

nilai kekenyalan pada mi kering surimi formula terpilih, sehingga mi tersebut

memiliki nilai yang lebih rendah daripada mi kering kontrol.

Karakteristik kimia mi kering terpilih, kontrol dan komersial

Analisis karakteristik kimia pada penelitian ini adalah analisis proksimat

yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak dan karbohidrat (by difference),

analisis serat pangan, dan aktivitas air (aw). Analisis proksimat bertujuan untuk

mengetahui komposisi yang terkandung dalam suatu bahan. Analisis pengujian

dilakukan terhadap mi kering formula terpilih (penambahan tepung surimi 9%),

formula kontrol dan komersial. Hasil analisis karakteristik kimia mi kering

formula terpilih dan formula kontrol dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Karakteristik kimia mi udon kering formula terpilih, formula kontrol dan

komersial

Parameter

Perlakuan konsentrasi tepung surimi ikan gabus Dried white

salted noodles

komersial 9% 0% (Kontrol)

Kadar air (%) 8,01±0,02a 8,52±0,02b 10,84±0,15c

Kadar abu (% bk) 4,21±0,03c 3,61±0,02a 3,78±0,01b

Kadar protein (% bk) 5,76±0,13b 1,22±0,13a 7,03±0,14c

Kadar lemak (% bk) 0,96±0,03c 0,86±0,06b 0,70±0,04a

Kadar karbohidrat

(by difference) (% bk) 89,06±0,08b 94,31±0,12c 81,54±0,27a

Serat pangan (%) 8,38±0,10a 9,48±0,19a 10,8±0,95a

Aktivitas air (aw) 0,52±0,00a 0,54±0,00c 0,53±0,00b

Keterangan: Notasi huruf superscript (a, b, c) yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (p<0,05).

Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Setiap bahan

makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda (Winarno 2008).

Kadar air mi kering surimi gabus 9%, kontrol dan komersial masing-masing

adalah 8,01%, 8,52% dan 10,84%. Berdasarkan hasil analisis ragam, kadar air mi

dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil uji lanjut

Duncan menunjukkan bahwa kadar air mi kering surimi gabus 9% berbeda nyata

dengan mi kering kontrol dan komersial (Lampiran 5).

Fortifikasi tepung surimi ikan gabus cenderung menurunkan kadar air mi

kering yang dihasilkan, sehingga dapat meningkatkan daya tahan produk.

Penurunan kadar air pada mi kering fortifikasi surimi gabus juga disebabkan oleh

adanya interaksi antara pati dan protein. Damodaran (2008) menyatakan bahwa

adanya interaksi antara pati dan protein menyebabkan air tidak dapat diikat lagi

secara sempurna karena protein yang seharusnya mengikat air digunakan untuk

mengikat pati. Nilai kadar air pada mi kering komersial lebih tinggi dibandingkan

mi kering formula terpilih karena metode pengeringan yang digunakan berbeda.

Mi kering pada penelitian ini menggunakan metode pengeringan oven selama 1

jam dengan suhu 40 ºC, sedangkan menurut Fu (2008) mi kering komersial

dikeringkan dengan cara pengeringan udara di dalam ruangan khusus yang suhu

dan kelembabannya sudah diatur. Proses pengeringan terbagi ke dalam tiga tahap,

Page 52: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

35

yaitu pengeringan awal (15-25 ºC), pre-drying (30-40 ºC), dan pengeringan

terakhir (40-5 ˚ ).

Mineral (abu) merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi

tubuh secara keseluruhan (Almatsier 2006). Kadar abu mi kering surimi gabus

9%, kontrol dan komersial adalah 4,21%, 3,61%, 3,78%. Berdasarkan hasil

analisis ragam, kadar abu mi dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan jenis mi

kering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar abu mi kering

surimi gabus 9% berbeda nyata dengan mi kering kontrol dan komersial

(Lampiran 5). Hal ini diduga karena perbedaan bahan baku yang digunakan.

Kadar abu pada mi kering memiliki kecenderungan meningkat seiring dengan

penambahan konsentrasi tepung surimi ikan gabus yang ditambahkan. Hal ini

disebabkan oleh abu yang terkandung dalam tepung surimi tersebut. Kadar abu

yang terkandung pada tepung surimi ikan gabus yang dihasilkan adalah 1,74%

(bk).

Protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena

berfungsi sebagai bahan bakar, zat pembangun dan zat pengatur tubuh

(Winarno 2008). Kadar protein mi kering surimi gabus 9%, kontrol dan komersial

masing-masing adalah 5,76%, 1,22%, dan 7,03%. Berdasarkan hasil analisis

ragam, kadar protein mi dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan jenis mi kering

(p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar abu mi kering surimi

gabus 9% berbeda nyata dengan mi kering kontrol dan komersial (Lampiran 5).

Kadar protein mi kering dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan dalam

pembuatan mi. Tingginya kadar protein pada mi kering formula terpilih berasal

dari bahan baku yang digunakan. Adanya penambahan tepung surimi ikan gabus

juga mempengaruhi kadar protein pada mi kering yang dihasilkan. Tepung surimi

ikan gabus yang digunakan memiliki kadar protein sebesar 65,07%. Mi kering

komersial memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan mi kering

formula terpilih karena dalam pembuatan mi kering komersial menggunakan

tepung terigu.

Lemak adalah senyawa ester non-polar yang tidak larut dalam air

(Kusnandar 2010). Kadar lemak mi kering surimi gabus 9%, kontrol dan

komersial masing-masing adalah 0,96%, 0,86% dan 0,70%. Berdasarkan hasil

analisis ragam, kadar lemak mi dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan jenis

mikering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar lemak mi

kering surimi gabus 9% berbeda nyata dengan mi kering kontrol dan komersial

(Lampiran 5). Kandungan lemak pada mi kering dipengaruhi oleh formulasi

bahan baku dalam pembuatan mi. Tepung surimi ikan gabus memiliki kadar

lemak sebesar 1,66%. Penambahan tepung surimi ikan gabus pada mi kering yang

difortifikasi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan mi kering

kontrol. Mi kering dengan penambahan tepung surimi ikan gabus memiliki kadar

lemak yang lebih tinggi dibandingkan mi kering kontrol.

Kadar karbohidrat ditentukan secara by difference, yaitu hasil pengurangan

dari 100% dengan kadar air, abu, protein dan lemak, sehingga diketahui perkiraan

jumlah karbohidrat secara keseluruhan. Kadar karbohidrat mi kering surimi gabus

9%, kontrol dan komersial masing-masing adalah 89,06%, 94,31% dan 81,54%.

Berdasarkan hasil analisis ragam, kadar karbohidrat mi dipengaruhi secara nyata

oleh perbedaan jenis mi kering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan

Page 53: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

36

bahwa kadar karbohidrat mi udon kering surimi gabus 9% berbeda nyata dengan

mi kering kontrol dan komersial (Lampiran 5). Kadar karbohidrat pada tepung

mocaf relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tepung terigu, sehingga mi kering

formula terpilih dan kontrol memiliki kadar karbohidrat lebih tinggi dibandingkan

mi kering komersial yang berbahan baku terigu. Kadar karbohidrat tepung mocaf

yang digunakan dalam pembuatan mi adalah sebesar 87,02%. Tingginya

kandungan karbohidrat pada mi kering kontrol disebabkan oleh penggunaan

bahan baku yang 100% menggunakan pati singkong. Penambahan tepung surimi

ikan gabus pada mi kering akan menurunkan kadar karbohidrat produk yang

dihasilkan dan meningkatkan kadar lemak dan protein secara proporsional.

Serat pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis

oleh enzim-enzim pencernaan (Muchtadi 2001). Kadar serat pangan mi kering

surimi gabus 9%, kontrol dan komersial masing-masing adalah 8,38%, 9,48% dan

10,8%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara

kadar serat pangan mi kering fortifikasi surimi gabus 9% dengan mi kering

kontrol dan komersial (p>0,05). Mi kering dengan penambahan tepung surimi

ikan gabus mengandung serat pangan yang lebih tinggi dibandingkan mi kering

kontrol. Semakin tinggi konsentrasi tepung surimi yang ditambahkan, maka kadar

serat pangan pada mi kering semakin berkurang. Hal ini diduga karena tepung

surimi ikan gabus tidak mengandung serat pangan, sehingga tidak mempengaruhi

kadar serat pangan pada mi kering yang difortifikasi tepung surimi ikan gabus.

Adanya reaksi antara protein dari tepung surimi, serat dan air juga mempengaruhi

rendahnya kadar serat pangan tersebut. Sánchez-González et al. (2009)

menyatakan bahwa serat dapat berperan sebagai agen dehidrasi yang aktif karena

sifatnya yang hidrofilik dan dapat menyebabkan perubahan pada interaksi

hidrofobik dari protein. Senyawa protein tersebut dapat mengganggu aktivitas

serat dalam berinteraksi dengan air.

Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan

makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan aw. Aktivitas air

(aw) adalah jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk

pertumbuhannya (Winarno 2008). Nilai aw mi kering surimi gabus 9%, kontrol

dan komersial masing-masing adalah 0,52, 0,54 dan 0,53. Berdasarkan hasil

analisis ragam, nilai aw mi dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan jenis mi

kering (p<0,05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa nilai aw mi kering

surimi gabus 9% berbeda nyata dengan mi kering kontrol dan komersial

(Lampiran 5). Kisaran nilai aw tersebut sudah sesuai dengan ketetapan nilai aw mi

kering, yaitu 0,57 (Schmidt dan Fontana 2007). Terdapat dua faktor utama yang

mempengaruhi kestabilan nilai aw pada suatu bahan pangan, yaitu pengaruh

kapiler pada bahan dan interaksi antara permukaan bahan dengan air. Produk

pangan kering yang memiliki kisaran nilai aw 0,2-0,3 memiliki umur simpan yang

paling maksimum, nilai aw 0,35-0,45 memiliki kandungan kelembaban yang kritis

dimana dapat menyebabkan perubahan fisik pada produk, nilai aw 0,4-0,5

memiliki daya tahan kerenyahan produk yang cukup kritis

(Labuza dan Altunakar 2007).

Page 54: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

37

Sumbangan Gizi Mi Kering Surimi Gabus Terpilih

terhadap Angka Kecukupan Gizi

Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah kecukupan rata-rata gizi bagi hampir

semua orang sehat menurut golongan umur, gender, ukuran tubuh, aktivitas fisik,

dan kondisi fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal

(Almatsier 2006). Informasi nilai gizi pada suatu produk makanan sangat penting

sebagai informasi dan pengetahuan bagi konsumen mengenai besarnya kecukupan

gizi yang dapat disumbangkan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Takaran

saji yang ditetapkan untuk mi kering surimi gabus adalah 100 g. Penentuan

takaran saji tersebut mengacu pada takaran saji mi kering komersial yang terdapat

di pasaran. Informasi gizi mi kering formula terpilih, formula kontrol dan mi

kering komersial dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Informasi gizi mi kering formula terpilih, formula kontrol dan mi kering

komersial

Parameter Perlakuan konsentrasi tepung surimi gabus Dried white salted

noodles komersial 9% 0% (kontrol)

Total energi (kkal) 356,84 356,62 344,94

Karbohidrat (%AKG) 27,31 28,76 26,16

Protein (%AKG) 8,83 1,87 10,45

Lemak (%AKG) 1,41 1,25 1,06

Serat pangan (%AKG) 33,52 37,92 43,20

Keterangan: Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi per hari 2000 kkal.

Mi kering surimi gabus 9% menyumbangkan total energi sebanyak 356,84

kkal, sedangkan total energi mi kering kontrol dan mi kering komersial masing-

masing sebesar 356,62 kkal dan 344,94 kkal. Mi kering surimi gabus 9% memiliki

sumbangan total energi tertinggi dibandingkan mi kering kontrol dan mi kering

komersial. Perbedaan total energi ini disebabkan oleh tingginya kandungan

protein pada mi kering surimi gabus sehingga berdampak pada peningkatan total

energi secara tidak langsung. Mi kering surimi gabus memiliki nilai %AKG serat

pangan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya rumput laut dan

glukomanan yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan mi. Mi kering

komersial memiliki nilai %AKG serat pangan yang tinggi karena bahan baku

yang digunakan dalam pembuatan mi berupa terigu dengan protein sedang

mengandung serat pangan 11,42% (Hager 2013). Konsumsi satu takaran saji mi

kering surimi gabus tersebut sudah mencukupi kebutuhan serat pangan dan satu

per tujuh kebutuhan protein konsumsi manusia dewasa (Tejasari 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Formulasi mi kering terpilih yang diperoleh berdasarkan hasil analisis

sensori dan uji indeks kerja dengan metode Bayes adalah formula A2, yaitu mi

kering dengan fortifikasi tepung surimi ikan gabus 9%. Penambahan tepung

Page 55: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

38

surimi ikan gabus mempengaruhi mi kering yang dihasilkan. Mi kering surimi

gabus terpilih memiliki karakteristik yang meliputi, cooking time 8,10 menit,

cooking loss 32,04%, warna 94,48, kekerasan 1493,20 gf, kelengketan -307,70 gf,

kekenyalan 71,79 gf, kadar air 8,01%, kadar abu 4,21%, kadar protein 5,76%,

kadar lemak 0,96%, kadar karbohidrat 89,06%, serat pangan 8,38% dan aktivitas

air 0,52. Mi udon kering formula terpilih menyumbangkan energi total sebesar

356,84 kkal, karbohidrat 27,31%, protein 8,83%, lemak 1,41% dan serat pangan

33,52% terhadap angka kecukupan gizi manusia dewasa.

Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu perlu dilakukan formulasi lebih

lanjut pada pembuatan mi, sehingga dapat diketahui proporsi sesuai dari tepung

dari singkong dan pati lainnya yang efektif dan terpilih agar sesuai dengan

prasyarat mi kering produk komersial. Perlu juga dilakukannya optimasi suhu

pada setiap tahapan proses dan metode pada pembuatan mi, sehingga mi kering

yang dihasilkan tidak mudah patah.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Utama. Hlm. 133-296.

Andarwulan N, Kusnandar F, Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta (ID):

PT Dian Rakyat. Hlm. 296-297.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of

Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US):

Published by The Association of Analytical Chemist, Inc.

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989.

Analisis Pangan. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,

Institut Pertanian Bogor. Hlm. 62-68.

Ariani M. 2010. Analisis konsumsi pangan tingkat masyarakat mendukung

pencapaian diversifikasi pangan. Gizi Indonesia. 33(1): 20-28.

Barokah Q, Abtokhi A. 2013. Analisis kadar glukosa pada biomassa bonggol

pisang melalui paparan melalui paparan radiasi matahari, gelombang mikro,

dan hidrolisis asam. Jurnal Neutrino. 5(2): 123-132.

BeMiller JN, Hubber KC. 2008. Carbohydrates: Fennema’s Food Chemistry.

Fourth Ed. Damodaran S, Parkin KL, Fennema OR, editor. Florida (US):

CRC Press. Hlm. 108-125.

Beuchat LR. 1977. Functional and electrophoretic characteristics of succinylated

peanut flour protein. Journal of Agriculture and Food Chemistry. 25: 258-

261.

Page 56: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

39

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia 2015. Jakarta (ID): Badan

Pusat Statistik.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2891.1992 Cara Uji

Makanan dan Minuman. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

________________________________. 2006. SNI 2346:2006 Petunjuk

Pengujian dan atau Sensori pada Produk Perikanan. Jakarta (ID): Badan

Standardisasi Nasional.

_______________________________. 2006a. SNI 01-2354.1-2006 Cara Uji

Kimia – Bagian 1: Penentuan Kadar Abu pada Produk Perikanan. Jakarta

(ID): Badan Standardisasi Nasional.

________________________________. 2006b. SNI 01-2354.2-2006 Cara Uji

Kimia – Bagian 2: Penentuan Kadar Air pada Produk Perikanan. Jakarta

(ID): Badan Standardisasi Nasional.

________________________________. 2006c. SNI 01-2354.3-2006 Cara Uji

Kimia – Bagian 3: Penentuan Kadar Lemak Total pada Produk Perikanan.

Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

________________________________. 2006d. SNI 01-2354.4-2006 Cara Uji

Kimia – Bagian 4: Penentuan Kadar Protein dengan Metode Total Nitrogen

pada Produk Perikanan. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.

Chua M, Baldwin TC, Hocking TJ, Chan K. 2010. Traditional uses and potential

health benefits of Amorphophallus konjac. Journal of Ethnopharmacology

128: 268-278.

Collado LS, Mabesa LB, Oates CG, Corke H. 2001. Bihon-type noodles from

heat-moisture-treated sweet potato starch. Journal of Food Science. 66(1):

604-609.

Damodaran S. 2008. Amino acids, peptides, and proteins: Fennema’s Food

Chemistry. Fourth Ed. Damodaran S, Parkin KL, Fennema OR, editor

Florida (US): CRC Press. Hlm. 242.

Darcy-Vrillon B. 1993. Nutritional aspects of the developing use of marine

macroalgae for the human food industry. International Journal of Food

Science and Nutrition. 44: 23-35

Deng Y, Luo Y, Wang Y, Zhao Y. 2015. Effect of different drying methods on the

myosin structure, amino acid composition, protein digestibility and volatile

profile of squid fillets. Food Chemistry. 17(1): 168-176.

[Ditjen Perikanan Tangkap] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2015.

Statistik Perikanan Tangkap Indonesia Menurut Provinsi, 2014. Jakarta

(ID): Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2011. Fish protein concentrate.

http://www.fao.org/wairdocs/tan/x5917E/x5917e01.htm [13 November

2015].

Page 57: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

40

Faridah A, Widjanarko B. 2014. Penambahan tepung porang pada pembuatan mi

dengan substitusi tepung mocaf. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.

25(1): 98-105.

Firdaus M, Prihanto AA, Nurdiani R. 2015. Increasing the quality of dry seaweeds

by drum washing machine. Journal of Innovation and Applied Technology

1(2): 118-123.

Foegeding EA, Davis JP. 2011. Food protein functionality: A comprehensive

approach. Food Hydrocolloid. 25: 1853-1864.

Fontana AJ. 2007. Measurement of water activity, moisture sorption isotherms

and moisture content of foods: Water Activity in Foods Fundamentals and

Applications. Barbosa-Cánovas GV, Fontana AJ, Schmidt SJ, Labuza TP,

editor. Iowa (US): Blackwell Publishing Professional. Hlm. 155-156.

Fu BX. 2008. Asian noodles: history, classification, raw materials, and

processing. Food Research International 41: 888-902.

Gan CY, Ong WH, Wong LM, Easa AM. 2009. Effects of ribose, microbial

transglutaminase and soy protein isolate on physical properties and in vitro

starch digestibility of yellow noodles. Food Science and Technology. 42:

174-179.

Guenneugues P, Morissey MT. 2005. Surimi resources: Surimi and Surimi

Seafood Second Edition. Park JW, editor. Florida (US): CRC Press. Hlm. 4-

6.

Hager AS. 2013. Cereal products for specific dietary requirements. Evaluation

and improvement of technological and nutritional properties of gluten free

raw materials and end products [doctoral thesis]. Cork (IE): School of Food

and Nutritional Sciences, University College of Cork.

Heo H, Baik BK, Kang CS, Choo BK, Park CS. 2012. Influence of amylose

content on cooking time and textural properties of white salted noodles.

Food Science Biotechnology. 21(2): 345-353.

Hou G. 2001. Oriental Noodles. Portland (US): Academic Press. Hlm. 143-189.

Huda N, Santana P, Abdulla R, Yang TA. 2012. Effect of different dryoprotectant

on functional properties of thredfin bream surimi powder. Journal of Fish

Aquatic Science. 7: 215-223.

Hudaya RN. 2008. Pengaruh penambahan tepung rumput laut (Kappaphycus

alvareziii) untuk peningkatan kadar iodium dan serat pangan pada tahu

sumedang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor.

[ICC] International Association for Cereal Science and Technology. 2009. The

ICC Handbook of Cereals, Flour, Dough and Product Testing.

Pennsylvania (US): DEStech Publications Inc. Hlm. 455-456.

[IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary reference intakes: macronutrients.

http://iom.nationalacademies.org/~/media/Files/ActivityFiles/Nutrition/DRI

s/DRI_Macronutrients.pdf [13 Januari 2016]

Page 58: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

41

Irianto HE, Soesilo I. 2007. Dukungan teknologi penyediaan produk perikanan.

Depatemen Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan

[Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia 2007, Bogor]

Katsuraya K, Okuyama K, Hatanaka K, Oshima R, Sato T, Matsuzaki K. 2003.

Constitution of konjac glucomannan: chemical analysis and 13C NMR

spectroscopy. Carbohydrate Polymers. 53(2): 183-189.

Khoiri A. 2013. Sifat tekstural dan cooking quality mi bebas gluten dari tepung

sukun. Seminar Nasional: Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan

Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Madura. Hlm 835-843.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013a. Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) usulkan hari ikan nasional untuk mendukung upaya

peningkatan gizi masyarakat. http://www.wpi.kkp.go.id/ [29 Oktober 2015].

______________________________________. 2013b. Kelautan dan Perikanan

dalam Angka 2013. Jakarta (ID): Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Hlm. 18-19.

[Kemenperin] Kementerian Perindustrian. 2013. Impor tepung terigu turun

34,92%. [terhubung berkala] www.kemenperin.go.id/artikel/3199/Impor-

Tepung-Terigu-Turun-34,92 (Diakses pada 17 Januari 2015).

Kumar V, Kaladharan P. 2007. Amino acids in the seaweeds as an alternate

source of protein for animal feed. Journal of The Marine Biological

Association of India. 49(1): 35-40.

Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan: Komponen Makro. Jakarta (ID): PT Dian

Rakyat.

Labuza TP, Altunakar JB. Water activity prediction and moisture sorption

isotherms: Water Activity in Foods Fundamentals and Applications. Iowa

(US): Blackwell Publishing Professional. Hlm. 109.

Lafarge C, Cayot N, Hory C, Goncalves L, Chassemont C, Le Bail P. 2014. Effect

of konjac glucomannan addition on aroma release in gels containing potato

starch. Food Research International. 64: 412-419.

Lasmini AY. 2002. Pemanfaatan tepung iles-iles kuning (Amorphophallus

onchophyllus) sebagai sumber serat pada pembuatan cookies berserat tinggi

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian

Bogor.

Liu J, Wang X, Ding Y. 2011. Optimization of adding konjac glucomannan to

improve gel properties of low-quality surimi. Carbohydrate Polymers 92:

484-489.

Lubis Z. 2009. Hidup Sehat dengan Makanan Kaya Serat. Bogor (ID): IPB Press.

Hlm. 5-9.

Marimin. 2004. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID):

Grasindo. Hlm. 16-21.

Page 59: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

42

Marti A, Seetharaman K, Pagani MA. 2010. Rice based pasta: A comparison

between conventional pasta-making and extrussion-cooking. Journal Cereal

Science. 52: 404-409.

McDermid KJ, Stuercke B. 2003. Nutritional composition of edible Hawaiian

seaweeds. Journal of Applied Phycology. 15: 513-524.

Muchtadi D. 2001. Sayuran sebagai sumber serat pangan untuk mencegah

timbulnya penyakit degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan.

XII(1): 61-71.

Muhandri T, Subarna. 2009. Pengaruh kadar air, NaCl, dan jumlah passing

terhadap karakteristik reologi mi jagung. Jurnal Teknologi dan Industri

Pangan. 20(1): 71-77.

Mulyono E. 2010. Peningkatan mutu tepung iles-iles (A. onchophyllus)

(foodgrade: glukomanan 80%) sebagai bahan pengelastis mi (4% =

meningkatkan elasitisitas mi 50%) dan pengental (1% = 16.000 cps) melalui

teknologi pencucian bertingkat dan enzimatis pada kapasitas produksi 250

kg umbi/hari. [laporan akhir penelitian]. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Park JW, Lin TMJ. 2005. Surimi: manufacturing and evaluation: Surimi and

Surimi Seafood Second Edition. Park JW, editor. Florida (US): CRC Press.

Hlm. 388-390.

Park SJ, Baik BK. 2009. Quantitative and qualitative role of added gluten on

white salted noodles. Cereal Chemistry. 86(6): 646-652.

Ramadhan W, Santoso J, Trilaksani W. 2014. Pengaruh defatting, frekuensi

pencucian dan jenis dryoprotectant terhadap mutu tepung surimi ikan lele

kering beku. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 25(1): 47-56.

Rawdkuen S, Sai-Ut S, Khamson S, Chaijan M, Benjakul S. 2009. Biochemical

and gelling properties of tilapia surimi and protein recovered using an acid-

alkaline process. Food Chemistry. 112: 112-119.

Richana N, Sumarti TC. 2004. Karakterisasi sifat fisikokimia tepung umbi dan

tepung pati dari umbi ganyong, suweg, ubi kelapa dan gembili. Jurnal

Pascapanen. 1 (1): 29-37.

Rieuwpassa F. 2005. Biskuit konsentrat protein ikan dan probiotik sebagai

makanan tambahan untuk meningkatkan antibodi IgA dan status gizi anak

balita [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor.

Salim E. 2011. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf Bisnis Produk

Alternatif Pengganti Terigu. Yogyakarta (ID): Lily Publisher. Hlm. 5-14.

Sánchez-González I, Rodríguez-Casado A, Careche M, Carmona P. 2009. Raman

analysis of surimi gelation by addition of wheat dietary fibre. Food

Chemistry. 112: 162-168.

Santana P, Huda N, Yang TA. 2012. Technology for production surimi powder

and potential of applications. International Food Research Journal. 19(4):

1313-1323.

Page 60: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

43

Santoso J, Yoshie-Stark Y, Suzuki T. 2004. Mineral fatty acid and dietary fiber

compositions in several Indonesian seaweeds. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan

dan Perikanan Indonesia. 11: 45-51.

Santoso J, Gunji S, Yoshie-Stark Y, Suzuki T. 2006. Mineral contents of

Indonesian seaweeds and mineral solubility affected by basic cooking. Food

Science and Technology Research. 12(1): 59-66.

Santoso J, Lestari OA, Anugrahati NA. 2006. Peningkatan kandungan serat

makanan dan iodium pada mi kering melalui substitusi tepung terigu dengan

tepung rumput laut. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 4(2): 131-145.

Santoso J, Hendra E, Siregar TM. 2008. Pengaruh lama dan pengulangan

ekstraksi terhadap karakteristik fisiko-kimia konsentrat protein ikan nila

hitam (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 6(2):

67-85.

______________________________. 2009. Pengaruh substitusi susu skim

dengan konsentrat protein ikan nila hitam (Oreochromis niloticus) terhadap

karakteristik fisiko-kimia makanan bayi. Jurnal Ilmu dan Teknologi

Pangan. 7(1): 88-107.

Sary AN. 2015. Pangan fungsional mi ikan berbasis konsentrat protein ikan nila

(Oreochromis niloticus), Spirulina platensis dan sumber karbohidrat lokal

[skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Schmidt SJ, Fontana AJ. 2007. Water activity values of select food ingredients

and products: Water Activity in Foods Fundamentals and Applications.

Barbosa-Cánovas GV, Fontana AJ, Schmidt SJ, Labuza TP, editor. Iowa

(US): Blackwell Publishing Professional. Hlm. 411.

Siswanti. 2008. Karakterisasi edible film komposit dari glukomanan umbi iles-iles

(Amorphophallus muelleri Blume) dan maizena [skripsi]. Surakarta (ID):

Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Principles and Procedures of Statistics Index.

Sumantri B, Penerjemah. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm.

107-406.

Subarna, Muhandri T, Nurtama B, Firlieyanti AS. 2012. Quality impovement of

dried corn noodle through the optimization of processing conditions and

addition of monoglyceride. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 23(2):

146-152.

Sun XD, Holley RA. 2011. Factors influencing gel formation by myofibrillar

proteins in muscle foods. Comprehensive Reviews in Food Science and

Food Safety, Institute of Food Technologists Vol. 10: 33-51.

Sunarsi S, Sugeng M, Wahyuni S, Ratnaningsih W. 2011. Memanfaatkan

singkong menjadi tepung mocaf untuk pemberdayaan masyarakat

Sumberejo. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

tahun 2011. Hlm 306-310.

Page 61: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

44

Susanti E. 2015. Formulasi fish flakes kaya protein dan fitonutrien berbasis

konsentrat protein ikan, Spirulina, dan sumber karbohidrat lokal [skripsi].

Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Tan BH, Azhar ME. 2014. Physicochemical properties and composition of

snakehead fish (Channa striatus) whole fillet powder prepared with pre-

filleting treatments. International Food Research Journal. 21(3): 1255-

1260.

Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta (ID): Penerbit Graha Ilmu. Hlm. 5-

77.

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik. Diterjemahkan oleh Sumantri B. Jakarta

(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Walpole RE, Myers RH. 1995. Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan

Ilmuwan. Diterjemahkan oleh RK Sembiring. Bandung (ID): Penerbit ITB.

Hlm. 524-526.

Wang C, Kovacs MIP, Fowler DB, Holley R. 2004. Effects of protein content and

composition on white noodle making quality: color. Cereal Chemistry.

81(6): 777-784.

Widjanarko SB, Megawati J. 2015. Analisis metode kolorimetri dan gravimetri

pengukuran kadar glukomanan pada konjak (A. konjac). Jurnal Pangan dan

Agroindustri. 3(4): 1584-1588.

[WINA] World Instant Noodles Association. 2015. Global demand for instant

noodles. http://instantnoodles.org/en/noodles/market.html (Diakses pada 7

Juni 2016).

Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): PT Embrio Biotekindo.

Hlm. 3-127.

Wirakartakusumah MA, Abdullah K, Syarif AM. 1992. Sifat Fisik Pangan. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor. Hlm. 14-17.

Xin-Zhong H, Yi-Min W, Chun W, Kovacs MIP. 2007. Quantitative assessment

of protein fractions of Chinese wheat flours and their contribution to white

salted noodle quality. Food Research International. 40: 1-6.

Xiong G, Cheng W, Ye L, Du X, Zhou M, Lin R. 2009. Effects of konjac

glucomannan on physiochemical properties of myofibrillar protein and

surimi gels from grass carp (Ctenopharyngodon idella). Food Chemistry.

116: 413-418.

Zakiah AFN. 2016. Analisis DNA mitokondria dan profil protein beberapa ikan

air tawar indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Zhou A, Benjakul S, Pan K, Gong J, Liu X. 2006. Cryoprotective effect of

trehalosa and sodium lactate on tilapia (Sarotheredon nilotica) surimi during

frozen storage. Food Chemistry. 96: 96-103.

Page 62: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

45

Zhou Y, Cao H, Hou M, Nirasawa S, Tatsumi E, Foster TJ, Cheng Y. 2013. Effect

of konjac glucomannan on physical and sensory properties of noodles made

from low-protein wheat flour. Food Research International. 51: 879-885.

Page 63: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

46

Page 64: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

47

LAMPIRAN

Page 65: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

48

Page 66: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

49

Lampiran 1 Lembar penilaian uji sensori mi kering dan basah Nama Panelis : .............................................

Tanggal Pengujian : .............................................

Jenis Produk : Mi dengan penambahan surimi ikan gabus

Parameter Kode

A0 A1 A2

Kenampakan

Warna

Aroma

Kekerasan

Parameter Kode

A0 A1 A2

Rasa

Kekenyalan

Kriteria:

1 = Amat sangat tidak suka

2 = Sangat tidak suka

3 = Tidak suka

4 = Agak tidak suka

5 = Netral

6 = Agak suka

7 = Suka

8 = Sangat suka

9 = Amat sangat suka

Page 67: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

50

Lampiran 2 Hasil uji Kruskal Wallis dan uji lanjut Dunn parameter sensori mi

kering surimi gabus

a. Hasil uji Kruskal Wallis

Kenampakan Warna Aroma Rasa Kekerasan Kekenyalan

X2 hitung 7,321 ,533 6,746 5,711 4,251 11,846

Db 2 2 2 2 2 2

Signifikan ,026 ,766 ,034 ,058 ,119 ,003 Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

b. Hasil uji lanjut Dunn parameter kenampakan mi. Nilai kritis = 18,6208

Perlakuan N α= 5

a b

0% Tepung surimi ikan gabus 40 a

6% Tepung surimi ikan gabus 40 a

9% Tepung surimi ikan gabus 40 b

c. Hasil uji lanjut Dunn parameter aroma mi. Nilai kritis = 18,6208

Perlakuan N α= 5

a b

0% Tepung surimi ikan gabus 40 a

6% Tepung surimi ikan gabus 40 b

9% Tepung surimi ikan gabus 40 b

d. Hasil uji lanjut Dunn parameter kekenyalan mi. Nilai kritis = 18,6208

Perlakuan N α= 5

a b c

0% Tepung surimi ikan gabus 40 a

6% Tepung surimi ikan gabus 40 b

9% Tepung surimi ikan gabus 40 c

Page 68: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

51

Lampiran 3 Penilaian indeks kerja (metode Bayes) terhadap parameter sensori mi

kering

Nilai kepentingan Parameter Nilai Kepentingan

Kenampakan 5

Warna 2

Aroma 4 Rasa 1

Kekerasan 6

Kekenyalan 5 Keterangan: Nilai 6 adalah sangat penting

Nilai 5 adalah penting

Nilai 4 adalah biasa

Nilai 3 adalah kurang penting

Nilai 2 adalah tidak penting

Nilai 1 adalah sangat tidak penting

x/y Kenampakan Warna Aroma Rasa Kekerasan Kekenyalan

Kenampakan 1,00 2,50 1,25 5,00 0,83 1,00

Warna 0,40 1,00 0,50 2,00 0,33 0,40

Aroma 0,80 2,00 1,00 4,00 0,67 0,80 Rasa 0,20 0,50 0,25 1,00 0,17 0,20

Kekerasan 1,20 3,00 1,50 6,00 1,00 1,20

Kekenyalan 1,00 1,00 1,25 5,00 0,83 1,00

Perkalian dengan matriks sekawan (matriks AxA = B)

1,00 2,50 1,25 5,00 0,83 1,00

0,40 1,00 0,50 2,00 0,33 0,40

0,80 2,00 1,00 4,00 0,67 0,80

0,20 0,50 0,25 1,00 0,17 0,20

1,20 3,00 1,50 6,00 1,00 1,20

1,00 1,00 1,25 5,00 0,83 1,00

1,00 2,50 1,25 5,00 0,83 1,00

0,40 1,00 0,50 2,00 0,33 0,40

0,80 2,00 1,00 4,00 0,67 0,80

0,20 0,50 0,25 1,00 0,17 0,20

1,20 3,00 1,50 6,00 1,00 1,20

1,00 1,00 1,25 5,00 0,83 1,00

Matriks B =

6,00 20,92 6,40 49,17 4,74 8,80

3,79 4,40 2,93 7,73 1,61 1,94

11,04 17,17 9,12 119,80 5,98 38,80

2,65 6,18 2,36 16,70 3,00 4,38

57,48 36,70 28,36 409,68 21,49 263,55

39,31 126,42 12,18 210,67 12,03 82,14

Page 69: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

52

Perkalian dengan matriks sekawan (matriks BxB = C)

6,00 20,92 6,40 49,17 4,74 8,80

3,79 4,40 2,93 7,73 1,61 1,94

11,04 17,17 9,12 119,80 5,98 38,80

2,65 6,18 2,36 16,70 3,00 4,38

57,48 36,70 28,36 409,68 21,49 263,55

39,31 126,42 12,18 210,67 12,03 82,14

588,42 1661,89 249,05 3508,22 36,61 77,44

578,59 421,90 137,93 285,21 14,20 3,76

5401,31 5503,34 1007,88 30347,46 152,11 1505,44

455,12 2235,91 515,79 2430,08 103,11 19,18

4746,78 4932,43 5795,70 172363,91 3633,31 69458,60

1545,66 15981,11 148,43 44380,42 144,82 6746,98

Matriks C =

588,42 1661,89 249,05 3508,22 36,61 77,44

578,59 421,90 137,93 285,21 14,20 3,76

5401,31 5503,34 1007,88 30347,46 152,11 1505,44

455,12 2235,91 515,79 2430,08 103,11 19,18

4746,78 4932,43 5795,70 172363,91 3633,31 69458,60

1545,66 15981,11 148,43 44380,42 144,82 6746,98

Hasil penjumlahan Matriks C dan nilai bobot

Hasil

Penjumlahan

Nilai

Bobot

Kenampakan 588,42 1661,89 249,05 3508,22 36,61 77,44 668,9722 0,2245

Warna 578,59 421,90 137,93 285,21 14,20 3,76 17,1258 0,0057

Aroma 5401,31 5503,34 1007,88 30347,46 152,11 1505,44 274,0128 0,0920

Rasa 455,12 2235,91 515,79 2430,08 103,11 19,18 1,0702 0,0004

Kekerasan 4746,78 4932,43 5795,70 172363,91 3633,31 69458,60 1387,2097 0,4656

Kekenyalan 1545,66 15,981,11 148,43 44380,42 144,82 6746,98 630,9097 0,2118

Hasil perankingan berdasarkan uji Bayes

Parameter Formula

Nilai Bobot A0 A1 A2

Kenampakan 3 2 1 0,2245

Warna 2 3 1 0,0057 Aroma 2 3 1 0,0920

Kekerasan 1 3 2 0,0004

Rasa 3 2 1 0,4656

Kekenyalan 3 1 2 0,2118 Total nilai 1,0985 2,1137 2,7878

Ranking 3 2 1 Keterangan:

A0 = Kontrol, A1 = 6% Tepung surimi ikan gabus, A2 = 9% Tepung surimi ikan gabus

Page 70: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

53

Lampiran 4 Uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov, analisis ragam (ANOVA) dan

uji lanjut Duncan karakteristik fisik mi kering

1. Grafik uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov

Hipotesis:

H0 = data menyebar normal

H1 = data tidak menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,984

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,996

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Page 71: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

54

Keterangan: Pvalue = 0,729

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,896

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Page 72: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

55

Keterangan: Pvalue = 0,986

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,788

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Page 73: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

56

2. Tabel analisis ragam (ANOVA) karakteristik mi kering

Analisis Ragam (ANOVA) Jumlah

kuadrat

Db Kuadrat

tengah

F hitung Signifikan

Cooking

time

Perlakuan 37,906 2 18,953 19834,686 ,000

Galat ,006 6 ,001

Total 37,912 8 Cooking

loss

Perlakuan 942,795 2 471,398 10,018 ,012

Galat 282,335 6 47,056 Total 1225,130 8

Warna Perlakuan 60,746 2 30,373 107,316 ,000

Galat 1,698 6 ,283 Total 62,444 8

Kekerasan Perlakuan 139450,549 2 69725,274 6,582 ,031

Galat 63555,787 6 10592,631

Total 203006,336 8 Kelengketan Perlakuan 109929,954 2 54964,977 68,062 ,000

Galat 4845,467 6 807,578

Total 114774,421 8 Kekenyalan Perlakuan 789,705 2 394,853 160,292 ,000

Galat 14,780 6 2,463

Total 804,485 8

Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

3. Tabel uji lanjut Duncan karakteristik fisik mi kering

Hasil uji lanjut Duncan cooking time

Perlakuan N α = 5

1 2

Tepung surimi gabus 9% 3 8,0967

Kontrol 3 12,4267

Komersial 3 8,0500 Signifikan ,114 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan cooking loss

Perlakuan N α = 5

1 2

Tepung surimi gabus 9% 3 32,0400

Kontrol 3 23,0267

Komersial 3 7,2733 Signifikan 1,000 ,159

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Page 74: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

57

Hasil uji lanjut Duncan warna

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 94,4767 Kontrol 3 96,4833

Komersial 3 100,7100

Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan kekerasan

Perlakuan N α = 0,05

1 2

Tepung surimi gabus 9% 3 1493,2000

Kontrol 3 1627,8000 1627,8000

Komersial 3 1797,4333

Signifikan ,160 ,090

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan kelengketan

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 -307,7000 Kontrol 3 -244,3667

Komersial 3 -48,0933

Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan kekenyalan

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 71,7872 Kontrol 3 76,9484

Komersial 3 93,7294

Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Page 75: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

58

Lampiran 5 Uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov, analisis ragam (ANOVA) dan

uji lanjut Duncan karakteristik kimia mi kering

1. Grafik uji kenormalan Kolmogorov-Smirnov

Hipotesis:

H0 = data menyebar normal

H1 = data tidak menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,956

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,998

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Page 76: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

59

Keterangan: Pvalue = 0,306

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,443

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Page 77: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

60

Keterangan: Pvalue = 0,999

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Keterangan: Pvalue = 0,997

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

Page 78: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

61

Keterangan: Pvalue = 0,994

Pvalue > 0,05 maka data menyebar normal

2. Tabel analisis ragam (ANOVA) karakteristik kimia mi kering

Analisis Ragam (ANOVA) Jumlah

kuadrat Db

Kuadrat

tengah F hitung Signifikan

Kadar air Perlakuan 13,698 2 6,849 860,899 ,000

Galat ,048 6 ,008 Total 13,746 8

Kadar abu Perlakuan ,582 2 ,291 748,886 ,000

Galat ,002 6 ,000 Total ,585 8

Kadar protein Perlakuan 55,843 2 27,921 1555,988 ,000

Galat ,108 6 ,018

Total 55,950 8 Kadar lemak Perlakuan ,100 2 ,050 21,859 ,002

Galat ,014 6 ,002

Total ,114 8 Kadar karbohidrat Perlakuan 247,096 2 123,548 3923,544 ,000

Galat ,189 6 ,031

Total 247,285 8 Serat pangan Perlakuan 34,653 2 17,328 ,698 ,0534

Galat 148,958 6 24,826

Total 183,611 8

Aktivitas air Perlakuan ,001 2 ,000 114,179 ,000 Galat ,000 6 ,000

Total ,001 8

Keterangan: signifikan < 0,05 berarti berpengaruh nyata

Page 79: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

62

3. Tabel uji lanjut Duncan karakteristik kimia mi kering

Hasil uji lanjut Duncan kadar air

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 8,0100

Kontrol 3 8,5167

Komersial 3 10,8433 Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan kadar abu

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 4,2167

Kontrol 3 3,6133

Komersial 3 3,7800 Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan kadar protein

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 5,7600

Kontrol 3 1,2267

Komersial 3 7,0300 Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan kadar lemak

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 ,9600

Kontrol 3 ,8567 Komersial 3 ,7033

Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Page 80: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

63

Hasil uji lanjut Duncan kadar karbohidrat

Perlakuan N α = 0,05

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 89,0667 Kontrol 3 94,3067

Komersial 3 81,5400

Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan serat pangan

Perlakuan N α = 5

1

Tepung surimi gabus 9% 3 6,2967

Kontrol 3 2,6600

Komersial 3 7,2000

Signifikan ,322

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Hasil uji lanjut Duncan aktivitas air

Perlakuan N α = 5

1 2 3

Tepung surimi gabus 9% 3 ,5193

Kontrol 3 ,5447

Komersial 3 ,5283

Signifikan 1,000 1,000 1,000

Keterangan: Nilai rata-rata perlakuan pada kolom yang berbeda menyatakan

berbeda nyata

Page 81: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

64

Lampiran 6 Perhitungan persentase sumbangan gizi mi kering

Kebutuhan gizi per hari mengacu pada kebutuhan perhari untuk umum dari

BPOM (2005) yaitu karbohidrat 300 g (1200 kkal), protein 60 g (240 kkal), lemak

62 g (560 kkal), dan serat pangan 25 g.

Mi kering dengan konsentrasi tepung surimi ikan gabus 9% Parameter Karbohidrat Protein Lemak Serat pangan

Kadar (%) 81,93 5,30 0,88 8,38 Kadar (gram) dalam 100 gram 81,93 5,30 0,88 8,38

Energi disumbangkan (kkal) 327,72 21,2 7,92 -

Energi dibutuhkan (kkal) 1200 240 560 -

Kebutuhan (gram) 300 60 62 25 %AKG 27,31 8,83 1,41 33,52

% AKG = kadar dalam produk )

kebutu an per ari ) x

% AKG karbohidrat = 81,93 / 300 x 100% = 27,31%

% AKG protein = 5,30 / 60 x 100% = 8,83%

% AKG lemak = 0,88 / 62 x 100% = 1,41%

%AKG serat pangan = 8,38 / 25 x 100% = 33,52%

Energi dari karbohidrat = 81,93 x 4 = 327,72 kkal

Energi dari protein = 5,30 x 4 = 21,2 kkal

Energi dari lemak = 0,88 x 9 = 7,92 kkal

Energi total = 327,72 + 21,2 + 7,92 = 356,84 kkal

Page 82: FORMULASI PASTA MI BERPROTEIN DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/86090/1/C16fas.pdf · 5 ABSTRAK FARAH AISYAH SUKMAWATI. Formulasi Pasta Mi Berprotein dan Berserat

65

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Desember 1993, dan

merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan suami istri Arif Dibyo

Pranowo, SE dan Anita Yustisia. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di

SDN Gunung 05 Pagi (SD Mexico 05) Jakarta pada tahun 2005, lulus dari SMPN

11 Jakarta pada tahun 2008, dan menamatkan pendidikan sekolah menengah atas

di SMAN 82 Jakarta pada tahun 2011. Penulis diterima di program studi

Teknologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri IPB (SNMPTN IPB) pada

tahun 2011.

Selama kegiatan perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan

kepanitiaan sebagai anggota divisi Pengembangan Budaya, Olahraga dan Seni

BEM-FPIK IPB pada periode tahun 2012/2013, anggota divisi Layouter Majalah

Pangan dan Gizi EMULSI IPB pada periode tahun 2012/2013, editor dan ketua

divisi Layouter pada tahun 2013/2014, dan menjadi anggota aktif IKASUMI

(Ikatan Keluarga Alumni SUIJI Mahasiswa IPB) dari tahun 2014 hingga

sekarang. Penulis merupakan peserta Six Universities Initiative Japan Indonesia

(SUIJI)-Service Learning Program di Pulau Shikoku, Jepang tahun 2014. Penulis

juga aktif menjadi Master of Ceremony dalam beberapa acara Seminar di Institut

Pertanian o or sala satunya “SUIJI SLP Final Presentation International

Seminar” yan diadakan ole irektorat Kema asiswaan IP . elama kulia

penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Diversifikasi dan

Pengembangan Produk Hasil Perairan pada tahun ajaran 2013/2014 serta asisten

praktikum Teknologi Industri Tumbuhan Laut (TITL) pada tahun ajaran

2014/2015. Penulis menerima beasiswa PPA pada periode tahun 2013/2014.

Penulis juga aktif dalam kegiatan sosial IPB Goes To Field (2013) dan IPB Goes

To Field International (2015). Penulis telah melaksanakan praktik lapangan dan

menyelesaikan laporan yan berjudul “ injauan Kelayakan asar Produk Abon

Ikan Lele di UMKM Pamuji Kabupaten oyolali Jawa en a ” dibimbing oleh

Dr Bustami Ibrahim, MSc.