Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

56
REFERAT KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN Disusun Oleh : Henny Pramitha 01.207.5493 Arwinda Ayu A. 01.208.5613 Ayu Rizqi Nurul I. 01.208.5617 Iffan Indra Salama 01.208.5676 Dokter Pembimbing : dr . Setyo Trisnadi, Sp.F KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN DAN MEDIKOLEGAL

description

refkas

Transcript of Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Page 1: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

REFERAT KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN

Disusun Oleh :

Henny Pramitha 01.207.5493

Arwinda Ayu A. 01.208.5613

Ayu Rizqi Nurul I. 01.208.5617

Iffan Indra Salama 01.208.5676

Dokter Pembimbing :

dr . Setyo Trisnadi, Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN DAN MEDIKOLEGAL

FK UNISSULA – RS BHAYANGKARA SEMARANG

2012

Page 2: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia dan rahmatNya sehingga laporan kasus yang berjudul “Pengobatan

tradisional dan pengobatan alternatif atau pengimbang serta Akses Pelayanan

Kesehatan dan Kemiskinan” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada

waktunya.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik

Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal di RS Bhayangkara Semarang

periode 23 Juli – 18 Agustus 2012. Selain itu diharapkan dengan adanya laporan

kasus ini dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi penulis khususnya dan

bagi para pembaca bagi umumnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-

besarnya atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam menyusun

laporan kasus ini, kepada :

1. dr. Setyo Trisnadi, Sp.F selaku pembimbing.

2. dr. Sofwan Dahlan, Sp.F (K); dr. Maryono, Sp.F; dr. Setyo Trisnadi, Sp.F;

dr. Ratna Relawati, Sp.F; dr. Summy Hastry, Sp.F selaku pembimbing

Kepaniteraan Klinik.

3. Staf pengajar kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal RS Bhayangkara Semarang

4. Rekan-rekan yang telah membantu sehingga laporan ini terselesaikan

Penyusun menyadari bahwa laporan kami jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga laporan

kasus ini jadi lebih baik.

Akhir kata semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Terima kasih.

Semarang, Agustus 2012

Penyusun

Page 3: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

1.1. Latar Belakang.................................................................................

1.2. Tujuan...............................................................................................

1.3. Manfaat............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................

2.1. Pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif

2.1.1. Definisi..............................................................................

2.1.2. Klasifikasi Pengobatan Tradisional...................................

2.1.3. Kriteria Pendaftaran Obat Tradisional...............................

2.1.4. Syarat Pengaplikasian Obat Tradisional pada penyakit

malaria.............................................................................

2.1.5. Pertimbangan Etika dan Hukum........................................

2.2. Malaria ............................................................................................

Page 4: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

2.2.1. Definisi malaria berat .......................................................

2.2.2. Siklus hidup plasodium dan patogenesis malaria .............

2.2.3. diagnosis malaria ..............................................................

2.2.4. Pengobatan .......................................................................

2.2.5. Diagnosis Banding ............................................................

2.2.6. Penatalaksanaan ................................................................

2.3. Akses Pelayanan Kesehatan dan Kemiskinan .................................

2.2.1. Definisi Pelayanan Kesehatan...........................................

2.2.3. Komponen Pelayanan Kesehatan......................................

2.2.4. Pertimbangan Etika dan Hukum........................................

2.2.5.Permasalahan yang Timbul dan Solusi pada Pelayanan

Kesehatan..........................................................................

2.4. Eklamsi

2.4.1. Klasifikasi .........................................................................

2.4.2. Gejala dan Tanda...............................................................

2.4.3. Komplikasi Kejang............................................................

2.4.4. Diagnosa Banding.............................................................

2.4.5. Komplikasi Pre Eklampsia Berat dan Eklampsia..............

Page 5: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

2.4.6. Penanggulangan ................................................................

2.4.7. Tindakan Obstetrik ...........................................................

2.4.8. Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin .........

BAB III CONTOH KASUS..............................................................................

BAB IV PENUTUP...........................................................................................

4.1. Kesimpulan.......................................................................................

4.2. Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

Page 6: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu

bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat.

Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran

sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan lembaga

dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban

tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh

masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan

di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang

kesehatan.

Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk

selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang

terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud

tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah.

Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan

pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang

sehat secara jasmani dan rohani. Untuk mempertahankan

pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan

konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan

konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan

atas pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal

ini pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan

saja mengharapkan pelayanan medik dan keperawatan tetapi juga

mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan hubungan

harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan demikian

Page 7: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah

sakit.

Berangkat dari kesadaran tersebut, rumah sakit-rumah sakit

yang ada di Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta, selalu

berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien

dan keluarganya. Baik melalui penyediaan peralatan pengobatan,

tenaga medis yang berkualitas sampai pada fasilitas pendukung

lainnya seperti tempat penginapan, kantin, ruang tunggu, apotik

dan sebagainya. Hal ini juga dilakukan melihat kenyataan semakin

kecilnya tingkat kepercayaan masyarakat untuk berobat di dalam

negeri. Budiarto (2004) dalam penelitiannya tentang pengaruh

kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan di 14 rumah sakit

yang tersebar pada sepuluh propinsi di Indonesia menunjukkan

bahwa kualitas pelayanan rumah sakit yang mencakup ketersediaan

fasilitas medik dan fasilitasfasilitas lain yang menunjang pelayanan

medik disamping sumber daya manusia berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui

tentang dinamika polemik yang ada dalam Masalah Etika terkait

Indikasi Medis khususnya di Indonesia ditinjau dari berbagai segi

seperti agama, etik, hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

1.3. Manfaat

Penulisan laporan kasus ini dharapkan dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan tentang etika penelitian khususnya di

Indonesia ditinjau dari hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

Page 8: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Alternatif

2.1.1. Definisi

Bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan,

hewan, mineral, sediaan galenik (sarian) atau campuran bahan-

bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan.

Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Obat

tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)

atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu adalah

obat tradisional Indonesia.

2.1.2. Klasifikasi

1. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine)

Obat yang diolah secara tradisional, baik dalam bentuk

serbuk, seduhan, pil, maupun cairan yang berisi seluruh bagian

tanaman.

Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis

pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya

yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.

Page 9: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

2. Obat Herbal Terstandar (Scientific Based Herbal Medicine)

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam

yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara

ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya sudah di

standarisasi. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah / praklinik

Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku

yang digunakan dalam produk jadi

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis

pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya

yaitu tingkat pembuktian umum dan medium.

3. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)

Obat tradisional dari bahan alami yang dapat disejajarkan

dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah

distandardisasi serta ditunjang dengan bukti ilmiah sampai

dengan uji klinis pada manusia.

Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji

klinik

Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku

yang digunakan dalam produk jadi

Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis

pembuktian tradisional dan tingkat pembuktiannya

yaitu tingkat pembuktian medium dan tinggi

2.1.4. Kriteria Pendaftaran Obat Tradisional

Dalam upaya mendapat izin edar, obat tradisional, obat

herbal terstandar dan fitofarmaka harus :

Page 10: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan

yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan

kemanfaatan/khasiat

Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik atau

Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku

Penandaan berisi informasi yang lengkap dan

obyektif dan menjamin penggunaan yang tepat,

rasional dan aman

2.1.5. Syarat Pengaplikasian Obat Tradisional pada penyakit malaria

1. Syarat Pengobatan Malaria

Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan

penderita, mencegah kematian, mengurangi kesakitan,

mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian

sosial ekonomi (akibat malaria). Tentunya, obat yang ideal

adalah yang memenuhi syarat:

a)      Membunuh semua stadium dan jenis parasit

b)      Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps

c)      Toksisitas dan efek samping sedikit

d)      Mudah cara pemberiannya

e)      Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan

masyarakat

Page 11: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

2. Ketepatan Penggunaan Obat Tradisional

1. Obat Tradisional 2. Fitofarmaka

digunakan dalam upaya perawatan

sendiri,

khasiat berdasarkan pengalaman

(empiris, turun temurun),

tujuan penggunaan: untuk promotif

(peningkatan kesehatan): sehat lelaki,

jamu habis bersalin; untuk preventif

(pencegahan penyakit): temulawak

untuk hepatoprotektor, antioksidan,

indikasi dan parameter pengujian tidak

jelas,

bahan baku belum terstandarisasi.

digunakan dalam upaya pelayanan

kesehatan formal,

khasiat berdasarkan penelitian ilmiah (uji

farmakologi, uji toksisitas, uji klinis),

tujuan penggunaan: untuk kuratif

(pengobatan penyakit): anti hipertensi,

anti diabetes,

indikasi dan parameter pengujian jelas,

bahan baku telah terstandarisasi.

2.1.6. Kelemahan dan Keuntungan Pengobatan Tradisional

1. Keuntungan

a. Reaksi dan Dosis Obat Tradisional

Salah satu prinsip kerja obat tradisonal adalah proses

(reaksinya) yang lambat (namun bersifat konstruktif),

tidak seperti obat kimia yang bisa langsung bereaksi

(tapi bersifat destruktif).

Obat tradisional bukan senyawa aktif.

Obat tradisional berasal dari bagian tanaman obat yang

diiris, dikeringkan, dan dihancurkan.

Dosis jamu biasanya tertera pada kemasan, kecuali jamu

gendong.

Dosis sebenarnya juga tidak sembarangan ditentukan.

Page 12: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Penentuan dosis minimal harus melalui penelitian

praklinis (uji coba ke hewan) agar khasiat yang

diharapkan tepat.

b. Penanganan Pascapanen yang Tepat

Pengumpulan

Sortasi basah

Pencucian

Pengeringan

Sortasi kering

Pengawetan

Pengemasan

c. Tanggal Kadaluarsa

Serbuk jamu yang bagus biasanya kering dan

tidak lembap.

Minum jamu sebaiknya juga jangan sampai

menjadi ketergantungan., meskipun sifatnya

lebih untuk pencegahan atau pengobatan.

Sebaiknya jangan setiap hari dikonsumsi.

Berikan selang waktu, misalnya minum dua hari

sekali

2. Kelemahan

Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga

memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala

dalam pengembangan obat tradisional (termasuk dalam upaya

agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal). Adapun

beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya

yang lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat

higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan

mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.

2.1.7. Pertimbangan Etika dan Hukum

Page 13: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Dasar hukum pelayanan pengobatan komplementer-alternatif

o UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Pasal 1 butir 16 Pelayanan kesehatan tradisional

adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara

dan obat yang mengacu pada pengalaman dan

keterampilan turun temurun secara empiris yang

dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan

sesuai dengan norma yang berlaku di masy

o Pasal 48 Pelayanan kesehatan tradisional

o Bab III Pasal 59 s/d 61 tentang Pelayanan Kesehatan

Tradisonal

o Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. :

1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan tradisional.

o Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. :

1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan

pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan

kesehatan.

o Keputusan Menteri Kesehatan RI, No.

120/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan

hiperbarik.

o Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.

HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan

metode pengobatan komplementer – alternatif yang dapat

diintegrasikan di fasilitas pelayanan kesehatan

Pandangan Etika Kedokteran tentang Penggunaan Obat Tradisional

terhadap Kasus Malaria Tersebut

Page 14: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

o Beneficence

Merujuk pada kewajiban to do good not harm,

dimana:

a. Problem dapat timbul tidak saja ketika sedang mencoba

memutuskan apa yang baik, tetapi juga ketika sedang

menentukan siapa yang seharusnya membuat keputusan.

b. Penderitaan sesaat di bidang medik kadangkala

diperlukan untuk menghasilkan kebaikan.

o Non-maleficence

a. Kewajiban unt tdk melakukan hal-hal yg buruk /

merugikan manusia / mudarat.

b. Pertama-tama tdk berbuat salah.

c. Yankes : kewajiban unt tdk menimbulkan cedera / hal

yg buruk pd pasien.

d. Asas Beneficence dan Asas Non Maleficence [Primum

Non Nocere]

à Basic principles of healthcare ethics.

à Amar ma’ruf nahi mungkar.

o Autonomy

Merujuk pada adanya hak pasien untuk membuat

keputusan atas kepentingannya sendiri dimana:

a. Otonomi konsumen punya batas dan tidak boleh

mengganggu otonomi profesional.

Page 15: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

b. Profesional juga memiliki tingkat otonomi, yang pada

batas tertentu tidak dapat dipengaruhi.

o Justice

Justice merujuk pada adanya kewajiban yang adil

dan seimbang, dimana:

a. Kewajiban diterapkan kepada seseorang dan pemerintah.

b. Hak-hak seseorang menjadi terbatas bilamana

melanggar hak-hak orang lain.

2.2. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium

yang hidup dan berkembang dalam sel darah merah manusia. World Health

Organization (WHO), memperkirakan terdapat 300-500 juta orang terinfeksi

malaria tiap tahunnya, dengan angka kematian berkisar 1,5 juta sampai 2,7

juta pertahun. Lebih dari 90 % kasus malaria terjadi di sub-Sahara Afrika.

Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001,

terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian tiap tahunnya.

Diperkiraan 35 % penduduk Indonesia tinggal didaerah yang beresiko tertular

malaria. Dari 293 kabupaten / kota, 167 diantaranya merupakan daerah

endemis. Daerah dengan kasus malaria tertinggi adalah Papua, Nusa

Tenggara Timur, Maluku dan Sulawesi Tenggara.

Page 16: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Terdapat 4 jenis spesies parasit yang berbeda, yaitu Plasmodium

falsiparum, P.Vivax, P. Ovale dan P. Malariae. Malaria Tropika yang

disebabkan oleh P. falsiparum, merupakan penyebab sebagian besar kematian

akibat malaria. Plasmodium falsiparum sering dapat menyebabkan malaria

berat. Plasmodium ini membunuh >1 juta orang tiap tahunnya.

Malaria dengan komplikasi digolongkan sebagai malaria berat menurut

definisi WHO tahun 2006, berupa malaria cerebral, anemia berat, gagal ginjal

akut, edema paru, hipoglikemi, syok, perdarahan, kejang, asidosis dan

makroskopis hemoglobinuria.

2.2.2. Definisi malaria berat

1. Malaria serebral: koma tidak bisa dibangunkan, derajat penurunan

kesadaran dilakukan penilaian GCS (Glasgow Coma Skale), <

11 , atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang tidak

disebabkan oleh penyakit lain.

2. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokit < 15%) pada hitung

parasit >10.000/μL, bila anemianya hipokromik / mikrositik

dengan mengenyampingkan adanya anemia defisiensi besi,

talasemia/hemoglobinopati lainya.

3. Gagal ginjal akut (urin < 400 ml/ 24 jam pada orang dewasa atau

< 12 ml/kgBB pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dan

kreatinin >3 mg%).

Page 17: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

4. Edema paru / ARDS (Adult Respitatory Distress Syndrome)

5. Hipoglikemi: gula darah <40 mg%

6. Gagal sirkulasi atau Syok, tekanan sistolik <70 mmHg disertai

keringat dingin atau perbedaan tamperatur kulit-mukosa >10 C.

7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus disgestivus atau

disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi

intravaskuler.

8. Kejang berulang lebih dari 2x/24 jam setelah pendinginan pada

hipertemia

9. Asidemia (pH <7.25) atau asidosis (plasma bikarbonat <15

mmol/L)

10. Makroskopik hemoglobinuri (black water fever)oleh karena

infeksi pada malaria akut (bukan karena obat anti malaria pada

kekurangan G-6-PD)

11. Diagnosa post- mortem dengan ditemukannya parasit yang padat

pada pembuluh kapiler pada jaringan otak

2.2.3. Siklus hidup plasodium dan patogenesis malaria

Titik perhatian dalam patogenesis malaria berat adalah

sekuestrasi eritrosit yang berisi parasit dalam mikrovaskular organ

Page 18: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

vital. Faktor lain seperti induksi sitokin oleh toksin parasit dan

produksi nitrit oksida diduga mempunyai peranan penting dalam

patogenesis malaria berat.

Setelah sporozoit dilepas sewaktu nyamuk anopeles betina

menggigit manusia, akan masuk kedalam sel hati dan terjadi

skizogoni ektsra eritrosit. Skizon hati yang matang akan pecah dan

selanjutnya merozoit akan menginvasi sel eritrosit dan terjadi

skizogoni intra eritrosit, menyebabkan eritrosit mengalami

perubahan seperti pembentukan knob, sitoadherens, sekuestrasi dan

rosseting.

Gambar 1. Lingkaran Hidup Plasmodium Falsiparum

Page 19: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

2.2.4. Diagnosis malaria

1. Gangguan kesadaran ringan (GCS <15) di Indonesia sering

dalam keadaan delirium dan somnolen

2. Kelemahan otot (tak bisa duduk / berjalan) tanpa kelainan

neurologik

3. Hiperparasitema >5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak

stabil malaria

4. Ikterik (bilirubin >3 mg%)

5. Hiperpireksia (temperatul rektal >400 C) pada orang dewasa

/anak

2.2.4. Pengobatan

Resistensi klorokuin yang begitu luas menyebabkan obat

tersebut tidak lagi direkomendasi untuk terapi lini pertama

dibanyak negara. Sejak tahun 1957 sudah ada laporan resistensi

terhadap obat malaria yaitu Thailand, kemudian tahun 1959

diperbatasan Kolumbia dan Venezuela, kemudian Afrika, Kenya,

Madagaskar, Tanzania, Uganda, Zambia, India dan Cina Selatan.

Sedangkan di Indonesia hampir diseluruh propinsi pernah

dilaporkan resistensi terhadap klorokuin. Karena meningkatnya

resistensi klorokuin maka WHO tahun 2006 merekomendasikan

pengobatan malaria dengan menggunakan obat ACT (Artemisin

base Combination Therapy) sebagai lini pertama pengobatan

malaria, baik malaria dengan tanpa komplikasi atau malaria dengan

komplikasi.

2.2.5. Diagnosis banding

Diagnosa banding dari malaria berat tergantung manifestasi organ

yang terlibat seperti :

Page 20: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

1. Penurunan kesadaran karena ensefalopati yang disebabkan oleh

infeksi

2. bakteri, virus, jamur, metabolik, trauma kepala, alkoholisme .

3. Leptospirosis.

4. Demam tifoid, demam kuning, sindrom syok dengue.

5. Penyakit sistem biliaris (kolesistitis).

6. Glomerulonefritis.

7. Hipoglikemia penderita diabetes melitus, sepsis, insulinoma

8. Hipotensi dibedakan hipotensi karena gangguan sirkulasi

9. Gagal pernafasan oleh karena sebab lain seperti infeksi paru

akut.

2.2.6. Tatalaksana

Penanganan malaria berat secara garis besar terdiri dari 3

komponen, yaitu

Tindakan Umum

Sebelum diagnosa dapat dipastikan melalui pemeriksaan darah

malaria, beberapa tindakan perlu dilakukan pada penderita dengan

dugaan malaria berat berupa tindakan perawatan intensif (ICU)

yaitu

1. Pertahankan fungsi vital : kesadaran, temperatur, nadi, tensi,

dan respirasi kebutuhan oksigen.

2. Hindarkan trauma : dekubitus, jatuh dari tempat tidur.

3. Hati-hati komplikasi :kateterisasi, defekasi, edema paru karena

overhidrasi

4. Perhatikan timbulnya ikterus dan perdarahan.

5. Monitoring : ukuran dan reaksi pupil, kejang, tonus otot.

6. Pertahankan sirkulasi: bila hipotensi lakukan posisi

Tredenlenburg’s perhatikan warna dan temperatur kulit.

7. Cegah hiperpireksi dengan antipiretik

Page 21: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

8. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit dan keseimbangan

asam basa.

9. Diet : porsi kecil & sering, cukup kalori, karbohidrat dan

garam

10. Kebersihan kulit : mandikan tiap hari dan keringkan

11. Perawatan mata : hindarkan trauma, tutup dengan kain

Derivat artemisin

Artesunate: 2,4 mg/kg ( Loading dose ) IV, selanjutnya 1,2 mg/kg

setelah 12 jam, kemudian 1,2 mg/kg/hari selama 6 hari, jika pasien

dapat makan, obat dapat diberikan oral

Artemether: 3,2 mg/kg ( Loading dose ) IM pada hari I selanjutnya

1,6 mg/kg/hari (biasanya diberikan 160 mg dilanjutkan dengan 80

mg) sampai pasien dapat makan, obat dapat diberikan oral dengan

kombinasi Artesunat dan Amodiaquin selama 3 hari.

Arteether: 150 mg sekali sehari intramuskular untuk 3 hari. Setelah

diagnosa malaria ditegakkan biasanya dijumpai Plasmodium

falciparum sebagai penyebab malaria berat.

Kina

Loading dose: Kina dihidrokhlorida 20 mg/kgBB diencerkan dalam

10 ml/kgBB (2mg/ml) dektrose 5% atau dalam infuse dektrose

dalam 4 jam.

Dosis Maintenen : Kina dihidrokhlorida 10 mg/kgBB diencerkan

dalam 10 ml/kgBB (1mg/ml ) dektrose 5%, pada orang dewasa

dosis dapat diulang tiap 8 jam dan pada anak-anak tiap 2 jam,

diulang tiap 12 jam, sampai pasien dapat makan.

Kina oral: Kina sulfat 10 mg /kg, tiap 8 jam sampai 7 hari.

Page 22: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Kinidin

Bila kina tidak tersedia maka isomernya yaitu kinidin cukup aman

dan efektif. Dosis loading 15mg basa/kg BB dalam 250 cc cairan

isotonik diberikan dalam 4 jam, diteruskan dengan 7,5mg basa/kg

BB dalam 4 jam tiap 8 jam, dilanjutkan per oral setelah sadar,

kinidin efektif bila sudah terjadi resistensi terhadap kina, kinidin

lebih toksik terhadap jantung dibandingkan kina.

Klorokuin

Klorokuin masih merupakan OAM yang efektif terhadap P.

Falciparum yang sensitif terhadap klorokuin. Keuntungannya tidak

menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan.

Dosis loading : klorokuin 10 mg basa/KgBB dalam 500 ml cairan

isotonis dalam 8 jam diulang 3 x. Bila cara per infus tidak

memungkinkan dapat diberikan secara i.m atau subkutan dengan

cara 3,5mg/KgBB klorokuin basa tiap 6 jam, dan 2,5 mg/Kg BB

klorokuin tiap 4 jam.

Injeksi kombinasi sulfadoksin-pirimetamim (fansidar)

- Ampul 2 ml : 200 mg S-D + 10 mg pirimetamin

- Ampul 2,5 ml : 500 mg S-D + 25 mg pirimetamin

2.2.7. EKLAMPSIA

Timbul serangan kejangan yg diikuti koma.

Klasifikasi

1. Eklampsia gravidarum

2. Eklampsia parturientum

3. Eklampsia puerperale

Page 23: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Gejala dan Tanda

• Didahului memburuknya pre eklampsia dan timbul gejala2 nyeri

kepala frontal, nyeri epigastrium, ggn penglihatan, mual,

hiperrefleksia.

• Jika gejala ini tidak dikenali dan diatasi akan segera timbul

kejangan, dgn 4 macam tingkat:

1. Awal

2. Tonik

3. Klonik

4. Koma

• Selama serangan tensi meningkat, nadi cepat, suhu meningkat

sampai 40ºC

Komplikasi Kejang:

• Lidah tergigit, perlukaan dan fraktur

• Gangguan pernafasan

• Solutio plasenta

• Perdarahan otak

Diagnosa Banding:

1. Epilepsi

2. Kejangan karena obat anestesia

3.Koma krn sebab lain: diabetes, perdarahan otak, meningitis,

ensefalitis, dsb.

Komplikasi Pre Eklampsia Berat dan Eklampsia

1. Kematian ibu dan janin

2. Solutio plasenta

Page 24: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

3. Hipofibrinogenemia

4. Hemolisis

5. Perdarahan otak

6. Kelainan mata (kehilangan penglihatan sementara)

7. Edem paru-paru

8. Nekrosis hati

9. Kelainan ginjal

10. Komplikasi lain spt lidah tergigit, trauma dan fraktur krn jatuh

akibat kejang, pneumonia aspirasi

11. Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterin

Penanggulangan

Tujuan: menghentikan berulangnya kejangan dan

mengakhiri kehamilan secepatnya dg cara aman stlh keadaan

ibu mengijinkan

Harus dirawat di RS

Obat penenang yg cukup saat pengangkutan ke RS (petidin

100 mg) dan seorang yg tahu ttg resusitasi

Obat2 utk mencegah kejangan:

1. Sodium penthotal

2. Diazepam

3. Sulfas magnesicus

4. Lytic cocktail

Page 25: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

• Jumlah dan waktu pemberian obat disesuaikan dg kondisi

penderita tiap jam

• Hindarkan dr semua rangsang spt cahaya terang, keributan,

injeksi atau pemeriksaan dalam

• Dirawat di kamar isolasi yang tenang

• Tekanan darah, nadi, pernafasan dicatat tiap 30 menit

• Suhu diukur tiap jam secara rektal

• Penderita dengan koma diletakkan pada posisi

trendelendburg

• Alat penyedot disediakan untuk membersihkan jalan nafas

• Oksigen diberikan pd sianosis

• Penisilin-streptomisin tiap 12 jam mencegah infeksi paru2

• Dauer catheter utk mengetahui diuresis dan pmx protein urin

secara kuantitatif

• Balans cairan dilakukan tiap 6 jam

• Kalori yang adekuat (infus glukosa hipertonik, fruktosa atau

larutan asam amino spt aminofusin)

Tindakan Obstetrik

• Setelah kejangan diatasi dan KU diperbaiki

• Mengakhiri kehamilan atau mempercepat persalinan

• Persalinan pervaginam adalah cara terbaik bila dpt

dilaksanakan dg cepat dan aman

Page 26: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

• Pada eklampsia gravidarum perlu diadakan induksi dgn

amniotomi dan infus pitosin setelah bebas kejang selama 12

jam dan keadaan serviks mengijinkan.

• Bila serviks msh lancip dan tertutup terutama pd

primigravida, kepala janin msh tinggi, atau ada persangkaan

disproporsi sefalopelvik, sebaiknya sesar.

• Jika persalinan sudah pada kala I dilakukan amniotomi utk

mempercepat partus

• Lakukan ekstraksi vakum atau cunam

• Anestesi lokal bisa dipakai jk sudah sedasi berat, anestesi

spinal sebaiknya tidak digunakan krn dpt menyebabkan

hipotensi yg bahaya pd eklampsia

• Penderita eklampsia tdk seberapa tahan thd perdarahan

postpartum atau trauma obstetrik, shg semua tind obstetrik

hrs seringan mkn dan sedia darah.

• Metergin boleh diberikan pd perdarahan postpartum krn

atonia uteri.

• Setelah kelahiran pengobatan dan perawatan intensif hrs

diteruskan utk 48 jam.

Komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin.

Komplikasi dibawah ini yang bisa terjadi pada pre eklamsia

dan eklamsia (Rukiyah, 2010) :

1)    Solusio Plasenta

Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut

dan lebih sering terjadi pada pre eklamsia

2)    Hipofibrinogenemia

Biasanya terjadi pada pre eklamsia berat. Oleh karena itu

dianjurkan untuk pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

Page 27: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

3)    Hemolisis

Penderita dengan PEB kadang – kadang menunjukkan gejala

klinik hemolisis yang dikenel dengan ikterus. Belum diketahui

dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel hati atau

destruksi sel darh merah. Nekrosis periportal hati yang sering

ditemukan pada autopsy penderita eklamsia dapat menerangkan

ikterus tersebut.

4)    Perdarahan Otak

Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita eklamsia.

5)    Kelainan Mata

Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung

sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang – kadang

terjadi pada retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadi

apopleksia serebri.

6)    Edema Paru – Paru

Paru – paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan

perubahan karena bronkopnemonia sebagai akibat aspirasi.

Kadang – kadang ditemukan abses paru – paru.

7)    Nekrosis Hati

Nekrosis periportal hati pada pre eklamsia/eklamsia merupakan

akibat vasopasme arteriole umum. Kelainan ini diduga khas

untuk eklamsia, tetapi juga dapat terjadi pada penyakit lain.

Kerusakan sel – sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan

faal hati, terutama penentuan enzim–enzimnya.

8)    Sindroma HELLP (Haemolisys elevated liver enzymes dan low

palatelet)

Merupakan sindrom kumpulan gejala klinis berupa gangguan

fungsi hati, hepatoselular (peningkatan enzim hati

(SGOT,SGPT), gejala subyektif (cepat lelah, mual, muntah,

nyeri epigastrium). Hemolisis akibat kerusakan membrane

Page 28: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

eritrosit oleh radiakl bebas asam lemak jenuh dan tak jenuh.

Trombositopenia (150.000/cc), agregasi (adhesi trombosit did

inding vaskuler), kerusakan tromboksan (vasokonstriktor kuat),

lisosom.

9)    Kelainan Ginjal

Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu

pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa

kelainan struktur yang lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul

ialah anuria sampai gagal ginjal.

10)  Komplikasi Lain

Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang –

kejang pneumoni aspirasi dan DIC (disseminated intravascular

coagulation)

11)  Pada Janin

Menurut Rukiyah (2010), komplikasi pre eklamsia pada janin

adalah :

Janin yang dikandung ibu hamil pre eklamsia akan hidup dalam

rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan ini

bisa terjadi karena pembuluh darh yang menyalurkan darah ke

plasenta menyempit, karena buruknya nutrisi pertumbuhan janin

akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir

rendah. Bisa juga janin dilahirkan kurang bulan (prematuritas),

komplikasi lanjut dari prematuritas adalh keterlambatan belajar,

epilepsy, serebral palsy, dan masalah pada pendengaran dan

penglihatan, bayi saat dilahirkan asfiksia, dsb.

Page 29: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

BAB III

CONTOH KASUS

Kasus 15: Pengobatan tradisional & pengobatan alternatif atau

pengimbang

Kata kunci: pengobatan tradisional, pengobatan alternatif atau pengimbang,

pengobatan herbal

Tn. C laki-laki 35 tahun datang ke klinik dengan sakit kepala, lelah, kehilangan

nafsu makan, dan demam 40 oC. Beliau kesulitan bernapas. Tes darah di daerah

dekat rumah sakit menunjukkan anemia berat, kehabisan trombosit, disfungsi

hepar. Demamnya mereda sementara dan kembali dalam 48 jam kemudian 41 oC.

Apusan darah perifer memberi kesan malaria. Dua minggu sebelumnya, Tn. C

kembali dari perjalanan bisnis ke negara N, di mana potensi malaria. Hari ini ia

terlihat ikterik dan mengalami kejang intermitten. Dr. B sangat menduga malaria

tropica (Plasmodium falciparum), yang mana diketahui prognosis buruk tanpa

penatalaksanaan. Selain meminta tes diagnostik DNA dari rumah sakit

metropolitan, dr. B memutuskan bahwa obat antimalaria itu perlu. Bagaimanapun,

istri Tn. C berbicara dg perawat D dan bersikeras bahwa suaminya menerima

perawatan dalam bentuk obat herbal dan hypnoterapi dari orang suci setempat.

Apa yang setiap orang harus katakan

Tn. C : Aku lelah ... tetapi saya ingin berbicara dengan dokter herbal saya

dan mendapatkan pendapatnya.

Istrinya : Ada orang suci yang sangat baik di lingkungan kami. Ia pernah

memperlakukan saya untuk demam tinggi dengan obat herbal dan

hipnoterapi dan itu efektif. Saya ingin meminta bantuan dalam

kasus ini. selain itu, lebih murah.

Page 30: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Dr. B : Kami memiliki obat yang diperlukan untuk mengobati Tn. C.

hidupnya beresiko, dan terapi antimalaria diperlukan. Jamu tidak

akan bekerja dalam kasus malaria tropis, ini adalah infeksi parah.

Perawat D : Saya tidak berpikir Tn. C da istrinya benar-benar memahami

keparahan malaria tropis.

Di negaramu, seberapa terkenal pengobatan tradisional dan pengimbang atau

pengobatan alternatif?

Memahami dasar-dasar

Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium. Jenisnya dibagi

menjadi falciparum, vivax, malariae, dan ovale, yang malaria tropis (Plasmodium

falciparum) memiliki prognosis terburuk tanpa pengobatan yang tepat. malaria

ditularkan oleh nyamuk yang terinfeksi dan, setelah tubuh manusia terinfeksi,

parasite mengalikan dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah.

Gejala dari malaria tropika antara lain demam, sakit kepala, dan muntah, dan

biasanya menampilkan antara 10-15 hari setelah infeksi. Jika tidak diobati,

malaria tropika dapat dengan cepat menjadi ancaman kehidupan dengan gangguan

aliran darah ke organ vital. Saat ini, tidak ada bukti bahwa TM/CM dapat merawat

malaria tipe ini.

Pelatihan TM/CAM memerlukan macam-macam variasi dari sistem perawatan

medis dan kesehatan, pelatihan, dan hasil yang tidak dikenal secara umum dari

pengobatan biomedis konvensional. TM/CAM meliputi semua dari obat

chiropractic ke obat herbal, dari pemijatan sampai meditasi, dari akupuntur ke

homeopati. Yang berlawanan dengan biomedis konvensional yang berdasarkan

pada metode ilmiah dan bukti, penelitian dan dokumentasi TM/CAM tidak cukup

dipahami risikonya oleh pasien. Banyak pasien mengasumsikan bahwa TM/CAM

bahwa aman dan tidak berpotensi seperti biomedis, tapi ini adalah sebuah

kesalahpahaman. Untuk menjaga pasien dari risiko yang potensial tersebut,

banyak negara yang mencoba membuat sebuah sistem peraturan TM/CAM pada

beberapa tahun terakhir.

Page 31: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Pertanyaan Kasus

1. Andaikan anda sebagai Dr. B

a. Akankan anda mengijinkan Tn. C untuk menjalani TM/CAM dan

menolak terapi malaria

b. Akankan anda tetap mengatur terapi malaria tanpa persetujuan Tn.

C ?

c. Daftar alasanmu untuk tiap jawaban tersebut

2. Jika anda dalah perawat D

a. Bagaimana anda membuat kesepakatan dengan Tn. C dan istrinya?

b. Menetapkan informasi apa yang akan kamu berikan dalam

penjelasanmu!

Jawaban pertanyaan

1. Tidak langsung mengijinkan, tetapi sebagai dokter kita menjelaskan

terlebih dahulu tentang penyakit pasien, berat ringannya penyakit, serta

pengobatan yang paling sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

Dalam hal ini kita menjelaskan tentang penyakit malaria yang dideritanya

sekaligus terapinya.

à Dilihat secara

à Beneficence

à Non-maleficence

à Setelah menjelaskan secara holistik tentang yang perlu diketahui

pasien, kita tetap harus memutuskan atas pertimbangan pasien

yang sesuai dengan aspek AUTONOMI dari pasien.

Page 32: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

à Tetapi dalam hal ini apabila pasien tetap pada pilihan awal kita

tidak lupa untuk memintakan surat prnyataan dalam penolakan

pengobatan (IC)

• Dan juga tidak lupa kita mengupayakan tentang keadilan dalam

pengambilan keputusan (JUSTICE).

2. Kesepakatan dibuat setelah kita menjelaskan tentang semua pendapat dari

dokter, setelah penjelasan tersebut pasien tetap pada pendapatnya, maka kita

persilahkan dengan tetap memintakan surat penolakan untuk pengobatan yang kita

tawarkan.

• Sebelumnya jangan lupa kita konfirmasikan tentang penggunaan terapi

herbal yang digunakan

Informasi yang disampaikan

• Penyakitnya

• Terapinya

• Komplikasi

• Prognosis

• Serta tentang pengobatan Herbal itu sendiri

Pro dan kontra menggunakan TM/CAM

Pro

Dokter harus menghormati keputusan pasien

Biayanya lebih murah daripada penatalaksanaan biomedis yang biasa

Kontra

Ada sedikit pengetahuan dasar untuk TM/CAM

Tn. C mungkin meninggal tanpa penatalaksanaan biomedis yang dibutuhkan

Page 33: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Mari kita berpikir tentang hal ini

Bahkan dengan pengobatan yang efektif di tangan, profesional perawatan

kesehatan tidak dapat memberikan pengobatan kepada pasien tanpa persetujuan

mereka. Pengecualian untuk aturan ini termasuk ketika ada risiko kesehatan yang

parah umum atau ketika pasien tidak dapat memberikan informed consent tetapi

pada risiko kematian tanpa pengobatan yang tepat. Pada kasus di atas, Tn. C dan

istrinya mampu memberikan informed consent tetapi menolak pengobatan,

pertama kali mereka ingin berbicara dengan dokter herbal. Secara legal dan etis,

mereka dapat menolak pengobatan. Namun, itu adalah tugas dari dr. B Dan

perawat D untuk melindungi Tn. C dan mencoba untuk meyakinkan dia dan

istrinya yang menjalani pengobatan antimalaria merupakan pilihan terbaik untuk

bertahan hidup.

Sementara TM/CAM tidak efektif pada kasus malaria tropica, justru lebih sering

efektif pada beberapa kondisi medis lainnya. Misalnya, relaksasi telah terbukti

memperbaiki gangguan hipertensi dan tidur. Menghormati preferensi pasien dan

bekerja di luar rencana di mana kedua biomedis dan TCM/CAM digunakan

bersama-sama seringkali merupakan solusi win-win bagi dokter dan pasien.

Mengkritik TM/CAM ketika berbicara kepada pasien dapat menyakiti hubungan

pasien-dokter, terutama karena banyak pasien yang menggunakan TM/CAM

cenderung ketidakpercayaan praktek biomedis. Pasien yang merasa dikritisi

cenderung menyembunyikan penggunaan TM/CAM dan menghentikan konsultasi

dokter biomedis mereka sama sekali. Untuk alasan ini, perawatan kesehatan

profesional harus bekerja dengan pasien dalam integrasi TM/CAM dan, dengan

demikian, lebih memperkuat hubungan mereka dengan pasien.

Dengan kombinasi TM / CAM dan biomedis sekarang tren yang berkembang di

seluruh dunia, profesional perawatan kesehatan perlu mempertimbangkan baik

manfaat dan risiko dari TM / CAM dan mendiskusikannya secara menyeluruh

dengan pasien mereka. untuk lebih melindungi pasien dari risiko, peraturan

pemantauan lisensi TM / CAM praktisi juga sangat dibutuhkan. negara di seluruh

Page 34: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

dunia sedang bekerja untuk menemukan cara yang memadai untuk mengatur

praktek TM / CAM.

Rekomendasi kasus

Pada kasus ini, dr. B dan perawat D perlu menerangkan ke Tn. C dan istrinya

keparahan malaria tropis. Apa yang jelas untuk perawatan kesehatan profesional

tidak selalu jelas bagi keluarga pasien. Dalam hal ini, lebih dari mungkin bahwa

Tn. C dan istrinya tidak mengerti bahwa pengobatan herbal tidak efektif melawan

malaria tropica dan hanya racikan antimalaria yang dapat menyelamatkan

hidupnya.

Mengembangkan kebijakan nasional untuk TM / CAM

Kebijakan nasional untuk pengaturan TM/CAM yang meningkat di seluruh dunia.

menurut "Strategi Obat-obatan WHO," laporan yang diterbitkan pada tahun 2004

oleh WHO, jumlah kebijakan nasional meningkat dari di bawah 10 sebelum 1990

sampai lebih dari 40 pada tahun 2004. Keseluruhan peraturan jamu juga

ditemukan telah meningkat dari di bawah 30 negara sebelum tahun 1990 menjadi

lebih dari 70 negara pada tahun 2003. Untuk membantu negara dalam

mengembangkan kebijakan untuk TM/CAM, WHO sangat menganjurkan

profesional perawatan kesehatan untuk memahami dan mempertimbangkan

keselamatan dan kualitas TM/CAM. Khususnya, WHO meminta perhatian

terhadap "kesalahpahaman luas bahwa 'alami' berarti 'aman' dan banyak yang

percaya bahwa obat alami asli tidak mempunyai risiko ". Untuk lebih mendidik

pasien tentang TM/CAM, profesional kesehatan perlu memahami penggunaannya,

indikasi, keselamatan, dan keampuhan.

Page 35: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Kasus 18: Akses Pelayanan Kesehatan dan Kemiskinan

Kata kunci: kesehatan anak, kesehatan global, akses perawatan kesehatan,

kesehatan ibu hamil, asuransi perawatan kesehatan nasional.

Ny. E usia 16 tahun, wanita mengandung 39 minggu kehamilan dan tinggal didesa

kecil dan miskin dengan populasi 200 orang, jarak yang ditempuh apabila ke kota

kurang lebih 400 km (setara dengan 20 jam ditempuh dengan becak). Dia tinggal

dengan keluarganya yang terdiri dari saudara perempuannya 17 tahun, suaminya

22 tahun, dan orang tuanya. Pada satu pagi, Ny. E ditemukan di lantai dengan

keadaan kejang, kemudian dia dibawa ke central pengobatan di desanya. Dia

dirawat oleh perawat P dan diukur tekanan darah 205/135 mmHg dan ditemukan

pula protein dalam urine. Dia di diagnosis dengan eklamsia berat. Menurut

perawat P, kemungkinan kematian dari Mrs. E dan bayinya akan meningkat bila

tidak ditangani selama 48 jam. Tetapi, keluarganya tidak memiliki mobil untuk ke

kota dan tidak mempunyai cukup biaya untuk operasi.

Ny. E : Saya hanya menginginkan anak saya selamat, saya tidak peduli

kalau saya akan meninggal. Hanya selamatkan bayi saya.

Tuan E : Tolong selamatkan istri saya dan bayi kami. Saya akan menjual

ginjal saya untuk menyelamatkan mereka.

Saudara Perempuan : saya akan bekerja di pelacuran untuk mendapatkan

cukup uang untuk membayar pengobatan tersebut.

Orang Tua : kejadian ini beberapa waktu lalu di desa kita, ini menyedihkan

tapi kita tidak bisa berbuat banyak tentang ini.

Perawat D : Saya melihat kasus yang sama bulan lalu. Gadis itu akhirnya

meninggal karena sepsis berat selama bekerja keras. Ini akan

bekerja lebih baik untuk menolong Ny. E dan membawa dia ke

kota untuk diobati.

Page 36: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Pertanyaan Kasus

1. Jika anda seorang professional terhadap pelayanan kesehatan

a. Apa yang kamu fikirkan tentang seharusnya perawat P lakukan

untuk menolong Ny. E dan keluarganya?

b. Jabarkan alasan yang anda buat tersebut!

2. Jika anda pemimpin dalam Negara anda

a. Apa aturan yang akan rencanakan untuk meningkatkan akses

pelayanan kesehatan di negaramu?

b. Jabarkan alasan yang anda buat tersebut!

Jawaban pertanyaan

1. Pertolongan awal pada eklamsi.

– Px TTV

– Tx Penurun Tekanan Darah

– Tx Konvulsan

– Rujukan (IC)

Rujukan

• Konfirmasikan pada keluarga

• Konfirmasikan kelengkapan alat untuk rujukan

Dalam skenario tidak dijelaskan tentang

kelengkapan alat-alat yang ada dalam akses kesehatan di

desa tersebut (co. ambulance desa, atau lainnya). Maka dari

itu kita perlu konfirmasikan lagi.

• Pencapaian letak akses pelayanan kesehatan

Page 37: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

1. Transportasi

2. Pelayanan kesehatan (Penyediaan RS, Puskesmas,

Tenaga medis)

3. Langkah Pelayanan kesehatan yang menyeluruh :

a. Preventif

b. Promotif

c. Kuratif

d. Rehabilitasi

2. Program MDGs 2015 (bab ibu dan anak)

Strategi :

1. Persalinan olh tenaga kesehatan

2. Penanggulangan Komplikasi

3. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangan

Komplikasi Keguguran

4. Cakupan dan kualitas YanBid

5. Swasta

6. Pemberdayaan keluarga dan wanita

7. Pemberdayaan masyarakat

BAB IV

Safe Motherhood

PendidikanPemberdayaan

Wanita

Sektor

kesehatan

HAM SosEk

MPS (Making Pregnancy) Safer

Page 38: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

PENUTUP

4.1. Simpulan

Kasus 1.5 Pengobatan untuk malaria adalah menggunakan anti

malaria dan boleh menggunakan herbal tetapi penggunaan obat herbal

yang sudah terstandarisasi. Pada kasus ini masih sadar sehingga kita harus

melindungi otonomi pasien. Pada kasus ini dalam segi moral kita

seharusnya tetap memberi antimalaria, tetapi pada segi etika salah satu

azaznya adalah menghormati otonomi pasien

Kasus 1.8 Salah satu asas etika medis adalah tidak mementingkan

diri sendiri. Maka ketika mendapatkan kasus yang bukan kompetensi kita,

sebaiknya dirujuk ke tanaga medis ahli yang lebih kompeten dan

profesional.

4.2. Saran

Setiap dokter atau tenaga medis profesional yang lain sebaiknya

dalam memutuskan suatu masalah, mempertimbangkan dari berbagai segi

seperti segi hukum, agama, moral dan etika. Khususnya untuk negara kita,

Indonesia, yang memilki kebudayaan ketimuran yang masih kental.

DAFTAR PUSTAKA

Page 39: Format Refkaaaaaaaaaaaaaaas

Akabayashi. Akira, Kodama. Satoshi. Biomedical Ethics in Asia. The mc-Graw-Hill Companies.

Samil, Ratna Suprapti. 2001. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bertens, K. 2001. Etika Prespektif Esai-esai tentang Masalah Aktual. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Hendrik. 2011. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC

http://www.surromomsonline.com/index.htm

http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/06/pre-eklamsi-kehamilan.html

introduction to heral traditional medicine Dra Atiana Hussaana, Apt, Msi