Fonem Suprasegmental

23
Fonem Suprasegmenta l Oleh: Ailah Dahlia Indria Hapsari Mardhana Ksatrya Niken Prameswari Novita Raini Venni Astria Yofiandhy Dwi Indrayana

Transcript of Fonem Suprasegmental

Page 1: Fonem Suprasegmental

Fonem Suprasegmental

Oleh:Ailah Dahlia

Indria HapsariMardhana KsatryaNiken Prameswari

Novita RainiVenni Astria

Yofiandhy Dwi Indrayana

Page 2: Fonem Suprasegmental

Selain vokal dan konsonan masih ada

lagi unsur ucapan lainnya, unsur

tersebut kemudian disebut unsur

suprasegmental. Unsur ini adalah

aksen, jeda atau pause, intonasi dan

prominen.

Page 3: Fonem Suprasegmental

Aksen Nada

• Jenis aksen bahasa Jepang adalah aksen nada, tinggi dan rendah. Berfungsi sebagai pembeda makna. Contoh dari Amanuma:

Kata Aksen Makna

Kami Tinggi-rendah Tuhan/dewa

Kami Rendah-tinggi Kertas

Kashiya Rendah-tinggi-rendah

Toko kue

Kashiya Rendah-tinggi-tinggi

Rumah kontrakan

Page 4: Fonem Suprasegmental

Aksen bahasa Jepang memiliki ciri-ciri:

1. Hanya ada 2 nada (tinggi dan rendah) yang bersifat relatif2. Inti nada ada pada fonem vokal dari gugusan ucapan berkuran 1 haku

yang disebut Mora3. Pergantian nada terjadi pada batas Mora4. Bagian nada tinggi hanya ada satu dan tidak pernah terputus di tengah-

tengah. Ada pola: rendah-tinggi-tinggi, tapi tidak ada pola tinggi-rendah-tinggi.

5. Bagian nada rendah bisa lebih dari satu. Contohnya: rendah-tinggi-rendah

Page 5: Fonem Suprasegmental

• Pola aksen di seluruh Jepang tidak sama – Amanuma dkk– Ex: 頭(あたま)- Kepala

戦禍(せんか)- Punggung

Daerah Letak Geografis Pola Aksen 頭 Pola Aksen 戦禍

Tokyo Daerah ibu kota dan sekitarnya

Rendah-tinggi-rendah Rendah-tinggi-tinggi

Kyoto Daerah ibu kota lama -+500km sebelah barat Tokyo

Tinggi-rendah-rendah Tinggi-rendah-rendah

Nagoya Daerah Jepang Tengah, antara Tokyo & Kyoto

Rendah-rendah-tinggi Rendah-rendah-tinggi

Sapporo Daerah Jepang Utara, -+500km sebelah utara Tokyo

Rendah-rendah-tinggi Rendah-tinggi-rendah

Kochi -+200-300km sebelah barat daya Kyoto, Shikoku

Tinggi-tinggi-rendah

Hyogo Daerah tetangga sebelah Kyoto

Tingi-tinggi-tinggi

Page 6: Fonem Suprasegmental

• Ditinjau dari segi pragmatik bahasa, dialek Tokyo tidak bisa dikatakan sebagai Bahasa Jepang standar, karena pengertian bahasa standar sesungguhnya mengaburkan Aksen Tokyo dan Osaka

• Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa ahli, AL:– Amanuma dkk : menurut linguistik geografis,

distribusi aksen tidak menunjukkan pola yang merata, sehingga nilai aksen itu (menurut pragmatik) menjadi menurun.

Page 7: Fonem Suprasegmental

– Sugito Miyoko : Memperlakukan dialek-dialek yang ada secara lazim berdasarkan daerahnya masing-masing, sehingga menghapus kedudukan politis dialek Tokyo sebagai bahasa Jepang standar. (sugito 1998:12-16)

– Ueno Yoshimichi : Ia memperlakukan Bahasa Tokyo bukan sebagai bahasa standar, melainkan salah satu variasi bahasa Jepang.

– Saito Yoshio : Menyebutkan Bahasa Tokyo sebagai Gendai Kyootsuu Nihongo (“Bahasa Jepang lingua franca zaman sekarang”)(1997:127)

Page 8: Fonem Suprasegmental

Jeda/pause

• Jeda adalah konsonan letup glotal yang tidak meletup keluar, berarti tertahan di tenggorokan

• Pause adalah jeda yang ditarik panjang atau pengucapan yang berhenti sebentar di tengah ujaran berfungsi sebagai pembeda makna.

Page 9: Fonem Suprasegmental

Contoh :

Kireina Meri-san no okaasan

Dua makna:a) “Ibu dari si Merry yang cantik”b) “Ibu si Merry, yang cantik”

Page 10: Fonem Suprasegmental

Pengucapan berpause (ditandai dengan ?) :

a) /kire:namerisaNno?oka:saN berakibat pemerian diantara /kire:na/ dan /merisaN/ menjadi berfungsi sehingga yang cantik adalah Merry

b) /kire:na?merisaNnooka:saN berakibat hubungan pemeriannya dengan kata /merisaN/ menjadi terputus sehingga yang cantik adalah ibunya

Page 11: Fonem Suprasegmental

Intonasi

• Intonasi : Perubahan tinggi rendahnya nada pada akhir kalimat yang mengungkapkan sisi psikologis dari penutur.

• Intonasi dasar dalam bahasa jepang: menaik dan menurun

Page 12: Fonem Suprasegmental

• Contoh kata-kata tunggal yang lazim digunakan dalam percakapan sehari-hari:

• Ket: – / / berarti intonasi menaik– / / berarti intonasi menurun

• Verba: – Aruku? / /

“jalan kaki nih?”– Aruku. / /

“ya, jalan kaki.”

Page 13: Fonem Suprasegmental

• Adjektif:– Ookii? / /

“ Apakah besar?”– Ookii. / /

“Ya, besar.”

• Nomina:– Gakusei? / /

“ Anda mahasiswa ya?”– Gakusei. / /

“Ya, saya Mahasiswa”

Page 14: Fonem Suprasegmental

Dalam kalimat tanya, intonasi menaik dan menurun tetap digunakan, tetapi intonasi menurun bukan berarti mengungkapkan jawaban afirmatif, melainkan mengungkapkan keheranan penutur akan jawaban yang diberikan oleh lawan bicaranya. Contoh:

– Gakusei desu ka? / /“Apakah anda mahasiswa?”

– Gakusei desu ka. / /“Oh, Kalau begitu anda mahasiswa?!”

Page 15: Fonem Suprasegmental

• Intonasi menaik: ditujukan kepada lawan• Intonasi menurun: ditujukan kepada dirinya

sendiri

• Contoh:– Soo desu ka? / /

“bukankah begitu? Bagaimana pendapatmu?”

– Soo desu ka. / /“oh, begitu.”

Page 16: Fonem Suprasegmental

Penggabungan intonasi menaik dan menurun

• Yamenasai! / /“jangan begitu!” (melarang lawan)

• Yamenasai!? / /“apa, tidak boleh!?” (mengejek larangan lawan)

• Ame. / /“hujan.” (memberitahu lawan)

• Ame? / /“Hujan ya?” (bertanya secara reflek)

• Ame!? / /“apa betul nih hujan!?” (balik bertanya setengah tidak percaya)

Page 17: Fonem Suprasegmental

Intonasi dasar atau intonasi penyambung (setsuzokuchoo)

• Intonasi ini digunakan untuk mengungkapkan makna penutur menjawab secara acuh. Contoh:– …To omoundakedo… / /

“terserah sajalah…”

Ket: tanda / / berarti intonasi mendatar.

Page 18: Fonem Suprasegmental

• Intonasi mendatar sering dipakai pada awal pembicaraan di telepon.

• Contoh:– Moshi moshi, yamada san no otaku desu ka.

Tanaka desu kedo… / /“halo, apakah ini rumah tuan yamada? Saya tanaka..” (memenggal pembicaraan sambil menunggu jawaban lawan)

Page 19: Fonem Suprasegmental

Prominen

• Prominen : Penekanan secara khusus pada bagian kalimat tertentu agar lawan bicara fokus pada bagian itu

• Di luar intonasi:Amanuma, Ootsubo, Mizutani, Okumura Mitsuo

• Menurut Amanuma dkk: Penekanan atau penegasan pada kalimat tertentu secara sengaja supaya lawan bicara tertarik

• Menurut Saito Yoshio: prominen sebagai penegasan yang sengaja dilakukan penutur

• Di dalam intonasi:Sugito Miyoko dan Koori Shiro

Page 20: Fonem Suprasegmental

• Bentuk penekanan dalam bahasa Jepang:Oto no takasa (suara yang tinggi) atau oto no tsuyosa (suara yang keras)

• Contoh:1) Nakamura-san wa

/tinggi-keras/ kiraida to iimashitarendah-lemah

2) kiraida/tinggi-keras/

Nakamura-san wa to iimashitarendah-lemah rendah-lemah

Page 21: Fonem Suprasegmental

Makna:1) “Ada yang berkata tidak menyukai Tuan Nakamura.”

2)”Tuan Nakamura berkata bahwa dia tidak suka.”Menurut Amanuma dkk, penghapusan makna ambigus dari contoh tersebut menggunakan prominen pause

Makna no.1 dengan pengucapan/nakamurasaNwakiraida?toiimasyita/

Makna no.2 dengan pengucapan/nakamurasaNwa?kiraidatoiimasyita/

Page 22: Fonem Suprasegmental

• Contoh:Anak: Mama, ittemo ii?Ibu : Iya, daaa..me! Benkyoo ga aru kara

• Prominen yang digunakan berbentuk pengucapan vokal /a/ pada /dame/ yang ditarik panjang

• Dari kedua contoh, interpretasi yang memisahkan prominen dari intonasibersifat rasional

Page 23: Fonem Suprasegmental

どうもありがとう

ございます。