FlorenceNightingale.pdf

13
Florence Nightingale 1 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net Florence Nightingale Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – wafat di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia. Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris. Masa kecil Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope. Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya

Transcript of FlorenceNightingale.pdf

Page 1: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

1 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Florence Nightingale

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – wafat di

London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor

perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama

Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya

yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang

Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.

Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan

rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada

pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan

mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah

yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan

Inggris.

Masa kecil

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan

dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota

tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota

kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa

Inggris.

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah

milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah

kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan

ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence

Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan

Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan

tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya

Page 2: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

2 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih

banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

Perjalanan ke Jerman

Di tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman, dan mengenal lebih

jauh tentang rumah sakit modern pionir yang dipelopori oleh Pendeta

Theodor Fliedner dan istrinya dan dikelola oleh biarawati Lutheran

(Katolik).

Di sana Florence Nightingale terpesona akan komitmen dan kepedulian

yang dipraktekkan oleh para biarawati kepada pasien.

Ia jatuh cinta pada pekerjaan sosial keperawatan, serta pulang ke Inggris

dengan membawa angan-angan tersebut.

Belajar merawat

Pada usia dewasa Florence yang lebih cantik dari kakaknya, dan sebagai

seorang putri tuan tanah yang kaya, mendapat banyak lamaran untuk

menikah. Namun semua itu ia tolak, karena Florence merasa "terpanggil"

untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan.

Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard

Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of

Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah

membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan.

Ditentang oleh keluarga

Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini

dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan

sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil

dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.

Perawat pada masa itu hina karena:

Page 3: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

3 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

1. Perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau "buntut"

(keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti kemana tentara

pergi.

2. Profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam

keadaan terbuka, sehingga dianggap profesi ini bukan profesi

sopan wanita baik-baik dan banyak pasien memperlakukan wanita

tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak

senonoh

3. Perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada

perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas.

4. Perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan

baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman

perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah

dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang

tidak hormat dari pasiennya.

Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk

kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di

rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat

yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan

keluar negeri untuk menenangkan pikiran.

Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk

mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia

belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang

takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi

perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga

Florence adalah Kristen Protestan.

Page 4: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

4 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit

untuk orang miskin di Perancis.

Kembali ke Inggris

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan

mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute

for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak

di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan

Oktober 1854. Ayahnya memberinya ₤500 per tahun (setara dengan ₤

25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat

hidup dengan nyaman dan meniti karirnya.

Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena

mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam

akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan

tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;

“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik,

tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka

menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan

ulama untuk orang Islam ”

Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan

Florence.

Perang Krimea

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara

Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia.

Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih

menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang

sakit dan luka-luka.

Page 5: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

5 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel

pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan

bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa

diberi perawatan sama sekali dan bertanya, "Apakah Inggris tidak memiliki

wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan

kemanusiaan yang mulia ini?".

Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa

masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat

itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.

Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah

satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit

banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak

adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia

meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence

menyanggupi.

Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih

oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki

menumpang sebuah kapal.

Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit

pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi

lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung

bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-

prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di

halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.

Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong

tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup

pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar

jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat

Page 6: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

6 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi

satu dan mengeluarkan bau tak sedap.

Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter

kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.

Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-

tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat

para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia

mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung

di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;

1. Perban diganti secara berkala.

2. Obat diberikan pada waktunya.

3. Lantai rumah sakit dipel setiap hari.

4. Meja kursi dibersihkan.

5. Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari

penduduk setempat.

Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang

manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.

Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun

baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang

luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa

kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.

Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan

mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk

membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah,

bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat

seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan

serangan seksual.

Page 7: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

7 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang

anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit

di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi

keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada

dibawah pengawasan Biarawati Kepala.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri,

Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia

keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.

Namun, kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak

berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya,

angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan

rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama

Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit

tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit

seperti; tipes, tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian

akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi

sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang

mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah

dan ventilasi udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence

Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki

sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat

kematian menurun drastis.

Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian

disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya

beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence

kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan

untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the

Page 8: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

8 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Army), akhirnya ia diyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit

meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.

Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih

mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama.

Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada

saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa

pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah

rumah sakit.

Bidadari berlampu

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu,

seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua

belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.

Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit,

ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya.

Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu

sampai besok karena sudah terlanjur gelap.

Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan

pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan

karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut

bisa mati kehabisan darah.

Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan

melaporkannya kepada Mayor Prince.

Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya

pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal

lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan,

membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan,

termasuk prajurit Rusia.

Page 9: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

9 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua

belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.

Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya

Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang

masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang

menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah

meninggal.

Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama "Bidadari

Berlampu". Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS,

menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul "Santa Filomena",

yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit

tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu

untukku. ”

Pulang ke Inggris

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7

Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang

ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut

BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu

Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle

Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia

terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis ("demam Krimea") yang

menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara

perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.

Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun

terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale

memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk

Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua.

Page 10: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

10 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan,

tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan

statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya.

Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer,

dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam

medik angkatan bersenjata.

Karir selanjutnya

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu

untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil

kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk

pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan

Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia

diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan

bernama "Dana Nightingale", dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris

Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut

berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000

sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale

berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah

perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-

perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.

Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka

profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-

baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana

dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik.

Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas

Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan

sekolah perawat tersebut.

Page 11: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

11 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan

baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea

telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat.

Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru

tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia

perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat

dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of

Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College

London.

Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik

mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya

dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut.

Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan

sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit

sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.

Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit

Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang

dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah

tinggal keluarganya.

Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun

diterapkan ditempat-tempat tersebut.

Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-

gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat

mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-

masing.

1. Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence

telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-

awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka

Page 12: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

12 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di

rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary's Hospital,

Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the

Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti:

Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary;

Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di

Sydney Hospital, di New South Wales, Australia. Orang sakit

menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka

mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka

kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran

Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.

2. Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang

Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini

menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan

sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di

kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh

dunia.

3. Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan

bagian tentang perawatan bayi.

4. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan

Universitas Medis Wanita.

5. Pada tahun 1870-an, Linda Richards, "perawat terlatih pertama

Amerika", berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan

membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan

pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda

Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.

6. Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah

Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.

Page 13: FlorenceNightingale.pdf

Florence Nightingale

13 Jaringan Perawat dan Keperawatan Indonesia | Keperawatan.Net

7. Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di

hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence

Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence

Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda

jasa ini.

8. Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City

dari kota London.

9. Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7

Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 –

sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, "Tuhan

berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya."

Meninggal dunia

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13

Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di

Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang

terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

(Dikutip dari http://id.wikipedia.org)