FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

13
67 Jurnal TEKNODIK TEKNODIK TEKNODIK TEKNODIK TEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833 Hal 67 - 79 ABSTRAK: Pekerjaan rumah yang dibawa pulang para siswa selama ini masih berupa soal-soal akademik. Sesampainya di rumah, tidak sedikit siswa merasa kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah tersebut. Minimnya waktu belajar di sekolah, keadaan orang tua yang kadang disibukkan dengan pekerjaan, dan ketidakpahaman siswa atas konten atau materi pelajaran menjadi persoalan-persoalan yang dihadapi siswa. Meskipun pemerintah menganjurkan untuk tidak membebankan pekerjaan rumah kepada siswa, kenyataan di lapangan guru- guru masih memberikan soal-soal akademik sebagai tugas yang harus dikerjakan siswa selama berada di rumah. Sudah seharusnya guru-guru mempertimbangkan bahwa setiap siswa merupakan pribadi yang unik dengan beragam karakter dan kemampuan. Masing-masing siswa memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda, sehingga tidak cukup bila hanya mengandalkan waktu belajar di dalam kelas. Perlu kiranya guru-guru mengembangkan dan menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif, untuk mengakomodasi beragam karakter dan kemampuan masing-masing siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif model pembelajaran yang tidak membebankan pekerjaan rumah kepada siswa. Melalui model Flipped Classroom, pembelajaran dilakukan dengan cara membalik apa yang secara tradisional dikerjakan di dalam kelas, diubah untuk dikerjakan di rumah, dan yang secara tradisional dikerjakan di rumah sebagai pekerjaan rumah diubah untuk diselesaikan di dalam kelas. Kata Kunci: Flipped Classroom, sekolah tanpa pekerjaan rumah, pekerjaan rumah. ABSTRACT: Nowadays, homework given to the students are still in the form of academic matters. At home, many students find it is difficult to do the homework. Their lack of time to learn, their parents who are busy with their works, and their limited understanding on the learning material have become the problems for them. Even though the government encourages FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH Flipped Classroom: School Without Homework Mujiono Universitas Terbuka Jl. Pd. Cabe Raya, Pd. Cabe Udik, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Indonesia [email protected] Diterima: 10 September 2018, Direvisi: 15 Januari 2019, Disetujui: 28 Mei 2021

Transcript of FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

Page 1: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

67Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Hal 67 - 79

ABSTRAK: Pekerjaan rumah yang dibawa pulang para siswaselama ini masih berupa soal-soal akademik. Sesampainya dirumah, tidak sedikit siswa merasa kesulitan mengerjakanpekerjaan rumah tersebut. Minimnya waktu belajar di sekolah,keadaan orang tua yang kadang disibukkan dengan pekerjaan,dan ketidakpahaman siswa atas konten atau materi pelajaranmenjadi persoalan-persoalan yang dihadapi siswa. Meskipunpemerintah menganjurkan untuk tidak membebankanpekerjaan rumah kepada siswa, kenyataan di lapangan guru-guru masih memberikan soal-soal akademik sebagai tugasyang harus dikerjakan siswa selama berada di rumah. Sudahseharusnya guru-guru mempertimbangkan bahwa setiap siswamerupakan pribadi yang unik dengan beragam karakter dankemampuan. Masing-masing siswa memiliki kecepatan belajaryang berbeda-beda, sehingga tidak cukup bila hanyamengandalkan waktu belajar di dalam kelas. Perlu kiranyaguru-guru mengembangkan dan menggunakan model-modelpembelajaran yang inovatif, untuk mengakomodasi beragamkarakter dan kemampuan masing-masing siswa. Tujuanpenelitian ini adalah untuk memberikan alternatif modelpembelajaran yang tidak membebankan pekerjaan rumahkepada siswa. Melalui model Flipped Classroom, pembelajarandilakukan dengan cara membalik apa yang secara tradisionaldikerjakan di dalam kelas, diubah untuk dikerjakan di rumah,dan yang secara tradisional dikerjakan di rumah sebagaipekerjaan rumah diubah untuk diselesaikan di dalam kelas.

Kata Kunci: Flipped Classroom, sekolah tanpa pekerjaan rumah, pekerjaan rumah.

ABSTRACT: Nowadays, homework given to the students arestill in the form of academic matters. At home, many studentsfind it is difficult to do the homework. Their lack of time to learn,their parents who are busy with their works, and their limitedunderstanding on the learning material have become theproblems for them. Even though the government encourages

FLIPPED CLASSROOM:SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

Flipped Classroom:School Without Homework

MujionoUniversitas Terbuka

Jl. Pd. Cabe Raya, Pd. Cabe Udik, Pamulang, Kota Tangerang Selatan,Banten, Indonesia

[email protected]

Diterima:10 September 2018,

Direvisi:15 Januari 2019,

Disetujui:28 Mei 2021

Page 2: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

68Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Hal 67 - 79

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

PENDAHULUAN

Pengajaran yang dilakukan kebanyakanguru di sekolah saat ini masih bersifattradisional (Mujiono, 2017). Tegasnya, sosokguru masih mendominasi prosespembelajaran yang ada di dalam kelas (Nadia& Hadi, 2014). Para siswa hanya dituntutuntuk duduk dan diam di dalam kelas sertamendengarkan informasi/materi apa sajayang disampaikan oleh guru. Pembelajaransatu arah yang menjadikan guru sebagaisumber informasi utama dan siswa berperanpasif adalah model pembelajaran zaman duludan tidak lagi sesuai dengan tuntutanperkembangan zaman (Zeki & Guneyli,2014). Meskipun kurikulum terbarumemberikan pendekatan kepada siswa untukmemiliki peran lebih aktif, kenyataannyakebanyakan guru masih memakai cara-carapengajaran tradisional. Langkah-langkahpengajaran secara tradisional umumnyadimulai dari menjelaskan materi, memberikanlatihan, dan diakhiri dengan pekerjaan rumah(Widiana & Jampel, 2016).

Pengajaran yang efektif tidaklahsesederhana hanya sebatas memindahkanpengetahuan dariseseorangkepada oranglain. Pengetahuan tentang bagaimana

memindahkan informasi dan keteramilansetidaknya sama penting denganpengetahuan tentang informasi danketerampilan itu sendiri (Slavin, 2011).Pengajaran yang efektif tidak terjadi secarakebetulan, perlu melibatkan perencanaan danpersiapan yang matang.Diakui secara luasbahwa perencanaan adalah bagian terpentingdari proses pengajaran (Bassett, dkk., 2013).Guru harus memperhitungkan perbedaan dankeragaman siswa dalam perencanaanpengajaran yang akan mereka lakukan (Black,dkk., 2019).

Untuk dapat memahami materi pelajarantertentu, setiap siswa membutuhkan waktubelajar yang berbeda-beda (Mujiono, 2017).Ada yang dengan membaca atau belajar satukali kemudian mereka bisa memahami, tetapiada pula yang harus membaca atau belajarbeberapa kali supaya mereka bisa mengertimateri yang dipelajari. Hal semacam inikadang kala menjadi sebuah permasalahanyang dihadapi oleh guru-guru di kelas. Seringditemui siswa lambat dalam belajar danmembutuhkan alokasi waktu belajar yanglebih banyak daripada temannya.

the teachers not to give homework to the students, in realitymany teachers still give their students homework in the formof academic matters. The teachers should have nowconsidered that each student has unique personality with theirown characteristics and capacity. They have different learningspeed so that it is not enough for most of them to just rely onthe learning time in the class. The teachers need to developand use innovative learning models to accommodate variouscharacteristics and capacity of the students. The objective ofthis research is to give learning model alternative that is notfelt as burden of homework by the students. Through the modelof Flipped Classroom, the learning is carried out in its reverse:what are usually done in the classroom are changed shouldbe done at home; and what are traditionally done at home arechanged should be done in the classroom.

Keywords: Flipped Classroom, school with out homework, homework.

Page 3: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

69Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Hal 67 - 79

Masing-masing siswa terlahir dengantingkat kemampuan yang berbeda. Tugasguru adalah membantu para siswa untuk bisamengembangkan kemampuan dan bakatyang dimilikinya (Mujiono, 2017). Kebanyakanguru hanya terpaku pada materi yang harusdihabiskan pada alokasi waktu tertentu, tanpamemikirkan apakah para siswa memahamimateri tersebut ataukah tidak. Seolah-olahtugas guru hanya sekedar menyampaikanmateri pelajaran. Mereka lupa bahwamembantu siswa agar bisa memahami materipelajaran, atau bahasa sederhananyamemfasilitasi belajar siswa, merupakan tugasyang tidak boleh diabaikan.

Terbatasnya waktu yang disediakansekolah dalam proses pengajaran di kelasmenjadi kendala utama bagi guru. Dalambeberapa jam pelajaran, guru dituntut harusmenyampaikan materi yang sudah ditentukansebelumnya. Pembelajaran di kelas habisdigunakan guru untuk menyampaikan materi,dan pada akhirnya siswa tidak memilikibanyak waktu untuk menyampaikanpertanyaan tentang materi yang belummereka pahami. Sepulang dari sekolah, siswamendapatkan pekerjaan rumah (PR) berupatugas-tugas akademik yang harus dikerjakanselama di rumah. Terbatasnya pemahamanyang didapatkan dari pengajaran guru dikelas, siswa pun pada akhirnya kesulitanmengerjakan PR tersebut. Ketika mendapatkesulitan seperti ini, kebanyakan siswabingung mencari bantuan, karena tidak semuaorang tua mampu atau bisa membantu siswamengerjakan PR. Beberapa dari merekamemiliki orang tua yang berpendidikan tinggidan dapat membantu mereka mengerjakanPR, sementara yang lain memiliki orang tuayang tidak memiliki pengetahuan dalamkonten/materi pelajaran dan tidak dapatmembantu mereka untuk mengerjakan PR(Schmidt & Ralph, 2016).

Di daerah pedesaan, mayoritas orang tuahanya mengenyam pendidikan tingkatrendah, sedangkan di kota mayoritas orangtua menghabiskan waktunya untuk bekerja.Pada akhirnya, banyak siswa memilih jambelajar tambahan di luar sekolah. Orang tuadengan tingkat perekonomian menengah ke

atas dengan mudah memasukkan anak-anaknya ke dalam lembaga kursus ataumenggunakan jasa guru privat. Tetapi, bagiorang tua yang mengalami kendalaperekonomian, tentu akan berpikir dua kaliapabila harus memasukkan anak-anaknya kedalam lembaga kursus ataupunmenggunakan jasa guru privat. Hal iniseharusnya menjadi pertimbangan para guruuntuk mengelola pembelajaran di sekolahagar proses pengajaran menjadi lebih efektif.Untuk dapat meningkatkan kualitaspendidikan memang tidak sederhana(Darmawan & Harahap, 2016). Beberapakondisi perlu diperhatikan untuk memperolehhasil yang maksimal. Guru sebagai penentujalannya proses pembelajaran memilikikewenangan penuh untuk menciptakankondisi yang ideal bagi para siswanya untukdapat belajar dengan baik. Mereka perlumemperbarui dan memperbaiki pengajarandan lingkungan pembelajaran yangdirancang, peran guru dan siswa, serta bahanbelajar yang digunakan (Çevikbaº & Argün,2017).

Tanggung jawab guru adalah untukmemfasilitasi dan merancang tindakan yangmengarah pada pencapaian tujuanpembelajaran (Griffiths, 2005). Berbagai caradapat dilakukan guru untuk bisa merancangdan mempersiapkan proses pembelajaran didalam kelas. Salah satunya adalah denganmengembangkan atau menggunakan model-model pembelajaran (Mujiono, dkk., 2018).Guru harus mulai berpikir secara profesionaldengan mendukung penggunaan modelpembelajaran baru (Hubbell & Goodwin,2019) yang mampu memberikan pengaruhbesar terhadap pengetahuan danketerampilan siswa.

Meskipun saat ini banyak modelpembelajaran yang berkembang, kebanyakandi antaranya masih membebankan pekerjaanrumah kepada siswa. Pekerjaan rumah yangberupa soal-soal akademik merupakanrangkaian kegiatan pada model-modelpembelajaran tradisional dan sering kalidigunakan guru di sekolah. Untuk itu,sebaiknya guru memberikan perhatian khususdalam memilah dan memilih model

Page 4: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

70Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Hal 67 - 79

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

pembelajaran yang lebih sesuai dengankarakter dan kebutuhan siswa (Nadia & Hadi,2014). Guru merupakan ujung tombakpendidikan, sudah seharusnya selaluberupaya melaksanakan tugas dengan baik.Mereka harus ikhlas dalam melaksanakantugas mulia tersebut (Sani, 2013). Guru yangkreatif dalam menggunakan modelpembelajaran akan mampu mengoptimalkanseluruh potensi siswa (Warsihna, 2013).

Seiring kemajuan siswa di sekolah,pembelajaran menjadi lebih efektif(Krahenbuhl, 2017) karena dari tahun ketahun para siswa diajarkan tentangbagaimana cara untuk menjadi pembelajaryang hebat. Sekolah yang baik secara proaktifbekerja memfasilitasi keberagaman siswauntuk aktif belajar (Rhim, 2020).

Perlu kiranya membuat kegiatanpendidikan yang lebih efisien tanpamengesampingkan efektivitas prosespembelajaran. Salah satu cara yang mungkinuntuk mencapai tujuan ini adalah reorganisasipengajaran dan lingkungan pembelajarandengan model pembelajaran FlippedClassroom (Çevikbaº & Argün, 2017).

METODA

Analisis isi (Content Analysis) merupakanmetode yang digunakan dalam penelitian ini.Krippendorff (2004) menjelaskan bahwaanalisis isi merupakan metode yangdidasarkan secara empiris, eksplorasi dalamproses, dan prediksi atau inferensial. Analisisisi mengacu pada tindakan menafsirkan danmenghasilkan kesimpulan selama prosesanalitis (Drisko & Maschi, 2015).

Beberapa skema penelitian analisis isi,yakni: (1) Utilizing, dengan mengambil data/informasi dari beberapa literatur, baik bukumaupun artikel jurnal tentang FlippedClassroom; (2) Sampling, dengan memilihdan membatasi data/informasi hanya darisumber primer (buku dan artikel jurnal)tentang Flipped Classroom; (3) Recording,dengan menjelaskan data/informasi tentangFlipped Classroom secara rinci dan naratif;(4) Reducing, dengan menyediakan data/informasi tentang Flipped Classroom secara

sederhana dan efisien; (5) Inferring, denganmenganalisis data/informasi tentang FlippedClassroom dan mencari makna yangterkandung di dalamnya; dan (6) Naratting,dengan memberikan jawaban ataspertanyaan penelitian berdasarkan hasilkajian data/informasi tentang FlippedClassroom.

Analisis isi dapat digunakan untukpembahasan mendalam terhadap semuabentuk komunikasi, baik komunikasi dalambentuk teks, audio maupun visual. Beberapacontoh saluran komunikasi yang biasadigunakan oleh kebanyakan orang diantaranya adalah surat kabar, berita radio,berita televisi dan dokumen dalam bentukyang lainnya (Jarir & Khairiah, 2019),sedangkan untuk kalangan akademisikomunikasi wajib yang sering digunakan yaknibuku dan artikel jurnal.

Pada penelitian ini, buku teks yangdianalisis adalah buku yang ditulis Bergmann& Sams (2012) berjudul Flip Your Classroom:Reach Every Student in Every Class EveryDay. Buku ini berisi sembilan Chapter, yangkemudian beberapa di antaranya dijadikanpokok bahasan dalam analisis isi, yakni:Pengalaman Bergmann & Sams membuatmodel Flipped Classroom; Mengapa harusmenggunakan model Flipped Classroom;Bagaimana menerapkan model FlippedClassroom; dan Kasus-kasus yang biasanyaterjadi dalam menerapkan Flipped Classroom.Beberapa artikel jurnal yang membahastentang efektivitas model Flipped Classroomdigunakan untuk melengkapi bahan analisis.

Peneliti mencoba menguraikan kesimpulantentang model pembelajaran FlippedClassroom untuk mengatasi permasalahanterkait kurangnya waktu belajar di sekolah.Siswa yang lambat belajar tidak cukup bilahanya menggunakan waktu yang disediakansekolah dengan beberapa jam pelajaranselama di kelas. Meniadakan pekerjaanrumah untuk siswa dengan menggunakanmodel pembelajaran Flipped Classroom,memberikan waktu belajar kepada siswa lebihbanyak daripada model pembelajaran secaratradisional.

Page 5: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

71Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Hal 67 - 79

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model PembelajaranModel pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang dapat digunakan gurusebagai panduan dalam mengajar untukmembantu siswa memperoleh informasi baru(Rahayu, 2015). Umumnya, setiap modelpembelajaran memiliki tahapan-tahapan ataulangkah-langkah (syntax) yang relatif tetap,berurutan, dan pasti. Tahapan-tahapantersebut digunakan sebagai pedoman guruuntuk menyajikan materi pelajaran. Modelpembelajaran dianggap sebagai teori miniyang bersifat mekanis, yakni berjalan secarasistematis seperti mesin (Nadia & Hadi, 2015).

Model pembelajaran yang baik harus bisamemfasilitasi belajar siswa dan memberikankesempatan kepada siswa mengonstruksipengetahuan melalui pengalaman belajarsecara mandiri (Isrok’atun & Tiurlina, 2016).Pemilihan model pembelajaran harus sesuaidengan tujuan pembelajaran yang telahditetapkan, materi pembelajaran yang akandisampaikan, karakteristik dan kemampuansiswa, kemampuan guru dalam mengelolapembelajaran, serta sumber belajar yangdigunakan.

Model pembelajaran mempunyai empat cirikhusus (Darmadi, 2017), yaitu:1. Rasional teoritis logis

Model pembelajaran mempunyai teoriberpikir yang bisa diterima akal. Artinya,para perancang atau pengembang modelpembelajaran harus mempertimbangkanbahwa teorinya sesuai dengan kondisi dilapangan.

2. Tujuan pembelajaranModel pembelajaran mempunyai tujuanyang jelas tentang apa yang akan dicapai,bagaimana siswa belajar dengan baik,danbagaimana cara memecahkan suatumasalah yang terjadi dalam prosespembelajaran.

3. Tingkah laku mengajarModel pembelajaran memiliki tingkah lakumengajar yang telah ditetapkan, karenadalam model pembelajaran terdapatlangkah (syntax) yang harus dilaksanakandengan baik oleh seorang guru.

4. Lingkungan belajarModel pembelajaran memiliki lingkunganbelajar yang kondusif dan nyaman bagisiswa sehingga suasana belajar dapatmenjadi salah satu aspek penunjang untukbisa mencapai tujuan pembelajaran.

Flipped ClassroomFlipped Classroom atau membalik kelas

pada dasarnya merupakan konsep modelpembelajaran dengan membalik prosespembelajaran yang secara tradisionaldilakukan di kelas diubah untuk dilakukan dirumah, dan yang secara tradisional dilakukansebagai pekerjaan rumah diubah untukdiselesaikan di dalam kelas (Bergmann &Sams, 2012). Pengiriman konten atau materipelajaran dapat menggunakan berbagaibentuk, misalnya video pembelajaran online,diskusi kolaboratif online, penelitian digital,dan teks bacaan (Suo & Hou, 2017).

Model Flepped Classroom muncul berawaldari permasalahan yang dikeluhkan parasiswa. Ketika di dalam kelas, guru berbicaramenyampaikan materi pelajaran denganterlalu cepat sehingga para siswa tidaksempat mencatat penjelasan yangdisampaikan guru. Sepulang dari sekolah,ketika siswa hendak menyelesaikanpekerjaan rumah, mereka kebingungankarena apa yang mereka catat selama disekolah tidak sesuai dengan tugas yang akanmereka kerjakan. Mereka juga mengalamikesulitan memahami cacatan yang telahmereka buat selama di sekolah. Bergmann &Sams (2012) sudah menerapkan model inibeberapa tahun dan memberikan kesimpulanbahwa Flipped Classroom dapat mengatasimasalah kebutuhan siswa yang beragam danmemungkinkan guru melakukan pengajaranyang berorientasi kepada siswa, dengan caramemberikan kesempatan dan kebebasankepada siswa untuk belajar secara mandiriselama berada di rumah.

Ruang kelas, yang menggeserpembelajaran dari model tradisional yangberpusat pada guru menjadi berpusat padasiswa, mengubah peran guru dari dominatorkelas menjadi fasilitator pembelajaran siswa.Namun, ini tidak berarti bahwa peran guru

Page 6: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH
Page 7: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

73Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Hal 67 - 79

tinggi memungkinkan siswa untuk berpikirkritis dan berani mengambil keputusan ataspekerjaan mereka di semua bidang kehidupan(Smith & Darvas, 2017).

Flipped Classroom memberikan peluangagar interaksi antara guru dengan siswaselama di dalam kelas lebih intensif danberkualitas. Siswa mengambil sendiritanggung jawab belajar selama berada dirumah (Ozdamli & Asiksoy, 2016). Padaakhirnya, siswa dapat belajar dengankemampuan dan kecepatan masing-masing.Siswa memiliki potensi untuk belajar dalamwaktu mereka sendiri dengan jumlah otonomitertentu dalam hal manajemen waktu (Eppard& Rochdi, 2017). Konsep semacam itu,memberikan kebebasan kepada siswa untukmenyesuaikan kemampuan dan prosesbelajar mereka masing-masing sesuai dengankebutuhannya (Pinnelli & Fiorucci, 2015).

Pada model pembelajaran FlippedClassroom, proses belajar selama di dalamkelas terjadi ketika siswa berkolaborasi, baikdengan orang dewasa yang lebih terampilmaupun teman sejawatnya untukmemecahkan masalah yang berada di luarkemampuannya. Hubungan yangdikembangkan siswa dengan teman sejawatmenjadi faktor kunci kesuksesan FlippedClassroom (McCollum, dkk., 2017). Selainmeningkatkan kemampuan akademik,hubungan siswa dengan teman sejawat akanmempererat persahabatan mereka. Siswamenjadi lebih perhatian dengan teman,berbicara lebih leluasa dalam diskusikelompok, dan memperoleh pandanganpositif dari upaya kolaboratif. FlippedClassroom memberikan peluang dankesempatan yang lebih besar kepada parasiswa untuk berkolaborasi, masing-masingsiswa dapat terhubung dengan teman satukelompok dalam lingkungan belajar yang lebihberarti (Gomez-Lanier, 2018).

Pada periode tahun 2012, FLN (FlippedLearning Network) melakukan studi tentangguru yang menerapkan Flipped Classroom diSMP dan SMA. Studi ini menunjukkan bahwa99% dari guru yang menerapkan FlippedClassroom akan terus menggunakannya,67% melaporkan peningkatan dalam kinerja

siswa dan 80% melaporkan peningkatandalam keterlibatan siswa (Schmidt & Ralph,2016).

Setidaknya terdapat lima alasan yangdijadikan pertimbangan guru untuk tetapmenggunakan Flipped Classroom, yaitu:1. meningkatkan keterlibatan siswa;2. memperkuat keterampilan berbasis

kelompok;3. menawarkan bimbingan kepada siswa

yang dipersonalisasi;4. fokus diskusi kelas; dan5. memberikan kebebasan (Millard, 2014).

Langkah-langkah Flipped ClassroomLangkah awal yang harus dilakukan guru

dalam menerapkan model Flipped Classroomadalah menyiapkan bahan belajar siswa.Bahan belajar tersebut nantinya akandipelajari siswa ketika berada di rumah. Gurusebaiknya mempertimbangkan bahan belajaryang sesuai dengan karakter dan kebutuhansiswa. Selain itu, pertimbangan mengenaigaya belajar siswa juga perlu mendapatkanperhatian, agar tujuan pembelajaran yangdiinginkan dapat tercapai. Misalnya, siswadengan gaya belajar auditori memerlukanbahan belajar berbentuk audio/suara, dansiswa dengan gaya belajar visual memerlukanbahan belajar berbentuk visual berupagambar atau video (Mujiono, 2017).

Salah satu tugas guru yang cukup sulit saatmencoba menerapkan model pembelajaranFlipped Classroom adalah menyiapkankonten atau materi pelajaran yang nantinyadigunakan sebagai bahan belajar siswa.Untuk memenuhi karakter dan kebutuhansiswa yang beragam, diperlukan lebih darisatu bentuk atau format bahan belajar untuksiswa. Agar bahan belajar tersebut dapatdisajikan dalam berbagai format, salah satucaranya adalah dikemas dalam bentuk digital(Mujiono, 2017). Penggunaan bahan belajardigital lebih menarik perhatian siswa danmemberikan kepuasan dalam belajar, sertamembantu mereka mencapai hasil belajaryang lebih baik (Fisher, dkk., 2017).

Tidak semua guru di sekolah mampumemproduksi bahan belajar dalam bentukdigital. Kebanyakan guru di sekolah masih

Page 8: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

74Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Hal 67 - 79

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

didominasi oleh generasi tua, yang padamasanya belum familiar dengan teknologidigital. Untuk mengatasi hal ini, guru dapatmenggunakan bahan belajar dari pihak lain.Situs Rumah Belajar yang disediakanKemendikbud merupakan alternatif bagi guruyang belum/tidak bisa memproduksi sendiribahan belajar untuk siswa. Beberapa macamkonten digital dengan berbagai format telahtersedia di situs tersebut, sehingga gurutinggal memilih bahan belajar untuk siswayang sesuai dengan materi pelajaran.

Awal pertemuan di dalam kelas, gurumemberikan bahan belajar yang akandipelajari siswa selama berada di rumah.Selama di rumah, tugas siswa hanya belajardan mencatat materi pelajaran yang belumdimengerti. Kesulitan atau ketidak pahamansiswa terhadap materi yang dipelajari ketikabelajar mandiri di rumah, nantinya dibawa kesekolah dan ditanyakan kepada guru. Didalam kelas, tugas utama guru adalahsebagai fasilitator (Osman, dkk., 2015). Gurumemberikan jawaban dan penjelasanterhadap pertanyaan-pertanyaan yangdisampaikan siswa terkait materi pelajaranyang belum dimengerti. Selanjutnya, gurumembimbing siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan terkait materi pelajaran yang telahdijelaskan. Para guru harus menjadipengamat yang baik selama prosespembelajaran di kelas. Guru harus bisamenentukan bagian-bagian materi pelajaranmana saja yang dianggap gagal dan perludilakukan perbaikan. Guru juga harus menjadipembimbing yang baik selama pembelajarandi kelas (Akin, 2016).

Diperlukan guru-guru profesional yangbenar-benar memahami materi pelajaran agarberhasil menerapkan model FlippedClassroom. Guru perlu memperhatikan pulatentang perbedaan kemampuan kognitif siswayang erat kaitannya dengan bagaimana caramereka menganalisis dan mensintesisinformasi (Darmawan, dkk., 2017).

Kemampuan untuk berpindah secaramental dari satu topik ke topik lainnyadiperlukan, dan pemahaman komprehensiftentang keterkaitan konten sangat penting(Bergmann & Sams, 2012). Hal ini untuk

mempersiapkan seandainya siswamenyampaikan pertanyaan-pertanyaanyang lebih mendalam terkait materipelajaran.

Apabila terdapat kesulitan atas pertanyaanyang disampaikan siswa, guru harus beranimengakui ketika dia tidak tahu dan harusbersedia mencari jawaban bersama siswa.Guru harus mengambil kesempatan ini untukmenunjukkan apa artinya menjadi pembelajar(guru adalah siswa utama di kelas) (Bergmann& Sams, 2012). Guru harus menunjukkankepada siswa apa yang dilakukan orangdewasa ketika mereka tidak tahu jawabannya,mengajari mereka cara berkolaborasi, danmembimbing mereka untuk menemukanjawabannya.

Tidak hanya mempelajari materi ataubahan belajar yang telah diberikan guru, parasiswa harus mampu belajar sedemikian rupauntuk mempersiapkan kegiatan individu dankolaboratif bersama dengan teman kelompokselama proses pembelajaran di dalam kelas.Saat menggunakan model pembelajaranFlipped Classroom, siswa ditugaskan untukmemecahkan masalah denganmemanfaatkan informasi yang telah merekapelajari melalui konten pembelajaran yangdiberikan guru. Untuk menyelesaikan tugas-tugas ini, siswa bekerja secara individual ataudalam kelompok di bawah pengawasan guru(Eppard & Rochdi, 2017).

Kegiatan kolaboratif dengan berbagaikelompok memberikan peluang lebih besarkepada siswa untuk dapat menyelesaikantugas di kelas, dan meningkatkanketerampilan manajemen waktu dalammembangun pemahaman yang lebih besartentang materi yang sedang dipelajari(Gomez-Lanier, 2018). Sebagian siswamenganggap keterampilan komunikasimereka mengalami peningkatan melaluikegiatan kolaboratif yang sering dilakukandalam model pembelajaran FlippedClassroom. Guru harus mendukung danmemfasilitasi diskusi kelompok yangdilakukan oleh siswa dengan petunjuk-petunjuk sederhana dan seperlunya, tetapitidak mendikte arah diskusi (McCollum, dkk.,2017). Hal ini dimaksudkan agar siswa

Page 9: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

75Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Hal 67 - 79

mengambil peran utama dalam prosespembelajaran di dalam kelas.

Proses penilaian dapat dilakukan denganberbagai macam cara, misalnya melalui studidokumen yang dilakukan oleh guru ketikamempimpin kelompok dan antarkelompokselama siswa berdiskusi membahas materipelajaran (Akin, 2016). Guru dapat pulamenyiapkan beberapa pertanyaan tentangpengetahuan yang sudah dipelajari siswa.Selanjutnya guru memberikan umpan balikterhadap jawaban yang disampaikan siswa(McCollum, dkk., 2017).

Penilaian sangat perlu dilakukan karenaketika di rumah siswa mungkin tidak benar-benar belajar bila guru tidak memberikanpenilaian (Arnold-Garza, 2014). Secara alamisiswa ingin memberikan kesan baik kepadaguru dan mereka akan merasa malu apabilatidak siap atau tidak dapat menjawabpertanyaan guru (Breimer, dkk., 2016).Penilaian akan merangsang siswa agarmereka benar-benar belajar ketika di rumah.Selain itu, praktik penilaian juga dapatmeningkatkan prestasi belajar siswa (Mazur,dkk., 2015).

Secara umum, ada lima komponen utamaberikut ini yang harus dilakukan guru sebelummemulai Flipped Classroom.1. Menetapkan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran adalah hasil yangdiinginkan untuk setiap siswa. Oleh karenaitu, tujuan pembelajaran harus dirancangdengan jelas. Gunakan standar dankerangka kerja nasional, serta penilaianterbaik untuk menentukan apa yang inginsiswa ketahui dan lakukan.

2. Menyiapkan bahan belajarPilih bahan belajar yang akan diberikankepada siswa sesuai dengan tujuanpembelajaran yang sudah ditentukan.Untuk memberikan hasil terbaik, gunakanbeberapa bahan belajar dengan berbagaiformat, agar siswa nantinya bisa memilihsendiri bahan belajar yang sesuai dengankarakter dan gaya belajarnya.

3. Mendistribusikan bahan belajarPastikan setiap siswa memiliki akses untukmendapatkan bahan belajar yang telahdisiapkan. Ada berbagai cara yang dapat

dilakukan, misalnya: memposting bahanajar melalui jejaring sosial, menyimpannyadi server sekolah, atau menggandakannyasecara manual melalui flashdisk atau CD/DVD.

4. Membimbing siswa di kelasJawablah setiap pertanyaan yangdisampaikan siswa. Apabila terdapatkesulitan, carilah jawabannya bersama-sama dengan siswa. Bimbing juga merekaketika melakukan diskusi kelompok.

5. Melakukan penilaianBuat beberapa macam penilaian untukmenunjukkan penguasaan mereka darisetiap tujuan pembelajaran dalam unitstudi tertentu. Gunakan beberapa teknikdan instrumen penilaian sesuai denganmasing-masing tujuan pembelajaran.Selama menggunakan model Flipped

Classroom, guru harus memperhatikan empatpilar dalam praktik mengajar mereka (FLN,2014). Empat pilar tersebut termuat dalamkata F-L-I-P.1. F (Flexible Environment):

Guru menciptakan ruang belajar yangfleksibel agar para siswa dapat memilihsendiri kapan dan di mana mereka inginbelajar. Selain itu, penggunaan modelFlipped Classroom menyediakan ruangbelajar yang fleksibel sehingga guru bisamengakomodasi kebutuhan siswa selamabelajar kelompok atau belajar mandiri.Flipped Learning Network (2014)menyebutkan ada tiga indikator yangdigunakan:a. Guru menetapkan ruang dan kerangka

waktu yang memungkinkan siswa untukberinteraksi dan merefleksikanpembelajaran sesuai kebutuhanmereka.

b. Guru terus mengamati dan memantausiswa untuk membuat penyesuaian.

c. Guru memberi siswa berbagai carauntuk mempelajari materi pelajaran danmendemontrasikan pengetahuan.

2. L (Learning Culture):Apabila dalam model pembelajaran

tradisional, guru adalah sumber informasiutama, sedangkan pada model FlippedClassroom, pembelajaran berpusat pada

Page 10: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

76Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Hal 67 - 79

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

siswa. Waktu yang tersedia selama didalam kelas didedikasikan untukmengekplorasi materi pelajaran secaralebih intensif dan mendalam. Tujuannyaagar siswa memiliki peluang belajar yanglebih besar. Selanjutnya, siswa secara aktifterlibat dalam konstruksi pengetahuankarena mereka berpartisipasi danmengevaluasi pembelajaran dengan carayang bermakna. Flipped Learning Network(2014) menyebutkan ada dua indikatoryang digunakan:a. Guru memberi siswa kesempatan untuk

terlibat dalam kegiatan bermakna tanpaguru menjadi pusatnya.

b. Guru merancang kegiatan danmembuatnya dapat diakses oleh semuasiswa melalui diferensiasi dan umpanbalik.

3. I (Intentional Content):Guru berpikir tentang bagaimana cara

menggunakan model Flipped Classroomagar dapat membantu siswa dalammengembangkan pemahaman konseptualdan keterampilan prosedural. Gurumenentukan materi apa saja yang harusmereka ajarkan dan materi apa saja yangharus dieksplorasi siswa. Gurumenggunakan konten pembelajaran yangmenarik untuk memaksimalkan waktubelajar di kelas, mengadopsi metode danstrategi pembelajaran yang berpusat padasiswa, serta menyesuaikan jenjang/tingkatan kelas dengan materi pelajaran.Flipped Learning Network (2014)menyebutkan ada tiga indikator yangdigunakan:a. Guru memprioritaskan konsep yang

digunakan dalam pembelajaranlangsung untuk digunakan secaraindividu oleh siswa.

b. Guru membuat serta menyusun kontenpembelajaran yang relevan (biasanyavideo) untuk siswa.

c. Guru membedakan agar kontenpembelajaran dapat diakses danrelevan untuk semua siswa.

4. P (Professional Educator):Model Flipped Classroom seringkali lebih

menuntut peran guru secara profesional.Selama di kelas, guru terus mengamati siswa,memberikan umpan balik secara langsung,dan menilai hasil pekerjaan siswa. Sesamaguru saling terhubung untuk meningkatkankualitas pengajaran, menerima kritik ataumasukan yang membangun, dan menoleransikesalahan yang terjadi di dalam kelas. Gurusecara profesional mengambil peran yangkurang menonjol di dalam kelas, tetapi tetapmenjadi unsur penting agar model FlippedClassroom terlaksana dengan baik. FlippedLearning Network (2014) menyebutkan adatiga indikator yang digunakan:a. Guru menyediakan waktu untuk

memberikan umpan balik kepada siswa,baik secara individu, kelompok kecilmaupun keseluruhan siswa di dalam kelas.

b. Guru melakukan penilaian formatifberkelanjutan selama waktu pembelajarandi kelas melalui observasi dan denganmerekam data agar memperoleh informasiuntuk merancang pembelajaranberikutnya.

c. Guru berkolaborasi dan melakukan refleksidengan rekan guru yang lain sertabertanggung jawab dalam praktik mengajardi kelas.

Kelebihan dan Kekurangan FlippedClassroom

Meskipun muncul bermacam-macammodel pembelajaran, dapat dipahami bahwatidak ada satu pun model pembelajaran yangsempurna. Artinya, selain memiliki kelebihan,tentunya model-model pembelajaran tersebutmemiliki kekurangan, begitu juga denganmodel Flipped Classroom. Berdasarkan hasilanalisis bibliometri yang dilakukan oleh Çakýr,dkk. (2021) dalam rentang waktu antara tahun2015-2019, secara umum menunjukkankelebihan dan kelemahan dari penggunaanmodel Flipped Classrom.

Kelebihan:1. Siswa lebih aktif dalam memahami materi

pelajaran.2. Siswa lebih siap berada di kelas karena

Page 11: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

77Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Hal 67 - 79

selama di rumah sudah belajar materipelajaran (pra-pembelajaran).

3. Memberikan pembelajaran permanenkarena memiliki kesempatan untukmengulang materi pelajaran sebanyakyang diinginkan.

4. Memotivasi siswa dengan memberikanperhatian lebih kepada mereka.

5. Memberikan kesempatan kepada siswaagar mudah menyiapkan kontenpembelajaran.

6. Siswa belajar dengan kecepatan merekasendiri dan mengambil tanggung jawabbelajar masing-masing.

7. Waktu dapat digunakan dengan lebihefisien dan kreatif.

8. Memungkinkan siswa untuk mengaksesmateri pelajaran dari rumah masing-masing, seandainya mereka berhalanganhadir di kelas.

Kekurangan:1. Ketersediaan jaringan internet yang dimiliki

siswa mempengaruhi akses ke kontenpembelajaran.

2. Menimbulkan masalah bagi siswa yangtidak dapat memotivasi diri mereka sendiriuntuk belajar karena mereka belajardengan kecepatan mereka sendiri.

3. Harapan siswa bisa belajar dalam waktusingkat dapat berdampak buruk padakualitas pembelajaran.

4. Kondisi siswa ketika melakukanpembelajaran di luar kelas tidak dapatdikontrol.

5. Ketidakmampuan guru menyiapkan kontenvideo menjadi masalah.

6. Kondisi negatif ketika video berdurasipanjang dan masalah teknis mungkinditemui saat siswa menonton video.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanPenggunaan model pembelajaran Flipped

Classroom memberikan keuntungan, baikbagi guru maupun siswa. Kapasitas waktubelajar yang disediakan oleh modelpembelajaran Flipped Classroom mampumengakomodasi beragam siswa dengan

kemampuan dan kecepatan belajar yangberbeda-beda. Guru menyediakan bahan/konten pembelajaran untuk siswa sesuaidengan materi pelajaran dan tujuanpembelajaran yang telah ditentukan.Pemanfaatan bahan belajar yang tersebar diinternet akan mempermudah guru-guru yangtidak bisa memproduksi sendiri bahan belajaruntuk siswa. Misalnya, dalam situs RumahBelajar yang dikembangkan olehKemendikbud, terdapat berbagai bahanbelajar yang tersedia dalam berbagai format.Guru dapat memanfaatkan bahan belajaruntuk siswa dengan format yang beragam,menyesuaikan dengan gaya belajar siswa.Selama di kelas, guru membimbing siswauntuk memahami materi pelajaran yang belumdimengerti.

Kegiatan kolaboratif terjadi tidak hanyaantara guru dengan siswa, melainkan jugaantarsiswa dalam satu kelompok. Banyakkeuntungan yang diperoleh dari kolaborasiantarsiswa dalam kelompok. Siswa menjadilebih perhatian kepada teman-temannya danlebih terbuka ketika menyampaikan pendapatselama diskusi dalam kelompok. Selainmemperoleh keuntungan akademik, kegiatankolaboratif juga memberikan keuntungansosial. Persahabatan antarsiswa akan terjalinlebih erat karena mereka akan terbiasabekerjasama.

SaranTuntutan zaman semakin ke depan

semakin berat. Tidak cukup bila hanyamengandalkan kemampuan menghafal saja.Siswa perlu diajarkan kemampuan berpikirtingkat tinggi, sehingga mereka nantinyamampu menyelesaikan masalah dalampekerjaan dan kehidupannya. Guru-guru disekolah diharapkan mulai berpikir ulang sertamelakukan refleksi tentang cara mengajarmereka. Perbedaan karakteristik dankemampuan siswa yang berkaitan dengancepat atau lambatnya dalam memahamimateri pelajaran tertentu perlu diperhatikan,agar tujuan pembelajaran dapat tercapaisesuai dengan yang diharapkan. Guru-guruharus kreatif dalam mengelola pembelajarandan berani mencoba mengembangkan dan

Page 12: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

78Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Hal 67 - 79

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Akýn, E. (2016). Flipped classroom learning modeland its availability in Turkish education.

Arnold-Garza, S. (2014). The flipped classroomteaching model and its use for informationliteracy instruction. Communications inInformation Literacy, 8(1), 9.

Bassett, S., Bowler, M., & Newton, A. (2013).Schemes of work, units of work and lessonplanning. Learning to Teach in the SecondarySchool: A Companion to School Experience,65-76.

Bergmann, J., & Sams, A. (2012). Flip yourclassroom: Reach every student in every classevery day. International society for technologyin education.

Black, A., Lawson, H., & Norwich, B. (2019).Lesson planning for diversity. Journal ofResearch in Special Educational Needs, 19(2),115-125.

Breimer, E., Fryling, M., & Yoder, R. (2016). Fullflip, half flip and no flip: Evaluation of flippingan introductory programming course.Information Systems Education Journal, 14(5),4.

Çakir, R., Sayin, V., & Bektas, S. (2021).Bibliometric Analysis of Studies Conductedbetween 2015-2019 on the Flipped ClassroomModel. International Journal of Research inEducation and Science, 7(1), 163–187.

Cevikbas, M., & Argün, Z. (2017). An innovativelearning model in digital age: Flippedclassroom. Journal of Education and TrainingStudies, 5(11), 189–200.

Darmadi, H. (2017). Pengembangan model danmetode pembelajaran dalam dinamika belajarsiswa. In Yogyakarta: Deepublish.

Darmawan, D., & Harahap, E. (2016).Communication strategy for enhancing qualityof graduates nonformal education throughcomputer based test (CBT) in West Java

Indonesia. 11, 8641–8645.Darmawan, D., Ruyadi, Y., Abdu, W. J., & Hufad,

A. (2017). Efforts to Know the Rate at whichStudents Analyze and Synthesize Informationin Science and Social Science Disciplines: AMultidisciplinary Bio-Communication Study.OnLine Journal of Biological Sciences, 17(3),226–231.

Drisko, J. W., & Maschi, T. (2016). Contentanalysis. Pocket Guides to Social Work R.

Eppard, J., & Rochdi, A. (2017). A Framework forFlipped Learning. International Association forDevelopment of the Information Society.

Fisher, R., Ross, B., LaFerriere, R., & Maritz, A.(2017). Flipped learning, flipped satisfaction,getting the balance right. Teaching & LearningInquiry, 5(2), 114–127.

Gomez-Lanier, L. (2018). Building Collaborationin the Flipped Classroom: A Case Study.International Journal for the Scholarship ofTeaching and Learning, 12(2), 7.

Hubbell, E. R., & Goodwin, B. (2019). InstructionalModels: Doing the Right Things Right. McRELInternational.

Isrok’atun, I. (2016). Model PembelajaranMatematika Situation-Based Learning diSekolah Dasar. UPI Sumedang Press.

Jarir, J., & Khairiah, K. (2019). NILAI-NILAIDAKWAH DI MEDIA MASSA (KAJIANTERHADAP RUBRIK OPINI RIAU POS). AlImam: Jurnal Manajemen Dakwah, 182–194.

Krahenbuhl, K. S. (2017). An Engaging, yet FailedFlip. InSight: A Journal of Scholarly Teaching,12, 132–144.

Krippendorff, K. (2018). Content analysis: Anintroduction to its methodology. Sagepublications.

Kurihara, Y. (2016). Flipped classroom: Effects oneducation for the case of economics. Journalof Education and E-Learning Research, 3(2),65–71.

Lorin, W. A., & David, R. . (2015). KerangkaLandasan untuk Pembelajaran, PengajaranDan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mazur, A., Brown, B., & Jacobsen, M. (2015).Learning Designs using Flipped ClassroomInstruction| Conception d’apprentissage àl’aide de l’instruction en classe inversée.Canadian Journal of Learning and Technology/

menerapkan model-model pembelajaraninovatif, yaitu model-model pembelajaranyang berorientasi kepada siswa sebagai pusatpembelajaran, sehingga memberikan peluangkepada siswa untuk bisa mengembangkankemampuan dan potensi yang dimilikinya.

PUSTAKA ACUAN

Page 13: FLIPPED CLASSROOM: SEKOLAH TANPA PEKERJAAN RUMAH

79Jurnal TEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIKTEKNODIK Vol. 25 - Nomor 1, Juni 2021 ISSN: 2088 - 3978 e-ISSN: 2579 - 4833

Mujiono: Flipped Classroom. Sekolah Tanpa Pekerjaan Rumah

Hal 67 - 79

La Revue Canadienne de l’apprentissage etde La Technologie, 41(2).

McCollum, B. M., Fleming, C. L., Plotnikoff, K. M.,& Skagen, D. N. (2017). Relationships in theFlipped Classroom. Canadian Journal for theScholarship of Teaching and Learning, 8(3),p.n3.

Millard, E. (2014). 5 Reasons Why FlippedClassrooms Work. Embracing New Paradigmsin Education, compiled by HW Wilson. 224–228.

Mujiono. (2017a). Bahan Belajar Mandiri MataPelajaran Desain Grafis menggunakan MediaVideo untuk Siswa Tunarungu. ProsidingLomba Karya Tulis Ilmiah Guru SMA/SederajatDan Dosen Se-Jawa Timur Tahun 2017, 46–51.

Mujiono. (2017b). Pengembangan E-learningSebagai Pusat Sumber Belajar untukMendukung Student Centered Learning.Seminar Nasional Teknologi PembelajaranDan Pendidikan Dasar 2017, 49–55.

Mujiono, M., Degeng, I. N. S., & Praherdhiono, H.(2018). Pengembangan Pembelajaran SistemBlended Berbasis Universal Design forLearning untuk Kelas Inklusif. JurnalPendidikan: Teori, Penelitian, DanPengembangan, 3(6), 758–763.

Nadia, Z., & Hadi, S. (2015). Pengaruh modelpembelajaran guided inquiry terhadap hasilbelajar IPA. Jurnal Teknodik, 141–155.

Network, F. L. (n.d.). FLN,(2014). The Four Pillarsof FLIPTM. Recuperado de: Http://Flippedlearning. Org/Cms/Lib07/VA01923112/Centr ic i ty /Domain/46/FLIP_handout_FNL_Web. Pdf.

Osman, S. Z. M., Jamaludin, R., & Iranmanesh,M. (2015). Student Centered Learning at USM:What Lecturer and Students Think of This NewApproach?. Journal of Education and Practice,6(19), 264–277.

Ozdamli, F., & Asiksoy, G. (2016). FlippedClassroom Approach. World Journal onEducational Technology: Current Issues, 8(2),98–105.

Pinnelli, S., & Fiorucci, A. (2015). University andFlipped Learning TIC & DIL Project:Framework and Design. InternationalAssociation for Development of theInformation Society.

Rahayu, W. (2015). Model Pembelajaran Komeks:Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan KarakterAspek Membaca Intensif di SD. Deepublish.

Rhim, L. M. (2020). A good school is good forstudents of all abilities. Phi Delta Kappan,102(3), 18-22.

Sani, R. A. (2013). Inovasi pembelajaran. InJakarta: Bumi Aksara.

Schmidt, S. M. P., & Ralph, D. L. (2016). Theflipped classroom: A twist on teaching.Contemporary Issues in Education Research(CIER), 9(1), 1–6.

Slavin, R. E. (2011). Psikologi pendidikan teori danpraktik. In Jakarta: indeks.

Smith, V. D., & Darvas, J. W. (2017). EncouragingStudent Autonomy through Higher OrderThinking Skills. Journal of InstructionalResearch, 6, 29–34.

Suo, J., & Hou, X. (2017). A study on themotivational strategies in college Englishflipped classroom. English LanguageTeaching, 10(5), 62–67.

Warsihna, J. (2013). Model Pembelajaran DenganTIK Di Sekolah Kategori Perintis. JurnalTeknodik, 446–455.

Widiana, I. W., & Jampel, I. N. (2016). LearningModel and Form of Assesment toward theInferensial Statistical Achievement byControlling Numeric Thinking Skills.International Journal of Evaluation andResearch in Education, 5(2), 135–147.

Zainuddin, Z., & Halili, S. H. (2016). Flippedclassroom research and trends from differentfields of study. International Review ofResearch in Open and Distributed Learning,17(3).

Zeki, C. P., & Güneyli, A. (2014). Student teachers’perceptions about their experiences in astudent centered course. South AfricanJournal of Education, 34(3).

___