FL

15
LAPORAN FIELD LAB KETERAMPILAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI PEMBINAAN POSYANDU LANSIA GUNA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA Kelompok B2 Intan Sav!a G"""#$"% A&'n& I(man')o!o G"""#""* Amala A!+ana R G"""#"$2 A!e(ta P G"""#"2% A'la N'!'l F G"""#",- .al(ta Govan G"""#"-- D) A+/ N G"""#"*- 0/an A1/a! K G"""#$$- P!( a P!( lla G"""#$3" Ra4ka Ie11a SG"""#$3% PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

description

fl

Transcript of FL

Laporan Individu Blok 03 Skenario 01

LAPORAN FIELD LAB

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI

PEMBINAAN POSYANDU LANSIA GUNA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

Kelompok B2

Intan SaviraG0009108

Agung IsmanuworoG0009006

Amalia Ardana RG0009012

Ariesta PG0009028

Aulia Nurul FG0009034

Calista GiovaniG0009044

Dwi Adhi N

G0009064

Jihan Azhar KG0009114

Prisca PriscillaG0009170

Rafika Iezza SG0009178

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2012LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KEGIATAN :KETERAMPILAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI

PEMBINAAN POSYANDU LANSIA GUNA PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

BIDANG KEGIATAN :

Field LabJurusan

: Pendidikan DokterUniversitas: Universitas Sebelas Maret SurakartaTEMPAT PELAKSANAAN :

Puskemas Teras, Boyolali

WAKTU PELAKSANAAN :

Rabu, 2 Mei 2012Sabtu, 12 Mei 2012Rabu, 16 Mei 2012

Mengetahui,

Kepala Puskesmas

Dwi Astuti Dian Andarwati, dr

NIP 197901302005012012

BAB IPendahuluan1. Latar Belakang

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan hidup penduduknya. Meningkatnya harapan hidup berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan khususnya di bidang kesehatan. Diperkirakan 10 tahun ke depan struktur penduduk Indonesia akan berada pada struktur usia tua (Subijanto, dkk. 2011). Data terbaru yang dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 sebanyak 14,44 juta jiwa (BKKBN, 2012). Menurut USA Bureau of the Census, diperkirakan indonesia akan mengalami pertambahan lansia terbesar diseluruh dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Darmojo, 2009).

Isu sentral masalah kependudukan yaitu masalah rendahnya kualitas sumber daya lansia yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain konsumsi makanan dan gizi, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan serta pengakuan masyarakat bahwa mereka masih mempunyai kemampuan kerja dan pendapatan dari pensiunan yang masih rendah (Subijanto, dkk. 2011). Kondisi yang demikian mengakibatkan masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat lansia.

Masalah lain pada lansia di Indonesia adalah masih banyaknya lansia yang tergantung pada orang lain, terutama anaknya. Pada era industrialisasi, baik suami maupun istri harus bekerja, sedangkan anak-anak harus bersekolah. Seorang nenek atau kakek haruslah sendirian di rumah. Masalah timbul jika mereka sudah lemah atau bila sakit-sakitan (Darmojo, 2009). Kondisi-kondisi tadi dapat menyebabkan penurunan derajat kesehatan masyarakat lansia baik fisik maupun jiwanya.

Seiring dengan meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah berusaha merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut tersebut, terutamanya pelayanan dibidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit (Khadijah, 2010).

Berdasarkan penjelasan di atas maka kami tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang posyandu lansia sebagai salah satu bentuk usaha mewujudkan kehidupan lansia yang bahagia, berdaya guna, dan sehat.

2. Tujuan Pembelajarana. Mampu memahami peran dan fungsi posyandu lansia.

b. Mampu menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS lansia.

c. Mampu menjelaskan kelainan-kelainan yang sering terjadi pada lansia beserta pencegahan dan pengobatannya.

d. Memahami tatalaksana diet lansia dan pola hidup sehat lansia.

e. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang manfaat posyandu lansia dalam meningkatkan kesehatan lansia.

f. Melakukan pengumpulan dan analisis data tentang program posyandu, prevalensi penyakit yang diderita lansia, serta upaya kuratif dan rehabilitatif.

g. Melakukan penilaian status depresi lansia dengan menggunakan Geriatric Depression Scale dan MMSE (Mini Mental State Examination).

h. Mampu melakukan pengamatan dan penilaian pada posyandu lansia setempat dengan standar program posyandu lansia.

BAB IIKegiatan yang DilakukanKegiatan Field Lab dilaksanakan di Puskesmas Teras, Boyolali. Kegiatan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan:

1. Hari Pertama (Rabu, 2 Mei 2012)

Pada hari pertama pelaksanaan kegiatan Fieldlab KIE: Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia, kelompok kami tiba di Puskesmas Teras, Boyolali pada pukul 08.00. Kami disambut dengan hangat oleh para staf puskesmas. Kemudian kami mendapatkan pengarahan awal dari pihak puskesmas yang menangani bagian posyandu lansia. Beliau memberikan penjelasan mengenai kegiatan posyandu lansia yang telah dilaksanakan pada beberapa desa di wilayah sekitar puskesmas Teras. Pada pukul 09.30 kami mendapatkan sambutan dan pengarahan yang dipimpin oleh Dokter Andar selaku Kepala Puskesmas Teras. Bersama dengan Kepala Puskesmas, kami merencanakan kegiatan yang akan kami lakukan pada pertemuan kedua kegiatan Fieldlab, yaitu khususnya mengenai kunjungan langsung ke posyandu lansia di daerah puskesmas Teras. Setelah selesai pada pertemuan tersebut, kami pulang kembali ke kampus FK UNS Surakarta.

2. Hari kedua, Rabu, 9 Mei 2012

Pada pertemuaan kedua kegiatan field lab, kami mengunjungi Dukuh Suruh, Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali untuk melihat pelaksanaan posyandu lansia.Pukul 08.00 kami tiba di tempat pelaksanaan posyandu tersebut. Para lansia saat itu telah selesai melakukan senam lansia yang dipimpin bidan desa wilayah tersebut. Kemudian senam kembali dilakukan dan kelompok kami mengikuti pelaksanaan senam lansia tersebut.

Setelah senam lansia selesai, Lurah daerah setempat memberi sambutan. Kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan yang dilakukan oleh Jihan di depan para lansia. Penyuluhan tersebut membahas tentang lansia mandiri, diabetes mellitus, gizi lansia, dan hipertensi. Setelah penyuluhan selesai, Dokter Andar mempersilakan para lansia menuju ke rumah penduduk yang biasa di jadikan tempat pelaksanaan posyandu lansia untuk melakukan pengobatan.

Urutan pertama pelaksanaan pengobatan tersebut adalah pengukuran tekanan darah yang dilakukan oleh Calista, Dwi, Aulia, Rafika, dan dibantu oleh bidan desa. Pada saat pengukuran tekanan darah dilakukan pula penilaian MMSE dan GDS. Kedua, setelah pengukuran tekanan darah, lansia masuk ke dalam rumah untuk dilakukan penimbangan berat badan. Setelah dilakukan penimbangan berat badan, lansia berkonsultasi masalah kesehatan kepada Kepala Puskesmas. Setelah mendapat resep, lansia menuju ke bidan desa untuk mendapatkan obat. Penukaran obat tersebut dibantu oleh Prisca, Ariesta, Amallia, Intan, dan Agung. Pada saat melakukan penukaran obat ini, dilakukan juga penilaian MMSE dan GDS. Setelah menukar obat, para lansia membayar biaya pengobatan.

Setelah posyandu selesai, kami melakukan perjalanan pulang menuju Kampus FK UNS.

3. Hari Ketiga (Rabu, 16 Mei 2012)

Pada hari ketiga kegiatan Fieldlab di Puskesmas Teras, Boyolali, kami melakukan presentasi di puskesmas mengenai pelaksanaan KIE Pembinaan Posyandu Lansia yang telah kami lakukan. Selain itu, kami juga mengumpulkan laporan pelaksanaan kegiatan Fieldlab di Puskesmas Teras, Boyolali. Kemudian kami berpamitan dan mengucapkan terimakasih atas bimbingan Kepala Puskesmas dan para staf puskesmas di Puskesmas Teras.

BAB III

Pembahasan

Senam lansia yang dilaksanakan di Dukuh Suruh, Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali ini, tampak sudah efektif memberdayakan lansia untuk mengikuti senam lansia secara rutin, sehingga lansia yang terdapat di Dukuh Suruh, Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali secara rutin telah melakukan aktifitas fisik. Manfaatnya, lansia di daerah tersebut terhindar dari resiko osteoporosis, mengurangi resiko penyakit jantung dan hipertensi, mengontrol hipertensi, menghambat kemunduran kognitif, dan sebagainya. Dari faktor hambatan mungkin didapat dari kurangnya instruktur senam yang bersedia untuk memimpin lansia, maka beberapa desa lain yang memiliki posyandu lansia tidak melaksanakan senam lansia dikarenakan tidak adanya instruktur senam.

Kegiatan pengukuran tensi pada posyandu di Dukuh Suruh, Desa Kopen, Kecamatan Teras, Boyolali sudah bagus. Seluruh lansia diwajibkan untuk melakukan periksa tekanan darah seusai senam lansia. Pengukuran tekanan darah ini memang diwajibkan untuk screening pasien hipertensi dan monitoring lansia yang memiliki penyakit hipertensi. Karena jika hipertensi tidak terkontrol bisa berakibat fatal. Hal ini disebabkan oleh karena penyakit hipertensi ini pada umumnya tidak ada keluhan. Selain itu, juga bisa memonitoring diet makanan yang dilakukan oleh lansia. Biasanya lansia yang diet makanan kurang sehat, tekanan darahnya tidak normal. Pada beberapa pemeriksaan tekanan darah, cenderung didapatkan tekanan darah tinggi. Rata-rata tekanan sistolik >150mmHg. Hambatan yang didapat tidak ada pada pelaksanaan pengukuran tensi karena lansia cenderung sudah paham betul pentingnya pengukuran tekanan darah secara rutin.

Selain pengukuran tensi dilakukan juga pengukuran berat badan untuk melakukan screening terhadap obesitas dan gizi kurang. Lansia dengan obesitas cenderung memiliki penyakit hipertensi, DM, OA, dan lainnya. Dan pada pelaksanaan pengukuran berat badan, tidak ada kendala yang dihadapi. Proses pengukuran berat badan, dilakukan setelah pemeriksaan tekanan darah.

Untuk pemeriksaan tinggi badan, tidak dilakukan, karena di posyandu Mawar II Dukuh Suruh, Desa Kopen, Kecamatan Teras, Boyolali tidak terdapat alat untuk pengukuran tinggi badan lansia.

Pengobatan pada posyandu lansia ini, cenderung memberikan vitamin dan obat hipertensi. Karena organ-organ lansia sudah mengalami degenerasi, secara otomatis akan muncul keluhan-keluhan yang terkait dengan penyakit degeneratif. Misalnya, hipertensi, badan terasa mudah capai, lemas, pegal-pegal, dan lainnya. Tentunya pemberian obat-obatan pada lansia berbeda dengan pemberian obat-obatan pada dewasa muda. Jarang ditemukan keluhan terkait infeksi pada posyandu lansia. Tidak ada hambatan yang berarti pada pengobatan.

Pada pasien yang sedang mengantri untuk berobat, dilakukan pemeriksaan intelek dan status depresi melalui pengisian kuesioner MMSE dan GDS. Secara keseluruhan, tidak ditemukan lansia yang mengalami depresi. Lansia mayoritas mengalami gangguan intelek ringan. Pada kegiatan rutin posyandu, pengisian MMSE dan GDS tidak dilakukan. Kendala yang dihadapi yaitu kurang sesuainya MMSE dan GDS untuk diaplikasikan di Dukuh Suruh, desa Kopen.

Pengisian KMS tidak dilakukan terhadap lansia di Dukuh Suruh, desa Kopen. KMS ini kurang sesuai untuk diterapkan di dukuh Suruh, desa Kopen, kemungkinan karena keterbatasan alat sehingga aspek yang terdapat dalam KMS seperti pemeriksaan hemoglobin dan pemeriksaan urine reduksi tidak dapat dilakukan. Pengisian KMS ini sendiri juga tidak dilakukan dalam kegiatan rutin posyandu.

Mahasiswa juga menghitung jumlah sasaran posyandu lansia dan target cakupan KIE posyandu lansia. Target cakupan 80-100% (Tim Field Lab, 2012). Untuk lansia di dukuh Suruh, desa Kopen jumlah sasarannya yaitu sekitar 60 orang, dan target cakupan yang diperoleh yaitu 90%. Hal ini sesuai dengan target cakupan yang semestinya.BAB IVPenutupA. Kesimpulan1. Pelaksanaan kegiatan field lab dengan topik KIE: Pembinaan Posyandu lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia di Puskesmas Teras, Kabupaten Boyolali berjalan dengan lancar dan mendapat respon yang baik dari pihak puskesmas maupun posyandu lansia.2. Sosialisasi tentang pelaksanaan Posyandu Lansia di Puskesmas Teras sudah cukup baik sehingga masyarakat rutin memeriksakan kesehatannya ke posyandu.3. Pengadaan senam lansia sudah rutin dilakukan disalah satu posyandu lansia, namun masih ada beberapa yang belum menjalankan senam lansia. Para lansia memberi respon yang baik dengan adanya senam lansia karena hal ini baik untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

4. Diharapkan dengan rangkaian kegiatan kali ini dapat menambah wawasan mengenai kesehatan kepada para lansia.

B. SaranKegiatan Field Lab

Meningkatkan kualitas kegiatan Field Lab

Posyandu Lansia

Lebih ditingkatkan lagi kualitas dan kuantitas Posyandu

Lebih ditingkatkan lagi promosi posyandu agar lebih banyak peserta lansia yang mengikuti kegiatan posyandu

Memperbanyak kegiatan posyandu dengan variasi dan inovasi yang baru, seperti rekreasi bersama

Puskesmas Lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dan menambah tenaga kesehatan, terutama untuk kegiatan posyandu lansia di posyandu lansia setempat.

Penyuluhan semakin ditingkatkan dalam hal materi yang lebih bervariasi, cara penyampaian yang sederhana, manarik, dan komunikatif.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN.2012. Lansia Siapa Peduli. http://www.bkkbn.go.id/siaranpers/Pages/Lansia-Siapa-Perduli.aspx: diakses tanggal 15 Mei 2012

Darmojo B. 2009. Buku Ajar Geriatri. Edisi ke-4. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Khadijah S. Pelayanan Kesehatan Lansia Melalui Posyandu Lansia. Makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat. http://www.pika12543.files.wordpress.com/2011/06/makalah-kesmas-copy.docx: diakses tanggal 15 Mei 2012Subijanto HAA, Redhono D, Vendarani YF. KIE Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia. Bagian Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: SurakartaLAMPIRAN