MIXING WITH YOUR FL STUDIO-part 2_panorama.pdf

21
MIXING WITH YOUR FL STUDIO BY : ANTONY65

description

hahahahahaha

Transcript of MIXING WITH YOUR FL STUDIO-part 2_panorama.pdf

MIXING WITH YOUR

FL STUDIO

BY : ANTONY65

Koh Antony…

Apaan manggil-manggil nadanya sok imut ?

Kemaren lagu ane uda di-balancing, hasilnya lumayan lah, ga sehancur waktu ane belom tau mixing sama sekali…

Aseek dah, uda bisa balancing neh sekarang? Ato sekarang uda lebih jago daripada gw ? ngeri dah gw…

Lumayan si, tapi kadang pas maenin lagunya kok terasa berat. Maklum si, kompi ane agak lemot…

Ganti komputernya, beli baru yang lebih canggih

Diakalin dong biar ga lemot…

Yee…gimana,tar dulu koh…masi ada masalahnya nih. Pas ane dengerin, itu instrument-nya kok kaya ngumpul ditengah ya? Suaranya ko ga berasa nyebar gitu deh…

Hmmm…panning mungkin penyebabnya…?!

Panning ? kayanya pernah disebut-sebut deh…

Pan = Panci, Panning = apaan dong…? Nge-panci ?

Pening kali, bukan Panning, pusing dong kalo gitu…?

Bukan getho euy…

Gini, kmaren kan gw bilang kalo ga salah gini :

“Proses yang dilakukan saat mixing dalam audio secara umum meliputi balancing, panorama, frequency ranging, dan dimensioning. Kadang juga saat mixing dilakukan teknik-teknik tertentu agar memberikan suatu warna khusus untuk suatu genre tertentu…”

Panning itu adalah cara untuk mengatur posisi suara, entah mau dibikin ke kiri, ke kanan, atau tetap di tengah. “Panning”, kata Pan-nya itu singkatan dari “Panorama”, jadi bukan panci lo...

Jadi, dengan panning kita bisa membuat suara suatu instrument seakan-akan instrument tersebut berada di sebelah kiri atau di sebelah kanan. Efek panning ini bisa membuat hasil mixingan terasa lebih lebar, selain itu juga mengurangi penumpukan frekuensi.

Wah, boleh dong lanjutin lagi penjelasannya mixingnya…

Boleh aja…

Tapi ntar kalo ada yang salah jangan diikutin ya, tapi dikoreksi. Jangan diem aja lw, ntar tau-tau gw digosipin sebagai penyebar aliran sesat dalam dunia mixing…

Alamakjang…ga segitunya kale…

Ya uda, kapan kita mulai, koh?

Hahaha, Komon-komon…

Part 2

METODE MIXING DENGAN FL

Oke, kemaren kita uda tau apa yang musti kita lakukan saat balancing. Bahkan mungkin masing-masing dari kita udah punya reference level sendiri sesuai style mixing kita, jadi kita uda punya patokan berapa kira-kira level suatu instrument yang pas setelah sering mengutak-atik.

Sekedar pengetahuan, pada saat mixing dengan FL Studio, ada tiga spesies mahluk hidup, yaitu :

1. Mahluk malas

Jenis mahluk ini pada saat mixing mengandalkan pattern dari sequencer dan piano roll langsung begitu saja. Jadi mereka itu paling malas kalo disuruh nge-render suara masing-masing instrument dari arasemen mereka (nah loh, apaan tuh render…?)

Ciri-ciri mahluk ini adalah pada playlist FL-nya biasanya penampakannya seperti ini :

Yupz, yang nongol pattern clip bukan? Kalo tipe yang kaya gini biasanya audio clip-nya cuma pas vocal doang. Namun tak dapat dipungkiri, biasanya komputer milik si mahluk malas ini biasanya “super sekali…” (perasaan kaya jadi kaya om Mario Teguh ). Dan pada saat mengerjakan suatu project, waktu bekerja mereka paling cepat, karena setelah arasemen selesai, langsung dah mereka mixing lagu tersebut, ga perlu khawatir kompi-nya bakal ngadat-ngadat (lha, yang dipake komputer super koq, ya gak masalah… )

2. Mahluk Rajin

Kalo yang ini, biasanya berasal dari mahluk dengan keterbatasan kompi. Tapi dengan kecerdasan mereka, mereka lakukan proses-proses sedemikian rupa (yang kalo mahluk malas bilang : RIBET) untuk menghindari pengurasan tenaga kompi mereka.

Mereka mengandalkan audio sample dari arasemen mereka, yang mereka dapat dari pattern-pattern project mereka yang di-render. Rendering artinya merubah data pattern sequencer menjadi file audiowave (file suara, contohnya “.wav”, “.ogg”, “.mp3”, dll).

Kalo tadi mahluk malas isi playlistnya pattern, kalo mahluk rajin isinya justru audio clip. Ya, tentunya sehabis merender pattern, mereka langsung memasukkan audio hasil renderan tadi kemudian menyusunnya kembali ke playlist.

Beginilah ciri-ciri playlist mereka :

Hasil kerja dari yang rajin biasanya lebih bagus daripada yang malas. Demikian saat mixing. Selain meringankan kerja kompi mereka, mixing dengan audio samples biasanya lebih bagus kualitas suaranya dan lebih fleksibel dalam penggunaannya. Cuma gitu, pengerjaannya kaya yang dibilang mahluk malas tadi : “RIBET”.

3. Mahluk Ogah-ogahan

Ada yang rajin, ada yang males, ada yang rajin + males. Ini yang dinamakan mahluk ogah-ogahan. Jadi mahluk yang satu ini adalah gabungan dari kedua mahluk yang telah disebutkan sebelumnya. Mereka kombinasikan audio clip dan pattern clip dalam playlist mereka sesuai kebutuhan.

Dan sudah bisa ditebak ciri-ciri playlistnya pasti kayak gini :

Oke, tadi kan disebut-sebut proses rendering yang mahluk rajin kerjakan pada saat memulai mixing biasanya begini :

• dari menu “File”, pilih “export”, kemudian pilih format suara yang akan kita render. Disini gw make ekstensi “.wav”

• Tentuin lokasi foldernya, trus kasih nama dah file audio sample-nya

• Nanti bakalan muncul dialog kaya gini. Karena kita akan merender tiap track, nyalakan button seperti dibawah. Ini akan merender tiap channel di mixer secara individual. Tekan “start”, abis itu tungguin dah proses rendering-nya

• Nanti di folder tempat agan nge-render akan muncul beberapa file audio sesuai jumlah channel yang terpakai di mixer seperti ini. Hapus sample dari channel-channel yang tidak kita butuhkan.

• Nantinya, sample-sample tersebut disusun kembali dengan meng-import melalui audio clip pada channel di step sequencer dan disusun kembali sesuai arasemen kita. Oiya, proses rendering yang kaya gini namanya “splited multichannel rendering”.

sementara, kalo mahluk ogah-ogahan, mereka hanya mengubah suatu pattern tertentu yang mereka inginkan, jadi pada saat rendering yang mereka lakukan adalah menyeleksi part yang mau mereka render . Caranya :

1. Melalui channel mixer

• Pertama , seleksi dulu bagian yang ingin kita render

• Setelah itu, solo-kan channel tertentu yang ingin kita render. Uda tau kan caranya? Itu loh, yang waktu di tutorial balancing, teken tombol “S” di keyboard…

• Lakukan langkah yang sama kayak waktu splited multichannel rendering, Cuma bedanya button “split mixer track” ga usah dinyalain.

• Uda deh, kelar renderannya, tinggal import via audio clip trus pindahin ke track di playlist

2. Melalui arm-disk recording (loopback recording)

• Pilih channel atau bagian terseleksi yang mau dirender , trus klik gambar disket kecil di bagian paling bawah

• Sama aja,kasi lokasi file trus kasi nama dst kaya sebelumnya…ga usah dijelasin lagi lah…

• Nah, sekarang gambar disketnya nyala kan? Sekarang, kita rekam output channel tersebut sesuai track di playlist. Caranya di transport panel, klik kanan tombol record. Di tab recording filter, centang aja yang “audio”

• Klik tombol “record”-nya,terus klik tombol “play”. Nanti output dari channel yang kita mau render tersebut akan terekam sendiri. Kalo uda sampe bagian akhir dari yang mau kita rekam, klik tombol “stop”

• Nanti hasil audio yang kita rekam bakal nongol di channel window sebagai audio clip. Terus? Yauda deh, tinggal susun sesuai arasemen…

Kalo gw pribadi, gw lebih suka cara yang pertama dibanding cara kedua. Kenapa? Karena pada saat kita melakukan arm recording, ada faktor latency sound card yang membuat suara yang direkam agak terlambat sedikit. Dan kalau menggunakan suatu sample, gw lebih suka menggunakan “.wav”, karena selain kualitas suaranya lebih bagus (tanpa terkompresi seperti “.mp3”), tipe sample ini juga bisa di-load lebih cepat oleh DAW, karena tidak perlu melalui proses decoding seperti audio yang terkompresi.

Dengan merender project kita ke sample, paling tidak mengurangi beban kompi kita dalam melakukan mixing, karena saat memainkan audio sample, proses yang dilakukan tidak terlalu berat. Dan paling tidak, “ngadat-macet-putus-putus” saat kita play project kita jadi berkurang (biasanya gara-gara pad, pengalaman pribadi... )

Jadi setelah balancing, entah agan mau langsung mixing atau render dulu, itu terserah. Gw sendiri tergolong ke mahluk ogah-ogahan (hahaha…ketauan deh ). Oh iya, pas mau ngerender ada orang yang merender setelah flat leveling ada juga yang sehabis balancing. Terserah mana yang mau agan lakuin pas mau ngerender kok, tergantung situasi…

Selain itu ada yang enak dari mahluk rajin, yaitu saat mereka kolaborasi mixing, mereka hanya perlu menyertakan file sample-nya, dan tidak menjadi masalah apabila salah satu pihak tidak

memiliki suatu VSTi tertentu (asyik kan?). yah, namanya juga orang rajin, biasanya kelebihannya lebih banyak, ya nggak…??

Jadi, anda termasuk mahluk yang mana…??

Yang jelas, satu kesamaan dari ketiga mahluk tersebut : sama-sama mahluk kreatif dan berkarya dengan FL Studio

PANORAMA

Tadi di depan udah disinggung soal panorama ya? Oke, dilanjut kalo begitu…

Sebelum kita bahas tentang panning, ada baiknya kita ngobrol dulu tentang soundfield. Soundfield, sound artinya “suara”, field artinya “lapangan / arena”. Jadi kalo diartikan, soundfield artinya arenanya suara dari lagu yang kita mainkan.

Ngerti apa Bingung nih, tampangnya serius gitu?

Oke, dijelasin lagi deh. Misal gini, ane punya arasemen yang terdiri dari drum, bass, gitar rythm, gitar lead, ama synth lead. Dan gw ngebayangin seolah-olah posisi pemain drum dan bass ditengah, gitar rhythm agak ke kiri, yang maen lead agak ke kanan, dan yang maen synth lead agak ke kiri dan harmonik dengan gitar leadnya. Semua posisi instrument tersebut gw bayangin di “soundfield” dalam benak gw . Ketika lagu dimainkan gw bisa membuat seolah-olah suara instrument itu berasal dari posisi instrument tersebut gw bayangkan. Caranya?

Ketika mixing, ada cara untuk menempatkan suatu suara di soundfield. Namanya panning (hayo, tadi uda gw jelasin artinya kan di depan? Bilang panci lagi gw ketok lw pake palu ya… )

Panning kalo boleh gw bilang terbagi menjadi :

1. Panning centered

Panning ini membuat instrument seolah-olah berada di tengah-tengah. Instrument yang umumnya di pan center ini

adalah kick drum dan bass. Lead vocal biasanya juga diset di pan center.

2. Panning left / right

Panning ini membuat instrument seolah-olah berasal dari arah kiri atau arah kanan. Kalo di kiri namanya panning left, kalo di kanan namanya panning right, kalo anda bilang saya salah, buta arah, ato ngaco, silakan anda beli kamus bahasa inggris…

Eh, ada lagi. Kalo pan tersebut diset dalam posisi 100% (baik kiri ataupun kanan), namanya beda dikit. Kalo di kiri semua namanya Hard left, kalo di kanan semua namanya Hard right.

3. Sweeping

Kalo panning yang ini membuat suara instrument seolah-olah bergerak, misal suara instrument tadinya di kiri lama-lama kedengerannya di kanan, atau sebaliknya. Kalo bolak-balik baru namanya panning ping-pong

4. Ping-pong

Hayo, mentang-mentang namanya ping-pong, jangan mikir nanti ada panning tenis atau panning badminton ya…

panning ping-pong itu adalah panning yang membal bolak-balik, dari kiri ke kanan trus kiri, kanan lagi, dst atau arah sebaliknya. Jadi suaranya kayak ada di kiri trus ke kanan, bolak-balik terus. Yah, kaya bola ping-pong aja kalo lagi dimaenin…

Sebelum kita panning, gw kenalin dulu deh sama yang bakal ngebantu kita nge-pan…

Kenalin, namanya vectorscope. Dalam aplikasinya di dunia audio, vectorscope digunakan untuk mengukur perbedaan antara channel kiri dan kanan sinyal stereo, sehingga kita bisa mengetahui informasi mengenai panning, phase, dan karakter stereo suatu input suara.

Oke, nih penampakannya si vectorscope di samping. Dengan menggunakan vectorscope, kita bisa mengetahui apakah suatu instrument suaranya lebih ke kiri atau ke kanan panningnya (selain dengan cara didengarkan tentunya…) dengan memperhatikan garis atau coret-coretan di tampilan vectorscope. Garis atau coretan itu dinamakan kurva Lissajous. Dengan memperhatikan arah kurva lissajous inilah kita bisa tau arah panning dari suatu instrument.

Oke, biar ga bingung, langsung aja ke contoh. Sekarang kita pake contoh Boobass dulu ya…secara normal, instrument bass biasanya di pan center. Pastikan sebelumnya kita sudah memasang “wave candy” dengan mode vectorscope di channel “selected”, dan sudah me-route semua instrument ke mixer (kayak yang di tutorial mixing part 1 itu loh… )

Sekarang coba kita bunyikan instrument tersebut. Nanti di vectorscope akan muncul kurva tipis seperti garis lurus di tengah.

Coba deh puter-puter pan knob di mixer, nanti gambar kurvanya bakal berubah-ubah. Arah kurva tersebut menunjukkan arah panning instrument tersebut. Selain itu, dengan vectorscope kita juga bisa tau apakah suatu instrument outputnya stereo ato nggak. Di file flp tutorial “ PANNING INSTRUMEN.flp” , gw make contoh suara piano dari FL-keys. Kurang lebih begini contoh coret-coretan di vectorscopenya :

atau

atau

Udah, Cuma gitu doang? Emang. Jadi, panning itu gampang banget kan caranya, tinggal muter-muter knob pan di mixer FL, sesuaikan dengan apa yang agan bayangkan di soundfield di benak agan. Nenek gw aja baca tutorial ini langsung bisa nge-panning instrument.

Selain melalui pan knob pada mixer, Panning juga bisa kita lakukan dengan beberapa cara alternatif, yaitu :

1. Menggunakan pan knob pada VST atau VSTi

2. Menggunakan fruity balance

3. Menggunakan fruity stereo shaper

4. De-el-el, intinya dengan menggunakan apapun yang mengandung kata-kata “PAN”, “left”, “center” dan “right”, perhatiin aja plugin FX ato instrumennya.

Dengan melakukan panning pada suatu instrument, maka kita bisa membuat suara lebih lebar dan tidak berasa ngumpul di tengah saat didengarkan. Mau pilih pake yang mana, sekali lagi jawabannya : terserah. Mixing adalah seni, ga ada aturan baku, bukankah begitu?

Dan pada channel master di mixer, coba taro vectorscope di slot FX. Usahakan pada saat di play, kurva lissajous-nya membentuk pola garis tegak dengan sisi kiri dan kanannya agak menggembung. Kalo kurva yang dihasilkan hanya sebatas garis tegak tanpa ada yang menggembung di kiri kanan, berarti panning instrumennya kurang, jadi kalo didengerin suara instrumennya kaya ngumpul di tengah.

Dan untuk meluruskan pemikiran, jangan sampai keliru dengan istilah balancing dengan panning. Pada saat mixing, balancing mengacu pada penyesuaian level output dari tiap instrument. Sedangkan panning mengacu pada penyesuaian channel kiri dan kanan suatu instrument untuk memberikan suatu gambaran (imaging) arah suara instrument tersebut berasal. Karena mungkin ada sebagian agan-agan atau para sista ( ga diitung, maaf ya.. ) yang berpikiran bahwa balancing itu seperti mengatur keseimbangan suara dari channel kiri dan kanan, seperti di speaker aktif. Dalam mixing bukanlah seperti itu,oke…?!

Komon-komon, sekarang uda ngerti kan caranya nge-panning? Sekarang coba gabungin sama teknik balancing yang uda dijelasin di tutorial part 1. Semoga bisa membantu saat mixing ya…

“Salam hangat untuk semua GFL member serta para mahonya ”