MIXING Dahlia
-
Upload
dahlia-qadari -
Category
Documents
-
view
48 -
download
3
Transcript of MIXING Dahlia
MIXING
I. TUJUAN
Untuk menghomogenkan larutan yang berbeda
Untuk mengetahui kebutuhan energi pengaduk yang digunakan
II. PERINCIAN KERJA
Kalibrasi alat
Penentuan berat jenis dan viskositas larutan
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang Digunakan
Tangki berpengaduk
Piknometer
Viskometer Oswald
Erlemeyer 250 ml 10 Buah
Gelas Kimia 2 L dan 1 L 1 Buah
Gelas Kimia 250 ml 1 Buah
Stopwatch
Bola Hisap
Neraca Analitik
Baskom
B. Bahan yang Digunakan
Air
Garam
Aquadest
IV. DASAR TEORI
Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi
pencampuran dua atau lebih zat agar diperoleh hasil campuran yang
homogen. Pada media fase cair, pengadukan ditujukan untuk
memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak).
Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi
ketidaksamaan kondisi, suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu
bahan. Pencampuran dapat terjadi dengan cara menimbulkan gerak di
dalam bahan itu yang menyebabkan bagian-bagian bahan saling bergerak
satu terhadap yang lainnya, sehingga operasi pengadukan hanyalah salah
satu cara untuk operasi pencampuran. Pencampuran fasa cair merupakan
hal yang cukup penting dalam berbagai proses kimia. Pencampuran fasa
cair dapat dibagi dalam dua kelompok. Pertama, pencampuran antara
cairan yang saling tercampur (miscible), dan kedua adalah pencampuran
antara cairan yang tidak tercampur atau tercampur sebagian (immiscible).
Selain pencampuran fasa cair dikenal pula operasi pencampuran fasa cair
yang pekat seperti lelehan, pasta, dan sebagainya; pencampuran fasa padat
seperti bubuk kering, pencampuran fasa gas, dan pencampuran antar fasa.
Proses Pencampuran
Proses pencampuran dalam fasa cair dilandasi oleh mekanisme
perpindahan mementum di dalam aliran turbulen. Pada aliran turbulen,
pencampuran terjadi pada 3 skala yang berbeda, yaitu:
1. pencampuran sebagai akibat aliran cairan secara keseluruhan (bulk flow) yang
disebut mekanisme konvektif
2. pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang terbentuk dan
tercampakkan di dalam medan aliran yang dikenal sebagai eddies, sehingga
mekanisme pencampuran ini disebut eddy diffusion
3. pencampuran karena gerak molekular yang merupakan mekanisme
pencampuran difusi.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling
menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen daripada pencampuran dalam medan aliran
laminer.Sifat fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan adalah
densitas dan viskositas.
Pengadukan dan pencampuran merupakan operasi yang penting dalam
industry kimia. Pencampuran (mixing) merupakan proses yang dilakukan untuk
mengurangi ketidakseragaman suatu sistem seperti konsentrasi, viskositas,
temperatur dan lain-lain. Pencampuran dilakukan dengan mendistribusikan
secara acak dua fasa atau lebih yang mula-mula heterogen sehingga menjadi
campuran homogen. Peralatan proses pencampuran merupakan hal yang sangat
penting, tidak hanya menentukan derajat homogenitas yang dapat dicapai, tapi
juga mempengaruhi perpindahan panas yang terjadi. Penggunaan peralatan
yang tidak tepat dapat menyebabkan konsumsi energi berlebihan dan merusak
produk yang dihasilkan. Salah satu peralatan yang menunjang keberhasilan
pencampuran ialah pengaduk.
Hal yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain:
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya
cekung
2. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki
3. Kelengkapannya:
a. ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki
b. jacket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali
suhu
c. letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
d. kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya.
Skema lengkap dari sebuah tangki berpengaduk sederhana ditunjukkan pada
gambar.
Jenis Pengaduk
Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang
menghasilkan laju volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan
input daya. Input daya dipengaruhi oleh geometri peralatan dan fluida
yang digunakan. Profil aliran dan derajat turbulensi merupakan aspek
penting yang mempengaruhi kualitas pencampuran. Rancangan pengaduk
sangat dipengaruhi oleh jenis aliran, laminar atau turbulen. Aliran laminar
biasanya membutuhkan pengaduk yang ukurannya hampir sebesar tangki
itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran laminar tidak memindahkan
momentum sebaik aliran turbulen [Walas, 1988].
Pencampuran di dalam tangki pengaduk terjadi larena adanya
gerak rotasi dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini memotong
fluida tersebut dan dapatmenimbulkan arus eddy yang bergerak
keseluruhan sistem fluida tersebut. Oleh sebab itu, pengaduk merupakan
bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran fasa cair
dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang baik akan diperoleh bila
diperhatikan bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan
mempengaruhi keefektifan proses pencampuran, serta daya yang
diperlukan. Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi
menjadi tiga golongan:
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar
dengan sumbu putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah
tangensial dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen
aliran tangensial menyebabkan timbulnya vortex dan terjadinya
pusaran, dan dapat dihilangkan dengan pemasangan baffle atau
cruciform baffle
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis
pengaduk di atas. Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3
golongan:
1. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan
arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki
viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas
sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head. Dalam
perancangan propeller, luas sudu biasa dinyatakan dalam perbandingan luas area
yang terbentuk dengan luas daerah disk. Nilai nisbah ini berada pada rentang 0.45
sampai dengan 0.55. Pengaduk propeler terutama menimbulkan aliran arah aksial,
arus aliran meninggalkan pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah
tertentu sampai dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki.
2. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine
merupakan pengaduk dengan sudu tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk
jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis
propeller [Uhl & Gray, 1966]. Pengaduk turbinmenimbulkan aliran arah radial
dantengensial. Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan
geseran yang kuat antar fluida. Salah satu jenis pengaduk turbine adalah pitched
blade. Pengaduk jenis ini memiliki sudut sudu konstan. Aliran terjadi pada arah
aksial, meski demikian terdapat pule aliran pada arah radial. Aliran ini akan
mendominasi jika sudu berada dekat dengan dasar tangki.
3. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu,
horizontal atau vertical, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada
aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle. Pengaduk padel
menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hamper tannpa gerak vertikal
sama sekali. Arus yang bergerak ke arah horisontal setelah mencapai dinding akan
dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan
terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
Gambar 3 Bentuk-bentuk pengaduk
(a) pengaduk paddle (b) pengaduk propeller (c) pengaduk turbine
Disamping itu, masih ada bentuk-bentuk pengaduk lain yang biasanya
merupakan modifikasi dari ketiga bentuk di atas
a. Flate Blade
b. Curved Blade
c. Pitched Blade
Gambar 4 Tipe-tipe pengaduk jenis turbin
a. Standard three baldes
b. Weedless
c. Guarded
Gambar 5 Tipe-tipe pengaduk jenis propeller
a. Basic
b. Anchor
c. Glassed
Gambar 6 Tipe-tipe pengaduk jenis padel
Gambar 7 Pola aliran pada pengaduk jenis propeler
Kecepatan Pengaduk
Kecepatan pengaduk yang umumnya digunakan pada operasi industri
kimia adalah sebagai berikut:
• Kecepatan tinggi, berkisar pada kecepatan 1750 rpm. Pengaduk
dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air.
• Kecepatan sedang, berkisar pada kecepatan 1150 rpm. Pengaduk
dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental
dan minyak pernis. Kecepatan rendah, berkisar pada kecepatan 400
rpm. Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk
minyak kental, lumpur di mana terdapat serat atau pada cairan yang
dapat menimbulkan busa. Untuk menjamin keamanan proses,
pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi dari 400 rpm sebaiknya tidak
digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 200 cP, atau
volume cairan lebih besar dari 2000 L. Pengaduk dengan kecepatan
lebih besar dari 1150 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan
dengan viskositas lebih besar dari 50 cP atau volume cairan lebih
besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh viskositas
fluida dan ukuran geometri sistem pengadukan.
Pola Aliran dalam Tangki Berpengaduk
Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada
beberapa faktor antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk
itu sendiri. Pengaduk jenis turbine akan cenderung membentuk pola aliran radial
sedangkan propeller cenderung membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical
screw dapat membentuk aliran aksial dari bawah tangki menuju ke atas
permukaan cairan. Pola aliran yang dihasilkan oleh tiap-tiap pengaduk tersebut
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk
(a) flat-blade turbine (b) marine propeller (c) helical screw
Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang hadir dalam tangki berpengaduk yaitu:
a. komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk
b. komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk
c. komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran
sekitar tangkai pengaduk.
Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan
komponen longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical
shaft). Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola
aliran yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action). Pengadukan pada
kecepatan tinggi ada kalanya mengakibatkan pola aliran melingkar di sekitar
pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vorteks. Vorteks dapat
terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak menggunakan
baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena beberapa alasan.
Pertama: kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam tangki. Hal ini
disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua udara dapat
masuk dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki
jatuh hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vorteks akan
mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan
sehingga fluida tumpah.
Upaya berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari vorteks, yaitu:
1. menempatkan tangkai pengaduk lebih ke tepi (off-center)
2. menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring
3. menambahkan baffle pada dinding tangki.
Laju dan Waktu Pencampuran (Rate & Time for Mixing)
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan
sehingga diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau
produk dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate
of mixing) adalah laju di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai
kondisi akhir [Coulson and Richardson, 1999].
Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran
ini dipengaruhi oleh beberapa hal,
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a. ada tidalnya baffle atau cruciform baffle
b. bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c. ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. laju putaran pengaduk
e. kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
f. jarak terhadap dasar tangki
g. pola pemasangannya:
- center, vertikal
- off center, vertical
- miring (inciclined) dari atas
- horisontal
h. jumlah daun pengaduk
i. jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk:
a. perbandingan kerapatan/ densitas cairan yang diaduk
b. perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c. jumlah kedua cairan yang diaduk
d. jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Pertama-tama tangki berpengaduk dikalibrasi
Tangki diisi dengan air sebanyak 8 Liter
Dibuat larutan garam 25 % dalam 2 L aquadest
Larutan garam dimasukkan ke dalam tangki yang telah berisi air
Sebelum diaduk, diambil sebanyak 100 ml larutan ke dalam erlemeyer untuk dianalisa viskositas dan densitasnya.
Pengaduk dinyalakan dengan kecepatan pengaduk yang konstan
Sampel larutan diambil sebanyak 100 ml setiap 5 menit untuk dianalisa densitasnya.
Untuk selanjutnya faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang
dapat dimanipulasi untuk mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik
pengadukan, terutama terhadap waktu pencampuran.
Kebutuhan Daya
Untuk melakukan perhitungan dalam spesifikasi tangki pengaduk telah
dikembangkan berbagai teori dan hubungan empiris. Para peneliti telah
mengembangkan beberapa hubungan empiris yang dapat memperkirakan
ukuran alat dalam pemakaian nyata atas dasar percobaan yang dilakukan pada
skala laboratorium. Perkiraan kebutuhan daya yang diperlukan untuk
mengaduk cairan dalam tangki pengaduk dapat dihitung atas dasar percobaan
pada skala laboratorium. Persyaratan penggunaan hubungan empiris tersebut
adalah adanya:
1. Kesamaan geometris yang menentukan kondisi batas peralatan, artinya
bentuk kedua alat harus sama dan perbandingan ukuran-ukuran geometris
2. Kesamaan dinamik dan kesamaan kinematik, yaitu terdapat kesamaan harga
perbandingan antara gaya yang bekerja di suatu kedudukan (gaya viskos
terhadap gaya gravitasi, gaya inersia terhadap gaya viskos, dan sebagainya).
V. PROSEDUR KERJA
Setelah densitas yang diperoleh konstan, maka viskositas akhir setiap larutan diukur
Kemudian, diameter tangki diukur untuk penentuan diameter pengaduk serta ketinggian larutan dalam tangki diukur.
Perlakuan sama juga dilakukan untuk larutan garam 50% dalam 2 L aquadest
VI. DATA PENGAMATAN
Penentuan Berat Jenis
Berat piknometer kosong = 22.7112 gram
Berat piknometer + air = 47.8413 gram
1. Larutan Garam 25%
No. t (menit) Bobot pikno+sampel (gram)
1 0 48.7342
2 55 48,6905
3 60 48,7114
4 70 48,706
5 75 48,7051
6 80 48,7048
7 85 48,7047
8 90 48,705
9 95 48,7051
10 100 48,7048
2. Larutan garam 50%
No t (menit) Berat piknometer + sampel (gram)
1 0 49,7689
2 5 49,5586
3 10 49,5261
4 15 49,5159
5 20 49.5119
6 25 49,512
7 30 49,5099
8 35 49,5045
9 40 49,5055
10 45 49,5181
11 50 49,517
12 55 49,5198
13 60 49,5117
Waktu alir air pada viscometer = 1,02 detik
Waktu alir larutan garam 25% pada viscometer awal = 1,04 detik
Waktu alir larutan garam 25% pada viscometer akhir = 1,04 detik
Waktu alir larutan garam 50% pada viscometer awal = 1,07 detik
Waktu alir larutan garam 50% pada viscometer akhir = 1,07 detik
Kecepatan rotasi pengaduk larutan garam 25% = 85rpm=1,4167 rps
Kecepatan rotasi pengaduk larutan garam 50% = 87rpm=1,45 rps
Keliling tangki = 1,06 m
Ketinggian larutan dalam tangki (Zi) = 0,35 m
VII. PERHITUNGAN
Penentuan Densitas
- Berat air = (Berat piknometer + air) – (Berat piknometer kosong)
= (47.8413 –22.7112) g
= 25,1301 g
ρ air = 1 gr/ml
- Volume piknometer =
Berat airDensity air
=
25 , 1301 g1 g /mL
= 25,1301 mL
1. Untuk larutan 25%
Densitas awal = {(Berat pikno+sampel)-(berat pikno kosong)}/ Volume
piknometer
= (48.7342-22.7112) g/ 25.1301 ml
= 1.035531 g/ml = 1035.531 kg/m3
No. t (menit) Bobot pikno+sampel (gram) Densitas (g/ml)
1 0 48.7342 1,035531
2 55 48,6905 1,03379
3 60 48,7114 1,03462
4 70 48,706 1,03440
5 75 48,7051 1,03437
6 80 48,7048 1,03436
7 85 48,7047 1,03435
8 90 48,705 1,03436
9 95 48,7051 1,03437
10 100 48,7048 1,03436
2. Untuk larutan garam 50%
No t (menit) Berat piknometer + sampel (gram) Densitas (g/ml)
1 0 49,7689 1.07672 5 49,5586 1.068333 10 49,5261 1.066634 15 49,5159 1.066475 20 49.5119 1.066476 25 49,512 1.066487 30 49,5099 1.066398 35 49,5045 1.066189 40 49,5055 1.0662210 45 49,5181 1.06671
11 50 49,517 1.0666812 55 49,5198 1.0667913 60 49,5117 1.06647
Penentuan Viskositas
1. Untuk larutan garam 25%
Spesifik grafity
=
Densitas sampelDensitas air
=
1035 ,5 kg/m3
995 , 64 kg/m3
=1,04
Konstanta viscometer (k)
=
μ airsg xt
=
8,5 .10−4 Pa . s1 ,04 x 1 ,02 s
= 0,0008013 Pa
Viskositas sampel = k x sg x t sampel
= 0,0008013 Pa x 1,04 x 1,04 s
= 0,0008664 Pa. s= 0,0008664 kg/m.s
2. Untuk larutan 50%
Spesifik grafity
=
Densitas sampelDensitas air
=
1076 ,7 kg /m3
995 , 64 kg/m3
=1,0814
Konstanta viscometer (k)
=
μ airsg xt
=
8,5. 10−4 Pa . s1, 0814 x 1 ,02 s
= 0,0007706 Pa
Viskositas sampel = k x sg x t sampel
= 0,0007706 Pa x 1,0814 x 1,07 s
= 0,0009 Pa .s= 0,0009 kg/m.s
Penentuan diameter pengaduk
Keliling tabung = 1,06 m
Keliling = 2πr
1,06 m = 2.(3,14) .r
r = 0,169 m
Diameter tangki = 2 x r
= 2 x 0,169 m
= 0,338 m
Diameter pengaduk = 1/3 diameter tangki
= 1/3 x 0,388 m
= 0,113 m
Penentuan Bilangan Reynold
1. Larutan garam 25%
Re= ρ×N×D2
μ❑❑
Re=1035 ,5kg /m3×1 , 4167 Rps×(0 ,113 m)2
0 , 0008664 kg /m . s
Re= 21620,54 (aliran turbulen)
2.Larutan garam 50%
Re= ρ×N×D2
μ
Re=1076 ,7 kg/m3×1 ,45 Rps×(0 ,113 m)2
0 ,0009 kg /m . s
Re = 22150,17 (aliran turbulen)
Dengan nilai bilangan Reynold tersebut, maka dapat ditentukan nilai
dari Po pada grafik bilangan power dan bilangan Reynold (Buku Unit
Operations, GG. Brown hal. 507).
Maka,
1. Untuk larutan 25%
Po= 0,30
P = Po x Densitas x N3 x D5
P = 0,30 x 1035,5 kg/m3 x (1,4167 rps)3 x (0,113 m)5
P = 0,01625 kW
P = 16,25 W
Jadi, Power Motor = 16,25 W
Untuk mencari power input untuk pengaduk dalam tangki,
Pi=PVolSistem
Pi=P
π4⋅D
2
⋅t
=16 , 25W
(3 , 144)⋅0 ,338 m
2
⋅0 ,35 m
Pi=517 , 7 W /m3
Sedangkan bilangan Freudenya :
NFr=N
2
×D
g
NFr=1 , 4167 m
2
×0 ,113m
9 , 81m
s2
=
NFr=0 , 0231
2. Untuk larutan 50%
Po= 0,30
P = Po x Densitas x N3 x D5
P = 0,30 x 1076,7 kg/m3 x (1,45 rps)3 x (0,113 m)5
P = 0,01812 kW
P = 18,12 W
Jadi, Power Motor = 18,12 W
Untuk mencari power input untuk pengaduk dalam tangki,
Pi=PVolSistem
Pi=P
π4⋅D
2
⋅t
=18 ,12 W
(3 , 144)⋅0 ,338 m
2
⋅0 ,35 m
Pi=577 , 28W /m3
Sedangkan bilangan Freudenya :
NFr=N
2
×D
g
NFr=1 , 45 m
2
×0 ,113m
9 , 81m
s2
NFr=0 , 0242
VIII. PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan densitas dari masing-masing larutan, maka
diperoleh grafik hubungan antara densitas dan waktu dimana grafik ini
menunjukkan bagaimana proses pencampuran berlangsung hingga
diperoleh larutan yang homogen.
Grafik 1 untuk larutan garam 25% yaitu :
Grafik 2 untuk larutan garam 50% :
Dari grafik 1 terlihat bahwa proses homogenitas tidak berlangsung
dengan baik. Dimana larutan garam 25% memerlukan waktu yang
lama untuk mencapai titik konstan. Hal ini disebabkan oleh
konsentrasi dari larutan garam yang rendah sehingga molekul-
molekulnya sukar untuk berpindah dari larutan garam dan
memerlukan waktu yang lama untuk dapat tercampur dengan baik.
Sesuai dengan konsep perpindahan massa, suatu zat akan lebih mudah
berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Sedangkan untuk grafik 2, proses homogenitas berlangsung dengan
cepat karena konsentrasi larutan garam lebih tinggi dibandingkan
larutan garam 25%. Sehingga molekul-molekul dari larutan garam
50% berpindah dengan cepat ke konsentrasi air yang rendah.
Kedua grafik menunjukkan bahwa densitas awal kedua larutan
lebih tinggi dibandingkan dengan densitas setelah terjadinya
homogenisasi. Secara teori, larutan air memiliki densitas yang lebih
50 60 70 80 90 100 1101.03321.03341.03361.0338
1.0341.03421.03441.03461.0348
Grafik hubungan antara waktu dan densitas larutan 25%
waktu (menit)
dens
itas (
g/m
l)
0 10 20 30 40 50 60 701.06
1.062
1.064
1.066
1.068
1.07
1.072
1.074
1.076
1.078
Grafik hubungan antara waktu dan densitas larutan 50%
waktu (menit)
dens
itas (
g/m
l)
rendah daripada larutan garam sehingga jika dilakukan pengambilan
sampel untuk analisa densitas awal maka densitas awal harus lebih
rendah dari pada densitas selanjutnya karena letak air yang berada di
bawah dan larutan garam berada di bagian atas sebelum pengadukan.
Serta sebelum pengadukan air dan larutan garam belum tercampur
maksimal hanya antar permukaan saja yang selanjutnya akan pelan-
pelan tercampur dan meningkatkan densitas dari larutan hingga
konstan.
Salah satu penyebab tingginya densitas awal yakni keran tangki
belum bersih secara menyeluruh sehingga masih memiliki sisa-sisa
garam hasil praktikum sebelumnya. Sehingga pada saat pengambilan
sampel awal ada molekul garam yang terikut.
Selain itu untuk konsentrasi larutan garam 50% penyebab lain
densitas awal yang lebih tinggi dibandingkan densitas selanjutnya
yakni pada saat pembuatan larutan garam 1 kg dalam 2 L air terjadi
kejenuhan dari garam yang dibuat. Sedangkan volume yang
diinginkan dalam tangki adalah 10 L sehingga larutan garam 50%
yang telah larut dimasukkan ke dalam tangki dan garam yang jenuh
tadi ditambahkan air dari dalam tangki agar volume tidak berubah
yang dilakukan berulang hingga garam larut semua. Hal itulah yang
menyebabkan tingginya densitas awal untuk larutan garam 50%.
Molekul dari konsentrasi tinggi merembes ke molekul air yang
berkonsentrasi rendah dan pencampuran terjadi sebelum pengaduk
dinyalakan walaupun belum maksimal.
Pada perhitungan data yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
densitas dan viskositas sangat mempunyai pengaruh yang besar
terhadap penentuan bilangan Reynold, power motor dan power input
dari masing-masing larutan.
Konsentrasi larutan yang tinggi menyebabkan larutan tersebut
memiliki viskositas (kekentalan) yang tinggi pula sehingga
mempengaruhi bilangan Reynoldnya. Walaupun viskositas berbanding
terbalik dengan bilangan Reynold, tetapi dengan densitas yang besar
maka bilangan reynoldnya akan bertambah. Dengan bilangan Reynold
maka akan diketahui bilangan powernya melalui grafik.
Dari bilangan Reynold dapat dilihat perbandingan antara
kebutuhan energi untuk menghomogenkan larutan dengan konsentrasi
rendah dan larutan dengan konsentrasi tinggi. Adanya peningkatan
konsentrasi dari larutan yang akan dicampur maka dibutuhkan energy
yang lebih dibanding mencampur larutan dengan konsentrasi rendah.
Energi yang dibutukan pengaduk lebih besar karena larutan dengan
viskositas yang tinggi memiliki momentum yang berpindah akibat
tumbukan antara molekul-molekul yang bergerak secara acak dari
lapisan yang satu kelapisan lain yang berbeda kecepatan dibanding
dengan larutan dengan kekentalan lebih rendah sehingga
membutuhkan energy yang besar untuk merenggangkan gaya antar
molekul tersebut agar lebih tercampur dengan merata.
IX. KESIMPULAN
Adanya peningkatan konsentrasi dari larutan yang akan dicampur,
maka akan memperbesar energy yang dibutuhkan oleh pengaduk
Peningkatan kecepatan pengadukan akan meningkatkan kebutuhan
energy pengaduk
Konsentrasi larutan yang tinggi lebih cepat terhomogenkan
dibandingkan dengan konsentrasi yang rendah
Homogenisasi bergantung pada viskositas zat, kecepatan
pengadukan, jenis pengadukan, berat jenis zat, konsentrasi zat,
ketinggian zat di dalam tangki, ada tidaknya baffle, ukuran
pengaduk, dan jenis zat.
X. SARAN
Sebelum melakukan praktikum, sebaiknya tangki dibersihkan
hingga benar-benar bersih dari kotoran yang tersisa agar tidak
menggangu pada analisa densitas.
Untuk pembuatan larutan garam dengan konsentrasi 50%,
dilakukan pemanasan selain pengadukan karena jumlah garam
yang berlebihan dibandingkan pelarutnya dan mengakibatkan
kejenuhan. Sehingga mempengaruhi analisa densitas awal zat.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Petunjuk Praktikum Laboratorium Satuan Operasi I. Politeknik Negeri
Ujung Pandang. Jurusan Teknik Kimia.
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/III. Departemen
Teknik Kimia ITB.
Brown, dkk. Unit Operations Fourteenth Printing. 1978. Tokyo :
Charles E. Tuttle Co.