fkm.uho.ac.idfkm.uho.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/Template... · Web viewPenelitian ini...

8
JIMKesmas(Calibri 18pt Bold) (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) (Calibri 10 Bold) VOL. …/NO…./ Bulan Tahun; ISSN 2502-731X, (Calibri 10 Bold) ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR DI SMPS FRATER KENDARI TAHUN 2018(Calibri 12 pt Bold/Tebal) Idul Saputra 1 La Ode Muh. Sety 2 Lymbran Tina 3 (Calibri 12pt Bold) 123 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo(Calibri 19) 1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected](Calibri 10 italic) ABSTRAK (Calibri 10pt Bold) Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan yang dapat merusak kesehatan. Jumlah anak-anak dan remaja mengalami kegemukan (usia 5-19 tahun) di seluruh dunia telah meningkat sepuluh kali lipat dalam empat dekade terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR, durasi tidur, asupan makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas di SMP Frater Kendari Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan rancangan case control study. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh siswa-siswi SMP Frater Kendari dari kelas VII-IX. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 66 yang terdiri dari 33 kasus dan 33 kontrol, pengambilan sampel menggunakan teknik porposive sampling dan dilakukan matching terhadap umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan riwayat pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai OR= 3,320 (CI ; 1,163-9,477), riwayat BBLR dengan nilai OR=2,065 (CI ; 0,178-23,942), durasi tidur diperoleh nilai OR yaitu 3,121 (CI ; 1,133-8,603), asupan makan dengan nilai OR= 3,619 (CI ; 1,290-10,150) serta aktivitas fisik dengan nilai OR= 4,025 (CI; 1,442-11,238). Dari 66 sampel penelitian yang digunakan dapat disimpulkan bahwa variabel riwayat pemberian ASI eksklusif, durasi tidur, asupan makan dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas di SMP Frater Kendari tahun 2018 sedangkan variabel riwayat BBLR bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian Obesitas (Calibri 10pt) Kata Kunci : Obesitas, ASI eksklusif, BBLR, durasi tidur, asupan makan, aktivitas fisik(Calibri 10 pt Italic) ABSTRACT Obesity is overweight as a result of excessive accumulation of fat tissue in the body which can damage health. The number of children and adolescents who are overweight (ages 5-19 years) worldwide has increased tenfold in the past four decades. The aim of study was to analyze the risk factors of history of exclusive breastfeeding, history of low birth weight, sleep duration, food intake, and physical activity toward the incidence of obesity among students in SMPS Frater of Kendari city in 2018. This study used a case control study design. The population in this study were all of students of SMPS Frater of Kendari City from class VII-IX. The sample in 1

Transcript of fkm.uho.ac.idfkm.uho.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/Template... · Web viewPenelitian ini...

Page 1: fkm.uho.ac.idfkm.uho.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/Template... · Web viewPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR,

JIMKesmas(Calibri 18pt Bold)(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) (Calibri 10 Bold)

VOL. …/NO…./ Bulan Tahun; ISSN 2502-731X, (Calibri 10 Bold)

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA PELAJAR DI SMPS FRATER KENDARI TAHUN 2018(Calibri 12 pt Bold/Tebal)

Idul Saputra1 La Ode Muh. Sety2 Lymbran Tina3 (Calibri 12pt Bold)123Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo(Calibri 19)

[email protected]@[email protected](Calibri 10 italic)

ABSTRAK (Calibri 10pt Bold)

Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan yang dapat merusak kesehatan. Jumlah anak-anak dan remaja mengalami kegemukan (usia 5-19 tahun) di seluruh dunia telah meningkat sepuluh kali lipat dalam empat dekade terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR, durasi tidur, asupan makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas di SMP Frater Kendari Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan rancangan case control study. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh siswa-siswi SMP Frater Kendari dari kelas VII-IX. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 66 yang terdiri dari 33 kasus dan 33 kontrol, pengambilan sampel menggunakan teknik porposive sampling dan dilakukan matching terhadap umur dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan riwayat pemberian ASI eksklusif diperoleh nilai OR= 3,320 (CI ; 1,163-9,477), riwayat BBLR dengan nilai OR=2,065 (CI ; 0,178-23,942), durasi tidur diperoleh nilai OR yaitu 3,121 (CI ; 1,133-8,603), asupan makan dengan nilai OR= 3,619 (CI ; 1,290-10,150) serta aktivitas fisik dengan nilai OR= 4,025 (CI; 1,442-11,238). Dari 66 sampel penelitian yang digunakan dapat disimpulkan bahwa variabel riwayat pemberian ASI eksklusif, durasi tidur, asupan makan dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas di SMP Frater Kendari tahun 2018 sedangkan variabel riwayat BBLR bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian Obesitas (Calibri 10pt)

Kata Kunci : Obesitas, ASI eksklusif, BBLR, durasi tidur, asupan makan, aktivitas fisik(Calibri 10 pt Italic)

ABSTRACT

Obesity is overweight as a result of excessive accumulation of fat tissue in the body which can damage health. The number of children and adolescents who are overweight (ages 5-19 years) worldwide has increased tenfold in the past four decades. The aim of study was to analyze the risk factors of history of exclusive breastfeeding, history of low birth weight, sleep duration, food intake, and physical activity toward the incidence of obesity among students in SMPS Frater of Kendari city in 2018. This study used a case control study design. The population in this study were all of students of SMPS Frater of Kendari City from class VII-IX. The sample in this study amounted to 66 students consisting of 33 cases and 33 controls. The sampling technique was purposive sampling and carried out matching of age and sex variable. The results showed that history of exclusive breastfeeding with OR = 3.320 (CI; 1,163-9,477), history of LBW with OR = 2,065 (CI; 0,178-23,942), sleep with OR = 3,121 (CI; 1,133-8,603), food intake with OR = 3,619 (CI; 1,290-10,150) and physical activity with OR = 4,025 (CI; 1,442-11,238). From 66 samples in this study, it can be concluded that the variable of history of exclusive breastfeeding, sleep duration, food intake, and physical activity were the risk factors for the incidence of obesity in SMPS Frater of Kendari City in 2018 while the history of LBW was not a risk factor for the incidence of obesity.

Keywords: Obesity, exclusive breastfeeding, low birth weight, sleep duration, food intake, physical activity

1

Page 2: fkm.uho.ac.idfkm.uho.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/Template... · Web viewPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR,

JIMKesmas(Calibri 18pt Bold)(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) (Calibri 10 Bold)

VOL. …/NO…./ Bulan Tahun; ISSN 2502-731X, (Calibri 10 Bold)PENDAHULUAN (Calibri 10pt Bold capital)

Obesitas merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar1. WHO mengemukakan bahwa obesitas merupakan masalah epidemiologi global yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia, sebesar 2,8 juta orang meninggal setiap tahunnya karena penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung sebagai akibat dari obesitas2.

Obesitas tidak hanya dialami oleh kelompok dewasa namun juga dialami oleh kelompok remaja. Jumlah anak-anak dan remaja mengalami kegemukan (usia 5-19 tahun) di seluruh dunia telah meningkat sepuluh kali lipat dalam empat dekade terakhir. Menurut sebuah studi baru yang dipimpin oleh Imperial College London dan World Health Oraganization (WHO), jika tren saat ini terus berlanjut, lebih banyak anak-anak dan remaja akan mengalami obesitas daripada berat badan normal atau underweight pada tahun 20223.

Tingkat obesitas pada anak-anak dan remaja dunia meningkat dari kurang dari 1% (setara dengan lima juta anak perempuan dan enam juta anak laki-laki) pada tahun 1975 menjadi hampir 6% pada anak perempuan (50 juta) dan hampir 8% pada anak laki-laki (74 juta) pada tahun 2016. Jika digabungkan, jumlah penderita berusia 5-19 tahun meningkat lebih dari sepuluh kali lipat secara global, dari 11 juta pada tahun 1975 menjadi 124 juta pada tahun 2016 3. Kegemukan dan obesitas menyebabkan lebih banyak kematian di seluruh dunia daripada berat badan kurang. Secara global ada lebih banyak orang yang mengalami obesitas daripada kekurangan berat badan 4.

Indonesia selain mengalami masalah kekurangan gizi, di sisi lain negara juga mengalami masalah kelebihan gizi. Angka obesitas pada anak di Indonesia sebanyak 11,5% dan berada pada urutan ke-21 di dunia5. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10,8%, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk (obesitas). Di Sulawesi tenggara prevalensi kegemukan pada anak umur 13-15 tahun yaitu 8,3 %, terdiri dari gemuk 7,5 % dan sangat gemuk (obesitas) 0,8. Sedangkan untuk prevalensi gizi lebih anak usia sekolah 13-15 tahun di Kota Kendari tahun 2013 sebesar 0,5% 6,7. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat untuk beberapa tahun kedepan mengingat telah terjadi perubahan pada perilaku dan kebiasaan masyarakat akibat pengaruh perkembangan zaman.

Obesitas pada anak dan remaja merupakan bom waktu yang siap meledakkan sejumlah persoalan kesehatan dikemudian hari. Masalah obesitas pada anak dan remaja dapat meningkatkan risiko gangguan metabolisme glukosa dan berbagai macam penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus (DM) tipe 2, penyakit jantung, beberapa jenis kanker, penyumbatan pembuluh darah (stroke), hipertensi, selain itu juga berisiko mengakibatkan penyakit asma, memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi, menyebabkan kesulitan dalam bernapas, serta membawa konsekuensi psikologis dan sosial pada remaja, termasuk peningkatan risiko depresi karena lebih sering ditolak oleh rekan-rekan mereka serta digoda dan dikucilkan karena berat badan mereka8.

Penyebab obesitas pada umumnya diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara asupan dan penggunaan energi, dimana asupan lebih besar daripada penggunaan energi. Obesitas pada dasarnya disebabkan oleh banyak faktor terutama faktor lingkungan, perilaku dan genetik9. Obesitas pada anak dan remaja merupakan suatu masalah yang sudah seharusnya mendapat perhatian khusus, sebab bila tak segera ditangani masalah ini akan menyebabkan berbagai macam masalah yang lebih besar lagi dikemudian hari.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melakukan survei di 5 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Kendari dengan berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota kendari serta mempertimbangkan beberapa kriteria diantaranya, merupakan sekolah yang berada di pusat jalan poros kota, sekolah favorit dan terkenal, merupakan sekolah yang memiliki siswa dengan tingkat sosial ekonomi menengah keatas, merupakan sekolah yang banyak diminati oleh peserta didik.

Berdasarkan kategori diatas maka peneliti memilih ke 5 sekolah yang dapat dipaparkan diantaranya, SMP Negeri 4 Kendari memiliki siswa dengan status gizi obesitas sebesar 23%, SMP Negeri 5 Kendari memiliki siswa dengan status gizi obesitas sebesar 15,3%, SMP Negeri 9 Kendari memiliki siswa dengan status gizi obesitas sebesar 17,3%, SMP Negeri 1 Kendari memiliki siswa dengan status gizi obesitas sebesar 19,2%, dan SMPS Frater Kendari memiliki siswa dengan status gizi obesitas sebesar 25%. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa SMP Frater Kendari merupakan sekolah yang memiliki banyak siswa yang mengalami obesitas dan paling tinggi dibandingkan empat sekolah lainnya dan dari data tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada sekolah tersebut.

2

Page 3: fkm.uho.ac.idfkm.uho.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/Template... · Web viewPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR,

JIMKesmas(Calibri 18pt Bold)(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) (Calibri 10 Bold)

VOL. …/NO…./ Bulan Tahun; ISSN 2502-731X, (Calibri 10 Bold)METODEPenelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian observasional analitik menggunakan pendekatan studi kasus kontrol (Case control study) untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR, durasi tidur, asupan makan dan aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas di SMP Frater Kendari Tahun 2018. Populasi dalam penelitian ini yaitu jumlah seluruh siswa-siswi SMP Frater Kendari dari kelas VII-IX. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 66 yang terdiri dari 33 kasus dan 33 kontrol, pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan dilakukan matching terhadap umur dan jenis kelamin10.

HASILTabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur pada Remaja di SMP Frater Kendari

No. Umur (Tahun)

Kasus Kontrol Total

n % N % n %

1. 12 7 21,2 7 21,2 14 21,2

2. 13 17

51,6 17 51,6 34 51,6

3. 14 9 27,2 9 27,2 18 27,2

Total 33

100 33 100 66 100

Sumber: Data Primer, November 2018

Uraikan nasari singkat dalam tabel ini dengan penjelasan yang konkrit mengenai hasil penelitian (Calibri 10pt)

Gambar 1. Peta Persebaran Pedagang Sari Laut di Kota Kendari

DISKUSI (Calibri 10pt Bold Kapital)Faktor Risiko Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018

Hasil penelitian yang dilakukan dari 66 subjek penelitian menunjukkan bahwa riwayat pemberian bukan ASI eksklusif merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018. Seseorang yang memiliki riwayat pemberian bukan ASI eksklusif mempunyai risiko menderita

obesitas 3,3 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki riwayat pemberian ASI eksklusif.

Seseorang yang mimiliki riwayat ASI tidak eksklusif menjadi salah satu faktor yang bisa memicu terjadinya obesitas pada anak. Hal ini dikarenakan bayi yang diberi ASI secara alamiah dapat mengatur asupan energi berhubungan dengan respon internal dalam menyadari rasa kenyang11.

Selain itu bayi yang diberi susu formula akan dapat merangsang sistem endokrin untuk mengeluarkan lebih banyak insulin dan growth factor sehingga meningkatkan kadar lemak tubuh akibat kandungan susu formula yang padat energi. Kadar insulin pada bayi yang diberi susu formula lebih tinggi dan memiliki respon insulin lebih panjang dari pada bayi yang diberi ASI. Hal ini menstimulasi deposisi jaringan lemak yang berakibat bertambahnya berat badan dan obesitas pada masa dewasa. Bayi yang diberi ASI memiliki konsentrasi hormon leptin lebih seimbang dari pada bayi yang diberi susu formula. Leptin berperan dalam mengatur keseimbangan energi melalui pengaturan selera makan. Leptin bekerja dengan cara menghambat jalur anabolisme dan memicu jalur katabolisme. Hasil akhir dari leptin adalah mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi. Jika leptin dalam tubuh tidak seimbang, maka keseimbangan energi tidak tercapai dan dapat memicu terjadinya obesitas12.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelompok kasus terdapat 17 responden yang memiliki riwayat bukan ASI eksklusif sedangkan pada kelompok kontrol yaitu sejumlah 8 responden. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada orang tua responden diperoleh bahwa salah satu faktor yang menyebabkan tingginya pemberian ASI tidak eksklusif pada kelompok kasus dikarenakan masih minimnya pengetahuan orang tua responden terhadap ASI eksklusif. Beberapa diantaranya menganggap bahwa pemberian hanya dengan ASI saja selama 6 bulan pertama belum tentu dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi sehingga pemberian susu formula dianggap bisa menjadi alternatif. Faktor lain yang memicu orang tua responden tidak memberi anak ASI eksklusif yaitu faktor kesibukan. Sebagian besar orang tua responden mengatakan faktor kesibukan akibat pekerjaan yang menyebabkan anak tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa pada kelompok kasus sebagian besar ibu responden berprofesi sebagai wiraswasta dan PNS sedangkan pada kelompok kontrol berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

Hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa responden yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, namun tidak mengalami obesitas berjumlah 8

3

Page 4: fkm.uho.ac.idfkm.uho.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/Template... · Web viewPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR,

JIMKesmas(Calibri 18pt Bold)(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) (Calibri 10 Bold)

VOL. …/NO…./ Bulan Tahun; ISSN 2502-731X, (Calibri 10 Bold)responden. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden hal ini dikarenakan responden memiliki kebiasaan asupan makan dan olahraga yang baik serta dibuktikan dengan hasil jawaban responden yang menunjukkan dari 8 responden tersebut 6 responden diantaranya memiliki kebiasaan asupan makan yang baik dan 5 responden diantaranya memiliki kebiasaan olahraga yang baik. Selain itu terdapat responden yang mendapatkan ASI eksklusif namun mengalami obesitas yakni berjumlah 16 responden (48,5%), hal ini dikarenakan responden memiliki faktor pendukung lain yakni pengaruh genetik, serta gaya hidup yang kurang sehat seperti mempunyai kebiasaan begadang, konsumsi makanan tinggi kalori dan rendah serat sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang dikeluarkan yang dapat mempengaruhi terjadinya obesitas. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas diantaranya adalah faktor genetik, pola makan yang berlebih, kurang aktivitas, emosi serta lingkungan. Penyebab penumpukan lemak diduga sebagian besar disebabkan oleh interaksi faktor internal contohnya seperti genetik dan faktor eksternal antara lain aktivitas, sosial ekonomi dan lain-lain13.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputri dan Syauqy dari penelitian ini diperoleh bahwa riwayat pemberian ASI eksklusif memiliki hubungan bermakna dengan obesitas pada anak dengan (OR = 4,2) artinya bahwa seorang anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berisiko 4,2 kali lebih besar dibandingkan yang mendapatkan ASI eksklusif12. Sebuah penelitian di Jerman yang dilakukan oleh Weverman et al. menyebutkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan lebih signifikan dalam mencegah risiko obesitas dibandingkan dengan pemberian ASI selama 3 bulan14.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulanto yang menyatakan bahwa pemberian susu formula pada anak berisiko untuk mengalami obesitas 6,2 kali lebih besar bila dibandingkan dengan yang diberi ASI eksklusif, pada penelitian ini juga diperoleh bahwa lama pemberian ASI pada anak yang mengalami obesitas lebih pendek bila dibandingkan anak non obesitas, penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif pada anak dapat mencegah terjadinya obesitas15.

Faktor Risiko Riwayat BBLR dengan Kejadian Obesitas pada Remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018

Bayi yang mengalami BBLR menjadi salah satu faktor yang bisa menyebabkan terjadinya obesitas pada anak. Hal ini dikarenakan bayi yang mengalami BBLR adalah bayi yang sewaktu dalam kandungan

kurang mendapatkan asupan nutrisi. Akibatnya, terjadi perubahan sistem metabolisme dalam tubuh. Tubuh bayi akan menghemat cadangan makanan karena tidak mendapat asupan makanan yang cukup di dalam kandungan. Sistem metabolismenya akan tetap menghemat cadangan makanan meski ketika lahir asupan makanannya tercukupi, akibatnya terjadi penimbunan lemak16.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat BBLR bukan merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018. Hasil yang ditemukan peneliti menunjukkan bahwa kelompok kasus maupun kontrol lebih banyak berisiko rendah atau tidak mengalami BBLR, hal ini dikarenakan berdasarkan hasil dari wawancara peneliti terhadap responden ditemukan bahwa rata-rata orang tua responden memiliki status ekonomi menengah ke atas dengan rerata penghasilan di atas dari upah minimum regional (UMR) Kota Kendari tahun 2018 yaitu Rp.2.316.810. Dari 66 responden, 63 (95,5%) diantaranya memiliki penghasilan di atas UMR kota Kendari sehingga hal ini yang bisa menyebabkan baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol kebanyakan tidak mengalami BBLR, sebab salah satu faktor yang bisa memicu terjadinya BBLR adalah kurangnya asupan nutrisi yang diperoleh bayi saat masih dalam kandungan yang dapat disebabkan karena status ekonomi keluarga yang rendah.

Dari jumlah sampel 66 orang menunjukkan bahwa yang berisiko tinggi namun tidak mengalami obesitas berjumlah 1 responden, berdasarkan hasil wawancara dengan responden tersebut hal ini dikarenakan responden tersebut berolahraga secara teratur dan menjaga aktivitas fisik. Selain itu terdapat responden yang berisiko rendah namun mengalami obesitas yakni berjumlah 31 responden, hal ini dikarenakan ada faktor pendukung lain yang menyebabkan obesitas seperti, kurangnya aktivitas fisik, tingginya durasi screen time, pola makan yang buruk, durasi tidur yang buruk dan riwayat genetik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Saputri dan Syauqy yang menyatakan bahwa BBL baik itu berat badan lahir berlebih ataupun berat badan lahir

SIMPULAN1. Riwayat pemberian ASI eksklusif merupakan

faktor risiko terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018.

2. Riwayat BBLR bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018.

3. Durasi tidur merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas pada remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018.

4

Page 5: fkm.uho.ac.idfkm.uho.ac.id/wp-content/uploads/2019/05/Template... · Web viewPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko riwayat pemberian ASI eksklusif, riwayat BBLR,

JIMKesmas(Calibri 18pt Bold)(Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) (Calibri 10 Bold)

VOL. …/NO…./ Bulan Tahun; ISSN 2502-731X, (Calibri 10 Bold)4. Asupan makan merupakan faktor risiko terhadap

kejadian obesitas pada remaja di SMP Frater Kendari Tahun 2018.

5. Aktivitas fisik merupakan faktor risiko terhadap kejadian obesitas di SMP Frater Kendari Tahun 2018.

SARAN 1. Bagi Instansi Kesehatan, Peneliti berharap agar

dengan adanya penelitian ini dapat memberikan masukan kepada dinas kesehatan mengenai program untuk kesehatan dengan meningkatkan upaya promosi dan preventifnya. Instansi .

DAFTAR PUSTAKA (Calibri 10pt Bold dan menggunakan sitasi Vancouver/Penomoran)1. Proverawati, A. (2010). Obesitas dan Gangguan

Perilaku Makan pada Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika.

2. World Health Organization (WHO). (2014). World Health statistic 2014. Retrieved from http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/112738/9789240692671_eng.pdf;jsessionid=D0E9D99D2FFE762A8B6E5E02D66F22B3?sequence=1

3. World Health Organization (WHO). (2017). Obesity and Overweight. Retrieved from http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/

4. World Health Organization (WHO). (2018). Obesity. Retrieved from http://www.who.int/topics/obesity/en/

5. World Health Organization (WHO). (2016). Global Nurition Report. World Health Organization.

6. Kementerian Kesehatan RI. (2013a). Pokok Pokok Hasil Riskesdas Provinsi Sulawesi Tenggara 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

7. Kementerian Kesehatan RI. (2013b). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

8. Sartika, R. A. D. (2011). Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Makara Kesehatan, 15(1), 37–43.

9. Hidayat, N. I., Syam, A., & Hendrayati. (2013). Gambaran Tingkat Stres Dan Antioksidan Pada Penderita Overweight Dan Obesitas Mahasiswa Angkatan 2013, 1–13.

10. Nurfatimah. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun di madrasah ibtidaiyah negeri pondok pinang jakarta. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5