eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan...

19
KARAKTERISTIK JEDA HUJAN (Dry Spells) DI LAHAN KERING SUMBAWA BESAR SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENANAMAN PALAWIJA JURNAL Oleh Chandra Alista Fibriyan C1M014030 Crop Agro Vol…No…2018 1

Transcript of eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan...

Page 1: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

KARAKTERISTIK JEDA HUJAN (Dry Spells) DI LAHAN KERING SUMBAWA BESAR SEBAGAI DASAR

PERENCANAAN PENANAMAN PALAWIJA

JURNAL

OlehChandra Alista Fibriyan

C1M014030

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS MATARAM

2018

Crop Agro Vol…No…2018 1

Page 2: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

ARTIKEL UNTUK JURNAL

KARAKTERISTIK JEDA HUJAN (Dry Spells) DI LAHAN KERING KABUPATEN SUMBAWA SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENANAMAN PALAWIJA

Dry Spell Characteristic at Dry Land of Kabupaten Sumbawa as A Basic Planning of Secondary Crop Planting

Chandra Alista Fibriyan 1), Mahrup 2), Ismail Yasin2)

1)Alumni Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram2)Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Crop Agro Vol…No…2018 1

Page 3: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

Crop Agro Vol…No…2018 1

Page 4: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

KARAKTERISTIK JEDA HUJAN (Dry Spells) DI LAHAN KERING SUMBAWA BESAR SEBAGAI DASAR PERENCANAAN PENANAMAN PALAWIJA

DRY SPELLS CHARACTERISTICS AT DRY LAND OF KABUPATEN SUMBAWA AS A BASIC PLANNING OF SECONDARY CROP PLANTING

Chandra Alista Fibriyan 1), Mahrup 2), Ismail Yasin2)

1)Alumni Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram2)Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Mataram

Korespondensi : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik jeda hujan di lahan kering Kabupaten Sumbawa sebagai dasar perencanaan penanaman palawija. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan mengumpulkan data curah hujan harian selama 10 tahun (2007 – 2017) dari 9 stasiun curah hujan di Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini dilaksanakan di Sumbawa Besar, dalam kurun waktu enam bulan yang dimulai dari bulan Nopember 2017 – April 2018. Analisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan di wilayah Kabupaten Sumbawa pada umumnya panjang di awal musim tanam (November) dan akhir musim tanam (April). Penetapan jeda hujan menggunakan model Markov tidak berbeda nyata dengan hasil observasi. Simulasi penetapan tanam di Kabupaten Sumbawa bervariasi antar stasiun dalam 10 tahun terakhir; terdapat 5 stasiun yang simulasi penetapan tanam di bulan Januari dan 4 stasiun simulasi penetapan tanam di bulan Februari. Sedangkan Trend jeda hujan secara spasial; semakin ke timur. Jeda hujan meningkat 1.2 hari setiap perpindahan sebesar 10 ke arah Timur.

kata kunci: karakteristik jeda hujan, rantai markov, simulasi penanaman, trend jeda hujan.

ABSTRACT

This research aimed to find out the characteristics of dry spells at dry land of Kabupaten Sumbawa as a basic planning of secondary crop planting. The method which used is descriptive method by collecting daily rainfall data in 10 years (2007-2017) from 9 rainfall stations in Kabupaten Sumbawa. This research is conducted in Sumbawa Besar in 6 months which is started from November 2017 – April 2018. Markov Chain ordo-1 model is analysis that used in this research. The results showed that dry spells pattern in the region of Kabupaten Sumbawa generally distant in the beginning of planting season (November) and in the end of planting season (April). The determining of dry spells by using Markov model is not different to the observation results. Determined planting simulations in Kabupaten Sumbawa had variation among the stations in a decade: There are 5 stations which simulated in January, and 4 stations which simulated in February. On the other side, the trend of spatial dry spells: The more moving to the East, dry spells rose 1.2 day in every 10 movement to the East.

Keywords: dry spells characteristics, markov chain, planting simulation, dry spells trend.

Crop Agro Vol…No…2018 Page 1

Page 5: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

PENDAHULUAN

Curah hujan merupakan komponen (unsur iklim) yang sangat menentukan

keberhasilan bercocok tanam, didaerah tropis. Pada sektor pertanian curah hujan

merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan produksi tanaman palawija. Setiap

tanaman sangat memerlukan air selama siklus hidupnya, dimana hujan merupakan sumber

air utama bagi tanaman, terutama di daerah beriklim kering dan daerah tadah hujan.

Sebagai wilayah tropis Indonesia memiliki potensi sumberdaya air dari curah yang relatif

besar, namun distribusinya tidak merata. Waktu terjadinya musim tersebut sampai saat ini

tidak tentu datangnya akibat kondisi iklim global yang berubah-ubah.

Jeda hujan merupakan suatu keadaan dimana cuaca kering, tanpa terjadinya hujan

yang berlangsung dalam kurun waktu tertentu, yang di selingi oleh hari hujan (Mathugama

dkk, 2011; Rathan dkk, 2014). Suatu hasil studi menunjukkan, bahwa dalam beberapa

dekade terakhir telah terjadi ekspansi batas kawasan tropis (tropical belt) yang

mengakibatkan perubahan terhadap sistem iklim global yang membawa dampak pada

pergeseran pola curah hujan, sehingga mempengaruhi ekosistem; alam, pertanian dan

sumberdaya air (Chakravarthy dkk., 2012).

Pada pertanian lahan kering pola curah hujan sangat mempengaruhi ketersediaan air

tanah, lama masa tanam, awal tanam, dan pola tanam serta pemilihan komoditi tanaman

terutama pada daerah tropis dengan curah hujan yang rendah (Ruminta, 2016). Seperti

daerah wilayah kering, dengan pertanian lahan kering di Provinsi Nusa Tenggara Barat

(NTB) seperti di pulau Sumbawa, antara lain : Kabupaten Sumbawa, merupakan salah satu

kabupaten yang berada di wilayah propinsi NTB, yang beriklim tropis sehingga sangat di

pengaruhi oleh musim. di wilayah Kabupaten Sumabawa musim hujan berlangsung lebih

singkat dibandingkan dengan musim kemaraunya. Bulan basah (curah hujan > 200 mm)

dan bulan kering (curah hujan < 100 mm).

Pada era modern ini dituntut untuk dapat memanfaatkan lahan yang semaksimal

mungkin, terutama pada daerah-daerah yang memiliki potensi pertanian tada hujan yang

tinggi untuk di kembangkan, seperti di daerah Kabupaten Sumbawa. Hal itu tidak selalu

berbanding lurus dengan curah hujan yang turun, sangat terbatas. sehingga dapat

mengakibat kekeringan yang terjadi ditengah-tengah musim hujan. Hal ini disebabkan oleh

adanya jeda hujan untuk beberapa waktu tertentu, yang mengakibatkan kekeringan dan

kekurangan air beberapa waktu, selama musim hujan. Jeda hujan tersebut biasa terjadi

antara 1-2 minggu, sehingga menimbulkan kegelisahan petani untuk memperoleh air

Crop Agro Vol…No…2018 Page 2

Page 6: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

selama bercocok tanam, yang dapat menyebabkan tanaman mengalami kekeringan sampai

gagal panen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Karakteristik Jeda Hujan (Dry Spell) di

Lahan Kering Sumbawa Besar Sebagai Dasar Perencanaan Penanaman Palawija”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada bulan

November 2017-April 2018. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan

mengumpulkan data curah hujan harian selama 10 tahun (2007 – 2017) dari 9 stasiun curah

hujan di Kabupaten Sumbawa. Analsis dilakukan terhadap sifat jeda hujan (observasi)

berdasarkan data curah hujan harian dengan Metode Rantai Markov. Utuk membuktikan

apakah metode markov dapat digunakan di Kabupaten Sumbawa, dengan melakukan uji

secara statistik, yaitu melalui uji t (t-test) untuk dapat menarik kesimpulan apabila

dianggap memberikan hasil yang tidak berbeda nyata, jika t-hitung < t tabel pada taraf

nyata 5 %, sebaliknya dikatakan berbeda bila t-hitung > t-tabel pada taraf nyata 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis uji-t, yang telah dilakukan didapatkan hasilnya bahwa,

nilai t tabel lebih besar dibandingkan dengan t hitung, artinya bahwa Metode Markov dan

Metode Obeservasi secara statistik hasilnya sama. Sehingga Metode Markov dapat

digunakan di daerah Kabupaten Sumbawa untuk menganalisis durasi jeda hujan. Pada

umumnya nilai durasi jeda hujan Metode Observasi secara matematis lebih tinggi

dibandingkan dengan hasil Metode Markov untuk 9 stasiun curah hujan. sebagaimana

tercantum pada Gambar 1.

Nop Des Jan PEB Mar Apr012345678

Observasi Markov

Jeda

Huj

an (H

ari)

Gambar 1. Perbandingan Jeda Hujan dengan Metode Observasi dan Markov Stasiun 9 Stasiun Kabupaten Sumbawa.

Crop Agro Vol…No…2018 Page 3

Page 7: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh gambaran umum pola jeda hujan di

wilayah Kabupaten Sumbawa (Gambar 1). Pada umumnya panjang di awal musim tanam

November dan akhir musim tanam April, dengan rata-rata 6.48 hari, mencapai peningkatan

jeda hujan akhir musim tanam Maret dengan rata-rata 4.69 hari, sampai akhir musim tanam

April. Pada pertengahan musim tanam (Desember, Januari dan Februari) sifat jeda hujan

relative pendek yaitu rata-rata 3.57 hari. Sedangkan puncak hujan di wilayah Kabupaten

Sumbawa terjadi pada bulan Januari dengan jedah hujan termasuk katagori sangat pendek.

dan termasuk kedalam pola parabolik artinya (pola parabolik ini berbentuk seperti parabola

jika dihubungkan maka akan terlihat seperti setengah lingkaran). Seperti halnya pada

Gambar ke 1 stasiun di kabupaten Sumbawa.

Krishnamurti dkk., (1995) mengemukakan bahwa di indonesia jeda hujan terjadi

relatif panjang di awal musim (seperti yang terlihat pada ke 9 stasiun Kabupaten

Sumbawa) hal ini diakibatkan adanya hubungan temperatur permukaan laut antara pantai

timur Afrika dan pantai barat sumatera. Jika suhu dipermukaan air laut lebih tinggi

pergerakan ke timur, menuju wilayah Indonesia yang berdampak terjadinya hujan. Begitu

juga sebaliknya apabila pantai Sumatera suhunya lebih rendah dari pada pantai timur

afrika, sehingga mengakibatkan uap air akan bergerak ke barat, meninggalkan wilayah

Indonesia. Hal inilah yang mengkibatkan Indonesia terjadinya jeda hujan yang panjang,

yang dapat berdampak pada kekurangan air terhadap sektor pertanian khususnya tanaman

palawija di lahan kering yang mengandalkan hujan sebagai sumber air utamanya.

Tabel 1. Hasil Analisis Parameter Markov

NamaStasiun

PARAMETER MARKOVno n1 p01 p11 p00 p10 p0 p1

Alas Barat 18.53 11.68 0.33 0.47 0.67 0.53 0.61 0.39Utan 19.92 10.30 0.28 0.48 0.72 0.52 0.66 0.34

Sumbawa 19.25 10.97 0.30 0.45 0.70 0.55 0.64 0.36Moyo Hilir 17.60 12.62 0.32 0.57 0.68 0.43 0.58 0.42

Lape 17.98 12.23 0.31 0.56 0.69 0.44 0.59 0.41Plampang 17.15 13.07 0.31 0.56 0.69 0.44 0.57 0.43Labangka 21.82 8.40 0.20 0.47 0.80 0.53 0.72 0.28Empang 18.37 11.85 0.25 0.57 0.75 0.43 0.61 0.39Lunyuk 20.95 9.27 0.25 0.43 0.75 0.57 0.69 0.31Rerata 19.06 11.15 0.28 0.51 0.72 0.49 0.63 0.37

Keterangan Parameter Markov: n0 : Jumlah hari selama musim tanam yang keadaan sehari sebelumnya tanpa hujan; n1: Jumlah hari selama musim tanam yang keadaan sehari sebelumnya hujan; p01: Probabilitas dimana hari sebelumnya tanpa hujan diikuti hari hujan. p11: Probabilitas dimana hari hujan didahului oleh hari hujan; p00: Probabilitas dimana hari tanpa hujan didahului oleh hari tanpa hujan; p10: Probabilitas dimana hari sebelumnya hujan diikuti hari tanpa hujan; p0: Probabilitas hari tanpa hujan dalam satu musim; p1: Probabilitas hari hujan dalam satu musim tanam.

Crop Agro Vol…No…2018 Page 4

Page 8: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

Berdasakan parameter p01 sebagaimana tertera pada tabel 1 diatas dapat

dikemukakan bahwa jeda hujan terpendek diantara 9 wilayah stausiun curah hujan

dikabupaten Sumbawa adalah Alas Barat (p01 = 0,33) dengan durasi jeda rata-rata 3 hari,

diikuti jeda yang semakin panjang secara berturut-turut oleh Moyo Hilir (p01 = 0,32)

dengan jeda rata-rata 3,1 hari, Lape dan Plampang (p01 = 0,31) dengan jeda rata-rata 3,2

hari, Sumbawa (p01 = 0,30) dengan rata-rata jeda 3,3 hari, Utan (p01=0,28) dengan jeda

hujan rata-rata 3,6 hari, Empang dan Lunyuk (p01 = 0,25) dengan jeda rata-rata 4 hari dan

Labangka (p01 = 0,2) dengan jeda rata-rata 5 hari, merupakan nilai rerata jeda yang

terpanjang. Terhadap parameter p10 pada tabel 1, dapat diberi penapsiran, bahwa diantara

ke 9 wilayah stasiun curah hujan, ada wilayah durasi curah hujannya kurang dari 2 hari

dalam satu siklus cuaca, yaitu stasiun dengan nilai p10 > 0.5, seperti; Lunyuk (p10 =

0,57), Sumbawa (p10 = 0,55), Alas Barat dan Labangka (p10 = 0,53) dan Utan (p10 =

0,52). Adapun 4 stasiun lainnya memiliki durasi hujan lebih dari 2 hari persatu siklus,

dengan nilai p10 < 0.5, yaitu; Moyo Hilir dan Empang (p10 = 0,43), Lape dan Plampang

(p10 = 044) . Parameter p0 dan p1 memberikan petunjuk bahwa wilayah Labangka dan

Lunyuk adalah kawasan yang paling sedikit mendapatkan hari hujan, selama enam bulan

musim tanam (November – April), Labangka (p1 = 0.28, p0 = 0,72) berarti hanya 28% dari

total hari dalam satu musim adalah hari hujan, dan 72% tanpa hujan. Lunyuk (p1 = 0,31,

p0 = 0,69), berarti hanya 31% hari hujan dan 69% hari tanpa hujan permusim tanam.

Simulasi Perencanaan Tanam Palawija di Kabupaten Sumbawa

Gambar 2. Simulasi perencanaan Tanam di Kecamatan Alas Barat.

Gambar 3 . Simulasi Perencanaan Awal Tanam di Kecamatan Utan.

Gambar 4. Simulasi Perencanaan Tanam di Kecamatan Sumbawa.

Gambar 5. Simulasi Perencanaan Tanam di Kecamatan Moyo Hilir.

Crop Agro Vol…No…2018 Page 5

Page 9: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

Gambar 6. Simulasi Perencanaan Tanam di Kecamatan Lape.

Gambar 7. Simulasi Perencanaan Tanam di Kecamatan Plampang.

Gambar 8. Simulasi Perencanaan Tanam di Kecamatan Labangka.

Gambar 9. Simulasi Perencanaan Tanam di Kecamatan Empang.

Gambar 10. Simulasi Perencanaan Tanam diKecamatan Lunyuk.

Simulasi penetapan tanam palawija di Kabupaten Sumbawa berpariasi antar stasiun

dalam 10 tahun terakhir; terdapadat 5 stasiun yang simulasi penetapan tanam di bulam

Januari yaitu Alas Barat (Gambar 3), Moyo Hilir (Gambar 4), Plampang (Gambar 5),

(Empang 5), dan Lunyuk (Gambar 6). dan 4 stasiun simulasi penetapan tanam di bulan

Februari yaitu Utan, Sumbawa, Lape dan Labangka. pada bulan tersebut merupakan salah

bulan yang memiliki defisit air yang lebih sedikit dibandingankan dengan bulan-bulan

lainnya sehingga dapat memungkinkan sebagai salah satu acuan sebagai simulasi

perancanaan penanaman tanaman palawija di Kabupaten Sumbawa,

Partridge, dkk., (2002) menjelaskan bahwa pada bulan November dan April

merupakan periode terjadinya peralihan bagi wilayah yang memiliki sifa iklim muson

seprti halnya di Indonesia. Pada bulan Desember sampai Februari merupakan permulaan

mulai terjadinya aliran angin barat laut yang menyebabkan terjadinya hujan. sehingga

curah hujan dibulan ini terbilang normal, yang mengakibatkan defisit air yang lebih sedikit.

Sedangkan pada bulan April merupakan permulaan terjadinya angin timur yang kering, hal

Crop Agro Vol…No…2018 Page 6

Page 10: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

ini menandakan bahwa hujan berangsur-angsur menghilang sehingga berganti ke musim

kemarau.

Trend Jeda Hujan Temporal

Gambar 11. Trend jeda hujan temporal pada 9 stasiun Kabupaten Sumbawa

Trend Jeda Hujan Spasial

Gambar 12. Trend Jeda Hujan Temporal 9 Stasiun Cura hujan Kabupaten Sumbawa.

Analisis jeda hujan sebagai fungsi fakta (temporal), dilakukan untuk mengetahui

kecendrungan trend jeda hujan selama kurun waktu 10 tahun di 9 wilayah stasiun curah

hujan kabupaten Sumbawa. Pada setiap wilayah stasiun di Kabupaten Sumbawa dapat

dilihat pada (Gambar 11).

Berdasarkan hasil analisis sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12 dapat

dikemukana bahwa terdapada 5 stasiun yang trend jeda hujannya mengalami penurunan

yang ditandai oleh koefisien regregsi bernilai negative yaitu Moyo Hilir, Lape, Labangka,

Lunyuk, Empang sebesar (b= -0.204 hari/tahun). Sedangkan wilayah stasiun yang tidak

mengalami perubahan sebagai fungsi waktu dalam priode 10 tahun adalah Sumbawa (b=

0.000 hari/tahun). Beberapa wilayah mengalami peningkatan (tren positif) jeda hujan,

seperti Alas Barat, Utan, Plampang sebesar (0.021 hari/tahun).

Penelitian yang dilakukan oleh Yasin, dkk., (2011) menyatakan bahwa hal ini

berkaitan erat dengan faktor lokal seperti daerah-daerah yang berada pada pesisir Teluk

Saleh yaitu stasiun Moyo Hilir, stasiun Lape, stasiun Empang. Hal ini memberikan

indikasi, konstribusi terhadap curah hujan lokal bahwa teluk Saleh berperan sebagai

penyangga iklim lokal sehingga tidak mengakibatkan variasi jeda hujan secara temporal.

Sumber uap air membentuk awan produktif tanda-tanda hujan yang terbentuk karena

adanya efek tofografi berupa pegunungan di sekitar wilayah tersebut seperti halnya gunung

Tembora, diperkirakan berasal dari uap air yang terbawa oleh angin barat daya yang

melintas di sepanjang laut jawa dan laut plores di utara pulau Sumbawa, yang tertahan oleh

gunung tembora, yang kemudian dibelok kan ke arah selatan ke teluk saleh. Awan yang

terbentuk di sekitaran gunung Tambora mengalami perkayaan uap oleh proses evaporasi

Crop Agro Vol…No…2018 Page 7

Page 11: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

yang terjadi di teluk Saleh, sehingga mampu mendistribusikan hujan secara radial ke arah

kawasan sekitar teluk tersebut. dan yang berdekatan dengan Samudra Hindia, yaitu stasiun

Lunyuk dan stasiun Labangka yang mengakibatkan trend jeda hujannya menurun

memberikan indikasi konstribusi terhadap curah hujan Samudra Hindia berperan sebagai

penyangga iklim lokal sehingga tidak mengakibatkan variasi jeda hujan secara temporal

Mahrup, ddk., (2011).

Beberapa wilayah terutama yang berbatasan dengan Laut Flores mengalami

kecendrungan peningkatan jeda hujan seprti stasiun Alas Barat dan stasiun Utan sehingga

konstribusi terhadap curah hujan lokal berkurang, sehingga jedah hujan meningkat selama

10 tahun. Pada wilayah Stasiun Plampang tidak di mendapat keuntungan uap air

(penghasilkan hujan) berasal dari Teluk Saleh sebagai (penyangga iklim lokal) sehingga

mengakibatkan jedah hujan terus meningkat (Mahrup, dkk., 2011).

Pada Stasiun Sumbawa di pengaruhi tata letak satsiun berada tengah-tengah dari 9

stasiun sehingga pengaruh iklim local tidak berpangaruh langsung terhadap peningkatan

dan berkurangnya jeda hujan. Sehingga Trend jeda hujannya tidak mengalami perubahan

sebagai fungsi waktu dalam priode 10 tahun.

Trend jeda hujan (Gambar 12). sebagai fungsi ruang (spasial) untuk 9 wilayah

stasiun curah hujan di kabupaten Sumbawa. Tren jeda hujan digunakan untuk mengetahui

peningkatan atau penurunan jedah hujan berdasarkan letak geografi stasiun pada arah

Bujur Timur setiap wilayah pengamatan di Kabupaten Sumbawa (Gambar 13).

Berdasarkan Gambar 13 dapat dikemukakan, bahwa trend jeda hujan secara spasial

semakin ke timur, jeda hujan meningkat. Peningkatan tersebut dimulai dari wilayah stasiun

Alas Barat, Utan, Sumbawa, Moyo Hilir, Lape, Lunyuk, plapang dan Labangka dan

Empang, peningkatan terjadi sebesar 1.2 hari setiap pengarahan sebesar sejauh 10 ke arah

Timur.

Hal ini memperkuat laporan sebelumnya yang menyatakan, bahwa wilayah Jawa

Timur, Bali dan kepulauan Nusa Tenggara (NTB dan NTT) mengalami iklim lebih kering,

dan priode musim hujan yang relatif pendek (Anonim, 2002). Hal tersebut disebabkan

karena jeda hujan yang terjadi disuatu wilayah terutama Nusa Tenggara Barat (NTB)

dipengaruhi oleh letak Indonesia di zona ekuator dan keberadaannya di antara dua benua

(Asia-Australia) dan dua samudera (Hindia-Pasifik) mempengaruhi distribusi hujan

(Arista, dkk., 2013). Angin panas yang bertiup dari benua Australia melewati laut yang

sempit dengan membawa uap air yang lebih sedikit dibandingkan dengan uap air yang

dibawah dari laut yang luas seperti uap air dari Samudra hindia. Sehingga memperkuat

Crop Agro Vol…No…2018 Page 8

Page 12: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

fakta adanya efek mongering, karena bertetangga dengan benua kering Australia (Linarce

dan Hobbs, 1977).

KESIMPULAN

1. Pola jeda hujan di wilayah Kabupaten Sumbawa pada umumnya panjang di awal

musim tanam November dan akhir musim tanam April, dengan rata-rata 6.48 hari,

mencapai peningkatan jeda hujan akhir musim tanam Maret dengan rata-rata 4.69 hari,

sampai akhir musim tanam April. Pada pertengahan musim tanam (Desember, Januari

dan Februari) sifat jeda hujan relative pendek yaitu rata-rata 3.57 hari. Metode Markov

dapat digunakan sebagai penduga jeda hujan di wilayah dataran rendah Kabupaten

Sumbawa.

2. Simulasi penetapan tanam di Kabupaten Sumbawa bervariasi antar stasiun dalam 10

tahun terakhir; terdapadat 5 stasiun yang simulasi penetapan tanam di bulam Januari

yaitu Alas Barat, Moyo Hilir, Plampang, Empang, dan Lunyuk. dan 4 stasiun simulasi

penetapan tanam di bulan Februari yaitu Utan, Sumbawa, Lape dan Labangka.

3. Trend jeda hujan temporal di Kabupaten Sumbawa bervariasi antar stasiun dalam 10

tahun terakhir; terdapadat 5 stasiun yang tren jeda hujannya menurun yaitu Moyo

Hilir, Lape, Labangka, Lunyuk, dan Empang, satu stasiun jeda hujannya nisbi konstan

yaitu Sumbawa, dan tiga stasiun mengalami peningkatan durasi jeda hujan, yaitu Alas

Barat, Utan, dan Plampang. Trend jeda hujan secara spasial; semakin ke timur jeda

hujan meningkat. Jeda hujan meningkat 1.2 hari setiap perpindahan sebesar 10 ke

arah Timur

SARAN

Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada kajian jeda hujan menggunakan

metode rantai Markov ordo -1 dengan menggunakan data dalam kurun waktu 10 tahun

terakhir (2007-2017) yang diwakili oleh 10 stasiun curah hujan yang berada di Kabupaten

Sumbawa. Perlu ada kajian lebih lanjut dengan menggunakan data curah hujan yang

waktunya lebih panjang, disertai dengan analisis variasi sifat curah hujan musimam,

analisis jeda hujan tahun Normal, tahun Kering dan tahun Basah.

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, A., L.I. Amin, F. Agus, dan Djaenudin. 2000. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Anonim, 2002. Nasional Action Program For Combation Land Degradation in Indonesia. Ministry of Forestry. Jakarta 28p.

Crop Agro Vol…No…2018 Page 9

Page 13: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

As-Syakur, A.R., I.W. Nuasa, dan I.N. Sunanta, 2011. Pemutahiran Peta Agroklimat Klasifikasi Oldemen di Pulau Lombok Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis. Jurnal Penelitian Masalah Lingkungan di Indonesia p; 79-87.

Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Prakiraan musim kemarau 2014. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tahun 2014. http://www.bmkg.go.id/bmkg pusat/Sestama/Humas/prakiraan musim kemarau 2014 di indonesia.bmkg [diakses 28 Oktober 2014].

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG-NTB). 2014. Analisis Curah Hujan Bulan Januari 2014. dan Prakiraan Curah Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2014 di Nusa Tenggara Barat. Stasiun Klimatologi Kediri. 26p.

Badan Pusat Statistik, 2003. Kabupaten Sumbawa dalam Angka 2003. Badan pusat statistik Provinsi NTB. Mataram.

Brown, J. R., C. Jakob, and J. M. Haynes. 2010. An Evaluation of Rainfall Frequency and Intensity over the Australian Region in a Global Climate Model. Journal of Climate 23 : 6504 – 6525.

Boer, R dan I.Las, 1997. Motede Penentuan Tingkat Kerawanan Kekeringan:KasusUntuk Daerah Pertanaman Padi Sawah Tadah Hujan di Jawa Barat Jurnal Agromet XII (1 dan2):1-9

Barron, J., 2004. Dry spell mitigation to Abgrid semiarid rainfed agriculture. Doctoral Thesis in Natural Resource Management. Department of systems Ecology. Stockholm University. Sweden.

Castilo, E.G., Buresh, R,J and Ingran ,K,T, 1992. Lowland rice yeild as affected by timing of water deficit and nitrogen fertilization. Argon J. 84:152-159.

Detzel, D.H.M., dan M.R.M. Mine, 2011. Generation of Daily Synthetic Precipitation Series: Analysis and Application in La Plata River Basin. The Open Hidrology Jurnal 2011, vol. 5. P:69-77.

Fischer, B.M.C., M.L. Mul, dan H.G. Savenije, 2013. Determining Spatial variability of Dry Spell: a Markov-based method, applied to the Makanya catchment, Tanzania. Publised Hydrol. Earth Syst. Sci., 17, 2161-2170, 2013.

Hacnigonta, S., dan C.J.C. Reason, 2006. Internnual Variability in Dry and Wet Spell Characteristic over Zambia. Climate Research, Vol. 32 p; 49-62.

Lakitan, B. 1997. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada.

Hendry, A, Glick, Ph.D. And Kyung Hee University. 2007. Introduction to Markov Models.University of Pennsilvania.

Mahrup, Idris, M.H dan Suwardji. 2016. Jeda hujan (dry spell) dan curah hujan berbasis probabilitas pada tipologi lahan kering di Lombok. Jurnal Megasains, Vol. 7, No. 1, 1-12. ISSN 2086-5589.

Mahrup, Yasin, I dan Hasuni Idris. 2009. Kompilasi Sistem Warige Dengan Southern Oscilalation Index (SOI) dan Sea Surface Temperatur (SST) Sebagai Model Prakiraan Variasi Iklim Lokal Di Nusa Tenggara Barat . Pusat Penelitan Sumberdaya Air dan Agroklimat (Pulisda) Universitas Mataram. Mataram

Mangaraj, A.K. , I.N. Sahoo, dan M.K. Sukla. 2013. A Markov Chann Analysis of Daily Rainfall Occurance at Easter Orissa of India. Jurnal of Reability and Statistical Study. Vol 6,Issue (2013). P; 77-86.

Crop Agro Vol…No…2018 Page 10

Page 14: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/4445/1/jurnal fix.docx · Web viewAnalisis yang digunakan adalah model Rantai Markov ordo-1. Hasil penelitan menunjukkan bahwa pola jeda hujan

Mathugama, S.C, dan T.S.G. Peiris,2011. Critical Evaluation of Dry Spell Research. International Basic of Applied Science. Vol. 11, No. 06. P;153-160.

Ratan, R., dan V. Venugopal., 2003. Wet and Dry Spell Charactristic of Global Tropical Rainfall. Center of Atmospheric and Oceanic Sciences. Indian Institute of Science. Bangalore.

Rumita, 2016. Dampak Perubahan Pola Curah Hujan Terhadap Tanaman Pangan Lahan Tadah Hujan Di Jawa Barat. Jurnal Agrin. Vol. 20, No. 2. ISSN: 1410-0029.

Suprapto, Ir. H.S., Drs. H. A Rasyid, dan Marzuki, M.S., 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Bogor.

Crop Agro Vol…No…2018 Page 11