Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

30
PENGARUH TARIF PAJAK DAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan Dosen : Andi, SE., M.Si. Disusun Oleh : 1 . Anggita Anjani (55521313 10) 2 . Rosita Nadyawati (55521317 58) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Transcript of Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

Page 1: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

PENGARUH TARIF PAJAK DAN SELF ASSESSMENT SYSTEM

TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Perpajakan

Dosen : Andi, SE., M.Si.

Disusun Oleh :

1.

Anggita Anjani (5552131310)

2.

Rosita Nadyawati (5552131758)

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Serang

Page 2: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

2

2016

Page 3: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

i

ABSTRAK

Pajak merupakan pendapatan tertinggi negara yang berasal dari dalam negeri.

Namun pada kenyataanya masih banyak ditemukannya kasus mengenai wajib

pajak yang melanggar kewajiban perpajakannya dengan melakukan penggelapan

pajak. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menganalisis pengaruh tarif pajak

dan self assessment system terhadap tindakan tax evasion (penggelapan pajak)..

Kata kunci : Tarif pajak, self assessment system, penggelapan pajak, tax evasion

Page 4: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

ii

DAFTAR ISI

Abstrak.........................................................................................................i

Daftar isi.......................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................4

Bab II Pembahasan

2.1 Pajak.......................................................................................................5

2.2 Tarif Pajak..............................................................................................6

2.3 Self Assesment System............................................................................8

2.4 Tax Evasion ...........................................................................................9

2.4.1 Penyebab Tax Evasion ................................................................11

2.4.2 Dampak Tax Evasion ..................................................................12

Kesimpulan..................................................................................................15

Daftar Pustaka .............................................................................................16

Page 5: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang dalam pembiayaan

pembangunan nasionalnya mengandalkan salah satu sumber pendapatan

terbesar negara yaitu dari sektor pajak. Perekonomian suatu negara khususnya

negara berkembang tidak dapat dilepaskan dari berbagai kebijakan ekonomi

makro yang dilakukan oleh negara. Suatu negara membutuhkan dana untuk

membiayai segala kegiatan yang dilakukannya baik pengeluaran rutin maupun

pengeluaran pembangunan dalam menjalankan roda pemerintahan. Salah satu

pemasukan terbesar adalah dari sektor pajak. Pajak dari waktu ke waktu

semakin menjadi andalan utama penerimaan pajak di Indonesia.

Yossi Friskianti dan Bestari Dwi Handayani (2014) menyatakan bahwa

pada tahun 1983, terjadi reformasi perpajakan dimana sistem perpajakan di

Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment

system. Reformasi perpajakan ini dimaksudkan supaya wajib pajak dengan

kesadaran sendiri dan sukarela melaksanakan kewajiban perpajakannya. Oleh

karena itu, sistem ini akan berjalan dengan baik apabila masyarakat memiliki

tingkat kesadaran perpajakan secara sukarela (voluntary tax compliance) yang

tinggi (Suminarsasi, 2011:1, dalam Irma Suryani Rahman, 2013).

Menurut Theo Kusuma Ardyaksa dan Kiswanto (2014) Pajak mempunyai

kecenderungan dan karakteristik hubungan yang searah, dimana ada satu

pihak yang mempunyai kewajiban untuk membayar, namun pihak yang

satunya lagi (pemerintah) tidak mempunyai kewajiban apapun untuk

memberikan jasa timbal balik apapun kepada pembayar. Hal ini akan

menyebabkan kecenderungan para pembayar pajak (wajib pajak) untuk

mencari cara supaya dapat mengurangi beban pajak terutang yang akan

dibayarkannya kepada negara. Fenomena ini terjadi disebabkan karena sudut

Page 6: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

2

pandang pembayar pajak merasa membayar pajak dapat mengurangi laba dan

kenikmatan yang diperolehnya dari hasil kerja kerasnya, sehingga dengan

adaya hal ini memunculkan ide untuk merencanakan pengurangan beban pajak

yang harus dibayarkan.

Realisasi penerimaan pajak penghasilan (PPh) tahun 2013 sebesar

Rp.265,50 triliun atau mencapai 94,58% dari target Rp.280,70 triliun atau

mengalami kenaikan yang sangat drastis sebanyak 56,84% jika dibandingkan

dengan realisasi tahun 2012, adapun di tahun 2012 realisasi penerimaan pajak

penghasilan (PPh), yaitu sebesar Rp.94 triliun atau hanya mencapai 37,74%

dari target Rp.249,04 triliun. Hal ini menjelaskan bahwa di tahun 2012 terjadi

penurunan yang sangat signifikan apabila dibandingkan lagi dengan

penerimaan pajak di tahun 2011 dan 2010, dengan rincian penerimaan tahun

2011 yaitu penerimaan pajak penghasilan (PPh), yaitu sebesar Rp. 198,52

Triliun dari Rp.235,24 Triliun dengan pencapaian sebesar 84% dan pada tahun

2010 penerimaan pajak penghasilan (PPh), yakni sebesar Rp.176,14 Triliun

dari target Rp.156,15 Triliun dengan pencapaian sebesar 88,65%. Di tahun

2013 penerimaan pajak penghasilan mengalami kenaikan sebesar 94,58%

dengan jumlah penerimaan sebesar Rp.265,50 Triliun dari target Rp. 280,70

triliun dan kembali mengalami kenaikan bahkan melampaui target yaitu

jumlah penerimaan sebesar Rp.301,75 triliun dari target Rp.293,53 triliun atau

melewati 2,64% dari target yang ditentukan. (Direktorat Jenderal Pajak, 2015,

dalam Fransiska, 2015).

Menurut Fransiska (2015) meskipun mengalami kenaikan yang sangat

drastis dari tahun sebelumnya, tetapi penerimaan pajak tahun 2013 hanya

sekitar 94,58% dari target pajak yang ada, Kondisi ini menimbulkan

kecurigaan adanya kegiatan penggelapan yang mungkin dilakukan oleh

petugas pajak ataupun oleh wajib pajak itu sendiri. Menurut Suminarsasi dan

Supriyadi (2014), salah satu indikasi adanya penggelapan pajak dapat dilihat

dari tidak tercapainya target penerimaan pajak, dan faktanya dari tiap tahun

realisasi penerimaan pajak terutama PPh tidak mencapai target. Upaya untuk

Page 7: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

3

mendapatkan penerimaan atau pemungutan pajak yang optimal dibutuhkan

adanya sistem pemungutan pajak.

Tingginya keinginan untuk memperoleh laba yang besar, hampir seluruh

perusahaan akan melakukan perencanaan pajak. Perencanaan Pajak (Tax

Planing) bertujuan untuk mengurangi jumlah beban pajak yang harus

dibayarkan. Perencanaan pajak terbagi menjadi dua yaitu penghindaran pajak

(Tax Avoidance) dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Meskipun memiliki

tujuan yang sama yaitu mengurangi beban pajak yang dibayarkan, akan tetapi

kedua hal ini memiliki pebedaan yang sangat mecolok.

Menurut Izzah (2008), dalam Rahman (2013) adanya perlakuan tax

evasion dipengaruhi oleh berbagai hal seperti tarif pajak terlalu tinggi. Tarif

pajak adalah persentase untuk menghitung pajak terutang. Dalam penetapan

tarif pajak harus berdasarkan keadilan. Menurut Penelitian Permatasari (2013)

jika tarif pajak tinggi maka penggelapan pajak juga akan tinggi. Jika

dihubungkan dengan teori Motivasi (Hilgard dan Atkinson, 1979) maka wajib

pajak akan membuat motivasi penilaiannya sendiri terhadap tarif pajak yg

berlaku. Jika mereka merasa tarif pajak yang berlaku terlalu tinggi maka akan

berbanding lurus dengan tingkat penggelapan pajak (Theo, 2014).

Peningkatan tarif pajak dimaksudkan untuk memberikan peningkatan

pendapatan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Semakin tinggi tarif pajak

semakin besar tingkat penggelapan pajak, sehingga pendapatan semakin

menurun.

Beberapa penelitian tentang tax evasion telah dilakukan, seperti penelitian

yang dilakukan Yossi Friskianti dan Bestari Dwi Handayani (2014) tentang

pengaruh self assessment system, keadilan, teknologi perpajakan, dan

ketidakpercayaan kepada pihak fiskus terhadap tindakan tax evasion. Hasil

penelitian ini menunjukan variabel self assessment system, keadilan, teknologi

perpajakan, secara parsial tidak berpengaruh terhadap tindakan tax evasion.

Page 8: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

4

Sedangkan ketidakpercayaan kepada pihak fiskus secara parsial berpengaruh

terhadap tindakan tax evasion.

Penelitian yang dilakukan oleh Inggrid Permatasari dan Herry Laksito

(2013) tentang minimalisasi tax evasion melalui tarif pajak, teknologi dan

informasi perpajakan, keadilan sistem perpajakan, dan ketepatan

pengalokasian pengeluaran pemerintah. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa tarif pajak berpengaruh positif secara signifikan terhadap tax evasion,

dan teknologi dan informasi pajak, keadilan sistem pajak dan ketepatan

pengalokasian pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif signifikan secara

parsial dan simultan terhadap tax evasion.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sbb:

“Bagaimanakah tarif pajak dan self assessment system berpengaruh terhadap

tindakan tax evasion?”

1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh tarif pajak dan

self assessment syetem terhadap tax evasion

Page 9: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.16

Tahun 2009). Selain itu, beberapa pengertian pajak berdasarkan pendapat para

ahli antara lain sebagai berikut. (Pujianto, 2014)

Pengertian pajak menurut Soemahamidjaja, adalah iuran wajib berupa

uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma

hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa

kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Pudyamoko, 2008:2)

Soemitro mengatakan bahwa “pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak

rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaraan rutin “surplus”-

nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama dalam

membiayai public investment”. (Suandy, 2008:2)

Menurut Smeets, (Pudyamoko, 2008:4) “pajak adalah prestasi kepada

pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat

dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal

yang individual, maksudnya untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.

Menurut Pujianto (2014) dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh

para ahli di atas, dapat disimpulkan :

1) Pajak adalah kewajiban rakyat kepada negara dan bersifat memaksa,

2) Pajak merupakansebagian kekayaan yang diserahkan untuk membiayai

pengeluaran rutin negara,

Page 10: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

6

3) Rakyat sebagai wajib pajak tidak menerima imbalan jasa secara

langsung dari negara, tapi berupa pembangunan untuk kesejahteraan

umum.

Saat ini, ada lima jenis pajak yang dikelola di Indonesia, yaitu; pajak

penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, bea materai,

dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Pungutan kepada wajib pajak

inilah yang diharapkan membiayai pengeluaran negara. (Pujianto, 2014)

2.2 Tarif Pajak

Menurut Ayu (2009), dalam Ardyaksa (2014) tarif pajak adalah prosentase

perhitungan yang harus dibayar oleh wajib pajak. Penentuan mengenai pajak

yang terutang sangat ditentukan oleh tarif pajak dari berbagai jenis pajak, baik

dari pajak pusat maupun pajak daerah. Sebenarnya tarif pajak masih tergolong

kedalam ketentuan materil di hukum pajak bersama-sama dengan wajib pajak

dan objek pajak. Keberadaan tarif pajak digunakan untuk menghitung pajak

terhutang. Meskipun tarif pajak digunakan untuk mengetahui jumlah pajak

terhutang, tidak berarti mengesampingkan fungsi hukum pajak yang berupa

keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum. Menurut Permatasari (2013),

dalam Ardyaksa (2014) tarif pajak diukur menggunakan indikator sebagai

berikut: prinsip kemampuan dalam membayar pajak, tarif pajak yang

diberlakukan di Indonesia.

Menururt Mardiasmo (2009:9), dalam Rahman (2013) pajak dipungut

berdasarkan tarif. Ada empat macam tarif pajak, yaitu tarif proposional, tarif

tetap, tarif progresif, dan tarif degresif.

a. Tarif Proposional

Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang

dikenakan pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang proposional

terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b. Tarif Tetap

Page 11: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

7

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah

yang dikenai pajak, sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

c. Tarif Progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang

dikenai pajak semakin besar.

d. Tarif Degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah dikenai

pajak semakin besar.

Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak, dalam

hubungannya dengan pajak penghasilan sebagaimana diatur dalam UU PPh

maka tarif yang diterapkan adalah tarif progresif sebagaimana diatur dalam

pasal 17 ayat (1) UU PPh. Sedangkan untuk pajak pertambahan nilai berlaku

tarif pajak proporsional yaitu 10%. (Rahman, 2013)

Penelitian Kurniawati (2014) menyatakan bahwa salah satu syarat

pemungutan pajak adalah keadilan, baik keadilan dalam prinsip maupun

dalam pelaksanaannya. Pemerintah dapat menciptakan keseimbangan sosial

dengan adanya keadilan, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Oleh karena itu, penetapan tarif pajak harus berdasarkan pada keadilan karena

pungutan pajak yang dilakukan di Indonesia menggunakan tarif pajak.

Penentuan mengenai pajak yang terutang sangat ditentukan oleh tarif pajak.

Dalam penghitungan pajak yang terutang digunakan tarif pajak yang

kemudian dikalikan dengan dasar pengenaan pajak. Beberapa studi

menunjukkan bahwa tarif pajak yang tinggi memicu penggelapan pajak. Tarif

pajak yang tinggi akan meningkatkan beban pajak sehingga menurunkan

pendapatan dari wajib pajak (Alligham dan Sandmo, 1972). Tetapi, tingkat

tarif pajak mungkin bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keputusan

masyarakat tentang membayar pajak karena sistem pajak secara keseluruhan

juga memiliki dampak. Jika, tingkat pajak atas penghasilan dari perusahaan

seseorang rendah, tetapi individu menghadapi tarif pajak yang tinggi atas

penghasilan pribadi, mereka akan menganggap beban pajak pribadi sebagai

Page 12: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

8

hal yang tidak adil dan memilih untuk melaporkan sebagian penghasilan

pribadi. International Tax Compact (2010) menjelaskan alasan wajib pajak

melakukan tindakan penggelapan dan penghindaran pajak adalah rendahnya

kemauan wajib pajak untuk membayar pajak atau rendahnya moral terhadap

pajak, tingginya biaya kepatuhan yang harus ditanggung oleh wajib pajak,

rendahnya system perpajakan, dan rendahnya tingkat terungkapnya tindakan

penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak dan fiskus. Salah satu

penyebab rendahnya moral terhadap pajak adalah penetapan tarif pajak yang

terlalu tinggi sehingga memberatkan bagi wajib pajak.

2.3 Self Assessment System

Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang, kepercayaan,tanggung jawab kepada wajib pajak untuk

menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya

pajak yang harus dibayar. (Diana dan Setiawati, 2009:1, dalam Pujianto, 2014)

a. Pelaksanaan self assessment system

Sehubungan dengan pelaksannan self assessment system pemenuhan

kewajiban perpajakan harus dilakukan sendiri oleh wajib pajak. Kewajiban

wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan menurut Rahayu

(2010:101-102), dalam Pujianto (2014) antara lain; 1) mendaftarkan diri di

kantor pelayanan pajak; 2) menghitung dan atau memperhitungkan sendiri

jumlah pajak yangterutang melalui pengisian dengan baik & benar; 3)

menyetor pajak tersebut ke bank persepsi/kantor pos; 4) melaporkan

penyetoran tersebut kepada direktur jenderal pajak

b. Ciri-ciri self assessment system

Adapun ciri-ciri self assessment system, adalah;

Wajib pajak memiliki wewenang untuk menentukan sendiri besarnya

pajak terutang

Page 13: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

9

Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh ataskewajiban

perpajakannya sendiri, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri wajib pajak yang terutang.

Fiskus atau pemerintah dalam hal ini instansi perpajakan melakukan

pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban

perpajakanbagi wajib pajak, melalui pemeriksaan pajak dan penerapan

sanksi pelanggaran dalam bidang pajak sesuai peraturan yang berlaku

(Pujianto, 2014)

Menurut Siahaan (2010:184-185), dalam Rahman (2013) self assessment

system sebagai suatu bentuk sistem hukum yang modern dibidang perpajakan,

dan ini sejalan dengan falsafah bangsa yang meletakkan pembayaran pajak

sebagai bentuk kegotongroyongan nasional sebagaimana yang dimaksud

dalam jiwa Pancasila. Dalam sistem ini pajak terutang bukan karena adanya

SKP (faham formal dalam utang pajak), namun adanya pajak terutang karena

timbulnya subjek memiliki objek pajak (faham material dari timbulnya utang

pajak). Dalam hal ini bukan berarti pengertian faham formal timbulnya utang

pajak (melalui penerbitan SKP) tidak ada, SKP diterbitkan apabila WP

memiliki kesalahan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, yang

bersifat bukan merupakan perbuatan pidana. Dalam hal kesalahan tersebut

bersifat kekeliruan yang bersifat manusiawi dari WP maka kekeliruan itu

cukup diterbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) (Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 189/PMK.03/2007 yang mulai berlaku pada 1 Januari 2008).

2.4 Tax Evasion

Berikut defenisi mengenai tax evasion berdasarkan pendapat para pakar,

antara lain; (Pujianto, 2014)

Mortenson mengemukakan bahwa penyelundupan pajak adalah usaha

yang tidak dapat dibenarkan berkenaan dengan kegiatan wajib pajakuntuk

lari atau menghindarkan diri dari pengenaan pajak.

Page 14: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

10

Anderson mengatakan bahwa penyelundupan pajak adalah

penyulundupan pajak yang melanggar undang-undang.

Mardiasmo (2008:9) tax evasion adalah “usaha meringankan beban pajak

dengan cara melanggar undang-undang (menggelapkan pajak)”

Definisi-definisi yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan

bahwa, tax evasion merupakan cara ilegal untuk tidak membayar pajak dengan

melakukan tindakan menyimpang (irregular acts) dalam berbagai bentuk

kecurangan (frauds) yang dilakukan dengan sengaja dan dalam keadaan sadar.

Oldman (Zain, 2008:51), dalam Pujianto (2014) memaparkan bahwa

penyelundupan pajak tidak hanya terbatas pada kecurangan dan penggelapan

dalam segala bentuknya, tetapi juga meliputi kelalaian memenuhi kewajiban

perpajakan yang disebabkan oleh;

Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu

akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

tersebut.

Kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, tetapi salah hitung

datanya.

Kesalahpahaman (misunderstanding), yaitu wajib pajak salah menafsirkan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Kealpaan (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku

beserta bukti-buktinya secara lengkap.

Zain (2008:51), dalam Pujianto (2014) menjelaskan bahwa sejumlah tindakan

yang merupakan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-

undangan diantaranya : 1) Tidak menyampaikan SPT; 2) Menyampaikan SPT

dengan tidak benar; 3) Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan NPWP

atau pengukuhan PKP; 4) Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut atau

dipotong; 5) Berusaha menyuap fiskus.

Page 15: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

11

2.1.1 Penyebab Tax Evasion

Rahayu (2010:149), dalam Pujianto (2014) mengatakan “selain faktor

psikologis wajib pajak kurang sadar terhadap kepatuhan pajak, hal lain

yang membuat wajib pajak berusaha menghindar dari pajak diantaranya

kondisi lingkungan, pelayanan fiskus yang mengecewakan, tingginya tarif

pajak dan sistem administrasi yang buruk”. Adapun penyebab terjadinya

tindakan tax evasion, adalah;

1) Kondisi lingkungan

Lingkungan sosial masyarakat menjadi hal yang tak terpisahkan dari

manusia sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu saling bergantung

satu sama lain. Begitu juga dalam dunia perpajakan, manusia akan melihat

lingkungan sekitar yang seharusnya mematuhi aturan perpajakan. Mereka

saling mengamati terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Jika kondisi

lingkungannya baik (taat aturan), masing-masing individu akan

termotivasi untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan membayar pajak

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Pelayanan fiskus yang mengecewakan

Pelayanan aparat pemungut pajak terhadap masyarakat cukup

menentukan dalam pengambilan keputusan wajib pajak untuk membayar

pajak. Mereka menganggap bahwa kontribusinya telah dihargai meskipun

hanya sekedar dengan pelayananyang ramah saja, jika yang dilakukan

tidak menunjukkan penghormatan atas usaha wajib pajak, masyarakat

merasa malas untuk membayar pajak kembali.

3) Tingginya tarif pajak

Pemberlakuan tarif pajak mempengaruhi wajib pajak dalam hal

pembayaran pajak. Pembebanan pajak yang rendah membuat masyarakat

tidak terlalu keberatan untuk memenuhi kewajibannya. Meskipun masih

ingin berkelit dari pajak, mereka tidak akan terlalu membangkang terhadap

Page 16: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

12

aturan perpajakan karena harta yang berkurang hanyalah sebagian

kecilnya. Pembebanan tarif yang tinggi, menjadikan masyarakat semakin

serius berusaha untuk terlepas dari jeratan pajak yang menghantuinya.

Wajib pajak ingin mengamankan hartanya sebanyak mungkin dengan

berbagai cara karena mereka tengah berusaha untuk mencukupi berbagai

kebutuhan hidupnya. Masyarakat tidak ingin apa yang telah diperoleh

dengan kerja keras harus hilang begitu saja hanya karena pajak yang

tinggi.

4) Sistem administrasi perpajakan yang buruk

Penerapan sistem administrasi pajak mempunyai peranan penting

dalam proses pemungutan pajak suatu negara. Seandainya sistem yang

diterapkan berjalan jauh dari harapan, masyarakat menjadi berkeinginan

untuk menghindari pajak. Mereka bertanya-tanya apakah pajak yang telah

dibayarnya akan dikelola dengan baik atau tidak. Setelah timbul pemikiran

yang menyangsikan kinerja fiskus seperti itu, kemungkinan besar banyak

wajib pajak yang benar-benar `lari` dari kewajiban membayar pajak.

2.1.2 Dampak Tax Evasion

Menurut Siahaan (2010:110), dalam Rahman (2013), penggelapan pajak

membawa akibat pada pada perekonomian secara makro. Akibat dari

pengelakan pajak sangat beragam dan meliputi berbagai bidang kehidupan

masyarakat, antara lain sebagai berikut:

a. Akibat Pengelakan / Penggelapan Pajak Dalam Bidang Keuangan

Penggelapan/pengelakan pajak (sebagaimana juga halnya dengan

penghindaran diri dari pajak) berarti pos kerugian yang penting bagi

Negara, yaitu dapat menyebabkan ketidakseimbangan anggaran dan

konsekuensi-konsekuensi lain yang berhubungan dengan penaikan tarif

pajak, inflasi, dan sebagainya. Untuk menjamin pemungutan pajak

Page 17: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

13

secara tepat, sering dikemukakan falsafah sebagai berikut, “Wajib

Pajak yang mengelakan pajak mungkin mengira bahwa Negara

mengambil sejumlah yang telah ada dikantungnya. Pada hakikatnya

dialah yang mengambil uang dari warga-warga yang oleh Negara

harus diminta pengorbanan lain (untuk mengimbangi kekurangan yang

ditimbulkan oleh Wajib Pajak yang tidak menunaikan kewajibannya

itu)”.

b. Akibat Pengelakan / Penggelapan Pajak Dibidang Ekonomi

Menurut Siahaan (2010:110), adapun akibat dari penggelapan pajak

dalam bidang ekonomi adalah sebagai berikut

1. Pengelakan/penggelapan pajak sangat mempengaruhi persaingan

sehat diantara para pengusaha, sebab suatu perusahaan yang

menggelapkan pajaknya dengan menekan menekan biaya secara tidak

legal, mereka mempunyai posisi yang lebih menguntungkan daripada

saingan-saingan yang tidak berbuat demikian.

2. Pengelakan/penggelapan pajak tersebut merupakan penyebab

stagnasi perputaran roda ekonomi yang apabila perusahaan

bersangkutan berusaha untuk mencapai tambahan dari keuntungannya

dengan penggelapan pajak, dan tidak mengusahakan dengan jalan

perluasan aktivitas atau peningkatan usaha. Untuk menutup-nutupinya

agar jangan sampai terlihat oleh fiskus.

3. Pengelakan/penggelapan pajak termaksud juga menyebabkan

langkanya modal karena para wajib pajak yang menyembunyikan

keuntungannya terpaksa berusaha keras untuk menutupinya agar tidak

sampai terdeteksi oleh fiskus.

Oleh karena itu pengelakan/penggelapan pajak yang dilakukan oleh

para WP pada hakikatnya menimbulkan dampak yang secara tidak

langsung menghambat pertumbuhan dan perluasan usahanya, dengan

mencoba sedemikian rupa untuk meminimalkan jumlah beban pajak

yang dilaporkan di SPT. Hal ini juga mengakibatkan ruang lingkup

Page 18: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

14

perputaran modal suatu usaha menjadi tidak leluasa dikarenakan WP

berusaha menyembunyikan laba/keuntungannya sedemikian rupa agar

tidak sampai terdeteksi oleh fiskus.

c. Akibat Pengelakan / Penggelapan Pajak Dalam Bidang Psikologi

Akibat dari penggelapan pajak itu juga dirasakan dalam bidang

psikologi, sebab penggelapan pajak membiasakan Wajib Pajak untuk

melanggar undang-undang. Apabila Wajib Pajak sampai hati

melakukan penipuan dalam bidang fiskal, lambat laun Wajib Pajak

tidak akan segan-segan berbuat sama dalam hal ini. Akibat dari

komplikasi-komplikasi ini pasti menimbulkan dampak yang

mengancam sehubungan dengan tindak penggelapan pajak, seperti:

kemungkinan terungkapnya praktek penipuan tersebut dengan

konsekuensi pembayaran pajak yang berlipat ganda karena meliputi

utang pajak dalam waktu tertentu, ditambah dengan denda dan

kenaikan pajak yang harus dibayarnya. Hal demikian kadang-kadang

terjadi pada saat yang kurang tepat seperti dalam keadaan kekurangan

uang, sakit ataupun mengalami kebangkrutan. Akhirnya tindakan

penggelapan pajak mempunyai pengaruh yang berbahaya terhadap

Wajib Pajak, dengan tidak menyadari akan konsekuensinya, dan

mengira bahwa perbuatan curang semacam itu akan

menguntungkannya secara jangka panjang (Siahaan, 2010:111).

Page 19: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

15

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh tarif pajak dan self

assesment system dapat memungkinkan seseorang untuk melakukan tindakan tax

evasion. Semakin tingginya tarif pajak maka semakin tinggi pula keinginan

seseorang untuk melakukan penggelapan pajak. Self assesment system dapat

menjadi celah atau kesempatan bagi wajib pajak untuk melakukan tax evasion.

Self assessment system ini sangat memungkinkan terjadi penyelewengan terhadap

nominal pajak yang harus dibayar. Kelemahan Self Assessment System yang

memberikan kepercayaan pada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutang dalam praktiknya sulit berjalan

sesuai dengan yang diharapkan, bahkan disalahgunakan. Banyaknya keluhan dari

masyarakat yang merasa kurang puas atau pengenaan pajaknya kurang adil dan

kurang mencerminkan ketentuan undang-undang, Selain peraturan yang tidak

berpihak pada wajib pajak, self assessment system ini merupakan sistem

pemungutan pajak sejak era reformasi, yang berprinsip bahwa wajib pajak

menghitung sendiri besaran pajaknya yang terhutang, masih jauh dari harapan

sebagai wajib pajak yang menjadi alasan mengapa masyarakat menolak

membayar pajak. Karena apabila self assessment system dilakukan sesuai

prosedur dan ketentuan yang berlaku maka akan menghasilkan pajak yang

optimal, sebaliknya apabila kepatuhan wajib pajak kurang, maka self assessment

system tidak akan berjalan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, hal itu lah

yang menyebabkan terjadinya kecurangan pajak

Page 20: Fix Pengaruh Tarif Pajak Dan Self Assessment System

16

Daftar Pustaka

Friskianti, Y., dan B, D, Handayani. 2014. "Pengaruh Self Assessment System, Keadilan, Keadilan, Teknologi Perpajakan dan Ketidakpercayaan Kepada Pihak Fiskus Terhadap Tindakan Tax Evasion". Accounting Analysis Journal.

Ardyaksa, Theo, K., dan Kiswanto. 2014. "Pengaruh Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan Pengalokasian, Kecurangan, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tax Evasion". Accounting Analysis Journal

Permatasari, I., dan H. Laksito. 2013. "Minimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif Pajak, Teknologi dan Informasi Perpajakan, Keadilan Sistem Perpajakan dan Ketepatan Pengalokasian Pengeluaran Pemerintah". Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 2, No.2, Hal 1-10. Semarang: Universitas Diponegoro.

Nurhamidin, Fransisca E.. 2015. "Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Atas Pelaksanaan Self Assesment System Terhadap Tindakan Tax Evasion di Kota Gorontalo". Jurnal Akuntansi. Universitas Negeri Gorontalo.

Rahman, Irma Suryani. 2013. "Pengaruh Keadilan, sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan kemungkinan Terjadinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak". Skripsi. Jakarta: UIN

Kurniawati, Meiliana dan Agus Arianto. 2014. “Analisis Keadilan Pajak, Biaya Kepatuhan dan Tarif Pajak Terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak di Surabaya Barat”. Tax & Accounting Review. Vol. 4, No. 2. Universitas Kristen Petra.

Pujianto, Dwi Indriyani. 2014. “Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Efektifitas Self Assessment System dan Sanksi Pajak dalam Keterkaitannya dengan Tindakan Tax Evasion pada KPP Pratama Palopo”. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.