Fitri Arianty Lubis.pdf
Transcript of Fitri Arianty Lubis.pdf
EFIKASI KININ - DOKSISIKLIN PADA PENGOBATAN MALARIA FALSIPARUM TANPA KOMPLIKASI PADA ANAK
Oleh
FITRI ARIANTY LUBIS
T E S I S
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Dokter Spesialis Anak
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
EFIKASI KININ-DOKSISIKLIN PADA PENGOBATAN
MALARIA FALSIPARUM TANPA KOMPLIKASI PADA ANAK
Telah disetujui dan disyahkan
Prof.DR.dr.H.Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpAK Pembimbing I
dr. Melda Deliana, SpA
Pembimbing II
Medan, Februari 2008
Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU
Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K)
NIP. 140 087 999
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Dengan ini diterangkan :
dr. FITRI ARIANTY LUBIS
Telah menyelesaikan Tesis sebagai persyaratan untuk mendapat gelar Dokter Spesialis Anak
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tesis ini dipertahankan di depan Tim
Penguji pada hari .............................. dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Tim Penguji Penguji I Prof. Dr. H. Iskandar Z Lubis, SpA(K) ...........................................
Penguji II Prof. Dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) .......................................... Penguji III Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K) ...........................................
Medan, Februari 2008
Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
dr. H. Ridwan. M. Daulay, SpA(K) NIP. 140092052
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan
keahlian Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan
sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing Prof.Dr.dr.H.Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K) dan
dr.Melda Deliana,SpA, yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-
saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis
ini. 2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis
Anak FK- USU, Prof. dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K), sebagai Sekretaris Program
periode 2003-2007 dan dr. Melda Deliana, SpA periode 2007 sampai sekarang, yang
telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Prof. dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2003-2007 dan dr. H. Ridwan.
M. Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2007 sampai sekarang, yang telah
memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.
4. Seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik
Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan
penulisan tesis ini.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
5. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K)
dan Dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program
pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK- USU.
6. dr. Suprapto sebagai Kepala Puskesmas Panyabungan Jae beserta Kepala Sekolah
Dasar Negeri Panyabungan Jae dan guru-guru di mana penelitian ini dilakukan, Ka.
DinKes Mandailing Natal, Pemda Mandailing Natal, serta masyarakat Panyabungan
Jae yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penelitian ini sehingga dapat
terlaksana dengan baik.
7. Hendi, Irma, Purnama, Nur Zahara, Masitah, dan Ira Aliza, yang selama empat tahun
bersama-sama dalam suka dan duka serta teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Anak
dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta
penulisan tesis ini.
Teristimewa untuk suami tercinta Andi Yanto Herlan, SH.MHum dan ananda tersayang
Fauzan Yafi Adhyaksa terima kasih atas doa, pengertian, dukungan dan pengorbanan
selama penulis menyelesaikan pendidikan ini.
Kepada yang tercinta orang tua, dr.H.Azwin Lubis,SpA (Alm) dan Hj. Dewi Sari
Nasution serta mertua H. Andi Thamrin (Alm) dan Hj.Muliyati Thamrin serta semua abang,
kakak dan adik-adik yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil
selama penulis mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat
imbalan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita
semua, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Februari 2008
Fitri Arianty Lubis
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan Pembimbing........................................................ i
Kata Pengantar ………………………………………………….. iii
Daftar Isi ………………………………………………………….. vi
Daftar Tabel ……………………………………………………… viii
Daftar Gambar …………………………………………………... ix
Daftar Singkatan ………………………………………………… x
Daftar Lambang …………………………………………………. xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………… 1
1.2. Perumusan Masalah …………………………….. 3
1.3. Tujuan Penelitian ………………………………… 4
1.4. Hipotesis Nol………………………………………….. 4
1.5. Manfaat Penelitian ………………………………. . 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria Falsiparum....…….................................... 5
2.2. Artesunat-Amodiakuin……………………….…... 16
2.3. Kinin…..……………………………............................ 18
2.4. Doksisiklin…………………………………………… 20
2.5. Kinin-Doksisiklin................................................... 22
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian………………….……………….. 23
3.2. Tempat dan Waktu………………………………..... 23
3.3. Kerangka Konsep…………………………………… 23
3.4. Populasi dan Sampel Penelittian…………………. 23
3.5. Perkiraan Besar Sampel…………………………… 24
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi………………………… 24
3.7. Prosedur Penelitian………………………………. 25
3.8. Definisi Operasional …………………………………..… 26
3.9. Analisis Data................................................................ 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian…..…………………………………… 27
4.2. Pembahasan ………………………………………… 29
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ………………………………………….. 32
5.2. Saran ………………………………………………… 32
DAFTAR PUSTAKA .……………………………………………… 33
LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Kesediaan …………………………. 36
2. Lembar Kuesioner ……………………………………… 37
3. Master Tabel Penelitian ……………………………….. 40
RINGKASAN………………………………………………………… 51
SUMMARY…………………………………………………………... 53
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………… 56
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian………………………………………. 27
Tabel 2. Data Efek Samping Pemberian Obat……………...………………….. 29
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta Kabupaten Mandailing Natal…………………….................2
Gambar 2. Siklus Hidup Malaria…………………………………....................5
Gambar 3. Struktur Kimia Artesunat……….…………………..………..........16
Gambar 4. Struktur Kimia Amodiakuin………………………………………..16
Gambar 5. Struktur Kimia Kinin ……….…………………………..................18
Gambar 6. Struktur Kimia Doksisiklin………………………………………....20
Gambar 7. Kerangka Konsep……………………………………….........……23
Gambar 8. Parasitemia pada H0, H2, H7 dan H28 dengan uji kai kuadrat
(X2)........................................................................................28
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR SINGKATAN
PR : Parasite rate
Ha : Hektar
WHO : World Health Organization
dkk : dan kawan-kawan
mg : milligram
kg : kilogram
mcg : mikrogram
BB : Berat badan
API : Annual Parasite Incidence
C : Celsius
F : Fahrenheit
PCR : Polimerase Chain Reaction
ml : milli liter
SPSS : Statistical Package for Social Science
H0 : Hari 0
H2 : Hari 2
H7 : Hari 7
H28 : Hari 28
HPA : High Prevalence Area
QBC : Quantitative Buffy Coat
IFA : Indirect Fluorescent Antibody Test
AL : Artemether Lumefantarin
ACT : Artemisinin Combination Therapy
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMBANG
n : Besar sampel
α : Kesalahan tipe 1
β : Kesalahan tipe 2
x2 : Kai-kuadrat
df : degree of freedom
% : persen
± : lebih-kurang
p : proporsi
P1 : proporsi standar
P2 : proporsi yang diteliti
Q : event rate survival
zα : deviat baku normal untuk α
zβ : deviat baku normal untuk β
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis
maupun sub tropis dan menyerang negara dengan penduduk padat. Malaria
terutama dijumpai di Meksiko, sebagian Karibia, Amerika Tengah dan Selatan,
India, Asia selatan, Indo Cina dan pulau-pulau di Pasifik Selatan. Diperkirakan
prevalence malaria diseluruh dunia berkisar antara 160-400 juta jumlah kasus.
Di Indonesia, malaria sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama di luar
Jawa dan Bali. Di daerah itu terdapat campuran penduduk yang berasal dari
daerah endemis dan non endemis malaria. Angka Annual Parasite Incidence
(API) malaria di Pulau Jawa dan Bali pada tahun 1997 ialah 0,120 per 1000
penduduk, sedangkan di luar Jawa - Bali angka Parasite Rate tetap tinggi yaitu
4,78 % pada tahun 1997, tidak berbeda dengan angka tahun 1990 (4,78 %).1
Menurut Data Stratifikasi Malaria Propinsi Sumatera Utara tahun
1999/2000, Kabupaten Mandailing Natal termasuk dalam strata high prevalence
area (HPA) dengan tertinggi yaitu 10,65%. 2
Kabupaten Mandailing Natal ini terletak di antara 000.10’-100.50’ Lintang
Utara dan 980.50’-100010’ Bujur Timur dengan luas daerah sebesar 662.070
Ha. Terbagi atas 8 kecamatan dan 277 desa dengan kondisi geografis yang
luas terdiri dari hutan lebat, rawa-rawa, sungai-sungai dan persawahan.
Kabupaten ini berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Tapanuli
Selatan, sebelah selatan dengan Propinsi Sumatera Barat, sebelah barat
dengan Samudera Hindia, dan sebelah timur dengan propinsi Riau.3 Jumlah
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
penduduk di kabupaten ini adalah 343.715 jiwa dengan mata pencarian
mayoritas sebagai petani dan nelayan. Jenis penyakit yang terbanyak adalah
malaria sebesar 17,53%.4
Gambar1. Peta Kabupaten Mandailing Natal.4
Infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium falsiparum adalah infeksi yang
menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Resistensi obat
sering terjadi pada pengobatan malaria falsiparum ini.5
Malaria adalah penyakit akut dan kronik protozoa dengan gejala dan
demam paroksismal, kedinginan, berkeringat, lelah, anemia, dan splenomegali.
Pada anak lebih tua, gejala yang sering tampak adalah muntah, sakit
punggung, kedinginan, myalgia, dan kelelahan.6
Diagnosa malaria dengan pemeriksaan mikroskopis mengidentifikasi
organisme tersebut pada hapusan darah tipis dan tebal. 7
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan malaria ini adalah derivat
kuinolon (kinin, klorokuin, meflokuin, primakuin, amodiakuin, dll), antifolat
(pyrimethamin, proguanil, trimetoprim), artemisin (artemisin, artemether,
artesunat), antibiotik (sulphonamid, tetrasiklin, makrolid).8
Saat ini pengobatan yang paling sering dipakai adalah gabungan
artesunat - amodiakuin, tetapi obat ini harganya cukup mahal. Doksisiklin
adalah antibiotik turunan tetrasiklin yang cukup baik pada pengobatan malaria
falsiparum. Obat ini sering digabungkan dengan kinin. 9
Alecrim GM, dkk (2006) melaporkan bahwa kombinasi kinin-doksisiklin
dapat menurunkan angka plasmodium falsiparum setelah 7 hari pengobatan.10
Newton NP, dkk (2004) mengatakan bahwa doksisiklin oral ditambah dengan
obat lain (kinin atau golongan artemisin) diperlukan dalam menurunkan
parasitemia untuk pengobatan malaria falsiparum.11
Penelitian serupa oleh Tarigan (2003) yaitu menunjukkan perbandingan
kina dan tetrasiklin pada pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi di
daerah resisten multidrug malaria di Mandailing Natal Sumatera Utara dengan
p=0,91.12
Penelitian yang serupa belum banyak dilakukan di Indonesia, oleh sebab itu
kami melakukan penelitian uji klinis acak terbuka untuk melihat efikasi Kinin-
doksisiklin pada pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi pada anak
usia di atas 8 tahun.13
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan penelitian untuk
mengetahui apakah gabungan kinin-doksisiklin dapat dijadikan sebagai
alternatif dalam pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi pada anak.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi gabungan artesunat-
amodiakuin dengan kinin – doksisklin sebagai pengobatan malaria falsiparum
tanpa komplikasi pada anak.
1.4. Hipotesis Nol
Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada perbedaan efikasi gabungan artesunat-
amodiakuin dengan kinin – doksisklin pada anak dengan malaria falsiparum
tanpa komplikasi.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh obat alternatif pada malaria
falsiparum tanpa komplikasi pada anak.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Malaria Falsiparum
Malaria berasal dari kata mala artinya buruk dan aria atau air artinya udara,
dikatakan udara buruk karena tingginya prevalensi malaria di seluruh dunia
pada daerah tropis berair payau, prevalensi juga tinggi didaerah yang hangat
dan basah. 12
Ada 140 spesies plasmodium, tetapi di Indonesia ada 4 spesies yang
dikenal yang menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falsiparum, vivax, ovale
dan malaria yang transmisinya melalui nyamuk anopheles. Spesies yang paling
banyak ditemukan adalah Plasmodium falsiparum dan Plasmodium vivax.
Infeksi yang disebabkan Plasmodium falsiparum adalah infeksi yang paling
besar menunjukkan angka kesakitan dan kematian.13
Malaria adalah penyakit infeksi yang paling sulit dalam pengobatannya
dibandingkan penyakit infeksi yang lain. 14
Gambar 2. Siklus Hidup Parasit Malaria.32
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Daur hidup plasmodium:15
Dalam siklus hidupnya Plasmodium falsiparum mempunyai dua hospes yaitu
vertebra dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam hospes di sebut skizogoni dan
siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk di sebut sporogoni.
1. Siklus aseksual
Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk anopheles betina masuk ke
dalam hospes vertebra (manusia) melalui tusukan nyamuk tersebut. Dalam
waktu 30 menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai
stadium eksoeritrositik dari pada daur hidupnya. Di dalam sel-sel hati parasit
tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang
mengandung parasit pecah dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di
fagosit. Oleh karena prosesnya terjadi sebelum stadium eritrosit maka
disebut stadium preeritrosit atau eksoeritrositik. Siklus eritrositik di mulai
saat merozoit memasuki sel-sel darah merah. Parasit tampak sebagai
kromatin kecil dikelilingi oleh sitoplasma yang membesar, bentuk tidak
teratur dan mulai membentuk tropozoit. Tropozoit berkembang menjadi
skizon matang dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya
pembelahan tersebut sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen, sisa sel
keluar memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah lainnya
untuk mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit
dan membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk
seksual.
2. Siklus seksual.
Terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang bersama darah tidak dicerna
oleh sel-sel lain. Pada makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8
inti yang bergerak ke pinggir parasit, di pinggir ini beberapa filamen di
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
bentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan
terjadi karena masuknya makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot
berubah bentuk seperti cacing pendek di sebut ookinet yang dapat
menembus lapisan epitel dan membran basal dinding lambung. Di tempat
ini ookinet membesar disebut ookista. Di dalam ookista di bentuk ribuan
sporozoit menembus kelenjar dan masuk ke kelenjar ludah nyamuk dan bila
nyamuk menggigit/menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam
darah dan mulailah siklus preeritrositik.
Gambaran klinis terdiri dari 3 stadium yaitu: 1,17
1. Stadium dingin: diawali dengan gejala menggigil dan perasaan yang sangat
dingin. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari pucat , kulit kering dan pucat,
muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam.
2. Stadium demam: penderita merasa kepanasan, muka merah, kulit kering,
seperti terbakar, muntah, mual dan mencret, nadi kuat. Suhu badan dapat
mencapai 41°C atau lebih atau >104°F. Stadium ini berlangsung 2 -12 jam.
3. Stadium berkeringat: penderita berkeringat banyak sekali, suhu badan
menurun cepat, terkadang sampai di bawah normal.
Gejala dapat disertai hepatomegali, splenomegali, trombositopeni, anemia,
normal atau menurunnya hitung jenis sel darah putih. Gejala neurologis yang
dapat terjadi seperti bingung, disorientasi sampai koma.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Cara penularan: 1,16
1.Penularan secara alamiah: melalui gigitan nyamuk anopheles yang
menularkan malaria
2.Penularan yang tidak alamiah:
• Malaria bawaan (kongenital): terjadi pada bayi baru lahir karena ibunya
menderita malaria. Penularan terjadi melalui plasenta.
• Secara mekanik: melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Cara
penularan melalui suntik pernah dilaporkan terjadi di salah satu rumah
sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang di rawat dan
mendapat suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang
dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien.
• Secara oral: cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung dan ayam
(Plasmodium gallinasum), burung dara (Plasmodium relection) dan
monyet (Plasmodium knowlesi).
Pada umumnya sumber infeksi malaria pada manusia adalah manusia
lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis.
Kemampuan bertahannya penyakit malaria di suatu daerah ditentukan oleh
berbagai faktor:17
1. Adanya manusia yang rentan terhadap infeksi dengan malaria. Penduduk
asli di suatu daerah endemik, masih dapat juga terkena infeksi, hanya gejala
kliniknya biasanya ringan. Diantara penduduk asli secara alamiah ada yang
tidak mudah dan ada yang mudah sekali terkena infeksi malaria. Bayi yang
baru lahir di daerah endemik sering kali masih mempunyai kekebalan yang
didapat dari ibunya.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Adanya parasit di dalam tubuh manusia. Stadium yang paling penting untuk
penularan ialah stadium gametosit, yang dapat melanjutkan siklus hidupnya
didalam tubuh vektor dan berkembang biak menjadi sporozoit berbentuk
infektif. Bentuk inilah yang dapat ditularkan kepada manusia melalui gigitan
vektor tadi.
3. Adanya nyamuk yang dapat menjadi vektor malaria. Selain spesies, jumlah
populasi juga sangat menentukan untuk menjadikan suatu spesies sebagai
penular yang berhasil. Di beberapa tempat, terutama di Jawa, vektor yang
menjadi resisten terhadap insektisida merupakan masalah yang besar.
4. Keadaan lingkungan sangat menentukan ada tidaknya malaria disuatu
daerah, terutama keadaan fisik yang dapat mendukung berkembang
biaknya vektor. Nyamuk anopheles mempunyai bioomik yang beraneka
ragam, seperti tempat perindukannya, jarak dan tinggi terbangnya, tempat
menggigitnya, tempat istirahatnya dan sebagainya. Vektor malaria ada yang
memakai tempat perindukan air payau di pinggir pantai seperti “lagoon”,
tambak ikan rawa-rawa, air mengalir di daerah pegunungan, air disawah,
genangan-genangan air dihutan, bekas telapak kaki hewan dan lain-lain.
5. Keadaan iklim
Keadaan iklim di suatu daerah berperan penting sekali dalam penularan
malaria, terutama suhu dan curah hujan. Dalam musim kemarau, jumlah
kasus malaria umumnya menurun, sedangkan setelah hujan beberapa
minggu jumlah kasus malaria mulai menanjak sampai mencapai puncaknya.
Penurunan mulai terjadi lagi jika hujan mulai menghilang. Karena di
beberapa wilayah Indonesia permulaan musim hujan mungkin berbeda,
maka puncak jumlah kasus malaria dapat berbeda juga, walaupun
penularan malaria di Indonesia dapat terjadi sepanjang tahun. Air hujan
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
yang menyebabkan genangan-genangan air merupakan tempat perindukan
nyamuk, sehingga dengan bertambahnya tempat perindukan populasi
nyamuk juga bertambah dengan akibat bertambahnya penularan.
6. Kontak antara manusia dengan vektor
Lingkungan sosial budaya dan ekonomi setempat sangat mempengaruhi
besar kecilnya kontak antara manusia dengan vektor. Berbagai kebiasaan
seperti cara membuat rumah, cara bertani dan adat kebiasaan lainnya dapat
menambah kontak antara manusia dengan vektor. Di Indonesia bagian
timur, orang membangun rumah dengan dinding yang di buat dari gaba-
gaba yaitu batang daun pohon sagu. Dinding rumah seperti itu biasanya
tidak rapat sehingga nyamuk dapat dengan mudah masuk ke dalam rumah.
Kebiasaan menunggui ladang selama bercocok tanam dan tidur di pondok –
pondok yang sangat sederhana sangat menambah pemaparan. Juga
bekerja di hutan dan berburu yang mengharuskan seseorang bermalam di
hutan sering kali mengakibatkan terjadinya malaria.
Gambaran Laboratorium:1, 18
Pemeriksaan mikroskopis tepi untuk menemukan adanya parasit malaria
sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Interpretasi pemeriksaan
mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung kepadatan parasit dan
identifikasi parasit yang tepat. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak
mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan pada saat penderita
demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit.
Dalam hal ini waktu pengambilan sampel darah sebaiknya pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Periode ini tropozoit dalam sirkulasi
mencapai jumlah maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
spesies parasit. Pemeriksaan mikroskopis adalah merupakan standard baku
dan apabila dilakukan dengan cara yang benar mempunyai nilai sensitivitas dan
spesifitas hampir 100%. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan
melalui:
a. Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan
parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat
darah tipis. Sekaligus juga untuk identifikasi jenis plasmodium. Untuk
melihat adanya parasit aseksual dari Plasmodium malaria dapat dilakukan
dengan mengambil darah dari jari tangan penderita kemudian diletakkan
pada objek gelas dan biarkan kering, kemudian selama 5 -10 menit
diwarnai dengan pewarnaan giemsa yaitu cairan giemsa 10% dalam larutan
buffer pH 7,1. Setelah selesai diwarnai maka sediaan darah dicuci dengan
hati-hati selama 1-2 detik lalu biarkan kering dan siap untuk diperiksa.
Pemeriksaan dengan hapusan darah tebal diperlukan untuk menghitung
kepadatan parasit.
b. Tetesan darah tipis. Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila
dengan preparat darah tebal sulit dilakukan. Pengecatan dilakukan dengan
cara giemsa, atau Leishman’s atau Field’s dan juga Romanowsky.
Pengecatan giemsa yang umum di pakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik. Cara
pengecatan sama dengan pemeriksaan darah tebal namun sebelum di cat
sediaan darah difiksasi dulu dengan metanol murni. Pemeriksaan parasit
dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapangan pandang dengan
pembesaran kuat). preparat dinyatakan negatif, bila setelah diperiksa 100
lapangan pandang dengan pembesaran kuat tidak ditemukan parasit.
Kepadatan parasit sering dinyatakan sebagai hitung parasit, dapat
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung parasit per
10.000 sel darah merah. Cara lain dengan menghitung jumlah parasit per
100 leukosit dengan dikalikan 75 merupakan jumah parasit permikroliter
darah. Bila jumlah parasit lebih dari 100.000/mikro liter darah menandakan
infeksi yang berat.
Hitung parasit penting untuk menentukan prognosis penderita malaria.
Akan tetapi komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasit yang
minimal.
Plasmodium falsiparum menyerang semua bentuk eritrosit mulai dari
retikulosit sampai eritrosit yang telah matang. Pada pemeriksaan darah tepi
baik hhapusan maupun tetesan tebal terutama dijumpai parasit muda bentuk
cincin (ring form). Juga dijumpai gametosit dan pada kasus berat yang biasanya
disertai penyulit, dapat dijumpai bentuk skizon. Pada kasus berat parasit dapat
menyerang sampai 20% eritrosit. Bentuk seksual/gametosit muncul dalam
waktu 1 minggu dan dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah sembuh.
Tanda parasit malaria yang khas pada sediaan darah tipis, gametositnya
berbentuk pisang dan terdapat bintik maurer pada sel darah merah. Pada
sediaan darah tebal dijumpai gametosit berbentuk pisang, banyak sekali bentuk
cincin tanpa bentuk lain yang dewasa, terdapat balon merah di sisi luar
gametosit. Tes serologik yang digunakan untuk diagnosis malaria ialah IFA
(indirect fluorescent antibody test), IHA( indirect hemaglutination test), dan
ELISA (enzyme linked immunosorbent assay). Kegunaan tes serologik untuk
diagnosis malaria akut sangat terbatas, karena baru akan positif beberapa hari
setelah parasit malaria ditemukan dalam darah. Sampai saat ini tes serologik
merupakan cara terbaik untuk studi epidemiologi.19
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Didaerah endemis atau pernah endemis, tes serologik berguna untuk:13,19
1. Menentukan berapa lama endemisitas berlangsung
2. Menentukan perubahan derajat transmisi malaria
3. Menentukan daerah malaria dan fokus transmisi
Sedangkan di daerah non-endemis, tes serologik digunakan untuk:13, 19
1.Skrining donor darah
2.Menyingkirkan diagnosis malaria pada kasus demam sedangkan pada
pemeriksaan darah tidak ditemukan parasit
3.Menentukan kasus dan mengidentifikasi spesies parasit malaria bila
cara lain tidak berhasil
Teknik diagnostik lain adalah pemeriksaan QBC (quantitative buffy coat),
dengan menggunakan tabung kapiler dan pulasan jingga akridin kemudian
diperiksa dibawah mikroskop fluoresens. Tehnik mutakhir lain yang
dikembangkan saat ini menggunakan pelacak DNA untuk mendeteksi antigen.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ditemukannya Plasmodium
falsiparum pada darah tebal dan tipis penderita. Pemeriksaan yang lain adalah
dengan mendeteksi asam nukleat parasit menggunakan PCR (polimerase chain
reaction). Pemeriksaan ini lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan
mikroskopis. 1, 22
Pentingnya awal pengobatan dengan pemberian obat anti malaria yang
tepat. Tepatnya awal pengobatan memberikan prognosis yang lebih baik. Dosis
sebaiknya disesuaikan dengan berat badan, dan respon terhadap pengobatan
sebaiknya dipantau dengan melihat perubahan pada gejala klinis dan
pemeriksaan parasitologi. Obat anti malaria yang ideal sebaiknya murah dan
mempunyai efikasi yang baik dengan pengobatan yang singkat.14, 23
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Pemberantasan malaria dapat dilakukan dengan berbagai cara:17
1. Membunuh parasit dalam tubuh manusia. Hal ini dapat dilakukan dengan
pengobatan, baik pengobatan masal, selektif ataupun secara profilaksis.
2. Membunuh vektor. Penyemprotan dengan insektisida masih banyak
dilakukan. Hal ini penting usaha dalam pencapaian sasaran, dengan
menyemprot tempat- tempat vektor menggigit atau beristirahat. Selain
nyamuk dewasa, larva nyamuk dapat juga dibunuh dengan larvasida, atau
dengan melepaskan pemangsa atau kuman patogen.
3. Perubahan lingkungan yaitu dengan pengendalian tempat perindukan
vektor, sehingga vektor tidak dapat berkembangbiak lagi. Hal ini
menyangkut perubahan lingkungan yang harus ditangani lintas sektoral
seperti mengubah rawa menjadi tempat pemukiman atau tempat rekreasi,
menanam pohon bakau seperti dilakukan dalam penelitian di Flores Barat
dan sebagainya.
4. Peran serta masyarakat. Selain kerjasama lintas sektoral, dengan
melibatkan berbagai instansi, peran serta masyarakat penting sekali untuk
mencapai hasil yang baik. Masyarakat dapat berperan aktif setelah diberi
penyuluhan secara sederhana yang dapat dipahami oleh seluruh
masyarakat. Dalam hal ini beberapa penelitian menunjukkan hasil yang
sangat menggembirakan dalam penurunan jumlah kasus malaria.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Di kenal beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria ialah:15,18
1. Serangan primer: keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi
serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil, panas dan
berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek atau panjang
tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita.
2. Periode laten: periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi antara dua keadaan paroksismal. Periode
laten dapat terjadi sebelum serangan primer ataupun sesudah serangan
primer dimana parasit sudah tidak ditemukan lagi didalam peredaran darah,
tapi infeksi masih berlangsung.
3. Rekrudesen: berulangnya gejala klinik atau parasitemia dalam masa 8
minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Rekrudesen dapat terjadi
berupa berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari serangan
primer.
4. Rekuren: berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu
berakhirnya serangan primer. Keadaan ini juga menerangkan apakah gejala
klinik disebabkan oleh kehidupan parasit berasal dari bentuk di luar eritrosit
(hati), atau parasit dari bentuk eritrositik.
5. Relaps: berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari
waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer. Istilah relaps dipakai
untuk menyatakan berulangnya gejala klinik setelah periode yang lama dari
masa laten, sampai 5 tahun, biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh
atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.
6. Resistensi obat: kemampuan sejenis parasit untuk terus hidup dalam tubuh
manusia, berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit meskipun
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
telah diberikan pengobatan secara teratur baik dengan dosis standard
maupun dengan dosis yang lebih tinggi dan masih bisa ditolerir oleh
pemakai obat.
7. Resistensi multidrug: adanya resistensi plasmodium falsiparum terhadap
lebih dari dua jenis obat anti malaria yang sehari-hari dipakai dalam
pengobatan malaria.
2.2 Artesunat-Amodiakuin
Gambar 3. Rumus Kimia Artesunat.24
Gambar 4. Rumus Kimia Amodiakuin.24
Qinghaousu (artemisin) adalah obat Cina dan turunannya sangat
berguna dalam pengobatan malaria tanpa komplikasi dan malaria falsiparum
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
yang berat. Antara tahun 1995 dan 2000 propinsi Zulu-Natal, Afrika Selatan,
mengalami peningkatan malaria Plasmodium falsiparum, diberi pengobatan
dengan pyretroid dan sulfadoksin-pyrimethamin tetapi mengalami resisten.
Vektor saat itu sangat kuat dan artemether - lumefantarin (AL) menjadi obat
pertama yang menggunakan kombinasi Artemisin yang akhirnya menjadi
protokol di Afrika. Dengan pengontrolan yang ketat, pengobatan antimalaria ini
mengubah AL di Kioa Zulu-Natal menjadi contoh yang dapat menurunkan
kasus malaria, angka kesakitan, kematian, dengan besarnya tingkat
kesembuhan dan mengurangi pembentukan gametosit.19 Artesunat adalah garam suksinil natrium artemisin yang larut baik dalam
air tetapi tidak stabil dalam larutan. Penelitian di Cina pada malaria falsiparum
tanpa komplikasi terlihat bahwa ekstrak qinghousu efeknya cepat dan relatif
aman, walaupun angka relapsnya cukup tinggi. Pilihan untuk penggunaan
pengobatan malaria tanpa komplikasi menggunakan kombinasi artesunat
4mg/kg/hari ditambah meflokuin 8mg/kg/hari selama 3 hari. Klorokuin masih
menjadi obat pilihan terhadap parasit yang sensitif klorokuin disepanjang
beberapa daerah Afrika. Amodiakuin merupakan turunan klorokuin yang
sifatnya mirip klorokuin. Secara in vitro in vivo amodiakuin lebih aktif dari pada
klorokuin, tetapi obat ini tidak digunakan secara rutin karena efek sampingnya
yang dapat menyebabkan agranulositosis.20
Departemen Kesehatan Republik Indonesia sejak akhir tahun 2004
merubah standar pengobatan malaria falsiparum mengikuti Program WHO
World Health Organisation) yang sebelumnya menggunakan klorokuin menjadi
ACT ( artemisinin combination therapy) dengan menggabungkan antara
artesunat-amodiakuin sebagai pengobatan pilihan pertama.21
Agnamey P dkk (2005) mengatakan bahwa kombinasi artesunat-
amodiakuin menurunkan angka parasitemia pada pengobatan malaria tanpa
komplikasi di Casamance.22 Pendapat lain mengatakan bahwa kombinasi obat
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
ini dapat mengurangi gametosit secara bermakna, seperti pada penelitian
Sowunmi A dkk (2005).23
2.3. Kinin
Gambar 5. Rumus Kimia Kinin.24
Kinin adalah alkaloid penting yang diperoleh dari kulit pohon sinkona. Dosis
yang dipakai pada anak adalah 30-50mg/kgbb/dibagi 3 dosis diberikan selama
7 hari.24
Farmakodinamik : toksik terhadap berbagai bakteri dan organisme bersel
tunggal seperti tripanosoma, plasmodium dan spermatozoa. Kinin mempunyai
daya iritasi yang kuat. Bila diberikan oral dapat menyebabkan nyeri di lambung,
mual dan muntah. Dengan dosis terapi, efek terhadap susunan saraf pusat
hanya berupa efek analgesik dan antipiretik. Turunnya panas pada pasien
malaria membuat Kinin digunakan sebagai terapi simptomatik demam, namun
hilangnya demam pada pasien malaria ini terutama disebabkan oleh efek
langsung terhadap plasmodium dan bukan karena efek antipiretiknya. Kinin
bersifat skizontosid dan gametosid. Kinin melawan intra eritrosit dan gametosit.
Pengobatan oral diberikan untuk mengobati tanpa komplikasi dan bila resisten
terhadap Klorokuin pada malaria falsiparum. Kinin aman diberikan pada wanita
hamil dan anak-anak. 20,25
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Farmakokinetik Kinin adalah alkaloid terbaik, sangat cepat diabsorbsi,
nilai puncak plasma dapat tercapai setelah 1 sampai 3 jam, dan secara luas
didistribusikan kejaringan. Delapan puluh persen kinin terdiri dari protein, sel
darah merah terdiri dari 20% plasma dan terdapat 7% konsentrasi cairan
sumsum tulang belakang. Kinin mempunyai eliminasi waktu paruh 7 sampai 12
jam pada keadaan normal, tetapi pada penderita infeksi malaria waktu paruh
adalah 8 sampai 21 jam. 80% obat ini dimetabolisme dihati dan ekskresinya
sebagian besar melalui air seni.16 Setelah kinin melewati lambung tanpa
mengalami perubahan, dengan cepat dan sempurna diserap diusus halus,
kemudian sebagian besar (70%) beredar dalam bentuk basa yang terikat dalam
protein plasma. Mekanisme kerja sebagai obat anti malaria masih belum jelas.
Dapat membentuk ikatan Hidrogen dengan DNA yang akan menghambat
sintesis protein sehingga pembelahan DNA dan perubahannya menjadi RNA
akan tercegah. Selain itu, kinin dapat menekan beberapa sistem enzim
sehingga digolongkan racun protoplasma yang bersifat umum.1
Efek samping yang sering tampak adalah telinga berdenging, tuli, sakit
kepala, mual dan gangguan penglihatan. Efek samping kinin mulai terlihat bila
konsentrasi kinin dalam plasma melebihi 5 mg/l dosis total melebihi 3 gram
pada orang dewasa. Anak pada umumnya lebih tahan terhadap efek samping
kinin dari pada orang dewasa. Pemakaian kinin dengan dosis harian 600 -1.500
mg kadang-kadang menimbulkan efek samping yang disebut chinchonisme
dengan gejala pusing, nyeri kepala, gangguan pendengaran, tinnitus, mual,
tremor, depresi dan penglihatan kabur. Gejala chinchonisme ini umumnya
bersifat sementara dan hilang bila pengobatan dihentikan. Idiosinkrasi
walaupun jarang dijumpai, dapat terjadi setelah mendapat satu dosis
pengobatan. Gejala idiosinkrasi kinin adalah bercak kulit berbentuk urtikaria
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
atau eritema, gatal, perdarahan subkutan dan submukosa, edema kelopak
mata. Apabila diberikan berlebihan, gejala chinchonisme menjadi berat, yaitu
muntah, penurunan tekanan darah tiba-tiba, ambliopia, gangguan pendengaran
berat, pernafasan lambat dan dangkal, timbul sianosis dan kejang. Gejala toksis
terjadi sebagai akibat pemakaian obat secara suntikan yang berlebihan,
khususnya melalui suntikan secara intravena yang terlalu cepat. Gejala yang
timbul adalah tekanan darah turun mendadak, blokade jantung, fibrilasi
ventrikular, dan disusul dengan kematian. Tidak ada zat penangkal terhadap
kinin. 20,26
2.4. Doksisiklin
Struktur kimia
Gambar 5. Struktur Kimia Doksisiklin. 26
Dosis pada anak adalah 1,5-2mg/kgbb/hari. Diberikan selama 7 hari.
Doksisiklin adalah turunan tetrasiklin yang mempunyai absorbsi paling besar
yaitu 95 -100%. Absorbsi terjadi diusus kecil bagian atas dan absorbsi tidak
terganggu dengan adanya makanan.20,27
Farmakokinetik : memiliki absorbsi yang sangat baik dengan konsentrasi
puncak serum antara 3-4 mcg/ml selama 2 jam dari 200 mg dosis oral. 80 –
95% berikatan dengan protein. Ekskresi 90% melalui feses dan sebagian lagi
melalui filtrasi glomerulus ginjal. Doksisiklin sebaiknya tidak diberikan pada
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
wanita hamil dan anak usia dibawah 8 tahun karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan tulang dan gigi pada anak. 28
Farmakodinamik : berspektrum luas dan menghambat protein. Bersifat
bakteriostatik pada bakteri gram positif dan negatif, termasuk anaerob,
rickettsiae, chlamydiae, mycoplama, dan aktif melawan protozoa, contoh
amoeba.19 Sejak harga doksisiklin dan tetrasiklin hampir sama, pemberian
doksisiklin satu kali dalam sehari lebih menguntungkan daripada pemberian
tetrasiklin empat kali dalam sehari.26,27
Salah satu penelitian menyebutkan bahwa pemberian tetrasiklin dan
turunannya mempengaruhi penyerapan kalsium, tetapi pada beberapa kasus
tetrasiklin masih diindikasikan jika tidak tersedia obat lain. Doksisiklin lebih
sering dipilih karena lebih sedikit mengikat kalsium dan menghasilkan efek
samping minimal dibandingkan golongan tetrasiklin.24
Efek samping yang dapat terjadi setelah pemberian doksisiklin adalah
mual, diare, bercak – bercak merah, fotosensitivitas, kerusakan pada gigi dan
gangguan pertumbuhan tulang. Fotosensitivitas dapat disebabkan oleh
golongan Tetrasiklin yang manapun, tetapi paling sering tampak pada
pemberian Doksisiklin. 14
Seperti tetrasiklin, ulkus pada esophagus dapat dicegah dengan banyak
minum air. Gejala gastrointestinal yang lain dapat dikurangi dengan makanan
saat memakai obat. Susu sebaiknya dihindari karena dapat mengurangi
absorbsi obat. 25 Sebaiknya doksisiklin oral diberikan dengan air atau juice.
Antasid, susu jenis apapun dan suplementasi zat besi sebaiknya diberikan 1
jam sebelum atau 2 jam setelah memakan obat.28
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
2.5. Kinin-Doksisiklin
Doksisiklin sebaiknya tidak diberikan dengan dosis tunggal untuk
pengobatan malaria karena cara kerjanya yang lama. Doksisiklin, sama halnya
dengan tetrasiklin, dapat digunakan kombinasi dengan kinin. 26
Penelitian di Gabon oleh Metzger, dkk (1995) membuktikan bahwa
pemberian kinin kombinasi dengan klindamisin atau doksisiklin memberikan
efikasi yang lebih baik dibandingkan pemberian kinin dosis tunggal pada
pengobatan plasmodium falsiparum di daerah hiperendemis. Pada kelompok
yang mendapat kinin dosis tunggal memberi kesembuhan sebesar 38%
sedangkan kelompok yang mendapat kombinasi kinin-klindamisin atau kinin-
doksisiklin mendapat kesembuhan sebesar 90%. Pada kelompok yang
mendapat artemeter setelah hari ke-3, parasit berkurang hingga mencapai nol,
sedangkan kelompok kinin-doksisiklin, parasit berkurang mencapaai 48,8%. Hal
ini menunjukkan bahwa derivat dari artemisin memberikan efikasi yang lebih
baik. Bila obat ini tidak tersedia, maka kinin-doksisiklin masih tetap dapat
digunakan sebagai pilihan lain dalam pengobatan malaria falsiparum di daerah
yang resistensi tinggi. 11, 29
Alecrim MG, dkk (2006) melaporkan bahwa doksisiklin oral ditambah
dengan obat lain (kinin atau golongan artemisin) diperlukan dalam menurunkan
parasitemia untuk pengobatan malaria falsiparum. 10
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Uji klinis acak terbuka dipergunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
manfaat gabungan kinin-doksisiklin dibandingkan artesunat-amodiakuin
sebagai alternatif pada pengobatan malaria falsiparum.
3.2. Tempat dan waktu
Tempat penelitian di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal
yang merupakan daerah endemis malaria di propinsi Sumatera Utara.
Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 30 hari pada bulan Agustus 2006.
3.3. Kerangka Konsep
Artesunat + Amodiakuin
Efikasi
Efikasi
Kinin + Doksisiklin
Penderita malaria falsiparum
Gambar 7. Kerangka Konsep
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah penderita malaria falsiparum yang berusia 8 -18 tahun yang
ditetapkan dengan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan darah tepi dilakukan
oleh tenaga analis yang terlatih.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
3.5. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus :
n1=n2=(zα√2.P.Q + zβ√P1.Q1 + P2.Q2)2
(P1- P2)2
n1 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok I
n2 = jumlah subjek yang masuk dalam kelompok II
zα = deviat baku normal untuk α
zβ = deviat baku normal untuk β
P1 = proporsi efikasi pada kelompok I
P2 = proporsi efikasi pada kelompok II(diuji)
p = proporsi = ½ (p1+p2)
Q = 1-p
Pada penelitian ini ditetapkan α = 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) dan β = 0,2
(power 80%). Perbedaan sembuh yang diharapkan adalah 0,08 maka:
P1 = 0,91 dan P2 = 0,99
p = ½ (0,91+0,99) = 0,95
Q = 1-0,95 = 0,05
Dengan memakai rumus diatas maka diperoleh jumlah sampel untuk masing-
masing kelompok adalah 116 orang
3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1. Kriteria inklusi :
1. Penderita malaria berusia 8 -18 tahun yang bersedia mengikuti
penelitian, dibuktikan dengan mengisi surat persetujuan dari orang
tua.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Dijumpai Plasmodium falsiparum pada pemeriksaan darah tebal dan
tipis.
3. Tidak mendapat obat antimalaria dalam 1 bulan terakhir.
4. Subjek penelitian tinggal di lokasi penelitian.
3.6.2. Kriteria eksklusi :
1. Tidak dapat mengikuti penelitian sampai akhir
2. Penderita dengan gejala malaria berat
3. Tidak teratur / menolak minum obat
3.7. Prosedur Penelitian :
Dilakukan pemeriksaan hapusan darah tipis dan tebal pada anak usia diatas 8
tahun. Bila dari pemeriksaan didapatkan malaria falsiparum, maka penderita
dimasukkan dalam sampel kemudian dihitung jumlah parasitnya. Penderita
yang memenuhi kriteria kemudian dibagi menjadi dua kelompok secara acak
sederhana metode lotere. Kelompok I mendapat pengobatan peroral artesunat
4mg/kgbb digabung amodiakuin 10mg/kgbb diberikan selama 3 hari. Kelompok
II mendapat pengobatan kinin digabungkan dengan doksisiklin peroral diberikan
selama 7 hari, yaitu kinin 10mg/kgbb/3dosis digabung doksisiklin 2mg/kgbb
diberikan selama 4 hari kemudian kinin 5mg/kgbb/3dosis digabungkan dengan
doksisiklin 2mg/kgbb/hari diberikan selama 3 hari. Jika anak muntah dalam 15
menit setelah pemberian obat, dosis yang sama diberikan kembali. Data dasar
diperoleh dengan mengisi kuesioner dan wawancara. Pengambilan dan
pemeriksaan darah dilakukan pada hari 0,2,7, dan 28 untuk menetapkan
keadaan parasitemia.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
3.8. Definisi Operasional:
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium
yang merupakan parasit pada sel darah merah.
3.9. Analisis Data :
Data dianalisis menggunakan program SPSS for WINDOWS 14 (SPSS
Inc,Chicago). Perbedaan antara 2 variabel kategorikal diuji dengan kai kuadrat
(X2). Uji bermakna bila p<0,05.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan 116 penderita malaria falsiparum yang mendapat
artesunat-amodiakuin, pada akhirnya 2 orang tidak hadir, sehingga menjadi
114. Pada kelompok yang mendapat kinin-doksisiklin berjumlah 116, tetapi
pada akhirnya hanya 111 karena 5 penderita tidak hadir dan tidak teratur
makan obat. Setelah pemberian obat, dilakukan pemeriksaan hapusan darah
tepi pada hari 2, 7 dan 28.
Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian
Karakteristik Kelompok I Kelompok II
Umur (tahun) N (%) N (%)
< 12 45 (40,5) 79 (69,3)
12 - 14 53 (47,7) 11 (9,6)
>14 - 18 13 (11,8) 24 (21,1)
Jenis Kelamin
Laki – laki 54 (48,6) 46 (40,4)
Perempuan 57 (51,4) 68 (59,6)
Parasitemia
< 200 48 (43,2) 32 (28,1)
200 - 400 35 (31,5) 67 (58,8)
>400 - 600 26 (23,4) 14 (12,3)
>600 - 800 2 (1,9) 1 (0,8)
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
100 Kelompok I
90 Kelompok II
80
70
60
50
40
30
20
10
H0 H2 H7 H28
PERSENTASE PARASITEMIA
Hari pemantauan
Gambar 8. Parasitemia pada H0, H2, H7 dan H28 dengan uji kai kuadrat (X2)
Pada hari ke-2 pemeriksaan parasit dalam penelitian ini didapatkan perubahan
parasitemia menunjukkan perbedaan signifikan pada ke dua kelompok
(p=0,0001), dimana pada kedua kelompok parasitemia menjadi negatif. Pada
hari ke-7 setelah pengobatan didapatkan perubahan parasitemia menjadi positif
kembali pada 2 orang penderita yang mendapat kinin-doksisiklin (kelompok II)
dan setelah 28 hari pengobatan juga didapatkan perubahan parasitemia
menjadi positif pada 1 orang penderita. Hal ini menunjukkan terjadinya
rekrudensi. Dari hasil penelitian perubahan parasitemia ini tidak signifikan
antara kedua kelompok yaitu pada hari ke-7 (p=0,150) dan hari ke-28
(p=0,077).
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Tabel 2 menunjukkan data efek samping setelah pemberian obat. Efek samping
tinnitus menunjukkan perbedaan yang signifikan sedangkan efek samping yang
lain tidak.
Tabel 2. Data efek samping pemberian obat
Efek samping Kelompok I Kelompok II p
N (%) N (%)
Sakit kepala
Sakit kepala 17 (14,9) 19 (17,1) 0,532
Tidak sakit kepala 97 (85,1) 91 (82,9)
Tinnitus
Tinnitus 1 (0,9) 41 (36,9) 0,000
Tidak tinnitus 113 (99,1) 70 (63,1)
Muntah
Muntah 8 (7,0) 16 (14,4) 0,072
Tidak muntah 106 (93,0) 95 (85,6)
4.2. Pembahasan
Efikasi dalam pengobatan malaria dan resistensi obat, masih merupakan
masalah dalam pengobatan malaria. Kombinasi 2 obat anti malaria dengan
masa kerja yang berbeda, meningkatkan efikasi dan mencegah terjadinya
resistensi. Berkembangnya artemisin dan turunannya, yaitu obat malaria yang
mempunyai masa kerja yang paling cepat, telah di uji cobakan memberikan
kesembuhan yang lebih baik. Kombinasi artemisin dengan obat lain sangat baik
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
dalam pengobatan malaria falsiparum di Asia Timur Selatan, tetapi harga yang
mahal masih menjadi masalah dalam pemberian obat ini.29
Kinin oral ditambah doksisiklin yang diberikan pada penderita malaria
usia 8 tahun atau lebih adalah pilihan alternatif kombinasi obat yang tepat, pada
penderita yang resisten terhadap klorokuin. Newton NP, dkk (2005)
mengatakan bahwa kombinasi kinin-doksisiklin dapat menurunkan angka
plasmodium falsiparum setelah 7 hari pengobatan.11 Buck ML (2003)
mengatakan bahwa mengkombinasi doksisiklin oral dengan obat lain (kinin atau
golongan artemisin) sangat diperlukan dalam menurunkan parasitemia untuk
pengobatan malaria falsiparum.11, 28
Dari hasil penelitian kami didapatkan pemberian artesunat-amodiakuin
menghilangkan parasitemia hingga 100% pada hari ke-2, 7 dan 28. Pada
kelompok yang mendapat kinin-doksisiklin pada hari ke 7 dan 28 terjadi
perubahan parasitemia menjadi positif, artinya dijumpai rekrudesen pada
kelompok ini, tetapi hasil penelitian pada hari ke 7 dan 28 antara kedua
kelompok tersebut menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
Artesunat - amodiakuin mempunyai efek samping antara lain sakit
kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan dan gatal-gatal,
tetapi jarang sekali jika terjadi gangguan yang memerlukan penghentian
pengobatan. Pemberian Kinin juga jarang menimbulkan penghentian obat. Efek
samping antara lain tinnitus, sakit kepala, gangguan pendengaran, penglihatan
kabur, diare, dan mual. Gejala awal, biasanya gangguan pendengaran dan
penglihatan.30,31 Dari hasil penelitian ini, kelompok yang mendapat kinin-
doksisiklin mempunyai efek samping sakit kepala ringan, mual, muntah
sebanyak 1 sampai 2x dan tinnitus pada beberapa penderita setelah 2 hari
pengobatan, tetapi efek samping ini tidak memerlukan penghentian pengobatan
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
karena gejala tersebut hanya 3-4 hari dan menghilang tanpa pengobatan
supportif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok tersebut pada efek samping tinnitus.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kombinasi kinin-doksisiklin dapat dijadikan sebagai terapi alternatif yang aman
pada penderita malaria usia 8 sampai 18 tahun, tetapi kombinasi artesunat-
amodiakuin masih menjadi obat pilihan yang lebih baik dibandingkan kinin-
doksisiklin.
5.2. Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel yang lebih
besar dan waktu pemberian obat lebih lama untuk melihat efektifitas obat lebih
baik.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Malaria. Dalam: Soedarmo PS, Garna H, Hadiposoro S, penyunting. Buku
ajar ilmu kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis. Jakarta: IDAI, 2005.h.
443-71.
2. Data stratifikasi malaria menurut dampak pemberantasan vektor per-dati II
propinsi Sumatera Utara Tahun 1998.
3. Biro Statistik Sumatera Utara. Mandailing Natal Dalam Angka. BPS
Sumatera Utara: Medan; 2001.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal rencana strategis tahun 2001-
2005.
5. Silacamroon U, Krudsood S. Management of malaria in Thailand. The
Korean journal of parasitology, 2002;40:1-7.
6. Weinberg A, Levin JM. Infections: parasitic & myotic. Dalam: Hay WW,
Hayward RA, dkk, penyunting. Current pediatric diagnosis and treatment.
Edisi ke 16. Boston: Mc graw hill, 2003. h. 1213-23.
7. Common protozoal and helminthic infections. Dalam: Gupta P, Paul KV,
penyunting. Essential pediatrics. Edisi ke - 5. New Delhi: Mehta, 2001.h. 213-
18.
8. Antibiotics that inhibit protein synthesis. Dalam: Rudolph MA, penyunting.
Pediatrics. Edisi ke-18. California: Appleton & lange, 1087.h. 465-684.
9. Stauffer W, Fischer RP. Diagnosis and treatment of malaria in children.
Travel medicine,2003;37:1340-48.
10. Alecrim MG, Lacerda MV, Mourao MP, Alecrim WD, Padilha A, Cardoso
BS, Boulos M.. Successful treatment of plasmodium falsiparum malaria with
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
a six dose regimen of artemether lumefantrine versus quinine doxycycline in
the western amazon region of Brazil. Am J Trop Med 2006; 74: 20-5.
11. Newton NP, Chaulet FJ, dkk. Pharmacokinetics of oral doxycycline during
combination treatment of severe falciparum malaria. Antimicrobial agents
and chemotherapy. April 2005; 4: 1622-5.
12. Tarigan J. Kombinasi Kina Tetrasiklin pada pengobatan malaria falsiparum
tanpa komplikasi di daerah resisten multidrug malaria. Bagian Ilmu Penyakit
Dalam: FK USU 2003. h.1-20.
13. Philip SR. Current status of malaria and potential for control. Clinical
microbiology reviews 2001; 14: 208-26.
14. Krause PJ. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia: WB Saunders;
2003. h. 1049-2100.
15. . Pediatric parasitosis. Dalam: Gupte S, penyunting. The shorts text book of
pediatrics. Edisi ke-9. New Delhi: Jaypee brothers,2001.h.204-19.
16. Siregar M. Epidemiologi malaria. Simposium recent advances on malaria.
Medan: Bagian Patologi Klinik FK USU; 1994. h.1-12.
17. Oemijati S. Masalah malaria di Indonesia. Jakarta: FKUI. h. 1-23.
18. Harianto PN. Manifestasi klinik, komplikasi, dan diagnosis malaria. Medika
1993; 9: 31-8.
19.Selected infections with concerns specific to children. Dalam: Habel A,
penyunting. Synopsis of paediatrics. Oxford: Butterworth Heinemann; 1993.
h. 610-30.
20. Sukarban S, Zunilda SB. Obat malaria. Dalam: Ganiswara SG, Setiabudy R,
Suyatna FD, Purwantyastuti, penyunting. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-
4. Jakarta: FKUI; 1995. h. 545-59.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
21.Gebrak malaria. Pedoman tatalaksana kasus malaria di Indonesia.
Departemen Kesehatan RI,2005.h.1-16.
22. Agnamey P, Brasseur P, Pecoulas EP, Vaillant M, Olliaro P. Plasmodium
falsiparum in vitro susceptibility to antimalarial drugs in Casamance
(Southwestern Seposal) during the first 5 years of routine use of Artesunat-
Amodiakuin. Antimicrobial agents and chemotherapy, 2006;50(4):1531-34.
23. Sowunmi A, Fehintola AF, Adedeji AA, Gbotosho OG, Tambo E, Fateye AB,
dkk. Open randomized study of artesunat-amodiakuin vs. chloroquine-
pyrimethamine-sulfadoxine for the treatment of uncomplicated plasmodium
falsiparum malaria in Nigerian children. Tropical medicine and International
health, 2005;10(11):1161-70.
24. Chambers HF. Chloramphenicol, Tetracycline, Macrolides, Clindamycin, &
Streptogramins. Dalam: Katzung BG, penyunting. Basic & clinical
pharmacology. Edisi ke-7. Amerika: Appleton & Lange; 1998. h. 743-851.
25. Handler P. Sulfonamides and antibiotics. Dalam: Gerald MC, penyunting.
Pharmacology an introduction to drugs. Edisi ke-2. Amerika: Prentice Hall;
1981.h. 557-73.
26. Rosenthal PJ. Antiprotozoal drugs. Dalam: Katzung BG, penyunting. Basic
and clinic pharmacology. Toronto: MC Graw Hill; 2004. h. 864-84.
27. Anti malarial drugs. Dalam: Poole S, penyunting. The use of antimalarial
drugs. Geneva: Role Back Malaria/WHO; 2001.h.1-5.
28. Buck ML. Pediatric pharmacotherapy a monthly newsletter for health care
professionals from the children’s medical center at the University of Virginia.
Doxycycline for paediatric infections. Pharmacotherapy 2003; 9: 312-25.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
29. Metzger W, Mordmuller B, Graninger W, Bienzle U, Kremsner P. High
efficacy of short term quinine antibiotic combinations for treating adult
malaria is hyperendemic. Januari 1995; 39: 245-6.
30. Whitty MJ, Rowland, dkk. Science, medicine, and future malaria.
BMJ,November 2002;325:1221-4.
31. Meeks, Rowland M, Connoly M. Outline strategy for malaria control in
complex emergencies. Geneva: WHO; 1998. h. 4-20.
32. Malaria. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/malaria/diseases.htm
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya / orang tua dari : Nama : ........................................................ Jenis kelamin: Lk / Pr Umur : ..................Tahun ..................Bulan Puskesmas :.......................................................... Alamat : ........................................................ Desa ..............................Kecamatan ....................................
Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-
jelasnya mengenai penelitian dengan judul ‘Efikasi Kinin-Doksisiklin pada pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi pada anak ’
Setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya resiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengijinkan dengan rela saya / anak saya menjadi subjek penelitian tersebut dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak mampu untuk mengikuti penelitian ini. Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.
Panyabungan, ..............................2006 Yang membuat pernyataan
(..........................................)
Saksi : Kepala Desa / Kepala Puskesmas Peneliti (..........................................) (Dr. Fitri Arianty Lubis)
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
Efikasi Kinin-Doksisiklin pada pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi pada anak
Nomor urut pemeriksaan : ................................ Puskesmas :……………………. Desa : ................................ Kecamatan : ................................ Tanggal : ................................ Pewawancara : ................................
Nama lengkap : ........................................................
Jenis kelamin : Lk / Pr
Umur : ..................Tahun ..................Bulan
Anak ke :........... dari............bersaudara
Alamat : Desa ..............................Kecamatan
....................................
Pekerjaan orang tua ( ) Petani ( ) Wiraswasta ( ) Pegawai Negeri ( ) Lain-lain ................................ Penghasilan orangtua : Rp................................/bulan
Tingkat pendidikan / orangtua : AYAH IBU ( ) ( ) Tidak sekolah ( ) ( ) Sekolah Dasar ( ) ( ) SLTP ( ) ( ) SLTA ( ) ( ) Perguruan Tinggi
Apakah ada makan obat malaria dalam 1 bulan terakhir?
( ) Ya ( ) Tidak
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
KELUHAN PENDERITA NO KELUHAN H0 H2 H7 H28 1 Demam
2 Sakit kepala
3 Mual
4 Muntah
5 Mencret
6
Lain-lain
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
PEMERIKSAAN FISIK / LABORATORIUM NO VARIABEL H0 H2
H7
H28
1 Berat Badan
2 Tinggi Badan
3 Frekuensi Jantung
4 Frekuensi Pernafasan
5 Suhu Tubuh
6 Hepar ................. cm bac kanan
...............
.. cm bac kanan
...............
.. cm bac kanan
...............
.. cm bac kanan
7
Limpa Schuffner.................. Hacket......................
Schuffner.................. Hacket......................
Schuffner.................. Hacket......................
Schuffner.................. Hacket......................
8 Parasitemia
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Lampiran 3
MASTER TABEL PENELITIAN
NO SD KELAS NAMA JENIS
KELAMIN UMUR BB(KG) TB(CM) PARASITEMIA
1 BARBARAN I III M.YUSUF 1 8THN 6BLN 18 117 5
2 M. HUSEIN 1 7THN 8BLN 17 116.5 5
3 SITI KHOLIZAH 2 8THN 5BLN 18 117 15
4 SAWALUDDIN LUBIS 1 8THN 9BLN 19 155.5 5
5 IV ASMAR 1 8THN 23 124.5 10
6 ZULPIKAR 1 10THN 23 124 5
7 FITRI HAIRARU 2 10THN 23 128.5 5
8 M. SALASA 1 10THN 20 118 15
9 M. SOLEH 1 9THN 22 126 10
10 MELIANA 2 10THN 22.5 123 10
11 NOVITA SARI 2 10THN 21 117 5
12 RAHMAD ALI 1 10THN 19 117.5 10
13 RUDI PAISAL NASUTION 1 10THN 22.5 126 10
14 V PAUSIAH 2 11THN 19 120 10
15 AKHIRUDDIN 1 11THN 27.5 133 5
16 RISKAH LBS 2 11THN 25 130 15
17 M. AWAL 1 11THN 23 127 10
18 AHMAD HUSEIN 1 11THN 22.5 132 5
19 VI ABD.ROSIB 1 12THN 26.5 134 5
20 ROILAH 2 12THN 32 132 15
21 ZAINAB 2 12THN 30 137 10
22 BARBARAN II III MUHAJIR MUHAMMAD 1 10THN 2BLN 25 120 15
23 NURKHOLILAH 1 10THN 6BLN 18 120 15
24 NURUL MAWADDAH 2 9THN 5 BLN 19 117 5
25 MUSTAPA ABDURRAHMAN 1 10THN 18 115 5
26 RIZKI ANGRIANI 1 10THN 18 115 15
27 PATIMAH 2 10THN 2
BLN 21 125 10
28 GITA SUCI AMATIARA 2 10THN 20 124 10
29 IV SITI NURKHOLIZAH 2 9THN 20 115.5 5
30 V GUNDUR 1 12THN 4BLN 27 132 15
31 RAHMA KHAIRANI 2 10THN 11BLN 26 132 5
32 HUSNAN 1 11THN 2BLN 24.5 128 5
33 JULIANA LUBIS 2 10THN 1BLN 22 130 5
34 MORASUTI NST 2 10THN 11BLN 27 139 20
35 MUHAMMAD LOKOT 1 10THN 9BLN 19 117.5 5
36 BILAL MUHAMMAD 1 11THN 7BLN 26.5 126.5 5
37 MASLAN RANGKUTI 1 10THN 11BLN 24 125 15
38 M. NASIR 1 10THN 6BLN 23 119.5 5
39 NURHABIBAH 2 10THN 5
BLN 31 133.5 15
40 RAHMAD HIDAYAT 1 10THN 4
BLN 25 130 10
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
41 WAHYUNI WAHIDAH 2 10THN 1BLN 26.5 134.5 5
42 VI ALI RAHMAN 1 12THN 32 141 10
43 MARPUAH 2 13THN 27 134.5 5
44 IKHWAN YUSUF 1 12THN 4BLN 24 127 5
45 ABD. HAPIS 1 11THN 9BLN 26 130 5
46 LONGAT III LINA RATNA SARI 2 10THN 18.5 117 10
47 RONI RAHMAD 1 10THN 17.5 113 5
48 NANDA TONDI HAMONANGAN 2 10THN 19 110.5 5
49 DESI A2IANI 2 10THN 21.5 118 5
50 IV MALIK MUDA 1 11THN 26 125 5
51 JUITA SERI 2 11THN 19 121.5 15
52 NIKMAH SAHARA 2 11THN 20 114 10
53 TRYSKA AMANAH PUTRI 2 11THN 16.5 116 5
54 VI ANGGI MUTIARA LBS 2 13THN 26 127.5 5
55 AHMAT HUSEIN 1 13THN 25 131 15
56 SIRAMBAS V AHNAD ROSADI 1 12THN 22 122 15
57 VI BADIAH 2 13THN 35 133 10
58 HAFIZ ROSADI 1 13THN 24 124 10
59 M. YAHYA 1 13THN 24 124 10
60 RIDWAN 1 13THN 26.5 133 10
61 ILMAN 1 13THN 24.5 127 10
62 NURKOMARIAH 2 13THN 37 141 5
63 MASUDDIN 1 13THN 24 129 5
64 M. ALWI 1 13THN 24 130 5
65 SMP I.1 ALI BAKRI 1 12THN 30 137 5
66 ALI RAHMAT 1 12THN 38 144 10
67 ALI SAHWAN DALIMUNTE 1 12THN 36 146 15
68 HIKMAH HAYATI 2 12THN 35 145 10
69 KHOIRUN NISA LBS 2 12THN 40 151 5
70 KHOIRUL IHSAN 1 12THN 38 144 15
71 MURSAL 1 12THN 35 147 15
72 M. ALWI 1 12THN 33 135 10
73 RUDI MARZUKI 1 12THN 25 128 5
74 SITI HAJAR 2 12THN 29 136 5
75 SERI MANNA 2 12THN 26 137 5
76 ZULFAHMI 1 12THN 25 128 5
77 I.2 M. BUKHARI SUBARKA 1 12THN 38 155 10
78 RIKSAL 1 12THN 30 137 10
79 M.RIZAL 1 12THN 35 147 5
80 M. RAJA 1 12THN 30 137 15
81 EVI SAHARA 2 12THN 34 140 10
82 M. ILHAM 1 12THN 35 142 5
83 SUHAIRIAH RANGKUTI 2 12THN 35 142 5
84 II.1 HANAFI BATUBARA 1 13THN 29 136 15
85 USMAN 1 13THN 33 147 5
86 M. HANAFI 1 13THN 41 148 5
87 RAHMI ADILLAH 2 13THN 34 143 20
88 SOLATIAH LUBIS 2 13THN 36 138 5
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
89 FATIMAH RAHMA 2 13THN 32 133 5
90 NOVITA SARI 2 13THN 39 143 10
91 JULI SYAFITRI 2 13THN 38 134 10
92 RATNA SARI 2 13THN 38 134 15
93 II.2 TARMIZI TAHER 1 13THN 41 130 15
94 AHMAD ARIZAL 1 13THN 29 132 5
95 SANGKOT LATIAH 2 13THN 48 147 5
96 TUKMA SARI HARAHAP 2 13THN 41 144 10
97 III.2 HASAN BASRI 1 14THN 40 152 5
98 PURBA VI RINA NURMALASARI 2 17THN 3BLN 49 153 10
99 ASBIAH RANGKUTI 2 17THN 8BLN 51 147 5
100 FITRIANI BR. SORMIN 2 17THN 3BLN 52 147 5
101 SOFIA NST 2 16THN 8BLN 54 159 10
102 SOLATIA NST 2 18THN 52 147 10
103 II NOVI KARDIANTI 2 15THN 8BLN 59 152 15
104 FATIMAH PARDEDE 2 13THN 11BLN 30 143 10
105 IV DESSY DESWITA NST 2 14THN 11BLN 47 146 15
106 III MEILISA EKI SAPUTRI 2 12THN 3BLN 30 135 5
107 VI JUSNITA 2 17THN 6BLN 42 150 15
108 IV RABIATUL ADABIYAH 2 17THN 1BLN 47 153 15
109 HASTI INDRIYANI 2 13THN 37 143 10
110 RAHMI 2 17THN 45 145 5
111 SARINAH 2 16THN 1BLN 36 149 10
112 AMNI BABRIA LUBIS 2 16THN 7BLN 59 152 15
113 RIZKINA ROSANA 2 14THN 2BLN 43 148 10
114 III ROMI JUMIANA SIMAMORA 2 14THN 7BLN 30 135 15
115 II ROBIATUL ADAWIYAH LBS 2 12THN 1BLN 39 146 15
116 III KHAIRIANI 2 17THN 50 146 10
117 TAMBAHAN
PURBA TASMIN 2 15THN 43 143 15
118 MASRINI 2 15THN 44 149 10
Ket: 1 = anak laki-laki
2 = anak perempuan
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
NO SD KELAS NAMA NAMA ORTU ALAMAT TEMPAT LAHIR 1 BARBARAN I III M.YUSUF RAMLAN BARBARAN BARBARAN 2 M. HUSEIN ALM.MAHMUDDIN BARBARAN BARBARAN 3 SITI KHOLIZAH ALIMUDDIN BARBARAN BARBARAN 4 SAWALUDDIN LUBIS M.SARIP BARBARAN BARBARAN 5 IV ASMAR ZULFAHRI BARBARAN BARBARAN 6 ZULPIKAR ZULKIFLI BARBARAN DEPOK 7 FITRI HAIRARU M.TOGAR BARBARAN BARBARAN 8 M. SALASA ABDULLAH BARBARAN BARBARAN 9 M. SOLEH ISWAR BARBARAN BARBARAN
10 MELIANA M.SOLIH BARBARAN BARBARAN 11 NOVITA SARI SAINUDDIN BARBARAN BOGOR 12 RAHMAD ALI AMIR HUSIN BARBARAN BARBARAN 13 RUDI PAISAL NASUTION RAMLAN BARBARAN BARBARAN 14 V PAUSIAH ALIMAN BARBARAN BARBARAN 15 AKHIRUDDIN PAIDI BARBARAN BARBARAN 16 RISKAH LBS PARRUHUMAN BARBARAN BARBARAN 17 M. AWAL ROMLI BARBARAN BARBARAN 18 AHMAD HUSEIN HASAN BARBARAN BARBARAN 19 VI ABD.ROSIB ROMLI BARBARAN BARBARAN 20 ROILAH TAMBAT BARBARAN BARBARAN 21 ZAINAB JASMAN BARBARAN BARBARAN 22 BARBARAN II III MUHAJIR MUHAMMAD SAHDAN BARBARAN BARBARAN 23 NURKHOLILAH M.SYARIP BARBARAN BARBARAN 24 NURUL MAWADDAH M.BAYAN BARBARAN BARBARAN 25 MUSTAPA ABDURRAHMAN LOKOT ROHMAN BARBARAN BARBARAN 26 RIZKI ANGRIANI SAHARMAN BARBARAN AEK LIBUNG 27 PATIMAH MUSTAKIM BARBARAN MEDAN
28 GITA SUCI AMATIARA SUTAN BARBARAN KUALA PEMBUANG
29 IV SITI NURKHOLIZAH M.LABAR BARBARAN BOGOR 30 V GUNDUR KHOLLAN BARBARAN BARBARAN 31 RAHMA KHAIRANI ABU BOKAR BARBARAN BARBARAN 32 HUSNAN PANDAPOTAN BARBARAN BARBARAN 33 JULIANA LUBIS ASHARI BARBARAN BARBARAN 34 MORASUTI NST MUNAWAR BARBARAN BARBARAN 35 MUHAMMAD LOKOT AKLA BARBARAN BARBARAN 36 BILAL MUHAMMAD ASLI BARBARAN BARBARAN 37 MASLAN RANGKUTI NIRWAN BARBARAN BARBARAN 38 M. NASIR SOLIHUDDIN BARBARAN BARBARAN 39 NURHABIBAH PAHRI BARBARAN BARBARAN 40 RAHMAD HIDAYAT SALASA BARBARAN BARBARAN 41 WAHYUNI WAHIDAH M.DAUD NST BARBARAN MEDAN 42 VI ALI RAHMAN PARKUMPULAN BARBARAN TANJUNG JULU 43 MARPUAH SOLAHUDDIN BARBARAN BARBARAN 44 IKHWAN YUSUF BAHRUM BARBARAN BARBARAN 45 ABD. HAPIS MURAD BARBARAN BARBARAN 46 LONGAT III LINA RATNA SARI DIMROH LONGAT LONGAT 47 RONI RAHMAD SAKIMAN LONGAT LONGAT 48 NANDA TONDI HAMONANGAN HASAN LONGAT LONGAT 49 DESI A2IANI ALI AMRI LONGAT LONGAT 50 IV MALIK MUDA DIMROH LONGAT LONGAT 51 JUITA SERI ALI BASRI LONGAT LONGAT 52 NIKMAH SAHARA ARBI LBS LONGAT LONGAT 53 TRYSKA AMANAH PUTRI TAMRIN LBS LONGAT LONGAT 54 VI ANGGI MUTIARA LBS UMAR LONGAT LONGAT 55 AHMAT HUSEIN MASRAH LONGAT LONGAT 56 SIRAMBAS V AHNAD ROSADI M.HUSEIN SIRAMBAS SIRAMBAS 57 VI BADIAH AHMAD RIFNI SIRAMBAS SIRAMBAS 58 HAFIZ ROSADI ARIPIN SIRAMBAS SIRAMBAS 59 M. YAHYA ROJUN SIRAMBAS SIRAMBAS 60 RIDWAN IMRON SIRAMBAS SIRAMBAS
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
61 ILMAN IMRAN SIRAMBAS SIRAMBAS 62 NURKOMARIAH KHOLLAT SIRAMBAS SIRAMBAS 63 MASUDDIN IMRON SIRAMBAS SIRAMBAS 64 M. ALWI AWALUDDIN SIRAMBAS SIRAMBAS 65 SMP I.1 ALI BAKRI HAMSARUDDIN LONGAT LONGAT 66 ALI RAHMAT BURHANUDDIN HUTABARINGIN LONGAT
67 ALI SAHWAN DALIMUNTE SAHRAN DALIMUNTHE LONGAT LONGAT
68 HIKMAH HAYATI MUSRI LONGAT HUTABARINGIN 69 KHOIRUN NISA LBS M.FAUSI HUTABARINGIN SIRAMBAS
70 KHOIRUL IHSAN GUSNAN BAUBARA LONGAT HUTABARINGIN
71 MURSAL SYAIFUDDIN SABAJIOR HUTABARINGIN 72 M. ALWI SYAMSUL FIKAR HUTABARINGIN HUTABARINGIN 73 RUDI MARZUKI ABIDIN HUTABARINGIN HUTABARINGIN 74 SITI HAJAR ALI USMAN LONGAT HUTABARINGIN 75 SERI MANNA ABIDAN HUTABARINGIN SIRAMBAS 76 ZULFAHMI MAHARDIN TARUTUNG HUTABARINGIN 77 I.2 M. BUKHARI SUBARKA SAYUTIBAR BARARAN SIRAMBAS 78 RIKSAL OLOAN BARARAN SIRAMBAS 79 M.RIZAL M.YAMIN HUTABARINGIN SIRAMBAS 80 M. RAJA SAHRUL SIRAMBAS LONGAT 81 EVI SAHARA SIDDIK LONGAT SIRAMBAS 82 M. ILHAM SABARUDDIN RUNDING SIRAMBAS 83 SUHAIRIAH RANGKUTI SAYUTI RANGKUTI LONGAT HUTABARINGIN 84 II.1 HANAFI BATUBARA BURHANUDDIN TARUTUNG HUTABARINGIN 85 USMAN PAIDI BARARAN HUTABARINGIN 86 M. HANAFI RAHARTO SIRAMBAS HUTABARINGIN 87 RAHMI ADILLAH NURMAN LONGAT HUTABARINGIN 88 SOLATIAH LUBIS MAHMUDDIN LBS LONGAT SIRAMBAS 89 FATIMAH RAHMA ALM.SAHMAN R LONGAT HUTABARINGIN 90 NOVITA SARI SALMAN NST LONGAT HUTABARINGIN 91 JULI SYAFITRI SUHRON LONGAT HUTABARINGIN 92 RATNA SARI ALI MUKSIN BARARAN HUTABARINGIN 93 II.2 TARMIZI TAHER MAWARDI RUNDING SIRAMBAS 94 AHMAD ARIZAL ARJUN NST LONGAT SIRAMBAS 95 SANGKOT LATIAH KASMAT LONGAT HUTABARINGIN 96 TUKMA SARI HARAHAP SYAPAR HRP LONGAT SIRAMBAS 97 III.2 HASAN BASRI ABDUL HAMID LONGAT HUTABARINGIN 98 PURBA VI RINA NURMALASARI SUJONO PURBA SOSA 99 ASBIAH RANGKUTI NAZIR RANGKUTI PURBA PURBA LAMA
100 FITRIANI BR. SORMIN SARMIN PURBA PANTI 101 SOFIA NST SANGKOT PURBA SIMANGAMBAI 102 SOLATIA NST SOLATIYAH PURBA HUTAPULI 103 II NOVI KARDIANTI KARNADI PURBA PEKANBARU 104 FATIMAH PARDEDE MARATOHANG PURBA DUMAI 105 IV DESSY DESWITA NST ARYUS PURBA PASAMAN 106 III MEILISA EKI SAPUTRI RESPONIMAN PURBA PASAMAN 107 VI JUSNITA HASAN BASRI PURBA MUARA BUNGO 108 IV RABIATUL ADABIYAH BAHARI PURBA PANTI
109 HASTI INDRIYANI HASAN BASRI HSB PURBA DUMAI
110 RAHMI SALMAN PURBA PANTI 111 SARINAH JUARIMAN PURBA BTG NATAL 112 AMNI BABRIA LUBIS SYAHDAN PURBA HUTABARINGIN 113 RIZKINA ROSANA BASRI PURBA ANGKOLA 114 III ROMI JUMIANA SIMAMORA BAKIM MUKMIN PURBA PDG BOLAK 115 II ROBIATUL ADAWIYAH LBS AMINUDDIN PURBA KOTA NOPAN 116 III KHAIRIANI MUSANIF PURBA ANGKOLA
117 TAMBAHAN
PURBA TASMIN AHMAD PURBA PANTI 118 MASRINI ABDUL HALIM PURBA PANTI
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
NO SD KELAS NAMA TANGGAL LAHIR ANAK KE AGAMA 1 BARBARAN I III M.YUSUF 16-2-198 1 ISLAM
2 M. HUSEIN 17-12-1998 1 ISLAM 3 SITI KHOLIZAH 1/3/1998 6 ISLAM 4 SAWALUDDIN LUBIS 8/11/1997 4 ISLAM 5 IV ASMAR 21-8-1996 1 ISLAM 6 ZULPIKAR 22-9-196 2 ISLAM 7 FITRI HAIRARU 1/11/1996 1 ISLAM 8 M. SALASA 1/10/1996 3 ISLAM 9 M. SOLEH 21-7-1996 1 ISLAM
10 MELIANA 7/11/1996 1 ISLAM 11 NOVITA SARI 6/11/1996 3 ISLAM 12 RAHMAD ALI 26-10-1997 2 ISLAM 13 RUDI PAISAL NASUTION 17-1-1997 5 ISLAM 14 V PAUSIAH 4/12/1994 2 ISLAM 15 AKHIRUDDIN 10/4/1994 1 ISLAM 16 RISKAH LBS 26-6-1996 1 ISLAM 17 M. AWAL 18-2-1996 2 ISLAM 18 AHMAD HUSEIN 2/8/1996 1 ISLAM 19 VI ABD.ROSIB 12/12/1994 3 ISLAM 20 ROILAH 17-4-1994 9 ISLAM 21 ZAINAB 3/6/1995 2 ISLAM 22 BARBARAN II III MUHAJIR MUHAMMAD 14-9-1997 3 ISLAM 23 NURKHOLILAH 29-9-1997 1 ISLAM 24 NURUL MAWADDAH 19-12-1997 3 ISLAM 25 MUSTAPA ABDURRAHMAN 17-1-1998 2 ISLAM 26 RIZKI ANGRIANI 13-9-1997 1 ISLAM 27 PATIMAH 15-10-1998 1 ISLAM 28 GITA SUCI AMATIARA 3/4/1998 1 ISLAM 29 IV SITI NURKHOLIZAH 2-8-196 1 ISLAM 30 V GUNDUR 9/4/1994 1 ISLAM 31 RAHMA KHAIRANI 19-9-1995 1 ISLAM 32 HUSNAN 9/6/1995 2 ISLAM 33 JULIANA LUBIS 20-6-1996 1 ISLAM 34 MORASUTI NST 31-8-1995 1 ISLAM 35 MUHAMMAD LOKOT 24-10-1995 2 ISLAM 36 BILAL MUHAMMAD 7/1/1995 5 ISLAM 37 MASLAN RANGKUTI 2/11/1995 2 ISLAM 38 M. NASIR 1/2/1996 1 ISLAM 39 NURHABIBAH 5/3/1996 4 ISLAM 40 RAHMAD HIDAYAT 28-3-1996 1 ISLAM 41 WAHYUNI WAHIDAH 26-6-1996 3 ISLAM 42 VI ALI RAHMAN 20-8-1993 2 ISLAM 43 MARPUAH 17-7-1993 1 ISLAM 44 IKHWAN YUSUF 5/5/1994 2 ISLAM 45 ABD. HAPIS 4/11/2014 1 ISLAM 46 LONGAT III LINA RATNA SARI 24-1-1998 6 ISLAM 47 RONI RAHMAD 5/6/1998 2 ISLAM
48 NANDA TONDI HAMONANGAN 16-8-1998 4 ISLAM
49 DESI A2IANI 3/7/1998 2 ISLAM 50 IV MALIK MUDA 1/3/1996 4 ISLAM 51 JUITA SERI 20-8-1997 4 ISLAM 52 NIKMAH SAHARA 19-4-1996 4 ISLAM 53 TRYSKA AMANAH PUTRI 1/6/1996 4 ISLAM 54 VI ANGGI MUTIARA LBS 24-5-1995 1 ISLAM 55 AHMAT HUSEIN 22-4-1994 2 ISLAM 56 SIRAMBAS V AHNAD ROSADI 12/9/1995 3 ISLAM 57 VI BADIAH 21-1-1994 2 ISLAM 58 HAFIZ ROSADI 15-7-1993 1 ISLAM 59 M. YAHYA 31-3-1993 6 ISLAM 60 RIDWAN 29-10-1993 1 ISLAM 61 ILMAN 14-3-1995 1 ISLAM 62 NURKOMARIAH 10/10/1994 5 ISLAM
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
63 MASUDDIN 10/10/1994 3 ISLAM 64 M. ALWI 28-8-1995 1 ISLAM 65 SMP I.1 ALI BAKRI 3/4/1992 1 ISLAM 66 ALI RAHMAT 26-7-1992 1 ISLAM 67 ALI SAHWAN DALIMUNTE 12/3/1991 4 ISLAM 68 HIKMAH HAYATI 23-8-1992 2 ISLAM 69 KHOIRUN NISA LBS 14-9-1992 2 ISLAM 70 KHOIRUL IHSAN 2/6/1991 3 ISLAM 71 MURSAL 22-2-1992 1 ISLAM 72 M. ALWI 2/4/1992 2 ISLAM 73 RUDI MARZUKI 13-2-1992 1 ISLAM 74 SITI HAJAR 22-7-1991 1 ISLAM 75 SERI MANNA 25-6-1992 1 ISLAM 76 ZULFAHMI 16-1-1991 2 ISLAM 77 I.2 M. BUKHARI SUBARKA 1/10/1992 1 ISLAM 78 RIKSAL 28-8-1991 3 ISLAM 79 M.RIZAL 11/7/1992 1 ISLAM 80 M. RAJA 17-10-1992 1 ISLAM 81 EVI SAHARA 25-6-1991 2 ISLAM 82 M. ILHAM 3/6/1992 2 ISLAM 83 SUHAIRIAH RANGKUTI 28-8-1992 2 ISLAM 84 II.1 HANAFI BATUBARA 2/12/1991 1 ISLAM 85 USMAN 17-7-1992 5 ISLAM 86 M. HANAFI 23-3-1991 2 ISLAM 87 RAHMI ADILLAH 19-2-1992 2 ISLAM 88 SOLATIAH LUBIS 27-10-1992 1 ISLAM 89 FATIMAH RAHMA 5/10/1992 5 ISLAM 90 NOVITA SARI 19-9-1992 3 ISLAM 91 JULI SYAFITRI 27-6-1991 3 ISLAM 92 RATNA SARI 15-5-1992 1 ISLAM 93 II.2 TARMIZI TAHER 3/6/1992 1 ISLAM 94 AHMAD ARIZAL 21-6-1992 4 ISLAM 95 SANGKOT LATIAH 30-10-1992 2 ISLAM 96 TUKMA SARI HARAHAP 6/10/1992 2 ISLAM 97 III.2 HASAN BASRI 13-5-1992 3 ISLAM 98 PURBA VI RINA NURMALASARI 24-5-1989 2 ISLAM 99 ASBIAH RANGKUTI 22-6-1993 8 ISLAM
100 FITRIANI BR. SORMIN 12/5/1989 4 ISLAM 101 SOFIA NST 10/12/1989 8 ISLAM 102 SOLATIA NST 11/8/1988 6 ISLAM 103 II NOVI KARDIANTI 2/11/1990 1 ISLAM 104 FATIMAH PARDEDE 9/9/1992 2 ISLAM 105 IV DESSY DESWITA NST 5/9/1991 2 ISLAM 106 III MEILISA EKI SAPUTRI 10/5/1994 2 ISLAM 107 VI JUSNITA 11/2/1988 1 ISLAM 108 IV RABIATUL ADABIYAH 7/7/1992 5 ISLAM 109 HASTI INDRIYANI 26-8-1993 1 ISLAM 110 RAHMI 2/8/1989 6 ISLAM 111 SARINAH 14-7-1990 1 ISLAM 112 AMNI BABRIA LUBIS 5/1/1990 1 ISLAM 113 RIZKINA ROSANA 23-6-1992 6 ISLAM 114 III ROMI JUMIANA SIMAMORA 1/1/1992 2 ISLAM 115 II ROBIATUL ADAWIYAH LBS 26-7-1989 5 ISLAM 116 III KHAIRIANI 16-12-1989 10 ISLAM
117 TAMBAHAN
PURBA TASMIN 9/2/1991 1 ISLAM 118 MASRINI 10/2/1990 7 ISLAM
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
NO SD KELAS NAMA H-0 H-2 1 BARBARAN I III M.YUSUF POS NEG 2 M. HUSEIN POS NEG 3 SITI KHOLIZAH POS NEG 4 SAWALUDDIN LUBIS POS NEG 5 IV ASMAR POS NEG 6 ZULPIKAR POS NEG 7 FITRI HAIRARU POS NEG 8 M. SALASA POS NEG 9 M. SOLEH POS NEG
10 MELIANA POS NEG 11 NOVITA SARI POS NEG 12 RAHMAD ALI POS NEG 13 RUDI PAISAL NASUTION POS NEG 14 V PAUSIAH POS NEG 15 AKHIRUDDIN POS NEG 16 RISKAH LBS POS NEG 17 M. AWAL POS NEG 18 AHMAD HUSEIN POS NEG 19 VI ABD.ROSIB POS NEG 20 ROILAH POS NEG 21 ZAINAB POS NEG 22 BARBARAN II III MUHAJIR MUHAMMAD POS NEG 23 NURKHOLILAH POS NEG 24 NURUL MAWADDAH POS NEG 25 MUSTAPA ABDURRAHMAN POS NEG 26 RIZKI ANGRIANI POS NEG 27 PATIMAH POS NEG 28 GITA SUCI AMATIARA POS NEG 29 IV SITI NURKHOLIZAH POS NEG 30 V GUNDUR POS NEG 31 RAHMA KHAIRANI POS NEG 32 HUSNAN POS NEG 33 JULIANA LUBIS POS NEG 34 MORASUTI NST POS NEG 35 MUHAMMAD LOKOT POS NEG 36 BILAL MUHAMMAD POS NEG 37 MASLAN RANGKUTI POS NEG 38 M. NASIR POS NEG 39 NURHABIBAH POS NEG 40 RAHMAD HIDAYAT POS NEG 41 WAHYUNI WAHIDAH POS NEG 42 VI ALI RAHMAN POS NEG 43 MARPUAH POS NEG 44 IKHWAN YUSUF POS NEG 45 ABD. HAPIS POS NEG 46 LONGAT III LINA RATNA SARI POS NEG 47 RONI RAHMAD POS NEG 48 NANDA TONDI HAMONANGAN POS NEG 49 DESI A2IANI POS NEG 50 IV MALIK MUDA POS NEG 51 JUITA SERI POS NEG 52 NIKMAH SAHARA POS NEG 53 TRYSKA AMANAH PUTRI POS NEG 54 VI ANGGI MUTIARA LBS POS NEG 55 AHMAT HUSEIN POS NEG 56 SIRAMBAS V AHNAD ROSADI POS NEG 57 VI BADIAH POS NEG 58 HAFIZ ROSADI POS NEG 59 M. YAHYA POS NEG 60 RIDWAN POS NEG 61 ILMAN POS NEG 62 NURKOMARIAH POS NEG 63 MASUDDIN POS NEG
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
64 M. ALWI POS NEG 65 SMP I.1 ALI BAKRI POS NEG 66 ALI RAHMAT POS NEG 67 ALI SAHWAN DALIMUNTE POS NEG 68 HIKMAH HAYATI POS NEG 69 KHOIRUN NISA LBS POS NEG 70 KHOIRUL IHSAN POS NEG 71 MURSAL POS NEG 72 M. ALWI POS NEG 73 RUDI MARZUKI POS NEG 74 SITI HAJAR POS NEG 75 SERI MANNA POS NEG 76 ZULFAHMI POS NEG 77 I.2 M. BUKHARI SUBARKA POS NEG 78 RIKSAL POS NEG 79 M.RIZAL POS NEG 80 M. RAJA POS NEG 81 EVI SAHARA POS NEG 82 M. ILHAM POS NEG 83 SUHAIRIAH RANGKUTI POS NEG 84 II.1 HANAFI BATUBARA POS NEG 85 USMAN POS NEG 86 M. HANAFI POS NEG 87 RAHMI ADILLAH POS NEG 88 SOLATIAH LUBIS POS NEG 89 FATIMAH RAHMA POS NEG 90 NOVITA SARI POS NEG 91 JULI SYAFITRI POS NEG 92 RATNA SARI POS NEG 93 II.2 TARMIZI TAHER POS NEG 94 AHMAD ARIZAL POS NEG 95 SANGKOT LATIAH POS NEG 96 TUKMA SARI HARAHAP POS NEG 97 III.2 HASAN BASRI POS NEG 98 PURBA VI RINA NURMALASARI POS NEG 99 ASBIAH RANGKUTI POS NEG
100 FITRIANI BR. SORMIN POS NEG 101 SOFIA NST POS NEG 102 SOLATIA NST POS NEG 103 II NOVI KARDIANTI POS NEG 104 FATIMAH PARDEDE POS NEG 105 IV DESSY DESWITA NST POS NEG 106 III MEILISA EKI SAPUTRI POS NEG 107 VI JUSNITA POS NEG 108 IV RABIATUL ADABIYAH POS NEG 109 HASTI INDRIYANI POS NEG 110 RAHMI POS NEG 111 SARINAH POS NEG 112 AMNI BABRIA LUBIS POS NEG 113 RIZKINA ROSANA POS NEG 114 III ROMI JUMIANA SIMAMORA POS NEG 115 II ROBIATUL ADAWIYAH LBS POS NEG 116 III KHAIRIANI POS NEG
117 TAMBAHAN
PURBA TASMIN POS NEG
118 MASRINI POS NEG
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
NO SD KELAS NAMA EFEK SAMPING
SETELAH TERAPI H-7 H-28 1 BARBARAN I III M.YUSUF 2 NEG NEG 2 M. HUSEIN 2 NEG NEG 3 SITI KHOLIZAH 2 NEG NEG 4 SAWALUDDIN LUBIS 2 NEG NEG 5 IV ASMAR 4 NEG NEG 6 ZULPIKAR 1 POS POS 7 FITRI HAIRARU 3,4 NEG NEG 8 M. SALASA 3,4 NEG NEG 9 M. SOLEH 1 NEG NEG
10 MELIANA 1 NEG NEG 11 NOVITA SARI 3,4 NEG NEG 12 RAHMAD ALI 1 NEG NEG 13 RUDI PAISAL NASUTION 1 NEG NEG 14 V PAUSIAH 1 NEG NEG 15 AKHIRUDDIN 3 NEG NEG 16 RISKAH LBS 2, 3 NEG NEG 17 M. AWAL 2 POS POS 18 AHMAD HUSEIN 3 NEG NEG 19 VI ABD.ROSIB 2, 3 NEG NEG 20 ROILAH 2 NEG NEG 21 ZAINAB 1 TDK HADIR eksklusi 22 BARBARAN II III MUHAJIR MUHAMMAD 2 TDK HADIR eksklusi 23 NURKHOLILAH 2 NEG NEG 24 NURUL MAWADDAH 1 NEG NEG 25 MUSTAPA ABDURRAHMAN 4 NEG NEG 26 RIZKI ANGRIANI 4 NEG NEG 27 PATIMAH 1 NEG NEG 28 GITA SUCI AMATIARA 2 NEG POS 29 IV SITI NURKHOLIZAH 1 NEG NEG 30 V GUNDUR 3 NEG NEG 31 RAHMA KHAIRANI 4 NEG NEG 32 HUSNAN 1 NEG NEG 33 JULIANA LUBIS 3 NEG NEG 34 MORASUTI NST 3 NEG NEG 35 MUHAMMAD LOKOT 1 NEG NEG 36 BILAL MUHAMMAD 1 NEG NEG 37 MASLAN RANGKUTI 1 NEG NEG 38 M. NASIR 3 NEG NEG 39 NURHABIBAH 1 NEG NEG 40 RAHMAD HIDAYAT 2 NEG NEG 41 WAHYUNI WAHIDAH 3 NEG NEG 42 VI ALI RAHMAN 1 NEG NEG 43 MARPUAH 3 NEG NEG 44 IKHWAN YUSUF 1 TDK HADIR eksklusi 45 ABD. HAPIS 2 NEG NEG 46 LONGAT III LINA RATNA SARI 4 NEG NEG 47 RONI RAHMAD 1 NEG NEG
48 NANDA TONDI HAMONANGAN 1
NEG NEG
49 DESI A2IANI 1 NEG NEG 50 IV MALIK MUDA 2 NEG NEG 51 JUITA SERI 3 NEG NEG 52 NIKMAH SAHARA 2 NEG NEG 53 TRYSKA AMANAH PUTRI 2 NEG NEG 54 VI ANGGI MUTIARA LBS 2,4 NEG NEG 55 AHMAT HUSEIN 1 NEG NEG 56 SIRAMBAS V AHNAD ROSADI 1 NEG NEG 57 VI BADIAH 2,4 NEG NEG 58 HAFIZ ROSADI 2 NEG NEG 59 M. YAHYA 1 NEG NEG 60 RIDWAN 1 NEG NEG 61 ILMAN 2 NEG NEG 62 NURKOMARIAH 2 NEG NEG 63 MASUDDIN 2, 3 NEG NEG
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
64 M. ALWI 2 NEG NEG 65 SMP I.1 ALI BAKRI 2 NEG NEG 66 ALI RAHMAT 1 NEG NEG 67 ALI SAHWAN DALIMUNTE 1 NEG NEG 68 HIKMAH HAYATI 2 NEG NEG 69 KHOIRUN NISA LBS 2,3 NEG NEG 70 KHOIRUL IHSAN 2,3 NEG NEG 71 MURSAL 2 NEG NEG 72 M. ALWI 2,4 NEG NEG 73 RUDI MARZUKI 2 NEG NEG 74 SITI HAJAR 2 NEG NEG 75 SERI MANNA 1 NEG NEG 76 ZULFAHMI 1 NEG NEG 77 I.2 M. BUKHARI SUBARKA 2 NEG NEG 78 RIKSAL 1 NEG NEG 79 M.RIZAL 2 NEG NEG 80 M. RAJA 2 NEG NEG 81 EVI SAHARA 1 NEG NEG 82 M. ILHAM 3,4 NEG NEG 83 SUHAIRIAH RANGKUTI 2 NEG NEG 84 II.1 HANAFI BATUBARA 2 NEG NEG 85 USMAN 1 NEG NEG 86 M. HANAFI 1 NEG NEG 87 RAHMI ADILLAH 2,3 NEG NEG 88 SOLATIAH LUBIS 2,4 NEG NEG 89 FATIMAH RAHMA 4 NEG NEG 90 NOVITA SARI 1 NEG NEG 91 JULI SYAFITRI 2 NEG NEG 92 RATNA SARI 2 NEG NEG 93 II.2 TARMIZI TAHER 1 NEG NEG 94 AHMAD ARIZAL 1 NEG NEG 95 SANGKOT LATIAH 2 NEG NEG 96 TUKMA SARI HARAHAP 2 NEG NEG 97 III.2 HASAN BASRI 2 NEG NEG 98 PURBA VI RINA NURMALASARI 2, 3 NEG NEG 99 ASBIAH RANGKUTI 1 TDK HADIR eksklusi
100 FITRIANI BR. SORMIN 4,6 NEG NEG 101 SOFIA NST 1 NEG NEG 102 SOLATIA NST 1 NEG NEG 103 II NOVI KARDIANTI 1 NEG NEG 104 FATIMAH PARDEDE 4, 7 NEG NEG 105 IV DESSY DESWITA NST 1 NEG NEG 106 III MEILISA EKI SAPUTRI 1 NEG NEG 107 VI JUSNITA 1 NEG NEG 108 IV RABIATUL ADABIYAH 1 NEG NEG 109 HASTI INDRIYANI 4,5,7 NEG NEG 110 RAHMI 1 NEG POS 111 SARINAH 1 NEG NEG 112 AMNI BABRIA LUBIS 1 NEG NEG 113 RIZKINA ROSANA 1 NEG NEG 114 III ROMI JUMIANA SIMAMORA 1 NEG NEG 115 II ROBIATUL ADAWIYAH LBS 1 NEG NEG 116 III KHAIRIANI 1 NEG NEG
117 TAMBAHAN
PURBA TASMIN 1 NEG NEG
118 MASRINI 1 NEG NEG
KETERANGAN EFEK SAMPING SETELAH TERAPI:
TIDAK ADA GEJALA = 1 TINNITUS = 2 SAKIT KEPALA = 3 MUNTAH = 4
MENCRET = 5 SAKIT PERUT = 6
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
RINGKASAN
Di Indonesia, malaria sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat, angka kesakitan malaria masih cukup tinggi, terutama
di luar Jawa dan Bali, oleh karena di daerah itu terdapat campuran penduduk
yang berasal dari daerah endemis dan non endemis malaria.
Menurut Data Stratifikasi Malaria propinsi Sumatera Utara tahun
1999/2000, Kabupaten Mandailing Natal termasuk dalam strata High
prevalence Area (HPA) dengan angka tertinggi yaitu 10,65%.
Spesies yang paling banyak ditemukan adalah plasmodium falsiparum
dan vivax. Infeksi yang disebabkan Plasmodium falsiparum adalah infeksi yang
paling besar menunjukkan angka kesakitan dan kematian. Pada tahun 2002
sebesar 1,337 kasus malaria dilaporkan di Amerika Serikat dan Plasmodium
falsiparum adalah kasus terbanyak yang didapat sebesar 50% kasus dan sering
menjadi malaria berat
Malaria adalah penyakit akut dan kronik protozoa dengan gejala demam
paroksismal, kedinginan, berkeringat, lelah, anemia, dan splemomegali. Pada
anak lebih tua, gejala yang sering tampak adalah sakit kepala, sakit punggung,
kedinginan, myalgia, dan kelelahan
Pemeriksaan mikroskopis adalah merupakan standard baku dan apabila
dilakukan dengan cara yang benar mempunyai nilai sensitivitas dan spesifitas
hampir 100%.
Resistensi obat sering terjadi pada pengobatan malaria falsiparum ini.
Obat anti malaria yang ideal sebaiknya murah dan mempunyai efikasi yang baik
dengan pengobatan yang singkat.
Saat ini pengobatan yang paling sering dipakai adalah gabungan
artesunat - amodiakuin, tetapi obat ini harganya cukup mahal. Doksisiklin
adalah antibiotik turunan dari tetrasiklin yang cukup baik pada pengobatan
malaria falsiparum. Obat ini sering digabungkan dengan kinin.
Penelitian ini dilakukan dengan uji klinis acak terbuka dengan sampel
116 anak mendapat artesunat-amodiakuin (kelompok I) dan 116 anak men
dapat kinin doksisiklin (kelompok II). Diakhir penelitian, kelompok I menjadi 114
anak dan kelompok II menjadi 111 anak dikarenakan anak keluar dari penelitian
atau tidak teratur makan obat.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
Penelitian ini menggunakan pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan
melihat perubahan parasitemia pada hapusan darah tepi. Parasitemia dinilai
pada hari 0,2,7 dan 28 kemudian diuji dengan uji kai kuadrat. Dari hasil
penelitian didapatkan pada kelompok I (artesunat-amodiakuin) 100%
menghilangkan parasitemia sampai hari ke-28, sedangkan pada kelompok II
(kinin-doksisiklin), didapatkan perubahan parasitemia menjadi positif kembali
pada hari ke-7 dan 28 yang menunjukkan terjadinya rekrudensi. Berdasarkan
penilaian statistik, data ini menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan.
Penelitian ini juga menilai efek samping obat yang sering terjadi yaitu
sakit kepala, tinnitus dan muntah. Hasilnya menunjukkan perbedaan yang
signifikan hanya pada efek samping tinnitus, sedangkan efek samping yang lain
tidak.
Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi kinin-
doksisiklin dapat dijadikan sebagai obat alternatif pada anak yang menderita
malaria falsiparum tanpa komplikasi jika obat lain tidak tersedia.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
SUMMARY
Nowadays, malaria in Indonesia is still a health community problem, the
morbidity value is still high, especially outside Java and Bali, it is caused by the
mixing citizen from endemic and non endemic area in that place.
According to malaria stratification information of North Sumatera in
1999/2000, Natal Mandailing regency is a high prevalence area with the highest
value about 10,65%.
Falciparum plasmodium and vivax are the most species found.
Falciparum plasmodium is the highest value of mortality and morbidity
infectious. In United State on 2002, malaria is about 1,337 and 50% falciparum
plasmodium is the most cases achieved which often became severe malaria.
Malaria is acute and chronic protozoa disease with paroxysmal fever,
chills, sweat, tired, anemia and splenomegaly. In older children, the
pathognomonic constellation of headache, backache, chills, myalgia, and
fatigue, is often.
Microscopic examination is the gold standard which has 100% sensitivity
and spesivity, if it was done in the right direction.
Drug rasistance often achieve in this malaria falciparum medication. Ideal
anti malaria drugs should be cheap and has a good effication with a short time
medication. Artesunate-amodiaquine are the first drugs of choise, but the cost is
very expensive. Doxycycline is tetracyclyne derivated which is good for
falciparum malaria medication. This drugs usually combined with quinine.
This study was defined with opened clinical trial, where 116 children got
artesunate-amodiaquine ( group I) and 116 children got quinine-doxycycline
(group II). In the end of this study, group I becomed 114 children and group II
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
becomed 111 children because they didn’t want to continue the study or didn’t
take their drugs properly.
Microscopic examination is use in this study to see paracitemia chages
from blood smears. Paracitemia is valued in 0, 2nd, 7th, 28th days and used x2-
test. From the study results 100% no paracitemia in group I (artesunate-
amodiaquine) until 28th days, while there are paracitemia changes to positive
again in group II (quinine-doxycycline) in 7th and 28th days which showed
recrudesences. This study showed different unsignificant paracitemia value,
statistically.
This study also showed the most contraindication drugs, such as
headache, tinnitus and vomitus. There are different significant result only in
tinnitus, but not in others.
The conclusion from this study shows that quinine-doxycycline
combination can be used as an alternative drugs in children with falciparum
malaria without complication if there is no other drugs.
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap :Fitri Arianty Lubis
Tanggal lahir : 29 September 1976
Tempat lahir : Medan
NIP :-
Alamat : Komp. Setia Budi Indah, Blok N-87,Medan
Nama suami : Andi Yanto Herlan, SH.MHum.
Nama anak : Andi Fauzan Yafi’ Adhyaksa
Pendidikan
1. Sekolah Dasar di SDN Sei Petani, tamat tahun 1988
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri Medan, tamat
tahun 1991
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 11 sampai kelas 1,
pindah ke SMA Negeri 1 Medan, tamat tahun 1994
4. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, tamat
tahun 2002
Pendidikan Spesialis
1. Adaptasi di BIKA FK. USU :01-06-2003 s/d 30-06-2003
2. Pendidikan Tahap I :01-07-2003 s/d 30-06-2004
3. Pendidikan Tahap II :01-07-2004 s/d 30-06-2005
4. Pendidikan Tahap III :01-07-2005 s/d 30-06-2006
5. Penelitian dan tesis :Agus 2006 s/d Sep 2007
Fitri Arianty Lubis: Efikasi kinin - Doksisiklin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak, 2008. USU e-Repository © 2008