FISIOLOGI TIDUR

18
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Tidur Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan, memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle, 1995). Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus berulang – ulang dan masing – masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Lilis, Taylor & Lemone, 2001). Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari – harinya dapat menurun (Potter & Perry, 2003). 1.1 Fisiologi tidur Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi Universitas Sumatera Utara

Transcript of FISIOLOGI TIDUR

Page 1: FISIOLOGI TIDUR

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Tidur

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme

untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan,

memelihara manfaat untuk memperbaharui & memulihkan tubuh baik secara fisik

maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foreman & Wykle,

1995). Tidur adalah keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa

kegiatan yang merupakan urutan siklus berulang – ulang dan masing – masing

menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Lilis, Taylor &

Lemone, 2001). Sehingga tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk

berkonsentrasi membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari – harinya

dapat menurun (Potter & Perry, 2003).

1.1 Fisiologi tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya

hubungan mekanisme serebral yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan

menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Salah satu aktvitas tidur ini

diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur

seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan

dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon

dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system (RAS) dapat memberi

Universitas Sumatera Utara

Page 2: FISIOLOGI TIDUR

rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima

stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam

keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti

norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum

serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu

bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung dari

keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan system limbik. Dengan

demikian, system pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam

tidur adalah RAS dan BSR (Hidayat, 2006)

1.2 Tahapan Tidur

Tahapan tidur dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Non Rapid

Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM). Tidur NREM terdiri

dari empat tahapan. Kualitas dari tahap satu sampai tahap empat menjadi semakin

dalam. Tidur yang dangkal merupakan karakteristik dari tahap satu dan tahap dua

dan pada tahap ini seseorang lebih mudah terbangun. Tahap tiga dan empat

melibatkan tidur yang dalam disebut tidur gelombang rendah, dan seseorang sulit

terbangun. Tidur REM merupakan fase terakhir siklus tidur dan terjadi pemulihan

psikologis (Potter & Perry, 2003).

Tahapan tidur memiliki karakteristik tertentu yang dianalisis dengan

bantuan Electroencefalograph (EEG) yang menerima dan merekam gelombang

otak, electrooculograph (EOG) yang merekam pergerakan mata dan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: FISIOLOGI TIDUR

electromyograph (EMG) yang merekam tonus otot (Lilis, Taylor & Lemone,

2001).

1.2.1 Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tahapan tidur NREM dibagi menjadi 4 tahap :

Tahap satu NREM merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur

dimana seseorang masih sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk,

frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dan berlangsung selama lima menit.

Kualitas tidur tahap ini sangat ringan, seseorang dapat mudah terbangun karena

stimulasi sensori seperti suara (Potter & Perry, 2003).

Tahap dua merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun

dengan ciri: tanda – tanda vital menurun, metabolisme menurun dan tahap ini

berlangsung 10 – 20 menit (Hidayat, 2006; Tartowo & Wartonah, 2004). Pada

tahap ini seseorang terbangun masih relative mudah, dan berlangsung selama 10 –

20 menit (Potter & Perry, 2003). Hubungan dengan dengan lingkungan terputus

secara aktif dan hampir seluruh menusia yang dibangunkan pada tahap ini

mengatakan bahwa mereka benar – benar tertidur (Maas, 2002). Menurut Potter &

Perry (2003), 50% total waktu tidur manusia dewasa normal dihabiskan pada

tahap dua NREM.

Tahap tiga yaitu menunjukkan medium deep sleep yang merupakan tahap

awal dari tidur yang dalam. Orang yang tidur pada tahap ini sulit untuk

dibangunkan dan jarang terjadi pergerakan tubuh dan mata, otot – otot dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 4: FISIOLOGI TIDUR

keadaan relaksasi penuh, adanya dominasi sistem saraf parasimpatis (Hidayat,

2006), tanda – tanda vital menurun namun tetap teratur (Potter & Perry, 2003).

Tahap empat merupakan deep sleep yaitu tahap tidur terdalam yang

biasanya diperlukan rangsangan lebih kuat untuk membangunkan, sehingga ketika

bangun dari tidur yang dalam, seseorang tidak dapat langsung sadar sempurna dan

memerlukan waktu beberapa saat untuk memulihkan dari rasa bingung dan

disorientasi. Tahap ini mempunyai nilai dan fungsi perbaikan yang sangat penting

untuk penyembuhan fisik kebanyakan hormon perkembangan manusia diproduksi

malam hari dan puncaknya selama tidur pada tahap ini. Tahap ini jumlahnya 25%

dari total jam tidur anak – anak, menurun pada dewasa muda, lebih menurun pada

dewasa pertengahan dan dapat hilang pada lansia (White, 2003).

1.2.2 Tidur Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur REM terjadi setelah 90 – 110 menit tertidur ditandai dengan

peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot – otot relaksasi

(Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster (Potter & Perry, 2003; Hidayat,

2006). Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler, mata cepat tertutup

dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat, metabolisme meningkat

dan biasanya disertai mimpi aktif (Hidayat, 2006; Tartowo & Wartonah, 2004).

Mimpi terjadi selama tidur baik NREM maupun REM, tetapi mimpi dari

tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi

memori jangka panjang (Potter & Perry, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: FISIOLOGI TIDUR

1.3 Siklus Tidur

Saat tidur, seseorang akan melewati empat sampai enam siklus tidur yang

lengkap dimana setiap satu siklus terdiri dari empat tahap NREM dan satu tahapan

REM. Siklus tidur biasanya semakin meningkat dari tahap satu sampai tahap

empat, ke tahap tiga kemudian ke tahap dua dan diakhiri dengan periode tahapan

tidur REM, dengan satu siklus yang berurutan, tahap tiga dan empat akan

memendek dan tahapan tidur REM memanjang. Siklus tidur pada setiap orang

berbeda karena memiliki total waktu tidur yang berbeda pula (Potter & Perry,

2003).

Pada satu siklus sampai tiga siklus pertama , tahap tiga dan tahap empat

NREM mendominasi, sementara pada akhir siklus, tahap dua NREM serta

tahapan REM mendominasi dan tahap empat NREM dapat tidak muncul (Craven

& Hirnle, 2001). Jika seseorang terbangun atau dibangunkan oleh tidurnya, maka

individu tersebut akan kembali tidur dengan mengulangi siklus tidur dari tahap

satu NREM (Taylor & Lilis, 2001).

Menurut White (2003), lamanya satu siklus tidur keseluruhan sekitar 70 –

90 menit. Durasi untuk masing – masing tahap tidur berbeda, tahap satu NREM

yaitu 5% tidur, tahap dua NREM yaitu 46% tidur, tahap tiga NREM yaitu 12%

tidur, tahap empat NREM yaitu 12% tidur, REM 25% tidur. Selanjutnya, siklus

tidur normal dapat dilihat lebih jelas pada skema berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 6: FISIOLOGI TIDUR

Skema 2.1. Siklus tidur normal ( Lilis, Taylor & Lemone, 2001)

Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkardian yang merupakan

siklus dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkardian ini juga

merupakan keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologik

dan psikologik dapat terganggu (Potter & Perry, 2003).

1.4 Fungsi Tidur

Salah satu teori menyatakan bahwa tidur adalah saat memulihkan dan

mempersiapkan energi untuk periode bangun berikutnya, denyut nadi saat tidur

juga menurun yang dapat memelihara jantung (McCante & Hueter, 2002 dalam

Potter & Perry, 2003).

Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama

tidur gelombang rendah yang dalam (NREM 4), tubuh melepaskan hormon

Mengantuk

NREM tahap I REM

NREM tahap II NREM tahap II NREM tahap II

NREM tahap III NREM tahap III

NREM tahap IV

Universitas Sumatera Utara

Page 7: FISIOLOGI TIDUR

pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan

khusus seperti sel otak (Home, 1983; Mandleson, 1987; Born, Muth, dan Fehm,

1988 dalam Potter & Perry, 2003).

Tidur REM terlihat penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM

dihubungkan dengan perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas

kortikal, peningkatan konsumsi oksigen dan pelepasan epinefrin. Hubungan ini

dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran (Potter & Perry, 2003).

Secara umum, ada dua efek fisiologis dari tidur yaitu efek pada sistem saraf yang

dapat memulihkan kepekaan dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf

dan efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ

tubuh (Hidayat, 2006).

2. Pola Tidur

Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang

relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur

(Depkes dalam Wahyuni, 2007).

Pola tidur normal berdasarkan usia adalah bayi baru lahir membutuhkan

tidur 14 – 18 jam/ hari, pernafasan teratur dan 50 % tidur REM, infant

membutuhkan tidur 12 – 14 jam/ hari dan 20 – 30% tidur REM, toodler

membutuhkan tidur 11 – 12 jam/ hari dan 25% tidur REM, preschooler

membutuhkan tidur 11 jam dan 20% tidur REM, usia sekolah tidur 10 jam/ hari

Universitas Sumatera Utara

Page 8: FISIOLOGI TIDUR

dan 18,5% tidur REM, adolescent membutuhkan tidur 8,5 jam/ hari dan 20% tidur

REM, usia dewasa muda membutuhkan tidur 7 – 8 jam/ hari dan 20 – 25% tidur

REM, usia dewasa tengah membutuhkan tidur 7 jam/ hari dan 20% tidur REM,

usia lanjut membutuhkan tidur 6 jam/ hari dan 20 – 25% tidur REM (Kozier,

2004; Hidayat, 2006).

Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stress

pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia

dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi

tersebut dapat mengganggu pola tidur dan memperburuk masalah tidur (Potter &

Perry, 2003).

Gangguan pola tidur merupakan suatu keadaan dimana individu

mengalami atau mempunyai resiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat

yang menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang

diinginkan. Gangguan ini terlihat dengan adanya perasaan lelah, mudah

terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak

mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, kurang konsentrasi, sakit kepala

dan mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan

transport oksigen, gangguan metabolisme, gangguan eliminasi, pegaruh obat,

immobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, terganggu oleh teman sekamar dan

sebagainya (Uliyah, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: FISIOLOGI TIDUR

3. Parameter pola tidur

Parameter pola tidur adalah indikator untuk menentukan bagaimana

pola tidur seseorang termasuk ibu hamil. Adapun parameter pola tidur tersebut

menurut Buysse et al.,(1989) adalah:

3.1 Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur

Waktu yang dibutuhkan untuk dapat tidur ( sleep latency ) adalah

waktu yang dihabiskan oleh seseorang sejak munculnya keinginan untuk tidur

sampai tercapainya tidur tahap Rapid Eye Movement (Buysse et al., 1989). Ibu

hamil dapat beristirahat dengan baik memerlukan waktu lima belas hingga tiga

puluh menit untuk tertidur (Maas, 2002). Tetapi, jika seseorang sering

membutuhkan waktu 30 menit sampai berjam-jam untuk bisa tidur di malam hari,

kemungkinan mengalami masalah tidur (Rafkonowledge, 2004).

3.2 Total Jam Tidur

Total jam tidur (total sleep times) adalah lamanya waktu tidur

dikurang dengan lamanya waktu terbangun saat tidur (Buysse et al., 1989). Total

jam tidur merupakan jumlah waktu individu dalam kehidupannya yang digunakan

untuk tidur (Uliyah, 2006). Pada awal kehamilan, seorang wanita biasanya banyak

menghabiskan waktu untuk tidur, biasanya tidur 6 – 7 jam bisa menjadi 8 – 10

jam seharinya. Mendekati saat melahirkan, gangguan tidur bisa muncul akibat

kekhawatiran akan proses melahirkan, posisi tidur yang serba sulit dan sering

buang air kecil (Prasadja, 2006). Menurut Stoppard (2002), selama kehamilan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: FISIOLOGI TIDUR

sangat perlu istirahat dan harus selalu tidur setidaknya delapan jam tiap malam,

tetapi karena kelelahan dan letih, wanita hamil sulit untuk tidur.

3.3 Frekuensi Terbangun

Frekuensi terbangun (number of awakenings) adalah sering atau

tidaknya seseorang terbangun dari tidurnya yang dapat dipengaruhi oleh

lingkungan atau akibat adanya keinginan untuk buang air kecil. Seorang dewasa

muda normal, selama tidur malam akan terbangun sekitar satu sampai dua kali.

Terbangun di malam hari berpengaruh pada pengurangan total waktu tidur

(Buysse et al., 1989;Amir, 2007).

Selama kehamilan, ibu hamil sering kali terbangun di malam hari

khususnya pada trimester pertama dan ketiga. Hal ini disebabkan meningkatnya

frekuensi berkemih, rasa mual – muntah, nyeri pada pinggang, meningkatnya

tekanan darah, dan perut ibu yang semakin membesar. Pada kehamilan lanjut,

janin sudah dapat menendang perut ibu dan berputar di malam hari. Oleh sebab

itu, ibu hamil sering terbangun dan jarang bisa tidur nyenyak (Musbikin, 2005).

3.4 Lama waktu tidur siang hari

Individu yang kurang tidur pada malam hari akan menambah jam

tidurnya pada siang/sore hari. Lama waktu tidur pada siang hari (napping )

normalnya kurang dari satu jam pada orang dewasa dan akan meningkat pada

masa kehamilan, hal ini dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi selama

kehamilan. Lamanya waktu tidur di siang hari meningkat lebih dari satu jam

Universitas Sumatera Utara

Page 11: FISIOLOGI TIDUR

khususnya pada trimester pertama akibat peningkatan hormon dalam tubuh ibu

hamil yang meyebabkan kelelahan sepanjang hari, dan mengakibatkan tidur yang

lama hingga lebih dari dua jam (Musbikin, 2005).

3.5 Perasaan segar saat bangun pagi

Individu yang tidur sesuai dengan jumlah tidur pada tahap

perkembangannya akan merasa segar saat bangun di pagi hari (refreshing on

awakenings) (Musbikin, 2005). Namun pada masa kehamilan hal ini akan

berbeda, dimana ibu hamil sering merasa tidak segar bahkan masih mengantuk

saat bangun di pagi hari (Stoppard, 2002). Masa kehamilan menyebabkan

perubahan sirkardian tuduh saat tidur, seperti pada trimester ketiga, ibu hamil

masih mengantuk saat bangun pagi karena meningkatnya frekuensi nokturia yang

mengurangi jam tidur yang dalam (depth sleep) dan ketidakpuasan tidur

(Irmayana, 2008).

3.6 Kepuasan tidur

Waktu tidur seorang wanita lebih sedikit dibanding waktu tidur

seorang pria. Hal ini disebabkan oleh faktor fisiologis yang selalu terjadi pada

wanita termasuk kehamilan yang menyebabkan wanita kurang puas dalam

merasakan tidur yang nyenyak. Kepuasan tidur bergantung pada kondisi

lingkungan, kesehatan fisik dan kesehatan jiwa (Buysse et al., 1989). Kepuasan

tidur pada masa kehamilan sangat jelas berkurang khususnya pada trimester akhir,

akibat kondisi fisik ibu hamil yang menyebabkan sulitnya mendapatkan tidur

Universitas Sumatera Utara

Page 12: FISIOLOGI TIDUR

yang dalam sampai melewati satu hingga dua siklus tidur secara bertahap.

Ketidakpuasan tidur disebabkan tidur yang tidak melewati seluruh tahapan normal

baik NREM dan REM (Musbikin, 2005).

3.7 Kedalaman tidur

Sulit tidur sering terjadi pada masa kehamilan terjadi karena pikiran

aktif dan merasa tidak mampu ‘mematikan’ stress bahkan depresi yang dialami

berhubungan dengan perubahan fisik (Eisenberg, 1996) terutama pada trimester

ketiga. Punggung yang terasa pegal, perut yang membesar akan menarik otot

punggung lebih kencang yang menyebabkan ibu hamil mengeluh pegal dan nyeri

di bagian tubuh bagian belakang. Keluhan seperti hal ini meyebabkan

ketidaknyamanan bagi ibu hamil dan mempengaruhi pola tidurnya (Buysse et al.,

1989; Louis, 2006).

3.8 Perasaan mengantuk di siang hari

Pada umumnya, perasaan mengantuk di siang hari (daytime

dysfuctions) terjadi karena kelelahan di siang hari baik karena aktivitas ataupun

kondisi fisik seseorang (Uliyah, 2006).

Kehamilan menimbulkan perubahan dalam tubuh wanita khususnya

perubahan hormonal yang menyebabkan kelelahan sepanjang hari. Ibu hamil akan

mengalami gangguan pola tidur akibat respon tubuh terhadap kehamilan seperti

kurangnya waktu tidur yang dibutuhkan, tidur yang tidak nyenyak, dan

ketidaknyamanan selama tidur yang menyebabkan ibu hamil merasa mengantuk

Universitas Sumatera Utara

Page 13: FISIOLOGI TIDUR

di siang/sore hari. Rasa mengantuk di siang hari dapat terjadi pada tiap individu,

namun pada wanita hamil, rasa mengantuk di siang hari ini dapat berbeda dengan

orang dewasa normal, yaitu ibu hamil merasa mengantuk berat (sangat

mengantuk) yang dapat mempengaruhi kondisi dan kehamilannya (Simkin, 2007).

Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi psikologis ibu hamil, jumlah waktu

kekurangan tidur yang menumpuk, ketidaknyamanan, dan nokturia (Prasadja,

2006).

4. Pola Tidur Ibu pada Masa Kehamilan

Secara medis, hamil berarti mengandung ovum yang telah dibuahi atau

mengandung janin. Kehamilan yaitu keadaan hamil mulai periode haid terakhir

hingga saat akan melahirkan (partus) dan normalnya berlangsung selama 40

minggu atau 280 hari (Eisenberg, 1996; Bobak dkk., 2005). Masa kehamilan

dibagi menjadi tiga periode yaitu trimester pertama (0 – 3 bulan), trimester kedua

(4 – 6 bulan) dan trimester ketiga (7 – 9 bulan).

4.1 Trimester Pertama

Kehamilan trimester pertama (0 - 14 minggu) adalah waktu untuk

melakukan penyesuaian fisik dan emosional terhadap kehamilan (Simkin, 2007).

Perubahan fisik yang terjadi seperti seringnya berkemih, keletihan, perubahan

pada payudara, perut kembung, pembuluh darah vena semakin jelas terlihat di

bawah kulit karena aliran darah ke perut dan kaki juga meningkat, mual dengan

atau tanpa muntah atau disertai saliva yang berlebihan/ ptyalism. Sedangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: FISIOLOGI TIDUR

perubahan emosi yang terjadi adalah perasaaan was-was, takut atau gembira,

ketidakstabilan yang mirip dengan sindroma pramenstruasi seperti mudah

tersinggung, suasana hati yang berubah-ubah, tidak rasional (Eisenberg, 1996).

Menurut Suririnah (2007), perubahan yang terjadi pada ibu hamil

trimester pertama disebabkan oleh kadar hormon dalam tubuh ibu sedang

mengalami perubahan drastis yang menyebabkan keluhan mual – muntah.

Sehubungan dengan itu, keluhan sulit tidur biasanya muncul karena stres, dimana

ibu masih kurang siap menerima kehamilan dan perubahan hormon yang

menunjukkan perubahan psikis seperti mudah marah dan sensitif khususnya

terhadap pasangan, dan mual – muntah yang mengakibatkan ibu merasa lelah dan

pusing.

4.2 Trimester Kedua

Trimester kedua dianggap sebagai masa kehamilan yang terbaik sebab

ibu akan merasa lebih sehat secara fisik pada saat ini. Ibu dapat melakukan

aktifitas sehari-hari, karena rasa mual, lemas, dan keluhan lainnya pada trimester

pertama akan hilang (Suririnah, 2007).

Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada kehamilan trimester kedua (15

- 28 minggu) adalah perut semakin membesar, karena rahim membesar dan

melewati rongga panggul. Pembesaran rahim akan bertumbuh sekitar 1 cm setiap

minggu. Pada kehamilan 20 minggu bagian teratas rahim sejajar dengan pusar

(umbilicus). Setiap ibu akan berbeda-beda tetapi kebanyakan pembesaran perut

Universitas Sumatera Utara

Page 15: FISIOLOGI TIDUR

tampak pada kehamilan 16 minggu. Rasa nyeri di ulu hati (heart burn) terjadi

karena hormon progesteron meningkat menyebabkan relaksasi saluran cerna dan

juga karena rahim yang semakin membesar akan mendorong bagian atas perut

sehingga asam lambung naik ke kerongkongan. Namun, relaksasi otot saluran

cerna dapat mengakibatkan gerakan makanan menjadi lebih lambat sehingga

nutrisi terserap lebih banyak. Perubahan hormonal menyebabkan kuku akan

tumbuh lebih kuat dan rambut lebih banyak, terkadang rambut tumbuh ditempat

yang tidak diinginkan seperti diwajah atau perut, namun rambut yang tak

semestinya ini akan hilang setelah bayi lahir. Selain itu terdapat garis kecoklatan

mulai dari umbilicus ke pubis disebut linea nigra. Kecoklatan pada wajah disebut

chloasma atau topeng kehamilan, yang dapat menjadi petunjuk kurang asam folat.

Hal ini mempengaruhi kondisi psikis ibu hamil karena khawatir akan penampilan

dirinya (Sujiono, 2004; Suririnah, 2007; Simkin, 2007).

Pada kehamilan 18-24 minggu ibu akan merasakan nyeri di perut bagian

bawah yang seperti ditusuk atau seperti tertarik di satu atau dua sisi, karena

perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin

membesar. Pusing menjadi keluhan yang sering selama kehamilan trimester kedua

karena pembesaran rahim menekan pembuluh darah besar sehingga menyebabkan

tekanan darah menurun, menekan diafrgma sehingga ibu hamil susah bernafas

(Eisenberg, 1996) yang dapat mengganggu pola tidur ibu hamil. Disamping itu,

pembengkakan membran mukosa dapat menyebabkan ibu hamil mendengkur saat

tidur (Suririnah, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: FISIOLOGI TIDUR

Menurut Simkin (2007), payudara akan semakin membesar dan

mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut colostrum. Puting dan

sekitarnya akan semakin bewarna gelap dan besar dan bintik-bintik kecil akan

timbul disekitar putting, yaitu kelenjar kulit. Hampir 40 % wanita hamil

mengalami pembengkakan pada kaki. Hal ini karena peningkatan hormon yang

menahan cairan, sering terjadi karena posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.

Pada kehamilan minggu ke 15-22, ibu mulai merasakan gerakan janin yang

awalnya akan terasa seperti kibasan, tetapi di akhir trimester ini, ibu akan benar-

benar merasakan pergerakan janin. Ibu primipara sering tidak dapat mengenali

gerakan janinnya sampai minggu ke 19-22. Pembengkakan pada kaki dan gerakan

janin dapat mengganggu pola tidur ibu pada trimester kedua (Sujiono, 2004;

Suririnah, 2007).

4.3 Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga ( 25 – 36 minggu) penyebab sulit tidur bukan

karena perubahan hormon melainkan perubahan fisik, bobot tubuh ibu bertambah

mengakibatkan punggung terasa pegal, posisi tidur serba salah (Louise, 2006),

namun engagement menyebabkan tekanan pada diafragma berkurang sehingga ibu

lebih mudah bernafas ketika janin sudah masuk ke rongga panggul, menekan

kandung kemih ibu sehingga ibu akan sering berkemih sebagaimana halnya pada

trimester pertama (Simkin, 2007; Eisenberg, 1996).

Menurut Huliana (2008), gangguan psikis seperti kecemasan membuat

ibu semakin susah untuk tidur. Terutama di trimester akhir , ibu semakin sulit

Universitas Sumatera Utara

Page 17: FISIOLOGI TIDUR

bahkan tidak dapat tidur akibat kejang pada tungkai selama tidur (Eisenberg,

1996), cemas menghadapi persalinan nantinya, dan apakah bayinya lahir normal

atau cacat (Sujiono, 2004; Simkin, 2007). Perubahan pola tidur juga disebabkan

oleh karena ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin yang mengganggu istirahat

ibu, dispnea, peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises (Bobak

dkk., 2005).

5. Dampak Kurang Tidur

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan

mengakibatkan perubahan pada siklus tidur biologinya, menurunkan daya tahan

tubuh serta menurukan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang

konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri

sendiri atau orang lain. Menurut beberapa peneliti, gangguan tidur yang

berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih sering mengalami kecelakaan mobil

dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup. Kurang tidur juga mengakibatkan

penurunan kemampun mental. Kemampuan otak untuk menghafal mungkin

masih optimal, tetapi kreativitas untuk menggunakan bahan hapalan tersebut akan

menurun. Selain itu, produktivitas juga ikut menurun dan stabilitas emosional

terganggu (Prasadja, 2006).

Perempuan yang mengalami stress atau depresi di saat hamil akan

menyebabkan terganggunya pola tidur bayi nantinya. Hal ini bisa menimbulkan

depresi dan stres yang berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Stres ringan

menyebabkan janin mengalami peningkatan denyut jantung, tetapi stres yang

Universitas Sumatera Utara

Page 18: FISIOLOGI TIDUR

tergolong berat dan lama akan membuat janin menjadi hiperaktif (Musbikin,

2005).

Tubuh ibu hamil yang mengalami stress atau depresi akan mengeluarkan

hormon stress yang akan mengganggu perkembangan otak janin, dan akan

mengakibatkan bayi mengalami gangguan tidur baik. Bayi baru lahir akan

mengalami gangguan tidur jika bayi tersebut lahir dari ibu hamil yang mengalami

gangguan tidur selama kehamilan, seperti menurunnya waktu kedalaman tidur,

lebih sering menangis dan waktu tidur yang tidak teratur (Tiffany et al., 2006).

Beberapa tindakan yang dapat membantu ibu hamil mengatasi gangguan

tidurya antara lain posisi tidur menyamping untuk memperlancar aliran darah

menuju uterus dan ginjal, tidur di siang hari yang dapat mengganti kekurangan

tidur semasa hamil dan postpartum, nutrisi yang baik, tidur dengan teratur,

olahraga untuk melancarkan peredaran darah dan membantu tidur nyenyak, serta

menghindari zat – zat perangsang seperti kafein, nikotin dan alkohol

(Rafknowledge, 2004).

Universitas Sumatera Utara