Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

download Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

of 20

Transcript of Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    1/20

    Fisiologi Pengunyahan, Penelanan, dan Bicara

    Filed under:Uncategorized2 Comments

    October 30, 2010

    I. Mekanisme Mastikasi

    Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah, dan

    menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot

    rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan

    mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang

    adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area

    perioral, faring, dan laring.

    Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot rahang bukan secara

    resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara bilateral. Jadi, dapat disimpulkanbahwa pembukaan dan penutupan rahang selama penguyahan yang secara relatif merupakan

    pergerakan sederhana dengan pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun,

    pergerakan dalam mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme

    pergerakan menggerinda simple yang mana merupakan pengurangan ukuran makanan.

    Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur dengan saliva sebagai tahap

    awal dari proses digesti.

    I.1 Pergerakan Pengunyahan

    Pemahaman mengenai pola pergerakan rahang telah menjadi topic yang menarik dalam hal

    klinis di kedokteran gigi, terutama dalam bidang orthodonti dan prostodonti. Salah satu

    tujuan memugar bentuk oklusal adalah untuk memastikan kontak gigi terintegrasi dengan

    pola pergerakan rahang. Oleh karena itu, beberapa penelitian dimaksudkan untuk

    menjelaskan bagian mandibula selama pengunyahan dan untuk mengidentifikasikan posisi

    mandibula setelahnya. Dokter gigi mencari posisi stabil mandibula untuk menfasilitasi

    penelitian tentang rahang pada alat yang bernama simulator atau artikulator.

    Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan kekuatan di gigi incidor

    sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200 pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi

    anterior (incisors) berperan untuk memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untukmenggiling makanan.

    Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nerevus cranial ke lima dan proses

    pengunyahan dikontrol saraf di batang otak. Stimulasi dari area spesifik retikular di batang

    otak pusat rasa akan menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area

    di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area dengan area sensori

    untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan pengunyahan.

    Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang dapat dijelaskan

    sebagai berikut :

    http://luv2dentisha.wordpress.com/category/uncategorized/http://luv2dentisha.wordpress.com/category/uncategorized/http://luv2dentisha.wordpress.com/category/uncategorized/http://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologi-pengunyahan-penelanan-dan-bicara/#commentshttp://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologi-pengunyahan-penelanan-dan-bicara/#commentshttp://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologi-pengunyahan-penelanan-dan-bicara/#commentshttp://luv2dentisha.wordpress.com/2010/10/30/fisiologi-pengunyahan-penelanan-dan-bicara/#commentshttp://luv2dentisha.wordpress.com/category/uncategorized/
  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    2/20

    1. kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks penghambatdari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.

    2. penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot rahangmemimpin untuk mengembalikan kontraksi.

    3. secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga menekan boluslagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang sekali lagi, membuatrahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu. Hal ini berulang terus menerus.

    4. pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan,khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka memiliki

    membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi mereka yang harus

    dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.

    Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan sebagai berikut:

    - enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga tingkatpencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang dibongkar oleh sekresi

    pencernaan.

    - Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan dari

    gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk mengosongkan makanan dari

    lambung ke usus kecil, kemudian berturut-turut ke dalam semua segmen usus.

    I.1.1 Pergerakan

    Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan menutup. Tingkat dan

    pola pergerakan rahang dan aktivitas otot rahang telah diteliti pada hewan dan juga manusia.

    Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda tergantung jenisnya. Pengulangan

    pergerakan pengunyahan berisikan jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi

    karakteristik pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran

    makanan. Urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap awal, makanan

    ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan penghancuran dalam periode

    reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama final periode yaitu sebelum penelanan.

    Pergerakan rahang pada ketiga periode ini dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan

    dan spesiesnya. Selama periode reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slow-opening. Pada periode sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan dua

    fase selama rahang menutup.

    Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam mengontrol pergerakan

    makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk makanan yang dihancurkan, diposisikan

    oleh lidah pada konjugasi dengan otot buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi.

    Makanan yang padat dan cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah. Selama

    fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan dan memperluas permukaan

    makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali tertarik selama fasefast-opening danfase-

    closing, membuat gelombang yang dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada

    rongga mulut. Ketika makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akanberpindah ke belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    3/20

    dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara mengembalikan

    lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian oklusal untuk pereduksian lebih

    lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai mekanisme mendasar mengenai pengontrolan

    lidah selama terjadinya aktivitas ini.

    I.1.2 Aktivitas Otot

    Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri dari aktivitas pola

    asynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu permulaan, waktu puncak, tingkat

    dimana mencapai puncak, dan tingkat penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan oleh

    factor-faktor seperti spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor

    individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka, ketika otot pembuka

    rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang dimulai pada awal rahang menutup.

    Aktivitas dari otot penutup rahang meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya

    makanan di antara gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan dihancurkan,lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.

    I.2 Struktur batang otak dalam control mastikasi

    Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan aktivitas

    beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik lain yang

    memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti formasi reticular juga

    terlibat.

    I.2.1 Nukleus Trigeminal Sensorik

    Nukleus trigeminal sensorik merupakan kolom neuron yang berada di sepanjang batas lateral

    batang otak, dari pons sampai spinal cord. Porsi rostral paling banyak dari nucleus ini disebut

    nucleus sensorik principal (kadang lebih sering sering disebut nucleus sensorik utama) dan

    sisanya adalah nucleus spinal trigeminal. Nukleus spinal dibagi lagi dari rostral ke kaudal

    menjadi subnukleus oralis, interpolaris, dan kaudalis.

    Inervasi perifer dari kolom sel ini muncul dari nervus trigeminus. Cabang utama akan

    bercabang menjadi limb ascending dan descending, atau secara sederhana turun memasuki

    batang otak untuk membentuk traktus trigeminal menutupi sekeliling aspek lateral dari

    nucleus sensori utama, sementara secara kaudal limb descending membentuk traktus spinal

    trigeminal di sepanjang aspek lateral nucleus spinal. Cabang akson kolateral meninggalkan

    traktus trigeminal dan memasuki nucleus sensori untuk membentuk sumbu terminal pada

    beberapa nucleus dengan tingkat yang berbeda. Akson yang menginervasi rostral mulut dan

    wajah berakhir di medial dan akson yang menyuplai wajah kaudal berakhir lebih lateral.

    Nukleus terdiri dari kelas-kelas neuron yang berbeda. Sirkuit neuron local mempunyai akson

    yang dibatasi area batang otak; proyeksi neuron akan mengirimkan akson ke rostral nucleibatang otak yang lain; dan interneuron termasuk ke interkoneksi dalam nucleus sensorik.

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    4/20

    Berdasarkan pada perbedaan morfologi neuron dan pola proyeksi, subnukleus oralis terdiri

    dari 3 subdivisi utama: ventrolateral, dorsomedial, dan garis batas. Divisi ventrolateral terdiri

    dari interneuron dan 2 populasi neuron proyeksi (satu yang memproyeksi spinal cord, dan

    satu lagi yang mengirimkan akson ke tanduk dorsal medular). Di dalam subdivisi

    dorsomedial, terdapat seri neuron proyeksi korteks cerebral. Sedangkan grup neuron pada

    garis batas memproyeksi cerebellum dan tanduk dorsal medullar.

    Nukleus sensori utama berada pada tingkat nucleus trigeminal motorik, dan dikelilingi oleh

    akar trigeminal motorik di medial, serta oleh akar trigeminal sensorik di lateral. Nukleus

    sensori utama dapat dibedakan dengan nukleus spinal dari kepadatan neuronnya yang lebih

    rendah, dan rendahnya populasi neuron besar dengan dendrit primer yang tebal, panjang, dan

    lurus. Perbedaan lain antara nucleus spinal dan nucleus utama adalah adanya sejumlah

    gelondong akson bermyelin pada nucleus spinal. Pemeriksaan dengan mikroskop cahaya dan

    electron menunjukkan adanya neuron berbentuk fusiform, triangular, dan multipolar pada

    nucleus sensori utama. Pada cabang dendritnya pun relative sederhana. Dendrit primer

    berasal dari sedikit perpanjangan badan sel atau secara langsung dari badan sel. Dendrit

    sekunder lebih panjang, tapi terlihat tidak melebihi batas nucleus.

    I.2.2 Nukleus Trigeminal Mesencefalic

    Badan sel dari serabut aferen yang menginervasi gelondong otot penutup rahang dan badan

    sel dari ligament periodontal, gingival, dan mekanoreseptor palatal berlokasi di dalam

    nucleus mesencefalic. Penyusunannya unik di dalam sistem saraf pusat. Nukleus neuron

    mesencefalic berupa unipolar; akson tunggal yang bercabang 2 menjadi cabang perifer dan

    sentral. Cabang sentral mengeluarkan sejumlah cabang kolateral yang berakhir di nucleus

    motorik, spinal cord, dan area lain dari batang otak. Badan sel neuron yang menginervasi

    gelondong otot, ditemukan di sepanjang nucleus, dan badan sel yang berasal dari reseptor

    ligament periodontal dibatasi setengah kaudalnya.

    I.2.3 Nukleus Tigeminal Motorik

    Motoneuron yang mengatur otot-otot mastikasi terdapat pada nucleus trigeminal motorik.

    Analisis distribusi ukuran soma motoneuron menandakan bahwa nucleus trigeminal motorik

    terdiri dari motoneuron gamma dan alfa. Sejumlah studi pembuktian neuralmendemostrasikan bahwa motoneuron gamma yang menginervasi otot-otot mastikasi

    dipisahkan secara anatomi di dalam nucleus; Motoneuron penutup rahang berlokasi di

    dorsolateral, sedangkan motoneuron pembuka rahang berlokasi di divisi ventromedial

    nucleus. Pengamatan intraselular dan ekstraselular terhadap motoneuron mastikasi

    menunjukkan bahwa input sinaps untuk motoneuron pembuka dan penutup rahang berbeda.

    Contohnya adalah aktivitas yang memulai gelondong otot untuk menutup rahang tidak

    mempengaruhi motoneuron pembuka rahang, tapi aktivitas neural yang memulai

    mekanoreseptor pada regio oral dan fasial akan menghambat otot penutup rahang dan

    meningkatkan aktivitas otot pembuka rahang.

    Dendrit dari motoneuron trigeminal ekstensif dan kompleks. Dendrit dari semua grupmotoneuron yang berbeda, memperpanjang di luar batas nucleus motorik, tapi di sini terdapat

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    5/20

    sedikit tumpang tindih antara dendrite motoneuron di region dorsolateral dan ventromedial

    nucleus motorik. Teknik ini menghasilkan gambaran yang lebih rinci dari struktur mikro

    nucleus trigeminal motorik, dan penting untuk memahami mekanisme reflek mastikasi.

    I.2.4 Nukleus Hipoglosal Motorik

    Nukleus hipoglosal motorik yang mengatur otot lidah lebih homogen daripada nucleus

    trigeminal motorik. Ia terbentuk dari motoneuron yang besar dan multipolar dan sebuah

    populasi dari interneuron-interneuron kecil. Dendrit-dendrit motoneuron besar melintasi garis

    tengah ke nucleus hipoglosal kontralateral atau berseberangan dalam formasi reticular.

    Interneuron-interneuron kecil memiliki hanya satu atau dua dendrite yang terdiri oleh nucleus

    secara total.

    I.2.5 Nukleus Fasial Motorik

    Nukleus fasial motorik terdiri atas tiga kolom longitudinal motoneuron. Kolom-kolom medial

    dan lateral yang lebih besar terpisah oleh kolom intermediet yang lebih kecil. Studi

    pembuktan neural menunjukkan bahwa otot fasial direpresentasikan secara topografi di dalam

    nucleus. Otot yang mengontrol bibir atas dan nares mempunyai motoneuron sendiri pada

    bagian ventral dan dorsal kolom sel lateral. Otot bibir bawah disuplai oleh motoneuron pada

    kolom sel intermediet. Otot-otot yang berhubungan dengan telinga dikontrol oleh

    motoneuron pada kolom sel medial. Terdapat perbedaan utama pada pola dendrit antara

    motoneuron di 3 kolom sel. Dendrit pada motoneuron fasial secara luas berada di subdivisi

    yang sama yang mengandung soma, tapi terkadang meluas di luar batas nucleus fasial

    motorik.

    I.2.6 Kontrol Mastikasi

    Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki peranan yang yang

    sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola dasar oscillatory pergerakan

    mastikasi berawal dari generator neural yang terdapat di brain stem. Input sensori afferent

    yang terjadi pada nuclei ini juga merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalampembentukan proses mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak

    akan mempengaruhi system koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian banyak

    penelitian dilakukan, tiga hal inilah yang merupakan faktor utama yang berpengaruh besar

    terhadap pengontrolan proses mastikasi.

    I.3 Aktivitas brain stem selama mastikasi

    Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam kavitas oral, fakta

    menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah berasal dari dalam brain stem.Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-faktor pemicu gerakan mastikasi adalah

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    6/20

    adanya hubungan dari sirkuit neural yang membentuk jaringan neural oscillatory yang

    mampu merangsang terjadinya pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai

    generator pola mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung

    jawab dalam proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural generator,

    mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi oleh stimulasi dari

    strukur orofacial.

    Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak lidah,

    facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang-

    kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila

    dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses

    penelanan).

    Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks padajaw-closing dan

    refleksjaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk ujung dagu

    ini, muscle spindle pada otot-ototjaw-closing tertarik dan menhasilkan input sensori yang

    akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik)electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan

    temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan

    menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan

    gerakknee-jerkrefleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input

    refleksjaw-closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll

    dapat menimbulkan refleksjaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan

    percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi

    tidak menghentikan refleks.

    Prosesjaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan

    mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi ototjaw-opening dan

    inhibisi pada ototjaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang-

    kurangnya satu interneuron bekerja.

    Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong ototjaw-closing

    danjaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya ritme

    mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu

    dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi

    yang sesuai dengan input yang terjadi.

    Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan aktivitasitrasel dari motoneuron yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan digastrics (jaw-

    opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi)

    saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi tidak

    hiperpolarisasi saat closing.

    II Penelanan

    Menurut kamus deglutasi atau deglutition diterjemahkan sebagai proses memasukkan

    makanan kedalam tubuh melalui mulut the process of taking food into the body through the

    mouth.

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    7/20

    Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang

    berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini

    diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30

    pasang otot menelan.

    Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalamlambung. Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi

    kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.

    II.1 Neurofisiologi menelan

    Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase

    esophageal.

    II.1.1 Fase oral

    Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan oleh

    gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk

    bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara

    disadari. Proses ini bertahan kira-kira 0.5 detik

    Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

    ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

    Mandibula

    Bibir

    n. V.2 (maksilaris)

    n. V.2 (maksilaris)

    N.V : m. Temporalis, m. maseter, m.

    pterigoid

    n. VII : m.orbikularis oris, m.

    zigomatikum, m.levator labius oris,

    m.depresor labius oris, m. levator angulioris, m. depressor anguli oris

    n.VII: m. mentalis, m. risorius,

    m.businator

    n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    8/20

    Mulut & pipi

    Lidah

    n.V.2 (maksilaris)

    n.V.3 (lingualis)

    Pada fase oral ini perpindahan bolus dari rongga mulut ke faring segera terjadi, setelah otot-

    otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah

    berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian

    anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

    Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring sehingga

    menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato

    faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

    Peranan saraf kranial fase oral

    ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

    Bibir

    Mulut & pipi

    Lidah

    Uvula

    n. V.2 (mandibularis), n.V.3

    (lingualis)

    n. V.2 (mandibularis)

    n.V.3 (lingualis)

    n.V.2 (mandibularis)

    n. VII : m.orbikularis oris, m.levator

    labius oris, m. depressor labius,

    m.mentalis

    n.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris,

    m.depressor anguli oris, m.risorius.

    m.businator

    n.IX,X,XI : m.palatoglosus

    n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    9/20

    Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai serabut

    afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen (motorik).

    II.1.2 Fase Faringeal

    Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus palatoglosus)

    dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

    1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas

    dan ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

    2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

    3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksim.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

    4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faringinermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI)

    menyebabkan faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring

    (n.X)

    5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan doronganotot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk

    ke dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk

    menelan cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

    Peranan saraf kranial pada fase faringeal

    Organ Afferen Efferen

    Lidah

    Palatum

    n.V.3

    n.V.2, n.V.3

    n.Laringeus superior cab

    n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

    n.VII : m.stilohyoid

    n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

    n.XII :m.stiloglosus

    n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

    n.V :m.tensor veli palatini

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    10/20

    Hyoid

    Nasofaring

    Faring

    Laring

    Esofagus

    internus (n.X)

    n.X

    n.X

    n.rekuren (n.X)

    n.X

    n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus

    n.VII : m. Stilohioid

    n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

    n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

    n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor

    faring sup, m.konstriktor ffaring med.

    n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

    n.IX :m.stilofaring

    n.X : m.krikofaring

    Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai serabut

    afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

    Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan waktugelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian atas.

    Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,

    pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian

    atas. Waktu Pharyngeal transitjuga bertambah sesuai dengan umur.

    Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

    penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    11/20

    1. Oropharyngeal propulsion pomp (OOP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah2/3 depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari

    m.konstriktor faring.

    2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibatterangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap

    ke arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk olehm.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus

    bagian superior.

    II.1.3 Fase Esofageal

    Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun lebih

    lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

    Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

    1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer

    terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian proksimal.

    Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik kedua yangmerupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

    2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus

    yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang ini

    bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

    Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik dan

    berlangsung selama 8-20 detik.Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari

    berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

    II.1.4 Peranan sistem saraf dalam proses menelan

    Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

    1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaringlangsung akan berespons dan menyampaikan perintah.

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    12/20

    2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses

    menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke

    motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

    3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

    II.2 Gangguan deglutasi/ menelan

    Secara medis gangguan pada peristiwa deglutasi disebut disfagia atau sulit menelan, yang

    merupakan masalah yang sering dikeluhkan baik oleh pasien dewasa, lansia ataupun anak-

    anak.

    Menurut catatan rata-rata manusia dalam sehari menelan sebanyak kurang lebih 2000 kali,

    sehingga masalah disfagia merupakan masalah yang sangat menggangu kualitas hidup

    seseorang.

    Disfagia merupakan gejala kegagalan memindahkan bolus makanan dari rongga mulut

    sampai ke lambung.

    Kegagalan dapat terjedi pada kelainan neuromuskular, sumbatan mekanik sepanjang saluran

    mulai dari rongga mulut sampai lambung serta gangguan emosi. Disfagia dapat disertai

    dengan rasa nyeri yang disebut odinofagia.

    Berdasarkan difinisi menurut para pakar (Mettew, Scott Brown dan Boeis) disfagia dibagi

    berdasarkan letak kelainannya yaitu di rongga mulut, orofaring, esofagus atau berdasarkan

    mekanismenya yaitu dapat menelan tetapi enggan, memang dapat menelan atau tidak dapat

    menelan sama sekali, atau baru dapat menelan jika minum segelas air, atau kelainannya

    hanya dilihat dari gangguan di esofagusnya.

    III Berbicara

    Percakapan digunakan untuk berkomunikasi antar individu Untuk menyempurnakan proses

    percakapan ini, diperlukan aktivitas otot. Bagian penting dalam percakapan dan bahasa

    adalah cerebral cortex yang berkembang sejak lahir dan memperlihatkan perbedaan padaorang dewasa. Perbedaan ini memperlihatkan bahwa pengalaman phonetic bukan hal yang

    perlu untuk perkembangan area pusat saraf dalam sistem percakapan.

    Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan produksi

    suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.

    Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang

    normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari

    udara dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    13/20

    phonasi. Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan

    struktur oral dan memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara

    III.1 Struktur fungsional organ pengucapan

    III.1.1 Laring

    Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didisain untuk memproduksi suara

    (fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago yang berpasangan dan 3 yang tidak

    berpasangan. Organ ini terletak pada midline didepan cervikal vertebra ke 3 sampai c 6.

    Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:

    * Vestibule

    * Ventricle

    * Infraglotitic

    Vocal fold (true cord) dan vestibular fold (false cord) terletak pada regio ventricle.

    Didalam faring ini terdapat pita suara yang dapat menghasilkan gelombang suara yang

    nantinya akan di modifikasi oleh resonator dan articulator yang kemudian dihasilkan suara

    yang seperti kita ucapkan sehari-hari. Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension)

    dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot-otot tersebutadalah:

    M. Cricothyroideu menegangkan pita suara M. Tyroarytenoideus (vocalis) relaksasi pita suara M. Cricoarytenoideus lateralis adduksi pita suara M. Cricoarytenoideus posterior abduksi pita suara M. Arytenoideus transversus menutup bagian posterior rima glotidis

    III.1.2 Vocal Tract

    Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section dengan panjang sekitar

    17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross section ini bervariasi dari 0-20 cm2

    dengan

    penempatan bibir, rahang, lidah, dan velum(soft palate). Perangkap (trap-door action) yang

    dibuat sepasang velum pada vocal tract membuat secondary cavity yang berpartisipasi dalam

    speech production- nasal tract. Nasal cavity memiliki panjang sekitar 12 cm dan luas 60 cm3.

    Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara yang melewati vocal

    cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai filter dengan frekuensi yang diinginkan,

    berkorespondensi dengan resonansi akustik dari vocal tract

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    14/20

    III.1.3 Voiced Sounds (Suara)

    Suara, contohnya huruf vokal (a,i,u,e,o), diproduksi dengan meningkatkan tekanan udara di

    paru-paru dan menekan udara untuk bergerak ke glottis (lubang antara vocal cords), sehingga

    vocal cords bergetar.

    Getaran tersebut mengganggu aliran udara dan menyebabkan getaran broad spectrum quasi-

    periodic yang berada di vocal tract. Ligament yang bergetar dari vocal cords memiliki

    panjang 18 mm dan glottal yang secara khusus bervariasi dalam area dari 0-20 mm2. Otot

    laryngeal yang mengatur vocal folds dibagi menjadi tensors, abductors, dan adductors. Naik

    dan turunnya pitch dari suara dikontrol oleh aksi dari tensorcrico-thyroid dan otot vocalis.

    Variasi dalam tekanan subglottal juga penting untuk mengatur derajat getaran laryngeal.

    III.1.4 Artikulasi dan Resonansi

    Ketika suara dasar dihasilkan oleh vocal tract, suara tersebut dimodifikasi untuk

    menghasilkan suara yang jelas dengan proses resonansi dan artikulasi

    Dengan kegunaan sifat-sifat resonant dari vocal tract, bunyi suara dasar disaring. Kualitas

    akhir dari suara tergantung dari ukuran dan bentuk berbagai cavitas yang berhubungan

    dengan mulut dan hidung. Bentuk dari beberapa cavitas ini bisa diubah oleh berbagai macam

    aktivitas bagian yang dapat bergerak dari pharynx dan cavitas oral.

    Cavitas yang berhubungan dengan dengan hidung adalah cavitas nasal, sinus, dan

    nasopharynx. Nasopharynx dengan cepat berubah-ubah dan variasi ini dihasilkan oleh

    kontraksi otot-otot pharyngeal dan gerakan dari palatum lunak.

    Cavitas yang berhubungan dengan mulut adalah cavitas oral dan oropharynx. Kedua cavitas

    ini bisa diubah-ubah oleh kontraksi dari otot-otot. Semua cavitas ini mengambil dan

    memperkuat suara fundamental yang dihasilkan oleh getaran dari vocal cords. Fungsi ini

    dikenal dengan sebutan resonansi. Pergerakan dari palatum lunak, laring, dan pharynx

    membuat manusia dapat mencapai keseimbangan yang baik antara resonansi oral dan nasalyang akhirnya menjadi karakteristik dari suara tiap-tiap individu.

    Artikulasi adalah proses penghasilan suara dalam berbicara oleh pergerakan bibir, mandibula,

    lidah, dan mekanisme palatopharyngeal dalam kordinasi dengan respirasi dan phonasi

    Fungsi dari mekanisme pengucapan adalah untuk mengubah bentuk dari tonsil laryngeal dan

    untuk membuat suara dalam rongga mulut. Suara yang penting terbentuk adalah pengucapan

    konsonan, yang ditekankan sebagai iringan suara oleh gesekan bunyi. Konsonan dibentuk

    dari gelombang udara yang berkontak dari arah yang berlawanan. Misalnya pada kontak

    antara dua bibir saat pengucapan huruf p dan b. Contoh lainnya juga pada lidah yang

    menyentuh gigi dan palatum saat pengucapan huruf t dan d.

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    15/20

    Tanpa kemampuan (kapasitas) pengucapan, suara yang dihasilkan hanya berupa faktor

    kekuatan, volume, dan kekuatan, seperti suara yang hanya dihasilkan oleh huruf vocal. Hal

    ini terbukti secara klinis ketika kemampuan berbicara seseorang hilang pada penderita

    paralytic stroke. Kemampuan berbicaranya hanya seperti pengucapan huruf vocal saja dengan

    sedikit konsonan.

    Disamping menyuarakan suara-suara, sistem vokal dapat menghasilkan dua macam suara-

    suara yang tak terdengar: fricative sounds dan plosive sounds.

    Fricative sounds dicontohkan oleh konsonan s,sh, f, dan th, yang dihasilkan ketika traktus

    vokal setengah tertutup pada beberapa titik dan udara tertekan melewati konstriksi pada

    kecepatan yang cukup tinggi untuk menghasilkan turbulensi. Konsonan fricative

    membutuhkan sangat sedikit penyesuaian pada artikulator, dan sering terdengar tidak

    sempurna pada kasus maloklusi atau penggunaan denture.

    Plosive sounds, konsonan p, t, dan k, diproduksi ketika traktus vokal tertutup seluruhnya (

    biasanya dengan bibir atau lidah), membiarkan tekanan udara meningkat saat menutup, dankemudian membuka dengan tiba-tiba. Untuk beberapa suara, seperti fricative consonant v dan

    z yang terdengar, adanya kombinasi dari dua sumber suara.

    Pembentukan pada pergerakan untuk kemampuan bicara berkaitan dengan fungsi kontinyu

    dari sensorik informasi dari reseptor otot dan mechanoreceptor cutaneous yang

    didistribusikan sepanjang respiratosy, laringeal, dan sistem orofacial.

    III.2 Vokalisasi

    Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator). Elemen yang bergetar adalah pita

    suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring ke arah tengah dari glotis. pita suara ini

    diregangkan dan diatur posisinya oleh beberapa otot spesifik pada laring itu sendiri.

    Gambar 37-10B menggambarkan pita suara. Selama pernapasan normal, pita akan terbuka

    lebar agar aliran udara mudah lewat. Selama fonasi, pita menutup bersama-sama sehingga

    aliran udara diantara mereka akan menghasilkan getaran (vibrasi). Kuatnya getaran terutama

    ditentukan oleh derajat peregangan pita, juga oleh bagaimana kerapatan pita satu sama lain

    dan oleh massa pada tepinya.

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    16/20

    Gambar 37-10A memperlihatkan irisan pita suara setelah mengangkat tepi mukosanya. Tepat

    di sebelah dalam setiap pita terdapat ligamen elastik yang kuat dan disebut ligamen vokalis.

    Ligamen ini melekat pada anterior dari kartilago tiroidyang besar, yaitu kartilago yang

    menonjol dari permukaan anterior leher dan (Adams Apple). Di posterior, ligamen vokalis

    terlekat padaprosessus vokalis dari kedua kartilago aritenoid. Kartilago tiroid dan kartilago

    aritenoid ini kemudian berartikulasi pada bagian bawah dengan kartilago lain, yaitu kartilagokrikoid.

    Pita suara dapat diregangkan oleh rotasi kartilago tiroid ke depan atau oleh rotasi posterior

    dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otot-otot dari kartilago tiroid dan kartilago

    aritenoid menuju kartilago krikoid. Otot-otot yang terletak di dalam pita suara di sebelah

    lateral ligamen vokalis, yaitu otot tiroaritenoid, dapat mendorong kartilago aritenoid ke arah

    kartilago tiroid dan, oleh karena itu, melonggarkan pita suara. Pemisahan otot-otot ini juga

    dapat mengubah bentuk dan massa pada tepi pita suara, menajamkannya untuk menghasilkan

    bunyi dengan nada tinggi dan menumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).

    Akhirnya, masih terdapat beberapa rangkaian lain dari otot laringeal kecil yang terletak diantara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid, yang dapat merotasikan kartilago ini ke arah

    dalam atau ke arah luar atau mendorong dasarnya bersama-sama atau memisahkannya, untuk

    menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.

    IV Basis neural bahasa

    Salah satu perbedaan terpenting antara manusia dan binatang rendah adalah adanya fasilitas

    pada manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Selanjutnya, karena tes neurologic

    dapat dengan mudah menaksir seberapa besar kemampuan seseorang untuk berkomunikasi

    satu sama lain, maka kita dapat mengetahui lebih banyak tentang sistem sensorik dan motorik

    yang berkaitan dengan proses komunikasi daripada mengenai fungsi segmen kortikal

    lainnya.

    Terdapat dua aspek untuk dapat berkomunikasi, yaitu: aspek sensorik (input bahasa),

    melibatkan telinga dan mata, dan kedua, aspek motorik (output bahasa) yang melibatkan

    vokalisasi dan pengaturannya.\

    IV.1 Aspek Sensorik pada Komunikasi

    Pada korteks bagian area asosiasi auditorikdan area asosiasi visual, bila mengalami

    kerusakan, maka dapat menimbulkan ketidakmampuan untuk mengerti kata-kata yang

    diucapkan dan kata-kata yang tertulis. Efek ini secara berturut-turut disebut sebagai afasia

    reseptif auditorikdan afasia reseptif visual atau lebih umum, tuli kata-kata dan buta kata-kata

    (disleksia). Studi dari afasia ini mempunyai peran penting pada pemahaman neural basis dari

    bahasa. Penyebab paling sering ialah trauma kepala (head trauma). Penyebab selanjutnya

    ialah stroke: 40% major vascular events pada hemisfer cerebral yang mengakibatkan

    language disorders.

    Afasia anomik (Anomic aphasia)

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    17/20

    Pada afasia ini, satu-satunya gangguan ialah pada kemampuan untuk menemukan kata-kata

    yang benar. Ini merupakan bentuk afasia yang tidak biasa. Akan tetapi, biasanya merupakan

    lesi pada aspek posterior dari lobus temporal inferior kiri, dekat dengan garis temporal-

    occipital.

    Afasia Wernicke dan Afasia Global

    Beberapa orang mampu mengerti kata-kata yang diucapkan ataupun kata-kata yang dituliskan

    namun tak mampu menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan walaupun saat mendengar

    music atau suara nonverbal akan normal. Biasanya pasien berbicara sangat cepat baik ritme,

    grammar, dan artikulasi. Apabila tidak benar-benar didengarkan, akan terdengar hampir

    normal. Keadaan ini sering terjadi bila area Wernicke yang terdapat di bagian posterior

    hemisfer dominan girus temporalis superior mengalami kerusakan. Oleh karena itu, tipe

    afasia ini disebut afasia Wernicke.

    Bila lesi pada are Wernicke ini meluas dan menyebar (1) ke belakang ke region girus angular,

    (2) ke inferior ke area bawah lobus temporalis, (3) ke superior ke tepi superior fisura sylviandari hemisfer kiri, maka penderita tampak seperti benar-benar terbelakang secara total (totally

    demented) untuk mengerti bahasa atau berkomunikasi, dan karena itu dikatakan menderita

    afasia global.

    Transcortical sensory aphasia

    Merupakan pemutusan area Wernicke dari posterior parietal temporal association area. Hal

    ini menyebabkanfluent aphasia dengan kurangnya pemahaman dan juga kecacatan saat

    berpikir ataupun mengingat arti dari suatu tanda atau kata-kata. Pasien tidak dapat membaca,

    menulis dan juga ditandai dengan kesusahannya mendapat kata-kata, tetapi dapat mengulang

    apa yang telah dibicarakan dengan mudah dan fasih.

    IV.2 Aspek Motorik Komunikasi

    Proses bicara melibatkan dua stadium utama aktivitas mental:

    1. Membentuk buah pikiran untuk diekspresikan dan memilih kata-kata yang akandigunakan, kemudian

    2. mengatur motorik vokalisasi dan kerja yang nyata dari vokalisasi itu sendiri.Pembentukan buah pikiran dan bahkan pemilihan kata-kata merupakan fungsi area asosiasi

    sensorik otak. Sekali lagi, area Wernicke pada bagian posterior girus temporalis superior

    merupakan hal yang penting untuk kemampuan ini. Oleh karena itu, penderita yang

    mengalami afasia Wernicke atau afasia global tak mampu memformulasikan pikirannya

    untuk dikomunikasikan. Atau bila lesinya tak begitu parah, maka penderita masih mampu

    memformulasikan pikirannya namun tak mampu menyusun kata-kata yang sesuai secara

    berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya. Seringkali, penderita fasih

    berkata-kata namun kata-kata yang dikeluarkannya tidak berurutan.

    Afasia Motorik akibat Hilangnya Area Broca.

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    18/20

    Kadang-kadang, penderita mampu menentukan apa yang ingin dikatakannya, dan mampu

    bervokalisasi, namun tak dapat mengatur sistem vokalnya untuk menghasilkan kata-kata

    selain suara ribut. Efek ini, disebut afasia motorik, disebabkan oleh kerusakan pada area

    bicara Broca, terletak di regio prefrontal dan fasial premotorik korteks (kira-kira 95%

    kelainannya di hemisfer kiri). Oleh karena itu, pola keterampilan motorik yang dipakai untuk

    mengatur laring, bibir, mulut, sistem respirasi, dan otot-otot lainnya yang dipakai untukbicara dimulai dari daerah ini.

    Artikulasi

    Berarti gerakan otot-otot mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggung

    jawab untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara. Regio

    fasial dan laryngeal korteks motorik mengaktifkan otot-otot ini, dan serebelum, gangliabasalis, dan korteks sensorik semuanya membantu mengatur urutan dan intensitas kontraksi

    otot, dengan mekanisme umpan balik serebelar dan fungsi ganglia basalis. Kerusakan setiap

    regio ini dapat menyebabkan ketidakmampuan parsial atatu total untuk berbicara dengan

    jelas.

    Lesi yang tidak mempengaruhi cerebral cortex, khususnya lesi vascular pada basal ganglia

    dan thalamus, dapat juga menyebabkan afasia yang disebut afasia subcortical.

    Lesi kecil pada otak dapat merusak kemampuan untuk membaca dan/atau menulis, tanpa

    menganggu bicara ataupun fungsi kognitif lainnya. Alexia (ketidakmampuan untuk

    membaca) dengan agraphia (ketidakmampuan menulis) berhubungan dengan lesi kortex pada

    lobus parietal kiri, dibelakang cortex area auditorik. Alexia tanpa agraphia berhubungan

    dengan lobus occipital kiri.

    IV.3 Lokalisasi pusat kontrol bahasa

    Vokalisasi mamalia membutuhkan koordinasi pergerakan pernapasan, laryngeal artikulatori

    (supralaryngeal). Moto neuron bertanggung jawab untuk pergerakan respiratori yang berada

    dalam corda spinalis lumbar atas, toraxic dan servikal. Kontrolkontrol ditemukan dalam

    nucleus ambiguus. Neuron yang bertanggung jawab untuk kontrol pergerakan artikulator

    terlokalisasi dalam nukleus motorik trigeminal, nukleus facial, rostal nucleus ambiguus,nucleus hipoglosal, dan corda spinalis servical atas. Demikian, bahkan pada tingkat kontrol

    efferen kontrksi otot (jalur final) yang umum, vokalisasi melibatkan suatu satuan ekstensive

    pada motoneuron yang bersambung dari pons ke corda spinalis.

    Transeksi pusat otak diatas nucleus motorik trigeminal pada hewan mengakibatkan hewan

    ini bisu. Karena itu, pertukaran informasi sraf antara nuclei motor cranial, motoneuron

    respiratorius spinalis, dan informasi somato sensorik yang memasuki batang otak bawah dan

    corda spinalis tidak cukup u8ntuk menginisiai vokalisasi. Input koordinasi dari pusat cerebral

    yang lebih tinggi diperlukan. Dengan beberapa penelitian behavioral yang hati pada

    produksi bahasa, para neurologis telah mendeskripsikan beberapa aphasia yang biasanya

    terlibat dalam area berbeda di hemisver otak. Salah satu aphasia yang paling awal, wernickesaphasia, yang mana pasien dapat berbicara sangat cepat, tanpa peduli irama, pola kalimat,

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    19/20

    dan artikulasi. Kata, jika tidak didengarkan secara baik, dapat terdenga hampir normal.

    Pasien gagal menggunakan kata yang benar dan justur menggunakan frase circumlacutory.

    Karakteristik lain parafrasia, yang mana satu kata atau frase disubsitusi untuk yang lain,

    terkadang pada makasud yang terkait, ataupun tidak terkait. Pasien ini dapat memiliki

    kehilangan percakapan yang parah walaupun pendengaran suara non verbal dan musik bisa

    jadi sepenuhnya normal. Lesi saraf ini berhubungan dengan gangguan linguistik asosiasiseperti ketidak mampuan membaca (aleksia) dan ketidak mampuan menulis (agrafia).

    Pada Brocas apasia , kata-kata terjadi secara perlahan, artikulasi tidak rapi, dan kata

    gramatikal kecil dan akhiran huruf mati dan kata kerja bersambung jadi kata-kata diucapkan

    memiliki gaya telegrafik. Lesi ini terlokalisasi dalam zona bahasa anterior, dan bukan lesi

    kombinasi.

    Conduction aphasia, menyerupai Wernickes aphasia pada keberadaan kata yang

    kebanyakan normal dan lancar tapi repetisi yang buruk, juga kompensasi auditori yang baik.

    Lesi ini mengkompromisasi struktur yang cecara normal mentransfer informasi auditori ke

    sistem motor, langkah fisiologis diperlukan untuk tindakan mengulangi kalimat.

    Pasien dengan global aphasia tidak dapat berbicara atau memahami bahasa. Mereka tidak

    dapat membaca, menulis, mengulangi, atau menyebutkan nama barang-barang. Lesi ini

    ektensive dan yang secara esensial di suplai oleh cabang cortical pada arteri tengah otak

    mengarahnkan semua perisylvian territory pada hemisver kiri.

    Pada anomic aphasia, satu-satunya gangguan adalah dalam menemukan kata yang tepat. Ini

    adalah bentuk aphasia yang tidak biasa yang secara khas mengikuti lesi di aspek posterior

    lobus temporalis inferior kiri, dekat border temporal-occipital.

    Transcortical motor aphasia dihasilkan dari lesi yang memutuskan hubungan area brocas

    dari cortex motori suplementer. Pasien akan melakukan percakapan tapi hanya dapat

    mengucapkan sedikit syllables.

    Transcortical sensory mengikuti diskoneksi dari Wernickes area pada area asosiasi temporal

    parietal posterior. Ini menyebabkan aphasia lancar dengan pemahaman yang defektif, dan

    defek dalam berfikir atau mengingat maksud sinyal dan tanda-tanda.

    Pasien tidak bisa membaca dan menulis dan juga memiliki kesulitan dalam menemukan kata-

    kata tapi dapat mengulangi kata-kata verbal secara mudah dan lancar.

    Lesi yang tidak mempengaruhi cortex cerebral, biasanya lesi vaskuler dalam ganglia basalis

    dan talamus, dapat juga dihasilkan dalam aphasia yang biasanya disebut subcortical aphasia.

    IV.4 Dominasi Cerebral

    Kerusakan di area korespondensi di sisi lain otak meninggalkan kemampuan berbahasa yang

    utuh. Hanya sedikit keruskan di hemisfer kanan otak menyebabkan kerusakan bahasa. 97%

  • 8/2/2019 Fisiologi Pengunyahan Buat Laporan

    20/20

    dari mereka memiliki kerusakan di hemisver kiri otaknya. Kontrol unilateral pada fungsi

    tertentu disebut dominasi cerebral.

    Tanda bahasa juga menyediakan pengertian untuk produksi bahasa. Tidak seperti kata-kata,

    penandaan terdiri atas serangkaian bahasa tubuh yang di interpretasikan oleh sistem visual

    daripada sistem auditorial. Pengertian tanda juga dilokalisasi dihemisver kiri. Lesi pada otakkiri menyebabkan individu tuli menjadi aphasic pada bahasa tanda.

    IV.5 Teori pemrosesan bahasa

    Berdasarkan pembelajaran ekstensive pada kelainan berbahasa dan lesi anatomis terasosiasi,

    dibuatlah model aktivitas otak selama produksi bahasa. Teori para connectionist menjelaskan

    bahwa ketika sebuah kata terdengar, output dari area auditorial primer pada cortex diterima

    oleh Wernickes area. Jika kata-kata tersebut adalah untuk diucapkan, polanya ditranmisikan

    dari Wernickes area ke Brocas area dimana bentuk artikulatori dibangun dan dikirim kearea motorik yang mengontrol pergerakan otot-otot berbicara. Jika kata-kata yang digunakan

    dieja, pola auditorial dikirim ke cortex agranular, dimana ia mendapatkan pola visualnya.

    Saat sebuah kata dieja, output dari area visual primer melewati gyrus anguler, yang pada

    gilirannya membangkitkan bentuk auditori korespondensi pada kata dalam Wernicks area.

    Bahasa mengandung banyak tipe informasi linguistik termasuk informasi yang mengenali

    struktur suara dari ungkapan (fonologi), informasi tentang bentuk tata kalimat (sintaksis), dan

    informasi yang mengenali maksud ungkapan (semantik). Bukti-bukti tekah menujukkan

    bahwa area cortical yang terlibat dengan bahasa tidaklah bekerja sendiri, tapi kemungkinan

    dibagi-bagi menjadi area terpisah untuk menangani bahasa yang berbeda, karena ada lesi-lesi

    pada orang-orang multilingual yang meninggalkan hanya satu keutuhan. Area-area terpisah

    ini juga dijelaskan sebagai yang memegang taspek-aspek tata bahasa berbeda. Berdasarkan

    penelitian ini yang lainnya, teori para connectionist telah digantikan oleh teori moduler

    dimana bahasa diproses secara paralel dengan banyak area berbeda yang bertanggung jawab

    untuk tugas-tugas kognitif yang berbeda.