Fisiologi Gangguan Gatrointestinal
-
Upload
dwi-noviyani -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
description
Transcript of Fisiologi Gangguan Gatrointestinal
Fisiologi Gangguan Gatrointestinal
Gangguan Menelan dan Gangguan esofagus.
Jika mekanisme menelan mengalami paralisis total atau sebagian, gangguan yang terjadi
dapat mencakup:
1. Hilangnya semua tindakan menelan sehingga menelan tidak terjadi sama sekali,
2. Kegagalan glotis untuk menutup, sehingga makanan tidak masuk ke esofagus,
melainkan masuk ke paru,
3. Kegagalan platum mole dan uvula untuk menutup nares posterior sehingga makanan
masuk kehidung saat menelan.
Akalasia dan Megaesofagus.
Akalasia adalah keadaan sfingter esofagus inferior yang gagal berelaksasi selama
menelan. Akibatnya, makanan yang di telan ke dalam esofagus gagal utk melewati esofagus
masuk ke dalam lambung.
Gangguan-gangguan lambung.
1. Gastritis (peradangan mukosa lambung)
gastritis disebabkan oleh infeksi bakterial mukosa lambung yang kronis. Gangguan dapat
di obati sempurna dengan suatu rangkaian pengobatan antibiotika yang intensif.
2. Sawar Lambung dan Penetrasinya pada Gastritis
Derajat absorpsi yang rendah ini terutama disebabkan oleh dua gambaran spesifik dari
mukosa lambung: (1) lambung dilapisi oleh sel-sel mukosa yang sangat resisten yang
menyekresi mukus yang kental dan lengket,(2) mukosa lambung mempunyai taut yang sangat
rapat (tight junction) antara sel-sel epitel yang berdekatan. Dua hal ini bersama-sama dengan
hambatan-hambatan absorpsi lambung yang lain disebut “sawar lambung”.
3. Atrofi lambung
Hilangnya sekret lambung pada atrofi lambung menimbulkan aklorhidria dan kadang-
kadang menimbulkan anemia pernisiosa.
4. Aklorhidria (dan hipoklorhidria)
Aklohidria secara sederhana berarti lambung gagal menyekresi asam hidroklorida.
Hipoklorhidria berarti sekresi asam berkurang.
5. Anemia pernisiosa pada atrofi lambung.
Anemia pernisiosa sering menyertai atrofi lambung dan aklorhidria. Sekresi lambung
yang normal mengandung glikoprotein yang disebut faktor intrinsik di sekresi oleh sel
pariental yang sama dengan yang menyekresi asam hidroklorida.
6. Ulkus peptikum
Ulkus peptikuna adalah suatu daerah ekskoriasi mukosa lambung atau usus yang terutama
disebabkan oleh kerja pencernaan getah lambung atau sekresi usus halus bagin atas.
Penyebab dasar ulserasi peptikum
Penyebab umum dari ulserasi petikum adalah ketidakseimbangan antara kecepatan
sekresi getah lambung dan derajat perlindungan yang diberikan oleh sawar mukosa
gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh getah duodenum. Ion-ion bikarbonat
dalam jumlah besar disediakan oleh:
1. Sekresi kelenjar- kelenjar brunner besar yang terletak beberapa sentimeter pertama
dinding duodenum
2. Dalam empedu
Untuk memastikan netralisasi getah labung ini sudah sempurna sebagai berikut :
1. Jika asam yang berlebihan memasuki duodenum, secra refleks mekanisme ini
menghambat sekresi dan peristaltik lambung.
2. Adanya asam pada usus halus melepaskan sekretin dari mukosa usus yang nenuju
pankreas untuk menimbulkan sekresi getah pankreas yang cepat.
Oleh karena itu ulkus peptikus disebabkan oleh salah satu dari dua jalur :
a. Sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung
b. Berkurangnya kemampuan sawar mukosa gastroduodenalis untuk melindungi dari
sifat pencernaan dari sekresi asam-pepsin lambung
Beberapa penyebab khusus ulkus peptikus pada manusia
Infeksi bakteri helicobacter pylori menghancurkan sawar mukosa gastro duodenum.
Bakteri ini mampu melkukan penetrasi ke sawar mukosa baik dengan kemampuan fisikny
untuk menembus sawar maupun dengn melepaskan enzim-enzim pencernaan bakterial yang
mencairkan sawar. Akibatnya, getah asam kuat pencernaan yang diseekrasi oleh lambung
dapat berpenetrasi ke dalam jaringan epitelium dan mencernakan dinding gastrointestinal
sehingga menimbulkan ulkus peptikum.
Penyebab lain ulserasi
Pada penderita ulkus peptikum di bagian awal duodenum, jumlah sekresi asam lambung lebih
besar dari normal. Faktor lain yang merupakan predesposisi ulkus yaitu Merokok, Alcohol,
aspirin.
Fisiologi pengobatan
Hampir semua pasien dengan ulserasi peptikum dapat diobati secara efektif dengan dua
cara:
a. Penggunan antibiotika bersama dengan zat-zat lain untuk membunuh bakteri infeksius
b. Pemakaian obat penekan asam, terutama ranitidin
Gangguan pada usus halus
Pencernaan makanan yang abnormal dalam usus halus – kegagalan pancreas
Penyebab gangguan pencernaan yang paling berat adalah kegagalan pancreas untuk
menyekresi getah pankreas ke dalam usus halus. Tidak adanya sekresi pancreas sering kali
terjadi pada pancreatitis, jika duktus pankreatikus tersumbat oleh batu empedu pada papilla
vateri, atau setelah pengangkatan kaput pancreas akibat keganasan. Penyebab yang paling
umum dari pankreatitis adalah minum alkohol berlebihan dan penyebab kedua yang paling
umum adalah sumbatan papilla vateri oleh batu empedu.
Malabsorpsi oleh mukosa usus halus – sprue
Beberapa penyakit dapat menyebabkan penurunan absorpsi oleh mukosa; penyakit-
penyakit tersebut sering diklasifikasikan bersama-sama dalam istilah umum “sprue”.
Sprue nontropis. Satu jenis sprue, disebut secara bervariasi dengan nama sprue
idiopatik, penyakit seliak (pada anak-anak), atau enteropati gluten, terjadi akibat efek toksik
dari gluten, terjadi akibat efek toksik dari gluten yang terdapat pada beberapatipe padi-padian
tertentu, terutama gandum dan gandum hitam.
Sprue tropis. Tipe yang berbeda dari sprue, terjadi pada daerah tropis dan sering
dapat di terapi dengan agen-agen antibakteri.
Malabsorpsi pada sprue. Pada tahap awal sprue, absorpsi usus terhadap lemak lebih
terganggu dari pada absorpsi produk pencernaan lainnya. Pada kasus sprue yang sangat
berat, selain malabsorpsi lemak terdapat pula gangguan absorbsiprotein, karbohidrat,
kalsium, vitamin K, asam folat dan vitamin B12. Sebagai akibatnya, orang tersebut menderita
(1) difisiensi nutrisi berat, sehingga menimbulkan pengurusan tubuh yang parah, (2)
osteomalasia (3) koagulasi darah yang tidak adekuat akibat kekurangan vitaminK, dan (4)
anemia makrositik dari tipe anemia pernisiosa, akibat kekurangan absorbsi asam folat dan
vitamin B12.
Gangguan pada usus besar
Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja yang kering dank eras melalui usus
besar, dan sering disebabkan oleh sejumlah besar tinja yang yang kering dan keras pada
kolon desenden yang menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan. Penyebab
fungsional konstipasi yang sering adalah kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, yang
berkembang selama masa kehidupan akibat penghambatan refleks defekasi normal.
Konstipasi juga dapat terjadi akibat spasme segmen kecil dari kolon sigmoid.
Megakolon/ penyakit hirschprung , konstipasi yang begitu parah sehingga
pergerakan usus hanya terjadi beberapa hari sekali atau kadang hanya sekali dalam seminggu,
ini menyebabkan feses menumpuk di kolon.
Diare , terjadi akibat pergerakan yang cepat dari materi tinja sepanjang usus besar.
Penyebabnya :
1. Enteritis , yaitu peradangan yang disebabkan oleh virus maupun bakteri pada traktus
intestinalis.
2. Diare psikogenik, disebabkan oleh stimulasi berlebihan dari sistem saraf
parasimpatis, yang secara kuat mencetuskan baik motilitas maupun sekresi mukus
berlebihan pada kolon distal.
3. Kolitis ulserativa, penyakit peradangan dan ulserasi daerah yang luas dari usus besar.
Penyebab dari kolitis ulserativa tidak diketahui.
Paralisis defekasi pada cedera medula spinalis
Defekasi normal dimulai oleh akumulasi feses didalam rektum, yang menyebabkan
refleks defekasi yang diperantarai medulla spinalis berjalan dari rektum ke konus medularis
dari medula spinalis dan kemudian kembali ke kolon desenden, sigmoid, rektum dan anus.
Gangguan umum dari traktus gastrointestinal
Muntah
Muntah merupakan suatu cara traktus gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri
dari isinya ketika hampir semua bagian atas traktus gastrointestinal terisi secara luas, sangat
mengembang, atau bahkan terlalu terangsang . distensi atau iritasi yang berlebihan dari
duodenum menyebabkan suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah. Sinyal sensoris
yang mencetuskan muntah berasal dari faring, esofagus, lambung dan bagian atas usus halus.
Antiperistaltik
Antiperistaltik berarti gerakan peristaltik kearah atas traktus pencernaan bukannya
kearah bawah. Proses ini dapat mendorong sebagian besar isi usus halus bagian bawah
kembali ke duodenum dan lambung dalam waktu 3 sampai 5 menit. Saat bagian atas traktus
gastrointestinal , terutama duodenum meregang , peregangan inilah yang menjadi faktor
pencetus muntah.
Aksi muntah
Aksi muntah berasal dari suatu kerja memeras dari otot-otot abdomen bersama
dengan kontraksi bersama-sama dinding lambung dan pembukaan sfingter esofagus sehingga
isi lambung dapat dikeluarkan.
“Zona pencetus kemoreseptor “ didalam medula otak untuk memulai muntah oleh obat-
obatan atau oleh motion sickness.
Muntah juga dapat disebabkan oleh impuls saraf yang timbul pada daerah otak.
Mekanismenya adalah : gerakan merangsang reseptor di dalam labirin vestibular
pada telinga dalam, lalu impuls ditranmisikan lewat jalur nuclei vestibular batang otak ke
dalam serebelum, kemudian ke zona pencetus kemoreseptor dan akhir nya ke pusat muntah
untuk menyebabkan muntah.
1. Mual
Mual merupakan gejala awal dari muntah. Mual adalah pengenalan secara sadar terhadap
eksitasi bawah sadar pada medula yang secara erat berhubungan dengan atau merupakan dari
pusat muntah. Mual dapat disebabkan oleh:
a. impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal
b. impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness
c. impuls dari korteks serebri untuk mencetus muntah
2. Obstruksi gastrointestinal
Beberapa penyebab umum adalah:
a. kanker
b. konstriksi fibrotic yang merupakan akibat dari ulserasi atau pelekatan peritoneum
c. spasme dari suatu segmen usus
d. paralisis suatu sekmen usus
GAS DALAM TRAKTUS GASTROINTESTINAL: “FLATUS”
Flatus dapat memasuki traktus gastrointestinal melalui tiga sumber:
a. udara yang ditelan
b. gas yang terbentuk dalam perut sebagai hasil kerja bakteri
c. gas yang brdifusi dari darah ke traktus gastrointestinal
Dalam usus besar, gas berasal dari kerja bakteri khususnya karbon dioksida, metana
dan hidrogen. Beberapa makanan dapat bertindak sebagai medium bagi bakteri pembentuk
gas, terutama tipe karbohidrat tak terabsorbsi yang dapat mengalami fermentasi. Jumlah gas
yang masuk atau terbentuk pada usus besar setiap hari rata-rata 7 sampai 10 liter, sedangkan
jumlah rata-rata yang dikeluarkan biasanya sektar 0,6 liter. Sisanya diabsorbsi ke dalam darah
melalui mukosa usus dan dikeluarkan melalui paru.