Fisafat Hukum Part 4

2
Ada orang yang berpendapat bahwa hukum mewajibkan oleh karena menemukan dasarnya dalam ajaran agama. Norma-norma yang pertama-tama diakui sebagai pedoman bagi hidup adalah perintah-perintah agama. Perintah-perintah agama adalah perintah Allah sendiri. Perintah Allah harus ditaati manusia. Inilah pandangan para sarjana yang bersikap fundamentalis dalam hal-hal keagamaan, entah mereka bersandar pada ajaran Kristiani entah pada ajarang Islam. Inilah pandangan filsuf-filsufneokantianisme diantara HANS KELSEN. Diakui bahwa memang peraturan-peraturan hukum mewajibkan. Tetapi kewajiban itu tidak pernah berasal dari peraturan-peraturan sebagai kenyatan. Suatu kenyataan tidak pernha dapat melahirkan suatu kewajiban. Kelsen menegaskan hal ini oleh karena ia tetap berpengang pada perbedaan yang tajam antara ada dan harus (Sein dan Sollen) yang berasal dariKant. Apa yang tidak ada hubungan dengan apa yang harus, yakni kewajiban. Berdasarkan pertimbangan ini Kelsen menarik kesimpula bahwa norma hukum yang menjadi dasar kewajiban bukanlah suatu norma eksistensial yang ada hubungan dengan isi hukum. Norma dasar hukum bersifat formal, yankni hanya ada hubungan dengan bentuk hukum. Norma logis ini ditanggapi sebagai syarat untuk dapat berpikir tentang hukum. Untuk menerangkan apa yang dimaksud dengan etika, kiranya kami dapat bertolak ari suatu definisi yang umumnya diterima: etika adalah ajaran mengenai tingkah laku manusia menurut norma baik dan jahat. Pertanyaan utama disini ialah: dari mana

description

Fisafat Hukum Part 4

Transcript of Fisafat Hukum Part 4

Page 1: Fisafat Hukum Part 4

Ada orang yang berpendapat bahwa hukum mewajibkan oleh karena menemukan dasarnya

dalam ajaran agama. Norma-norma yang pertama-tama diakui sebagai pedoman bagi hidup

adalah perintah-perintah agama. Perintah-perintah agama adalah perintah Allah sendiri.

Perintah Allah harus ditaati manusia. Inilah pandangan para sarjana yang bersikap

fundamentalis dalam hal-hal keagamaan, entah mereka bersandar pada ajaran Kristiani entah

pada ajarang Islam.

Inilah pandangan filsuf-filsufneokantianisme diantara HANS KELSEN. Diakui bahwa

memang peraturan-peraturan hukum mewajibkan. Tetapi kewajiban itu tidak pernah berasal

dari peraturan-peraturan sebagai kenyatan. Suatu kenyataan tidak pernha dapat melahirkan

suatu kewajiban. Kelsen menegaskan hal ini oleh karena ia tetap berpengang pada perbedaan

yang tajam antara ada dan harus (Sein dan Sollen) yang berasal dariKant. Apa yang tidak ada

hubungan dengan apa yang harus, yakni kewajiban.

Berdasarkan pertimbangan ini Kelsen menarik kesimpula bahwa norma hukum yang

menjadi dasar kewajiban bukanlah suatu norma eksistensial yang ada hubungan dengan isi

hukum. Norma dasar hukum bersifat formal, yankni hanya ada hubungan dengan bentuk

hukum. Norma logis ini ditanggapi sebagai syarat untuk dapat berpikir tentang hukum.

Untuk menerangkan apa yang dimaksud dengan etika, kiranya kami dapat bertolak ari

suatu definisi yang umumnya diterima: etika adalah ajaran mengenai tingkah laku manusia

menurut norma baik dan jahat. Pertanyaan utama disini ialah: dari mana datangnya bahwa

gagasan-gagasan tertentu diakui sebagai norma bagi tingkah laku tiap-tipa manusia. Gagasan-

gagasan lain tidak? Pendek kata: dicari dasar etika.

Evidensi ini dapat diringkas dalam rumusan umum: lakukanlah yang baik, hindarkan

lah yang jahat. Evidensi etis ini dapat ditemukan dalam prinsip-prinsip abstrak lain, seperti:

hormati orang lain. Tetapi bagaimana orang lain harus dihormati tidak selalu kentara.

Sebaliknya tentang penerapan prinsip-prinsip mum kepada situasi tertentu perbedaan

pendapat sulit dihindarkan. Namun adanya pelbagai pandangan dapat penilaian etis bukan

berarti bahwa kesadarn atis hilang. Kesadaran etis berarti bahwa diakui adanya perbedaan

baik dan jahat, yang tidak berdasarkan kepentingan individual.