Finlandia
-
Upload
koko-master -
Category
Documents
-
view
54 -
download
3
Transcript of Finlandia
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Saat ini perkembangan teknologi Internet sudah mencapai perkembangan
yang sangat pesat. Aplikasi Internet sudah digunakan untuk e-commerce dan
berkembang kepada pemakaian aplikasi Internet pada lingkungan pemerintahan
yang dikenal dengan e-government. E-government adalah penggunaan teknologi
informasi dan telekomunikasi untuk administrasi pemerintahan yang efisien dan
efektif, serta memberikan pelayanan yang transparan dan memuaskan kepada
masyarakat.1 Keberhasilan perkembangan e-government tidak luput dari adanya
penerapan good governanace dalam pengaplikasian e-government. Prinsip-prinsip
yang diterapkan dalam e-government yaitu partisipasi, penegakan
hukum ,transparasi, kesetaraan , daya tanggap, wawasan kedepan, akuntabilitas,
pengawasan, efesiensi & efektifitas, dan profesionalisme.2
Kondisi perkembangan teknologi ini, ternyata dimanfaatkan oleh negara
Finlandia dimana pengaplikasian e-government telah dilakukan sejak 1994
dengan dilakukannya srategi yang mengharuskan pengembangan sistem transaksi
elektronik diantara instansi-instansi pemerintah maupun dengan para masyarakat
atau pihak swasta. Perkembangan ini berlanjut pada tahun 1999 ketika
diluncurkannya kartu tanda penduduk elektronik. Hingga sampai saat ini,
Perkembangan E-government di Finlandia memperoleh respon yang positif di
masyarakat maupun pihak swasta Finlandia. Berbagai kemudahan bisa didapatkan
dari E-government seperti kemudahan dalam perizinan, pembayaran pajak, proses
tender yang praktis, hingga regitrasi kendaraan bermotor yang lebih cepat.
Dengan adanya respon yang positif dari masyarakat maupun pihak swasta, maka
menurut Waseda University pada tahun 2009, Finlandia menempati peringkat
kesembilan terbaik dunia dalam best practices pelaksanaan E-government di
dunia.3
1 Bastian, harian umum sore Sinar Harapan, ‘Perkembangan ‘e-government’ di Indonesia’, 8 maret 2003, diunduh pada 28 november 20102 Tjokroamidjojo, Bintoro, “Good Governance, (Paradigma Baru Manajemen Pembangunan)”, Jurnal Manajemen Pembangunan No. 30 Tahun IX, Mei 20003 http://www.epractice.eu/en/document/288222 diunduh tanggal 27 November 2010
1
Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui pelaksanaan e-government
khususnya dalam pelaksanaan aplikasi kalkulator pajak kendaraan bermotor
online dan pelaksanaan sistem tagihan dan pembayaran online (Electronic
Invoice) di Finlandia yang dikaitkan dengan prinsip-prinsip good governance.
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
- Bagaimana gambaran umum e-government di Finlandia ?
- Bagaimana pelaksanaan kalkulator pajak kendaraan bermotor online di
Finlandia ?
- Bagaimana pelaksanaan sistem tagihan dan pembayaran online
(Electronic Invoice) di Finlandia ?
I.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu :
- Untuk mengetahui gambaran umum e-government di Finlandia.
- Untuk mengetahui pelaksanaan kalkulator pajak kendaraan bermotor
online di Findlandia.
- Untuk mengetahui pelaksanaan sistem tagihan dan pembayaran online
(Electronic Invoice) di Finlandia.
I.4. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi
pustaka.
I.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan adalah:
Bab I Pendahuluan
2
I.1. Latar Belakang Masalah
I.2. Rumusan Masalah
I.3. Tujuan Penulisan
I.4. Metode Penulisan
I.5. Sistematika Penulisan
Bab II Landasan Teori
II.1. Konsep e-government
II.2. Konsep good governance
II.3. Konsep transparansi
II.4. Konsep efisiensi dan efektifitas
Bab III Pembahasan
III.1. E-government di Finlandia
III.2. Kalkulator Pajak Kendaraan Bermotor Online
III.3. Sistem Tagihan dan Pembayaran Online (Electronic Invoice)
Bab IV Penutup
IV.1 Kesimpulan
IV.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Konsep E-government
3
E-government muncul mengikuti perkembangan teknologi informasi,
khusunya internet, yang dapat dimanfaatkan pada berbagai aspek kehidupan. Pada
awalnya hanya pemerintah negara maju saja yang dapat memanfaatkan teknologi
informasi untuk mendukung aktivitas pemerintahan dalam bentuk e-government.
Perlahan tapi pasti, kisah keberhasilan negara maju dalam meningkatkan good
governance menggunakan serba “e” ini diikuti negara-negara berkembang sejalan
dengan penyebaraluasan penggunaan internet. Salah satu “obat” yang menjanjikan
untuk menciptakan transparansi adalah sistem pengelolaan pemerintahan secara
elektronik atau electronic government (e-government). Banyak yang percaya,
pengelolaan lembaga atau perusahaan secara elektronik - baik untuk swasta
maupun pemerintah-selain meningkatkan transparansi, juga bisa meningkatkan
efisiensi (menurunkan biaya dan meningkatkan efektivitas/meningkatkan daya
hasil).
E-government adalah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet
dan perangkat digital lainnya yang dikelola pemerintah untuk keperluan
penyampaian informasi dari pemerintah ke masyarakat, mitra bisnis, pegawai,
badan usaha, dan lembaga-lembaga lainnya secara online.
Saat ini cukup banyak negara yang sudah menerapkan e-government.
Diantaranya adalah Singapura, Australia, AS, Jerman, Inggris, Malaysia, Taiwan,
dan Selandia Baru. Di Indonesia, dalam satu tahun belakangan ini terlihat
kecenderungan lembaga pemerintah untuk membangun situs pemerintah yang
mengambarkan profil lembaga tersebut dalam dunia maya. Situs-situs pemerintah
ini sering disebut dengan istilah e-government.
Masalah definisi ini merupakan hal yang penting, karena akan menjadi
bahasa seragam bagi para konseptor maupun praktisi yang berkepentingan dalam
menyusun dan mengimplementasikan e-Government di suatu negara. Terkadang
definisi yang terlampau sempit akan mengurangi atau bahkan meniadakan
berbagai peluang yang ditawarkan oleh e-Government, sementara definisi yang
terlampau luas dan mengambang akan menghilangkan nilai (value) manfaat yang
ditawarkan oleh e-Government. Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan e-
Government sebagai berikut:
4
E-Government mengarahkan untuk penggunakan TI
oleh semua agen pemerintahaan (seperti WAN,
internet, mobile computing) yang mempunyai
kemampuan untuk mengubah hubungan dengan
masyarakat, bisnis, dan pihak yang terkait dengan
pemerintahan
Di sisi lain, UNDP (United Nation Development Programme) dalam suatu
kesempatan mendefinisikannya secara lebih sederhana, yaitu:
E-Government adalah penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi (ICT- Information and
Communicat-ion Technology) oleh pihak
pemerintahan.
II.2. Konsep Good Governance
Terselenggaranya kepemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa
(clean and good governance) menjadi cita-cita dan harapan setiap bangsa. Konsep
“governance” dalam “clean and good governance” banyak masyarakat
merancukan dengan konsep “government”. Konsep “governance” lebih inklusif
daripada “government”. Konsep “government” menunjuk pada suatu organisasi
pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi (negara dan pemerintah). Konsep
“governance” melibatkan tidak sekedar pemerintah dan negara, tetapi juga peran
berbagai aktor di luar pemerintah dan negara sehingga pihak-pihak yang terlibat
juga sangat luas (Ganie-Rochman, 2000:141).
Asian Development Bank (ADB) melalui policy paper-nya yang pertama
kali memberikan arti atas konsep governance yaitu manajemen pembangunan
yang sehat, efektif. Menurut Bintoro (2001 : 34), UNDP dalam mendefinisikan
governance lebih baik karena memakai kata authority (kewenangan) bukan
power. Adapun pengertian governance (tata pemerintahan) dalam UNDP website,
adalah:
5
Governance can be seen as the exercise of economic, politic and
administrative authority to manage a country’s affairs at all levels.
It comprises the mechanisms, processesa and institutions trough
wich citizens and group articulate their interest, exercise their
legal rights, meet their obligations and mediate differences.
Berdasar atas hubungan yang sinergis dan konstruktif di antara negara,
sektor swasta, dan masyarakat (society), UNDP dalam dokumen kebijakannya
mengajukan karakteristik atau prinsip-prinsip utama good governance (Bintoro,
2003), yaitu sebagai berikut:
1. Paticipation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas
dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara
konstruktif.
2. Rule of Law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang
bulu, terutama hukum untuk hak asasi manusia.
3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima
oleh mereka yang membutuhkan informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor.
4. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk
melayani setiap stakeholders.
5. Consensus Orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan
yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih
luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga
menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.
6
8. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta,
dan masyarakat (civil society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-
lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat
keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal
atau eksternal organisasi.
9. Stategic Vision. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan
dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
II.3. Konsep Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
hasil-hasil yang dicapai.4 Transparansi yaitu adanya kebijakan terbuka bagi
pengawasan. Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi
mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik.
Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang
sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik.5
Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh pemerintah,
dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi.6 Keduanya akan sangat sulit
dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya. Manajemen
kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi. Komunikasi publik menuntut
usaha afirmatif dari pemerintah untuk membuka dan mendiseminasi informasi
maupun aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang dengan
kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang
mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan menghasilkan data
dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi professional, bukan
untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan
4
? Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002, hal. 18.5 Meutiah, hal 1516 op.cit, hal 60
7
keputusan-keputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan
dari setiap kebijakan tersebut.
Definisi lain transparansi menurut Mardiasmo (2002 : 6) yaitu keterbukaan
pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat
diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Krina (2003: 19) juga
menyebutkan bahwa menurut Transparancy International, undang-undang
Fredom of Information (FOI) bukan hanya mengatur tentang hak publik untuk
mengakses informasi tetapi juga menekankan pada obligasi pemerintah untuk
memfasilitasi akses tersebut.
Dari beberapa definisi transparansi yang telah diuraikan sebelumnya maka
dapat disimpulkan bahwa transparansi memiliki artian sebagai penjamin
kebebasan dan hak masyarakat untuk mengakses informasi yang bebas didapat,
siap tersedia dan akurat yang berhubungan dengan pengelolaan rumah tangga di
pemerintah daerah mereka sehingga akan menyebabkan terciptanya pemerintahan
daerah yang baik dan memikirkan kepentingan masyarakat.
Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat dan
kejelasan tentang peraturan, undang-undang dan keputusan pemerintah. Yang
indikatornya menurut Asian Development Bank adalah7 :
1. Akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate & timely) tentang
kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat penting bagi pengambilan
keputusan ekonomi oleh para pelaku swasta. Data tersebut harus bebas didapat
dan siap tersedia (freely & readily available),
2. Aturan dan prosedur yang ”simple, straight forward and easy to apply “ untuk
mengurangi perbedaan dalam interprestasi.
Krina(2003: 16-17) menyebutkan beberapa alat-alat ukur transparansi,yaitu8 :
7
? Asian Development Bank, “Governance : Sound Development Management”, 1999. hlm 7 -138
? www.sobatbaru.blogspot.com “Transparansi”. Senin, 22 Maret 2010 diunduh pada pukul 23.00 WIB.
8
1. Publikasi kebijakan publik melalui alat-alat komunikasi : annual reports,
brosur, leaflet, pusat informasi, telepon bebas pulsa, liputan media, iklan
layanan masyarakat, website, papan pengumuman, koran lokal.
2. Informasi yang disajikan : acuan pelayanan, perawatan data, laporan kegiatan
publik, prosedur keluhan.
3. Penanganan keluhan : berita-berita kota di media massa dan lokal, notice of
respon, limit waktu respon, opinion pools & survey tentang isu-isu kebijakan
publik, komentar & catatan untuk draft kebijakan & peraturan, service users
surveys.
II.4. Konsep Efektivitas dan Efesiensi (Effectiveness and Efficiency)
Efektivitas merupakan pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-
tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan
pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai
pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang
sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna
pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang
benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan
penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang
diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A
membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara
A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai
menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah
melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien
begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang
sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama.
9
Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum
untuk kedua-duanya.
BAB III
10
PEMBAHASAN
III.1. E-Government di Finlandia
Usaha pengembangan dan penerapan e-government di Finlandia telah
dimulai dari sejak tahun 1994, dimana pada waktu itu pemerintah Finlandia
mengadopsi strategi baru dalam manajemen informasi. Strategi ini mengharuskan
pengembangan sistem transaksi elektronik diantara instansi-instansi pemerintah
maupun dengan para pelanggannya. Perkembangan ini berlanjut pada tahun 1999
ketika diluncurkannya kartu tanda penduduk elektronik. Kartu ini bisa juga
digunakan sebagai dokumen perjalanan yang berlaku di 19 negara Eropa.
Perkembangan lainnya yang dianggap signifikan dalam penerapan e-
government di Finlandia adalah pada Oktober 2001 dimana pemerintah Finlandia
meluncurkan database tender publik yang berfungsi sebagai informasi pengadaan
barang atau jasa dan tender ditingkat kotamadya (Municipal). Pada tahun 2008
juga diadakan pilot project pelaksanaan pemilu elektronik (E-voting) di tiga
kotamadya yaitu di kota Karkkila, Kauniainen, dan Vihti. Pemilu elektronik di
tiga kotamadya ini dianggap gagal karena marjin kesalahan yang dianggap terlalu
tinggi yaitu 232 suara hilang (sekitar 2% dari total suara).9 Biarpun begitu,
pelaksanaan pemilu secara elektronik tersebut merupakan salah satu tolok ukur
keseriusan pemerintah Finlandia dalam penerapan E-government.
Selain mengembangkan E-government dalam pemerintahan dan pelayanan
publik, pemerintah Finlandia juga mengembangkan hubungan E-government
dengan negara tetangga. Pada bulan Juni 2005 pemerintah Finlandian
mengesahkan kesepakatan dengan pemerintah Estonia mengenai harmonisasi
konsep dan praktek E-government dalam hal tanda tangan digital (digital
signature) dan format dokumen diantara kedua negara tersebut. Kerjasama ini
dikarenakan hubungan kedua negara yang memang dekat. Banyak sekali warga
negara Estonia yang bekerja di Finlandia namun tetap berdomisili di Estonia.
9 http://www.effi.org/blog/2008-10-28-finnish-evoting-votes-lost.html diunduh tanggal 27 November 2010
11
Pengembangan E-government di Finlandia memperoleh respon yang
positif di masyarakat maupun pihak swasta Finlandia. Berbagai kemudahan bisa
didapatkan dari E-government seperti kemudahan dalam perizinan, pembayaran
pajak, proses tender yang praktis, hingga regitrasi kendaraan bermotor yang lebih
cepat. Sebagai contoh, pada bulan Januari 2006 Kementerian Dalam Negeri
melaporkan peningkatan yang stabil dalam pelaporan kejahatan kecil (petty
crimes). Hal ini dikarenakan adanya layanan pelaporan online yang dikelola oleh
Divisi Polisi pada Kementerian Dalam Negeri Finlandia. Dengan adalanya
layanan ini, masyarakat semakin mudah dalam melapor ke Polisi.
Selain pengembangan E-government yang dilakukan oleh pemerintah
Finlandia, keberhasilan penerapan E-government di Finlandia juga didukung oleh
kesiapan jaringan dan juga penggunaan sambungan internet yang menjangkau
hingga 78% pada kategori keluarga dan 100% pada kategori perusahaan.10
Berdasarkan daftar yang dikeluarkan oleh Waseda University pada tahun 2009,
Finlandia menempati peringkat kesembilan terbaik dunia dalam best practices
pelaksanaan E-government di dunia. Jika dilihat dari sektor penilaian mengenai
kesiapan jaringan (network preparedness), Finlandia menempati peringkat
kedelapan terbaik di dunia.
III.2. Kalkulator Pajak Kendaraan Bermotor Online
Pada makalah ini penulis akan mengkhususkan pengamatan pada penerapan E-
government dalam pelayanan publik di Finlandia. Pelayanan publik yang akan
dibahas pada bagian ini adalah kalkulator pajak online untuk kendaraan bermotor
pada situs milik Instansi Keselamatan Transportasi Finlandia (TraFi). Badan ini
bertanggung-jawab sebagai regulator, melakukan pengawasan, serta
meningkatkan keamanan sistem transportasi di Finlandia.11
Pada situsnya, ada bagian layanan elektronik dimana terdapat banyak
layanan yang bisa dipilih, salah satunya adalah kalkulator elektronik untuk
menghitung pajak kendaraan bermotor.
10 http://www.epractice.eu/en/document/288222 diunduh tanggal 27 November 201011 http://www.trafi.fi/ diunduh tanggal 27 November 2010
12
13
Kalkulator pajak ini digunakan dengan memasukkan data kendaraan yang
dimiliki seperti tipe kendaraan, tahun pembelian, berat kendaraan, jenis bahan
bakar, hingga periode pajak kendaraan. Jika semua data telah dimasukkan,
pengguna bisa mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar. Penulis mencoba
untuk menggunakan kalkulator pajak ini dengan mengisi data fiktif, hasilnya
dapat dilihat dibawah ini:
Dari data yang penulis masukkan diatas, jumlah pajak yang harus
dibayarkan adalah sebagai berikut:
14
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa untuk kendaraan penumpang
berbahan bakar bensin dengan berat 2000 Kg yang dibeli pada tahun 2007, jumlah
pajak yang harus dibayar pertahunnya adalah sebesar €128,10. Kemudian setelah
melewati tanggal 3 Januari 2011 jumlah pajaknya naik menjadi €183,96.
III.3. Sistem Tagihan dan Pembayaran Online (Electronic Invoice)
Sistem tagihan dan pembayaran secara online (E-invoice atau dalam bahasa
Finlandia E-lasku) ini adalah komplemen dari layanan-layanan elektronik yang
ada pada situs milik TraFi. Layanan ini memungkinkan pembayaran secara online
melalui bank atau instansi yang ditunjuk oleh pemerintah Finlandia.
Dalam kaitannya dengan pajak kendaraan bermotor di Finlandia, sistem
pembayaran online ini digunakan untuk membayar tagihan pajak kendaraan
bermotor melalui internet. Pertama surat tagihan elektronik akan dikirimkan ke
akun di bank ataupun ke email si pemilik kendaraan. Kemudian si pemilik bisa
langsung membayarnya melalui internet banking atau bisa juga melalui telepon
seluler (mobile banking). Si pemiliki juga bisa mengatur pembayaran secara
otomatis jika menginginkan pembayaran dilakukan secara otomatis jika tagihan
15
masuk ke email atau akun miliknya. Pembayaran menjadi lebih praktis karena
bisa dilakukan dimana saja selama ada akses internet.
Berikut ini adalah bank-bank yang ditunjuk oleh pemerintah Finlandia
untuk menyediakan layanan tagihan dan pembayaran pajak kendaraan bermotor
online:
1. Aktia
2. Handelsbanken
3. Nordea
4. OP-Pohjola-ryhmä
5. Paikallisosuuspankit (Local Cooperative Bank)
6. Sampo Pankki
7. Säästöpankit
8. Tapiola
9. Ålandsbanke
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Finlandia dalam hal pelayanan
kalkulator pajak dan tagihan dan pembayaran online sudah mengikuti prinsip-
prinsip dari good governance, yaitu efektifitas dan efisiensi serta tranparansi.
Dalam hal transparansi, pemerintah Finlandia telah memberikan informasi yang
jelas mengenai kalkulator pajak dan cara penagihan dan pembayarannya. Bukan
hanya memberikan penjelasan mengenai informasi saja tetapi juga memberikan
penjelasan mengenai prosedur yang harus dijalani sehingga masyarakat yang
menggunakan pelayanan ini dapat memahaminya dengan jelas.
16
Dengan adanya pelayanan kalkulator pajak dan tagihan dan pembayaran
online ini, masyarakat dapat menggunakannya dengan lebih efektif dan efisien,
begitu pula bagi pemerintah. Dari sisi masyarakat, masyarakat tidak perlu
membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan transaksi selama masyarakat
memiliki internet banking atau mobile banking. Selain itu, masyarakat juga dapat
mengatur pembayaran secara otomatis jika menginginkan pembayaran dilakukan
secara otomatis jika tagihan masuk ke email atau akun miliknya. Pembayaran
menjadi lebih praktis karena bisa dilakukan dimana saja selama ada akses internet.
Kalkulator pajak dan tagihan dan pembayaran online akan lebih mempermudah
pemerintah ketika masyarakat melakukan transaksi secara online, maka
pemerintah akan lebih mudah melakukan dalam hal pengelolaannya. Pelayanan e-
government yang dilakukan oleh pemerintah Finlandia menurut Djunaedi (2002)
sudah dalam tahap transaktif, dimana penggunaan teknologi internet yang
memungkinkan transaksi pelayanan publik melalui situs web, melakukan
pengunduhan formulir, membayar pajak, asuransi publik, dan sebagainya.
IV.2. Saran
Pelayanan kalkulator pajak dan pembayaran dan tagihan secara online
yang diterapkan oleh pemerintah Finlandia bisa dijadikan contoh oleh pemerintah
Indonesia. Untuk implementasi aplikasi kalkulator pajak online mungkin
membutuhkan waktu yang lama, tetapi untuk tagihan dan pembayaran secara
online seharusnya bisa diterapkan dalam waktu dekat. Hal ini bisa diterapkan
dengan bekerjasama dengan bank lokal, misalnya untuk pembayaran pajak
kendaraan bermotor di provinsi Jawa Barat bisa dilakukan secara online di Bank
Jabar. Ini juga bisa digunakan untuk mengembangkan bank lokal itu sendiri yang
secara tidak langsung juga bisa mengembangkan perekonomian lokal. Agar hal
tersebut dapat diimplementasikan di Indonesia, perlu didukung oleh sumberdaya
manusia yang berkompeten, kesiapan jaringan, penggunaan sambungan internet
17
yang menjangkau dan sistem keamanan yang dapat menjaga kerahasiaan data-data
pribadi dari setiap masyarakat.
Daftar Pustaka
Tjokroamidjojo, Bintoro, “Good Governance, (Paradigma Baru Manajemen
Pembangunan)”, Jurnal Manajemen Pembangunan No. 30 Tahun IX, Mei 2000
Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri, 2002
Bastian, harian umum sore Sinar Harapan, ‘Perkembangan ‘e-government’ di
Indonesia’, 8 maret 2003
http://www.effi.org/blog/2008-10-28-finnish-evoting-votes-lost.html diunduh
tanggal 27 November 2010
http://www.e-lasku.info/ diunduh tanggal 27 November 2010
18
http://www.epractice.eu/en/document/288222 diunduh tanggal 27 November 2010
http://www.trafi.fi/ diunduh tanggal 27 November 2010
19