Final Penelitian IKM-REVISI E

122
Hubungan Pemberian Ekstrak Katuk dengan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Propinsi Jakarta. Periode 9 Desember 2013 – 1 Februari 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah pada akhirnya Penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan tepat waktu. Laporan penelitian ini Penulis buat, untuk memenuhi kewajiban di kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, pada periode 9 Desember 2013-31 Januari 2014. Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam penyusunan laporan ini, akan tetapi, dengan berbekal pengetahuan, pengarahan, dan bimbingan yang diperoleh sebelum dan selama menjalani kepaniteraan ini, Penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Hubungan Pemberian Ekstrak Katuk dengan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Propinsi Jakarta, Periode 9 Desember 2013- 1 Februari 2014”. Pada kesempatan ini, tak lupa juga Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak, yang dengan segala bantuan, kerjasama, dan upaya yang mereka berikan kepada Penulis selama pembuatan laporan kunjungan kasus ini: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 2013 i

Transcript of Final Penelitian IKM-REVISI E

Hubungan Pemberian Ekstrak Katuk dengan Rerata Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, Propinsi Jakarta. Periode Periode 9 Desember 2013 1 Februari 2014

Hubungan Pemberian Ekstrak Katuk dengan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Propinsi Jakarta. Periode 9 Desember 2013 1 Februari 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya lah pada akhirnya Penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan tepat waktu. Laporan penelitian ini Penulis buat, untuk memenuhi kewajiban di kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, pada periode 9 Desember 2013-31 Januari 2014. Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam penyusunan laporan ini, akan tetapi, dengan berbekal pengetahuan, pengarahan, dan bimbingan yang diperoleh sebelum dan selama menjalani kepaniteraan ini, Penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan judul Hubungan Pemberian Ekstrak Katuk dengan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Propinsi Jakarta, Periode 9 Desember 2013- 1 Februari 2014.

Pada kesempatan ini, tak lupa juga Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak, yang dengan segala bantuan, kerjasama, dan upaya yang mereka berikan kepada Penulis selama pembuatan laporan kunjungan kasus ini:1. Pimpinan beserta staf Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Barat.

2. Pimpinan beserta staf Puskesmas Kecamatan Kembangan.Pimpinan beserta staf Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan.

3. Pimpinan beserta staf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara.

4. Pimpinan beserta staf Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Tarumanagara.

5. Semua pihak yang telah membantu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, baik secara langsung maupun tidak langsung selama proses penyusunan laporan ini.

Penulis juga menyadari, bahwa laporan kunjungan kasus ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, Penulis memohon masukan, kritik, dan saran yang sekiranya dapat membangun untuk menyempurnakan laporan ini.

Jakarta, Januari 2014

PenulisDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......i

DAFTAR ISI...iiiDAFTAR TABEL...viABSTRAK.............................................................................................................viiBAB I: PENDAHULUAN...1

I.1. LATAR BELAKANG1

I.2. PERUMUSAN MASALAH...2

I.2.1. Pernyataan.2

I.2.2. Pertanyaan.....2

I.3. TUJUAN.....3

I.3.1. Tujuan Umum......3

I.3.2. Tujuan Khusus.....3

I.4. MANFAAT.3

I.4.1 Manfaat Penelitian Bagi Responden...3I.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Puskesmas...3I.4.3 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti3

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA.4

II.1. AIR SUSU IBU (ASI)...4II.1.1 Definisi ASI..4II.1.2. Komposisi ASI....4II.1.3. Fisiologi Laktasi..6II.1.4. Hormon dan refleks menyusui..8II.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI..10

II.2. TANAMAN KATUK..14II.2.1. Karakteristik..14II.2.2. Manfaat..15

II.2.3. Kandungan Nutrisi Daun Katuk..16

II.3. MEKANISME DAUN KATUK DALAM MENINGKATKAN AIR SUSU...18BAB III: KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS22III.1. KERANGKA KONSEP...22III.2. HIPOTESIS..23III.3. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL...23III.3.1. Pemberian Ekstrak Daun Katuk (Variabel Bebas)23III.3.2. Produksi ASI (Variabel Tergantung).23BAB IV: METODOLOGI PENELITIAN.25IV.1. DESAIN PENELITIAN DAN VARIABEL25IV.2.POPULASI...25IV.2.1. Populasi..25IV.2.2. Kriteria inklusi25IV.2.3. Kriteria Eksklusi....26IV.3. SAMPEL..26IV.3.1. Sampel....26IV.3.2. Rumus Besar Sampel.26IV.3.3. Teknik Pengambilan Sampel.28IV.4. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA...28IV.4.1. Pengumpulan Data.28IV.4.2. Alur Pengumpulan Data.30IV.5. LOKASI DAN WAKTU.31IV.6. ALAT UKUR..31IV.7. PENGOLAHAN DATA..31IV.8 TEKNIK DAN ANALISIS DATA..32IV.8.1 Analisis Asosiasi Statistik..32IV.8.2 Analisis Asosiasi Epidemiologi.32BAB V: HASIL PENELITIAN.34

V.1. PRODUKSI ASI TIDAK LANCAR34

V.2. PRODUKSI ASI LANCAR..38

BAB VI: PEMBAHASAN.42

VI.1. TEMUAN PENELITIAN...42

VI.2. KETERBATASAN PENELITIAN.....42

VI.2.1. Bias Seleksi42

VI.2.2. Bias Informasi...43VI.2.3. Chance43BAB VII: KESIMPULAN DAN SARAN.45

VII.1. KESIMPULAN..45

VII.2. SARAN..46DAFTAR PUSTAKA47LAMPIRAN I: LEMBAR WAWANCARA.48LAMPIRAN II...53II.1. Produksi ASI tidak lancar.......................53II.2. Produksi ASI lancar.....63DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 TABEL BIVARIAT PRODUKSI ASI TIDAK LANCAR36

TABEL 3.2 TABEL BIVARIAT PRODUKSI ASI LANCAR.39

ABSTRAK

Penelitan ini meneliti tentang hubungan pemberian ekstrak daun katuk dengan produksi ASI di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan, Jakarta. Hasil mini survei yang dilakukan didapatkan dari 30 orang ibu menyusui, 18 orang (60%) mengeluhkan penurunan Produksi ASI. Dalam penelitian ini, membagi ibu menyusui menjadi 2 kelompok yaitu kelompok ibu dengan produksi ASI lancar dan kelompok ibu dengan produksi ASI tidak lancar kemudian masing-masing kelompok ibu-ibu tersebut dikelompokan lagi menjadi dua yaitu kelompok yang diberikan ekstrak daun katuk dan kelompok yang tidak diberikan ekstrak daun katuk. Alasan pemilihan variabel bebas ini adalah untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan antara pemberian ekstrak daun katuk dengan produksi ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah dengan pemberian ekstrak daun katuk ini dapat meningkatkan produksi ASI.

Desain penelitian yang dilakukan adalah experimental, single blind parallel randomized clinical trial yang dilakukan tanggal 3, 6, 7 Januari 2014. Sampel penelitian adalah 62 orang ibu menyusui dengan usia anak 0-24 bulan. Pengambilan sampel dengan metode consecutive non - random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner. Jumlah sampel yang didapatkan 62 responden.(harus diganti jadi analisa data????logreg?atau?)Hasil penelitian secara Bivariat didapatkan hubungan bermakna antara pemberian ekstrak daun katuk kepada ibu dengan produksi ASI lancar (uji epidemiologi 0,278) dan tidak lancar (uji epidemiologi 0,278) . Uji statistik menunjukan pemberian ekstrak daun katuk pada ibu dengan produksi ASI lancar dan tidak lancar p-value 0,0001 .

Penulis menyarankan Puskesmas Kembangan Selatan memberikan informasi kepada ibu-ibu menyusui mengenai khasiat ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI. Kata kunci : ASI dan Ekstrak Daun KatukBAB I

PENDAHULUAN

I . 1. LATAR BELAKANG

Menurut data dari UNICEF tahun 2011, pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai dengan umur 6 bulan pada tahun 2006-2010, Asia sebanyak 38%. Persentase untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik 29%. 1Berdasarkan data Departemen Kesehatan tahun 2010 didapatkan data jumlah cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebanyak 61,5%. Data ini belum menunjukkan tercapainya target yang diinginkan. Target yang ingin dicapai untuk Indonesia adalah sebanyak 80%. Sedangkan pada DKI Jakarta praktik pemberian ASI eksklusif hingga usia bayi 6 bulan adalah 34.3 % 2 .Berdasarkan data dari Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan pada desember 2013 didapatkan jumlah cakupan pemberian ASI ekslusif sebanyak 42% dari target yang diinginkan yaitu sebesar 80%. Menurut survei Puslitbang Gizi, Badan Litbangkes Bogor melaporkan bahwa 38% ibu menghentikan pemberian ASI bagi bayi dengan alasan produksi ASI tidak mencukupi. Peneliti melakukan mini survei pada 30 orang ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan dan didapatkan 60% ibu menyusui yang mengeluhkan penurunan produksi ASI. Banyak sekali obat-obatan yang ditawarkan untuk mengatasi keluhan tersebut. Salah satu tumbuh-tumbuhan yang secara tradisional dipakai untuk memperbanyak dan melancarkan ASI adalah daun katuk (Sauropus androgynus). Dari hasil mini survey tersebut ibu-ibu tidak perah menggunakan daun katuk sebagai pelancar ASI. Menurut penelitian efek farmakologi pada manusia, diterapkan berdasarkan luas permukaan tubuh sekitar 900mg/hari akan menunjukan efek laktogogum. I.2 PERUMUSAN MASALAH

I.2.1. Pernyataan

Banyaknya ibu menyusui yang mengalami penurunan produksi ASI (60 %) di wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan.II.2.2. Pertanyaan

a. Berapa banyak responden yang diberikan ekstrak katuk?

b. Berapa res?

c. Adakah hubungan antara pemberian ekstrak daun katuk dengan rerata produksi ASI?

I.1.3 TUJUAN

I.3.2. Umum

Diturunkannya jumlah ibu menyusui yang mengalami penurunan produksi ASI di wilayah kerja Puskesmas Kembangan SelatanI.3.3. Khusus

a. Diketahuinya banyak responden yang diberikan ekstrak katuk.b. Diketahuinya selisih skor produksi ASI ibu yang diberikan ekstrak daun katuk selama 7 hari dan selisih skor ibu yang tidak diberikan ekstrak daun katuk.c. Diketahuinya hubungan antara pemberian ekstrak daun katuk dengan rerata produksi ASI.I.1.4 MANFAAT

I.4.1 Manfaat Penelitian Bagi RespondenSetelah dilakukan wawancara, responden dianjurkan memakai ekstrak daun katuk untuk peningkatan produksi ASI.

I.4.2 Manfaat Penelitian Bagi Puskesmas

Mendapatkan informasi bahwa pemberian ekstrak daun katuk dapat menambah produksi ASI sehingga menunjang keberhasilan program ASI eksklusif.I.4.3 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti

Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian, serta memperluas wawasan ilmiah mengenai hubungan antara pemberian ekstrak katuk dengan produksi ASI. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Air Susu Ibu (ASI)

Jika setiap orang tua mampu menyadari akan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi yang dilahirkan, maka masa depan generasi mendatang akan lebih baik dan berguna bagi orang tua, bangsa dan negera. Salah satunya untuk mewujudkan hal itu adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak dini. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, dan tanpa tambahan makanan lain yang diberikan pada bayi sampai umur 6 bulan3.II.1.1 Definisi ASI Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih4.ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan5.II.1.2. Komposisi ASI ASI yang pertama keluar disebut dengan fore milk dan selanjutnya disebut dengan hind milk. Fore milk merupakan ASI awal yang banyak mengandung air, sedangkan hind milk lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak 6.Kandungan yang terdapat di dalam ASI diantaranya7:

1) Kolostrum

Adalah ASI yang keluar pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental, lebih banyak mengandung protein dan vitamin berfungsi untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi.

2) Karbohidrat

Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Jumlahnya meningkat terutama pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan) (Badriul, 2008).

3) Protein

Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi yang baru lahir. Kandungan protein ASIcukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan susu formula.

4) Taurin

Adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.

5) Lemak

Lemak berfungsi untuk pertumbuhan otak bayi. Kandungan lemak dalam ASI sekitar 70-78%.

6) Mineral

Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral dan jumlahnya tidak terlalu banyak dalam ASI. Mineral ini berfungsi sebagai pembentukan atau pembuatan darah dan pembentukan tulang.

7) Vitamin

a. Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan .b. Vitamin D berfungsi untuk pembentukan tulang bayi baru lahir, vitamin D juga berasal dari sinar matahari.

c. Vitamin E berfungsi penting untuk ketahanan dinding sel darah merah.d. Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan.

e. Vitamin B, asam folat, vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan terdapat dalam ASI.

8) Zat Kekebalan

Zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme yang membantu melindungi bayi dari serangan penyakit.

II.1.3. Fisiologi Laktasi Laktasi atau menyusui merupakan proses yang cukup kompleks. Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian yaitu produksi (pembuatan) dan pengeluaran ASI8.

1. Produksi (pembuatan) ASI

Keadaan saat hamil membuat hormon prolaktin meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang begitu tinggi. Hari kedua atau ketiga setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesteron turun drastis sehingga pengaruh prolaktin lebih besar.

Alveoli mulai menghasilkan ASI saat kadar estrogen dan progesteron turun. Mekanisme ini yang membuat produksi ASI seorang ibu akan optimal dalam waktu sekitar 72 jam setelah melahirkan. Menyusui bayi setelah melahirkan sangatlah penting karena dengan menyusui lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin sehingga pembuatan ASI semakin lancar.

2. Pengeluaran ASI

Pengeluaran air susu dari payudara adalah faktor penting dalam kelanjutan produksinya, terdapat bahan kimia dalam ASI yang dirancang untuk menghentikan produksi ASI jika tidak digunakan, jika ASI yang sudah diproduksi tidak diisap atau dikeluarkan dari payudara dalam waktu yang lama, bahan kimia (penghambat) atau inhibitor autokrin ini akan menghentikan sel-sel pembuat ASI memproduksi ASI. Bayi yang sudah berusia lebih dari 6 bulan dan akan diberikan makanan tambahan reflek prolaktin akan terhenti, sekresi ASI pun akan terhenti. Alveoli akan meluruh, kemudian seiring siklus menstruasi alveoli akan terbentuk kembali. Mekanisme ini mencegah penuhnya payudara yang diperlukan ketika bayi berhenti menyusu atau tidak menyusu sama sekali.

Proses menyusui untuk mengeluarkan ASI inhibitor autokrin tetap dikeluarkan sehingga produksi ASI terus berlanjut. Intensitas yang tinggi pada bayi untuk menyusu maka semakin banyak ASI diproduksi, sebaliknya jika semakin jarang bayi untuk menyusu makin sedikit payudara menghasilkan ASI.

3. Penilaian Produksi ASI

Produksi ASI merujuk pada volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI yang telah diproduksi disimpan di dalam gudang ASI. Selanjutnya ASI dikeluarkan dari payudara kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya ASI yang dikeluarkan oleh payudara dan diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan produksi ASI9.

Penilaian terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2- 3 hari pertama kelahiran, diantaranya adalah sebelum disusui payudara ibu terasa tegang, ASI yang banyak dapat keluar dari putting dengan sendirinya, ASI yang kurang dapat dilihat saat stimulasi pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang keluar, bayi baru lahir yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya selama 24 jam minimal 6-8 kali, warna urin kuning jernih, jika ASI cukup setelah menyusu maka bayi tertidur atau tenang selama 2- 3 jam 10.

Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI mencukupi bagi bayi adalah karakteristik dari BAB bayi. Pada 24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB yang berwarna hijau pekat, kental dan lengket, yang dinamakan dengan mekonium, BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi, serta cairan amnion11.

Pola eliminasi bayi tergantung dari intake yang bayi dapatkan, bayi yang meminum ASI, umumnya pola BABnya 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat, sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula, umumnya pola BABnya hanya 1 kali sehari, BAB berwarna putih pucat 12II.1.4. Hormon dan refleks menyusui ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks. Selama kehamilan, perubahan pada hormon berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan mulai pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula 10Dua refleks tersebut adalah :

1) Refleks Prolaktin

Refleks pembentukan atau produksi ASI. Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi ASI. Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelanjar, sehingga makin sering isapan bayi, makin banyak produksi ASI, sebaliknya berkurang isapan bayi menyebabkan produksi ASI kurang.

Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek penekanan ini pada ibu yang menyusui secara eksklusif adalah memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Dengan kata lain, memberikan ASI eksklusif pada bayi dapat menunda kehamilan.

2) Refleks oksitosin

Reflek pengaliran atau pelepasan ASI (let down reflex) setelah diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras ASI untuk keluar. Penyebab otot-otot itu mengerut adalah suatu hormon yang dinamakan oksitoksin.

Rangsangan isapan bayi melalui serabut syaraf memacu hipofise posterior untuk melepas hormon oksitosin dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoepithel yang mengelilingi alveoli dan duktuli untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusui penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (payudara bengkak), tetapi justru memperlancar pengaliran ASI.

Hal penting adalah bahwa bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila hanya mengandalkan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin saja. Ia harus dibantu refleks oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja maka bayi tidak akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi ASI cukup.

Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi refleks ini. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi.

Selain hormon pada ibu dalam proses laktasi, pada bayi pun terjadi 3 macam refleks pada proses tersebut, yaitu :

1. Rooting reflex, yaitu refleks mencari putting Bila pipi bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung menangkap puting dan areola.

2. Suckling reflex, yaitu refleks menghisap. Refleks terjadi karena rangsangan puting pada pallatum durum bayi bila aerola masuk ke dalam mulut bayi. Areola dan puting tertekan gusi, lidah dan langit-langit, sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Selanjutnya terjadi gerakan peristaltik yang mengalirkan ASI keluar atau ke mulut bayi.

3. Swallowing reflex, yaitu refleks menelan ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan. Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil.

II.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI 1. Faktor Bayi

Faktor fisik dan kesehatan bayi

Kondisi kesehatan bayi seperti kurangnya kemampuan bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir sumbing, juga mempengaruhi produksi ASI, yang terjadi secara tidak langsung melalui mekanisme fisiologi produksi ASI secara tidak langsung, karena apabila bayi tidak/susah menghisap ASI, fisiologi tubuh ibu menganggap bayi tidak lagi membutuhkan ASI, sehingga lama kelamaan produksi ASI menjadi berkurang.

2. Faktor Ibu

A. Faktor Fisik

1. Hormonal

Mulai dari bulan ke-3 kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara, salah satunya adalah estrogen. Estrogen menstimulasi saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI 122. Puting mengalami perlukaan (puting lecet dan nyeri)

Keadaan seperti ini sering terjadi pada ibu menyusui, dikarenakan kesalahan teknik melepaskan puting dari mulut bayi setelah selesai menyusui. Puting yang lecet akan menyebabkan kuman menjadi lebih mudah masuk ke dalam payudara dan menimbulkan peradangan, sehingga payudara menjadi bengkak dan sakit. Hal ini menyebabkan ibu menjadi jarang menyusui bayinya, dan apabila dibiarkan. lama kelamaan produksi ASI pun menurun.

3. Payudara mengalami pembengkakan

Payudara yang bengkak biasanya dikarenakan bayi tidak sering menyusu atau bayi malas menyusu mengakibatkan ASI menumpuk di dalam payudara, sehingga duktus laktiferus menjadi tersumbat, dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan inflamasi, yang dapat mengurangi frekuensi menyusui ibu karena rasa sakit yang dirasakan saat menyusui.

Adanya massa neoplastik juga dapat menyebabkan produksi ASI menurun, karena terjadi perubahan dari jaringan-jaringan dalam payudara, termasuk kulit, duktus, lobulus, dan jaringan ikat. Penggantian jaringan-jaringan dalam payudara dengan jaringan-jaringan neoplastik akan menyebabkan produksi ASI turun.

4. Saluran untuk keluarnya ASI tersumbat

Saluran ASI yang tersumbat akan mengakibatkan terjadinya benjolan pada salah satu bagian payudara, misalnya ada benjolan di atas atau di bawah payudara. Biasanya karena aliran darah yang tidak lancar ataupun karena payudara jarang dihisap oleh bayi.

B. Faktor PsikologisFaktor psikologis yang mempengaruhi kurangnya produksi ASI antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu 9. Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASI nya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi atau primipara13. Ibu ibu dengan depresi postpartum juga dapat mempengaruhi produksi ASI14.

C. Faktor Sosial + Pendidikan

Tingkat pendidikan yang semakin tinggi, terutama di kota-kota besar, menyebabkan ibu lebih jarang memberikan ASI kepada bayinya, karena ibu ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini didukung oleh penelitian dari Afiyanti pada tahun 2006 yang mengatakan bahwa Ibu bekerja serta kesibukan sosial juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI15.

Hal sebaliknya terjadi pada daerah pedesaan, di mana tingkat pendidikan ibu masih rendah, sehingga kesadaran ibu untuk memberikan ASI eksklusif rendah, dikarenakan oleh faktor ketidaktahuan ibu tersebut.

3. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI A. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses alami pada bayi untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri dalam satu hingga 2 jam pertama masa kehidupannya16. Hisapan pertama ini (pada IMD) merangsang hipofisis ibu untuk mensekresi hormon prolaktin sehingga menimbulkan refleks prolaktin yangberperan dalam produksi ASI. Hipofisis bagian belakang akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke dalamaliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin untuk kontraksiotot yang ada di sekeliling saluran ASI, sehingga ASI yang sudahdiproduksi akan dapat dikeluarkan), yang menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif dan produksi ASI lancar.

B. Frekuensi menyusui

Kebiasaan menyusui setiap dua-tiga jam menjaga produksi ASI tetap tinggi. Hal ini juga di dukung jika ibu melakukan perlekatan yang benar, sehingga pengeluaran ASI menjadi efektif17. Rata-rata bayi baru lahir menyusui adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau kadang lebih dari 18 kali 9.Hisapan bayi merangsang hipofisis ibu untuk mensekresi hormon prolaktin sehingga menimbulkan refleks prolaktin yangberperan dalam produksi ASI. Hipofisis bagian belakang akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke dalamaliran darah dan menimbulkan refleks oksitosin untuk kontraksiotot yang ada di sekeliling saluran ASI, sehingga ASI yang sudahdiproduksi akan dapat dikeluarkan.

C. Pepaya

Pepaya muda mengandung saponin, alkaloid, minerla, vitamin, dan enzim. Getah (lateks) dari buah pepaya memiliki efek yang sama dengan oksitosin. Sedangkan alkaloid dan saponin meningkatkan kadar prolaktin. Hal ini disebabkan karena kandungan- kandungan dalam pepaya bekerja sebagai dopamin antagonis sehingga merangsang laktasi. 27 D. Kacang Hijau

Kacang hijau mengandung protein, thiamin (vitamin B1 ), zat besi, magnesium, fosfor, kalium, dan mangan. Kacang hijau juga sumber asam folat tapi rendah kandungan natrium, lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung kolesterol baik untuk sumber protein nabati untuk kebutuhan produksi ASI ibu. Thiamin atau vitamin B1 mengubah karbonhidrat menjadi energi karena ibu menyusui butuh energi lebih besar dari saat hamil. Bila kekurangan thiamin ibu menyusui, akan mudah tersinggung, sulit konsentrasi, dan kurang bersemangat. Mood yang baik akan memicu hormon oksitosin untuk mengeluarkan ASI.

E. Labu Siam

Labu Siam banyak mengandung asam folat, vitamin c, vitamin k, zinc, dan mangan. Labu siam juga merupakan sumber vitamin B6, B1 (thiamin ), magnesium dan kalium yang baik untuk memenuhi kebutuhan asam folat meski ibu menyusui tidak memerlukan asam folat sebanyak saat hamil, namun kebutuhan asam folat tetap dua kali lipat dari pada perempuan yang tidak menyusui untuk memenuhi kebutuhan produksi ASI. Mengkonsumsi 100gr labu siam cukup untuk memenuhi sekitar 23% kebutuhan asam folat tubuh. Selain itu asam folat penting untuk perkembangan jaringan tubuh bayi. Kandungan thiamin berpengaruh untuk memberikan energi kepada ibu menyusui dan mengubah mood ibu menjadi lebih baik sehingga mempengaruhi oksitosin untuk laktasi.F. Semangka

Semangka mengandung vitamin A, vitamin C, kalium serta asam folat, namun rendah kandungan lemak jenuh, kolesterol, dan natrium. Baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin A ibu menyusui yang satu setengah kali lipat lebih banyak dari perempuan yang tidak menyusui. Kadar air yang tinggi pada semangka juga baik untuk asupan cairan tubuh untuk mencukupi kebutuh produksi ASI.II.2. Tanaman Katuk

II.2.1. Karakteristik

Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) merupakan salah satu jenis tanaman semak dengan ketinggian dapat mencapai 2-3 meter menyatakan bahwa tumbuhan katuk mempunyai perawakan berupa perdu dengan tinggi 2-3 meter, batang memiliki alur-alur dengan kulit yang agak licin berwarna hijau dan jumlah daun percabang berkisar antara 11-21 helai. Katuk berdaun hijau pekat atau hijau tua pada bagian atas dan hijau muda pada bagian bawah. Daun katuk bersirip ganda dengan anak daun yang banyak. Daun memanjang dengan panjang daun kurang lebih dua kali lebar, panjang daun berkisar antara 2,25-7,5 cm dengan lebar 1,25-3,0 cm. Tepi daun rata, pangkal daun tumpul dan ujung daun lancip. Tangkai daun pendek sekitar 0,2 cm dan tiap daun memiliki sepasang daun penumpu kecil dengan panjang18. Morfologi tanaman katuk dapat dilihat pada Gambar 1.

Menurut Backer dan Brink (1963), sistem taksonomi tanaman katuk adalah sebagai berikut 18:

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas

: Dicotiledoneae

Sub kelas : Monochlamydeae (Apetalae)

Bangsa : Euphorbiales

Suku

: Euphorbiaceae

Marga

:Sauropus

Jenis

: Sauropus androgynus(L.) Merr.

II.2.2. Manfaat

Tanaman katuk banyak dimanfaatkan sebagai sayuran atau lalapan dan dipercaya masyarakat mampu melancarkan air susu ibu(ASI) dan mempercepat pemulihan tenaga bagi orang sakit19. Sumantera (1994), menyatakan bahwa tanaman katuk selain sebagai pelancar ASI juga bermanfaat sebagai tanaman obat keluarga (TOGA), bahan makanan dan sebagai tanaman hias. Banyak melaporkan tentang manfaat tanaman katuk diantaranya rebusan daun katuk memberikan rasa yang agak asam dan manis, air perasan daun katuk digunakan juga untuk memberi warna pada makanan, di samping itu air rebusan daun dan akarnya digunakan sebagai obat demam, diuretika dan meningkatkan ASI20.

Dosis daun katuk yang efektif untuk meningkatkan produksi dan kualitas ASI selama menyusui adalah 400 gram daun segar ( kadar air 70%) per hari, pemberian ekstrak daun katuk kering dengan dosis 900 mg/ hari dalam bentuk minuman meningkatkan produksi ASI21.

II.2.3. Kandungan Nutrisi Daun Katuk

Dalam daun katuk banyak terdapat minyak atsiri, sterol, saponin, flavonoid, triterpin, asam-asam organik, asam-asam amino, alkaloid dan tanin. Selain itu daun katuk juga mengandung protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, C dan senyawa steroid serta polifenol. Senyawa steroid diduga dapat mempengaruhi peningkatan hormon estrogenik sehingga jumlah produksi air susu meningkat22. Komposisi nutrien yang terkandung dalam 100 gram daun katuk segar dapat dilihat pada Tabel 1. 23

Dengan analisa kromatografi gas dan spektrometri massa (KGSM), daun katuk mempunyai tujuh senyawa aktif utama. Ketujuh senyawa tersebut bila bekerja bersama-sama maka akan berkhasiat sebagai pemacu produksi air susu ibu (ASI), meningkatkan fungsi pencernaan, meningkatkan pertumbuhan badan, pemicu jumlah darah, mengatasi kelelahan, mengatasi penyakit pembuluh darah dan jantung, serta mengatasi gangguan reproduksi pria dan wanita24.

Kandungan komponen senyawa kimia dalam daun katuk dengan menggunakan analisa kromatografi gas dan spektrometri massa (KGMS) terhadap ekstrak daun katuk, menunjukkan adanya enam senyawa utama yaitu: monomethyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karbosilat), 2 pyrolidinon dan methyl pyroglutamat (alkaloid) yang berpotensi untuk industri kimia dan farmasi25. Senyawa yang terkandung dalam daun katuk tersebut dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh, hal ini dapat dilihat pada Tabel 224.

II.3. Mekanisme Daun Katuk dalam Meningkatkan Air Susu

Manfaat daun katuk untuk menghasilkan air susu telah banyak diuraikan namun mekanisme daun katuk dalam menghasilkan air susu belum banyak yang diuraikan. Senyawa aktif yang ada dalam daun katuk secara bersamaan memainkan peranan penting didalam sintesis air susu pada kelenjar sekretoris melalui dua mekanismeaksi yaitu aksi hormonal dan aksi metabolik24.

1.Aksi Hormonal

Aksi hormonal dibagi dalam dua mekanisme yaitu:

a) Mekanisme pertama

Beberapa senyawa aktif dalam daun katuk merupakan prekursor yang terlibat dalam biosintesis senyawa Eicosanoids, salah satu diantaranya adalah prostaglandin yang akan menggertak kelenjar mammae untuk meningkatkan produksi susu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

b) Mekanisme kedua

Senyawa aktif yang lainnya adalah Androstan-17-one,3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha(senyawa aktif yang ke-6) dapat memacu ovarium untuk menghasilkan progesteron dan estradiol. Progesteron merangsang pembentukan sistem sekretori dikelenjar ambing sedangkan estradiol diteruskan kehipotalamus yang akan merangsang hipofise posterior untuk melepaskan oksitosin yang berperan dalam pengeluaran air susu dari alveolus masuk kedalam saluran ambing, selain itu estradiol juga merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan prolaktin dan growth hormone yang berperan untuk merangsang pertumbuhan kelenjar ambing serta produksi susu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3

2. Aksi Metabolik

Senyawa aktif 3,4 dimethyl-2-oxocyclopent-3-enulacetic acid, Monomethyl suksinat, phenylmalonic acid, cyclopentanol, 2-methyl-acetate dan methylpyroglutamat mengalami proses hidrolisis didalam saluran pencernaan, yang akan menghasilkan beberapa produk metabolik seperti suksinat, asam malonik, asetat dan glutamat yang masuk dalam siklus Krebs sehingga dihasilkan energi. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.

KERANGKA TEORI

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

III.1. KERANGKA KONSEP

Pada penelitian ini, variabel bebas (independent) adalah pemberian ekstrak katuk pada ibu menyusui di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan. Alasan dipilihnya variabel bebas tersebut berdasarkan mini survey dari 30 orang ibu menyusui, didapatkan 60% ibu menyusui mengalami penurunan produksi ASI dan tidak pernah menggunakan daun katuk sebagai pelancar ASI. Menurut penelitian efek farmakologi pada manusia, diterapkan berdasarkan luas permukaan tubuh sekitar 900mg/hari akan menunjukan efek laktogogum. Maka dari itu variabel tergantung adalah produksi ASI (dependent)

Gambar Kerangka Konsep

III.2. Hipotesis

Terdapat hubungan antara pemberian ekstrak daun katuk pada ibu menyusui dengan produksi ASI .

III.3. Definisi Operasional Variabel

III.3.1. Pemberian Ekstrak Daun Katuk (Variabel Bebas)

Definisi: Pemberian ekstrak daun katuk dengan dosis 300mg dan plasebo SL dengan dosis 300mg yang dikemas pada kapsul berukuran 500mg selama 7 hari berturut-turut

Cara Ukur: WawancaraAlat Ukur : Kuesoner

Hasil Ukur: Terbagi atas 2

1. Intervensi perlakuan : pemberian ekstrak daun katuk dengan dosis 3x300 mg

2. Intervensi pembanding : diberikan plasebo ( saccarum lactis ) dengan dosis 3x300mg

Skala Ukur : Data katagorik , skala nominal

III.3.2. Produksi ASI (Variabel Tergantung)

Definisi: Penilaian adanya produksi ASI dilakukan metode skoring dari 9 pertanyaan selama 7 hari berturut, apabila jawaban ya maka diberikan skor 1, apabila jawaban tidak diberikan skor 0. Sehingga total skor 0-9

Cara Ukur: Wawancara dan pengisian kuisoner yang diberikan peneliti

Alat Ukur : Kuesoner

Hasil Ukur: 1. Produksi ASI banyak : bila rata-rata skor ASI 5

2. Produksi ASI sedang : bila rata-rata skor ASI 2-4

3. Produksi ASI sedikit : bila rata-rata skor ASI < 2

Skala Ukur : Data numerik di ubah menjadi kategorik, skala ordinalBAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

IV.1. DESAIN PENELITIAN DAN VARIABEL

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental,single blind parallel randomized clinical trial, dengan Produksi ASI sebagai variabel tergantung (dependent) dan pemberian Ekstrak Daun Katuk sebagai variabel bebas (independent).IV.2.POPULASI

IV.2.1. Populasi

Semua ibu menyusui yang datang ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan. IV.2.2. Kriteria inklusi

Memiliki anak usia bayi 0-2 tahun Tidak mengkonsumsi obat-obatan tradisional dan obat-obatan lain untuk memperlancar ASI Tidak ada kelainan fisik pada payudara ibu Tidak ada kelainan fisik dari struktur rahang dan mulut bayi Ibu menyusui yang memiliki anak dengan usia gestasi normalIV.2.3. Kriteria Eksklusi Terjadi efek samping obat ( ekstrak daun katuk dan plasebo) terhadap ibu atau bayinya Tidak minum obat selama 2 hari berturut-turut, selama 3 hari tidak berturut-turut Subyek atau bayinya menderita sakit dan memerlukan intervensi lain Mengundurkan diri dari keikutsertaan penelitian atau pindah alamat yang tidak diketahui Tidak mengembalikan kuisoner yang telah diberikan peneliti dari waktu yang telah ditetapkan (lost in follow up)IV.3. SAMPEL

IV.3.1. Sampel

Seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi

IV.3.2. Rumus Besar Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel minimal kelompok kami menggunakan uji hipotesis terhadap 2 proporsi, yang didapatkan dari penelitian sebelumnya. 26 P1 = proporsi efek pada kelompok yang diberikan plasebo (ditetapkan 80%)

P2 = proporsi efek pada kelompok yang diberikan katuk(didapat dari sumber pustaka ( 50%) Derivat baku normal untuk Z = 1,96

Derivat baku normal untuk Z = 0,84

Rumus yang digunakan:

n1=n2 = {Z 2PQ + Z (P1Q1 + P2Q2)}

(P1-P2)

P = (P1 + P 2)

P1 = 0,8

P2 = 0,5

P = 0,5 x (P1 + P2)

= 0,5 x (0,8 + 0,5)

= 0,65 Q = (1 P)

= ( 1 0,65)

= 0,35

Q1 = (1 P1)

= (1 0,8) = 0,2Q2 = (1 P2)

= (1 0,5) = 0,5

Jumlah sampel yang dibutuhkan:

n1=n2={Z (2PQ) + Z (P1Q1 + P2Q2)}

(P1-P2)

={1,96 (2 x 0,65 x 0,35) + 0,84 (0,8 x 0,2 + 0,5 x 0,5)}

(0,8- 0,5)

= 42,37 sampel 42 sampel

Dengan demikian besar minimum sampel yang dibutuhkan adalah 42 x 4 = 168 sampel.168 + 10% = 185 sampel.IV.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Ibu menyusui yang datang ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan selama kurun waktu 03 , 06, 07 Januari 2014 diambil dengan metode Consecutive non-random sampling.

IV.4. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

IV.4.1. Pengumpulan Data

Ibu menyusui yang datang ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan selama kurun waktu 03 ,06, 07 Januari 2014 dan memenuhi kriteria inklusi dan bersedia untuk menjadi responden, jika ibu bersedia maka dilakukan wawancara singkat menggunakan kuesioner yang telah ditetapkan. Data yang telah didapat akan dimasukkan ke dalam 2 kelompok besar yaitu kelompok ibu yang diberikan kapsul ekstrak daun katuk 300 mg dan kelompok ibu yang diberikan kapsul plasebo 300 mg selama 7 hari berturut-turut. Setelah itu peneliti memisahkan ibu dengan produksi ASI saat ini yang lancar dengan yang tidak lancar menjadi 2 kelompok kemudian dilihat skor produksi ASI pada hari pertama sebelum intervensi dan skor rata rata setelah 7 hari intervensi kemudian data skor yang didapat dari selisih skor hari pertama dan rata rata 7 hari intervensi di konversi menjadi data kategorik yang membagi produksi ASI menjadi banyak, sedang, sedikit.IV.4.2. Alur Pengumpulan Data

IV.5 LOKASI DAN WAKTU

Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan, Kembangan Selatan RT 07/RW 01, RT 08/RW 01, RT04/RW01, 03 Januari 2014.

Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan, Kembang Kerep RT03/RW02, RT 04/RW 02, RT 06/RW 02, o6 Januari 2014.

Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan, Puri Kembangan RT10/RW03, RT11/RW3, 07 Januari 2014.

IV.6 ALAT UKUR

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.IV.7 PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data dalam desain penelitian analitik menggunakan perangkat lunak SPSS edisi 22. Kemudian dilakukan proses perhitungan studi analitik yang penyajiannya secara tekstural dan tubular.

IV.8 TEKNIK DAN ANALISIS DATA

IV.8.1 Analisis Asosiasi Statistik

Pada penelitian ini uji asosiasi statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel bebas berskala kategorik >1 dengan variabel tergantung berskala kategorik adalah uji statistik Logistic Regression dan batas kemaknaan 5%. Jika nilai p < 0,05, maka ada hubungan bermakna antara faktor risiko dengan penyakit.

Jika nilai p 0,05, maka tidak ada hubungan bermakna antara faktor risiko dengan penyakit.

IV.8.2 Analisis Asosiasi Epidemiologi

abc

def

RR = 0 maka yang mendapat intervensi ekstrak daun katuk mempunyai efek yang sama terhadap produksi ASI dengan yang tidak.

RR>1maka yang mendapat intervensi ekstrak daun katuk mempunyai efek yang lebih kecil terhadap produksi ASI daripada yang tidak.

RR8 kali perhari 4 orang (12,1%). Berdasarkan yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini 25 orang (75,8%) dan yang tidak Inisiasi Menyusui Dini 8 orang (24,2%). Berdasarkan makanan tambahan yang dikonsumsi bayi, yang diberikan makanan tambahan 15 orang (45,5%) dan yang tidak diberikan makanan tambahan 16 orang (54,5%). Berdasarkan cara mengakhiri menyusu dengan anak melepas sendiri 28 orang (78,8%) dan yang ibu menarik 7 orang (21,2%). Berdasarkan faktor stress tidak ada dan yang tidak stress 33 orang (100%). Berdasarkan Produksi ASI lancar 18 orang (54,5%) dan tidak lancar 15 orang (45,5%). Berdasarkan kategori produksi asi sedikit 6 orang (18,2%), sedang 7 orang (21,2%), banyak 20 orang (60,6%).Dari kelompok ibu dengan idak diberikan ekstrak katuk, berdasarkan usia ibu, usia tengah adalah 25 tahun, dengan usia minimum 19 tahun dan maksimum 35 tahun. Berdasarkan usia anak adalah usia tengah 7 bulan, dengan usia minimum 1 bulan dan usia maksimum 17 bulan. Berdasarkan frekuensi menyusui bayi, menyusui 1-4 kali perhari 9 orang (31%), 5-8 kali perhari 15 orang (51,7%), dan >8 kali perhari 5 orang (17,2%). Berdasarkan yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini 19 orang (65,5%) dan yang tidak Inisiasi Menyusui Dini 10 orang (34,5%). Berdasarkan makanan tambahan yang dikonsumsi bayi, yang diberikan makanan tambahan 9 orang (31%) dan yang tidak diberikan makanan tambahan 20 orang (69%). Berdasarkan cara mengakhiri menyusu dengan anak melepas sendiri 27 orang (93,1%) dan yang ibu menarik 2 orang (6,9%). Berdasarkan faktor stress 5 orang (17,2%) dan yang tidak stress 24orang (82,8%). Berdasarkan Produksi ASI lancar 15 orang (51,7%) dan tidak lancar 14 orang (48,3%). Berdasarkan kategori produksi asi sedikit 8 orang (27,6%), sedang 6 orang (20,7%), banyak 15orang (51,7%).

VARIABEL KATUK* TIDAK KATUK

USIA IBU (TAHUN)

Mean SD 27,10 4,2 25,4 3,5 Median 23 ; 42 19 ; 35

(Min , Max)

USIA ANAK (BULAN )

Mean SD 8,67 4,9 7,3 3,7 Median 3 ; 22 1 ; 17

(Min , Max)

MAKANAN TAMBAHAN

Ya 15 (45,5%) 9 (31%)

Tidak 16 (54,5%) 20 (69%)

STRESS PSIKOLOGI

Ya 0(0%) 5 (17,2%)

Tidak 33 (100%) 24(82,8%)

Sambungan halaman 36

VARIABEL KATUK TIDAK KATUK

INISIASI MENYUSUI DINI

Ya 25 (75,8%) 19 (65,5%) Tidak 8 (24,2%) 10(34,5%)

FREKUENSI MENYUSUI

Tidak 0 (0%) 0 (0%)

1-40 13(39,4%) 9 (31%)

5-8 16 (48,5%) 15(51,7%)

>8 4 (12,1%) 5 (17,2%)

CARA MENGAKHIRI

Anak melepas sendiri 28 (78,8%) 27(93,1%)

Ibu menarik 7(21,2%) 2(6,9%)PRODUKSI ASI

Lancar 18(54,5%) 15(51,7%) Tidak Lancar 15(45,5%) 14(48,3%)KATEGORI PRODUKSI ASI

Sedikit 6 (18,2%) 8 (27,6%)Sedang 7 (21,2%) 6 (20,7%)banyak 20 (60,6%) 15 (51,7%)

VARIABEL KATUK TIDAK KATUK

USIA IBU (TAHUN)

Mean SD 26,93 3,26 26,07 4,3

Median 23 ; 34 21 ; 35

(Min , Max)

USIA ANAK (BULAN )

Mean SD 7,13 3,15 8,07 4,85

Median 3 ; 14 1 ; 17

(Min , Max)

MAKANAN TAMBAHAN

Ya 6 (54,5%) 12 (54,5%)

Tidak 5 (45,5%) 10 (45,5%)

STRESS PSIKOLOGI

Ya 0(0%) 18 (60%)

Tidak 3 (100%) 12 (40%)

Sambungan halaman 36

VARIABEL KATUK* TIDAK KATUK

INISIASI MENYUSUI DINI

Ya 13 (56,5%) 10 (43,5%) Tidak 5 (50%) 5 (50%)

FREKUENSI MENYUSUI

Tidak 0 (0%) 0 (0%)

1-40 2 (100%) 0 (0%)

5-8 12 (54,5%) 10(45,5%)

>8 4 (44,4%) 5 (55,6%)

CARA MENGAKHIRI

Anak melepas sendiri 2 (100%) 0 (0%)

Ibu menarik 16 (51,6%) 15(48,4%)

VARIABEL KATUK* TIDAK KATUK

USIA IBU (TAHUN)

Mean SD 27,12 4,83 24,8 2,98

Median 23 ; 42 19 ; 30

(Min , Max)

USIA ANAK (BULAN )

Mean SD 9,82 3,15 6,80 2,56

Median 2 ; 14 2; 12

(Min , Max) MAKANAN TAMBAHAN Ya 6 (54,5%) 5 (45,5%)

Tidak 12 (54,5%) 10 (45,5%) STRESS PSIKOLOGI Ya 0(0%) 3(100%)

Tidak 18 (60%) 12 (40%)

INISIASI MENYUSUI DINI

Ya 13 (56,5%) 10 (43,5%)

Tidak 5 (50%) 5 (50%) CARA MENGAKHIRI Anak melepas sendiri 16(51,6%) 15(48,4%)

Ibu menarik 2 (100%) 0(0%)

Dari Uji Statistik menggunakan Uji Statistik Logistic Regression secara statistik ditemukan hubungan bermakna antara pemberian ekstrak daun katuk kepada ibu yang produksi ASI tidak lancar (P-VALUE O,OO2). Hasil uji epidemiologi didapatkan antara yang tidak diberi katuk memiliki resiko 1,893 kali lebih besar untuk produksi ASI sedikit atau ibu yang diberi katuk mempunyai resiko 73% lebih kecil mengalami penurunan produksi ASI dari yang tidak diberi katuk.BAB VIPEMBAHASANVI.I TEMUAN PENELITIAN

Pada penelitian ini, pemberian ekstrak katuk pada kelompok ibu menyusui dengan dosis 3x300mg/hari selama 7 hari dapat meningkatkan produksi ASI 73% lebih banyak dibandingkan yang tidak diberi ekstrak daun katuk. Temuan ini sesuai dengan teori yang pada pemberian ekstrak daun katuk kering dengan dosis 900 mg/ hari dalam bentuk kapsul selama 7 hari dapat meningkatkan produksi ASI dan juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, pemberian ekstrak katuk pada kelompok ibu menyusui dengan dosis 3x300mg/hari dapat meningkatkan produksi ASI 50,70% lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak diberikan katuk.

Dan berdasarkan tinjauan pustaka terbukti bahwa, beberapa senyawa aktif dalam daun katuk merupakan prekursor yang terlibat dalam biosintesis senyawa Eicosanoids, salah satu diantaranya adalah prostaglandin yang akan menggertak kelenjar mammae untuk meningkatkan produksi susu. Senyawa aktif yang lainnya adalah Androstan-17-one,3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha(senyawa aktif yang ke-6) dapat memacu ovarium untuk menghasilkan progesteron dan estradiol. Progesteron merangsang pembentukan sistem sekretori dikelenjar kambing sedangkan estradiol diteruskan kehipotalamus yang akan merangsang hipofise posterior untuk melepaskan oksitosin yang berperan dalam pengeluaran air susu dari alveolus masuk kedalam saluran ambing, selain itu estradiol juga merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan prolaktin dan growth hormone yang berperan untuk merangsang pertumbuhan kelenjar ambing serta produksi susu.

Senyawa aktif 3,4 dimethyl-2-oxocyclopent-3-enulacetic acid, Monomethyl suksinat, phenylmalonic acid, cyclopentanol, 2-methyl-acetate dan methylpyroglutamat mengalami proses hidrolisis didalam saluran pencernaan, yang akan menghasilkan beberapa produk metabolik seperti suksinat, asam malonik, asetat dan glutamat yang masuk dalam siklus Krebs sehingga dihasilkan energi untuk memproduksi ASI,VI.2. Keterbatasan Penelitian

VI.2.1. Bias Seleksi

Pada penelitian ini, bias seleksi tidak dapat disingkirkan karena sampel diambil dengan cara non-random consecutive sampling, dimana subyek dalam populasi terjangkau tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel penelitian sehingga sampel yang diambil tidak dapat mewakili populasi di wilayah kerja Puskesmas kelurahan kembangan selatan karena sampel diambil pada waktu yang terbatas.

Pada awal penelitian terjadi bias seleksi populasi ibu yang menyusui sekarang lancar atau tidak, sehingga peneliti memisahkan pengolahan data antara ibu menyusui yang pengeluaran ASInya lancar dengan yang pengeluaran ASInya tidak lancar, sehingga kemudian menjadikan hasil penelitian ini bermakna

VI.2.2. Bias Informasi

Pada observasional bias dapat terjadi akibat peneliti memberikan kuisoner harian pada responden untuk diisi selama 7 hari. Pada responden bias dapat terjadi akibat kelalaian pencatatan dan perbedaan persepsi antara responden dan peneliti.

VI.2.3. Chance

Didapatkan chance untuk Ibu menyusui dengan produksi ASI tidak lancar, nilai alfa 99% (pada beta 20%) nilai beta 43% (pada alfa 5%) dengan power 54%. Untuk Ibu menyusui dengan produksi ASI lancar, nilai alfa 2% (pada beta 20%) nilai beta 45% (pada alfa 5%) dengan power 54%.

Untuk Ibu menyusui dengan produksi ASI tidak lancar p-value (0,001) lebih kecil dari alfa (0,99) maka Ho ditolak, sehingga Uji hipotesis ditemukan hubungan antara pemberian ekstrak daun katuk dengan Ibu menyusui dengan produksi ASI tidak lancar. Untuk Ibu menyusui dengan produksi ASI lancar p-value (0,001) lebih kecil dari alfa (0,02) maka Ho ditolak, sehingga Uji hipotesis ditemukan hubungan antara pemberian ekstrak daun katuk dengan Ibu menyusui dengan produksi ASI lancar.

RUMUS :

CHANCE IBU MENYUSUI DENGAN PRODUKSI ASI TIDAK LANCAR

n1=n2 = {Z 2PQ + Z (P1Q1 + P2Q2)}

(P1-P2)Z ( 29 ={1,962 x 0,65 x 0,35 + Z (0,8 x 0,2 + 0,5 x 0,5)}

(0,8-0,5)Z ( 1,515

( 0,4357

Z ( 29 ={ Z 2 x 0,65 x 0,35 + 0,84 (0,8 x 0,2 + 0,5 x 0,5)}

(0,8-0,5)Z ( 3,207

( 0,4993 x 2 = 0,9986

POWER : 1- (0,4357) = 0,5463

CHANCE IBU DENGAN PRODUKSI ASI LANCAR

n1=n2 = {Z 2PQ + Z (P1Q1 + P2Q2)}

(P1-P2)

Z ( 33 ={1,962 x 0,65 x 0,35 + Z (0,8 x 0,2 + 0,5 x 0,5)}

(0,8-0,5)Z ( 1,68

( 0,4535

Z ( 33 ={ Z 2 x 0,65 x 0,35 + 0,84 (0,8 x 0,2 + 0,5 x 0,5)}

(0,8-0,5)Z ( 3,543

( 1 x 2 = 2%

POWER = 1- (0,4535) = 0,5465

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

VII.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada 62 responden pada 3,6,7 Januari 2013 di Puskesmas Kelurahan Kembangan Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari penelitian terhadap 62 responden, didapatkan 29 (46,7%) responden dengan produksi ASI tidak lancar 15 orang diberikan ekstrak daun katuk dan 14 orang tidak diberikan ekstrak daun katuk .Dan dari 33 (53,2%) responden dengan produksi ASI lancar. , 18 orang diberikan ekstrak daun katuk dan 15 orang tidak diberikan ekstrak daun katuk.2. Dari kelompok ibu produksi ASI lancar 18 orang yang diberikan ekstrak daun katuk memiliki rata-rata selisih produksi ASI 1,8 yang berarti adanya efek sebelum dan sesudah intervensi. Dan dari ibu dengan produksi ASI tidak lancar 15 orang yang diberikan ekstrak daun katuk memiliki rata-rata selisih produksi ASI 1,7 yang berarti adanya efek sebelum dan sesudah intervensi.

3. Dari Uji Statistik menggunakan Uji Statistik Logistic Regression secara statistik ditemukan hubungan bermakna antara pemberian ekstrak daun katuk kepada ibu yang produksi ASI tidak lancar (P-VALUE O,OO2). Hasil uji epidemiologi didapatkan antara yang tidak diberi katuk memiliki resiko 1,893 kali lebih besar untuk produksi ASI sedikit atau ibu yang diberi katuk mempunyai resiko 73% lebih kecil mengalami penurunan produksi ASI dari yang tidak diberi katuk. VII.2. Saran

a. Puskesmas hendaknya memberikan anjuran untuk menggunakanekstrak daun katuk terutama kepada ibu-ibu menyusui dengan produksi ASI yang tidak lancar .b. Responden hendaknya saling berbagi informasi sesama warga sekitar tentang khasiat ekstrak daun katuk terhadap produksi ASI sehingga diharapkan jumlah ibu yang produksi ASI tidak lancar berkurang .

c. Bagi peneliti sendiri atau peneliti lain hendaknya melakukan penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar,dan waktu yang lebih panjang untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Jangan lupa memisahkan sampel ibu menyusui yang produksi ASI lancar dan tidak lancar untuk menghindari bias.DAFTAR PUSTAKA1. Budiarto, E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, 2002: 212-224.2. Dahlan, MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 5th ed. Jakarta: Salemba Medika, 2011: 129-150. 3. Kamaluddin R. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Purwokerto Timur. [Internet]. 2009 [cited: 2013 Des 30]. Available from: http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/BAB%20II%20pdf.pdf.4. Lestari D. Faktor Ibu Bayi yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Tahun 2007. [Internet]. 2009 [cited: 2014 Jan 8]. Available from: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=125901&lokasi=lokal.5. Miller AC. Breast Abscess and Masses. [Internet]. 2012 [cited: 2014 Jan 15]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/781116-overview#a0104.

6. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, 4th ed. Jakarta: Sagung Seto, 2011: 348-381.

7. Sidauruk BD. Produksi Air Susu Induk Babi dengan Penambahan Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L.) Merr) dalam Ransum pada Taraf dan Waktu Pemberian yang Berbeda [Intenet]. 2008 [cited 2013 Des 28]. Available from http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/10307.

8. Tolarova MM. Pediatric Cleft Lip and Palate.[Internet].2013 [cited: 2014 Jan 15]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/995535-overview#a0103.LAMPIRAN I

LEMBAR WAWANCARA

Judul Penelitian:Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Menyusui.

Identitas Responden

Kode Respoden:

Nama

:

Umur

:

Alamat

:

BB/TB

:

Pendidikan terakhir:

Tidak sekolah

SMP

Perguruan Tinggi

SD

SMA

Pekerjaan

:

Ibu Rumah Tangga

PNS

Wiraswasta

Lain-lain, .....

Bagaimanakah pengeluaran ASI anda saat ini?

Lancar

Tidak Lancar

Apakah anda mengkonsumsi obat tradisional untuk memperlancar ASI?

Ya, yaitu .....

Tidak

Apakah anda mengkonsumsi obat obatan lain untuk memperlancar ASI?

Ya, yaitu .....

Tidak

Apakah payudara itu pernah mengalami cedera?

Ya

Tidak

Apakah selama menyusui ada pemberian makanan tambahan lain?

Ya, yaitu .....

Tidak

Apakah ada beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusui?

Ya

Tidak

Apakah bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah ibu melahirkan?

Ya

Tidak

Berapa kali bayi menyusui dalam sehari?

0-4

5-8

>8

Tidak

Cara mengakhiri anak yang menyusu?

Anak melepas sendiri

Ditarik ib

LEMBAR OBSERVASI PENGELUARAN ASINoUraianPengeluaran ASI sebelum diberi daun katuk

(Hari 1)Pengeluaran ASI selama diberi daun katuk

Hari 1Hari 2Hari 3Hari 4Hari 5Hari 6Hari 7

1.ASI keluar tanpa memencet payudara

2.Payudara terasa penuh atau tegang sebelum menyusui

3.ASI segera setelah bayi mulai menyusui

4.Payudara terasa kosong/lembek setiap selesai menyusui

5.ASI masih menetes setelah menyusui

6.Setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam

7.Bayi buang air kecil sekitar 8 kali sehari dan warna air kencing kuning pucat seperti jerami

8.Feses bayi berwarna kekuningan.

9.Berat badan bayi naik antara 140-200gram dalam 1 minggu

Jumlah

Kode responden:

Keterangan nilai jawaban

0 = Tidak

1 = Ya

Total nilai score perhari :

3= Pengeluaran ASI kurang

4 - 6= Pengeluaran ASI cukup

7= Pengeluaran ASI banyak

Kategori hasil keseluruhan:

ASI banyak : bila rata-rata skor ASI 5

ASI sedang : bila rata-rata skor ASI 2-4

ASI sedikit : bila rata-rata skor ASI < 2

Inform consent

SAYA YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI

Nama :

Tempat/tanggal lahir:

Alamat:

Umur:

Pendidikan :

Agama:

Pekerjaan:

Asal/suku bangsa

Dengan ini menyatakan bahwa saya dengan sadar dan mengerti bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu Menyusui.yang diselenggarakan oleh tim peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara pada periode 03 Januari 2014 sampai dengan 09 Januari 2014

Jakarta 03 januari 2014

(nama jelas)LAMPIRAN II

Lampiran II.1. Produksi ASI tidak lancarDescriptives

Intervensi Katuk dan TidakStatisticStd. Error

Usia ibu dalam tahunKatukMean26,93,842

95% Confidence Interval for MeanLower Bound25,13

Upper Bound28,74

5% Trimmed Mean26,76

Median26,00

Variance10,638

Std. Deviation3,262

Minimum23

Maximum34

Range11

Interquartile Range5

Skewness,881,580

Kurtosis,0451,121

TidakMean26,071,151

95% Confidence Interval for MeanLower Bound23,59

Upper Bound28,56

5% Trimmed Mean25,86

Median24,50

Variance18,533

Std. Deviation4,305

Minimum21

Maximum35

Range14

Interquartile Range5

Skewness1,360,597

Kurtosis1,0701,154

Usia Anak dalam BulanKatukMean7,13,816

95% Confidence Interval for MeanLower Bound5,38

Upper Bound8,88

5% Trimmed Mean6,98

Median7,00

Variance9,981

Std. Deviation3,159

Minimum3

Maximum14

Range11

Interquartile Range3

Skewness,816,580

Kurtosis,3281,121

TidakMean8,071,299

95% Confidence Interval for MeanLower Bound5,27

Upper Bound10,88

5% Trimmed Mean7,97

Median8,00

Variance23,610

Std. Deviation4,859

Minimum1

Maximum17

Range16

Interquartile Range7

Skewness,423,597

Kurtosis-,5561,154

Pemberian makanan tambahan

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Pemberian makanan tambahan selama menyusuiadaCount6511

% within Pemberian makanan tambahan selama menyusui54,5%45,5%100,0%

tidak adaCount121022

% within Pemberian makanan tambahan selama menyusui54,5%45,5%100,0%

TotalCount181533

% within Pemberian makanan tambahan selama menyusui54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square,000a11,000

Continuity Correctionb,00011,000

Likelihood Ratio,00011,000

Fisher's Exact Test1,000,643

Linear-by-Linear Association,00011,000

N of Valid Cases33

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

Odds Ratio for Pemberian makanan tambahan selama menyusui (ada / tidak ada)1,000,2344,278

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Katuk1,000,5161,936

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Tidak1,000,4532,210

N of Valid Cases33

Stress psikologis

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusuiadaCount033

% within Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusui0,0%100,0%100,0%

tidak adaCount181230

% within Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusui60,0%40,0%100,0%

TotalCount181533

% within Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusui54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square3,960a1,047

Continuity Correctionb1,9101,167

Likelihood Ratio5,0941,024

Fisher's Exact Test,083,083

Linear-by-Linear Association3,8401,050

N of Valid Cases33

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,36.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Tidak2,5001,6133,875

N of Valid Cases33

IMD

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahirtidakCount5510

% within Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir50,0%50,0%100,0%

yaCount131023

% within Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir56,5%43,5%100,0%

TotalCount181533

% within Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square,120a1,730

Continuity Correctionb,00011,000

Likelihood Ratio,1191,730

Fisher's Exact Test1,000,512

Linear-by-Linear Association,1161,733

N of Valid Cases33

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,55.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

Odds Ratio for Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir (tidak / ya),769,1743,409

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Katuk,885,4321,810

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Tidak1,150,5302,497

N of Valid Cases33

FREKUENSI BAYI MENYUSUI

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

frekuensi bayi menyusu dalam sehari1-4 kali sehariCount202

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari100,0%0,0%100,0%

5-8 kali sehariCount121022

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari54,5%45,5%100,0%

>8 kali sehariCount459

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari44,4%55,6%100,0%

TotalCount181533

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square2,037a2,361

Likelihood Ratio2,7932,247

Linear-by-Linear Association1,3591,244

N of Valid Cases33

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,91.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for frekuensi bayi menyusu dalam sehari (1-4 kali sehari / 5-8 kali sehari)a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

CARA MENGAKHIRI ASI

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Cara mengakhiri pemberian ASIditarik oleh ibuCount202

% within Cara mengakhiri pemberian ASI100,0%0,0%100,0%

bayi melepas sendiriCount161531

% within Cara mengakhiri pemberian ASI51,6%48,4%100,0%

TotalCount181533

% within Cara mengakhiri pemberian ASI54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square1,774a1,183

Continuity Correctionb,3591,549

Likelihood Ratio2,5321,112

Fisher's Exact Test,489,290

Linear-by-Linear Association1,7201,190

N of Valid Cases33

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Katuk1,9381,3782,724

N of Valid Cases33

UJI STATISTIK DAN EPIDEMIOLOGI PRODUKSI ASI TIDAK LANCAR

Case Processing Summary

Cases

ValidMissingTotal

NPercentNPercentNPercent

Intervensi Katuk dan Tidak * kategori selisih skor29100,0%00,0%29100,0%

Intervensi Katuk dan Tidak * kategori selisih skor Crosstabulation

kategori selisih skorTotal

sedikit =3

Intervensi Katuk dan TidakKatukCount310215

% within Intervensi Katuk dan Tidak20,0%66,7%13,3%100,0%

TidakCount140014

% within Intervensi Katuk dan Tidak100,0%0,0%0,0%100,0%

TotalCount1710229

% within Intervensi Katuk dan Tidak58,6%34,5%6,9%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square19,106a2,000

Likelihood Ratio24,3242,000

Linear-by-Linear Association15,7121,000

N of Valid Cases29

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,97.

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

For cohort kategori gabungan selisih = sedikit,278,132,585

N of Valid Cases33

Intervensi Katuk dan Tidak * kategori gabungan Crosstabulation

kategori gabunganTotal

1,002,00

Intervensi Katuk dan TidakKatukCount31215

% within Intervensi Katuk dan Tidak20,0%80,0%100,0%

TidakCount14014

% within Intervensi Katuk dan Tidak100,0%0,0%100,0%

TotalCount171229

% within Intervensi Katuk dan Tidak58,6%41,4%100,0%

Chi-Square Tests

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square19,106a1,000

Continuity Correctionb15,9501,000

Likelihood Ratio24,3241,000

Fisher's Exact Test,000,000

Linear-by-Linear Association18,4471,000

N of Valid Cases29

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,79.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

For cohort kategori gabungan = 1,00,200,073,550

N of Valid Cases29

Lampiran II.3. Produksi ASI lancar

PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Pemberian makanan tambahan selama menyusuiadaCount6511

% within Pemberian makanan tambahan selama menyusui54,5%45,5%100,0%

tidak adaCount121022

% within Pemberian makanan tambahan selama menyusui54,5%45,5%100,0%

TotalCount181533

% within Pemberian makanan tambahan selama menyusui54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square,000a11,000

Continuity Correctionb,00011,000

Likelihood Ratio,00011,000

Fisher's Exact Test1,000,643

Linear-by-Linear Association,00011,000

N of Valid Cases33

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

Odds Ratio for Pemberian makanan tambahan selama menyusui (ada / tidak ada)1,000,2344,278

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Katuk1,000,5161,936

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Tidak1,000,4532,210

N of Valid Cases33

STRESS PSIKOLOGIS

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusuiadaCount033

% within Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusui0,0%100,0%100,0%

tidak adaCount181230

% within Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusui60,0%40,0%100,0%

TotalCount181533

% within Beban pikiran yang berat selama hamil dan menyusui54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square3,960a1,047

Continuity Correctionb1,9101,167

Likelihood Ratio5,0941,024

Fisher's Exact Test,083,083

Linear-by-Linear Association3,8401,050

N of Valid Cases33

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,36.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Tidak2,5001,6133,875

N of Valid Cases33

IMD

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahirtidakCount5510

% within Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir50,0%50,0%100,0%

yaCount131023

% within Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir56,5%43,5%100,0%

TotalCount181533

% within Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square,120a1,730

Continuity Correctionb,00011,000

Likelihood Ratio,1191,730

Fisher's Exact Test1,000,512

Linear-by-Linear Association,1161,733

N of Valid Cases33

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,55.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

Odds Ratio for Bayi diletakan di atas dada ibu segera setelah lahir (tidak / ya),769,1743,409

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Katuk,885,4321,810

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Tidak1,150,5302,497

N of Valid Cases33

FREKUENSI MENYUSUI

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

frekuensi bayi menyusu dalam sehari1-4 kali sehariCount202

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari100,0%0,0%100,0%

5-8 kali sehariCount121022

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari54,5%45,5%100,0%

>8 kali sehariCount459

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari44,4%55,6%100,0%

TotalCount181533

% within frekuensi bayi menyusu dalam sehari54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValueDfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square2,037a2,361

Likelihood Ratio2,7932,247

Linear-by-Linear Association1,3591,244

N of Valid Cases33

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,91.

Risk Estimate

Value

Odds Ratio for frekuensi bayi menyusu dalam sehari (1-4 kali sehari / 5-8 kali sehari)a

a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.

CARA MENGAKHIRI PEMBERIAN ASI

Crosstab

Intervensi Katuk dan TidakTotal

KatukTidak

Cara mengakhiri pemberian ASIditarik oleh ibuCount202

% within Cara mengakhiri pemberian ASI100,0%0,0%100,0%

bayi melepas sendiriCount161531

% within Cara mengakhiri pemberian ASI51,6%48,4%100,0%

TotalCount181533

% within Cara mengakhiri pemberian ASI54,5%45,5%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square1,774a1,183

Continuity Correctionb,3591,549

Likelihood Ratio2,5321,112

Fisher's Exact Test,489,290

Linear-by-Linear Association1,7201,190

N of Valid Cases33

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

For cohort Intervensi Katuk dan Tidak = Katuk1,9381,3782,724

N of Valid Cases33

Descriptives

Intervensi Katuk dan TidakStatisticStd. Error

Usia ibu dalam tahunKatukMean27,121,172

95% Confidence Interval for MeanLower Bound24,63

Upper Bound29,60

5% Trimmed Mean26,52

Median26,00

Variance23,360

Std. Deviation4,833

Minimum23

Maximum42

Range19

Interquartile Range4

Skewness2,271,550

Kurtosis5,3341,063

TidakMean24,80,770

95% Confidence Interval for MeanLower Bound23,15

Upper Bound26,45

5% Trimmed Mean24,83

Median25,00

Variance8,886

Std. Deviation2,981

Minimum19

Maximum30

Range11

Interquartile Range3

Skewness-,094,580

Kurtosis-,1801,121

Usia Anak dalam BulanKatukMean9,821,394

95% Confidence Interval for MeanLower Bound6,87

Upper Bound12,78

5% Trimmed Mean9,53

Median9,00

Variance33,029

Std. Deviation5,747

Minimum3

Maximum22

Range19

Interquartile Range11

Skewness,612,550

Kurtosis-,6051,063

TidakMean6,80,663

95% Confidence Interval for MeanLower Bound5,38

Upper Bound8,22

5% Trimmed Mean6,78

Median6,00

Variance6,600

Std. Deviation2,569

Minimum2

Maximum12

Range10

Interquartile Range3

Skewness,139,580

Kurtosis,1001,121

UJI STATISTIK DAN EPIDEMIOLOGI PRODUKSI ASI LANCAR

Case Processing Summary

Cases

ValidMissingTotal

NPercentNPercentNPercent

Intervensi Katuk dan Tidak * kategori gabungan selisih33100,0%00,0%33100,0%

Intervensi Katuk dan Tidak * kategori gabungan selisih Crosstabulation

kategori gabungan selisihTotal

sedikitbanyak

Intervensi Katuk dan TidakKatukCount51318

% within Intervensi Katuk dan Tidak27,8%72,2%100,0%

TidakCount15015

% within Intervensi Katuk dan Tidak100,0%0,0%100,0%

TotalCount201333

% within Intervensi Katuk dan Tidak60,6%39,4%100,0%

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square17,875a1,000

Continuity Correctionb14,9781,000

Likelihood Ratio22,9811,000

Fisher's Exact Test,000,000

Linear-by-Linear Association17,3331,000

N of Valid Cases33

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square17,875a1,000

Continuity Correctionb14,9781,000

Likelihood Ratio22,9811,000

Fisher's Exact Test,000,000

Linear-by-Linear Association17,3331,000

N of Valid Cases33

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value95% Confidence Interval

LowerUpper

For cohort kategori gabungan selisih = sedikit,278,132,585

N of Valid Cases33

Faktor Lain :

IMD

Frekuensi menyusui

Lamanya menyusui

Faktor Ibu :

Faktor Fisik

Kelainan Endokrin

Usia

Nutrisi dan asupan cairan

Puting mengalami perlukaan

Payudara mengalami pembengkakan

Saluran keluar ASI tersumbat

Faktor Psikologis

Faktor Sosial

Faktor Pendidikan

Faktor Bayi:

Kurangnya usia gestasi

Struktur mulut (bibir sumbing )dan rahang kurang baik

Refleks Hisap berkurang

Produksi ASI

PEPAYA

Ekstrak Daun Katuk

Pemberian Ekstrak Daun Katuk

Produksi ASI

ASI

Ibu menyusui yang datang ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan

-

Ibu yang memenuhi kriteria inklusi yang datang ke Posyandu wilayah kerja Puskesmas Kembangan Selatan

+

Bersedia menjadi responden

Tidak

Diikutsertakan

Bersedia

+

Sedang

Sedikit

Produksi ASI

Diberikan kapsul plasebo 300

Diberikan kapsul ekstrak katuk 300

Produksi ASI Tinggi

Produksi ASI Rendah

Produksi ASI

Sedang

Ekstrak Daun Katuk

Plasebo

KACANG HIJAU

LABU SIAM

Semangka

Banyak

Perbandingan Produksi ASI banyak dan sedikit dari yang diberi katuk

Perbandingan Produksi ASI banyak dan sedikit dari yang diberi plasebo

Perbandingan Produksi ASI sedang dan sedikit dari yang diberi katuk

Perbandingan Produksi ASI banyak dan sedikit dari yang diberi plasebo

Bersambung ke halaman 37

TABEL 3.1 TABEL BIVARIAT PRODUKSI ASI

TABEL 3.1 TABEL sSTRATIFIKASI PRODUKSI ASI TIDAK LANCAR

TABEL 3.2 TABEL BIVARIAT PRODUKSI ASI LANCAR

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 2013 42