Final Manop

download Final Manop

of 6

description

manajemen operasi tugas akhir

Transcript of Final Manop

A.1. Chase Strategy Total biaya chase strategy = biaya tenaga kerja langsung + biaya bahan baku langsung + biaya overhead produksi + biaya inventory + biaya hiring + biaya firing

2. Level Strategy Total biaya produksi Level Strategy = biaya tenaga kerja langsung + biaya bahan baku langsung + biaya overhead produksi + biaya inventory + biaya backorder =

3. Hybrid Strategy Total biaya produksi Hybrid Strategy = biaya tenaga kerja langsung + biaya bahan baku langsung + biaya overhead produksi + biaya inventory + biaya overtime + biaya undertime Setelah dilakukan perhitungan biaya produksi awal perusahaan dan evaluasi biaya produksi dengan menggunakan tiga strategi agregat, maka dilakukan pemilihan strategi agregat terbaik yang memberikan biaya produksi paling minimum.metode yang digunakan pada praktikum perencanaan agregat ini yaitu level strategy dan chase strategy. level strategy merupakan metode yang digunakan berdasarkan produksinya. produksinya tetap dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dibuat seefektif mungkin. sedangkan chase strategy merupakan metode yang digunakan berdasarkan jumlah permintaan dan jumlah pekerja disesuaikan dengan jumlah permintaan.kelebihan pada metode level strategy yaitu pada produksi yang tetap namun kekurangannya yaitu pada jumlah pegawai yang tetap namun jumlah permintaan yang berubah-ubah. hal itu akan berakibat penambahan waktu kerja. pada chase strategy kelebihannya adalah jumlah pekerjaan yang disesuaikan dengan jumlah permintaan dan produksi yang sesuai permintaan, namun kekurangannya yaitu pegawai dituntut untuk bisa memenuhi permintaan.Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)

Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.

Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggungperusahaan.

Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)

Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang biasanya 150% dari biaya kerja regular.Disamping biaya tersebut, adanya lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.

Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan persediaan)

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan(inventory cost/holding cost) yang berupa biaya tertahannya modal,pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO(Make to order =Memproduksii berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.

Subcontract Cost (biaya subkontrak)

Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular,biasanya perusahaan mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.B.Biaya kehabisan stok (stockout cost), biaya ini mencerminkan konsekuensi ekonomi atas habisnya stok . Biaya ini merupakan biaya yang paling sulit untuk diestimasi karena Permintaan bebas, dipengaruhi oleh kondi si pasar di luar kendali fungsi operasi, oleh sebab itu ia bebas (independent) dari fungsi operasi, contohnya persediaan barang jadi dan suku cadang dan Permintaan tidak bebas, terkait dengan permintaan untuk satuan barang lain dan tidak secara bebas ditentukan oleh pasar JIT (just-in-time) adalah suatu sistem yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan sesuai dengan kebutuhan produksi.Tujuan strategis JIT adalah :1. Meningkatkan laba2. Memperbaiki posisi persaingan perusahaan.Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :1. Mengeliminasi atau mengurangi persediaan2. Meningkatkan mutu3. Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat)4. Memperbaiki kinerja pengiriman. Keuntungan JIT-seluruh system yang ada dalam perusahaan dapat berjalan lebih efisien-Pabrik mengeluarkan biaya yang lebih sedikit untuk memperkerjakan para staffnya.-Barang produksi tidak harus selalu di cek, disimpan atau diretur kembali.- kertas kerja dapat lebih simple- Penghematan yang telah di lakukan dapat digunakan untuk mendapat profit yang lebih tinggi misalnya, dengan mengadakan promosi tambahan. Kelemahan JITsatu kelemahan sistem JIT adalah, tingkatan order ditentukan oleh data permintaan historis. Jika permintaan naik melebihi dari rata-rata perencanaan historis maka inventori akan habis dan akan mempengaruhi tingkat pelayanan konsumen.Sistem tarikan dibanding sistem dorongan Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.C.8 DIMENSI KUALITAS :PERFORMA :SEBERAPA COCOK PRODUK TADI DIGUNAKAN SESUAI DENGAN FUNGSI PEMENUHAN KEBUTUHANFEATURES :KONTEN DARI PRODUK YANG MEMBEDAKAN DENGAN PRODUK YANG LAINREABILITAS :SEBERAPA LAMA PRODUK TERSEBUT DAPAT BERTAHAN DARI KERUSAKANCONFORMANCE :SEJAUH MANA PRODUK TADI BISA DIKEMBANGKAN OLEH KONSUMEN ITU SENDIRIDURABILITAS :SEBERAPA LAMA PRODUK SAMPAI BENAR BENAR TIDAK DAPAT DIPAKAI LAGISERVICEABILITY: SPEED, COST, EASE TO REPAIR :ADA TIDAKNYA SERVICE CENTER DAN SEBERAPA BANYAK BIAYA YANG HARUS KELUAR UNTUK ITUESTHETIC : NILAI KEINDAHAN /TAMPILAN FISIK PRODUKPERCEIVED QUALITY : KESAN YANG MEMBEKAS DARI PRODUK PADA PEMIKIRAN KONSUMENTERJEMAHAN MENURUT ISO :TQM ADALAH PENDEKATAN MANAJEMEN PADA SUATU ORGANISASI, BERFOKUS PADA KUALITAS DAN DIDASARKAN ATAS PARTISIPASI DARI KESELURUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN DITUJUKAN PADA KEBERHASILAN JANGKA PANJANG MELALUI KEPUASAN PELANGGAN DAN MEMBERIKAN MANFAAT KEPADA STAKEHOLDER.

D. Supply Chain Management (SCM) adalah pengelolaan suatu jaringan bisnis yang saling berhubungan yang terlibat dalam penyediaan akhir paket-paket produk dan layanan yang diperlukan oleh konsumen akhir (Harland, 1996). [1] Supply meliputi manajemen rantai semua gerakan dan penyimpanan bahan baku, bekerja-dalam persediaan-proses, dan barang jadi dari titik asal ke titik konsumsi (rantai suplai).Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. TUJUAN :Menentukan tingkat outsourcing yang tepat, Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang, Mengelola pemasok, Mengelola hubungan terhadap pelanggan, Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat, Mengelola risikoKomponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen utama yaitu:1. Upstream Supply ChainBagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.2. Internal Supply ChainBagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.3. Downstream supply chainDownstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan after-sale service.

Strategi Rantai Pasokan

Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut: 1. Banyak Pemasok (Many Supplier) Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan, biaya, kualitas dan pengiriman. 2. Sedikit Pemasok (Few Supplier) Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan para pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah. Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar, sehingga pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi tawanan yang lainnya. Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang dihadapi pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama.

3. Vertical Integration Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat berupa: Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja. Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang semula sebagai distributornya. 4. Kairetsu Network. Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung secara financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis dan kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur. Para anggota kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil. 5. Perusahaan Maya (Virtual Company) Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah. Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, disain produk atau distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau subkontraktor. Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas dunia yang ramping. Keuntungan yang bisa diperoleh diantaranya adalah: keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang renadh, fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi.

ISO 9000 -Quality Management Systems - Fundamentals and Vocabulary: mencakup dasar-dasar sistem manajemen kualitas dan spesifikasiterminologidari Sistem Manajemen Mutu (SMM).

b. ISO 9001 -Quality Management Systems - Requirements: ditujukan untuk digunakan di organisasi manapun yang merancang, membangun, memproduksi, memasang dan/atau melayani produk apapun atau memberikan bentuk jasa apapun. Standar ini memberikan daftar persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah organisasi apabila mereka hendak memperolehkepuasanpelanggansebagai hasil dari barang dan jasa yang secara konsisten memenuhi permintaan pelanggan tersebut. Implementasi standar ini adalah satu-satunya yang bisa diberikan sertifikasi oleh pihak ketiga.

c. ISO 9004 -Quality Management Systems - Guidelines for Performance Improvements: mencakup perihal perbaikan sistem yang terus-menerus. Bagian ini memberikan masukan tentang apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan sistem yang telah terbentuk lama. Standar ini tidaklah ditujukan sebagai panduan untukimplementasi, hanya memberikan masukan saja.