Filsafat Ketuhanan Dalam Islam Zha Zha

download Filsafat Ketuhanan Dalam Islam Zha Zha

of 9

Transcript of Filsafat Ketuhanan Dalam Islam Zha Zha

RESUME AGAMA ISLAMKERANGKA DASAR AJARAN ISLAM

OLEH ;

ZHA ZHA NURUL ZAHRAN 101 13 109

A. FILSAFAT KETUHANAN DALAM ISLAMFilsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, maka dipakai pendekatan yang disebut filosofis. Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi) akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.

Meyakini adanya Tuhan adalah masalah fithri yang tertanam dalam diri setiap manusia, namun karena kecintaan mereka kepada dunia yang berlebihan sehingga mereka disibukkan dengannya, mengakibatkan mereka lupa kepada Sang Pencipta dan kepada jati diri mereka sendiri. Yang pada gilirannya, cahaya fitrah mereka redup atau bahkan padam.

Walaupun demikian, jalan menuju Allah itu banyak. Para ahli marifat berkata,Jalan-jalan menuju marifatullah sebanyak nafas makhluk.Salah satu jalan marifatullah adalah akal. Terdapat sekelompok kaum muslim, golongan ahli Hadis (Salafi) atau Wahabi, yang menolak peran aktif akal sehubungan dengan ketuhanan. Mereka berpendapat, bahwa satu-satunya jalan untuk mengetahui Allah adalah nash (Al Quran dan Hadis). Mereka beralasan dengan adanya sejumlah ayat dan riwayat yang secara lahiriah melarang menggunakan akal (rayu). Padahal kalau kita perhatikan, ternyata Al Quran dan Hadis sendiri mengajak kita untuk menggunakan akal, bahkan menggunakan keduanya ketika menjelaskan keberadaan Allah.

Perkataan Illah, yang selalu diterjemahkan"Tuhan"Dalam bahasa Alquran dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan dan dipentingkan oleh manusia, misalnya dalamQS.Al jatsiyah (45) ; 23.

Ayat diatas menunjukkan bahwa perkataan illah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Firaun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Illah yang tepat, berdasarkan logika Alquran sebagai berikut :Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

Dalam ajaran islam diajarkanla ilaaha illa Allah. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitutidak ada Tuhan, kemudian baru diikuti dengan penegasanmelainkan Allah. Hal itu berarti seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

B. KEIMANAN DAN KETAKWAANIman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.

Dalamsurah Al-Baqarah ayat 165dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan,keimanan adalahpondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika hanya diyakini dalam hati tapi juga harus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh.seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya

Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari tanda-tandanya seperti :1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah hatinya bergetar, dan berusaha agar Allah tidak lepas dari ingatannya.2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan6. Memelihara amanah dan menepati janji

Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut3. Iman memberikan ketentramann jiwa4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Takwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi, maka secara etimologi taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin HubaibTakwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah karena mengharapkan pahala dari-Nya Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya."

Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengatakan:Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?Si penanya menjawab,Ya.Beliau balik bertanya,Lalu apa yang kamu lakukan?Orang itu menjawab,Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan langkah.Maka berkata Abu Hurairah,Seperti itulah takwa".

Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan:1. Iman kepada Allah,iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, dengan kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.2. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang0orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai umat manusia.3. Mendirikan shalat dan zakat4. Menepati janji5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan

Hubungan Takwa dengan Allah SWTSeseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.

Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah.

Hubungan Takwa dengan sesama manusiaHubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang lain, melindungi yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan.

Hubungan Takwa dengan Diri sendiri1. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang menentukan.

3. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.

4. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya.

IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIODUPAN MODERNCiri-ciri Masyarakat ModernMasyarakat modern adalah komunitas orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan dan aturan-aturan tertentu yang bersifat modern serta penggunaan teknologi.Ciri-ciri pokok masyarakat modern menurut Deliar Noor:a.Bersifat rasional yakni lebih mengutamakan pendapat yang berdasarkan akal.b.Berfikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat.c.Menghargai waktu, yakni dengan memafaatkan waktu sebaik-baiknya dan seefektif mungkin sehingga tidak ada waktu yang mubadzir tanpa makna.d.Bersifat terbuka yakni mau menerima kritikan, saran, masukan untuk perbaikan yang datang dari manapun.e.Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaannya bagi masyarakat.F.Tantangan, Problema Dan Resiko Kehidupan ModernDisaat manusia beranjak dewasa yang ditandai oleh kesempurnaan akalnya, maka semenjak itu ia mulai berpikir tentang keberadaannya di dunia ini. Ia mulai berpikir tentang beberapa pertanyaan mendasar yang sangat perlu, bahkan ia harus jawab. Jawaban tersebut akan menjadi landasan kehidupan pada masa-masa selanjutnya. Selama masalah ini belum terjawab, selama itu pula menusia tersesat tanpa tujuan yang jelas dan tidak akan berjalan di dunia dengan tenang. Karena sifatnya yang demikian beberapa pertanyaan pokok dan mendasar ini sering disebut sebagai uqdatul kubro (masalah/simpul yang sangat besar).Pertanyaan mendasar tersebut berupa:-Darimanakah asal manusia dari kehidupan ini?-Untuk apa manusia dan kehidupan ini ada?-Mau kemana manusia pada saat ini dan kehidupan setelah ini?Bila pertanyaan ini terjawab, terlepas dari jawaban benar atau salah- maka seseorang akan memiliki landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupannya. Selanjutnya ia berjalan dengan suatu landasan dan berbuat dengan standardan nilai yang berlandaskan landasan tersebut.Berikut ini merupakan simpulan permasalahan masyarakat kita akibat produk dunia pendidikan:1.Agama dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dengan pengaturan kehidupan (sekularisme) sehingga agama (Islam) tidak lagi berperan sebagai pengendali motivasi manusia (driving integrating motive) atau factor pendorong (unifying factor).2.Kepribadian peserta didik mengalami keguncangan citra diri (disturbance of self image) dan kepribadian yang pecah (spli personality) sehingga tidak memiliki kepribadian yang Islami (Asy Syakhshiyyah Al Islamiyyah).3.Pola hidup masyarakat bergeser dari social-religius kearah masyarakat individual materialistis dan sekuler.4.Pola hidup sederhana dan produktif cenderung kearah pola hidup mewah dan konsumtif.5.Struktur keluarga yang semula extended family cenderung kearah nuclear family bahkan menuju single parent family.6.Hubungan keluarga yang semula erat dan kuat cenderung menjadi longgar dan rapuh.7.Nilai-nilai agama dan tradisional masyarakat cenderung berubah menjadi masyarakat modern bercorak sekuler dan permissive society.8.Lembaga perkawinan mulai diragukan dan masyarakat cenderung untuk memilih hidup bersama tanpa nikah.9.Ambisi kerier dan materi yang tidak terkendali mengganggu hubungan interpersonal baik dalam keluarga maupun masyarakat.10.Jaminan terhadap kesehatan bagi masyarakat juga semakin jauh. Dengan adanya swastanisasi pada pengelolaan kesehatan berakibat pada mahalnya biaya kesehatan. Sementara fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah tetap tidak mampu memberikan pelayanan kesehatan yang memadai.G.Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan Kehidupan ModernPendidikan yang materialistik sebagaimana dapat dicermati pada Bagian Skematis Akar Masalah Pendidikan dan Solusi Paradigmatiknya adalah buah dari kehidupan sekuleristik yang terbukti telah gagal menghantarkan manusia menjadi sosok pribadi yang utuh, yakni seseorang Abidu al-Shalih yang Muslih. Hal ini disebabkan oleh dua hal.Pertama, paradigma pendidikan yang keliru dimana dalam sistem kehidupan sekuler, asas penyelenggaraan pendidikan juga sekuler. Tujuan pendidikan yang ditetapkan juga adalah buah dari paham sekuler tadi, yakni sekadar membentuk manusia-manusia yang berpaham materialistik dan serba individualistik.Kedua, kelemahan fungsional pada tiga unsure pelaksana pendidikan, yakni (1) kelemahan pada lembaga pendidikan formal yang tercermin dari kacaunya kurikulum serta tidak berfungsinya guru dan lingkungan sekolah/kampus sebagai medium pendidikan sebagaimana mestinya, (2) kehidupan keluarga yang tidak mendukung, dan (3) keadaan masyarakat yang tidak kondusif.Kacaunya kurikulum yang berawal dari asasnya yang sekuler tadi kemudian mempengaruhi penyusun struktur kurikulum yang tidak memberikan ruang semestinya kepada proses penguasaan tsaqofah Islam dan pembentukan kepribadian Islam. Tidak berfungsinya guru/dosen dan rusaknya proses belajar mengajar tampak dari peran guru yang sekadar berfungsi sebagai pengajar dalam proses transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tidak sebagai pendidik yang berfungsi dalam transfer ilmu pengetahuan dan kepribadian (transfer personality), karena memang kepribadian guru/dosen sendiri banyak tidak lagi pantas untuk diteladani. Lingkungan fisik sekolah/kampus yang tidak tertata dan terkondisi secara Islami (ditambah dengan minimnya sarana pendukung, seperti masjid/mushola) turut menumbuhkan budaya yang tidak memacu proses pembentukan kepribadian peserta didik. Akumulasi kelemahan pada unsur sekolah/kampus itu akhirnya menyebabkan tidak optimalnya pencapaian tujuan pendidikan yang dicita-citakan.Begitu halnya dengan kelemahan pada unsur keluarga yang umurnya tampak dari lalainya para orang tua untuk secara sungguh-sungguh menanamkan dasar-dasar keislaman yang memadai kepada anaknya. Lemahnya pengawasan terhadap pergaulan anak dan minimnya teladan dari orang tua dalam sikap keseharian terhadap anak-anaknya, makin memperparah terjadinya disfungsi rumah sebagai salah satu unsur pelaksana pendidikan.Sementara itu, masyarakat yang semestinya menjadi media pendidikan yang riil justru berperan sebaliknya akibat dari berkembangnya sistem nilai sekuler yang tampak dari penataan semua aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, termasuk tata pergaulan sehari-hari yang bebas dan tak acuh pada norma agama; berita-berita pada media masa yang cenderung mempropagandakan hal-hal negative seperti pornografi dan kekerasan, serta langkahnya keteladanan pada masyarakat. Kelemahan pada unsure keluarga dan masyarakat ini pada akhirnya lebih banyak menginjeksikan beragam pengaruh negatif pada anak didik. Maka yang terjadi kemudian adalah sinergi pengaruh negatif kepada pribadi anak didik.Oleh karena itu, penyelesaian problem pendidikan yang mendasar harus dilaksanakan pula secara fundamental, dan itu hanya dapat diwujudkan dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh yang diawali dari perubahan paradigm pendidikan sekuler menjadi paradigmaIslam. Sementara pada tataran derivatnya, kelemahan ketiga factor di atas diselesaikan dengan cara memperbaiki strategi fungsionalnya sesuai dengan arahan Islam.1.Solusi pada Tataran Paradigmatik.Secara paradigmatik, pendidikan harus dikembalikan pada asas aqidah Islam yang bakal menjadi dasar penentuan arah dan tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta proses belajar mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru/dosen serta budaya sekolah/kampus yang akan dikembangkan. Sekalipun pengaruhnya tidak sebesar unsur pendidikan yang yang lain, penyediaan sarana dan prasarana juga harus mengacu pada asas di atas.Paradigma baru pendidikan yang berasal aqidah Islam itu semestinya juga harus berlangsung secara berkesinambungan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi yang pada ujungnya nanti diharapkan mampu menghasilkan keluaran (output) peserta didik yang berkepribadia Islam (syakhshiyyah Islamiyyah) menguasai tsaqofah dan ilmu-ilmu kehidupan (iptek dan keahlian). Bila dalam orientasi keluaran dari pendidikan sekuleristik ketiga unsure tersebut terpisah satu sama lain dan diposisikan berbeda dimensi (agama-non agama) dengan proporsi sangat tidak seimbang yang menyebabkan kegagalan pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik selama ini, maka dalam pendidikan yang ideal ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh.Melihat kondisi obyektif pendidikan saat ini, langkah yang diperlukan adalah optimasi pada proses-proses pembentukan kepribadian Islam (syakhsiyyah Islamiyyah) dan penguasaan tsaqofah Islam serta meningkatkan pengajaran sains-teknologi dan keahlian sebagaimana yang sudah ada dengan menata ontologi, epistemologi dan aksiologi keilmuan yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam, mengintegrasikan ketiganya seperti yang tampak pada Bagan Solusi Orientasi Pendidikan. Optimasi dan Integrasi.2.Solusi pada Tataran Strategi FungsionalPendidikan yang integral harus melibatkan tiga unsur pelaksana, yaitu keluarga, sekolah/kampus dan masyarakat. Bagan Faktual 3 Unsur Pelaksana Pendidikan. Sinergi pengaruh negatif, menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan saat ini, dimana ketiga unsur pelaksana tersebut belum berjalan secara sinergis, disamping masing-masing itu juga memberikan pengaruh kepada unsur pelaksana pendidikan yang lain.Maksudnya, buruknya pendidikan anak di rumah memberibeban berat kepada sekolah/kampus dan menambah keruwetan persoalan di tengah masyarakat seperti terjadinya tawuran pelajar, seks bebas, narkoba dan sebagainya. Sementara, situasi masyarakat yang buruk jelas membuat nilai-nilai yang mungkin sudah berhasil ditanamkan di tengah keluarga dan sekolah/kampus menjadi kurang optimum. Apalagi bila pendidikan yang diterima di sekolah juga kurang bagus, maka lengkaplah kehancuran dari tiga pilar pendidikan tersebut.Berdasarkan pengorganisasian, proses pendidikan bisa dibagi menjadi dua, yakni secara formal di sekolah/kampus dan secara nonformal di luar kampus-sekolah/lingkungan yakni keluarga dan masyarakat.H.KesimpulanBahwa iman dan taqwa itu sesuatu yang harus dimiliki seorang mukmin, karena dengan itu kita bisa menyakini , dan takut hanya kepada Allah. Sehingga apa yang diperintahkan Allah kita selalu senantiasa mengerjakannya. Taqwa juga bisa menjadiakn kita sebagai manusia yang mulia di sisi Allah.Bila landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupan manusia sudah mulai goyah atau terbuai dengan perkembangan zaman, maka manusia akan mulai mengalami kehancuran. Hal ini bisa dicegah dengan selalu memupuk iman dan ketaqwaan dalam diri.