filsafat

download filsafat

If you can't read please download the document

description

TASK

Transcript of filsafat

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIbu hamil enggan periksa ANC banyak ditemukan di Provini Papua. Membicarakan kehamilan dan seluk beluknya selalu membuat penasaran. Selalu saja ada yang menarik, unik dan indah didalamnya. Dimana didalamnya terkandung banyak nilai positif yang dapat digali utuk kemajuan ilmu pengetahuan. Mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab akibat antara makanan dan kondisi sehat sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat, apalagi masalah proses menghadapi kehamilan. Sampai saat ini banyaknya ibu hamil yang enggan periksa ANC di kota Merauke belum dapat dijelaskan.Kehamilan merupakan proses fisiologi dalam daur kesehatan reproduksi dan proses terjadinya kehamilan hampir sama antara wanita satu dengan yang lain. Perbedaannya adalah cara interpretasi, persepsi dan respon serta perilaku yang berbeda dalam menghadapi proses tersebut. Setiap kelompok masyarakat mempunyai pandangan berbeda yang diwariskan turun temurun dalam kelompok sosialnya dan terwujud secara nyata melalui seperangkat pengetahuan dan kebudayaan. Kehamilan secara sosial dinyatakan sebagai kondisi seseorang yang memungkinkan ia menyelesaikan tugasnya di tengah-tengah masyarakat, tanpa merasa cemas dalam memelihara dan memajukan dirinya sendiri maupun keluarganya sehari-hari. Kehidupan sosial tersebut pula akan mempengaruhi pola hidup yang berdampak pada kondisi kehamilannya, karena tidak sempat meluangkan waktu untuk memeriksakan kehamilannya. Disamping hal tersebut juga terdapat konsep budaya yang memandang kematian ketika hamil sebagai mati syahid sehingga mendorong ibu untuk pasrah dan tidak teliti (tidak ANC, konsumsi makanan yang tidak baik, tidak bisa mengambil keputusan).Manajemen gaya hidup harus melibatkan aktivitas sosial pada ibu hamil guna menjadikan kualitas hidup yang lebih baik. Kehidupan perempun menjadi lebih baik apabila tercapai keseimbangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang bisa didapatkan. Dukungan sosial, terutama dari keluarga dan bidan, mempunyai peran besar untuk membentuk kualitas hidup dan status psikologi pada ibu hamil menjadi lebih baik. Keadaan sosial budaya masyarakat tidak saja seluruhnya bersifat negatif. Namun ada juga yang bersifat positif yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan. Seringkali bidan menemukan bentuk perilaku yang kuarang menguntungkan bagi kesehatan tetapi masyarakat sulit untuk merubah adat kebiasaan mereka. Dibutuhkan beberapa upaya dalam menunjang tugas bidan dalam masyarakat, salah satunya yaitu mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat dan kunci keberhasilan tersebut adalah komunikasi.Pemeriksaan Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan. Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal care adalah pengetahuan, pendidikan, umur, ekonomi, paritas, budaya letak geografis dan dukungan keluarga.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu apakah faktor yang mempengaruhi keengganan periksa ANC pada ibu hamil di Provinsi Papua?

1.3. Tujuan1.3.1. Tujuan UmumMenjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi keengganan periksa ANC pada ibu hamil di Provinsi Papua.

1.3.2. Tujuan Khusus1) Menjelaskan faktor lingkungan yang mempengaruhi keengganan periksa ANC pada ibu hamil di Provinsi Papua, diantaranya: budaya, dukungan suami, pendapatan perkapita.2) Menjelaskan faktor ibu hamil yang mempengaruhi keengganan periksa ANC di Provinsi Papua, diantaranya: umur, pekerjaan, pendidikan, paritas.3) Menjelaskan faktor tenaga kesehatan yang mempengaruhi keengganan periksa ANC pada ibu hamil di Provinsi Papua, diantaranya: sikap bidan, jarak fasilitas kesehatan.

1.4. ManfaatBerdasarkan tujuan diatas maka manfaatnya yaitu:1) Mengetahui faktor lingkungan yang mempengaruhi keengganan periksa ANC pada ibu hamil di Provinsi Papua, diantaranya: budaya, dukungan suami, pendapatan perkapita.2) Mengetahui faktor ibu hamil yang mempengaruhi keengganan periksa ANC di Provinsi Papua, diantaranya: umur, pekerjaan, pendidikan, paritas.3) Mengetahui faktor tenaga kesehatan yang mempengaruhi keengganan periksa ANC pada ibu hamil di Provinsi Papua, diantaranya: sikap bidan, jarak fasilitas kesehatan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Provinsi Papua2.1.1 Gambaran Umum PapuaPapua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia, bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat (sekarang menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.Papua merupakan provinsi terbesar di Indonesia, dengan luas daratan 21,9% dari jumlah keseluruhan tanah Indonesia yaitu 421,981 km, membujur dari barat ke timur (Sorong - Jayapura) sepanjang 1,200 km dan dari utara ke selatan (Jayapura Merauke) sepanjang 736 km.Provinsi Papua beribu kota di Jayapura yang terdiri dari: 28 Pemerintahan Kabupaten serta satu Pemerintahan Kota yaitu Kota Jayapura. Memiliki curah hujan antara 1.800-3.000 mm, dengan suhu udara 19-28 0C. Provinsi Papua dengan Luas wilayah mencakup 31.7062 Km2, terletak diantara 130-141 Bujur Timur dan 225 Lintang Utara - 9 Lintang Selatan. Dengan jumlah penduduk mencapai 2.097.482 jiwa dan angka pertumbuhan penduduk sekitar 2%.Keadaan topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran tinggi yang dipenuhi dengan hutan hujan tropika, padang rumput dan lembah. Pada bagian tengah pulau terdapat rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 km. Salah satu bagian dari pegunungan tersebut adalah pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena terdapat tiga puncak tertinggi, walaupun terletak dalam garisan khatulistiwa namun selalu diselimuti oleh salju di Puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5,030 m (15.090 kaki), Puncak Trikora 5,160 m (15,480 kaki) dan Puncak Yamin 5,100 m (15.300 kaki). Sungai-sungai besar beserta anak sungainya mengalir ke arah selatan dan utara. Sungai Digul yang bermula dari pedalaman kabupaten Merauke mengalir ke Laut Arafura. Sungai Warenai, Wagona dan Mamberamo yang melewati Kabupaten Jayawijaya, Paniai dan Jayapura bermuara di Samudera Pasifik.Sungai-sungai tersebut mempunyai peranan penting bagi masyarakat sepanjang alirannya baik sebagai sumber air bagi kehidupan harian, sebagai nelayan maupun sebagai sarana penghubung ke daerah luar. Selain itu terdapat pula beberapa danau, diantaranya yang terkenal adalah Danau Sentani di Jayapura, Danau Yamur, Danau Tigi dan Danau Paniai di Kabupaten Nabire dan Paniai.Pada daerah-daerah Papua yang bervariasi topografinya terdapat ratusan kelompok etnik dengan budaya dan adat istiadat yang saling berbeda. Dengan mengacu pada perbedaan topografi dan adat istiadatnya maka secara umum, penduduk Papua dapat di bedakan menjadi 3 kelompok besar yaitu: Penduduk daerah pantai dan kepulauan dengan ciri-ciri umum: rumah diatas tiang (rumah panggung), mata pencaharian menokok sagu dan menangkap ikan. Penduduk daerah pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung. Pada umumnya bermata pencaharian menangkap ikan, berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun beternak secara sederhana. Pada umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatan yang menganut garis ayah atau patrilinea.2.1.2 Interpretasi Masyarakat Papua Tentang Ibu Hamil, Melahirkan dan NifasOrang Papua mempunyai konsepsi dasar berdasarkan pandangan kebudayaan mereka masing-masing terhadap berbagai penyakit demikian halnya pada kasus tentang kehamilan, persalinan, dan nifas berdasarkan persepsi kebudayaan mereka. Akibat adanya pandangan tersebut di atas, maka orang Papua mempunyai beberapa bentuk pengobatan serta siapa yang manangani, dan dengan cara apa dilakukan pengobatan terhadap konsep sakit yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, perdarahan, pembengkakan kaki selama hamil, berdasarkan pandangan kebudayaan mereka. Sebagai ilustrasi dapat disajikan beberapa contoh kasus pada orang Papua (Orang Hatam, Sough, Lereh, Walsa, Moi Kalabra). Hal yang sama pula ada pada suku bangsa Papua lainnya, tetapi secara detail belum dilakukan penelitian terhadap kasus ibu hamil, melahirkan, dan nifas pada orang Papua.Interpretasi Sosial Budaya Orang Hatam dan Sough tentang Ibu hamil, melahirkan, nifas, didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan kebudayaan mereka secara turun temurun. Hal ini jelas didasarkan atas perilaku leluhur dan orang tua mereka sejak dahulu kala sampai sekarang. Bagi orang Hatam dan Sough, kehamilan adalah suatu gejala alamiah dan bukan suatu penyakit. Untuk itu harus taat pada pantangan-pantangan secara adat, dan bila dilanggar akan menderita sakit. Sedangkan bila ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, berarti ibu tersebut telah melewati tempat-tempat keramat secara sengaja atau pula telah melanggar pantangan-pantangan yang diberlakukan selama ibu tersebut hamil. Bila ada gangguan pada kehamilan seorang ibu, biasanya dukun perempuan (Ndaken) akan melakukan penyembuhan dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum ibu tersebut. Tindakan lain yang biasanya dilakukan oleh Ndaken tersebut juga berupa, mengurut perut ibu hamil yang sakit. Juga dapat diberikan pengobatan dengan menggunakan ramuan daun abrisa yang dipanaskan, lalu ditempelkan pada kaki yang bengkak sambil diurut-urut. Ada juga yang menggunakan serutan kulit kayu bai yang direbus lalu airnya diminum. Disini posisi seorang dukun perempuan atau Ndaken sangatlah penting, sedangkan dukun laki-laki tidak berperan secara langsung. Persepsi orang Hatam dan Sough tentang perdarahan selama kehamilan dan setelah melahirkan adalah ibu hamil telah melanggar pantangan, suaminya telah melanggar pantangan serta belum menyelesaikan masalah dengan orang lain atau kerabat secara adat. Bila perdarahan terjadi setelah melahirkan, itu berarti pembuangan darah kotor, dan bagi mereka adalah suatu hal yang biasa dan bukan penyakit. Bila terjadi perdarahan, maka Ndaken akan memberikan air putih yang telah dibacakan matera untuk diminum oleh ibu tersebut. Selain itu akan diberikan ramuan berupa daun-daun dan kulit kayu mpamkwendom yang direbus dan airnya diminum oleh ibu tersebut. Bila terjadi pertikaian dengan kerabat atau orang lain, maka suaminya secara adat harus meminta maaf. Di sini peranan dukun perempuan (Ndaken) dan dukun laki-laki (Beijinaubout, Rengrehidodo) sangatlah penting. Persalinan bagi orang Hatam dan Sough adalah suatu masa krisis. Persalinan biasanya di dalam pondok (semuka) yang dibangun di belakang rumah. Darah bagi orang Hatam dan Sough bagi ibu yang melahirkan adalah tidak baik untuk kaum laki-laki, karena bila terkena darah tersebut, maka akan mengalami kegagalan dalam aktivitas berburu. Oleh karena itu, seorang ibu yang melahirkan harus terpisah dari rumah induknya. Posisi persalinan dalam bentuk jongkok, karena menurut orang Hatam dan Sough dengan posisi tersebut, maka bayi akan mudah keluar. Pemotongan tali pusar harus ditunggu sampai ari-ari sudah keluar. Apabila dipotong langsung, maka ari-ari tidak akan mau keluar. Bagi orang Kaureh yang berada di kecamatan Lereh, juga mempunyai interpretasi tentang ibu hamil, melahirkan dan nifas berdasarkan pemahaman kebudayaan mereka. Orang Kaureh melihat kehamilan sebagai suatu masa krisis, dimana penuh resiko dan secara alamiah harus dialami oleh seorang ibu, untuk itu perlu taat terhadap pantangan-pantangan dan aturan-aturan secara adat. Bila melanggar, ibu hamil akan memderita sakit dan bisa meninggal. Biasanya bila seorang ibu hamil mengalami penderitaan (sakit), akan diberikan ramuan berupa air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum. Yang lebih banyak berperan adalah kepala klen atau ajibar/pikandu.Sedangkan bila seorang ibu hamil mengalami pembengkakan pada kaki, itu berati ibu tersebut telah melewati tempat-tempat terlarang atau keramat. Di samping itu pula bisa terjadi karena buatan orang dengan tenung/black magic, atau terkena suanggi. Pengobatannya dengan cara memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau seorang dukun/ kepala klen (ajibar/Pikandu) akan mengusirnya dengan membacakan mantera-mantera. Apabila seorang ibu hamil mengalami perdarahan dan setelah melahirkan mengalami perdarahan, itu bagi mereka adalah suatu hal yang biasa saja. Perdarahan berarti pembuangan darah kotor, dan bila terjadi banyak perdarahan berarti ibu tersebut telah melanggar pantanganpantangan secara adat dan suami belum menyelesaikan persoalan dengan kerabat atau orang lain. Untuk itu biasanya ajibar/Pikandu memberikan ramuan berupa air putih yang telah dibacakan mantera yang diminum oleh ibu tersebut. Untuk masalah pertikaian maka suami harus meminta maaf secara adat pada kerabat dan orang lain. Sedangkan persalinan bagi orang Kaureh adalah suatu masa krisis, dan persalinan harus dilakukan di luar rumah dalam pondok kecil di hutan karena darah sangat berbahaya bagi kaum laki-laki. Posisi persalinan dengan cara jongkok, karena akan mudah bayi keluar. Pemotongan tali pusar biasanya setelah ari-ari keluar baru dilaksanakan, sebab bila dipotong sebelumnya maka ari-ari akan tinggal terus di dalam perut.Masyarakat Walsa yang berada di kecamatan Waris daerah perbatasan Indonesia dan Papua Niguni. mereka juga mempunyai kepercayaan tentang kehamilan, persalinan dan nifas yang didasarkan pada pemahaman kebudayaan mereka secara turun temurun. Bagi orang Walsa, kehamilan adalah kondisi ibu dalam situasi yang baru, dimana terjadi perubahan fisik, dan ini bagi mereka bukan suatu kondisi penyakit. Sebagaimana dengan kelompok suku bangsa yang lain, mereka juga percaya bahwa untuk dapat mewujudkan seorang ibu hamil sehat, maka harus menjalankan berbagai pantangan-pantangan. Namun demikian kadangkala bila ibu mengalami sakit bisa terjadi karena adanya gangguan dari luar seperti terkena roh jahat, atau buatan orang lain yang tidak senang dengan keluarga tersebut. Untuk mengatasi gangguan tersebut biasanya dukun (Putua/ Mundklok) akan membantu dengan memberikan air putih yang telah dibacakan mantera untuk diminum, atau dengan memberikan ramuan daun-daun yang direbus lalu diminum ibu hamil tersebut. Sedangkan bila terjadi pembengkakan pada kaki, berarti ibu hamil telah melanggar pantangan, menginjak tempat-tempat keramat, terkena roh jahat, dan suami belum melunasi mas kawin. Untuk mengatasi masalah tersebut, dukun akan memberikan air putih yang dibacakan mantera untuk diminum, sedangkan untuk mas kawin, maka suami harus lunasi dahulu kepada paman dari istrinya.Sedangkan bila terjadi perdarahan selama hamil dan setelah bersalin, bagi orang Walsa itu hal biasa saja, karena terjadi pembuangan darah kotor, atau ibu telah melanggar pantangan secara adat, suami belum melunasi mas kawin dan ibu terkena jampi-jampi. Untuk mengatasi masalah tersebut, biasanya dukun Putua/ Mundklok akan menyarankan untuk menyelesaikan mas kawin, dan juga diberikan ramuan daun-daun untuk diminum. Bagi orang Walsa persalinan adalah suatu masa krisis, untuk itu tidak boleh melanggar pantangan adat. Dahulu melahirkan di pondok kecil (demutpul) yang dibangun di hutan, karena darah bagi kaum laki-laki sangat berbahaya. Bila terkena darah dari ibu hamil, berarti kaum laki-laki akan mengalami banyak kegagalan dalam usaha serta berburu. Dalam proses persalinan biasanya dibantu oleh dukun Putua/Mundklok, tetapi disamping itu ada bantuan juga dari dewa Fipao supaya berjalan dengan baik. Proses persalinan dalam kondisi jongkok, biar bayi dengan mudah dapat keluar, dan tali pusar dipotong setelah ari-ari keluar.Orang Moi Kalabra yang berada di kecamatan Wanurian dan terletak di hulu sungai Beraur Sorong mempunyai persepsi juga terhadap kehamilan, persalinan dan nifas bagi ibu-ibu berdasarkan kepercayaan kebudayaan mereka secara turun temurun. Kehamilan bagi mereka adalah si ibu mengalami situasi yang baru dan bukan penyakit. Untuk itu ibu tersebut dan suaminya harus menjalankan berbagai pantangan-pantangan terhadap makanan dan kegiatan yang ditata secara adat. Mereka juga percaya bila ada gangguan terhadap kehamilan, itu berarti ibu dan suaminya telah melanggar pantangan, di samping itu pula ada gangguan dari roh jahat atau buatan orang (suanggi). Untuk mengatasi hal tersebut, dukun laki-laki (Woun) dan dukun perempuan (Naredi Yan Segren) atau Biang akan membantu dengan air putih yang dibacakan mantera untuk diminum, atau dengan menggunakan jimat tertentu mengusir roh jahat atau gangguan orang lain (suanggi). Pembengkakan pada kaki ibu hamil berarti melanggar pantangan, terekan roh jahat, disihir orang lain dan suami belum melunasi mas kawin, serta menginjak tempat-tempat keramat.Sedangkan apabila terjadi perdarahan pada waktu hamil dan setelah melahirkan itu adalah suatu hal biasa, karena membuang darah kotor. Bila terjadi banyak perdarahan berati ibu tersebut melanggar pantangan serta disihir oleh orang lain. Untuk itu maka akan diberikan ramuan daun-daun dan kulit kayu yang direbus lalu diminum. Kadang diberi daun jargkli, bowolas pada tempat yang sakit oleh dukun Woun atau Naredi Yan Segren, Biang. Adapun persalinan merupana suatu masa krisis untuk itu tidak boleh melanggar pantangan adat. Biasanya proses persalinan dilakukan dalam pondok kecil yang dibangun di hutan, karena darah bagi kaum pria adalah berbahaya, bisa mengakibatkan kegagalan dalam berburu. Posisi persalinaan biasanya dalam kondisi jongkok karena bayi akan mudah keluar, dan tali pusar dipotong setelah ari-ari telah keluar. Untuk membantu persalinan biasanya dukun akan memberikan ramuan daun-daun yang diminum dan pada bagian perut dioles dengan daun jargkli, gedi, jarak, kapas, daun sereh untuk menghilangkan rasa sakit dan proses kelahiran dapat berjalan cepat. Semua kegiatan persalinan dibantu oleh dukun perempuan (Naredi Yan Segren).

2.2 KehamilanAda beberapa definisi kehamilan yang berasal dan berbagai sumber, beberapa diantaranya adalah: Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. Kehamilan dengan kasus khusus misalnya hamil bermasalah kecemasan yang menghantui ibu hamil juga mempengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang menjalani kehamilan dengan kasus khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana, 2007).Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya dalam kasus kembar atau triplet). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi dan kelahiran 6 minggu dari pembuahan. Istilah medis untuk wanita hamil adalah "gravida" sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya, sedangkan multigravida adalah seoprang wanita yang sudah pernah hamil dua kali atau lebih (Bobak, 2005).Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita di mana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisiologi yang meliputi perubahan fisik, psikologis dan sosial (Saifudin, 2001).Pada umumnya kehamilan berkembang secara normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah, oleh karena itu asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memperhatikan ibu dan kehamilannya.Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan patologis. Tetapi kondisi normal dapat menjadi patologis/abnormal. Kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin yang berlangsung 280 hari atau 40 minggu. Setiap perempuan berkepribadian unik dan kehamilan unik pula, dimana terdiri atas Bio, Psikologis, Sosial, yang berbeda pula, sehingga dalam memperlakukan pasien satu dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh disamakan. Ditinjau dari umur kehamilannya, dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:Kehamilan trimester pertama (antara 0-12 minggu).Kehamilan trimester kedua (antara 13-28 minggu).Kehamilan trimester ketiga/terakhir (antara 29-40 minggu).

Dimana setiap trimester memiliki ciri khas tertentu. Dikatakan masa kehamilan dimulai dari masa konsepsi, pertemuan sel sperma dan sel telur, pembuahan, nidasi, sampai membentuk janin dan terbentuknya seluruh tubuh janin sehingga saatnya melahirkan.Pada masa hamil lah terjadinya banyak perubahan pada tubuh ibu misalnya, rahim membesar karena pertumbuhan janin yang semakin berkembang. Dinding perut semakin melebar mengikuti pertumbuhan janin, payudara membesar dan tenggang karena produksi ASI. Kehamilan yang sehat akan menghasilkan bayi yang sehat, dan ibu melahirkan selamat.2.3 Kunjungan Antenatal Care (ANC) 2.3.1 Pengertian ANC adalah asuhan yang diberikan untuk ibu hamil sebelum persalinan untuk memfasillitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan (Pusdiknakes, 2003).Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) sangatlah penting diketahui oleh ibu hamil karena dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Keuntungan yang lain yaitu untuk menjaga agar selalu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko-resiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janin perinatal (Mufdlilah, 2009).Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan ANC. Pada setiap kunjungan ANC, petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifuddin, 2002).Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan. Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung. Sedangkan K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar (Hamidah, 2009). Pelayanan antental adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, Dokter umum, bidan, perawat) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan Antenatal Care yaitu (Mufdlilah, 2009) : timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur tinggi fundus uteri, temu wicara serta pemberian tablet Fe.2.3.2 Tujuan Antenatal Care (ANC) Menurut Mochtar & Manuaba (1998) tujuan ANC yaitu: a. Tujuan Umum Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. b. Tujuan Khusus 1) Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas, misal pada kehamilan adanya hiperemisis gravidarum yaitu muntah berlebihan yang dapat membahayakan ibu hamil karena keluarnya cairan dan berkurangnya masukan nutrisi karena mual muntah. 2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin, misal adanya penyakit hipertensi yang menyertai kehamilan. 3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. 4) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari berkaitan dengan kehamilan, nifas, laktasi dan keluarga berencana. 5) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. 2.3.3 Keuntungan Antenatal Care (ANC) Keuntungan ANC adalah untuk dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 1998). 2.3.4 Manfaat Antenatal Care (ANC) Menurut (Mufdlilah, 2009) manfaat Antenatal Care yaitu Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan alasan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. Menurut Prawirohardjo (2006), bahwa manfaat pelayanan ANC adalah: Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kedaruratan yang mungkin terjadi. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang timbul selama kehamilan, baik yang bersifat medis, bedah atau obstetrik. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta bayi dengan memberikan pendidikan, supleman dan imunisasi. Membantu mempersiapkan ibu untuk menyusui bayi, melalui masa nifas yang normal, serta menjaga kesehatan anak secara fisik, psikologis dan` sosial.

2.3.5 Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Pelaksanaan pelayanan ANC menurut Depkes RI (1997), terdiri atas: Tenaga medis meliputi dokter umum dan dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Tenaga perawatan meliputi: bidan, perawat, perawat mahir bidan.

2.3.6 Tempat pelaksanaan Antenatal Care (ANC) Tempat pemberian pelayanan ANC dapat bersifat statis dan aktif meliputi: Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Pondok bersalin desa, Posyandu, Rumah Sakit Bersalin, Rumah Sakit Pemerintah atau Swasta, prakti Swasta (Depkes RI, 1997). 2.3.7 Jadwal Antenatal Care (ANC) Menurut Saifuddin (2002), kunjungan ANC untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut: Kehamilan trimester pertama (