File

9

Click here to load reader

Transcript of File

Page 1: File

MODIFIKASI DAN APLIKASI PUPUK ORGANIK

Syafrullah *) dan Setiawati **)   Abstrak Penelitian ini betujuan untuk untuk mengevaluasi penerapan pupuk organik modifikasi pada budidaya tanamanpadi SRI organik pola tanam sebar dengan berbagai kebutuhan benih disawah tadah hujan lahan pasang surutSumatera Selatan.  Percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan 15 kombinasi perlakuanyang diulangan 3 kali.  Perlakuannya adalah:  (1) Takaran pupuk organik modifikasi yaitu:  takatan pupuk kimia anjuran(T0), 250 kg/ha (T1), 500 kg/ha (T2), 750 kg/ha (T3) dan 1000 kg/ha (T5).  (2) Perlakuan kebutuhan benih  yaitu:kebutuhan benih 10 kg/ha (B1), kebutuhan benih 30 kg/ha (B2) dan kebutuhan benih 60 kg/ha (B3).    Kata kunci: SRIOrganik, Pola tanam sebar langsung, pupuk organik modifikasi      

 

Hasil menunjukkan bahwa: (1) Metode SRI yang dimodifikasi dengan cara tanam benih langsung dapat memperbaikipertumbuhan dan produksi tanaman padi di lahan pasang surut, (2) Pupuk organik yang dimodifikasi dapat menyatukanpupuk organik dan pupuk kimia dalam satu bentuk dengan takaran yang lebih rendah dibandingkan dengan takarankonvensional baik untuk pupuk organik maupun pupuk kimia khusus tanaman padi, (3) Metode SRI dengan tabelakebutuhan benih 10 kg, memberikan produksi tanaman padi yang lebih tinggi sekitar 2,33 ton/ha, dibandingkan dengancara konvensional yang kebutuhan benihnya lebih banyak  60 kg/ha, (4) Pupuk organik modifikasi dengan takaran 750kg/ha berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi yang lebih tinggi sekitar 2,55 ton/ha,dibandingkan dengan takaran pupuk kimia cara konvensional (200 urea/ha+ 100 kg SP-36/ha+50 kg KCl/ha), dan (5)Perlakuan interaksi antara kebutuhan benih 10 kg/ha dengan takaran 750 kg/ha berpengaruh terbaik terhadappertumbuhan dan produksi tanaman padi dengan hasil konversi sebesar 6,77 ton per hektar.

  Pendahuluan   Intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, sertakurangnya memperhatikan penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah, menyebabkan terjadinyaketidak seimbangan hara dan merusak lingkungan, terutama tanah dan perairan disekitarnya (Pramono,  2004) Hampirpada dua dekade terakhir, kenaikan produksi sudah tidak sebanding lagi dengan kenaikan penggunaan pupuk. Lajukenaikan produktivitas menurun dan gejala ini disebut kejenuhan produksi (leveling off) atau pelandaian produktivitas,terjadi sebesar 0,6% per tahun sejak tahun 1993 (Kompas, 29 Juni 2010).  Kondisi ini  merupakan petunjuk menurunnyaefisiensi pupuk.  Penurunan efisiensi Pupuk berkaitan erat dengan faktor tanah di mana telah terjadi kemundurankesehatan tanah baik secara kimia, fisik maupun biologi sebagai akibat pengelolaan tanah yang kurang tepat(Adiningsih, 2006).      Upaya untuk menanggulangi pelandaian produksi melalui pemupukan berimbang belum mampu

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 2: File

mengatasi masalah tersebut, bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan, dengan adanya peningkatan penggunaanpupuk kimia (Suhartatik dan Sismiyati, 2000).    Rukka et al.(2006) melaporkan bahwa dosis rekomendasi pupuk untukpadi adalah Urea 100 - 200 kg/ha, TSP/SP-36 50 - 75 kg.ha. pada saat ini dosis rekomendasi pupuk mencapai 200 - 250kg/ha Urea, 100 – 150 kg/ha TSP/SP-36, 50 kg/ha ZA dan KCl 50 -100 kg/ha. Bahkan dilaporkan bahwa di Jawa,Lampung, dan Sulawesi Selatan tingkat penggunaan pupuk oleh petani telah melampaui dosis rekomendasi yaitu untukUrea secara berturut-turut 112 %, 128 %, 189 %, TSP/SP-36 116 %, 130%, 370 % dan KCl 150 %, 106 %, 116 % kalidosis rekomendasi.  Penggunaan pupuk kimia dalam kurung waktu 30 tahun telah terjadi peningkatan komsumsi pupuksebesar 1100% , dari 0,6 juta ton meningkat menjadi 7 ton pada tahun 2006 (PT. Pusri, 2010). Salah satu indikatormenurunnya kualitas sumberdaya lahan, khususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik tanah. Dilaporkanoleh Karama et al. (1990) bahwa dari 30 lokasi tanah sawah di Indonesia yang diambil secara acak, 68 % diantaranyamempunyai kandungan C tanah kurang dari 1,5 % dan hanya 9 % yang lebih dari 2 %. Hasil analisis sampel tanah dariberbagai daerah sentra produksi padi di Jawa Tengah seperti di Kabupaten Grobogan, Kabupaten Sragen, KabupatenBatang dan Kabupaten Sukoharjo menunjukkan hal yang sama, bahwa rata-rata kandungan C organik tanah beradadibawah 2 % (Pramono et al. 2001). Budianta (2008) melaporkan bahwa tanah-tanah disentra produksi padi diKabupaten OKU Timur Sumatera Selatan  bahwa rata-rata kandungan C-organik berada dibawah 1,5%   Lebih lanjut Marsiet al. (2001)  juga melaporkan kandungan C-organik di Kecamatan Belitang OKU Timur dibawah 1% yaitu 0,59%. Daridata tersebut menggambarkan bahwa kondisi lahan sawah yang sudah sekian lama diusahakan secara intensif denganasupan agrokimia tinggi, telah mengalami semacam gejala sakit “ soil sickness”. Pemberian bahan organikdapat mengatasi rendahnya kandungan C-organik tanah dan produktivitas lahan.  Adiningsih (2006) menjelaskan bahwadalam meningkatkan produksi padi perlu dilakukan pelestarian lingkungan produksi, termasuk mempertahankankandungan bahan organik tanah dengan memanfaatkan jerami padi. Penambahan bahan organik merupakan suatutindakan perbaikan lingkungan tumbuh tanaman yang antara lain dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Padaprinsipnya, upaya peningkatan efisiensi penggunan pupuk dapat dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu: (i)peningkatan kesuburan tanah jangka panjang, dan (ii) modifikasi pupuk yang lebih efisien. Pendekatan pertamaditempuh melalui usaha peningkatan daya dukung tanah dengan input hayati, baik berupa organik maupun mikroba.Dengan meningkatnya kapasitas kesuburan tanah, efisiensi penggunaan pupuk oleh tanaman dapat diperoleh.Pendekatan kedua lebih menekankan pada upaya perakitan produk baru yang lebih efisien dalam pengertian dosisaplikasi dapat dikurangi karena efektivitas produk pupuknya ditingkatkan dan/atau biaya produksinya dapat direduksi (Goenadi, 2006).  Upaya peningkatan kesuburan tanah adalah dengan penambahan bahan organik atau pupuk organik. Dalam prakteknya penggunaan pupuk organik masih jarang dilakukan petani karena jumlah yang dibutuhkan persatuanluas sangat besar.  Sebagai contoh Mowidu (2001) melaporkan bahwa dengan pemberian 20 – 30 ton/habahan/pupuk organik, terlihat dampaknya terhadap peningkatan porositas total, jumlah pori berguna, jumlah poripenyimpan lengas dan kemantapan agregat serta menurunkan kerapatan zarah, kerapatan bongkah dan permeabilitaspada tanah Entisol.  Lebih lanjut Gofar et. al. (2009) melaporkan bahwa pupuk organik Pusri yang  diperkaya denganpupuk hayati pada takaran 15 ton/ha, dapat meningkatkan pH tanah dan produksi dari tanaman kacang panjang, sawi,selada dan cabai. Selanjutnya Andika (2006) menjelaskan bahwa dosis pupuk organik untuk budidaya padi organiksebanyak 5 ton pupuk kandang matang atau sekitar 3 ton dalam bentuk kompos. Dengan besarnya dosis pupuk organik,inilah yang menyebabkan petani masih jarang menggunakan pupuk organik di lahan usahanya, karena memerlukantambahan tenaga kerja dan transportasi sehingga biaya produksi juga bertambah. Upaya untuk mengatasi takaranpupuk organik yang besar adalah mengekstraksi pupuk organik menjadi fraksi/asam humat,  yang merupakan senyawaaktif dari pupuk organik (kompos)  sehingga dosis yang diberikan dapat dikurangi. Untuk meningkatkan kandungan harapada pupuk organik dapat ditambahkan mineral pupuk anorganik, limbah ternak dan mineral alami, yang merupakanusaha manipulasi dari sifat pupuk organik dikenal  sebagai model pupuk organik modifikasi.  Pupuk Organik modifikasimerupakan pupuk organik limbah pertanian yang dilengkapi dengan mineral pupuk anorganik dan limbah ternak sertamineral alami.   Bahan baku pembuatan pupuk organik modifikasi  adalah asam humat dari ekstraksi pupuk organik limbahjerami padi, mineral pupuk anorganik dari pupuk urea, limbah ternak dan mineral alami.  Alasan digunakannya bahanbaku tersebut adalah sebagai seberikut: (1) Asam humat sebagai bahan pembawa karena asam humat adalah bahanmakromolekul polielektrolit yang memiliki gugus fungsional seperti –COOH, –OH fenolat maupun–OH alkoholat, sehingga asam humat memiliki peluang untuk berikatan dengan ion basa dari mineral pupuk,bahan organik dan mineral alami, serta menambah unsur hara makro dan mikro. (Stevenson, 1982 dan Schnitzer, 1991),(2) Penambahan pupuk an-organik karena kandungan unsur hara makronya dalam jumlah yang besar, mineral pupukyang digunakan adalah Urea  dengan kandungan N sekitar 46%, (3) Penambahan limbah ternak yaitu tepung darah,tepung tulang, urin sapi,  sebagai bahan penambah unsur hara N, P, dan K , (4) Penambahan limbah tanaman yaitu abusekam padi mengandung kalium, dan (5) Bahan mineral adalah zeolit,  digunakan untuk  menjaga keseimbangan pHtanah, mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd, mengikat kation dari unsurdalam pupuk misalnya NH4+ dari urea, K+ dari KCl, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien (tidak boros), ramahlingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari lingkungan, memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karenakandungan Ca dan Na, meningkatkan KPK tanah, dan meningkatkan hasil tanaman (Estiaty, 2006). Senyawa asamhumat  berperan dalam pengikatan unsur kimia an-organik basa-basa dan logam berat atau unsur toksik dalam tanahdan air. Selain itu asam humat dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupukanorganik larut air, mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat menaikkan fotokimiadekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Dengan demikian sudah selayaknya pupuk-pupuk organikyang kaya akan humus ini menggantikan peranan dari pupuk-pupuk sintesis dalam menjaga kualitas tanah (Agrosatya,2009).  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsi et. al. (2001)  melaporkan bahwa formula pupuk NPK-organik yang baikuntuk tanaman padi yaitu  Asam humat dari kompos jerami padi 30% dan nisbah 2 urea : 1 DAP : 1 KCl.   Munculnya

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 3: File

metode baru dalam sistern produksi padi yang dikenal sebagai metode SRI (The System of Rice :niensification) dapatmenghemat penggunaan air hingga 50% dibanding metode lama yang disebut sebagai cara konvensional.  Metode SRIini dapat menghasilkan padi 10-15 ton ha-1 atau 3-4 kali lipat dari cara konvensional.  Meskipun demikian, metode SRIadalah satu metode yang bekerja secara sinergi antara tanaman, tanah, unsur hara dan. air (Defeng, et al., 2002;Uphoff, 2002).   <!--[if !mso]--> <!--[endif]--> <!--[if !mso]--> <!--[endif]--> Defeng et a/.(2002) menguraikan empat pokokyang bersinergi tersebut berupa bibit semai lebih muda (12­ - 15 hari), satu bibit per rumpun, jarak tanam lebar (30x30cm hingga 50x50 cm), rnasukan bahan organik sebagai pengganti pupuk buatan, dan adanya proses aerobik(pengeringan) pada fase vegetatif.   Umumnya penerapan metode SRI ini dilakukan pada lahan sawah irigasi dan belumbanyak dilakukan di lahan sawah tadah hujan, khususnya dilahan sawah pasang surut.  Di lahan pasang surut SumateraSelatan, lahan sawahnya termasuk sawah tadah hujan satu kali tanam dalam setahun dengan pola tanam benihlangsung (Tabela) yang disebat ke lahan tanpa jarak tanam.  Kebutuhan benih dalam pola tabela adalah sebesar 60&ndash; 80 kg per hektar, dengan anggapan semakin banyak benih yang disebarkan akan semakin banyak juga hasilgabah yang akan dipertoleh petani pada waktu panen.  Disamping pola tanam dengan cara tabela petani juga tidakmemanfaatkan jerami padi hasil panennya untuk dikembalikan lagi ke petakan sawah, biasanya jerami tersebut dibakaratau di hanyutkan ke saluran primer atau ke sungai, sehingga menimbulkan masalah limbah yang menutupi saluranterutama dibawah jembatan penyeberangan atau di daerah muara sungai atau saluran. Melihat potensi dari metode SRIyang dapat meningkatkan hasil 3-4 kali dibandingkan dengan metode konvensional dan potensi jerami padi yang besarsekitar 3&ndash;5 ton/ha, maka dipandang perlu untuk menerapkan medote SRI dan pupuk organik jerami padi dengancara melakukan modifikasi pada metode SRI dan pupuk organik jerami padi, dengan harapan dapat meningkatkanproduksi tanaman padi dan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yaitu jerami padi menjadi pupuk organikdimodifikasi dengan bahan-bahan mineral pupuk urea dan mineral alami dari limbah ternah dan batuan alam.              Dariuraian diatas dipandang perlu mengembangkan motode SRI dan pupuk  organik yang dimodifikasi pada sawah tadahhujan di lahan pasang surut Sumatera Selatan.   Percobaan ini bertujuan dengan mengaplikasikan  pupuk organikmodifikasi.  Petani dapat memberikan pupuk organik dan pupuk anorganik (kimia) dalam waktu bersamaan dan dengantakaran yang lebih rendah dari takaran pupuk organik dan takaran pupuk kimia yang menjadi anjuran untuk tanamanpangan khususnya tanaman padi, dan.  dengan menerapkan metode SRI, diharapkan dapat meningkatkan produksi padidi lahan sawah pasang surut Sumatera Selatan     II.  Metode Penelitian   Percobaan lapangan ditujukan untuk melihatkemampuan dari pupuk organik modifikasi dan metode SRI pada sawah lahan pasang surut di Sumatera Selatan yangberlokasi di  Desa Telang Sari Kawasan KTM Telang Banyuasin Sumatera Selatan, dilaksanakan dari Oktober 2009sampai dengan  Maret  2010.  Percobaan lapang membutuhkan bahan sebagai berikut: sawah tadah hujan  lahan pasangsurut; pupuk organik modifikasi; benih padi varitas Chiherang; pestisida organik. Sedangkan peralatan yang dibutuhkanadalah  hand tractor, cangkul, parang, meteran, timbangan, tali plastik, gunting, hand sprayer dan ember.  Pupuk organik modifikasi dibuat dengan cara mengekstraksi kompos jerami padi menjadi fraksi/asam humat  ditambahkan  pupuk urea,dan mineral alami yaitu tepung darah, tepung tulang, urin sapi, abu sekam, dan  zeolit.  Komposisi dari formula pupukorganik modifikasi adalah 2 bagian fraksi humat ditambahkan 1 bagian urea dan 1 bagian mineral alami, dengankandungan unsur hara sebagai berikut: Kandungan C-organik = 29,16%, N total = 2,68%, P-bray =86,25 ppm, K-dd =8,19 me/100g.  Percobaan lapangan dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 15 kombinasi perlakuanyang diulang 3 kali. Satu unit petak perlakuan berukuran 3x3 meter dengan jarak antar perlakuan 1 meter. Perlakuandimaksud seperti berikut: (1) Takaran Pupuk organik modifikasi (T): T1 =  takaran yang biasa digunakan petani(konvensional), T2 =  250 kg/ha, T3 =  500 kg/ha, T4 =  750 kg/ha, dan T5  = 1000kg/ha.  (2) Kebutuhan benih (B): B1 = Kebutuhan benih 10 kg/ha, B2 =  Kebutuhan benih 30 kg/ha, dan B3 =  Kebutuhan benih 60 kg/ha (sama dengan carapetani). Metode SRI yang dimodifikasi adalah pola tanam tabela dengan kebutuhan benih dalam per hektar  dari 60 kgmenjadi 10 kg dan aplikasi pupuk organik modifikasi dengan takaran per hektar dari 250 kg sampai 1000 kg.  Carakonvensional yang biasa digunakan pupuk kimia dan kebutuhan benih 60 kg/ha.  Perawatan terhadap tanaman dilapangan perlu dilakukan karena gulma lebih mudah tumbuh akibat metode SRI yang terkondisi lembab bahkan kering.Setiap 1 minggu hingga masuknya fase berbunga dilakukan penyiangan dengan cara manual sehingga tata udara tanahmenjadi lebih baik. Sedangkan metode konvensional, penyiangan langsung juga dengan cara manual dan dilakukansebulan sekali. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pestisida organik racikan sendiri dari bahan yangada di lokasi, diberikan satu minggu sekali untuk pencegahan dari serangan hama dan penyakit tanaman dan sekaligusjuga sebagai pupuk organik cair untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.  Untuk melihat pengaruh metode SRI danpupuk organik modifikasi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman diamati peubah berikut: Tinggi tanaman (cm),jumlah anakan (anakan), jumlah anakan produktif (malai), berat 1000 biji (g), persentase gabah hampa (%), produksi perpetak (kg), produksi per hektar (ton).       III. Hasil dan Pembahasan   Hasil analisis tanah sebelum perlakuan secarakomposit,  menunjukkan bahwa  pH H2O 4,49, C-organik 2,77 %, N-total 0,20 %, P-Bray I 13,50 ppm, K-dd 0,26 me/100g,Na-dd 0,33 me/100g,  Mg-dd 0,50 me/100g, KTK 13,05 me/100g, Al-dd 2,00 me/100g, H-dd 0,30 me/100g, kandunganpasir 30,98 %, debu 49,10 %, dan liat 19,92 %  dengan tekstur lempung berdebu.  Dari data diatas menunjukkan bahwatanah ini mempunyai tingkat kesuburan yang rendah, walaupun kandungan C-organik tergolong sedang ini karena lahantersebut termasuk lahan pasang surut. Tanah tersebut diatas memiliki pH yang sangat rendah (masam), Pada kondisilahan bereaksi masam, tanaman yang diupayakan akan mengalami efek langsung ion H yang merugikan, terhambatnyapenyerapan Ca, Mg, P dan meningkatnya kelarutan dan efek toksik Al, Fe, Mn serta rendahnya ketersediaan P dan Mo. Oleh karena itu tanah pada penelitian ini perlu ditambah bahan organik berupa pupuk organik modifikasi.      Pertumbuhantanaman padi varietas Ciherang yang ditanam metode SRI dengan kebutuhan benih 10 kg/ha  memperlihatkanpertumbuhan yang baik sejak mulai ditanam hingga panen. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa metode SRI dengan kebutuhan benih 10 kg/ha menghasilkan pertumbuhan dan produksi terbaik bila dibandingkan dengan perlakuankebutuhan benih 30/ha dan 60 kg/ha.  Hal ini dapat dilihat dari setiap peubah yang diamati seperti tinggi tanaman

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 4: File

tertinggi yaitu 96,97 cm, jumlah anakan produktif terbanyak yaitu 20,18 malai, produksi per petak terberat yaitu 4,50kg,dan produksi per hektar terberat  yaitu 6,48 ton.  Hal ini disebabkan karena pada metode SRI kebutuhan benih sedikityaitu 10 kg/ha, sehingga jarak tanam menjadi lebih besar dan perkembangan anakan menjadi lebih banyakdibandingkan dengan tanaman yang ditanam rapat.  Hasil pengamatan menunjukkan bahwa takaran pupuk organikmodifikasi sebanyak   750 kg/ha memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi biladibandingkan dengan takaran pupuk organik modifikasi yang lainnya.  Terbukti pada peubah yang diamati seperti dapatmeningkatkan tinggi tanaman tertinggi yaitu 99,27 cm, jumlah anakan produktif yaitu 21,82 malai, produksi per petakterberat  yaitu 4,75 kg, produksi per hektar terberat yaitu 6,84 ton.  Hal ini disebabkan takaran pupuk organik modifikasisebanyak 750 kg/ha merupakan takaran yang tepat untuk mendukung ketersediaan unsur hara yang cukup dalammempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Bertambah baiknya pertumbuhan tanaman akibat pemupukanyang tepat maka tinggi tanaman padi yang dicapai meningkat, jumlah anakan produktif yang menghasilkan malai banyakdan berat 1000 biji yang dihasilkanpun lebih berat dan persentase gabah hampa sedikit dan dapat meningkatkan beratgabah kering giling. Hal ini sejalan dengan pendapat De Datta (1981), dan Taslim  et al.  (1990)  dengan meningkatnyaketersediaan hara nitrogen maka dapat memberikan warna daun yang lebih hijau, tinggi, tunas banyak, dapatmemperbesar ukuran daun dan  gabah, kualitas gabah dan kadar protein tinggi, sedangkan fosfor dibutuhkan untukpertumbuhan, terutama akar dan buah, lebih cepat berbunga dan masak, bertunas banyak dan mempunyai kualitasberas yang baik dan berbagai proses diantaranya fotosintesis, sintesis protein dan lemak dan transfer energi.  Makinaktifnya proses-proses tersebut pengisian biji akan sempurna, sehingga akan  terbentuk gabah yang berisi.  Demikianjuga dengan semakin tersedianya unsure hara kalium maka proses pengisian biji semakin meningkat.  Hasil pengamatanmenunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan kebutuhan benih 10kg/ha dengan takaran pupuk organik modifikasi 750kg/ha memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan produksi tanaman padi bila dibandingkan dengan perlakuaninteraksi yang lainnya.  Hal ini dapat dilihat pada peubah tinggi tanaman tertinggi yaitu  98,76 cm, jumlah anakan produktifterbanyak yaitu 21,18 malai, produksi per petak terberat yaitu 4,63 kg, dan produksi per hekter terberat yaitu 6,77 ton. Hal ini disebabkan adanya interaksi yang positif antara kebutuhan benih dengan takaran 750 kg/ha.  Hal ini disebabkandengan kebutuhan benih yang sedikit jarak tanam menjadi lebih luas sehingga persaingan akan unsur hara, cahayamatahari  dan air menjadi berkurang dibandingkan dengan  pertanaman rapat atau kebutuhan benih yang lebih banyakdengan takaran pupuk organik modifikasi sebanyak 750 kg/ha memberikan unsur hara yang cukup dalam prosespertumbuhan dan produksi tanaman.  Unsur hara yang telah diberikan telah dimanfaatkan oleh akar tanaman padidengan baik sehingga tanaman padi dapat melangsungkan pertumbuhan dan produksi dengan baik.  Dari data hasilpercobaan dibandingkan dengan data hasil petani di lokasi dan data diskripsi tanaman padi varitas ciherang, terlihatbahwa data hasil penelitian lebih tinggi  tinggi dari hasil petani dan menyamai potensi hasil dari diskripsi varitas ciherang. Hal ini menunjukkan bahwa metode SRI yang dimodifikasi dengan cara tabela yang kebutuhan benihnya 10 kg /ha dapatlebih tinggi dari hasil petani yang menggunakan benih dalam jumlah banyak 60 kg/ha.  Jadi anggapan petani bahwasemakin banyak benih yang ditaburkan akan memberikan hasil yang lebih banyak lagi.  Dari hasil percobaan ini dapat dihemat benih sebanyak 50 kg/ha, artinya dapat menghemat biaya produksi untuk membeli benih padi.  Dari hasilpercobaan ini penggunaan pupuk kimia yang biasa dilakukan petani dapat dikurangi dengan aplikasi pupuk organikmodifikasi, disamping itu dengan mengaplikasikan pupuk organik modifikasi ini secara otomatis petani juga telahmemberikan pupuk organik di lahan sawahnya. Dengan demikian pupuk organik modifikasi ini mempunyai peran sebagaibahan ameliorasi untuk memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman dan juga sebagai media menyedia unsur hara bagitanaman padi.   IV. KESIMPULAN <!--[if !supportLists]-->1.      <!--[endif]-->Metode SRI yang dimodifikasi dengan caratanam benih langsung dapat memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman padi di lahan pasang surut. <!--[if!supportLists]-->2.      <!--[endif]-->Pupuk organik yang dimodifikasi dapat menyatukan pupuk organik dan pupuk kimiadalam satu bentuk dengan takaran yang lebih rendah dibandingkan dengan takaran konvensional baik untuk pupukorganik maupun pupuk kimia khusus tanaman padi.  <!--[if !supportLists]-->3.      <!--[endif]-->Metode SRI dengan tabelakebutuhan benih 10 kg, memberikan produksi tanaman padi yang lebih tinggi sekitar 2,33 ton/ha, dibandingkan dengancara konvensional yang kebutuhan benihnya lebih banyak  60 kg/ha.  <!--[if !supportLists]-->4.      <!--[endif]-->Pupuk organikmodifikasi dengan takaran 750 kg/ha berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi yang lebihtinggi sekitar 2,55 ton/ha, dibandingkan dengan takaran pupuk kimia cara konvensional (200 urea/ha+ 100 kg SP-36/ha+50 kg KCl/ha). <!--[if !supportLists]-->5.      <!--[endif]-->Perlakuan interaksi antara kebutuhan benih 10 kg/ha dengantakaran 750 kg/ha berpengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi dengan hasil konversisebesar 6,77 ton per hektar.               DAFTAR PUSTAKA      Adiningsih, S J., 2006.  Peranan Bahan/Pupuk Organik dalamMenunjang Peningkatan Produktivitas Lahan Pertania. Dalam Proseding Workshop Maporina tanggal 21 &ndash; 22Desember 2006.  Maporina Jakarta.   Agrosatya S E P, 2009. Humus, Material Organik Penyubur Tanahhttp://www.agrosatya.com Powered by Joomla! Generated: Diakses 20 Mei, 2010, 21:10   Andika, A. 2006.  BudidayaPadi secara Organik.  Penebar Swadaya.  Jakarta   Arafah dan M.P. Sirappa/ 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupukN, P, dan K pada lahan sawah irigasi.  BPTP Sulawesi Selatan. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 4(1) : 15-24.   Barrow, C.J.1991.  Land Degradation.  Devolopment and Breakdown of Terrestrial Environments.  Cambridge  University Press. Cambridge New York Port Chester, Melbourne  Sydney.   Budianta, D.  2008.  Pemanfaatan Sumberdaya Lokal yangOptimal untuk Mendukung Program Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan.  Pidato Pengukuhan sebagai Gurubesar Tetap dalam Bidang Ilmu Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.  Fakultas Pertanian UniversitasSriwijaya. Palembang. Defeng, Z., C.Shihua, Z, Yuping. And Xiaging. 2002.  Tillering pattern and the Contribution of tillers to grain yield withhybrid rice and wide spacing.  China National  Rice Research Institut. Hangzhu. CHFAD, http://ciifadcornell,edu/srt:[email protected]. 125-131 p. De Datta, S.K.  1981.  Principles and Practices of Rice Production.  John Wiley and Sons,Inc,  New York.

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 5: File

Estiaty L M. 2006.  Pengaruh Zeolit Terhadap Media Tanam.  Pusat Penelitian Geoteknologi. Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jakarta. http://www.geotek.lipi.go.id/?p=90 (Diakses tanggal 10 Agustus 2010)Goenadi, D Hajar. 2006.  Pupukdan Teknologi Pemupukan. Berbasis Hayati.  Dari cawan Petri ke Lahan Petani.  Yayasan John Hi-tech Idetama. Jakarta  Gofar N, Marsi dan Sabaruddin. 2009.  Teknologi Produksi Mikroba Dekomposer dan Pupuk Hayati Unggul.  FakultasPertanian Universitas Sriwijaya kerjasama dengan PT. Pupuk Sriwijaya.     Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan.1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk V. Cisarua 2-13Nopember 1990.   Marsi, M Amin Diha, dan Dullah Tambas . 2001.  Peningkatan Efisiensi Penggunaan Pupuk N olehTanaman Padi Sawah melalui Pemanfaatan Bahan Organik Limbah Panen Padi dan Pupuk Hijau.  Fakultas PertanianUniversitas Sriwijaya kerjasama dengan PT. Pupuk Sriwijaya.   Marsi, M Amin Diha, dan Dullah Tambas . 2001.Rekayasa Pupuk Majemuk NPK Organik untuk Beberapa Tanaman Pangan. . Fakultas Pertanian Universitas Sriwijayakerjasama dengan PT. Pupuk Sriwijaya.   Mowidu, .2001. Peranan Bahan Organik dan Lempung Terhadap Agregasi danAgihan Ukuran Pori pada Entisol. Tesis Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.   Pramono, J., S.Kartaatmadja, H. Supadmo, S. Basuki, S.C.B. Setianingrum, Yulianto, H. Anwar, S. Jauhari, Hartoko, E.B. Prayitno, P.Hasapto dan Sartono. 2001. Pengkajian pengelolaan tanaman terpadu pada Padi Sawah. Laporan Pengkajian. BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran.   Pramono J. 2004.  Kajian Penggunaan Bahan Organik padaPadi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, Ungaran, Agrosains 6 (1): 11-14, 2004   Rukka H,Buhaerah dan Sunaryo. 2006.  Hubungan Karakteristik Petani dengan Respon Petani Terhadap Penggunaan PupukOrganik pada Padi sawah  (Oryza sativa L.).  Jurnal Agrisistem, Juni 2006, Vol 2 No. 1   Schnitzer, M    1991.  Soil OrganicMatter-the Next 75 Years.  Soil Sci. 151:  41-58   Suhartatik, E. dan R. Sismiyati. 2000. Pemanfaatan pupuk organik danagent hayati pada padi sawah. Dalam Suwarno et al. (Eds). Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan.Paket dan Komponen Teknologi Produksi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor..Sutanto, R.  2006.  Penerapan Pertanian Organik.  Pemasyarakatan dan pengembangannya.  Kanisius, Yogyakarta.  Stevenson, F.J.  1982.  Humus Chemistry, Genesis, Composition, Reactions.  John Wiley dan Sons, New York.   Taslim,H., S. Partohardjono, dan Subandi.  1990.  Pemupukan Padi Sawah.  Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanPangan Bogor, Bogor.    Uphhoff, N. 2002.  The System of Rice Intensification Development in Madagaskar.  Presentationfor Conference on Raising Agriculture Productivity in the Tropics: Biophysical Challenges for Technology and Policy,October, 16-17, Harvard University.      LAMPIRAN     Tabel 1.   Data hasil percobaan dibandingkan dengan data petani dilokasi dan Diskropsi varitas Ciherang.    Parameter Data tanaman Petani di lokasi Deskripsi Varietas Ciherang Data Hasil Penelitian Tinggi Tanaman 91,20 80-115 98.20 Jumlah Anakan (batang) 9,00 20-25 21,21 Jumlah Anakan produktif (malai) 7,20 14 -17 17,07 Berat 1000 butir (gram) 21,36 27-28 28,10 Persentase gabah hampa(%) 5,45 2-4 1,74

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 6: File

Data Produksi (ton/ha) 4,10 5-7 6,77     Tabel 2. Data rata-rata perlakuan takaran pupuk organik modifikasi pada tanaman padi di lahan pasang surut SumeteraSelatan Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah anakan produktif Produksi per petak (kg) Produksi per hektar (ton)  T1 = takaran pupuk kimia anjuran 79,56 9,89 2,98 4,29  T2 =   250 kg/ha 80,47 10,50 2,89 4,16  T3 =   500 kg/ha 90,62 17,50 4,05 5,83  T4 =   750 kg/ha 99,27 21,82 4,75 6,84  T5 = 1000 kg/ha 90,16 17,50 3,55 5,11     Tabel 3. Data rata-rata perlakuan kebutuhan benih metode SRI tabela pada tanaman padi di lahan pasang surutSumetera Selatan Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah anakan produktif

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 7: File

Produksi per petak (kg) Produksi per hektar (ton)   B1 (Kebutuhan benih 10 kg/ha) 96,97 20,18 4,50 6,48   B2 (Kebutuhan benih 30 kg/ha) 90,56 17,50 3,65 5,26   B2 (Kebutuhan benih 60 kg/ha) 80,76 10,78 2,88 4,15                                 Tabel 4. Data rata-rata interaksi perlakuan kebutuhan benih metode SRI tabela dan takaran pupuk organikmodifikasi pada tanaman padi di lahan pasang surut Sumetera Selatan Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah anakan produktif   Produksi per petak (kg) Produksi per hektar (ton) T1B1 79,50 15,32 2,98 4,29 T1B2 76,67 12,44 2,88 4,15 T1B3 68,98 10,23 2,85 4,10 T2B1 80,87 16,41 3,15 4,54

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 8: File

T2B2 79,60 14,57 2,99 4,31 T2B3 74,78 12,89 2,97 4,28 T3B1 92,65 18,52 3,76 5,41 T3B2 87,88 16,45 3,56 5,13 T3B3 81,45 15,68 3,49 5,03 T4B1 98,76 20,18 4,63 6,77 T4B2 95,55 19,05 4,62 6,65 T4B3 99,73 18,73 4,53 6,52 T5B1 80,12 18,98 4,12 5,93 T5B2

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10

Page 9: File

78,32 15,40 3,84 5,53 T5B3 75,77 13,85 3,68 5,23 Keterangan:              T1B1   =  Takaran  pupuk kimia anjuran dengan kebutuhan benih 10 kg/ha T1B2   =  Takaran  pupuk kimiaanjuran dengan kebutuhan benih 30 kg/ha T1B3   =  Takaran  pupuk kimia anjuran dengan kebutuhan benih 60 kg/ha T2B1  =   Takaran pupuk org modifikasi 250 kg/ha  dengan kebutuhan benih 10 kg/ha   T2B2  =  Takaran pupuk org modifikasi 250kg/ha  dengan kebutuhan benih 30 kg/ha   T2B3  =  Takaran pupuk org modifikasi 250 kg/ha  dengan kebutuhan benih 60kg/ha   T3B1  =  Takaran pupuk org modifikasi 500 kg/ha  dengan kebutuhan benih 10 kg/ha   T3B2  =  Takaran pupuk orgmodifikasi 500 kg/ha  dengan kebutuhan benih 30 kg/ha   T3B3  =  Takaran pupuk org modifikasi 500 kg/ha  dengankebutuhan benih 60 kg/ha   T4B1  =  Takaran pupuk org modifikasi 750 kg/ha  dengan kebutuhan benih 10 kg/ha   T4B2  = Takaran pupuk org modifikasi 750 kg/ha  dengan kebutuhan benih 30 kg/ha   T4B3  =  Takaran pupuk org modifikasi 750kg/ha  dengan kebutuhan benih 60 kg/ha   T5B1  =  Takaran pupuk org modifikasi 1000 kg/ha  dengan kebutuhan benih 10kg/ha   T5B2  =  Takaran pupuk org modifikasi 1000 kg/ha  dengan kebutuhan benih 30 kg/ha   T5B3  =  Ta 

 

Dewan Pupuk Indonesia

http://dewanpupukindo.com Powered by Joomla! Generated: 10 November, 2011, 15:10