fiks PKL

download fiks PKL

of 45

Transcript of fiks PKL

PENETAPAN N-TERSEDIA PADA TANAH, N TOTAL CARA PENGABUAN BASAH DENGAN H2SO4, DAN UNSUR HARA MAKRO DAN MIKRO DENGAN CARA PENGABUAN BASAH MENGGUNAKAN H2SO4 DAN H2O2 DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA

Disusun oleh : Farhan Anshori Wasim Sholeh Agung Ardhia Tri Kismanto (07307144009) (07307141013) (07307144039)

PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2010 Halaman Pengesahan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul : Penetapan N Total Cara Pengabuan Basah dengan H2SO4, N-Tersedia Pada Tanah, dan Unsur Hara Makro dan Mikro dengan Cara Pengabuan Basah Menggunakan H2SO4 Dan H2O2 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta. telah dilaksanakan dan dinilai oleh Dosen Pembimbing PKL pada tanggal dan dinyatakan lulus.

Dosen Pembimbing dan Pembimbing Lapangan PKL : 1. Nama ..........................., tanda tangan .....................

2. Nama ..........................., tanda tangan .....................

Yogyakarta, Ketua Prodi Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

Endang Dwi Siswani, M.T. NIP.

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menyertai dan membimbing dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan. Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dapat disusun dan terselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun dan diselesaikan sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah PKL. Diucapkan pula terima kasih yang mendalam walaupun lewat tulisan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu: 1. Ir. Suparto, MP selaku Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta 2. Ir. Mulyadi, M.SP selaku Kepala Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Teknis BPTP Yogyakarta 3. Widada, BSc dan Sri Widada yang telah membimbing dalam melaksanakan PKL di BPTP Yogyakarta 4. Dr. Ariswan selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta5. Dr. Suyanta selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

sekaligus Dosen Pembimbing 6. Endang Dwi Siswani, M.T selaku Kaprodi Kimia FMIPA UNY sekaligus koordinator PKL7. Siti Marwati M.Si selaku Dosen Pembimbing

8. Orang tua yang setia mendukung dan menunggu di rumah tercinta 9. Tukang Foto Copy SADAR Paingan,Thanx for the moment 10. Teman-teman PKL yang saling setia membantu dan berjuang bersama dalam satu keluaraga Kimia UNY. keep on fire guys 11. Warung Tegal depan SADAR Paingan, terima kasih atas layanan yang memuaskan. Hahahaha. 12. Warung lotek Colombo cabang Paingan.Hot Chicks 13. Motor Mio AB 3350 SG dan Vega AB 5994 I terima kasih atas perjuangannya14. Angkringan depan stadion Maguwo,es teh..es teh

Demikian Laporan ini disusun dan diselesaikan sebagai pertanggung jawaban atas terselesaikanya kegiatan PKL di BPTP Yogyakarta. Tidak sedikit kesalahan yang terjadi selama masa PKL dan penyusunan laporan, maka segala kritik dan saran dapat membangun kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, Maret 2010 Penyusun

DAFTAR ISI

INTISARI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah PKL

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib pada setiap Program Studi non kependidikan di FMIPA UNY. PKL ini dilaksanakan untuk melengkapi prasyarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Dengn adanya program PKL mahasiswa dapat merasakan pengalaman bekerja di lapangan baik industri maupun instansi. Mahasiswa juga dapat mensimulasikan dan mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah. Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Balai pengkajian Teknologi pertanian (BPTP) Yogyakarta ini dilaksanakan pada semester genap dengan bobot dua sks. PKL yang dilaksanakan berjalan selama tiga minggu, mulai tanggal 1 Maret 2010 sampai dengan 19 Maret 2010. PKL dilaksanakan di BPTP karena memenuhi syarat tempat PKL yang relevan di Program Studi Kimia. Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang terbesar di Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya di bidang ini, bahkan menjadi salah satu kebanggaan Indonesia. Masyarakat pertanian di Indonesia sudah ada sejak dulu, maka pertanian di Indonesia sangat perlu untuk dikembangkan. Pemerintah melalui Departemen Pertanian melakukan upaya tersebut dengan salah satu instansi yakni Balai Penelitian dan Pengembangan. Balai ini bertugas dan berfungsi untuk mengembangkan den melakukan penelitian yang bertujuan untuk kemajuan bidang pertanian. Kemudian Balai tersebut mempunyai unit teknis yang dinamakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Di BPTP ini dilakukan analisa dan penelitian terhadap semua unsure pertanian dengan metode sifat kimia dan fisika. Untuk bahan yang akan di teliti dapat bersumber dari konsumen masyarakat umum dan proyek penelitian dari instansi BPTP sendiri. Beberapa macam contoh sampel yang dapat di teliti di BPTP antara lain tanah dan tanaman.

B. Identifikasi Masalah Beberapa objek yang diamati dengan kegiatan PKL menjadi masalah yang berkaitan dengan judul PKL adalah: 1. Persiapan sampel tanah dan tanaman.2. Penetapan kadar Nitrogen tersedia dalam contoh sampel tanah. 3. Penetapan kadar Nitrogen total dalam contoh sampel tanah. 4. Penetapan kadar unsur hara makro dan mikro total dalam tanah. 5. Penyusunan

manajemen

teknis

laboratorium

Balai

Pengkajian

Teknologi Pertanian Yogyakarta. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam PKL ini antara lain: 1. Sampel tanah diperoleh dari lapangan yang disertai dengan surat permintaan analisis yang berisi daftar sampel dan jenis analisis yang diperlukan 2. Jenis sampel yang ditentukan adalah sampel tanah, sampel pupuk dan sampel tanaman.

D. Rumusan Masalah Dalam PKL ini masalah yang akan di teliti adalah : 1. Bagaimana mekanisme persiapan sampel yang akan diuji?2. Berapa kadar Nitrogen tersedia dalam contoh sampel tanah? 3. Berapa kadar Nitrogen total dalam contoh sampel tanah? 1. Berapa kadar unsur hara makro dan mikro total dalam tanah?

1. Bagaimana

manajemen

teknis

laboratorium

Balai

Pengkajian

Teknologi Pertanian?

D. Tujuan PKL 1.Tujuan Umum Praktek kerja lapangan bertujuan agar para mahasiswa dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan langsung di Industri dan Instansi. 2.Tujuan Khusus Setelah melaksanakan program Praktek Kerja Lapangan, mahasiswa dapat:a. Menjelaskan manajemen instansi dan kompetensi tenaga kerja yang

dipersyaratkan oleh instansi.b. Membantu melaksanakan tugas-tugas dan kegiatan yang berhubungan

dengan proses penelitian dan analisa sampel dari konsumen umum maupun proyek instansi tersebut.c. Menemukan suatu kasus pada saat melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan dan menganalisanya secara mendalam, yang dituangkan kedalam laporan Praktek Kerja Lapangan.

D. Manfaat PKL Manfaat yang akan dapat diambil dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan baik untuk mahasiswa maupun lembaga pendidikan adalah : 1. Bagi Mahasiswa a. Memperoleh pengetahuan yang nyata tentang kondisi suatu instansi meliputi : segi manajemen yang diterapkan, kondisi fisik instansi, peralatan yang digunakan, kondisi para karyawan, dan kegiatankegiatan yang dilakukan.

b. Memperoleh pengalaman nyata yang berguna untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dibidang analisis contoh sampel dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. c. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan perkembangan instansi.d. Dapat membina hubungan kerja pada instansi dimana kita praktek.

2. Bagi Lembaga Pendidikan a. Terjalinnya hubungan antara Program Studi Kimia khususnya dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam pada umumnya, dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta sehingga memungkinkan Kerjasama lainnya.b. Mendapat umpan balik untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

sehingga selalu dapat mengikuti perkembangan dunia instansi. 1.Bagi Instansi tempat PKL a. Memperoleh masukan-masukan baru dari lembaga pendidikan, melalui mahasiswa yang sedang melaksanakan PKL. b. Dapat menjalin hubungan dengan lembaga pendidikan, khususnya Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.

Tanah Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah merupakan bagian dari kehidupan yang sangat penting, tempat semua kegiatan kehidupan berlangsung. Bagi tumbuhan tanah merupakan faktor utama untuk menyediakan unsur hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga juga memberikan

manfaat untuk akar bebas bergerak tumbuh dan bernafas. Bagi hewan darat tanah juga merupakan lahan sebagai tempat hidup dan bergerak. Tanah terbentuk dari campuran komponen tanah yang bersifat heterogen dan beraneka. Ada beberapa komponen pokok yang membentuk tanah dan dipisahkan dalam tige fase, yaitu fase padat yang berupa bahan mineral dan bahan organik, fase cair yang berupa lengas tanah dan air tanah dan fase gas berupa udara tanah. Unsur hara yang terkandung di dalam tanah terdapat dalam bentuk senyawa mineral, senyawa organik, unsur yang terjerap dan unsur dalam larutan tanah. Unsur mineral dibedakan menjadi unsur hara makro (N, P, K, C, Mg, S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Al, Cu, Zn, Mo, Cl, B). Unsurunsur tersebut esensial untuk pertumbuhan tanaman. Analisis tanah pada dasarnya bertujuan memberikan data sifat fisika dan kimia serta status unsur hara di dalam tanah. Di Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, selain untuk uji tanah, analisis tanah digunakan juga untuk penelitian klasifikasi tanah dan evaluasi lahan. Uji tanah digunakan dalam penelitian kesuburan agar dapat memberikan rekomendasi pemupukan untuk perbaikan kesuburan tanah dan peningkatan hasil pertanian. Analisis untuk uji tanah lebih ditekankan pada data status unsur hara, sedangkan analisis tanah untuk klasifikasi dan evaluasi lahan lebih banyak menetapkan sifat dan karakteristik tanah dibandingkan status hara didalam tanah. Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Keperluan unsur organik dapat di penuhi oleh tanaman sendiri dengan meruntuhkan daun, ranting, buah, akar, batang, dan sebagainya ke tanah yang kemudian akan dirombak oleh biologi dan mikrobiologi tanah. Dalam proses perombakan ini, sebagian menjadi humus tanah dan sebagian lagi mengalami proses mineralisasi. Dalam proses mineralisasi, sisa tanaman akan melepaskan hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah dan macam yang sangat bervariasi. Unsur N, P, K, Ca, Mg dan S yang dilepaskan ke dalam tanah antara lain berupa ion-ion

NH4+, NO3- , PO43-, H2PO42-, HPO42-, K+ (K2O), Ca+ (CaO), Mg2+ (MgO), dan SO42-. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Unsur hara makro dan mikro total dalam tanah dapat diekstrak dengan cara pengabuan basah menggunakan H2SO4 pekat dan H2O2. Kadar makro dan mikro dalam ekstrak diukur dengan AAS, Fotometer nyala, dan Spektrofotometer. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar. Unsur hara makro meliputi: N, P, K, Ca, Mg, dan S. Adapun beberapa unsur hara makro yang sering dibutuhkan untuk diketahui besar kandungannya dalam tanah dan tanaman adalah sebagai berikut: 1. Nitrogen Nitrogen (N) merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk bentuk ion NO3- dan NH4+dari tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2-4% berat kering. Dalam tanah, kadar nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada penggunaan dan pengelolaan tanah tersebut. Tanah hutan berbeda dengan tanah perkebunan dan peternakan. Tanaman dilahan kering umumnya menyerap ion NO3- relatif lebih besar jika disbanding dengan NH4+, ada dugaan bahwa senyawa organik, misalnya asam nukleat dan asam amino larut, dapat diserap langsung oleh tanaman. Tetapi keberadaan kedua senyawa tersebut didalam tanah dianggap kecil jika dibandingkan dengan keperluan tanaman. Pada PH rendah, nitrat diserap lebih cepat dibandingkan dengan ammonium, sedangkan pada pH netral, kemungkinan penyerapan keduanya seimbang. Hal itu mungkin disebabkan oleh persaingan antara anion OH- dan anion NO3- sehingga penyerapan nitrat sedikit terhambat. Pada pH 4,0 penyerapan nitrat lebih banyak dibandingkan dengan ammonium. Ammonium dengan

kadar tinggi dapat meracuni tanaman. Hal ini disebabkan oleh adanya amoniak (NH3) yang terbentuk dari ammonium. 2. Fosfor

Fosfor di dalam tanah tidak mudah bergerak dan sebagian besar terikat atau terfiksasi oleh oksida, mineral liat, dan bahan organik. Karena tidak mudah bergerak, keberadaan hara P mudah dideteksi di dalam tanah. Ketersediaan hara P di dalam tanah sangat rendah karena jumlah P tanah sedikit dan sebagian besar P terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil oleh tanah serta karena P terikat oleh Al dan Fe dalam bentuk Al-P dan Fe-P pada tanah dengan pH asam serta dalam bentuk Ca-P pada tanah alkalin. P tersedia dalam tanah dalam bentuk anion H2PO4- dan H2PO4-2. Perbandingan kedua anion ini dipengaruhi oleh pH tanah. Pada pH 5,0 hampir tidak diketemukan H2PO4-2 dan pada pH 9,0 tidak terdapat H2PO4-. Sementara itu, pada pH antara 6,5-7,0 perbandingan keduanya relatif hampir sama. Masalah yang sering timbul di lapangan adalah adanya fiksasi P. Terikatnya P oleh tanah sebegitu kuat sehingga P menjadi tidak tersedia untuk tanaman. Macam-macam fiksasi yang dikenal ialah: a) Fiksasi oleh ion Fe dan AL dalam larutan tanah. Kelarutan Fe dan Al dalam tanah asam relatif besar jika dibandingkan dengan tanah alkalis. Adanya senyawa alumunium hidroksida dalam tanah akan mengikat ion H2PO4-2. Hal yang serupa juga terjadi antara fosfat dan Fe3+, yang menyebabkan menjadi tidak tersedianya fosfat untuk tanaman. b) Pada tanah alkalis yang banyak mengandung CaCO3. Ion fosfat yang tersedia bila bertemu dengan CaCO3 akan diendapkan pada partikel tanah. Jumlah ion fosfat yang diendapkan sesuai dengan konsentrasi fosfat itu sendiri dan jumlah CaCO3. c) Fiksasi lain yang umum dikenal ialah yang berperanan fiksasi, yakni tanah yang beraksi alkalis.

Namun demikian, pada kondisi tanah sawah, pH tanah yang semula asam atau alkalis akan berubah menuju pH netral (6-7). Pada pH netral, bentuk P tanah terdapat dalam kondisi yang paling mudah diserap tanaman. Jumlah Fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan nitrogen dan kalium. Tetapi dianggap sebagai kunci kehidupan. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (H2PO4-2). Menurut Tisdale (1985), kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu bentuk pirofosfat dan metafosfat. Bahkan Thomson (1982) berpendapat bahwa kemungkinan P diserap dalam bentuk senyawa fosfat organik yang larut dalam air, misalnya asam nukleat dan phitin. Fosfat mempunyai fungsi terhadap perkembangan tanaman, antara lain berfungsi untuk mengangkut energi hasil metabolisme, merangsang akar, pembungaan merangsang dan pembuahan, biji, merangsang pertumbuhan pembentukan

merangsang pembelahan sel tanaman, dan memperbesar jaringan sel. 1. Analisis Kadar Nitrogen dalam Sampel Tanah dan Tanaman Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang bermuatan. Dan juga sangat mutlak dibutuhkan. Nitrogen dapat dengan mudah hilang atau tidak tersedia bagi tananam. Tidak tersedianya Nitrogen ini dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3-, denitrifikasi NO3- menjadi N2, volatilisasi NH4+ menjadi NH3, terfiksasi oleh mineraliat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Bentuk NO3- yang mudah terlindi atau terlarut, maka dikaji pergerkannya kepermukaan akar agar tidak hilang sehingga merupakan suatu usaha ke arah efisiensi pemupukan. Senyawa Nitrogen organik dioksidasi melalui pemanasan dalam lingkungan asam sulfat pekat dengan katalis campuran selen membentuk (NH4)2 SO4. Kadar amonium dalam ekstrak dapt ditetapkan dengan cara destilasi atau spektrofotometri. Pada cara destilasi, ekstrak dibasakan dengan penambahan larutan NaOH. Selanjutnya, NH3 yang dibebaskan diikat dengan asam borat dan di titrasi dengan larutan standar H2SO4 mengunakan

petunjuk Conway. Cara spektrofotometri menggunakan metode pembangkit warna indofenol biru.

BAB III METODE PKL

A. Lokasi PKL Lokasi Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertempat di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta. 1. Identitas Kantor Nama Status : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta : Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 350/Kpts/OT.210/6/2001. Alamat : Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman,

Yogyakarta.

2.

Sejarah Perkembangan

Awalnya BPTP Yogyakarta dinamakan Proyek Informasi Pertanian yang berdiri pada tahun 1985. Kemudian pada tahu 1992 ditetapkan sebagai Balai Infoemasi Pertanian (BIP) yang berfungsi sebagai tempat penyuluhan tingkat propinsi DIY di bawah badan diklat pertanian. Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian No. 96/Kpts/Kp.403/2/1994 tentang orginisasi dan tata kerja, terdapat perubahan organisasi antara lain Balai Informasi Pertanian (BIP), melebur kedalam organisasi Badan Litbang Pertanian(BLP). Peleburan BLP kemudian digabungkan dengan unit kerja penelitian tanah dan Agrokilmat serta Laboratorium Holtikultura Yogyakarta menjadi instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP). IPPTP adalah unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian Sosial Ekonomi (PPSE). Pada tanggal 14 Juni 2001 dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 350/Kpts/OT.210/6/2001 tentang perubahan nama Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP) menjadi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).

3.

Visi dan Misi BPTP Yogyakarta a. Visi BPTP Yogyakarta mempunyai visi sebagai institusi penghasil teknologi pertanian spesifik lokasi yang sesuai dengan dinamika pasar b. Misi Untuk mewujudkan Visi tersebut, telah ditetapkan Misi BPTP Yogyakarta yaitu : i. Merakayasa dan mengembangkan inovasi pertanian spesifik lokasi yang diperlukan dan dimanfaatkan oleh petani, stakeholder dan sesuai dengan permintaan pasar. dan kebutuhan wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

ii. Meningkatkan percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi. iii. Menningkatkan jaringan kerja sama dengan lembaga penelitian internasional, nasional, maupun pihak swasta. iv. Mengembangkan kapasitas kelembagaan BPTP dalam rangka meningkatkan pelayanan prima. 1. Tugas pokok dan Fungsi Sebagaimana peraturan menteri pertanian, BPTP mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Dalam menjalankan tugas tersebut, BPTP menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna speifik lokasi. b. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan perakitan teknologi pertanian tepet guna spesifik lokasi. c. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan disiminasi hasil penkajian serta perakitan materi penyuluhan. d. Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. e. Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai. 1. Struktur Organisasi Sesuai peraturan menteri pertanian No. 16/Permentan/ OT.140/3/2006, 1 Maret 2006 tentang organisasi dan tata kerja balai pengkajian teknologi pertanian, susunan organisasi BPTP terdiri dua unsur, yaitu: struktural dan fungsional. a. Struktural

BPTP Yogyakarta dipimpin oleh seorang kepala balai dengan jabatan eselon IIIa, yang didukung oleh Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian, dengan tingkat jabatan eselon Iva dan masing-masing dipimpin oleh seorang kepala Sub Bagian Tata Pelayanan Pengkajian. Organisasi Struktural mempunyai fungsi utama sebagai pengelola administrasi pelayanan umum dan administrasi pelayanan rutin. Tanggung Jawab ini meliputi kegiatan perencanaan program, kegiatan ketatausahaan, pengelolaan sarana prasarana, penataan kepegawaian dan penggajian, monitoring dan evaluasi kinerja kegiatan serta pengelolaan organisasi. Jenjang Jabatan struktural diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Fungsional Kelompok fungsional terdiri dari fungsional peneliti, penyuluh dan sejumlah fungsional lainnya. Kelompok fungsional sesuai dengan bidang kealihannya ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan tugas pokok dan fungsi utama untuk menjalankan mandat Balai dalam menjalankan dan mencapai Visi dan Misi Balai. Masing-masing kelompok fungsional dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional senior yang dipilih secara demokrasi oleh seluruh staf dan diusulkan oleh kepala BPTP untuk ditunjuk dan disahkan melalui Surat Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. 6. Sarana Pendukung BPTP a. Tanah BPTP menempati tanah seluas 32.717 m2 di Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Sedangkan Usaha dan Seksi Kerjasama dan

laboratorium pasca panen dan als.intan bertempat di Kl. Baru Karangssari Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. b. Bangunan 1) Laboratorium Laboratorium Pasca Panen Laboratorium Tanah dan Pupuk Laboratorium Peternakan

1) Ruang Pegawai BPTP secara gaaris besar memiliki 2 gedung, yaiatu gedung administrasi dan beberapa gedung penunjang tempat penyuluh dan peneliti berkumpul. 2) Perpustakaan Unit perputakaan dokumentasi dan informasi BPTP merupakan perpustakaan dan dokumentasi serta informasi tentang teknologi pertanian seperti: a. Berbagai jurnal penelitian b. Berbagai buku c. Berbagai majalah dan tabloid ilmiah d. Berbagai laporan teknik e. Berbagai laporan hasil penelitian f. Berbagai brosur g. Berbagai penerbitan tanpa brosur, leaflet, bulletin, dll h. Kliping surat kabar 3) Penginapan Digunakan sebagai tempat peristirahatan pegawai luar kota yang melakukan kunjungan dinas. Penginapan bertempat di Sleman, Jalan Rajawali, Demangan Baru. Yogyakarta.

a. Jaringan LAN dan Internet Koneksi internet di BPTP Yogyakarta mengalami beberapa kali pergantian. Ejak tahun 2008 diadakan berbagai perbaikan jaringan Local Area Network (LAN), hotspot, dan perpindahan router. Hal ini untuk mempermudah dan memperlancar dalam akses informasi, pengiriman data, dan komunikasi. Untuk akses internet telah dilakukan kerjasama dengan PT. Time Excelindo sebagai penyedia layanan jasa internet. Melalui jaringan LAN, koneksi internet dapat dipergunakan untuk mengakses informasi sejumlah 22 unit komputer yang berlokasi di empat gedung berbeda. 7. Tata Operasional Kelembagaan Internal Balai Sesuai mandat Permentan No. BPTP Yogyakarta yang tercantum dalam OT.140/3/2006, dalam rangka 16/Permentan/

pencapaian misi dan visi Balai, BPTP Yogyakarta berusaha menghasilkan teknologi pertanian yang dibutuhkan untuk menunjang pembangunan pertanian di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk itu perlu disusun tata operasional Balai sebagai pedoman kerja dalam bentuk tugas dan fungsi utama masing-masing unsur dalam organisasi Balai. B. Desain PKL Kegiatan PKL yang telah dilaksanakan meliputi analisis kimia dari contoh sampel berupa tanah dan tanaman yang berasal dari contoh sampel yang diserahkan oleh konsumen umum maupun instansi. C. Penentuan Objek PKL Objek PKL yang telah dilaksanakan berupa contoh sampel tanah. Yang kemudian diberi tanda label pada setiap kemasannya, agar saat analisa di laboratorium dapat berjalan dengan baik dan teliti. D. Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data pada PKL ini berupa : 1. Penetapan kadar N tersedia dari tanah 2. Penetapan kadar N total dari tanah3. Penetapan kadar unsur hara makro dan mikro total dalam tanah

A. Instrumen PKL Instrumen yang digunakan dalam kegiatan PKL ini adalah : 1. Penetapan N tersedia tanah a. Neraca analitik tiga decimal b. Alat destilasi c. Multi buret d. Pipet volum 1. Penetapan N total tanaman a. Neraca analitik tiga decimal b. Tabung digestion dan blok digestion c. Multiburet d. Pipet volum e. Pengocok tabung f. Alat destilasi g. Labu didih h. Erlenmeyer 3. Penetapan kadar unsur hara makro dan mikro total dalam tanah a. Neraca analitik ketelitian tiga desimalb. Tabung digestion dan blok digestion

c. Pengocok tabung d. Dispenser e. Alat destilasi f. Labu didih 250 ml g. Erlenmeyer 100 ml bertera h. Tabung reaksi

i. AAS

A. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang kami kerjakan adalah sebagai berikut : 1. Penetapan faktor koreksi tanah Faktor koreksi (fk) = berat basahberat kering 2. Penetapan PKadar P %=ppm kurvaml ekstrak1000 ml100mg contohfp3195fk =ppm kurva 501000 100250 10 =ppm kurva 0,2 3. Penetapan Kadar N Tersedia Kadar N %=Vc-VbN 14500 mg sampel 4. Penetapan Kadar NTotal Kadar N %=Vc-VbNbst N50 ml10 ml1001 mg contoh =Vc-Vb N 14 50 ml10 ml 100250

= (Vc Vb) N 28

BAB IV HASIL PKL DAN PEMBAHASAN A. Hasil PKL1. Penetapan N tersedia Pada Tanah

a. Pereaksi1) H2SO4 pekat (95-97%)

2) Larutan NaOH 40%3) Larutan baku H2SO4 0,050 N 4) Penunjuk Conway

5) Asam Borat 1% 6) Batu didih a. Cara kerja 1) Ditimbang 0,5 gram contoh tanah kedalam labu destilasi. 2) Dilarutkan tanah dengan akuades hingga batas, kemudian tambahkan 10 ml larutan NaOH 40% dan destilasi.3) Ditampung hasil destilasi dalam Erlenmeyer yang telah diberi 10 ml

asam borat 1% dan penunjuk Conway. 4) Dihentikan destilasi setelah mendapat hasil 75 ml.5) Dititrasi sampel dengan H2SO4 pekat (95-97%).

6) Dicatat volume titrasi.

a. Hasil Pengamatan

Blanko = 0,20 Tabel 1 : Hasil Analisa NTersedia pada Sampel Tanah kode tanah 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 Berat (gram) 0,5003 0,5003 0,5000 0,5003 0,5000 0,5003 0,5003 0,5003 0,5004 0,5001 0,5002 0,5000 0,5001 0,5003 0,5000 0,5000 0,5003 0,5003 volume titrasi (ml) 0,79 0,47 0,63 0,57 0,81 0,81 0,67 0,67 0,66 0,54 0,57 0,65 0,81 0,62 0,48 0,45 0,79 0,79 Kadar N (%) 0,016 0,007 0,012 0,010 0,017 0,017 0,013 0,013 0,013 0,009 0,010 0,013 0,017 0,012 0,007 0,007 0,016 0,016

b. Perhitungan Penetapan Kadar N tersedia dalam tanahKadar N %=Vc-VbN 14500 mg sampel

1) kode sampel 84 Kadar N (%) = 0,79-0,200,01 14500 mg = 0,016 % 2) kode sampel 85 Kadar N (%) = 0,47-0,200,01 14500 mg = 7,5 10-3 %

3) kode sampel 86 Kadar N (%) = 0,63-0,200,01 14500 mg = 0,012 % 4) kode sampel 87 Kadar N (%) = 0,57-0,200,01 14500 mg = 0,010 % 5) kode sampel 88 Kadar N (%) = 0,81-0,200,01 14500 mg = 0,017 % 6) kode sampel 89 Kadar N (%) = 0,81-0,200,01 14500 mg = 0,017 % 7) kode sampel 90 Kadar N (%) = 0,67-0,200,01 14500 mg = 0,013 %

8) kode sampel 91 Kadar N (%) = 0,67-0,200,01 14500 mg = 0,013 % 9) kode sampel 92 Kadar N (%) = 0,66-0,200,01 14500 mg = 0,013 %

10) kode sampel 93 Kadar N (%) = 0,54-0,200,01 14500 mg = 9,5 10-3 %11)kode sampel 94

Kadar N (%) = 0,57-0,200,01 14500 mg = 0,010 % 12) kode sampel 95 Kadar N (%) = 0,65-0,200,01 14500 mg = 0,013 % 13) kode sampel 96 Kadar N (%) = 0,81-0,200,01 14500 mg = 0,017 %

14) kode sampel 97 Kadar N (%) = 0,62-0,200,01 14500 mg = 0,012 % 15) kode sampel 98 Kadar N (%) = 0,48-0,200,01 14500 mg = 7,84 10-3 % 16) kode sampel 99 Kadar N (%) = 0,45-0,200,01 14500 mg = 7,10 10-3 % 17) kode sampel 100

Kadar N (%) = 0,79-0,200,01 14500 mg = 0,016 % 18) kode sampel 101 Kadar N (%) = 0,79-0,200,01 14500 mg = 0,016 %

2. Penetapan N total cara Pengabuan Basah dengan H2SO4

a. Pereaksi 1) Destruksia) H2SO4 pekat (95-97%) p.a. b) Campuran selen p.a. (tersedia di pasaran) atau dibuat dengan

mencampurkan 1,55 gram CuSO4 anhidrat, 96,9 gram H2SO4 anhidrat dan 1,55 gram selen kemudian dihaluskan 1) Destilasi a) Natrium Hidroksida 40% i. Larutkan 400 gram NaOH dalam gelas piala dengan air bebas ion 600 ml. setelah dingin diencerkan menjadi 1 liter ii. Asam borat 1%a) Larutkan 10 gram H3BO3 dengan 1 liter air bebas ion b) Penunjuk Conway

i. Larutkan 0,100 gram metil merah (metal red) dan 0,150 gram hijau bromkresol (bramkresol green) dengan 200 ml etanol 96% ii. Larutan baku asam sulfat 1 N (titrisol)iii. H2SO4 4N

a) Masukkan 11 ml H2SO4 p.a pekat (95-97%) sedikit demi sedikit

melalui labu ukur 1000 ml yang telah berisi sekitar 700 ml air bebas ion. Kocok dan biarkan menjadi dingin. Tambahkan air bebas ion hingga 1000 ml, kocok. b) Asam borat 1%i.

Larutkan 1 gram H3BO3 dengan 1 liter air bebas ion

a) Batu didih i. Batu dari batu apung yang dihaluskan a. Cara Kerja 1. Destruksi Contoha) Ditimbang 0,2 mg contoh tanaman < 0,55 mm kedalam tabung

digestion.b) Ditambahkan 1 gram campuran selen dan 2,5 ml H2SO4 p.a. campuran

diratakan dan biarkan satu malam supaya diper-arang.c) Disiapkan pula blanko dengan memasukkan hanya 1 gram campuran

selen dan 2,5 ml H2SO4 p.a kedalam tabung digestion.d) Dipanaskan esoknya dalam blok digestion hingga suhu 350C.

destruksi selesai bila keluar uap putih dan didapat ekstrak jernih (sekitar 4 jam). e) Tabung diangkat, didinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. f) Dikocok sampai homogen, biarkan semalam agar partikel mengendap. g) Ekstrak jernih digunakan untuk pengukuran N dengan cara destilasi. 1. Pengukuran N dengan cara Destilasia. Dipipet 10 ml ekstrak contoh kedalam labu didih. b) Ditambahkan sedikit serbuk batu didih dan akuades hingga setengah

volume labu.c) Disiapkan penampung NH3 yang dibebaskan yaitu Erlenmeyer berisi

10 ml asam borat 1% yang ditambahkan indicator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi.

d) Ditambahkan dengan gelas ukur NaOH 40% sebanyak 10 ml kedalam

labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. e) Didestilasi hingga volume penampung mencapai 50-75 ml ( bewarna hijau).f) Dititrasi destilasi dengan H2SO4 0,050 N hingga warna merah muda.

g) Dicatat volume titar contoh (Vc) dan blanko (Vb).

a. Data Pengamatan Blanko 0,06 ml Tabel 2 : Hasil Analisa Kadar NTotal pada Sampel Tanaman Kode Tanaman 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 Berat (gram) 0,2503 0,2502 0,2500 0,2501 0,2503 0,2502 0,2500 0,2503 0,2501 0,2502 0,2503 0,2503 0,2501 0,2500 0,2500 0,2503 0,2505 0,2501 0,2500 0,2502 0,2502 Volume Titrasi (ml) 0,51 0,33 0,30 0,42 0,33 0,33 0,34 0,33 0,30 0,46 0,38 0,34 0,52 0,48 0,42 0,43 0,41 0,36 0,49 0,42 0,36 Kadar N (%) 0,630 0,378 0,336 0,504 0,378 0,378 0,392 0,378 0,336 0,560 0,448 0,392 0,644 0,588 0,504 0,518 0,490 0,420 0,602 0,504 0,420

132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 d. Perhitungan

0,2501 0,2503 0,2502 0,2500 0,2503 0,2503 0,2501 0,2503 0,2505 0,2500 0,2500 0,2505 0,2504 0,2501 0,2500

0,63 0,47 0,39 0,49 0,45 0,40 0,50 0,47 0,39 0,59 0,62 0,47 0,53 0,54 0,54

0,798 0,574 0,462 0,602 0,546 0,476 0,616 0,574 0,462 0,742 0,784 0,574 0,658 0,672 0,672

Penetapan Kadar N total tanamanKadar N %= (Vc Vb) N 28

1) kode sampel 111 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,51 0,06) 0,05 28 = 0,630 % 2) kode sampel 112 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,33 0,06) 0,05 28 = 0,378 % 3) kode sampel 113 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,30 0,06) 0,05 28 = 0,336 %

4) kode sampel 114 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,42 0,06) 0,05 28 = 0,504 %

5) kode sampel 115 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,33 0,06) 0,05 28 = 0,378 % 6) kode sampel 116 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,33 0,06) 0,05 28 = 0,378 % 7) kode sampel 117 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,34 0,06) 0,05 28 = 0,392 % 8) kode sampel 118 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,33 0,06) 0,05 28 = 0,378 % 9) kode sampel 119 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,30 0,06) 0,05 28 = 0,336 % 10) kode sampel 120

kadar N (%)

= (Vc Vb) N 28 = (0,46 0,06) 0,05 28 = 0,560 %

11) kode sampel 121 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,38 0,06) 0,05 28 = 0,448 %

12) kode sampel 122 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,34 0,06) 0,05 28 = 0,392 % 13) kode sampel 123 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,52 0,06) 0,05 28 = 0,644 % 14) kode sampel 124 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,48 0,06) 0,05 28 = 0,588% 15) kode sampel 125 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,42 0,06) 0,05 28 = 0,504 % 16) kode sampel 126

kadar N (%)

= (Vc Vb) N 28 = (0,43 0,06) 0,05 28 = 0,518 %

17) kode sampel 127 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,41 0,06) 0,05 28 = 0,490 % 18) kode sampel 128 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,36 0,06) 0,05 28 = 0,420 % 19) kode sampel 129 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,49 0,06) 0,05 28 = 0,602 % 20) kode sampel 130 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,42 0,06) 0,05 28 = 0,504 % 21) kode sampel 131 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,36 0,06) 0,05 28 = 0,420 % 22) kode sampel 132

kadar N (%)

= (Vc Vb) N 28 = (0,63 0,06) 0,05 28 = 0,798 %

23) kode sampel 133 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,47 0,06) 0,05 28 = 0,574 % 24) kode sampel 134 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,39 0,06) 0,05 28 = 0,462 % 25) kode sampel 135 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,49 0,06) 0,05 28 = 0,602 % 26) kode sampel 136 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,45 0,06) 0,05 28 = 0,546 % 27) kode sampel 137 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,40 0,06) 0,05 28 = 0,476 % 28) kode sampel 138 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28

= (0,50 0,06) 0,05 28 = 0,616 % 29) kode sampel 139 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,47 0,06) 0,05 28 = 0,574 % 30) kode sampel 140 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,39 0,06) 0,05 28 = 0,462 % 31) kode sampel 141 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,59 0,06) 0,05 28 = 0,742 % 32) kode sampel 142 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,62 0,06) 0,05 28 = 0,784 % 33) kode sampel 143 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,47 0,06) 0,05 28 = 0,574 % 34) kode sampel 144 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,53 0,06) 0,05 28

= 0,658 % 35) kode sampel 145 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,54 0,06) 0,05 28 = 0,672 % 36) kode sampel 146 kadar N (%) = (Vc Vb) N 28 = (0,54 0,06) 0,05 28 = 0,672 %2. Penetapan Unsur Hara Makro dan Mikro dengan cara pengabuan

basah menggunakan H2SO4 dan H2O2 a. Pereaksi1) H2SO4 pekat (95-97%) 2) H2O2 pekat (30%)

3) Larutan NaOH 40%4) Larutan baku H2SO4 0,050 N 5) Penunjuk Conway

6) Asam Borat 1% 7) Batu didih a. Cara Kerja 1) Ditimbang 0,250 gram contoh tanaman ke dalam tabung digestion.2) Ditambahkan 2,5 ml H2SO4 p.a. biarkan satu malam supaya diperarang. 3) Dipanaskan esoknya dalam blok digestion selama satu jam pada suhu

100 C.4) Diangkat dan biarkan mendingin, ditambahkan 2 ml H2O2 p.a. 5) Dipanaskan kembali dan suhu ditingkatkan menjadi 200 C, selama

satu jam.

6) Diangkat biarkan dingin dan tambahkan kembali H2O2 p.a. sebanyak 2

ml.7) Dipanaskan kembali hingga suhu 350 C. 8) Diulang sampai keluar uap putih dan didapat sekitar 1 ml ekstrak

jernih suhu tidak melebihi 350 C. 9) Kerjakan blanko. 10) Tabung diangkat, dinginkan dan kemudian ekstrak diencerkan dengan air bebas ion hingga tepat 50 ml. 11) Kocok sampai homogen dengan pengocok tabung. 12) Biarkan semalam supaya mengendap. 13) Ekstrak jernih dapat digunakan untuk pengukuran N-kjeldahl, P, K, Ca, Mg, dan Na. a. Hasil Pengamatan Blanko : 0,000 A Tabel 3 : Hasil Analisa Kadar Makro dan Mikro dengan AAS Sampel 2L4 Daun 2L4 Batang 2L4 Akar 2L5 Daun 2L5 Batang 2L5 Akar 2L6 Daun 2L6 Batang 2L6 Akar 4L4 Daun 4L4 Batang 4L4 Akar 4L5 Daun 4L5 Batang 4L5 Akar Berat (gram) 0,2500 0,1649 0,1699 0,2503 0,1548 0,2044 0,2502 0,1767 0,1701 0,2502 0,2501 0,2502 0,2500 0,2502 0,2500 Absorbansi 0,031 0,012 0,015 0,038 0,015 0,019 0,020 0,012 0,018 0,016 0,007 0,011 0,015 0,012 0,013 Konsentrasi (ppm) 3,3 1,3 1,6 4,0 1,6 2,0 2,1 1,3 1,9 1,7 0,7 1,0 1,6 1,3 1,4 Kadar (%) 0,66 0,26 0,32 0,80 0,32 0,40 0,42 0,26 0,38 0,34 0,14 0,20 0,32 0,26 0,28

4L6 Daun 4L6 Batang 4L6 Akar

0,2502 0,2501 0,2505

0,016 0,012 0,017

1,7 1,3 1,8

0,34 0,26 0,36

Standar Tabel 4 : Blanko dan Deret Standar Standar 0 ppm 1 ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm Absorbansi 0,000 0,011 0,019 0,027 0,035 0,050

Gambar 1 : Kurva Blanko dan Deret Standar

A. Pembahasan Hasil PKL1. Penetapan Kadar N-tersedia pada Tanah

Pada penentuan N-tersedia tanah dengan sample tanah dari bermacammacam tempat. Penentuan kadar N-tersedia tanah ini dilakukan dengan menimbang 0,50 gram tanah dan dimasukkan ke tabung digest. Kemudian

ditambahkan dengan akuades hingga batas, kemudian tambahkan 10 ml larutan NaOH 40% dan destilasi. Ditampung hasil destilasi dalam Erlenmeyer yang telah diberi 10 ml asam borat 1% dan penunjuk Conway. Dihentikan destilasi setelah mendapat hasil destilat berwarna hijau sebanyak 75 ml. Dititrasi sampel dengan H2SO4 pekat (95-97%). Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH 40% sampai alkalis dan dipanaskan. Ammonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh asam borat 1 % dalam jumlah yang berlebihan. Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator conway yaitu indikator yang dibuat dengan melarutkan 0,1 gr merah metil dan 0,150 gr hijau bromkresol dengan 200ml etanol 96 %. Untuk tahap selanjutnya di titrasi dengan H2SO4 0,05 N sampai warna menjadi merah muda yang artinya larutan tersebut telah berada dalam kesetimbangan larutan. Dari data yang didapatkan dan dilakukan perhitungan denagan rumus

Kadar N %=Vc-VbN 14500 mg sampel

2. Penetapan Kadar N-total pada Tanaman

Untuk mengetahui seberapa besar kadar (%) nitrogen yang terkandung dalam tanaman, maka diperlukan analisis secara kimia terhadap tanaman yang bersangkutan (sampel). Penetapan N-total ini dilakukan dengan cara pengabuan basah menggunakan H2SO4. Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang 0,2500 gram sampel tanaman kering. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung digest dan ditambah 2,5 ml asam sulfat pekat

dan 1 gram selen. Selanjutnya campuran ini dimasak (destruksi) pada suhu 350 0C selama 3-4 jam sehingga menghasilkan asap putih yang menandai bahwa destruksi telah sempurna. Guna asam sulfat dalam destruksi ini agar nitrogen organik dalam tanaman teroksidasi membentuk amonium sulfat ((NH4)2SO4.) Sedangkan selenium hanya berfungsi sebagai katalisator. Kemudian hasil destruksi didinginkan dan dipindahkan dalam labu didih. Tambahkan sedikit batu didih (batu apung) dan 100 ml akuades. Selanjutnya ditambah 10 ml NaOH 40% dan secepatnya ditutup dengan sumbat penghubung ke alat destilasi untuk didestilasi. Untuk penampungnya disiapkan erlenmeyer 100 ml berisi 10 ml asam borat (H3BO3) 1% ditambah 3 tetes penunjuk Conway (larutan berwarna merah). Tempatkan penampung ini sehingga pipa tempat keluar destilat tercelup pada larutan penampung. Ini bertujuan agar NH3 yang dihasilkan selama proses destilasi tidak menguap ke udara, melainkan langsung ditangkap asam borat dan larutan berubah warna menjadi hijau. Proses destilasi dihentikan jika hasil destilat dalam penampung sudah mencapai 75 ml. untuk mengetahui kadar nitrogen yang dikandung dalam sampel, maka hasil destilasi dititrasi dengan larutan H2SO4 0,050 N hingga warna larutan berubah menjadi merah muda. Volume titrasi inilah yang dapat digunakan untuk menentukan kandungan nitrogen dalam sampel. Menggunakan persamaan berikut :Kadar N %= (Vc Vb) N 28 3. Penetapan Kadar Makro dan Mikro dengan cara Pengabuan Basah

Penetapan kadar P dalam tanaman dilakukan dengan metode pengabuan (destruksi) basah. Pemilihan cara destruksi tergantung pada sifat zat organik dan anorganik yang terkandung dalam bahan mineral yang akan dianalisis, dan metode pengabuan basah ini merupakan metode yang paling baik untuk penentuan unsur-unsur mineral di dalam bahan tanaman. Pada langkah pertama menimbang sampel tanaman sebanyak 0,25 gram ke dalam labu ukur 10 ml. Karena sampel berbentuk padat maka harus diekstrak terlebih dahulu. Dengan

metode destruksi basah ini pengekstraksian dilakukan dengan menambahkan 2,5 ml larutan H2SO4 p.a. biarkan satu malam supaya diperarang. Esoknya dipanaskan dalam blok digestion selama satu jam pada suhu 100 C. Angkat dan biarkan mendingin, tambahkan 2 ml H2O2 p.a. panaskan kembali dan suhu ditingkatkan menjadi 200 C, panaskan selama satu jam. Angkat biarkan dingin dan tambahkan kembali H2O2 p.a. sebanyak 2 ml. Kemudian panaskan kembali hingga suhu 350 C. Pengerjaan ini diulang sampai keluar uap putih dan didapat sekitar 1 ml ekstrak jernih suhu tidak melebihi 350 C Selain sampel, pada proses ini juga memanaskan larutan blangko yang dibuat dari 2,5 ml larutan H2SO4 p.a. dan 2 ml H2O2 p.a. Larutan H2SO4 p.a. pekat akan mendestruksi sampel dan melarutkan bentuk-bentuk senyawa fosfat dalam bahan organik. Selain itu alasan penggunaan cara ini ialah proses destruksi dapat dilakukan pada suhu rendah, sehingga kehilangan mineral akibat penguapan dapat dihindari. Sedangkan larutan H2O2 p.a. menyebabkan destruksi berlangsung sangat cepat. Selanjutnya jika telah diperoleh ekstrak yang jernih, proses dihentikan dan ekstrak didiamkan agar dingin. Setelah dingin kemudian menambahkan akuades sampai batas labu ukur. Dari ekstrak encer tersebut dipipet 1 ml dan dilakukan pengenceran 10X dengan menambahkan akuades sebanyak 9 ml. Kemudian dari ekstrak hasil pengenceran 10X ini diambil 1 ml, lalu ditambahkan 10 ml larutan pereaksi pewarna P yang baru dibuat. Penambahan larutan pereaksi pewarna P menyebabkan terjadi reaksi kompleks yang ditandai dengan terbentuknya warna biru pada larutan atau larutan berwarna biru. Larutan Pereaksi pewarna P mengandung larutan amonium molibdat dan padatan asam askorbat. Adanya ion molibdat berfungsi untuk menambah daya absorbansi dari unsur P, sehingga mudah diketahui pembacaannya oleh spektrofotometer. Campuran larutan ekstrak dan larutan pereaksi pewarna P kemudian diaduk menggunakan alat pengaduk tabung reaksi hingga homogen. Setelah sebelumnya membuat deret larutan standar dengan konsentrasi 0; 1; 2; 3; 4; dan 5

ppm dari larutan standar induk PO4 5 ppm. Selanjutnya mengukur absorbansi larutan standar, blangko, dan sampel dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm. Dari data larutan standar dapat dibuat grafik hubungan antara konsentrasi dan nilai absorbansinya untuk mengetahui konsentrasi P pada sampel, diperoleh persamaan regresi y = 0,009 + 0,009 dimana: y = absorbansi (abs) = konsentrasi (ppm kurva)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Dari Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1 : Hasil Analisa NTersedia pada Sampel Tanah kode tanah 84 Berat (gram) 0,5003 volume titrasi (ml) 0,79 Kadar N (%) 0,016

85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101

0,5003 0,5000 0,5003 0,5000 0,5003 0,5003 0,5003 0,5004 0,5001 0,5002 0,5000 0,5001 0,5003 0,5000 0,5000 0,5003 0,5003

0,47 0,63 0,57 0,81 0,81 0,67 0,67 0,66 0,54 0,57 0,65 0,81 0,62 0,48 0,45 0,79 0,79

0,007 0,012 0,010 0,017 0,017 0,013 0,013 0,013 0,009 0,010 0,013 0,017 0,012 0,007 0,007 0,016 0,016

Tabel 2 : Hasil Analisa Kadar NTotal pada Sampel Tanaman Kode Tanaman 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 Berat (gram) 0,2503 0,2502 0,2500 0,2501 0,2503 0,2502 0,2500 0,2503 0,2501 0,2502 0,2503 0,2503 0,2501 Volume Titrasi (ml) 0,51 0,33 0,30 0,42 0,33 0,33 0,34 0,33 0,30 0,46 0,38 0,34 0,52 Kadar N (%) 0,630 0,378 0,336 0,504 0,378 0,378 0,392 0,378 0,336 0,560 0,448 0,392 0,644

124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146

0,2500 0,2500 0,2503 0,2505 0,2501 0,2500 0,2502 0,2502 0,2501 0,2503 0,2502 0,2500 0,2503 0,2503 0,2501 0,2503 0,2505 0,2500 0,2500 0,2505 0,2504 0,2501 0,2500

0,48 0,42 0,43 0,41 0,36 0,49 0,42 0,36 0,63 0,47 0,39 0,49 0,45 0,40 0,50 0,47 0,39 0,59 0,62 0,47 0,53 0,54 0,54

0,588 0,504 0,518 0,490 0,420 0,602 0,504 0,420 0,798 0,574 0,462 0,602 0,546 0,476 0,616 0,574 0,462 0,742 0,784 0,574 0,658 0,672 0,672

Tabel 3 : Hasil Analisa Kadar Makro dan Mikro dengan AAS Sampel 2L4 Daun 2L4 Batang 2L4 Akar 2L5 Daun 2L5 Batang 2L5 Akar 2L6 Daun 2L6 Batang 2L6 Akar 4L4 Daun 4L4 Batang Berat (gram) 0,2500 0,1649 0,1699 0,2503 0,1548 0,2044 0,2502 0,1767 0,1701 0,2502 0,2501 Absorbansi 0,031 0,012 0,015 0,038 0,015 0,019 0,020 0,012 0,018 0,016 0,007 Konsentrasi (ppm) 3,3 1,3 1,6 4,0 1,6 2,0 2,1 1,3 1,9 1,7 0,7 Kadar (%) 0,66 0,26 0,32 0,80 0,32 0,40 0,42 0,26 0,38 0,34 0,14

4L4 Akar 4L5 Daun 4L5 Batang 4L5 Akar 4L6 Daun 4L6 Batang 4L6 Akar

0,2502 0,2500 0,2502 0,2500 0,2502 0,2501 0,2505

0,011 0,015 0,012 0,013 0,016 0,012 0,017

1,0 1,6 1,3 1,4 1,7 1,3 1,8

0,20 0,32 0,26 0,28 0,34 0,26 0,36

B. SARAN1. Manajemen laboratorium perlu dibenahi, seperti pengecekan kondisi alat

perlu dilakukan secara kontinu tiap beberapa waktu yang telah ditentukan.2. Kebersihan laboratorium perlu ditingkatkan agar dapat mendukung

kenyamanan dan optimalitas dalam bekerja.3. Kelengkapan dan disiplin atribut pakaian laboratorium perlu ditingkatkan

lagi agar menunjang untuk keselamatan kerja.