Field Trip Petro

3
Stasiun Pengamatan 1 : Stasiun pengamatan 1 ini berlokasi di Kali Watuadeg, dilokasi ini dijumpai litologi berupa batuan beku yang berstruktur lava bantal, juga terlihat kenampakan batuan sedimen dengan struktur laminasi pararel. Lava bantal ini berumur kira-kira 25 juta tahun yang lalu, sekitar masa oligocen atas. Lava bantal terbentuk dari magma yang bersifat efusit, yang membeku di lingkungan laut. Lava bagian atas yang langsung mengalami kontak dengan air mengalami pembekuan yang cepat sehingga terbentuk gelas, lava bagian bawahnya membeku dengan waktu yang lebih lama membentuk batuan andesit. Ketika lava bantal ini terbentuk, pada tempat ini terjadi pengangkatan akibat gaya tektonik, terjadi pengkerutan, perlipatan, sehingga material sedimen dapat ditemukan di antara lava bantal ini. Kenampakan persebaran lava bantal yang terlihat di lokasi ini sekitar 60 – 70 meter kearah utara - selatan. Singkapan lava bantalnya berwarna hitam, terdapat rekahan- rekahan berbentuk polygonal, berteksur porfiroafanitik, terlihat teksturnya berupa hipokristalin, berkomposisi gelas, kuarsa, dan mineral-mineral batuan beku berwarna hitam. Sedangkan pemerian batuan pada inti lava bantal ini didapatkan batuan berwarna abu-abu kehitaman, tidak berstruktur, tekstur berupa porfiroafanitik, holokristalin, ukuran butirnya halus sampai intermediet, komposisinya terdiri dari ; fragmen berupa plagioklas, hornblende, biotit, dan massa dasar berupa material-material batuan beku berukuran afanit. Nama batuan : Andesit hornblende Stasiun Pengamatan 2 : Lokasi stasiun pengamatan 2 ini terletak di daerah Piyungan yaitu Gunung Bangkel. Gunung Bangkel ini merupakan bukit terisolir (isolated hill). Kenampakan daerah ini merupakan daerah inlayer, yang berarti

description

field trip petro

Transcript of Field Trip Petro

Zona Pegunungan Selatan

Stasiun Pengamatan 1 :Stasiun pengamatan 1 ini berlokasi di Kali Watuadeg, dilokasi ini dijumpai litologi berupa batuan beku yang berstruktur lava bantal, juga terlihat kenampakan batuan sedimen dengan struktur laminasi pararel.

Lava bantal ini berumur kira-kira 25 juta tahun yang lalu, sekitar masa oligocen atas. Lava bantal terbentuk dari magma yang bersifat efusit, yang membeku di lingkungan laut.

Lava bagian atas yang langsung mengalami kontak dengan air mengalami pembekuan yang cepat sehingga terbentuk gelas, lava bagian bawahnya membeku dengan waktu yang lebih lama membentuk batuan andesit.

Ketika lava bantal ini terbentuk, pada tempat ini terjadi pengangkatan akibat gaya tektonik, terjadi pengkerutan, perlipatan, sehingga material sedimen dapat ditemukan di antara lava bantal ini.

Kenampakan persebaran lava bantal yang terlihat di lokasi ini sekitar 60 70 meter kearah utara - selatan.

Singkapan lava bantalnya berwarna hitam, terdapat rekahan-rekahan berbentuk polygonal, berteksur porfiroafanitik, terlihat teksturnya berupa hipokristalin, berkomposisi gelas, kuarsa, dan mineral-mineral batuan beku berwarna hitam.Sedangkan pemerian batuan pada inti lava bantal ini didapatkan batuan berwarna abu-abu kehitaman, tidak berstruktur, tekstur berupa porfiroafanitik, holokristalin, ukuran butirnya halus sampai intermediet, komposisinya terdiri dari ; fragmen berupa plagioklas, hornblende, biotit, dan massa dasar berupa material-material batuan beku berukuran afanit.Nama batuan : Andesit hornblende

Stasiun Pengamatan 2 :

Lokasi stasiun pengamatan 2 ini terletak di daerah Piyungan yaitu Gunung Bangkel.

Gunung Bangkel ini merupakan bukit terisolir (isolated hill). Kenampakan daerah ini merupakan daerah inlayer, yang berarti batuan yang umurnya lebih tua dikelilingi oleh batuan yang lebih muda.

Gunung Bangkel ini memiliki litologi berupa breksi pumis dan tuff. Selain itu juga dijumpai adanya konglomerat pumis yang digunakan untuk pembuatan batagama, yaitu batuan sebagai bahan bangunan yang mempunyai sifat ringan namun tidak terapung di atas air.

Breksi pumis yang dijumpai di daerah pengamatan ini berwarna abu-abu keputih-putihan, dengan struktur masif, tekstur klastik, memperlihatkan kemas terbuka, dengan sortasi buruk, terdiri dari fragmen dan matriks yang fragmennya terdiri dari pumis yang berstruktur vesikular, dan lapili, berukuran kerikil kerakal, dan berbentuk angular sub angular. Sedangkan matriksnya berupa material-material sedimen sedimen berwarna putih berukuran pasir lanau.Konglomerat pumisnya berwarna abu-abu keputih-putihan, berstruktur masif, memperihatkan tekstur klastik, kemas terbuka, bertipe gravity flow, sortasi buruk, mempunyai fragmen berupa pumis yang berstruktur vesicular, dan lapili, dengan berbentuk rounded, matriksnya berupa material-material sedimen berukuran pasir lanau.

Tuff ditemukan di atas batuan sedimen breksi pumis, berwarna coklat muda, berstruktur masif, dengan tekstur epiklastik vulkanik, yang komposisinya merupakan material sedimen vulkanik berukuran lanau.

Breksi pumis dan tuff ditemukan pada singkapan yang sama. Dilihat dari posisinya, diperkirakan bahwa yang terbentuk pertama kali adalah breksi pumis karena berat jenisnya lebih besar dari pada berat jenis tuff, sehingga pada saat pengendapan tuff terbentuk di atas.

Singkapan pada lokasi ini terbentuk sebagai hasil dari longsoran bawah laut.

Stasiun Pengamatan 3 :

Stasiun Pengamatan 3 ini bertempat di Kali Pentung, di bawah jembatan.

Pada kali ini dijumpai batuan berupa breksi autoklastik, yang merupakan produk gunung api, dan breksi andesit berwarna hitam, berstruktur masif, tekstur klastik, yang fragmennya dominan meruncing dan sebagian membundar. Fragmen batuan berupa andesit, volkanik bom yang dicirikan dengan adanya rekahan pada tubuhnya, dan lapili yang mendominasi. Selain itu diperkirakan terdapat fragmen yang berupa batuan karbonat yang berasal dari formasi Semilir. Matriksnya berupa material batuan beku volkanik berukuran halus. Breksi ini terbentuk pada zaman Oligocene, sekitar 25 juta tahun yang lalu.

Litologi yang dijumpai di lokasi ini merupakan litologi dari formasi Nglanggran.

Struktur yang berkembang yaitu struktur aliran yang sehingga breksi yang ditemui berupa breksi aliran / breksi autoklastik.

Sungai pada lokasi ini diperkirakan merupakan sungai pada stadia muda dilihat dari belum berkembangnya dataran banjir di sekitar sungai disamping masih nampak jelasnya bedrock stream. Stasiun Pengamatan 4 :

Pada stasiun 4, lokasi pengamatan berada di sepanjang aliran Kali Widoro.Pada lokasi pengamatan pertama, pada batuan terlihat kenampakan slump structure.

Proses kejadian terbentuknya sebagai berikut, pertama kali, terdapat sedimen yang berupa batu pasir yang belum terkonsolodasi, kemudian lingkungannya yang merupakan daerah bawah laut (laut dalam) mengalami longsor. Sedimen tersebut kemudian tertekan oleh material diatasnya sehingga terbentuk struktur slump (strukturnya memperlihatkan kenampakan meliuk-meliuk yang terpotong).