FI Aksiologi Kel 7 oke

29
AKSIOLOGI FAKTA, TEORI, HUKUM DAN TEKNOLOGI Disusun oleh : Kelompok VII Eki Nurmansyah (1208 2010 0060) Rai Sekar Megawati (1208 2010 0066) Rezky Mustawan (1208 2010 0081) Arief Dewanto (1208 2010 0082) Daniel H P Panggabean (DJKN) MAGISTER MANAJEMEN 1

Transcript of FI Aksiologi Kel 7 oke

Page 1: FI Aksiologi Kel 7 oke

AKSIOLOGIFAKTA, TEORI, HUKUM DAN TEKNOLOGI

Disusun oleh :Kelompok VII

Eki Nurmansyah (1208 2010 0060)

Rai Sekar Megawati (1208 2010 0066)Rezky Mustawan (1208 2010 0081)

Arief Dewanto (1208 2010 0082)Daniel H P Panggabean (DJKN)

MAGISTER MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAJAJARAN2 0 1 0

1

Page 2: FI Aksiologi Kel 7 oke

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang memiliki sifat selalu ingin tahu dan

berusaha untuk mencari kebenaran. Hal inilah yang kemudian manusia berikhtiar

untuk memperoleh kebenaran tersebut dalam bentuk pengetahuan atau ilmu.

Proses untuk memperoleh pengetahuan di atas adalah berfikir nalar dalam bentuk

bertanya. Hasil dari proses bertanya pada akhirnya akan didapat suatu

kebenaran/pengetahuan, baik secara menyeluruh maupun secara parsial.

Setelah mencapai suatu kebenaran melalui proses nalar itu, manusia

akan memanfaatkan kebenaran atau pengetahuan. Kajian mengenai hal tersebut

disebut aksiologi.

2. Landasan Teori

a. Aksiologi

Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan

bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal

dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti nilai. Sedangkan logos yang berarti

ilmu, sehingga aksiologi dipahami sebagai cabang filsafat yang mempelajari nilai

atau teori nilai. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai merujuk

pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. Sistem

2

Page 3: FI Aksiologi Kel 7 oke

mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu

bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.

Adapun ruang lingkup aksiologi menyangkut, antara lain:

Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?

Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah

moral?

Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

moral?

Bagaimana kaitan metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma

moral dan professional? (filsafat etika).

Beberapa pengertian lain tentang aksiologi diantaranya :

1) Drs. Prasetya mengatakan bahwa aksiologi adalah study tentang nilai,

sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan

oleh setiap insan

2) Jujun S.Suriasumantri, mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang

berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

3) Dalam Ensyclopedia of Philosophi dijelaskan, aksiologi disamakan dengan

nilai dan penilaian yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu: nilai merupakan

kata benda abstrak, nilai sebagai kata benda kongkret, nilai sebagai kata

kerja dalam ungkapan menilai, memberi nilai, dan dinilai.

4) Sedangkan aksiologi menurut Bramel, terbagi menjadi tiga bagian, moral

conduct (tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni,

3

Page 4: FI Aksiologi Kel 7 oke

etika) esthetik expression (ungkapan keindihan, bidang ini melahirkan

keindahan) socio-politikal life (kehidupan sosial politik, yang akan

melahirkan filsafat sosio politik)

Dari beberapa definisi aksiologi diatas menunjukkan bahwa masalah

utama yang menjadi fokus aksiologi ialah nilai dan penilaian. Nilai yang dimiliki

oleh sesorang merupakan kerangka untuk melakukan pertimbangan tentang suatu

objek yang dinilai.

Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.

Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and

bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and

ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku

etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala yang baik

teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas,

yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam “seharusnya” atau

“sepatutnya” (ought/should). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang

kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan

atau menemukan suatu teori nilai.

b. Fakta

Fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh

indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data. 1

1 Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.3

4

Page 5: FI Aksiologi Kel 7 oke

Fakta sering kali digunakan oleh para ilmuwan untuk merujuk pada data-data

eksperimen ataupun pengamatan objektif yang dapat diverifikasi. "Fakta" juga

dapat digunakan secara lebih luas untuk merujuk pada hipotesis apapun yang

memiliki bukti-bukti yang sangat banyak dan kuat.

Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya,

baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun

karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang

sesungguhnya. 2 Fakta berdasarkan pengamatan merupakan data empiris dan

pengamatan objektif yang dapat diverifikasi.

Fakta berdasarkan hipotesis yang terbukti merupakan hipotesis yang

secara kuat didukung oleh bukti-bukti yang kita asumsikan benar (Douglas

Futyuma).

Para ilmuwan sering kali menggunakan kata "fakta" untuk menjelaskan

sebuah pengamatan. Tetapi, para ilmuwan juga dapat menggunakan fakta untuk

memaksudkan sesuatu yang telah diuji ataupun terpantau berkali-kali

sedemikiannya tidak terdapat lagi alasan yang kuat untuk terus-menerus menguji

ataupun mencari-cari contoh.

Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil observasi yang obyektif

dan dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun. Diluar lingkup keilmuan fakta

sering pula dihubungkan dengan:

Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara

luas

2 Ehniger, D. Influence, belief, and argument: An Introduction to responsible persuasion. Glenview, IL: Scott, Foresman. Page 51-52

5

Page 6: FI Aksiologi Kel 7 oke

- Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu observasi.

- Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politis yang

benar dari suatu pengamatan.

Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap

fenomena apapun tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan

yang berulang biasanya dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau

definisi cara kerja suatu fenomena.

Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat

Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan

Informasi mengenai subyek tertentu

Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna

c. Teori

Teori dalam bahasa latin yaitu theoria artinya perenungan, atau dalam

bahasa Yunanai yaitu thea artinya cara atau hasil pandang, yang secara hakiki

menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas.

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang

saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai

fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan

hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran

teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa

variabel-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.3 Teori

3 John W Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 1993) hal 120

6

Page 7: FI Aksiologi Kel 7 oke

merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan mengenai suatu sektor

tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar. Teori adalah pengetahuan

ilmiah yang memberi penjelasan mengapa suatu gejala terjadi. Teori memerlukan

tingkat keumuman yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi

sebagai teori ilmiah.

Ada 3 hal pokok yang diungkap dalam definisi teori:

a. Elemen teori terdiri dari variabel, definisi, dan dalil;

b. Elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena melalui

penentuan hubungan antar variabel;

c. Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena alamiah.

Ada tiga tipe teori, yaitu :

- Teori Formal, yaitu mencoba menghasilkan suatu skema konsep dan

pernyataan dalam masyarakat atau interaksi keseluruhan manusia yang dapat

dijelaskan. Berusaha menciptakan agenda keseluruhan untuk praktik teoritis

masa depan terhadap klaim paradigma yang berlawanan, atau juga berusaha

mempunyai karakter yang fundasional, yaitu mencoba untuk mengidentifikasi

seperangkat prinsip tunggal yang merupakan landasan puncak untuk

kehidupan dan bagaimana semuanya dapat diterangkan.

- Teori Substantif, yaitu mencoba untuk tidak menjelaskan secara keseluruhan

tetapi lebih kepada menjelaskan hal-hal khusus, misalnya hak pekerja,

dominasi politik, perilaku menyimpang.

7

Page 8: FI Aksiologi Kel 7 oke

- Teori Positivistik, yaitu mencoba untuk menjelaskan hubungan empiris antara

variabel dengan menunjukkan bahwa variabel-variabel itu dapat disimpulkan

dari pernyataan-pernyataan teoritis yang lebih abstrak.

Sedangkan kegunanaan teori yaitu :

- Menjelaskan

Teori hukum dilaksanakan dengan cara menafsirkan sesuatu arti/pengertian,

sesuatu syarat atau unsur sahnya suatu peristiwa hukum, dan hirarkhi kekuatan

peraturan hukum.

- Menilai

Teori hukum digunakan untuk menilai suatu peristiwa hukum.

- Memprediksi

Teori hukum digunakan untuk membuat perkiraan tentang sesuatu yang akan

terjadi.

d. Hukum

Hukum merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua

variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat sehingga memungkinkan kita

meramalkan apa yang akan terjadi sebagai akibat suatu kejadian. Misalnya, apa

yang akan terjadi bila harga suatu barang naik dihubungkan dengan permintaan

atau penawaran.

Hukum adalah teori yang telah diuji berulang kali dan tetap bertahan.

8

Page 9: FI Aksiologi Kel 7 oke

e. Teknologi

Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti

serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu

objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau

metode dan seni. 4

Beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi

pengetahuan.

1. Teknologi adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman (natural

science).(Brinkmann, 1971:125)

2. Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau

sebutan singkatnya sebagai ilmu industrial. (The Liang Gie, 1982:82)

3. Bunge menyatakan teknologi adalah ilmu terapan yang dipilah menjadi 4

cabang yakni: teknologi fisik, teknologi biologis, teknologi sosial dan

teknologi pikir. (The Liang Gie, 1982:84)

4. Feibleman memandang teknologi sebagai pertengahan antara ilmu murni dan

ilmu terapan, atau merujuk pada makna teknologi sebagai keahlian atau skil.

(The Liang Gie, 1982:84)

5. Layton memahami teknologi sebagai pengetahuan. (The Liang Gie, 1982:84)

6. Karl Mark menggunakan istilah teknologi dalam tiga makna yang berbeda,

yakni sebagai alat kerja, pengajaran praktis dari sekolah industrial, dan ilmu

tentang teknik. (The Liang Gie, 1982:84)

BAB II

4 Imam Sukardi, Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern, Tiga Serangkai, Jakarta, 2003

9

Page 10: FI Aksiologi Kel 7 oke

PEMBAHASAN

Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada

umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak

cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai yang

khusus seperti epistimologis, etika dan estetika. Epistimologi bersangkutan

dengan masalah kebenaran, etika bersangkutan dengan masalah kebaikan, dan

estetika bersangkutan dengan masalah keindahan.

1. Landasan Aksiologi Ilmu

Aksiologi adalah pembahasan mengenai nilai moral pengetahuan. Secara

historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral

(morals). Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab

dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of

value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik

dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara

dan tujuan (means and ends). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang

konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?).

Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara

tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam

“seharusnya” atau “sepatutnya” (ought/should). Demikianlah aksiologi terdiri dari

analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka

menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.

10

Page 11: FI Aksiologi Kel 7 oke

Landasan aksiologis ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi umat

manusia. Persoalan utama yang mengedepan di sini adalah: ”Apa manfaat (untuk

apa) ilmu bagi manusia?” (dalam psikologi, lihat juga ”The New Science of

Axiological Psychology” oleh Leon Pomeory). Dalam konteks ini, dapat

ditambahkan pertanyaan: ”Sejauh mana pengetahuan ilmiah dapat digunakan?”.

Dalam hal ini, persoalannya bukan lagi kebenaran, melainkan kebaikan. Secara

epistemologis, persoalan ini berada di luar batas pengetahuan sains. Menurut

Bertens (dalam Magnis-Suseno et. al., 1992: 49), pertanyaan ini menyangkut

etika: ”Apakah yang bisa dilakukan berkat perkembangan ilmu pengetahuan, pada

kenyataannya boleh dipraktikkan juga?”. Pertanyaan aksiologis ini bukan

merupakan pertanyaan yang dijawab oleh ilmu itu sendiri, melainkan harus

dijawab oleh manusia di balik ilmu itu. Jawabnya adalah bahwa pengetahuan

ilmiah harus dibatasi penggunaannya, yakni sejauh ditentukan oleh kesadaran

11

Page 12: FI Aksiologi Kel 7 oke

moral manusia.5 Namun, jadi, sejauh mana hak kebebasan untuk meneliti? Hal ini

merupakan permasalahan yang pelik.

2. Fakta, Teori, Hukum, dan Teknologi

Fakta ilmiah sering dipahami sebagai suatu entitas yang ada dalam suatu

struktur sosial kepercayaan, akreditasi, institusi, dan praktek individual yang

kompleks. Dalam filsafat ilmu, sering dipertanyakan (yang paling terkenal adalah

oleh Thomas Kuhn) bahwa fakta ilmiah sedikit banyak selalu dipengaruhi oleh

teori (theory-laden), contohnya adalah, untuk mengetahui apa yang harus diukur

dan bagaimana cara pengukurannya memerlukan beberapa asumsi mengenai fakta

itu sendiri.

Salah satu syarat utama teori ilmiah yaitu dimana teori ilmiah itu harus

cocok dengan fakta-fakta empiris, atau teori merupakan analisis hubungan antara

fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Teori

senantiasa berkaitan dengan apa yang disebut realitas. Apabila ditelaah secara

historis bahwa realitas dapat dipandang dari beberapa sudut pandang sebagai

berikut :

5 Bagaimana, misalnya, sikap ilmuwan terhadap eksperimen psikologis yang mengobjekkan manusia? Menurut

Magnis-Suseno (1995: 60-61), ”Ilmuwan tidak pernah boleh semata-mata merupakan ilmuwan.” Ilmuwan harus

mengembangkan suatu tanggungjawab sosial, dengan tidak begitu saja melepaskan kekuatan-kekuatan yang

kemudian tidak dapat dikuasai manusia lagi. Menurut Bertens (1992: 56, 2001: 291), pembatasan (sejauh

mana) penggunaan pengetahuan ilmiah menuntut penanganan yang menyeluruh, yang biasanya ditetapkan

oleh negara (biomedis), perjanjian internasional (persenjataan nuklir), atau komisi-komisi etis. Hal ini karena

individu-individu ilmuwan itu sendiri tidak berdaya menangani masalah-masalah etis, khususnya yang berat.

12

Page 13: FI Aksiologi Kel 7 oke

- Dimana realitas adalah sesuatu yang hanya dapat ditangkap lewat kapasitas

akal budi (ide, gagasan, esensi);

- Realitas berkaitan dengan sesuatu yang bersifat actual, nyata, ada dan objektif

yang hanya dapat dikenali dan dipahami lewat mekanisme intuisi dan indra;

- Dan terakhir yaitu sebuah realitas yang muncul ketika sains dan teknologi

dengan kecanggihannya mampu menciptakan sebuah dunia artificial, yaitu

realitas yang tidak dapat dimasukan pada kedua realitas yang disebutkan

diatas karena telah melampaui batas realitas yang ada (hyper reality).

Kegunaan teori dalam penelitian :

1. Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang

hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;

2. Teori berguna mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur

konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi;

3. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar hal-hal yang telah diketahui serta

diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti;

4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena

telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-

faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang;

5. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada

pengetahuan peneliti.

Teori biasanya terdiri dari hukum-hukum, yaitu pernyataan (statement) yang

menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih.

13

Page 14: FI Aksiologi Kel 7 oke

Konsep ilmiah tentang gejala alam sifatnya abstrak menjelma bentuk

jadi kongkret berupa teknologi (Jujun S. Suriasumantri 1994). Teknologi yang

dapat diartikan sebagai penerapan konsep-konsep ilmiah untuk memecahkan

persoalan-persoalan praktis, dalam perjalan dan pencapaian-pencapaiannya, justru

menimbulkan masalah lain. Eksesnya yang dapat disebutkan misalnya

dehumanisasi, degradasi eksistensi kemanusiaan, dan pengerusakan lingkungan

hidup. Sejarah kehidupan manusia memang telah mencatatkan bahwa Perang

Dunia I dan II merupakan ajang pemanfaatan hasil temuan-temuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Penggunaannya secara destruktif ini menimbulkan

kontroversi. Pada satu sisi hal itu menimbulkan efek kehancuran pada manusia

dan alam, sementara pada sisi lainnya pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang kemudian banyak dimanfaatkan dalam peperangan dan

kehancuran alam adalah bagian dari rangkain perjalanan ilmu untuk mengungkap

hakikat gejala alam dan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

sering melupakan faktor-faktor manusia. Bencana-bencana yang ditimbulkan oleh

pamanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi antara kerusakan ekologi. Banyak

yang dapat disebutkan tentang kehancuran ekologi, kontaminasi air, udara, tanah,

dampak rumah kaca, kepunahan spesies tumbuhan dan hewan, pengrusakan hutan,

akumulasi limbah-limbah toksik, penipisan laporan ozon (CO1) pada atmosfir

bumi, kerusakan ekosistem lingkungan hidup, dan lain-lain. Lebih-lebih lagi,

musuh kemanusiaan, yaitu perang. Perang Dunia I dan II yang meluluhlantakkan

Eropa dan sejumlah kawasan di Asia dan Pasifik menggoreskan luka

kemanusiaan. Berapa korban manusia berguguran akibat bom atom yang

14

Page 15: FI Aksiologi Kel 7 oke

dijatuhkan di Hirosima dan Nagasaki, Jepang. Atau kawasan Asia Tengah, yaitu

Afganistan yang menjadi ajang ujicoba penemuan mutakhir teknologi perang

buatan Amerika Serikat dan Uni

Soviet (sekarang Rusia).

Pada akhirnya ilmuwan memang tiba pada opsi-opsi: apakah ilmu

pengetahuan dan teknologi netral dari segala nilai atau justru batas petualangan

dan prospek pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak boleh

mengingkari suatu nilai, seperti nilai moral, religius, dan ideologi. Ilmu

pengetahuan sudah sangat jauh tumbuh dan berkembang untuk dirinya sendiri,

sementara teknologi atau ilmu pengetahuan terapan lain terus bergulir mengikuti

logika dan perspektifnya sendiri dalam hal ini tak ada nilai-nilai lain yang

diizinkan memberikan kontribusi. Kecemasan tertinggi di tengah kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi terjadi ketika ilmu kedokteran berhasil

menyelesaikan proyek eksperimennya mengembangkan janin dengan metode

yang disebut “bayi tabung”. Lalu kemudian ternyata masih ada yang lebih

mutakhir dari pada “bayi tabung” itu, yakni suksesnya para ilmuan

merampungkan eksperimen kloningnya. Yang terakhir ini mengubah hakikat

manusia secara dramatis; ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh manusia mampu

menciptakan manusia juga. Bahkan, ilmu pengetahuan yang diproyeksi untuk

membantu dan memudahkan manusia mencapai tujuan-tujuan hidupnya, justru

berkembang dimana ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri mengkreasikan

tujuan-tujuan hidup itu sendiri.

15

Page 16: FI Aksiologi Kel 7 oke

Menurut Magnis-Suseno (1995: 60-61), ”Ilmuwan tidak pernah boleh

semata-mata merupakan ilmuwan.” Ilmuwan harus mengembangkan suatu

tanggungjawab sosial, dengan tidak begitu saja melepaskan kekuatan-kekuatan

yang kemudian tidak dapat dikuasai manusia lagi. Menurut Bertens (1992: 56,

2001: 291), pembatasan (sejauh mana) penggunaan pengetahuan ilmiah menuntut

penanganan yang menyeluruh, yang biasanya ditetapkan oleh negara (biomedis),

perjanjian internasional (persenjataan nuklir), atau komisi-komisi etis.

Pembatasan-pembatasan dimaksud dapat ditentukan melalui adanya pembentukan

seperangkat hukum yang berlaku secara menyeluruh. Hal ini karena individu-

individu ilmuwan itu sendiri tidak berdaya menangani masalah-masalah etis,

khususnya yang berat.

Hubungan fakta dan teori

Teori adalah suatu konstruksi yang dibangun oleh jalinan fakta-fakta.

Fungsi fakta dalam pijakan dan penjelasan teori sbb :

1. Fakta memulai teori-teori berpijak pada satu dua fakta hasil penemuan

(discoveri; kadang-kadang dari fakta hasil penemuan yang tidak disengaja

(secara kebetulan).

2. Fakta menolak dan mereformasi teori yang telah ada bila ada fakta yang

belum terjelaskan oleh teori, kita dapat menolak ataupun mereformasi teori itu

sedemikian rupa sehingga dapat menjelaskan fakta tersebut.

3. Facts redefine and clarify theory, fakta-fakta dapat mendefinisikan kembali

atau memperjelas definisi-definisi yang ada dalam teori.

Hubungan teori dan hukum

16

Page 17: FI Aksiologi Kel 7 oke

Akhirnya, fakta, teori, hukum dan teknologi/ilmu pengetahuan memang

harus memenuhi aspek aksiologi dimana tujuan dasarnya adalah berguna untuk

memberikan nilai (value) kebaikan baik secara etika, kepatutan, moral, dan

estetika bagi kebutuhan manusia.

17

Page 18: FI Aksiologi Kel 7 oke

BAB III

KESIMPULAN

Dari paparan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Aksiologi memberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu

di pergunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan

kaidah-kaidah nilai. Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan

pilihan-pilihan nilai.

2. Fakta, teori, hukum dan teknologi, harus memenuhi aspek aksiologi dimana

tujuan dasarnya adalah berguna untuk memberikan nilai (value) kebaikan baik

secara etika, kepatutan, moral, dan estetika bagi kebutuhan manusia.

18

Page 19: FI Aksiologi Kel 7 oke

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. Filsafat Ilmu: Sebagai Dasar

Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Liberty Yogyakarta. 2010

2. Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks,

Jakarta 2008

3. Ehniger, D. Influence, belief, and argument: An Introduction to responsible

persuasion. Glenview, IL: Scott, Foresman

4. John W Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approach,

(London: Sage, 1993)

5. Imam Sukardi, Pilar Islam Bagi Pluralisme Modern, Tiga Serangkai, Jakarta,

2003

6. Magnis-Suseno, F. (1995). Filsafat-kebudayaan-politik: Butir-butir pemikiran

kritis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

7. Bertens, K. (1992). Umat Katolik dan bioetika. Dalam Magnis-Suseno, F.,

Lajar, L. L., Bertens, K., Bagus, L., & Mardiatmadja, B. S., Iman dan ilmu:

Refleksi iman atas masalah-masalah aktual. Yogyakarta: Kanisius

8. Wikipedia. (http://id.wikipedia.org)

19