tugas aksiologi

27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Filsafat dalam bahasa arab berarti falsafah, dan dalam bahasa yunani philosopia yang mempunyai arti philos adalah cinta dan sopia adalah pengetahuan atau dalam artian philosopia adalah cinta kepada kebijaksanaan / kebenaran. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan, dalam filsafat juga ada yang mempelajari tentang Aksiologi yang sangat berguna untuk berfilsafat. Keingintahuan adalah salah satu pemicu kita untuk berfilsafat, dan begitu juga dengan keragu- ragu’an, filsafat merupakan pemikiran secara rasional. Jika mempelajari Aksiologi maka kita telah mempelajari sebagian cara berfilsafat, dimana berfilsafat itu sangat penting dan jika kita tidak berfilsafat kita tidak akan maju, itu dalam artian berfilsafat adalah berfikir secara abstrak. 1

description

abhabhbh

Transcript of tugas aksiologi

Page 1: tugas aksiologi

BAB I

PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

       Filsafat dalam bahasa arab berarti falsafah, dan dalam bahasa yunani

philosopia yang mempunyai arti philos adalah cinta dan sopia adalah pengetahuan

atau dalam artian philosopia adalah cinta kepada kebijaksanaan / kebenaran.

       Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan, dalam filsafat juga

ada yang mempelajari tentang Aksiologi yang sangat berguna untuk berfilsafat.

Keingintahuan adalah salah satu pemicu kita untuk berfilsafat, dan begitu juga

dengan keragu-ragu’an, filsafat merupakan pemikiran secara rasional.

       Jika mempelajari Aksiologi maka kita telah mempelajari sebagian cara

berfilsafat, dimana berfilsafat itu sangat penting dan jika kita tidak berfilsafat kita

tidak akan maju, itu dalam artian berfilsafat adalah berfikir secara abstrak.

B.      RUMUSAN MASALAH

       Adapun rumusan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :

1. Apakah Aksiologi itu ?

2. Dan apa saja kah yang di bahas dalam Aksiologi itu ?

 

C.      TUJUAN PENULISAN

       Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Agar kita mengetahui apa itu Aksiologi.

2. Agar kita dapat memahami apa saja yang di bahas dalam Aksiologi.

1

Page 2: tugas aksiologi

BAB II

PEMBAHASAN

 A.    AKSIOLOGI – MASALAH NILAI

 

1. Apakah yang Baik Itu ?

          Bersama dengan filusuf-filusuf yang lain, socrates berpendapat

bahwa masalah yang pokok adalah kesusilaan, tetapi semenjak masa

hidup socrates masalah hakikat yang-baik senantiasa menarik banyak

kalangan dan dipandang bersifat hakiki serta penting untuk dapat

mengenal manusia.

          Moore (dalam Kattsoff, 2004: 325) mengatakan bahwa baik

merupakan pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan

apakah baik itu.

2. Makna yang Dikandung oleh “Nilai” dan “Yang-Baik”

          Kata “baik dipakai dalam arti yang berbeda-beda dalam masing-

masing pernyataan, seperti“ini pisau baik”, sudah pasti yang saya

maksudkan berbeda apabila saya mengatakan “pisau merupakan sesuatu

yang baik”. Contoh lain “pembelian yang baik”, berarti pembelian yang

didalamnya  Nilai uang yang dibayarkan lebih rendah dibandingkan

dengan Nilai barang yang dibelinya, dengan kata lain penulis dapat

menyimpulkan bahwa “Yang-Baik” itu merupakan sesuatu yang di

dalamnya terdapat unsur yang bermanfaat bagi seseorang.

2

Page 3: tugas aksiologi

          Kata “Nilai” merupakan kata jenis yang meliputi segenap macam

kebaikan dan sejumlah hal yang lain.

          Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari

hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif,

apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia

menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan

validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian

tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis. Dengan

demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan

yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan

hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka,

senang atau tidak senang.

          Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan

bagaimana manusia menggunakan ilmunya.

          Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan

dengan value and valuation :

a. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang

lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam

pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk

kewajiban, kebenaran dan kesucian.

b. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata

sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada

sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

3

Page 4: tugas aksiologi

c. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi

nilai atau dinilai.

 

          Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :

a. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin

khusus yaitu etika.

b. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan

keindahan

c. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan

melahirkan filsafat social politik.

 

          Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur

kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan

penggalian, serta penerapan ilmu.

          Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian

tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong),

serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba

merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.

          Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai

yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992).

Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk

melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

4

Page 5: tugas aksiologi

          Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai

hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara yaitu:

a. Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari

sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai

pelaku dan keberadaannya tergantung dari pengalaman.

b. Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi

ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut

merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.

c. Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang

menyusun kenyataan.

          Situasi nilai meliputi empat hal yaitu pertama, segi pragmatis yang

merupakan suatu subyek yang memberi nilai. Kedua, segi semantis yang

merupakan suatu obyek yang diberi nilai. Ketiga, suatu perbuatan

penilaian. Keempat, nilai ditambah perbuatan penilaian.

          Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal

dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga,

dan logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan

mengenai kodrat,kriteria dan status metafisik dari nilai. Problem utama

aksiologi ujar runes berkaitan empat faktor:

1. Kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai itu berasl dari

keinginan, kesenangan, kepentingan, keinginan rasio murni.

5

Page 6: tugas aksiologi

2. Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan antara nilai intrinsik, ukuran

untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental (baik

barang-barang ekonomi atau peristiwa-peristiwa alamiah) mengenai

nilai-nilai intrinsik.

3. Kriteria nilai (ukuran nilai yang di butuhkan).

          Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai

secara umum, sebagai landasan ilmu, aksiologi membicarakan untuk

apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan?.

          Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat Nilai,

pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.

          Nilai Intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung

kualitas-kualitas pengirisan didalam dirinya, sedangkan Nilai

Instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau yang dapat

digunakan untuk mengiris, jadipenulis dapat menyimpulkan bahwa

Nilai Instrinsik ialah Nilai yang yang dikandung pisau itu sendiri atau

sesuatu itu sendiri, sedangkan Nilai Instrumental ialah Nilai sesuatu

yang bermanfaat atau dapat dikatakan Niai guna.

     Situasi Nilai maliputi:

1. Suatu subyek yang memberi Nilai – yang sebaiknya kita namakan

“segi pragmatis”.

2. Suatu obyek yang diberi Nilai-yang kita sebut “segi semantis”.

3. Suatu perbuatan peNilaian.

4. Suatu Nilaiditambah perbuatan peniaian.

6

Page 7: tugas aksiologi

          Pendekatan-pendekatan dalam Aksiologi dapat dijawab dengan tiga

macam cara:

1. Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif.

2. Nilai-Nilai merupakan kenyataan-kenyataan yang ditinjau dari segi

ontologi namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.

3. Nilai-Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun kenyataan.

          Makna “Nilai”:

1. Mengandung Nilai

2. Merupakan Nilai

3. Mempunyai Nilai

4. Memberi Nilai

3. Nilai Merupakan Kualitas Empiris yang Tidak Dapat Didefinisikan

          Kualitas ialah sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek.

Dengan kata lain, kualitas ialah suatu segi dari barang sesuatu yang

merupakan bagian dari barang barang tersebut dan dapat membantu

melukiskanya. Kualitas empiris ialah kualitas yang dapat diketahui

melalui pengalaman.

          Kualitas merupakan sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu

obyek atau suatu segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari

barang tersebut dan dapat membantu melukiskannya. Adapun kualitas

empiris didefinisikan sebagai kualitas yang diketahui atau dapat

diketahui melalui pengalaman.

7

Page 8: tugas aksiologi

          Jika Nilai merupakan suatu kualitas obyek atau perbuatan

tertentu, maka obyek dan perbuatan tersebut dapat didefinisikan

berdasarkan atas Nilai-Nilai, tetapi tidak mungkin sebaliknya. Contoh

“pisang itu kuning” tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa “kuning

itu pisang”, karna kuning bermacam-macam.

          Kenyataan bahwa Nilai tidak dapat didefinisikan tidak berarti

Nilai tidak dapat dipahami. Nilai bersifat subyektif, contoh si A

mengatakan bahwa “si gadis itu cantik”, tapi si B mengatakan bahwa

“si gadis itu jelek”

4.     Nilai Sebagai Obyek Suatu Kepentingan

          Ada yang mengatakan bahwa masalah Nilai sesungguhnya

merupakan masalah pengutamaan. Contoh ungkapan “perang

merupakan suatu keburukan” kiranya diiringi oleh tanggapan ”saya

menentang perang”.

          Pandangan orang Amerika dalam bukunya bahwa jika saya

mengatakan “x berNilai” maka dalam arti yang sama saya dapat

mengatakan “ saya mempunyaikepentingan pada x”. Sikap setuju atau

menentang tersebut oleh Perry ditunjuk dengan istilah “kepentingan”.

          Dewey (dalam Kattsoff, 2004: 332) menyatakan bahwa nilai

bukanlah sesuatu yang dicari untuk ditemukan. Nilai bukanlah suatu

kata benda atau kata sifat. Masalah nilai berpusat pada perbuatan

memberi nilai. Dalam Theory of Valuation, Dewey mengatakan

bahwa pemberian nilai menyangkut perasaan dan keinginan.

8

Page 9: tugas aksiologi

Pemberian nilai juga menyangkut tindakan akal untuk

menghubungkan sarana dan tujuan.

          Menurut perry jika seorang mempunyai kepentingan pada suatu

apapun, maka hal tersebut mempunyai Nilai, jadipenulis dapat

menyimpulkan bahwa Nilai ialah kepentingan.

5.    Teori pragmatis mengenai nilai

          Sejumlah hal yang telah saya perbincangkan yang bersifat

penolakan terhadap teori Nilai yang didasarkan atas kepentingan

kiranya menyebabkan tampilnya teori lain, yaitu Teori Pragmatis.

Pragmatisme mendasarkan diri atas akibat-akibat, dan begitu pula

halnya dengan teori pragmatisme mengenai Nilai. Jadi penulis dapat

menyimpulkan bahwa Teori Pragmatis mengenai Nilai adalah akibat-

akibat dari sesuatu menjadi kita anggap bernilai.

6.    Nilai Sebagai Esensi

          Sesungguhnya Nilai-Nilai merupakan hasil ciptaan yang-tahu

(subyek yang mengetahui). Jika Nilai merupakan Nilai karena kita

yang menciptakannya, maka tentu kita akan dapat membuat baik

menjadi buruk dan sebaliknya.

          Esensi adalah inti, sesuatu yang menjadi pokok utama, hakikat.

Contoh “Perdamaian merupakan sesuatu yang bernilai”, maka ia

memahami bahwa di dalam hakekat perdamaian itu sendiri terdapat

Nilai yang mendasarinya. Jadi penulis menyimpulkan Nilai sebagi

9

Page 10: tugas aksiologi

esensi ialah Nilai tentang sesuatu yang pasti ada dalam setiap sesuatu

tersebut.

          Esensi tidak dapat di tangkap secara inderawi. Ini berarti bahwa

nilai tidak dapat di lakukan sebagaimana kita memahami warna.

7. Ilmu Dan Moral

Masalah moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk

menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan

terlebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian

moral. Sejarah kemanusiaan dihiasi semangat para martir yang rela

mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka

anggap benar. Peradapan telah menyaksikan Sokrates dipaksa

meminum racun dan John Huss dibakar. Dan sejarah tidak berhenti

disini; kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk menemukan

kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuan mudah sekali

tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara

rasional yang telah membawa manusia mencapai harkatnya seperti

sekarang ini berganti dengan proses rasionalisasi yang bersifat

mendustakan kebenaran.

8. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan

Jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuwan mempunyai tanggung

jawab sosial yang terpikul di bahunya. Bukan saja karena dia adalah

warga masyarakat yang kepentinganya terlibat secara langsung di

masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mmpunyai

10

Page 11: tugas aksiologi

fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya

sebagai ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara

individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan

sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

9. Nuklir dan Pilihan Moral

Salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknologi.

Kaum ilmuwan tidak boleh picik dan menganggab ilmu dan teknologi

itu alpha dan omega dari segalanya; masih banyak lagi terdapat sendi-

sendi lain yang menyangga peradapan manusia yang baik. Demikian

juga masih terdapat kebenaran-kebenaran lain di samping kebenaran

keilmuan yang melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Namun

bila kaum ilmuwan konsekwen dengan pandangan hidupnya, baik

secara intelektual maupun secara moral, maka salah satu penyangga

masyarakat modern itu akan berdiri dengan kukuh. Berdirinya pilar

penyangga keilmuan ini merupakan tanggung jawab sosial seorang

ilmuan.

B. BIDANG KAJIAN DALAM AKSIOLOGI

1. Revolusi Genetika

Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam keilmuan manusia

sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek

penelaahan itu sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah

ada penelaah ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu saja banyak

sekali, namun penelaahan-penelaahan ini dimaksudkan untuk

11

Page 12: tugas aksiologi

mengembangkan ilmu dan teknologi dan tidak membibik secara langsung

manusia sebagai objek penelaahan, artinya jika kita mengadakan penelaahan

mengenai jantung manusia, maka hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan

ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan jantung.

2. Aksiologi Sain

1)    Kegunaan pengetahuan sain

          Apa guna atau nilai dari Sain ? secara umum teori berarti

pendapat yang beralasan, sekurang-kurangnya kegunaan teori Sain ada

tiga yakni:

a. Sebagai alat membuat eksplanasi

Menurut teori Sain anak-anak yang orang tuanya cerai, pada

umumnya akan berkembang menjadi anak nakal, penyebabnya ialah

karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari

kedua orang tuanya.

b. Teori sebagai alat peramal

Tatkala membuat eksplanasi, biasanya ilmuwan telah

mengatahui juga faktor penyebab terjadinya gejala itu, dengan

“mengutak-atik” faktor penyebab itu, ilmuwan dapat membuat

ramalan. Dalam bahasa ilmuwan ramalan itu di sebut prediksi.

c. Teori sebagai alat pengontrol

          Ayah dan ibu sudah cerai. Diprediksi anak-anak mereka akan

nakal. Adakah upaya agar anak-anak nakal ?  Ada, upaya itulah yang

di sebut kontrol.

12

Page 13: tugas aksiologi

2)      cara sain menyelesaikan masalah

          Adapun caranya adalah :

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mencari penyebab terjadiny masalah tersebut

c. Mencari cara untuk memperbaiki masalah

3)      Netralitas Sain

          Artinya sain tidak memihak pada kebaikan dan juga tidak memihak

pada kejahatan.

3.    Aksiologi Filsafat

1)      Kegunaan pengetahuan filsafat

          Adapun kegunaanya adalah:

a. Fisafat sebagai kumpulan teori filsafat

b. Sebagai metode pemecah masalah

c. Sebagai pandangan hidup

2)      Cara filsafat menyelesaikan masalah

          Filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal,

secara mendalam berarti filsafat ingin mencari asal masalah, dan secara

universal berarti filsafat ingin, masalah dilihat dalam hubungan seluas-

luasnya.

 

4.    Aksiologi Mistik

1) Kegunaan pengetahuan mistik

13

Page 14: tugas aksiologi

  Di kalangan para sufi biasanya pengetahuan dapat mententramkan

hati mereka, pengetahuan mistik sering dapat menyelesaikan persoalan

yang tidak dapat di selesaikan oleh filsafat dan sain.

2) Cara pengetahuan mistik menyelesaikan masalah

          Pengetahuaan mistik tidak menyelesaikan masalah dengan proses

inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Mistik ialah kegiatan

spiritual tanpa penggunaan rasio, sedangkan “mistik-magis” adalah

kegiatan mistik yang mengandung tujuan-tujuan untuk memperoleh

sesuatu yang diingini penggunanya.

          Mistik magis dibagi menjadi dua yaitu mistik magis putih yaitu

mistik magis yang kebanyakan digunakan untuk mengobati. Pemilik

mistik magis putih ini menyadari bahwa kekuatan tuhan baik yang ada

dalam diri-Nya atau yang ada dalam firmanya dapat di gunakan oleh

manusia, dan mistik magis hitam yaitu mistik yang digunakan untuk

meningkatkan harga diri dan dikatakan hitam karena penggunanya

untuk kejahatan.

14

Page 15: tugas aksiologi

BAB III

PENUTUP

 

1.      KESIMPULAN

          Moore (dalam Kattsoff, 2004: 325) mengatakan bahwa baik

merupakan pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan

apakah baik itu

          Kata “Nilai” merupakan kata jenis yang meliputi segenap macam

kebaikan dan sejumlah hal yang lain.

          Bahwa “Yang-Baik” itu merupakan sesuatu yang didalamnya terdapat

unsur yang bermanfaat bagi seseorang.

          Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai

yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992).

Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk

melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

          Kualitas ialah sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek.

Dengan kata lain, kualitas ialah suatu segi dari barang sesuatu yang

merupakan bagian dari barang barang tersebut dan dapat membantu

melukiskanya.Kualitas empiris ialah kualitas yang dapat diketahui melalui

pengalaman.

          Menurut perry jika seorang mempunyai kepentingan pada suatu

apapun, maka hal tersebut mempunyai Nilai, jadi penulis dapat

menyimpulkan bahwa Nilai ialah kepentingan.

15

Page 16: tugas aksiologi

          Teori Pragmatis mengenai Nilai adalah akibat-akibat dari sesuatu

menjadi kita anggap bernilai.

          Nilai sebagi esensi ialah Nilai tentang sesuatu yang pasti ada dalam

setiap sesuatu tersebut.

1)  Kegunaan pengetahuan sain

a. Sebagai alat membuat eksplanasi

b. Teori sebagai alat peramal

c. Teori sebagai alat pengontrol

2) cara sain menyelesaikan masalah

a. Mengidentifikasi masalah

b. Mencari penyebab terjadiny masalah tersebut

c. Mencari cara untuk memperbaiki masalah

          Netralitas SainArtinya sain tidak memihak pada kebaikan dan juga

tidak memihak pada kejahatan.

1) Kegunaan pengetahuan filsafat

a. Fisafat sebagai kumpulan teori filsafat

b. Sebagai metode pemecah masalah

c. Sebagai pandangan hidup

          Filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal,

secara mendalam berarti filsafat ingin mencari asal masalah, dan secara

universal berarti filsafat ingin, masalah dilihat dalam hubungan seluas-

luasnya.

16

Page 17: tugas aksiologi

          Di kalangan para sufi biasanya pengetahuan dapat mententramkan

hati mereka, pengetahuan mistik sering dapat menyelesaikan persoalan

yang tidak dapat di selesaikan oleh filsafat dan sain.

          Pengetahuaan mistik tidak menyelesaikan masalah dengan proses

inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Mistik ialah kegiatan

spiritual tanpa penggunaan rasio, sedangkan “mistik-magis” adalah

kegiatan mistik yang mengandung tujuan-tujuan untuk memperoleh

sesuatu yang diingini penggunanya.

 

2.     SARAN

          Sebelumnya kami penyusun makalah ini mohon ma’af apabila terdapat

kesalahan dalam penulisan kata-kata, dan makalah kami pun di sini masih belum

sempurna, untuk itu sekiranya apabila masih di rasa pembaca masih belum cukup

bahasan-bahasan di dalam makalah ini di sarankan untuk mencari sumber

referensi dari buku-buku atau sumber-sumber yang semacamnya.

17

Page 18: tugas aksiologi

DAFTAR PUSTAKA

Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana Yogya.

Yogyakarta: 1986. Hal 325

Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana

Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana Yogya.

Yogyakarta: 1986. Hal 327

Rizal Mustansyir Dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta :

2001 Hal 26

Rizal Mustansyir Dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta :

2001 Hal 27

Surajiyo. Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia. Bumi Aksasara.

Jakarta : 2007

Suriasumantri, Yuyun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar

Harapan. Jakarta: 2009 Hal 227

Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana Yogya.

Yogyakarta: 1986. Hal 327

18