tugas aksiologi
-
Upload
midihantono -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
description
Transcript of tugas aksiologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat dalam bahasa arab berarti falsafah, dan dalam bahasa yunani
philosopia yang mempunyai arti philos adalah cinta dan sopia adalah pengetahuan
atau dalam artian philosopia adalah cinta kepada kebijaksanaan / kebenaran.
Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan, dalam filsafat juga
ada yang mempelajari tentang Aksiologi yang sangat berguna untuk berfilsafat.
Keingintahuan adalah salah satu pemicu kita untuk berfilsafat, dan begitu juga
dengan keragu-ragu’an, filsafat merupakan pemikiran secara rasional.
Jika mempelajari Aksiologi maka kita telah mempelajari sebagian cara
berfilsafat, dimana berfilsafat itu sangat penting dan jika kita tidak berfilsafat kita
tidak akan maju, itu dalam artian berfilsafat adalah berfikir secara abstrak.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah Aksiologi itu ?
2. Dan apa saja kah yang di bahas dalam Aksiologi itu ?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Agar kita mengetahui apa itu Aksiologi.
2. Agar kita dapat memahami apa saja yang di bahas dalam Aksiologi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. AKSIOLOGI – MASALAH NILAI
1. Apakah yang Baik Itu ?
Bersama dengan filusuf-filusuf yang lain, socrates berpendapat
bahwa masalah yang pokok adalah kesusilaan, tetapi semenjak masa
hidup socrates masalah hakikat yang-baik senantiasa menarik banyak
kalangan dan dipandang bersifat hakiki serta penting untuk dapat
mengenal manusia.
Moore (dalam Kattsoff, 2004: 325) mengatakan bahwa baik
merupakan pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan
apakah baik itu.
2. Makna yang Dikandung oleh “Nilai” dan “Yang-Baik”
Kata “baik dipakai dalam arti yang berbeda-beda dalam masing-
masing pernyataan, seperti“ini pisau baik”, sudah pasti yang saya
maksudkan berbeda apabila saya mengatakan “pisau merupakan sesuatu
yang baik”. Contoh lain “pembelian yang baik”, berarti pembelian yang
didalamnya Nilai uang yang dibayarkan lebih rendah dibandingkan
dengan Nilai barang yang dibelinya, dengan kata lain penulis dapat
menyimpulkan bahwa “Yang-Baik” itu merupakan sesuatu yang di
dalamnya terdapat unsur yang bermanfaat bagi seseorang.
2
Kata “Nilai” merupakan kata jenis yang meliputi segenap macam
kebaikan dan sejumlah hal yang lain.
Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari
hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif,
apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia
menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian
tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis. Dengan
demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan
yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan
hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka,
senang atau tidak senang.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan
dengan value and valuation :
a. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang
lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk
kewajiban, kebenaran dan kesucian.
b. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada
sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
3
c. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi
nilai atau dinilai.
Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
a. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin
khusus yaitu etika.
b. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan
keindahan
c. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan
melahirkan filsafat social politik.
Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan
penggalian, serta penerapan ilmu.
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian
tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong),
serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba
merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai
yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992).
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
4
Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai
hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara yaitu:
a. Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari
sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai
pelaku dan keberadaannya tergantung dari pengalaman.
b. Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi
ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut
merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.
c. Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang
menyusun kenyataan.
Situasi nilai meliputi empat hal yaitu pertama, segi pragmatis yang
merupakan suatu subyek yang memberi nilai. Kedua, segi semantis yang
merupakan suatu obyek yang diberi nilai. Ketiga, suatu perbuatan
penilaian. Keempat, nilai ditambah perbuatan penilaian.
Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal
dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga,
dan logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan
mengenai kodrat,kriteria dan status metafisik dari nilai. Problem utama
aksiologi ujar runes berkaitan empat faktor:
1. Kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai itu berasl dari
keinginan, kesenangan, kepentingan, keinginan rasio murni.
5
2. Jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan antara nilai intrinsik, ukuran
untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental (baik
barang-barang ekonomi atau peristiwa-peristiwa alamiah) mengenai
nilai-nilai intrinsik.
3. Kriteria nilai (ukuran nilai yang di butuhkan).
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai
secara umum, sebagai landasan ilmu, aksiologi membicarakan untuk
apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan?.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat Nilai,
pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.
Nilai Intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung
kualitas-kualitas pengirisan didalam dirinya, sedangkan Nilai
Instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau yang dapat
digunakan untuk mengiris, jadipenulis dapat menyimpulkan bahwa
Nilai Instrinsik ialah Nilai yang yang dikandung pisau itu sendiri atau
sesuatu itu sendiri, sedangkan Nilai Instrumental ialah Nilai sesuatu
yang bermanfaat atau dapat dikatakan Niai guna.
Situasi Nilai maliputi:
1. Suatu subyek yang memberi Nilai – yang sebaiknya kita namakan
“segi pragmatis”.
2. Suatu obyek yang diberi Nilai-yang kita sebut “segi semantis”.
3. Suatu perbuatan peNilaian.
4. Suatu Nilaiditambah perbuatan peniaian.
6
Pendekatan-pendekatan dalam Aksiologi dapat dijawab dengan tiga
macam cara:
1. Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif.
2. Nilai-Nilai merupakan kenyataan-kenyataan yang ditinjau dari segi
ontologi namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.
3. Nilai-Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun kenyataan.
Makna “Nilai”:
1. Mengandung Nilai
2. Merupakan Nilai
3. Mempunyai Nilai
4. Memberi Nilai
3. Nilai Merupakan Kualitas Empiris yang Tidak Dapat Didefinisikan
Kualitas ialah sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek.
Dengan kata lain, kualitas ialah suatu segi dari barang sesuatu yang
merupakan bagian dari barang barang tersebut dan dapat membantu
melukiskanya. Kualitas empiris ialah kualitas yang dapat diketahui
melalui pengalaman.
Kualitas merupakan sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu
obyek atau suatu segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari
barang tersebut dan dapat membantu melukiskannya. Adapun kualitas
empiris didefinisikan sebagai kualitas yang diketahui atau dapat
diketahui melalui pengalaman.
7
Jika Nilai merupakan suatu kualitas obyek atau perbuatan
tertentu, maka obyek dan perbuatan tersebut dapat didefinisikan
berdasarkan atas Nilai-Nilai, tetapi tidak mungkin sebaliknya. Contoh
“pisang itu kuning” tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa “kuning
itu pisang”, karna kuning bermacam-macam.
Kenyataan bahwa Nilai tidak dapat didefinisikan tidak berarti
Nilai tidak dapat dipahami. Nilai bersifat subyektif, contoh si A
mengatakan bahwa “si gadis itu cantik”, tapi si B mengatakan bahwa
“si gadis itu jelek”
4. Nilai Sebagai Obyek Suatu Kepentingan
Ada yang mengatakan bahwa masalah Nilai sesungguhnya
merupakan masalah pengutamaan. Contoh ungkapan “perang
merupakan suatu keburukan” kiranya diiringi oleh tanggapan ”saya
menentang perang”.
Pandangan orang Amerika dalam bukunya bahwa jika saya
mengatakan “x berNilai” maka dalam arti yang sama saya dapat
mengatakan “ saya mempunyaikepentingan pada x”. Sikap setuju atau
menentang tersebut oleh Perry ditunjuk dengan istilah “kepentingan”.
Dewey (dalam Kattsoff, 2004: 332) menyatakan bahwa nilai
bukanlah sesuatu yang dicari untuk ditemukan. Nilai bukanlah suatu
kata benda atau kata sifat. Masalah nilai berpusat pada perbuatan
memberi nilai. Dalam Theory of Valuation, Dewey mengatakan
bahwa pemberian nilai menyangkut perasaan dan keinginan.
8
Pemberian nilai juga menyangkut tindakan akal untuk
menghubungkan sarana dan tujuan.
Menurut perry jika seorang mempunyai kepentingan pada suatu
apapun, maka hal tersebut mempunyai Nilai, jadipenulis dapat
menyimpulkan bahwa Nilai ialah kepentingan.
5. Teori pragmatis mengenai nilai
Sejumlah hal yang telah saya perbincangkan yang bersifat
penolakan terhadap teori Nilai yang didasarkan atas kepentingan
kiranya menyebabkan tampilnya teori lain, yaitu Teori Pragmatis.
Pragmatisme mendasarkan diri atas akibat-akibat, dan begitu pula
halnya dengan teori pragmatisme mengenai Nilai. Jadi penulis dapat
menyimpulkan bahwa Teori Pragmatis mengenai Nilai adalah akibat-
akibat dari sesuatu menjadi kita anggap bernilai.
6. Nilai Sebagai Esensi
Sesungguhnya Nilai-Nilai merupakan hasil ciptaan yang-tahu
(subyek yang mengetahui). Jika Nilai merupakan Nilai karena kita
yang menciptakannya, maka tentu kita akan dapat membuat baik
menjadi buruk dan sebaliknya.
Esensi adalah inti, sesuatu yang menjadi pokok utama, hakikat.
Contoh “Perdamaian merupakan sesuatu yang bernilai”, maka ia
memahami bahwa di dalam hakekat perdamaian itu sendiri terdapat
Nilai yang mendasarinya. Jadi penulis menyimpulkan Nilai sebagi
9
esensi ialah Nilai tentang sesuatu yang pasti ada dalam setiap sesuatu
tersebut.
Esensi tidak dapat di tangkap secara inderawi. Ini berarti bahwa
nilai tidak dapat di lakukan sebagaimana kita memahami warna.
7. Ilmu Dan Moral
Masalah moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk
menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan
terlebih lagi untuk mempertahankan kebenaran, diperlukan keberanian
moral. Sejarah kemanusiaan dihiasi semangat para martir yang rela
mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka
anggap benar. Peradapan telah menyaksikan Sokrates dipaksa
meminum racun dan John Huss dibakar. Dan sejarah tidak berhenti
disini; kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk menemukan
kebenaran. Tanpa landasan moral maka ilmuan mudah sekali
tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual. Penalaran secara
rasional yang telah membawa manusia mencapai harkatnya seperti
sekarang ini berganti dengan proses rasionalisasi yang bersifat
mendustakan kebenaran.
8. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan
Jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuwan mempunyai tanggung
jawab sosial yang terpikul di bahunya. Bukan saja karena dia adalah
warga masyarakat yang kepentinganya terlibat secara langsung di
masyarakat namun yang lebih penting adalah karena dia mmpunyai
10
fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya
sebagai ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan secara
individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan
sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
9. Nuklir dan Pilihan Moral
Salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknologi.
Kaum ilmuwan tidak boleh picik dan menganggab ilmu dan teknologi
itu alpha dan omega dari segalanya; masih banyak lagi terdapat sendi-
sendi lain yang menyangga peradapan manusia yang baik. Demikian
juga masih terdapat kebenaran-kebenaran lain di samping kebenaran
keilmuan yang melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki. Namun
bila kaum ilmuwan konsekwen dengan pandangan hidupnya, baik
secara intelektual maupun secara moral, maka salah satu penyangga
masyarakat modern itu akan berdiri dengan kukuh. Berdirinya pilar
penyangga keilmuan ini merupakan tanggung jawab sosial seorang
ilmuan.
B. BIDANG KAJIAN DALAM AKSIOLOGI
1. Revolusi Genetika
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam keilmuan manusia
sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek
penelaahan itu sendiri. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah
ada penelaah ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu saja banyak
sekali, namun penelaahan-penelaahan ini dimaksudkan untuk
11
mengembangkan ilmu dan teknologi dan tidak membibik secara langsung
manusia sebagai objek penelaahan, artinya jika kita mengadakan penelaahan
mengenai jantung manusia, maka hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan
ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan jantung.
2. Aksiologi Sain
1) Kegunaan pengetahuan sain
Apa guna atau nilai dari Sain ? secara umum teori berarti
pendapat yang beralasan, sekurang-kurangnya kegunaan teori Sain ada
tiga yakni:
a. Sebagai alat membuat eksplanasi
Menurut teori Sain anak-anak yang orang tuanya cerai, pada
umumnya akan berkembang menjadi anak nakal, penyebabnya ialah
karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari
kedua orang tuanya.
b. Teori sebagai alat peramal
Tatkala membuat eksplanasi, biasanya ilmuwan telah
mengatahui juga faktor penyebab terjadinya gejala itu, dengan
“mengutak-atik” faktor penyebab itu, ilmuwan dapat membuat
ramalan. Dalam bahasa ilmuwan ramalan itu di sebut prediksi.
c. Teori sebagai alat pengontrol
Ayah dan ibu sudah cerai. Diprediksi anak-anak mereka akan
nakal. Adakah upaya agar anak-anak nakal ? Ada, upaya itulah yang
di sebut kontrol.
12
2) cara sain menyelesaikan masalah
Adapun caranya adalah :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mencari penyebab terjadiny masalah tersebut
c. Mencari cara untuk memperbaiki masalah
3) Netralitas Sain
Artinya sain tidak memihak pada kebaikan dan juga tidak memihak
pada kejahatan.
3. Aksiologi Filsafat
1) Kegunaan pengetahuan filsafat
Adapun kegunaanya adalah:
a. Fisafat sebagai kumpulan teori filsafat
b. Sebagai metode pemecah masalah
c. Sebagai pandangan hidup
2) Cara filsafat menyelesaikan masalah
Filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal,
secara mendalam berarti filsafat ingin mencari asal masalah, dan secara
universal berarti filsafat ingin, masalah dilihat dalam hubungan seluas-
luasnya.
4. Aksiologi Mistik
1) Kegunaan pengetahuan mistik
13
Di kalangan para sufi biasanya pengetahuan dapat mententramkan
hati mereka, pengetahuan mistik sering dapat menyelesaikan persoalan
yang tidak dapat di selesaikan oleh filsafat dan sain.
2) Cara pengetahuan mistik menyelesaikan masalah
Pengetahuaan mistik tidak menyelesaikan masalah dengan proses
inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Mistik ialah kegiatan
spiritual tanpa penggunaan rasio, sedangkan “mistik-magis” adalah
kegiatan mistik yang mengandung tujuan-tujuan untuk memperoleh
sesuatu yang diingini penggunanya.
Mistik magis dibagi menjadi dua yaitu mistik magis putih yaitu
mistik magis yang kebanyakan digunakan untuk mengobati. Pemilik
mistik magis putih ini menyadari bahwa kekuatan tuhan baik yang ada
dalam diri-Nya atau yang ada dalam firmanya dapat di gunakan oleh
manusia, dan mistik magis hitam yaitu mistik yang digunakan untuk
meningkatkan harga diri dan dikatakan hitam karena penggunanya
untuk kejahatan.
14
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Moore (dalam Kattsoff, 2004: 325) mengatakan bahwa baik
merupakan pengertian yang bersahaja, namun tidak dapat diterangkan
apakah baik itu
Kata “Nilai” merupakan kata jenis yang meliputi segenap macam
kebaikan dan sejumlah hal yang lain.
Bahwa “Yang-Baik” itu merupakan sesuatu yang didalamnya terdapat
unsur yang bermanfaat bagi seseorang.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai
yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992).
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Kualitas ialah sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek.
Dengan kata lain, kualitas ialah suatu segi dari barang sesuatu yang
merupakan bagian dari barang barang tersebut dan dapat membantu
melukiskanya.Kualitas empiris ialah kualitas yang dapat diketahui melalui
pengalaman.
Menurut perry jika seorang mempunyai kepentingan pada suatu
apapun, maka hal tersebut mempunyai Nilai, jadi penulis dapat
menyimpulkan bahwa Nilai ialah kepentingan.
15
Teori Pragmatis mengenai Nilai adalah akibat-akibat dari sesuatu
menjadi kita anggap bernilai.
Nilai sebagi esensi ialah Nilai tentang sesuatu yang pasti ada dalam
setiap sesuatu tersebut.
1) Kegunaan pengetahuan sain
a. Sebagai alat membuat eksplanasi
b. Teori sebagai alat peramal
c. Teori sebagai alat pengontrol
2) cara sain menyelesaikan masalah
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mencari penyebab terjadiny masalah tersebut
c. Mencari cara untuk memperbaiki masalah
Netralitas SainArtinya sain tidak memihak pada kebaikan dan juga
tidak memihak pada kejahatan.
1) Kegunaan pengetahuan filsafat
a. Fisafat sebagai kumpulan teori filsafat
b. Sebagai metode pemecah masalah
c. Sebagai pandangan hidup
Filsafat menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal,
secara mendalam berarti filsafat ingin mencari asal masalah, dan secara
universal berarti filsafat ingin, masalah dilihat dalam hubungan seluas-
luasnya.
16
Di kalangan para sufi biasanya pengetahuan dapat mententramkan
hati mereka, pengetahuan mistik sering dapat menyelesaikan persoalan
yang tidak dapat di selesaikan oleh filsafat dan sain.
Pengetahuaan mistik tidak menyelesaikan masalah dengan proses
inderawi dan tidak juga melalui proses rasio. Mistik ialah kegiatan
spiritual tanpa penggunaan rasio, sedangkan “mistik-magis” adalah
kegiatan mistik yang mengandung tujuan-tujuan untuk memperoleh
sesuatu yang diingini penggunanya.
2. SARAN
Sebelumnya kami penyusun makalah ini mohon ma’af apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan kata-kata, dan makalah kami pun di sini masih belum
sempurna, untuk itu sekiranya apabila masih di rasa pembaca masih belum cukup
bahasan-bahasan di dalam makalah ini di sarankan untuk mencari sumber
referensi dari buku-buku atau sumber-sumber yang semacamnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana Yogya.
Yogyakarta: 1986. Hal 325
Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana
Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana Yogya.
Yogyakarta: 1986. Hal 327
Rizal Mustansyir Dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta :
2001 Hal 26
Rizal Mustansyir Dan Misnal Munir. Filsafat Ilmu. Pustaka Pelajar. Yogyakarta :
2001 Hal 27
Surajiyo. Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia. Bumi Aksasara.
Jakarta : 2007
Suriasumantri, Yuyun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka Sinar
Harapan. Jakarta: 2009 Hal 227
Soejono Soe Margono. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Tiara Wacana Yogya.
Yogyakarta: 1986. Hal 327
18