FGD FIX

36
SKENARIO Mutu Pelayanan Kesehatan Primer di Puskesmas (Khususnya Pelayanan Ibu Hamil) Dr. Sukmawan baru tiga bulan ditugaskan sebagai dokter fungsional di sebuah puskesmas terpencil di Papua Barat. Satu bulan yang lalu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten memberikan tanggungjawab structural sebagai Kepala Puskesmas karena kelangkaan tenaga kesehatan profesional. Data pencatatan dan pelaporan di puskesmas setahun terakhir menunjukkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil rendah sebesar 40%, dengan K4 45% selain itu data AKI cukup tinggi sekitar 70/1000 kelahiran hidup. Sebagai manajer puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisis faktor internal maupun eksternal manajeman puskesmas yang mungkin mempengaruhi kinerja dan peroduktivitas petugas. Dr. Sukmawan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi akar penyebab kulaitas rendah, khususnya faktor internal. Wawancara dengan staf puskesmas diperoleh keterangan bahwa sebagian petugas puskesmas memiliki motivasi rendah. Untuk mencari penyebab rendahnya motivasi staf puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisis dengan menggunakan Teori Motivasi dari Maslow dan Hezberg. 1

description

FGD

Transcript of FGD FIX

Page 1: FGD FIX

SKENARIO

Mutu Pelayanan Kesehatan Primer di Puskesmas (Khususnya Pelayanan Ibu Hamil)

Dr. Sukmawan baru tiga bulan ditugaskan sebagai dokter fungsional di sebuah

puskesmas terpencil di Papua Barat. Satu bulan yang lalu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten

memberikan tanggungjawab structural sebagai Kepala Puskesmas karena kelangkaan tenaga

kesehatan profesional. Data pencatatan dan pelaporan di puskesmas setahun terakhir

menunjukkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil rendah sebesar 40%, dengan K4 45% selain

itu data AKI cukup tinggi sekitar 70/1000 kelahiran hidup.

Sebagai manajer puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisis faktor internal maupun

eksternal manajeman puskesmas yang mungkin mempengaruhi kinerja dan peroduktivitas

petugas. Dr. Sukmawan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) untuk

mengidentifikasi dan mengklarifikasi akar penyebab kulaitas rendah, khususnya faktor

internal.

Wawancara dengan staf puskesmas diperoleh keterangan bahwa sebagian petugas

puskesmas memiliki motivasi rendah. Untuk mencari penyebab rendahnya motivasi staf

puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisis dengan menggunakan Teori Motivasi dari Maslow

dan Hezberg.

1

Page 2: FGD FIX

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan

dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan

hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk

menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi

(Milton I Roemer dan C Montoya Aguiler, WHO, 1988)

Dalam bukunya “The Definition And Approaches Its Assesment”, Avedis Donabedian

(1980) mengatakan bahwa “mutu adalah suatu sifat yang dimiliki dan merupaka suatu

keputusan terhadap unit pelayanan tertentu dan bahwa pelayanan dibagi kedalam dua

golongan teknik dan interpersonal”.

Mutu dalam pelayanan kesehatan dapat dimaksudkan adalah dari aspek teknis medis yang

hanya berhubungan langsung antara pelayanan medis dan pasien saja, atau mutu kesehatan

dalam sudut pandang sosial dan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk akibat-

akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya. Menilai

mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan

tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes.

Proses pelayanan dibagi dalam dua komponen utama, antata lain:

1. Proses interpersonal

Adalah wahana yang diperlukan untuk aplikasi dari pelayanan teknis, namun ia juga

penting dalam kaidah-kaidahnya sendiri, karena ia sendiri adalah mungkin sebagai

trapi atau penyembuh.

2. Pelayanan teknik(medis)

Adalah aplikasi ilmiah dan teknologi medis dan ilmu kesehatan lainnya, terhadap

persoalan kessehata seseorang. Manajemen pelayanan medis adalah gabungan atau

interaksi antara manajemen teknis medis dengan sosial psikologi antara klien dan

praktisioner.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat

diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya

yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tesebut

2

Page 3: FGD FIX

diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna

mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten

dan Kota.

Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum

kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil

maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan ibu, mendeteksi komplikasi yang

dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan

(Depkes RI, 2009).

Menurut Saifuddin,dkk (2002), asuhan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses

alamiah dari kehamilan berjalan normal. Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau

komplikasi setiap saat, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan

Menurut statistik kesehatan World Health Organization(WHO) Tahun 2009, setiap tahun

diperkirakan sebanyak 536.000 wanita meninggal dunia akibat masalah persalinan dan 99%

kematian ibu akibat masalah persalinan terjadi di negara-negara berkembang. Rasio

kematian ibu secara global 400 per 100.000 kelahiran hidup (Oxfam, 2009

http://www.alernet.org).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat.

Dewasa ini angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan negara Association of

Southeast Asia Nations(ASEAN) lainnya. Menurut Badan penelitian dan pengembangan

Depkes RI, AKI tahun 2009 mencapai 226 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun

dibandingkan AKI hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 yang

mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup (Anonim, 2010 http://www.jarlitbangkes.or.id).

Kehamilan, persalinan dan menyusukan anak merupakan proses alamiah bagi kehidupan

seorang ibu dalam usia produktif. Bila terjadi gangguan dalam proses ini baik gangguan

fisiologik maupun psikologis dapat menimbulkan efek yang buruk tidak hanya terhadap

kesehatan ibu sendiri, tetapi membahayakan bagi bayi yang dikandungnya, bahkan tidak

jarang menyebabkan kematian ibu (Murniati, 2007).

Selanjutnya Depkes RI (2009) menyatakan penyebab langsung kematian ibu sebesar 90%

terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Penyebab langsung kematian ibu

adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung

3

Page 4: FGD FIX

kematian ibu adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada kehamilan (37%) dan anemia pada

kehamilan (40%).

Upaya-upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia telah lama

dilakukan yaitu sejak berdirinya Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) pada Tahun 1950

yang memberi pelayanan berupa perawatan kehamilan, persalinan, perawatan bayi dan anak,

pendidikan kesehatan, pelatihan dukun bayi dan pelayanan keluarga berencana. Namun angka

kematian ibu sampai sekarang masih tinggi (Murniati, 2007).

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) diharapkan dapat berperan besar dalam

menurunkan AKI. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008,

AKI di Sumatera Utara Tahun 2008 adalah 260 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya

menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008, cakupan kunjungan

ibu hamil K4 di Sumatera Utara tertinggi di Kota Sibolga (92,31%) dan di Kabupaten

Batubara (92,17%). Cakupan kunjungan ibu hamil K4 paling rendah di Kabupaten Dairi

(53,18%) dan Kabupaten Pakpak Bharat (50,34%).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 angka

kematian ibu di Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008 sebanyak 243 per 100.000

kelahiran hidup. Angka tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu di Kabupaten

Tapanuli Tengah masih tinggi dan masih jauh dari target yang ingin dicapai oleh Depkes RI

untuk Tahun 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2009). Kabupaten

Tapanuli Tengah terdiri dari 20 kecamatan dengan 17 Puskesmas. Berdasarkan Profil Dinas

kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008, jumlah ibu hamil sebanyak 8.080 dan

yang datang memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan kesehatan yaitu K1 sebanyak

(81,83%) dan K4 sebanyak (71,09%). Puskesmas Sarudik terletak di Kecamatan Sarudik

memiliki ibu hamil sebanyak 470 dan yang datang memeriksakan kehamilannya ke sarana

pelayanan kesehatan yaitu K1 (64,85%) dan K4 (52,55%).

Menurut Anderson yang dikutip Notoatmodjo (2003), bahwa faktor-faktor yang

menentukan pemanfaatan pelayanan kesehatan dibagi dalam 3 kategori, yakni karakteristik

predisposisi, karakteristik pemungkin dan karakteristik kebutuhan. Karakteristik

predisposisimencakup ciri-ciri demografi, struktur sosial, sikap, keyakinan dan pandangan

individu terhadap pelayanan kesehatan. Karakteristik pemungkin meliputi

pendapatan/penghasilan keluarga dan sumber daya masyarakaat. Menurut penelitian Murniati

(2007), faktor–faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu

4

Page 5: FGD FIX

hamil adalah faktor predisposisi, faktor pemungkin dan kebutuhan. Faktor predisposisi

meliputi variabel umur, paritas, jarak kehamilan, pengetahuan sedangkan sikap tidak

berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Faktor pemungkin meliputi variabel

pekerjaan suami dan keterjangkauan. Penelitian Ulina (2004) menunjukkan variabel

pendidikan, pengetahuan, pendapatan dan paritas mempunyai pengaruh terhadap

pemanfaatan pelayanan antenatal, sedangkan variabel pekerjaan dan riwayat persalinan tidak

berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal. Penelitian Agnes (2005) menyatakan

bahwa variabel pengetahuan, pendapatan keluarga, pekerjaan mempunyai pengaruh positif

terhadap peningkatan kunjungan pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Sei

Semayang Kabupaten Deli Serdang Tahun 2005. Menurut Adri (2008), faktor geografi dan

prilaku ibu hamil berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal, sedangkan faktor

sosial budaya tidak berpengaruh.

5

Page 6: FGD FIX

I.2 Rumusan masalah

1. apa saja yang menjadi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi motivasi

petugas Puskesmas?

2. bagaimana cara meningkatkan motivasi petugas Puskesmas?

3. bagaimana cara meningkatkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil ke Puskesmas?

4. bagaimana cara menurunkan angka kematian ibu (AKI)?

I.3 Tujuan

Tujuan dari pembahasan pada makalah ini diantaranya:

1. Tujuan umum:

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi petugas

Puskesmas dan tingginya angka kemtian ibu (AKI)

2. Tujuan khusus:

a. Memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya motivasi petugas

Puskesmas

b. Memahami factor yang berpegaruh terhadap rendahnya kunjungan ibu hamil ke

Puskesmas

c. Menyusun rencana program peningkatan kerja petugas Puskesmas

d. Mengetahui cara menurunkan angka kematian ibu (AKI)

6

Page 7: FGD FIX

BAB II

ANALISIS KASUS

II.1 Analisis Secara Epidemiologi

MENURUT LORI DI PRETE BROWN, ADA 8 DIMENSI MUTU PELAYANAN, YAITU:

1). Kompetensi teknis (Technical competence)

Adalah terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas, manajer

dan staf pendukung. Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara petugas

mengikuti standart pelayanan yang telah ditetapkan dalam hal: kepatuhan, ketepatan

(accuracy), kebenaran (reliability), dan konsistensi.

2). Akses terhadap pelayanan (Acces to service)

Adalah pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi,

budaya, organisasi atau hambatan bahasa.

7

MAN

1.kepala puskesmas

2. .petugas kesehata n puskesmasn

METHOD

1. Penyuluhan 2. Pelatihan staf

Puskesmas

Tujuan

1.meningkatnya motivasi kerja petugas puskesmas

ENVIRONTMENT

1.puskesmas

MATERIAL

1.film

2.poster

GOAL

Meningkatnya kunjungan ibu hamil ke Puskesmas

Page 8: FGD FIX

3). Efektivitas (Effectiveness)

Adalah kualits pelayanan kesehatan tergantung dari efektivitas yang menyangkut

norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standart yang ada.

4). Efisiensi (Efficiency)

Adalah dimensi yang penting dari kualitas karena efisiensi akan mempengaruhi hasil

pelayanan kesehatan, apalagi sumberdaya pelayanan kesehatan pada umumnya

terbatas. Pelayanan yang efesien pada umumnya akan memberikan perhatian yang

optimal kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang

terbaik dengan sumber daya yang dimiliki.

5).Kontinuitas (Continuity)

Adalah klien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan (termasuk

rujukan) tanpa mengulangi prosedur diagnose dan terapi yang tidak perlu.

6).Keamanan (Safety)

Adalah mengurangi resiko cidera, infeksi atau bahaya lain yang berkaitan dengan

pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien

7).Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

Adalah interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas, dan

antara tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar manusia yang baik

menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia,

menghormati, responsive, dan memberikan perhatian.

8).Kenyamanan (Amenities)

Adalah pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas

klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke

fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. Amenities juga berkaitan

dengan penampilan fisik dari fasilitas kesehatan, personil,dan peralatan medis

maupun non medis.(Wijoyo, Djoko. 2008).

8

Page 9: FGD FIX

II.2 Kausa dan alternatif kausa

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah, dengan

memberikan dorongan, apresiasi terhadap petugas/staf puskesmas, pengakuan dan perhatian

individual dari atasan yang mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi seorang staf

puskesmas. Menurut Herzberg (dalam Munandar, 2001) motivasi kerja pada seseorang

pekerja dapat menimbulkan kepuasan kerja. Faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja

terbagi dua yaitu :

a.Faktor Internal yang terdiri atas :

1. Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan

diberikan kepada seorang tenaga kerja.

2. Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat maju

dalam pekerjaannya seperti naik pangkat.

3. Pekerjaan itu sendiri (the work it self), besar kecilnya tantangan yang dirasakan

tenaga kerja dari pekerjaannya.

4. Pencapaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai

prestasi kerja tinggi.

5. Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga

kerja atas hasil kerja.

b.Faktor Eksternal terbagi atas :

1. Administrasi dan kebijaksanaan perusahaan, derajat kesesuaian yang dirasakan tenaga

kerja dari semua kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan.

2. Penyeliaan, derajat kewajaran penyelia yang dirasakan diterima oleh tenaga kerja.

3. Gaji, derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan untuk kerjanya.

4. Hubungan antar pribadi, derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan

tenaga kerja lain.

5. Kondisi kerja, derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas

pekerjaan-pekerjaannya.

Jika faktor internal tersebut ada dapat memberi motivasi yang kuat dan kepuasan

dalam diri seseorang, namun tidak menyebabkan ketidak puasan bila faktor tersebut tidak

ada. Sedangkan faktor eksternal, bila kurang atau tidak diberikan maka akan menyebabkan

ketidak puasan pada tenaga kerja tetapi dapat menyebabkan tidak adanya ketidak puasan jika

faktor tersebut ada. Sedangkan Sagir (2002) mengemukakan bahwa motivasi tenaga kerja

ditentukan oleh perangsangnya, perangsang yang dimaksud merupakan mesin penggerak

9

Page 10: FGD FIX

motivasi tenaga kerja, sehingga menimbulkan pengaruh perilaku individu tenaga kerja yang

bersangkutan.

Maslow sebagaimana dikutip oleh Indra Wijaya (2005) merinci kebutuhan hirarkis

manusia yang terdiri dari :

1. Kebutuhan fisik (Physiologica Needs)

2. Kebutuhan akan rasa aman (Safety and Security Needs)

3. Kebutuhan sosial (Affiliation or Aceptance Needs)

4. Kebutuhan akan penghargaan diri (Esteen or Status Needs)

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization)

Menurut Herzberg faktor-faktor yang berperan sebagai motivator terhadap pegawai,

yakni yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik, yang terdiri dari:

1. Keberhasilan pelaksanaan (Achievement)

2. Pengakuan (Recognition)

3. Pekerjaaan itu sendiri (The Work It Self )

4. Tanggung Jawab (Responbility)

5. Pengembangan (Advancement )

Menurut Siagian (1995) faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang dapat

diketahui berdasarkan karakteristik dari individu yang bersifat khas yang terdiri dari delapan

faktor yaitu :

a. Usia, hal ini penting karena usia mempunyai kaitan yang erat dengan berbagai segi

kehidupan organisasional. Misalnya kaitan usia dengan tingkat “kedewasaan”

seseorang, yang dimaksud disini adalah kedewasaan teknis yaitu keterampilan

melaksanakan tugas.

b. Jenis Kelamin, karena jelas bahwa implikasi jenis kelamin para pekerja merupakan

hal yang perlu mendapat perhatian secara wajar dengan demikian perlakuan terhadap

merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi anggota

organisasi yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

c. Status perkawinan, dengan status perkawinan ini secara tidak langsung dapat

memberikan petunjuk cara, dan teknik motivasi yang cocok digunakan bagi para

pagawai yang telah menikah dibandingkan dengan pagawai yang belum menikah.

10

Page 11: FGD FIX

d. Jumlah tanggungan, dalam hal ini jumlah tanggungan dilihat dari kaca mata “sosial

budaya”. Pada masyarakat yang menganut konsep “Extended family system” yang

dianggap menjadi tanggungan seorang pencari nafkah utama keluarga adalah semua

orang yang biaya hidupnya tergantung pada pencari nafkah utama tersebut, tidak

terbatas hanya pada istri atau suami dan anak-anaknya. Interpretasi ini mempunyai

implikasi yang kompleks karena dalam masyarakat demikian, secara formal yang

diperhitungkan sebagai tanggungan seorang pegawai hanyalah istri atau suami dan

anak-anak kedua orang tua yang bersangkutan,padahal dalam kenyataannya yang

menjadi tanggungan seseorang bisa lebih dari jumlah tanggungan yang secara sah

diakui berdasarkan peraturan perundang-undangan.

e. Masa kerja, dalam organisasi perlu diketahui masa kerja seseorang karena masa kerja

merupakan salah satu indikator kecenderungan para pekerja dalam berbagai segi

organisasional seperti ; produktivitas kerja dan daftar kehadiran. Karena semakin

lama seseorang bekerja ada kemungkinan untuk mereka mangkir atau tidak masuk

kerja disebabkan karena kejenuhan.

.Kepuasan kerja : Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang yang positif terhadap

kehidupan organisasionalnya.

Kausa dari rendahnya kunjungan pemeriksaan ibu hamil ke Puskesmas :

Sosial Ekonomi

Menurut hasil penelitian Taruli Rohana Sinaga (2009) Dari 24 responden berdasarkan pendapatan rendah dengan kunjungan antenatal sebanyak 8 orang(33,3%), pendapatan sedang dengan kunjungan antenatal sebanyak12 orang (50,0%) dan pendapatan tinggi terhadap kunjungan sebanyak 4 orang (16,7%). Berdasarkan hasil penelitian dengan uji spearman diperoleh (p<0,000) dan nilai r = 0,802 menunjukkan pengaruh dalam melakukan kunjungan antenatal care. Dimana bagi ibu-ibu yang mempunyai biaya akan lebih leluasa dalam melakukan kunjungan antenatal, sedangkan ibu yang pendapatan rendah kurang memeriksakan kehamilannya. Dengan kata lain pendapatan mempengaruhi kemampuan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

Golongan ekonomi rendah pada umumnya tergolong kategori resiko besar karena kesehatannya yang biasanya terganggu oleh gizi yang kurang atau makan yang cukup sehingga kecepatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak kurang memungkinkan untuk memperoleh antenatal, yang mana ibu hamil terkadang tidak memeriksakan kehamilannya (Depkes 2000). Menurut hasil penelitian Wibowo (1992), mengemukakan bahwa penghasilan keluarga berpengaruh terhadap pemampaatan pelayanan kesehatan yang sebagian besar responden berpenghasilan rendah. Dan besanya tingkat

11

Page 12: FGD FIX

penghasilan memungkinkan keluarga dapat memilih tenaga kesehatan yang lebih modern, keluarga dengan penghasilan yang cukup dapat memeriksakan kehamilan secara rutin, merencanakan persalinan tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik (Sari, Puspita, Ayu Rusliana, 2006)

Menurut asumsi penulis, bahwa pendapatan yang diperoleh pendapatan mempunyai kontribusi yang besar dalam melakukan kunjungan antenatal care, bagi ibu-ibu yang mempunyai biaya akan lebih leluasa dalam melakukan kunjungan antenatal, sebaliknya ibu-ibu yang kurang mampu akan kurang untuk melakukan kunjungan antenatal. Pendapatan ibu yang kurang lebih banyak melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan, hal ini didasari pentingnya kesehatan ibu yang pendapatannya termasuk dalm ekonomi menengah kebawah.

Kausa dari tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)

Status Gizi

Eklampsia, perdarahan, serta penyakit infeksi dianggap sebagai penyebab kematian

pada umumnya. Ketiga penyakit ini terkait erat, baik langsung maupun tidak langsung

dengan status gizi ibu. Perdarahan pasca partum dan plasenta previa, misalnya, kerap

menyengsarakan penderita anemia defisiensi gizi. Kasus anemia defisiensi gizi umumnya

selalu disertai dengan malnutrisi serta infestasi parasit (Dr. Arisman, B, 2004).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil

antara lain:

memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar Lengan Atas

(LILA), dan mengukur kadar Hb. Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg,

dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester

III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan memantau

pertumbuhan janin. Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang

menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan pengukuran kadar Hb untuk mengetahui

kondisi ibu apakah menderita anemia gizi.

II.3. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan masalah Yang Dipilih

1. Alternatif pemecahan masalah

a. Memotivasi tenaga kerja kesehatan

b. Meningkatkan pemahaman ibu hamil tentang kesehatan janin (Penyuluhan)

12

Page 13: FGD FIX

Dari keempat alternatif penyelesaian masalah tersebut akan diprioritaskan pada satu

alternatif saja agar masalah dapat disrelesaikan dengan efektif dan efisien. Pemilihan

prioritas penyelesaian masalah dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

No. Alternatif Jalan Keluar Efektivitas Efisien Hasil

M I V C P= M × I ×VC

1. Memotivasi petugas kesehatan 5 5 3 5 15

2. Meningkatkan pemahaman ibu hamil

tentang kesehatan janin (Penyuluhan)

4 3 3 4 9

Keterangan :

P (Prioritas) : Prioritas jalan keluar

M (Magnitude) : Besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya maslah lain)

I (Implementasi) : Kelanggengan selesainya masalah

V (Valiability) : Sensitifnya dalam mengatasi masalah

C (Cost) : Biaya yang diperlukan

Dari hasil perhitungan diatas maka Dr. Sukmawan mengambil / memilih program

prioritas memotivasi petugas kesehatan.

13

Page 14: FGD FIX

BAB III

RENCANA PROGRAM

III.1 Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat

a. Memberikan penyuluhan terutama pada ibu hamil

b. Meningkatkan status gizi ibu hamil (memberi susu ibu hamil).

c. Memperhatikan kesehatan ibu dan anak (contoh: diperhatikan staf puskesmas yang

siap)

d. Memperbaiki kesehatan lingkungan

e. Mencegah dan memberantas penyakit menular terutama pada ibu hamil

f. Mendidik ibu hamil tentang prinsip-prinsip kesehatan selama hamil

g. Mengkoordinasi staf puskesmas untuk melayani pengobatan dan perawatan

h. Pemasangan poster

i. Pemutaran film/video tentang pentingnya menjaga kesehatan janin

III.2. Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi

Organisasi internasional dan non-pemerintah dan kelompok sukarelawan seperti

perkumpulan wanita dapat didekati untuk membantu, Misalnya dapat melakukan :

1. Pelatihan petugas puskesmas

Pelatihan adalah pendidikan singkat yang dilakukan kepada staf di Puskesmas untuk

meningkatkan motivasi kinerja agar melakukan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat

khususnya ibu hami. Untuk mendukung penerapan kurikulum tersebut, didalam rencana

pelatihan ditentukan tenaga pelatih, sarana dan fasilitas serta pembiayaan pelatihan.

2. Peningkatan pelayanan Antenatal

Tujuan Pelayanan Antenatal

1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta

mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat.

2. Memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan, dan merencanakan

penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi.

3. Menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.

           

14

Page 15: FGD FIX

Jadwal kunjungan asuhan antenatal

Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, kunjungan antenatal ini diberi

kode angka K yang merupakan singkatan dari kunjungan. Pemeriksaan antenatal

yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali

kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu, sekali kunjungan antenatal

selama kehamilan 28-36 minggu dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada

usia kehamilan diatas 36 minggu.

Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan

mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada

tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau

gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas

dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan

perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan seperti yang telah diuraikan

sebelumnya. Bila diperlukan, dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan

menggunakan berbagai metoda yang tersedia.

Ada 6 alasan penting untuk mendapatkan asuhan antenatal, yaitu:

1.      Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan

2.      Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang

dikandungnya

3.      Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilannya

4.      Mengidentifikasi dan menatalaksana kehamilan risiko tinggi

5.      Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas

kehamilan

6.      Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan

membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya.

Perencanaan

Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :

-          sampai 28 minggu    : 4 minggu sekali

-          28 – 36 minggu        : 2 minggu sekali

-          di atas 36 minggu     : 1 minggu sekali

KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko yang memerlukan

penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.

15

Page 16: FGD FIX

KUNJUNGAN / PEMERIKSAAN PERTAMA ANTENATAL CARE

1.      menentukan diagnosis ada/tidaknya kehamilan

2.      menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan

3.      menentukan status kesehatan ibu dan janin

4.      menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/ tidaknya faktor

risiko kehamilan

5.      menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya

Tujuan kunjungan K1

K1 Kehamilan adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas

kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seorang ibu hamil sesuai

standar pada Trimester pertama kehamilan, dimana usia kehamilan 1 sampai 12

minggu dengan jumlah kunjungan minimal satu kali

 Meliputi :

1.      Identitas/biodata

2.      Riwayat kehamilan

3.      Riwayat kebidanan

4.      Riwayat kesehatan

5.      Pemeriksaan kehamilan

6.      Pelayanan kesehatan

7.      Penyuluhan dan konsultasi

serta mendapatkan pelayanan 7T yaitu :

1.      Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2.      Ukur Tekanan Darah

3.      Skrinning status imunisasi Tetanus dan berikan Imunisasi Tetanus Toxoid

(TT) bila diperlukan

4.      Ukur tinggi fundus uteri

5.      Pemberian Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan

6.      Test Laboratorium (rutin dan Khusus)

7.      Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Atau yang terbaru 10T yaitu dengan menambahkan 7T tadi dengan:

8.       Nilai status Gizi (ukur lingkar lengan atas)

9.       Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

16

Page 17: FGD FIX

10.   Tata laksana kasus. 

Cakupan K1 yang rendah berdampak pada rendahnya deteksi dini kehamilan

berisiko, yang kemudian mempengaruhi tingginya AKB dan AKI.

Tujuan k1  :

a) Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien

b) mendeteksi komplikasi-komplikasi/masalah yang dapat diobati sebelum

mengancam  jiwa ibu

c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia

karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan

d) Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan.

Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari

kalahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya.

e) mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat

dan sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.

f) Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya

dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu

g) Mengidentifikasi faktor risiko dengan mendapatkan riwayat detail

kebidanan masa lalu dan sekarang, riwayat obstetrik, medis, dan pribadi

serta keluarga.

h) Memberi kesempatan pada ibu dan keluarganya mengekspresikan dan

mendiskusikan adanya kekhawatiran tentang kehamilan saat ini dan

kehilangan kehamilan yang lalu, persalinan, kelahiran atau puerperium.

K1 ini mempunyai peranan penting dalam program kesehatan ibu dan anak yaitu

sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan untuk mengetahui jangkauan

pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat

(Depkes RI, 2001).

Tujuan Kunjungan k2

K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester II (usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T atau

10T setelah melewati K1.

17

Page 18: FGD FIX

Tujuan k2 :

a) Menjalin hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan klien

b) mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa

c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia

karena (-) Fe atau penggunaan praktek tradisional yang merugikan.

d) Memulai mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan

itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kalahiran berjalan

normal dan tetap demikian seterusnya.

e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan

sebagainya) bertujuan untuk mendeteksi dan mewaspadai.

f) Kewaspadaan khusus mengenai PIH (Hipertensi dalam kehamilan),

tanyakan gejala, pantau TD (tekanan darah), kaji adanya edema dan

protein uria.

g) Pengenalan koplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.

h) Penapisan pre-eklamsia, gameli, infeksi, alat rerproduksi dan saluran

perkemihan.

i) Mengulang perencanaan persalinan.

Tujuan Kunjungan k3 dan k4

K3 dan K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada

trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan. akhir)

dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1 dan K2.

Tujuan k4

a) Sama dengan kunjungan I dan II

b) Palpasi abdomen

c) Mengenali adanya kelainan letak dan persentase yang memerlukan

kehahiran RS.

d) Memantapkan persalinan Mengenali tanda-tanda persalinan.

18

Page 19: FGD FIX

Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :

Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat

satu bulan

a) Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan

b) Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan

c) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan

d) Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah

3.Peningkatan pertolongan persalinan yang ditujukan oleh tenaga profesional

Tenaga Profesional : dokter spesialis kandungan, dokter umum, vidan, pembantu

bidan (PKE) dan perawat bidan.

4.Peningkatan deteksi dini resiko ibu hamil

Menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, deteksi ibu hamil dini beresiko di

perlukan fasilitas pelayanan KIA maupun masyarakat. Fokus deteksi ibu hamil beresiko

kepada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan oleh

seorang dukun bayi.

2. Program Kartu Sehat Ibu Hamil

a) Memotivasi ibu hamil agar memeriksa kehamilannya secara teratur dan lebih dini.

b) Media pendidikan gizi dan kesehatan

c) Memperkirakan berat bayi yang akan dilahirkan berdasarkan pertambahan berat

badan selama kehamilan

d) Diharapkan ibu dapat menganali kondisi-kondisi yang berhubungan dengan faktor

resiko kehamilan seperti edema, gerakan janin abnormal, anemia, ukuran

abdomen terlalu besar dan sakit kepala persisten serta perdarahan selama

kehamilan apabila hamil kembali.

19

Page 20: FGD FIX

5. Meningkatkn hubungan antara kepala Puskesmas dengan petugas Puskesmas

1. .memberikan kepada pekerja keterangan yang mereka perlukan untuk melakukan

sesuatu pekerjaan yang baik.

2. memberikan kesempatan umpan balik secara teratur.

3. meminta masukan dari petugas yang lain dan melibatkan mereka di dalam keputusan

yang mempengaruhi pekerjaan mereka. Suasana komunikasi terbuka dan berbagi

komunikasi dua arah lebih memotivasi, jika hal itu menjadi suatu bagian pelengkap

dalam menjalankan bisnis. Oleh karena itu perusahaan harus

4. membuat saluran komunikasi yang mudah dipergunakan, sehingga petugas

Puskesmas dapat menggunakannya untuk mengutarakan pertanyaan/kehawatiran

mereka dan memperoleh jawaban. Sambungan telepon langsung, kotak saran.

5. mempelajari apa saja kegiatan-kegiatan lain yang pekerja lakukan bila mereka

mempunyai waktu luang, dan kemudian menciptakan kesempatan bagi mereka untuk

melakukan kegiatan itu secara lebih teratur

6. memberi selamat secara pribadi kepada petugas Puskesmas yang melakukan

pekerjaan dengan baik. Pemberian selamat ini harus dilakukan khusus dan tepat

waktu.. Suatu cara untuk memastikan penghargaan adalah agar para manajer

7. menghargai petugas Puskesmas karena pekerjaan mereka yang baik secara umum.

Mereka akan menyatakan bahwa yang berprestasi mengagumkan telah mendapat

perhatian positif dari semua orang. Mengingat kelompok adalah suatu kenyataan

yang ada di dalam perusahaan, maka upaya-upaya penghargaan juga harus termasuk

di dalamnya.

8. meliputi pertemuan-pertemuan pembentukan moril seperti “merayakan kesuksesan

yang dicapai kelompok” dan tidak perlu dibesaar-besarkan cukup dengan

memberitahukan kelompok pada waktu yang tepat bahwa mereka telah mengerjakan

suatu pekerjaan dengan baik.

9. memberi petugas Puskesmas satu pekerjaan yang baik untuk dikerjakan dan kepala

harus memperlihatkan kepada mereka bagaimana mereka dapat berkembang dan

memberi kesempatan untuk mempelajari kemampuan-kemampuan baru.

10. memastikan apakah para petugas Puskesmas mempunyai sarana kerja yang terbaik.

11. Kenalilah kebutuhan-kebutuhan pribadi para Petugas karena karyawan akan lebih

terdorong untuk bekerja bagi perusahaan yang memperhatikan keperluan pribadinya.

20

Page 21: FGD FIX

12. Gagasan menggunakan kinerja sebagai sadar untuk promosi masih dianggap

revolusioner. Membahas tentang kinerja,

13. menetapkan suatu kebijakan promosi dari dalam secara komprehensif. Kebijakan-

kebijakan tersebut harus mencakup keamanan pekerjaan dengan menegaskan

komitmen Puskesmas terhadap perkaryaan jangka panjang.

14. membantu berkembangnya rasa “bermasyarakat” sehingga Petugas Puskesmas akan

merasa betah di dalamnya, telah hilang.

15. Gaji secara bersaing berdasarkan apa yang mereka kerjakan. Jika diberi kompensasi

(gaji) yang tepat, mereka tidak akan akan begitu tertuju pada lembarslip gaji mereka

dan Puskesmas dapat memperoleh prestasi para Petugasnya lebih baik lagi dari

imbalan yang tidak berhubungan dengan keuangan (nonfiancial).

III.3 Pendekatan penyuluhan kesehatan masyarakat

Penyuluhan sebaiknya dilaksanakan dengan melibatkan tokoh-tokoh

masyarakat dan agama, serta direncanakan pada waktu tertentu, misalnya satu bulan

sekali pada saat posyandu. Dalam penyuluhan dikemas dalam bahasa yang mudah

dimengerti oleh responden, yaitu ibu-ibu hamil. Dan perlu diadakannya pelatihan

khusus bagi tenaga kesehatan dan para kader agar dapat memberikan informasi yang

tepat dan mampu menjalin komunikasi yang baik sehingga timbul kepercayaan para

ibu untuk memeriksakan kehamilannya. Sosialisasi yang baik juga diperlukan dalam

mensukseskan program ini, yaitu dengan upaya-upaya promosi dan penyajian

penyuluhan yang menarik perhatian para ibu.

Selain untuk meningkatkan ketertarikan para ibu dalam mengikuti program k4 ini,

juga perlu diperhatikan bagi tenaga-tenaga kesehatan dan para kader agar dapat

memiliki semangat dalam memberikan informasi dan menjalankan promosi serta

penyuluhan mengenai k4 itu sendiri, misalnya dengan memberikan penghasilan

tambahan apabila mampu menghadirkan sejumlah orang dalam penyuluhan, atau

memberikan konsumsi dan transportasi tersendiri bagi tenaga kesehatan dan para

kader dalam menyelenggarakan penyuluhan, serta tersedianya sarana dan prasarana

yang mendukung seperti ruangan yang nyaman dan peralatan pendukung penyuluhan

yang baik.

Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan dan para kader akan lebih

bersemangat untuk melaksanakan penyuluhan dan memberikan energi positif bagi

21

Page 22: FGD FIX

ibu-ibu hamil sehingga para ibu juga merasakan pentingnya K4 itu sendiri dan mulai

merasa membutuhkan pemeriksaan kehamilan sehingga rendahnya K4 dapat diatasi.

Setelah ibu-ibu hamil yang mengikuti penyuluhan merasa membutuhkan pemeriksaan

K4 itu, diharapkan mereka dapat memberikan informasi dan mengajak rekan-rekan

ibu hamil lainnya agar turut memeriksakan kehamilannya dan cakupan K4 diharapkan

semakin meningkat.

III.4. Pendekatan melalui konsep pencegahan

1. Dilaksanakannya “Refreshing Kader”, dengan materi yang disesuaikan pada

hasil monitoring dalam program revitalisasi posyandu. Pada refreshing kader, materi

yang disampaikan adalah Sistem Informasi Posyandu (SIP) dan Deteksi Dini Ibu

Hamil oleh Kader.

Untuk materinya disesuaikan dengan permasalahan yang ada di skenario, yaitu

kunjungan pemeriksaan ibu hamil yang rendah yaitu sebesar 40%, K4 45%, dan AKI

yang cukup tinggi sekitar 70/1000 kelahiran hidup.

2. Pembagian daerah binaan posyandu dan jadwal posyandu oleh petugas Pukesmas.

3. Penetapan hari terampil yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

kapabilitas petugas Puskesmas, baik dalam keterampilan klinis, managemen, teknik

komputerisasi dan administrasi.

4. Pemantapan persiapan dan pembinaan Riset Kesehatan Dasar di setiap desa.

5. Sinkronisasi kegiatan Pencerah Nusantara dan Puskesmas untuk membuat rencana

kerja bulanan.

Parameter tercapainya pelatihan :

1. menurunnya angka kematian ibu (AKI)

2. meningkatnya kunjungan pemeriksaan ibu hamil di puskesmas

22

Page 23: FGD FIX

BAB IV

REKOMENDASI/SARAN

IV.1 Bagi mayarakat desa dan seluruh sektor

Lebih aktif mengikuti penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil untuk mencegah tingginya

angka kematian ibu (AKI) dalam masyarakat. Ibu harus lebih sering memeriksakan

kandungan ke Puskesmas.

IV.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Meningkatakan motivasi staf puskesmas professional dengan cara mengikuti seminar –

seminar motivasi.pimpinan Puskesmas dalam rangka menumbuhkan motivasi staf

administrasi dalam bekerja, harus memperhatikan kebutuhan fundamental para staf, dan

dalam proses selanjutnya tentu saja pimpinan Puskesmas dapat melakukan proses motivasi

dengan menggunakan teori-teori motivasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi para

staf dalam pemenuhan kebutuhannya secara hirarkis dan simultan, yang tentu saja diharapkan

dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas kerja sekaligus

indikator dari peningkatan kinerja staf administrasi di Puskesmas.

IV.3 Bagi Pemerintah

Membuat dan menjalankan program monitoring terhadap petugas kesehatan di

puskesmas ,serta melakukan upaya penyuluhan kepada ibu hamil agar lebih memperhatikan

kesehatan diri sendiri dan janin.

23

Page 24: FGD FIX

DAFTAR PUSTAKA

RISKESDAS,2013.hasil riskesdas terkait kesehatan ibu

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/678 (diakses mei 2014)

Azrul ,Azwar.2008.Program kesehatan reproduksi dan pelayanan integrative di tingkat pelayan dasar.Jakarta:Departement kesehatan republic Indonesia. (diakses Mei 2014)

http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2013/08/Program-Kesehatan-Reproduksi-Pel-Integratif-Di-YanDas.pdf (diakses mei 2014)

Anonim.2012. Kelas Ibu Hamil di Jembatan Kembar, Kab Lombok Barat, NTB.Lombok:Kementrian kesehatan republic Indonesia:http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/409#more-409 (Diakses Mei 2014)

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1992. Pedoman Pelayanan Kesehatan Prenatal di Wilayah Kerja Puskesmas. Jakarta.

24