Fermentasi Kluwak

download Fermentasi Kluwak

of 14

description

kimia

Transcript of Fermentasi Kluwak

LEMBAR PENGESAHAN

USULAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM :

FERMENTASI KLUWAK (Pangium edule Reinw.) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PENGAWET IKAN UNTUK MENCEGAH PEMBUSUKAN IKAN HASIL TANGKAPANBIDANG KEGIATAN

PKM-P

Disusun Oleh :

Putri Pratamaningrum,060810353 P, angkatan 2008 Rheza Aditya Fajar F.,060810144 P, angkatan 2008 Hiprita Putri Karlina,

060810029 P, angkatan 2008Ida Bagus Putu Oka D.,140911001, angkatan 2009UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

OKTOBER 2010LEMBAR PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1.Judul Kegiatan

: Fermentasi kluwak (Pangium edule Reinw.) sebagai alternatif bahan pengawet ikan untuk mencegah pembusukan ikan hasil tangkapan 1.Bidang Kegiatan: ( ( ) PKMP

( ) PKMK

( ) PKM

( ) PKMM

2. Ketua Pelaksana Kegiatana. Nama Lengkap: Putri Pratamaningrumb. NIM: 060810353P

c. Fakultas/Program Studi: Perikanan dan Kelautan/Budidaya Perairan

d. Universitas: Universitas Airlangga e. Alamat Rumah/Telp/Fax: Jl. Gubeng Kertajaya XIIB/15 Surabaya

(031)5022261 / 085633514813.Anggota Pelaksana/Penulis: 4 orang

4.Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap: Dr. Ir. Gunanti Mahasri, M.Si

b. NIP: 19600912 198603 2 0015.Biaya Kegiatan Total

Dikti: Rp. 9.940.000,-6.Jangka Waktu Pelaksanaan: 4 bulan

Surabaya, 7 Oktober 2010

Menyetujui

Wakil Dekan I

Ketua Pelaksana,

Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR

Ir. Moch. Amin Alamsjah, M.Si, Ph.D

Putri Pratamaningrum NIP. 19700116 199503 1 002

NIM. 060810353P

Direktur Kemahasiswaan

Dosen Pembimbing Universitas Airlangga,

Prof. Dr. Imam Mustofa, M.Kes, Drh Dr. Ir. Gunanti Mahasri, M.Si NIP. 19600427 198701 1 001

NIP. 19600912 198603 2 001A. Judul Program

FERMENTASI KLUWAK (Pangium edule Reinw.) SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PENGAWET IKAN UNTUK MENCEGAH PEMBUSUKAN IKAN HASIL TANGKAPAN

B. Latar Belakang Masalah

Bahan makanan sumber protein hewani, seperti ikan merupakan bahan makanan yang mudah mengalami kerusakan. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengawetkan bahan makanan tersebut sehingga dapat diterima konsumen dalam keadaan yang masih layak dikonsumsi. Usaha pengawetan yang bisa dilakukan sebenarnya cukup beragam mulai penggunaan pendingin sampai dengan radiasi, tetapi hasil dari beberapa temuan di lapang, formalin banyak digunakan untuk mengawetkan daging dan ikan. (Eni Purwani, 2008)Pemakaian formalin didalam makanan sangat tidak dianjurkan karena didalam formalin terkandung zat formaldehid yang didalam tubuh bersifat racun. Kandungan formalin yang tinggi didalam tubuh akan menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik dan bersifat mutagen serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah, diare dan kencing bercampur darah dan apabila terhirup akan merangsang terjadinya iritasi hidung, tenggorokan dan mata (Winarno, 2004). Mengingat akan bahaya penggunaan formalin tersebut diatas maka perlu usaha untuk menemukan bahan pengawet dari bahan yang alami. Bahan pengawet alami yang telah ditemukan diantaranya adalah chitosan dan asap cair. Akan tetapi dewasa ini kedua jenis pengawet tersebut harganya relative mahal sehingga perlu usaha untuk menemukan bahan pengawet alami lain yang lebih murah dan mudah pengaplikasiannya. Sedangkan metode pengasapan tradisional yang biasa diterapkan oleh masyarakat mempunyai kekurangan yaitu terbentuknya nitrosamin, merupakan zat yang bersifat karsinogenik. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa rempah-rempah dan bumbu asli Indonesia ternyata banyak mengandung zat aktif anti mikroba yang berpotensi untuk dijadikan sebagai pengawet alami, seperti kluwak. (Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 9, No. 1, 2008: 1 14)Bahan alami dari rempah banyak mengandung bahan yang bermanfaat bagi pengawetan ikan, terutama senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid (asam sianida, asam hidrokarpat, asam khaulmograt, asam glorat) pada kluwak terbukti mampu memperpanjang masa simpan ikan selama 6 hari (Widyasari, 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perlu penelitian yang mempelajari efek pengawet alami sebagai alternatif pengganti formalin terhadap sifat fisik, daya terima dan daya simpan bahan makanan hewani seperti ikan sehingga dapat diketahui bahan alami yang paling baik digunakan untuk proses pengawetan ikan serta disukai konsumen. Kombinasi 2 % biji buah picung dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari tanpa merubah mutu. (Prof John Haluan, Guru Besar Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor) Kluwak atau Picung (Pangium edule Reinw.) merupakan tanaman yang banyak manfaatnya, terutama daun dan bijinya untuk membasmi hama (pestisida). Keaktifan biji kluwak tersebut disebabkan adanya sianida sebagai hasil hidrolisis sianogen gynocardine oleh enzim gynocardase yang ditemukan dalam semua bagian dari tanaman kluwak. Sianida merupakan salah satu jenis racun yang paling toksik, bereaksi cepat dalam tubuh hewan maupun manusia, dan dapat menyebabkan kematian akut. Oleh karena itu perlu mengetahui lebih dahulu keberadaan kandungan dan stabilitas racun sianida dalam biji kluwak, sehingga akan diperoleh perkiraan preparasi biji kluwak yang sesuai dengan peng-gunaannya sebagai pestisida botani. Kandungan sianida dipengaruhi oleh kondisi tanah, musim, dan struktur biji. Stabilitas sianida dalam ekstrak biji menurun selama dalam penyimpanan. Biji kluwak digunakan antara lain untuk pengawet ikan, eliminasi anjing liar, rodentisida, molus-kisida, dan penghambat pertumbuhan bakteri. (Husni Elidahanum, 2000)C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah terdapat efek penggunaan pengawet alami kluwak terhadap sifat organoleptik meliputi sifat fisik dan daya terima pada ikan?

2. Apakah terdapat efek penggunaan pengawet alami kluwak terhadap masa simpan daging dan ikan?3. Apakah terdapat efek penggunaan pengawet alami kluwak terhadap kandungan nutrisi pada ikan?D. Tujuan Program

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini :

1. Mengetahui efek penggunaan pengawet alami kluwak terhadap sifat organoleptik meliputi sifat fisik dan daya terima serta masa simpan ikan.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis efek penggunaan pengawet alami kluwak terhadap sifat fisik ikan meliputi kesegaran dan tekstur.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis efek penggunaan pengawet alami kluwak terhadap daya terima ikan meliputi aroma, warna, rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis efek penggunaan pengawet alami kluwak terhadap masa simpan ikan berdasarkan penghitungan jumlah mikrobia.

E.Luaran yang Diharapkan

Luaran yang diharapkan dari program ini :

1. Memperpanjang daya simpan pada ikan hasil tangkapan para nelayan2.Menjaga kualitas ikan hasil tangkapan agar memiliki nilai gizi tinggi untuk dikonsumsi

3. Meminimalisir penggunaan bahan kimia yang berbahaya untuk kesehatan konsumen

F.Kegunaan Program

Kegunaan dalam penelitian ini adalah diperoleh formula pengawet alami yang bisa digunakan untuk mengawetkan ikan segar, meningkatkan nilai guna rempah-rempah khususnya kluwak sebagai bahan pengawet pada ikan segar, diperoleh pengawet untuk ikan segar yang aman terhadap kesehatan manusia dan menjadi acuan untuk penelitian sejenis, sehingga bisa dikembangkan mengenai efek pengawetnya.G.Tinjauan PustakaG.1Klasifikasi Tanaman KluwakKingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Dilleniidae

Ordo

: Violales

Famili

: FlacourtiaceaeGenus

: PangiumSpesies: Pangium edule Reinw

G.2Morfologi Pohon Kluwak

Tanaman kluwak (Pangium edule Reinw.) dikenal dengan nama kepayang (Malaysia), termasuk famili Flacourticeae. Tanaman ini tumbuh di hutan pada ketinggian 10-1.000 m di atas permukaan laut dan tinggi pohon mencapai 40 m. Akar pohon berbentuk tunjang, kuat dan berbanir. Sedangkan batang berkayu, berwarna hijau keputihan sampai abu-abu, berbentuk bulat dan memiliki cabang muda berambut. Tanaman ini mulai berbuah pada umur 6-10 tahun secara terus menerus terutama pada musim hujan. Pertama kali tanaman ini ditemukan di Malaysia, kemudian meluas mulai dari Pilipina, Indonesia, Papua New Guinea, dan kepulauan Bismarck (Van Valkenburg dan Bunyapraphatsara, 2001).Bagian dari pohon kluwak juga terdapat daun, bunga, buah dan biji yang memiliki karakteristik masing-masing. Daun pada pohon ini tunggal terkumpul pada ujung ranting, berbentuk bulat telur dengan ujung runcing, pangkal tumpul dan tepi rata, pertulangan menjari serta berwarna hijau. Bunga berbentuk tandan, mahkota dengan panjang 5-8 cm, pangkai berambut dan berwarna hijau muda. Buah dari pohon ini berukuran hampir sebesar bola sepak dan berwarna mempunyai permukaan yang kasar, berbentuk bulat telur dengan diameter 10-25 cm dan berwarna coklat. Bijinya keras dan berwarna coklat. (Heyne, 1987)

Gambar 1. Buah muda dan biji kluwak

Gambar 2. Daun pohon kluwak

Gambar 3. Akar dan batang pohon kluwak

G.3Komposisi kandungan kluwak

Berdasarkan kandungan, biji kluwak dapat digunakan sebagai antioksida dan pengawetan ikan khususnya kadar tanin pada kluwak yang mencapai 7,52%. (Tuti Hartati dan Nandang, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan). Fungsi pengawet ini berasal dari kandungan komponen antibakteri yaitu asam sianida, asam hidnokarpat, asam glorat, dan tanin. Kandungan sianida dalam kluwak dipengaruhi oleh kondisi tanah, musim, dan struktur bijinya. Biji dengan struktur daging dan kulit yang keras mengandung sianida cukup tinggi, yaitu rata-rata lebih dari 2.000 ppm. Sedangkan biji dengan struktur daging dan kulit lunak mempunyai kandungan sianida rata-rata sekitar 1.000 ppm. Biji dengan struktur daging dalam bentuk cairan dan kulit mudah pecah mengandung sianida sekitar 500 ppm yang sama dengan kandungan sianida dalam daun. (Yuningsih et al., 2004)Menurut Andarwulan dkk (1999), kandungan lemak dan asam lemak bebas akan meningkat selama proses fermentasi biji picung, tapi asam lemak yang dominan, yaitu asam oleat dan asam linoleat, tidak berubah kadarnya. Sebaliknya, proses fermentasi biji picung tidak mengubah komposisi asam amino pada kluwak yang dihasilkan.Meiriyanto (1988) melaporkan bahwa aktivitas antioksidan pada biji picung yang difermentasi, meningkat dari hari ke-0 sampai hari ke-40 (sudah berbentuk kluwak). Menurut Fardiaz dan Romlah (1992), ekstrak metanol biji picung yang sudah difermentasi mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada ekstrak metanol dari biji picung segar. Berikut kandungan kimia dari biji kluwak dan komposisinya dalam tabel yaitu: 1. Vitamin C

2. Ion besi

3. Betakaroten

4. Asam sianida (sifatnya beracun, mudah menguap pada suhu 26 derajat Celcius, bila terhirup binatang ternak dapat mengakibatkan kematian, aman untuk pengawetan ikan).

5. Asam asam hidnokarpat.

6. Asam khaulmograt.

7. Asam glorat.

8. Tanin (sebagai pengawet ikan)Tabel 1. Komposisi kandungan kimia dalam kluwakKomposisi kimiaKadar

Energi (kkal)273

Protein (g)10

Lemak (g)24

Karbohidrat (g)13,5

Kalsium (mg)40

Fosfor (mg)100

Besi (mg)2

Vitamin C (mg)30

Vitamin B1 (mg)0,15

G.4Habitat dan Penyebaran Tanaman Kluwak

Daerah dengan ketinggian antara 10-1.000 m dari permukaan air laut pada tanah Aluvial, Podsolik, tanah berbatu atau tanah liat yang miskin unsur hara (Sleumer 1958, Heyne 1987). Tumbuhan ini umumnya tumbuh di tepi sungai, daerah yang berair, hutan primer, hutan sekunder, dan kebun masyarakat (Heyne 1987).

Wilayah penyebaran pohon kluwak/pakem meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Mikronesia, dan Melanesia. Sebaran dunia meliputi West Sepik, East Sepik, Madang, Morobe, Western Highlands, Southerns Highlands, Central, Northern, Milne Bay, Papuan Islands, New Britain, New Ireland dan Manus. (Van Vankelburg dan Bunyapraphatsara, 2001)G.5Keuntungan Kluwak sebagai Pengganti Formalin dalam Pengawetan Ikan

Seorang nelayan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1:1 berat ikan segar. Ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar. Di pasaran 1 kilogram buah picung dihargai sekitar Rp 3000- Rp 4000,-. Pemanfaatan biji buah picung sudah dikenal secara tradisional nelayan Banten. Mereka melumuri ikan hasil ikan tangkapannya dengan cacahan biji buah picung. Setelah penyimpanan 6 hari ikan tersebut dapat langsung dimasak tanpa perlu penambahan bumbu. (Hangesti, 2007)Biji picung mengandung senyawa antioksidan dan golongan flavonoid. Senyawa antioksidan yang berfungsi sebagai antikanker dalam biji picung antara lain: vitamin C, ion besi, dan B karoten. Sedangkan golongan flavonoid biji picung yang memiliki aktivitas antibakteri yakni asam sianida, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, asam gorlat dan tannin. (Widyasari, 2005)Khusus senyawa asam sianida dan tanin, kedua senyawa inilah yang mampu memberikan efek pengawetan terhadap ikan. Asam sianida biji picung ini sangat beracun. Oleh karena itu, Hangesti mewanti-wanti agar tak melakukan proses pengawetan dihadapan ayam atau binatang ternak. Sebab bila asam sianida ini terhirup langsung hewan ternak bisa mengakibatkan kematian. Meskipun asam sianida biji picung sangat beracun, tetapi mudah dihilangkan karena sifatnya mudah larut dan menguap pada suhu 26 derajat C, sehingga aman sebagai pengawet ikan. (Hangesti, 2007)H.Metode Pelaksanaan Program

H.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan mulai bulan Maret 2010. Waktu pengumpulan bahan dan alat pada awal bulan Maret, ikan diperoleh di Tempat Pelelangan Ikan Brondong, Lamongan sedangkan kluwak dan bahan ataupun alat lain diperoleh di pasar swalayan. Tahap penelitian dalam laboratorium yaitu proses fermentasi yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya dan proses pengawetan ikan dilakukan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya, uji analisis proksimat kandungan nutrisi dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya. H.2 Alat dan Bahan

H.2.1 Alat

a. Pengupasan kluwak (Pangium edule Reinw) Pisau untuk mengupas kluwak.

Baskom untuk meletakkan kluwak yang sudah dikupas.

b. Proses Penghalusan kluwak (Pangium edule Reinw) Blender untuk menghaluskan kluwak. Baskom untuk meletakkan kluwak yang sudah dihaluskan. c. Penimbangan Timbangan untuk mengetahui berat kluwak yang telah dihaluskan. Saringan untuk mengambil sari kluwak yang sudah dihaluskan.d. Proses Perendaman

Toples kedap udara sebagai tempat merendam ikan. Kertas Lakmus untuk mengukur pH larutan.H.2.2 Bahan

a. Kluwak (Pangium edule Reinw)b. NaClc. Ikand. Aquadese. Alkohol 70%H.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian dari penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kontrol yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi faktor pokok masalah dalam suatu penelitian, dimana pada penelitian ini variabel bebasnya adalah fermentasi kluwak (Pangium edule Reinw) sebagai bahan pengawet terhadap ikan. Variabel tergantung merupakan variabel yang besarnya tergantung dan dipengaruhi oleh variabel bebas, dimana pada penelitian ini variabel tergantungnya adalah asam sianida dari fermentasi kluwak terhadap ikan hasil tangkapan yang akan diawetkan.

Variabel kontrol merupakan variabel yang harus dikendalikan dalam suatu penelitian untuk mendukung keberhasilan suatu penelitian, dimana pada penelitian ini variabel kontrolnya adalah perbandingan antara berat kluwak yang telah dihaluskan dan juga berat ikan hasil tangkapan yang akan diawetkan.H.4 Model Penelitian Model penelitian dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui bagan di bawah ini :

Lama fermentasi Penambahan NaCl

H.5 Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan bahan dan alat. Ikan yang masih segar dan bari ditangkap oleh nelayan disiram dengan aquades agar menghilangkan kotoran-kotoran hingga steril. Sedangkan kluwak yang telah diambil sarinya dimasukkan dalam box kedap udara dan diukur pH untuk mengikat keasaman. Kemudian ikan dimasukkan ke dalam box kedap udara bersama sari kluwak.

Tabel2. Perlakuan yang dilakukan dalam praktikumPerlakuanBerat sari kluwak (L)Berat ikan (kg)Berat NaCl (gram)

P1-1510

P21 L1510

P32 L1510

P43 L1510

Pengamatan ikan dilakukan setiap hari dengan mengukur pH 2 kali sehari yakni pada pagi dan sore hari dan mengamati berapa banyak ikan yang masih dalam keadaan segar dan ikan yang sudah busuk. Ikan yang telah busuk segera diambil dan dibuang agar tidak mengotori ikan lainnya. Pengukuran pH dilakukan pada saat sebelum dan setelah perendaman untuk mengetahui pengaruh tingkat keasaman pada pengawetan ikan. Setelah satu minggu perendaman (fermentasi), ikan diambil dari box kemudian disiram aquades untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran. Ikan yang masih dalam keadaan segar diamati warna, tekstur dan rasa apakah mengalami perubahan. Uji analisis proksimat kandungan nutrisi dengan mengambil sample daging ikan pada tiap-tiap perlakuan.I.Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Uraian jadwal kegiatan penelitian yang akan dilakukan dapat ditunjukkan seperti tabel dibawah ini:KEGIATANMINGGU KE

IIIIIIIV

1. Persiapan

a. Pengumpulan bahan baku dan Peralatan

b. Penyiapan tempat dan analisis bahan baku

2. Pelaksanaan

a. Percobaan Pendahuluan

b. Pengumpulan data

c. Pemungutan hasil

3.Penyelesaian

a. Pengolahan data

b.Penyusunan Laporan

c.Pengandaan :

1. Pengetikan

2. Cetak dan Jilid

4.Seminar hasil Penelitian

J.Rancangan Biaya

NoJenis PengeluaranVolumeHarga SatuanJumlah

1Bahan habis:

Kluwak

Ikan Tengiri

Alkohol 70%

Aquades

NaCl

pH pen

Uji analisis proksimat30 kg

60 kg

3 L

30 L

1 kg

1 buah4 sampelRp. 7.000

Rp. 35.000

Rp. 40.000

Rp. 20.000

Rp. 10.000

Rp. 600.000

Rp. 210.000

Rp. 2.100.000

Rp. 120.000

Rp. 600.000

Rp. 10.000

Rp. 600.000

Rp. 2.400.000

2Peralatan Penunjang:Wadah / Baskom besar

Box kedap udara

Blender

Pisau5 buah4 buah

1 buah

2 buahRp. 50.000

Rp. 200.000

Rp. 350.000

Rp. 40.000

Rp. 250.000

Rp. 800.000

Rp. 350.000

Rp. 80.000

3Administrasi:Laporan penelitian

ATK:

Buku

Bollpoint

Spidol 12 warna

Kertas A4

Tinta print

CD room

20 eksemplar

1 buah

1 pcs

1 buah

1 rim

1 botol

10 buahRp. 25.000

Rp. 25.000

Rp. 15.000

Rp. 15.000

Rp. 40.000

Rp. 45.000

Rp. 3.000Rp. 500.000

Rp. 25.000

Rp. 15.000

Rp. 15.000

Rp. 40.000

Rp. 45.000

Rp. 30.000

4Biaya perjalanan:

Sewa mobil

Biaya bensin

Pengiriman ikan

Komunikasi 1 hari1 hari1 hari

Rp. 450.000

Rp. 100.000

Rp. 300.000Rp. 450.000

Rp. 100.000

Rp. 300.000

Rp. 100.000

5Lain lain:

Sewa laboratorium2 buahRp. 400.000Rp. 800.000

TOTALRp. 9.940.000

K.Daftar Pustaka

Anonim, 2006. Pengawet Alami Pengganti Formalin Sudah Ada Sejak Dulu. www.gizi.net. 10 Maret 2006.

Ardiansyah, Nurida L., Andarwulan, N. 2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Beluntas (Plucea Indica L) dan Stabilitas Aktivitasnya pada Berbagai Konsentarsi Garam dan Tingkat pH. dalam Jurnal Tekhnologi dan Industri Pangan. Vol 14, No. 2.Elidahanum Husni dkk., Pengawetan Ikan Segar dengan Menggunakan Biji Buah Kapayang (Pangium edule Reinw.) dan Analisa Secara Kualitatif Fakultas Kimia dan Farmasi, UNSRI.

Eni Purwani dan Muwakhidah. 2008. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi, Vol. 9, No. 1. Surakarta.

Indriyati. 1987. Mempelajari aktivitas anti bakterial biji picung terhadap beberapa bakteri pembusuk ikan secara in vitro. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasi).

Widyasari, H.E. 2005. Teknologi Pengawetan Ikan Nila Segar dengan Menggunakan Bahan Alami Biju Picung (Pangium edule Reinw). Ia dibimbing Prof Dr Jhon Haluan dari Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauta (FPIK) IPB) dan Dr Endang Sri Heruwati, dari Badan Riset dan Kelautan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).Yuningsih. 2002. Kandungan dan Stabilitas Sianida dalam Tanaman Picung (Pangium edule Reinw.) serta pemanfaatannya. Jurnal Balai Besar Penelitian Veteriner.

L.Lampiran

Ketua pelaksanaan kegiatan

Nama: Putri PratamaningrumTempat tanggal lahir:Surabaya, 5 Mei 1990Alamat: Jl. Gubeng Kertajaya XIIB/15 SurabayaNo. Telp / HP: (031)5022261 / 08563351481NIM: 060810353PFakultas/prodi: Perikanan dan Kelautan / Budidaya Perairan

Perguruan Tinggi: Universitas Airlangga

Waktu kegiatan PKM: 4 bulan

(Putri Pratamaningrum)

Anggota pelaksana I

Nama:Rheza Aditya Fajar FirmansyahTempat tanggal lahir:Jember, 30 April 1990

Alamat: Jl. S. Parman Gg.Bentol B-25 JemberNo. Telp / HP: 085648018844NIM:060810144P

Fakultas/prodi:Perikanan dan Kelautan / Budidaya Perairan

Perguruan Tinggi:Universitas Airlangga

Waktu kegiatan PKM: 4 bulan

(Rheza Aditya Fajar F)

Anggota pelaksana II

Nama:Hiprita Putri Karlina

Tempat tanggal lahir:Surabaya, 29 Agustus 1990

Alamat:Jl. Candi Lontar Tengah I / 06, Surabaya

No. Telp / HP:031 7420713 / 08993896194NIM:060810029P

Fakultas/prodi:Perikanan dan Kelautan / Budidaya Perairan

Perguruan Tinggi:Universitas Airlangga

Waktu kegiatan PKM: 4 bulan

(Hiprita Putri Karlina)

Anggota pelaksana III

Nama:Ida Bagus Putu Oka DantikaTempat tanggal lahir:Banjar, 13 Agustus 1991

Alamat:Jl. Ahmad Yani 216, BaliNo. Telp / HP:081936468766NIM:140911001Fakultas/prodi:Perikanan dan Kelautan / Budidaya PerairanPerguruan Tinggi:Universitas ArlanggaWaktu kegiatan PKM: 4 bulan

(Ida Bagus Putu Oka D)

Nama dan Biodata Dosen Pendamping

Nama: Dr. Ir. Gunanti Mahasri, M.SiTempat tanggal lahir: Boyolali, 12 Seotember 1960Alamat: Pepelegi Indah, Jalan Kawi 47No. Telp / HP: 031-72102282 / 08123012721NIP: 19600912 198603 2 001Golongan Pangkat: IV AJabatan Fungsional: Lektor kepalaJabatan Struktural: PembinaBidang Keahlian: Parasitologi dan Imunologi Ikan dan Udang

EMBED Word.Document.8 \s

Kluwak

Pengupasan

Pencucian

Penghalusan

Penimbangan

Fermentasi

Asam sianida

Sebagai pengawet ikan

i

_1347967929.docLampiran III

Rangkuman Cerita

Seperti biasanya Semar selalu membuat kacau rumah ketika jam makan siang tiba. Semar yang masih berusia 6 tahun ini sangat tidak suka dengan masakan ibunya yang mengandung ikan, bagi Semar makan ikan adalah suatu pekerjaan yang tidak menyenangkan. Banyak usaha yang telah dilakukan ibunya untuk membuatnya menyukai ikan, Diantaranya adalah membuat bola-bola nasi yang didalamnya berisi potongan daging ikan,membuat sup dengan bola-bola daging ikan hingga membuat membentuk daging ikan menyerupai ayam yang diberi aroma ayam. Namun, semua ibu Semar untuk membuatnya mau makan ikan mengalami kegagalan total, sepertinya Semar mempunyai sensor khusus di hidungnya ketika ada daging ikan di makanannya.

Kalau sudah kacau seisi rumah, Semar langsung menuju ke kandang Jono. Jono merupakan kucing yang telah menjadi teman kecil Semar. Tidak sekedar menjadi teman , Jono juga berfungsi sebagai media pembuangan makanan yang mengandung ikan bagi Semar. Jika Jono dan Semar sudah bersama dunia terasa milik mereka berdua, tak jarang ibunya sering menjumpai Semar berbicara dengan Jono. Hal tersebut juga dilakukan Semar pada siang hari itu.

Semar terus duduk di depan kandang Jono sambil terus memandangi Jono, sementara Jono terlihat sangat menikmati ikan goreng dari Ibu Semar. Beberapa kata mulai meluncur dari mulut Semar pada Jono.

Jon, kamu kok suka ikan ? aku saja lari dari rumah agar tak makan ikan

Sem, ikan itu enak dan mantap

Enak kayak gimana, ? kalau aku makan ikan pasti ingin muntah

Tak beberapa lama ketika Semar memulai berbincang-bincang dengan Jono, semar terlihat menjatuhkan badannya tepat di depan Jono dan akhirnya Semar tertidur di depan kandang Jono.

Semar mulai memasuki alam mimpinya, dia seolah-olah berada di Bikini Bottom. Di sana semar bertemu dengan banyak tooh kartun dalam Spogeboob Squarepants. Semar melihat ada pesta makanan di Crusty Crab . Semar mendatangi dan masuk ke dalamnya, betapa terkejutnya semar ketika dia mengetahui bahwa di Crusty Crab tidak sedang ada pesta melainkan lomba menghabiskan crabby petty yang berisi daging ikan. Semar tidak bisa keluar dari tempat itu, karena semua yang masuk kesitu harus menghabiskan semua crabby petty yang disediakan oleh panitia.

Semar menuju dapur tempat koki Spogeboob membuat crabby petty. Semar meneteskan air matanya saat Spongeboob menyajikan Crabby Petty ikan didepanya. Dia mengatakan bahwa ikan adalah makanan yang sangat tidak disukainya. Spogeboob hanya seorang koki yang tidak bisa berbuat apa-apa jika ada pengunjung datang ke dapur maka pengunjung tersebut harus menghabiskan crabby petty buatannya. Betapa malangnya nasib Semar, maksud hati ingin menyelamatkan diri justru masuk ke kandang harimau. Semar terus berlari menuju sudut-sudut Crusty Crabb hingga akhirnya dia bertemu Sandy.Snady membawanya keluar dari Crusty Crabb dan mengajak Semar berkunjung ke rumahnya. Di rumah tersebut Sandy mulai membuka bahan pembicaraan tentang ikan hingga akhirnya Semar mulai mengenal manfaat ikan bagi tubuhnya dan bersedia makan sup ikan di rumah Sandy.

Semar terbangun dari mimpi panjangnya di siang hari, betapa terkejut dia ketika mengetahui bahwa dia telah berada dikamarnya. Dia langsung menemui ibunya dan minta makan sup ikan, betapa terkejut dan bahagia ibunya ketika mengetahui anaknya meminta sup ikan padanya. Sejak saat itu Semar tidak lagi membuat kekacauan jika ibunya member makan dengan ikan.

1