feny adriani

83
TESIS PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA FENY ADRIANI PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010

Transcript of feny adriani

Page 1: feny adriani

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN

PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN

LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA

FENY ADRIANI

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Page 2: feny adriani

TESIS

PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN

PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN

LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik

Kekhususan Anti Aging Medicine

Program Pascasarjana Universitas Udayana

FENY ADRIANI

NIM : 0790761025

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Page 3: feny adriani

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 15 Desember 2010

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK

NIP : 194606191976021001 NIP : 194511281979031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur Ilmu Kedokteran Biomedik Program Pascasarjana Kekhususan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana Program Pascasarjana Universitas Udayana

Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Prof. Dr. Dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.And.FAACS Sp. S (K) NIP : 194612131971071001 NIP : 195902151985102001

Page 4: feny adriani

Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

Oleh Panitia Penguji pada

Program Pascasarjana Universitas Udayana

Pada Tanggal 15 Desember 2010

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

Universitas Udayana, No : 1830/H14.4/HK/2010

Ketua : Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK

Anggota :

1. dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK

2. Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS

3. Prof. Dr.dr.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And

4. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D

Page 5: feny adriani

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul

“Pemberian Ekstrak Teh Hijau Menurunkan Berat Badan, Lingkar Perut, dan

Persentase Lemak Tubuh Pada Wanita Kelebihan Berat Badan yang Melakukan

Latihan Fisik dengan Pola Makan Biasa” dapat diselesaikan dalam rangka

menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana pada Program Studi Ilmu

Kedokteran Biomedik Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,

penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program

Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana, pembimbing

Akademis dan selaku penguji yang telah banyak memberikan dorongan,

semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis.

2. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan

tesis ini.

3. dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK, selaku pembimbing II yang telah banyak

memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan

tesis ini.

Page 6: feny adriani

4. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc.Sp.And, selaku penguji yang telah

banyak memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada

penulis selama penyusunan tesis ini.

5. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH,Ph.D, selaku penguji yang telah banyak

memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis

selama penyusunan tesis ini.

6. Drs. I. Ketut Tunas, Msi yang dengan tekun dan sabar memberikan

bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam analisis statistik.

7. Para dosen pengajar bagian Ilmu Biomedik FK Universitas Udayana, teman-

teman sependidikan dan seluruh karyawan bagian Ilmu Biomedik, serta

semua pihak yang telah membantu selama pendidikan, penelitian dan

penulisan tesis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis

ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

8. Sahabat-sahabat tercinta, dr. Myra Elen Sulistio (untuk waktu-waktu yang

kita lalui bersama), dr. Bair Ginting Sp.BS, dr. Lilis, dr. Henti Widowati,

dr.Juliani Suprapto, dr. Aurellia, serta sahabat-sahabat lainnya yang selalu

mendukung, menolong, memberikan semangat kepada penulis sehingga

penelitian ini bisa berjalan dengan lancar.

9. Bagian Laboratorium Pengujian Mutu Bahan Obat Alam dan Agroindustri,

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas

Diponegoro, terimakasih sebesar-besarnya karena banyak membantu dalam

pembuatan ekstrak green tea yang digunakan dalam penelitian penulis.

Page 7: feny adriani

10. Sanggar Senam Melati, terima kasih banyak atas berkenannya dan

kerjasamanya, yang telah digunakan sebagai tempat untuk melakukan

penelitian, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

11. dr. Djoko Handojo, Sp.B Onk dan dr. Norma Handojo, Sp.M, terima kasih

untuk cinta dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Bahagia bisa

menjadi bagian dari keluarga kalian.

12. Keluarga tercinta, suami dr. Himawan Budityastomo, Sp.OG, puteri tercinta

Sekar Kinasih, yang selalu mendukung dan menjadi semangat selama ini.

13. Orang tua dan Mertua, yang tidak pernah berhenti selalu mendukung dan

mendoakan penulis.

Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut

membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, semoga Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua.

Denpasar, Desember 2010

Penulis,

dr. Feny Adriani

Page 8: feny adriani

PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN

LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA

FENY ADRIANI

ABSTRAK

Obesitas masih menunjukkan peningkatan dan menjadi masalah kesehatan

di seluruh dunia, tidak terkecuali di negara Indonesia. Obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan bahkan menyebabkan peningkatan risiko kematian. Obesitas telah menjadi epidemi global dan prevalensi kelebihan berat badan yang terus meningkat. Hal itu terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dari sekelompok masyarakat, sehingga kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama di dalam viseral dan subkutan. Penanganan penurunan berat badan sering dilakukan dengan diet, olahraga, atau kombinasi keduanya. Dibandingkan dengan diet, olahraga dianggap lebih aman serta memberikan manfaat kesehatan antara lain berupa peningkatan kebugaran. Selain olahraga, salah satu bahan pangan yang menguntungkan bagi kesehatan adalah teh (Camellia sinensis). Teh telah dipakai sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu di Cina, dan sekarang teh merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air. Berbagai jenis teh memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, misalnya teh hijau (Green Tea). Teh hijau telah populer di dunia sebagai minuman dan tanaman obat sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap penurunan berat badan, penurunan lingkar perut, dan penurunan persentase lemak tubuh yang dilihat dari hitungan berat badan, lingkar perut, dan Body Mass Index (BMI)/ indeks massa tubuh (IMT) pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa.

Penelitian ini merupakan studi eksperimental klinis dengan rancangan pre-post test control group design, yang dilakukan di dua Sanggar Senam di Pekalongan pada bulan September 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita sehat usia 30-40 tahun yang kelebihan berat badan. Sebanyak 16 orang wanita yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok Kontrol (K) berupa OR + pola makan biasa + placebo dan kelompok Perlakuan (P) berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, masing-masing 8 orang.

Dengan uji t-independent didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna penurunan berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Rerata penurunan berat badan pada kelompok kontrol sebesar 0,890,31 dan pada kelompok perlakuan adalah 4,300,65; rerata penurunan persentase lemak tubuh kelompok kontrol adalah 0,200,16 dan rerata penurunan kelompok perlakuan adalah 2,001,37; rerata

Page 9: feny adriani

penurunan lingkar perut kelompok kontrol adalah 0,130,06 dan rerata penurunan pada kelompok perlakuan adalah 5,540,37.

Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa sebesar 6,48%; penurunan lingkar perut sebesar 5,80%; dan penurunan persentase lemak tubuh sebesar 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada wanita yang kelebihan berat badan disarankan untuk mengkonsumsi ekstrak teh hijau setiap hari yang disertai dengan olahraga dan pola makan seimbang untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut.

Kata kunci : wanita kelebihan berat badan, ekstrak teh hijau, latihan fisik, berat badan, lingkar perut, persentase lemak tubuh

Page 10: feny adriani

THE GIVEN OF GREEN TEA EXTRACT TO REDUCE BODY WEIGHT, WAIST CIRCUMFERENCE, AND THE PERCENTAGE OF

BODY FAT ON OVERWEIGHT WOMEN DOING EXERCISE WITH MEAL PATTERN

FENY ADRIANI

ABSTRACT

Obesity is still showing an increase and a health problem worldwide, not

least in the country of Indonesia. Obesity can increase the risk of diabetes, hyperlipidemia, hypertension, and even lead to increased risk of death. Obesity has become a global epidemic and the prevalence of overweight continues to increase. It happened because of changes in lifestyle and unhealthy eating patterns of a particular community, so that the excess energy stored as fat in the body, especially in the visceral and subcutaneous. Weight loss is mostly done by implementing diet, exercise, or the combination of both. Compared to diet, exercise is regarded to be safer as well as giving benefit such as healthier fitness. Besides exercising, one beneficial food for health is tea (Camellia sinesis). The science development proves that green tea has a significant role to help weight loss (Nagao et.al 2005) because of the great number of polyphenols in its substance that is catechin. Tea has been used as a daily beverage for thousands of years ago in China, and now tea is a beverage second most widely consumed by humans after water. Various types of tea have many health benefits, such as green tea (Green Tea). Green tea has been popular in the world as a beverage and a medicinal plant for thousands of years ago. This research aims to investigate the effect of green tea extract toward weight loss, the reduction of waist circumference, the reduction of body fat percentage which are measured by the calculation of weight, waist circumference, and Body Mass Index (BMI) on the overweight women doing exercise with meal pattern.

This research is a clinical experimental study which applies pre-post group design, doing in the gymnastics studio in Pekalongan on September 2010. The population in this research is under 30-40 years old overweight women. 16 overweight women are divided in to two research group. The first group is control group (K) which is given exercise + meal pattern + placebo. The second group is treated group (P) which is given exercise + meal pattern + green tea extract 690 mg/hr, each group is 8 overweight women.

By using t-independent test is obtained that have significantly reduced body weight, percentage of body fat, and waist circumference on control group and treated group. The average weight loss of control group is 0,890,31 and the average of treated group is 4,300,65; the average body fat reduction of control group is 0,200,16 and the average of treated group is 2,001,37; the average waist circumference reduction of control group is 0,130,06 and the average of treated group is 5,540,37.

Page 11: feny adriani

Based on the research result, it is found that the given treatment of green tea extract has successfully reduced 6,48% of body weight on overweight women doing exercise with meal pattern, reduced 5,80% of waist circumference, and reduced 6,25% percentage of body fat. From this research, to overweight women must to consume green tea extract each day with exercise and balance meal pattern for reduce and maintance body weight, percentage of body fat, and waist circumference. Keywords: overweight women, green tea extract, exercise, body weight, waist

circumference, body fat percentage

Page 12: feny adriani

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

SAMPUL DALAM.................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................................iv

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................v

ABSTRAK ...........................................................................................................viii

ABSTRACT ..............................................................................................................x

DAFTAR ISI .........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................xvi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvii

DAFTAR SINGKATAN .……………………………………………....……..xviii

DAFTAR LAMBANG ........................................................................................xix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................5

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................5

1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................5

Page 13: feny adriani

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................6

1.4.1 Manfaat Keilmuan .......................................................................6

1.4.2 Manfaat Praktis ...........................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................7

2.1 Olahraga/ Exercise ................................................................................7

2.2 Tinjauan Teh Secara Umum .................................................................9

2.2.1 Jenis-Jenis Teh ..........................................................................10

2.2.2 Kandungan Kimia pada Teh .....................................................10

2.3 Teh Hijau (Green Tea) ........................................................................11

2.3.1 Manfaat Teh Hijau ...………………………………………….11

2.3.2 Proses Pengelolaan Teh Hijau ………………………………..13

2.3.3 Kandungan Zat dalam Teh Hijau …...……………………......14

2.4 Pengaruh Teh Hijau (Catechin) Terhadap Penurunan Berat

Badan, Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh ………............17

2.5 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Proses Penurunan

Berat Badan …...............................................................................…20

2.6 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Meningkatkan Oksidasi

Lemak dan Menghambat Penimbunan Lemak ………………….......22

2.7 Tubuh Sehat Ideal ………………………………………………..... 23

2.8 Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Proses

Penuaan ………………………………………………….……….....26

2.9 Hubungan Teh Hijau (Green Tea) dengan Anti Aging ……………...27

Page 14: feny adriani

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..................29

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................29

3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................................30

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................31

4.1 Desain Penelitian …….........................................................................31

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................32

4.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................32

4.4 Variabel Penelitian ..............................................................................34

4.4.1 Identifikasi Variabel .................................................................34

4.4.2 Klasifikasi Variabel ..................................................................34

4.4.3 Definisi Operasional Penelitian.................................................34

4.5 Alat dan Bahan ...................................................................................35

4.6 Prosedur Penelitian ……………………………………………..…...36

4.7 Analisis Data ..…………………………………………………........37

BAB V HASIL PENELITIAN ...........................................................................39

5.1 Uji Normalitas Data …………………………………………...…....39

5.2 Uji Homogenitas ................................................................................40

5.3 Uji Komparabilitas .............................................................................40

5.3.1 Berat Badan Sebelum Perlakuan ...............................................40

5.3.2 Lemak Tubuh Sebelum Perlakuan ............................................41

5.3.3 Lingkar Perut Sebelum Perlakuan ............................................42

Page 15: feny adriani

5.4 Analisis Efek Perlakuan ….…………..……………………………...43

5.4.1 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Berat Badan …………...…43

5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lemak Tubuh ……...…….44

5.4.3 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lingkar Perut ….............…45

BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................47

6.1 Subjek Penelitian ……………………………………………………47

6.2 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau Terhadap Penurunan Berat Badan,

Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut ……..…………….......47

6.3 Beberapa Penelitian Tentang Teh Hijau dalam Proses Penurunan

Berat Badan ………………………………………………………....51

6.4 Peranan Ekstrak Teh Hijau dalam Anti Aging Medicine ………........53

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................54

7.1 Simpulan ………………………………………….…………...…....54

7.2 Saran ……………………………………………….………....….....54

7.3 Kelemahan Penelitian ………………………………………........…55

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….………............56

LAMPIRAN ……………………………………………………..…….…........59

Page 16: feny adriani

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Utama Catechin Pada Daun Teh Segar …......…..…......11

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Teh Hijau ……………...…………...….……..15

Tabel 2.3 Komposisi Catechins Teh Hijau………………………...……..…....17

Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI …………………......….24

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan

Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan ……………………39

Tabel 5.2 Uji Homogenitas Data Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan

Lingkar Perut antar Kelompok ..........................................................40

Tabel 5.3 Rerata Berat Badan antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan …..40

Tabel 5.4 Rerata Lemak Tubuh antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan ...41

Tabel 5.5 Rerata Lingkar Perut antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan….42

Tabel 5.6 Rerata Berat Badan Sesudah Perlakuan antar Kelompok …………..43

Tabel 5.7 Rerata Penurunan Lemak Tubuh antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan ………………………………………………..44

Tabel 5.8 Rerata Penurunan Lingkar Perut antar Kelompok Sesudah

Diberikan Perlakuan ………………………………………………..46

Page 17: feny adriani

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Sinensis) ………………...…….…………........9

Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan ….…………………….21

Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea dengan Anti Aging ……….………….28

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...….……………………………………………..29

Gambar 4.1 Desain Penelitian …………………………………………………...31

Gambar 4.2 Alur Penelitian ………………………………………………...........36

Gambar 5.1 Grafik Berat Badan Sebelum dan Sesudah Perlakuan

antar Kelompok ………………………………………………….…44

Gambar 5.2 Grafik Lemak Tubuh Sebelum dan Sesudah Perlakuan

antar Kelompok ………………………………………………….…45

Gambar 5.3 Grafik Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan

antar Kelompok ………………………………………………….…46

Page 18: feny adriani

DAFTAR SINGKATAN

EC : Epicatechin

GC : Gallocatechin

ECG : Epicatechingallate

EGC : Epigallocatechin

EGCg : Epigallocatechin gallate

BMI : Body Mass Index

IMB : Indeks Massa Tubuh

ATP : Adenosine triphospate

O2 : Oksigen

PUGS : Pedoman Umum Gizi Seimbang

COMt : Cahechol-O-methyltranferase

OR : Olahraga

P : Kelompok Perlakuan

K : Kelompok Kontrol

PJK : Penyakit Jantung Koroner

Page 19: feny adriani

DAFTAR LAMBANG

α : Alfa

β : Beta

% : persen

Page 20: feny adriani

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Normalitas Data Berat Badan, Lemak Tubuh, dan

Lingkar Perut …………………………..…………...……………...59

Lampiran 2. Beda Berat Badan pre, Lemak Tubuh pre, Lingkar Perut pre,

Selisih Berat Badan, Selisih Lemak Tubuh, dan Selisih

Lingkar Perut ………………………………………………………60

Lampiran 3. Inform Consent ……………………...……………………………..62

Lampiran 4. Surat Keterangan Pembuatan Ekstrak Green Tea

di Undip …………………………………………….…………...…63

Page 21: feny adriani

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu bahan pangan dituntut tidak hanya mengandung zat-zat bergizi,

tetapi juga mengandung bahan-bahan khasiat yang menguntungkan bagi

kesehatan, yang dikenal dengan istilah pangan fungsional. Pangan fungsional

adalah bahan pangan yang mengandung senyawa atau komponen yang berkhasiat

bagi kesehatan. Senyawa atau komponen tersebut antara lain serat pangan,

oligosakarida, gula alkohol, asam amino, peptida, protein, glikosida, alkohol,

isoprenoida vitamin, kolin, mineral, bakteri asam laktat, asam lemak tidak jenuh,

dan antioksidan (Goldberg, 1994).

Selain masalah kesehatan, masalah penampilan juga turut diperhatikan

dalam dasawarsa terakhir ini khususnya oleh para wanita, yaitu masalah berat

badan yang ideal. Secara umum, orang biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat

dari postur tubuh, sehingga wanita ingin memiliki tubuh ideal (Azwar, 2004).

Seperti yang kita ketahui, bahwa insidensi kelebihan berat badan umumnya masih

menunjukkan peningkatan dan menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, tidak

terkecuali di negara Indonesia (Dullo, 2004). Obesitas dapat meningkatkan risiko

diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan bahkan menyebabkan peningkatan risiko

kematian (Nagao, 2005). Obesitas telah menjadi epidemi global dan prevalensi

kelebihan berat badan yang terus meningkat (Almajwal et.al, 2009). Hal itu terjadi

1

Page 22: feny adriani

karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dari

sekelompok masyarakat (makan berlebih dan kurang aktivitas), sehingga

kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama di dalam

viseral dan subkutan.

Penanganan penurunan berat badan sering dilakukan dengan diet,

olahraga, atau kombinasi keduanya (Pestacello and Van Heest, 2000).

Dibandingkan dengan diet, olahraga dianggap lebih aman serta memberikan

manfaat kesehatan antara lain berupa peningkatan kebugaran (Manore and

Thompson, 2000). Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dengan

memperhatikan komponen utama dari olahraga yaitu jenis olahraga, intensitas,

durasi, frekuensi, dan progresivitas latihan, olahraga yang baik dan aman selalu

berada dalam zona latihan. Zona latihan dihitung berdasarkan laju jantung dan

usia. Olahraga yang dilakukan secara berlebihan, akan meningkatkan radikal

bebas, sehingga dapat merusak sel tubuh (Mc Ardle,1996).

Selain olahraga, salah satu bahan pangan yang menguntungkan bagi

kesehatan adalah teh (Camellia sinensis). Teh telah dipakai sebagai minuman

sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu di Cina, dan sekarang teh merupakan

minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air (Weisburger,

1999). Berbagai jenis teh memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, misalnya teh

hijau (Green Tea). Teh hijau telah populer di dunia sebagai minuman dan

tanaman obat sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Teh hijau sendiri berasal dari

pohon yang sama dengan teh biasa (Camellia sinensis), namun tidak mengalami

proses pemanasan atau fermentasi terlebih dahulu untuk mencegah oksidasi.

Page 23: feny adriani

Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa teh hijau memiliki

peranan yang dapat membantu menurunkan berat badan (Nagao et.al 2005). Hal

itu disebabkan teh hijau memiliki kandungan polifenol yang cukup besar, yaitu

catechin. Kandungan catechin pada teh hijau adalah 30-42% dari ekstrak padat

teh hijau, konsentrasinya tergantung pada cara pengolahan daun teh, letak

geografis, cara pengambilan ekstrak, dan jenis daun teh (Cabrera et.al, 2006).

Sedangkan daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa catechins

yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28%

Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin

(EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al, 2006).

EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan

merupakan bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki

efek biologi yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Rahasia

utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen atau

bahan utamanya, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan L-

theanine (Beecher et.al, 1999). EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi

metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008). EGCG ini akan memicu

penurunan berat badan dengan cara meningkatkan oksidasi lemak tubuh (Nagao

et.al, 2005). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan

berat badan. Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak (300

mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap

penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh catechin diduga akan

lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang (Maron et.al 2003, Kovacs

Page 24: feny adriani

et.al 2004, Diepvens et.al 2005). Sedangkan L-theanine adalah asam amino yang

bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein (Lee and Nagao, 2009).

Catechin (EGCG), pada beberapa penelitian diketahui memiliki efek

dapat menurunkan berat badan dan persentase lemak tubuh setelah dikonsumsi

dalam jangka panjang sekitar 12 minggu (waktu 12 minggu dilakukan agar dapat

diketahui secara pasti penurunan berat badan yang terjadi) mengkonsumsi teh

hijau yang mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam bentuk ekstrak teh

hijau maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001, Tsuchida 2001,

Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao et.al 2005,

Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga diyakini

dapat memperkecil lingkar pinggang dan mengurangi persentase lemak dalam

tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan tingkat efektifitas antara

ekstrak teh hijau dan plasebo pada wanita kelebihan berat badan (IMT > 25

kg/m2) yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa, terhadap

penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita

kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola

makan biasa?

2. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita

kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola

makan biasa?

Page 25: feny adriani

3. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada

wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan

pola makan biasa?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap

penurunan berat badan, penurunan lingkar perut, dan penurunan persentase lemak

tubuh yang dilihat dari hitungan berat badan, lingkar perut, dan Body Mass Index

(BMI)/ indeks massa tubuh (IMT) pada wanita kelebihan berat badan yang

melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penurunan berat badan pada wanita kelebihan berat

badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise.

2. Untuk mengetahui penurunan lingkar perut pada wanita kelebihan berat

badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise.

3. Untuk mengetahui penurunan persentase lemak tubuh pada wanita

kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi

exercise.

Page 26: feny adriani

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Keilmuan

Dapat menambah ilmu bahwa catechin yang terdapat pada teh hijau dapat

menurunkan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.

1.4.2. Manfaat Praktis

Ilmu tersebut dapat diinformasikan kepada masyarakat luas.

Page 27: feny adriani

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Olahraga

Olahraga merupakan alternatif untuk meningkatkan derajat kebugaran

seseorang termasuk mengurangi lemak tubuh. Salah satu dampak latihan olahraga

adalah perbaikan sistem fungsional paru jantung (cardiorespirasi system),

meliputi hipertropi otot jantung, penurunan detak jantung istirahat, peningkatan

stroke volume, peningkatan volume darah dan hemoglobin, menambah jumlah

pembuluh kapiler, serta berfungsi dalam proses pembakaran energi (Fox, 1988).

Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga terdiri dari

kombinasi 2 jenis aktivitas, yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan anaerobik.

Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon,

triathlon, dan bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen

aktivitas aerobik yang dominan, sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan

tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint, atau juga

loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas anaerobik yang

dominan (Irawan, 2007).

Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap

ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi,

sehingga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti

jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar

7

Page 28: feny adriani

proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini

biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang

dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama seperti jalan kaki,

bersepeda atau juga jogging (Irawan, 2007).

Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan,

metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat,

lemak, dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat

di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses

metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen

(O2) yang diperoleh melalui proses pernafasan.

Denyut nadi pada orang dewasa normal adalah 60-90 per menit. Pada

orang yang sering terlatih atau olahraga fisik (olahraga intensitas sedang), denyut

nadinya dapat mencapai 50-60 per menit karena terlatih. Jika frekuensi lebih dari

normal disebut tachicardi dan jika frekuensi kurang dari normal disebut

bradicardi. Pada orang yang memiliki sirkulasi darah baik, maka kecepatan

denyut nadi pada saat istirahat lebih rendah serta memiliki kesegaran jasmani

yang baik. Hal ini terjadi karena otot jantung sudah kuat sehingga penggunaannya

lebih efisien dan melalui dengan sedikit pompa jantung sudah dapat memenuhi

kebutuhan sirkulasi darah. (Kamiso, 1991).

Dilain pihak, aktifitas fisik yang teratur membantu meningkatkan

efisiensi jantung secara keseluruhan. Salah satu petunjuk ke arah itu adalah denyut

jantung yang lebih lambat (biasanya kurang dari 60 per menit) dari seseorang

yang terlatih dengan baik, dibandingkan dengan seseorang yang tidak terlatih

Page 29: feny adriani

(yang denyut jantungnya rata-rata 70-90 per menit). Dengan demikian perbedaan

denyut jantung yang terlatih dengan yang tidak terlatih sebanyak 10 denyut per

menit, akan mengakibatkan pengurangan denyut jantung yang berarti juga

pengurangan kerja jantung (CK.Gian, 1993).

2.2 Tinjauan Teh Secara Umum

Setelah air, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di

seluruh dunia dengan konsumsi per kapita 120 ml/hari. Dari 76-78% teh yang

dihasilkan dan dikonsumsi di seluruh dunia adalah teh hitam 20%, teh hijau 22%,

dan sisanya 2% adalah teh Oolong (Lipton Institute of Tea). Teh telah lama

dikenal sebagai minuman yang bercitarasa khas dan berkhasiat bagi kesehatan.

Budaya minum teh telah dimulai sejak tahun 2737 SM di Cina (Syah, 2006).

Sedangkan di Indonesia, teh dikenal sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda

yang bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia (Syah, 2006).

Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Sinensis)

Page 30: feny adriani

Semua teh berasal dari satu jenis pohon, yaitu Camellia sinensis (Syah,

2006). Tanaman teh umumnya tumbuh di daerah pegunungan yang beriklim

sejuk, pada ketinggian lebih dari 200-2300 meter di bawah permukaan laut

(mdpl). Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak cabang, setinggi 4-8 meter.

Bunga teh berwarna putih, dengan serbuk sari berwarna kuning.

2.2.1 Jenis-Jenis Teh

Berdasarkan proses fermentasinya, teh dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, yaitu teh hitam, teh merah, teh hijau, dan teh putih. Teh yang

benar-benar baik, umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang

belum mekar. Teh hitam dihasilkan melalui proses fermentasi sempurna, teh

merah melalui proses semi fermentasi, sedangkan teh hijau diperoleh tanpa proses

fermentasi, demikian juga dengan teh putih (Marie dkk, 2005). Teh hijau diproses

dengan cara khusus. Setelah dipetik, daun teh akan mengalami pengasapan.

Proses ini akan mengeringkan daun teh, namun tidak sampai mengubah warna

daun. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan daun teh tetap terlihat

berwarna hijau muda. Proses ini kemudian terbukti dapat mempertahankan

berbagai kandungan nutrisi, antara lain zat antioksidan polyphenols pada daun teh,

yang lebih besar dibandingkan teh hitam maupun teh merah.

2.2.2 Kandungan Kimia Pada Teh

Teh mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam dalam teh

hitam dan sekitar 230 macam dalam teh hijau. Komponen volatile tersebut

Page 31: feny adriani

berperan dalam memberikan cita rasa yang khas pada teh. Komponen aktif yang

terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun yang nonvolatile yaitu:

Polyphenols, Methylxanthines, Asam amino, Peptida, Komponen organik lain,

Tannic acids, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, ß-carotene, Kalium, Magnesium,

Mangan, Fluor, Zinc, Selenium, Copper, Iron, Kalsium, Caffein (Pambudi, 2009).

Teh kaya akan sumber polifenol, khususnya flavonoid. Flavonoid adalah

phenol yang berasal dari sintesis dalam zat yang berjumlah (0,5%-1,5%) dan jenis

lain (lebih dari 4000 yang teridentifikasi) yang secara luas didistribusikan diantara

tanaman tersebut (McKay et.al, 2002 dan Venables et.al, 2008). Flavonoid yang

paling utama dalam teh hijau adalah catechin, yaitu:

Tabel 2.1

Komponen Utama Catechin Pada Daun Teh Segar Komponen Kadar Catechin (% bk)

Epigallocatechin galat (EGCG) 7-13 Epichatechin galat (ECG) 3-6 Epigallochatechin (EGC) 3-6 Epicatechin (EC) 1-3 Gallocatecin (GC) 1-3

Total 16-30 Sumber: Bokuchava dan Skobelava, 1969; Lunder, 1989; Graham, 1992; Price dan Spitzer, 1993

2.3 Teh Hijau (Green Tea)

2.3.1 Manfaat Teh Hijau

Teh hijau banyak disarankan untuk dikonsumsi karena manfaatnya

berlipat. Pengobatan tradisional China menganjurkan minum teh hijau untuk

mencegah berbagai penyakit atau tubuh terhindar dari permasalahan (Brannon,

2007). Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian terbaru pada manusia yang

menyatakan bahwa teh hijau mungkin ikut menyumbang pencegahan dan

Page 32: feny adriani

mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan bentuk-bentuk kanker, kesehatan

oral, dan fungsi psikologis seperti hipertensi, berat badan, antibakteri, dan lain-

lain (Cabrera et.al, 2006). Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas

Tohoku Jepang pada tahun 2006 dan dicantumkan di Journal of the American

Medical Association menyimpulkan bahwa teh hijau dapat mengurangi angka

kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Beberapa manfaat teh hijau adalah sebagai berikut: sebagai antikanker,

antimikroba dan antibakteri, menurunkan kolesterol dalam darah sehingga

terhindar dari aterosklerosis, meningkatkan kekebalan tubuh (Murase dkk, 2009

dan Triarsari, 2010). Selain itu, teh hijau juga berfungsi sebagai antidiabetes,

mencegah pengembangan bakteri Helicobacter pylori penyebab gastritis,

mendukung pertumbuhan mikroflora di usus dan mengatasi diare, melindungi

fungsi ginjal dengan menekan efek peracunan uremik, mencegah gigi berlubang

dan penyakit gusi, menghilangkan bau mulut (deodorisasi) atau nafas tak sedap,

mencegah osteoporosis, mencegah oksidasi, memperlambat proses terjadinya

katarak, mempunyai sifat “chemoprevention” (mencegah kerusakan sel melalui

proses kimiawi), menghambat kerusakan paru-paru akibat tembakau, memberi

perlindungan terhadap pankreatitis akut, menjaga esofagus tetap sehat, melindungi

lapisan lambung, melindungi daya ingat, melindungi kulit dari serangan radikal

bebas dan kerusakan akibat sinar ultraviolet. Teh hijau berperan dalam kecantikan

(menghambat proses penuaan, langsing dengan minum teh hijau, sebagai

deodoran dan antialergi, serta sebagai bahan campuran kosmetik). (Brannon,

2007)

Page 33: feny adriani

2.3.2 Proses Pengolahan Teh Hijau

Berbeda dengan teh hitam, teh hijau nyaris tak mengalami fermentasi.

Fermentasi di sini adalah proses oksidasi senyawa polyphenol di daun teh, oleh

enzim polyphenol oksidase dibantu oleh oksigen dari udara. Berikut adalah proses

pengolahan teh hijau: (Syah, 2006)

1. Proses Pelayuan

Setelah pucuk dipanen dari kebun, daun teh ditebar dan diaduk-aduk untuk

mengurangi kandungan air. Setelah itu, daun teh dilayukan melalui silinder

panas sekitar 5 menit (sistem panning) atau dilewatkan beberapa saat pada

uap panas bertekanan tinggi (sistem steaming). Proses pelayuan ini bertujuan

untuk mematikan aktivitas enzim sehingga akan menghambat terjadinya

proses fermentasi dan menurunkan kadar air menjadi sekitar 60%-70%.

2. Proses Pendinginan

Bertujuan untuk mendinginkan daun setelah melalui proses pelayuan.

3. Proses Penggilingan Daun

Bertujuan untuk memecah sel-sel daun, sehingga teh yang dihasilkan akan

mempunyai rasa yang lebih sepet.

4. Proses Pengeringan

Proses pengeringan pertama akan menurunkan kadar air menjadi 30%-35%,

dan akan memperpekat cairan sel. Proses ini dilakukan pada suhu sekitar

110°-135°C selama sekitar 30 menit. Proses pengeringan kedua akan

memperbaiki bentuk gulungan daun, suhu yang dipergunakan berkisar antara

Page 34: feny adriani

70°-95°C dengan waktu sekitar 60-90 menit. Produk teh hijau yang

dihasilkan mempunyai kadar air 4%-6%.

5. Proses Sortir

Bertujuan untuk mendapat teh hijau dengan berbagai kualitas mutu, antara

lain: peko (daun pucuk), jikeng (daun bawah/tua), bubuk/kempring (remukan

daun), dan tulang daun.

2.3.3 Kandungan Zat dalam Teh Hijau

Beberapa zat yang terkandung di dalam teh hijau, yaitu: (Syah, 2006)

1. Fluoride

Fluoride tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah pertumbuhan karies

pada gigi, mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.

2. Mangan

Kandungan mangan dapat membantu penguraian gula menjadi energi,

sehingga membantu menjaga kestabilan kadar gula dalam darah.

3. Caffein

Kadar caffein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan caffein yang

terkandung dalam kopi. Pada teh hijau hanya terkandung caffein sebanyak

3%-5%. Caffein berpengaruh positif pada aktivitas mental dan dapat

memperbaiki proses pencernaan makanan dalam lambung.

Page 35: feny adriani

4. Teh hijau juga mengandung vitamin C dosis tinggi dan vitamin lainnya dalam

jumlah sedikit.

Kandungan vitamin dalam teh dapat dikatakan kecil karena selama proses

pembuatannya, teh telah mengalami oksidasi, sehingga menghilangkan

vitamin C. Demikian pula halnya dengan vitamin E yang banyak hilang

selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pembuatan minuman teh. Akan

tetapi, vitamin K terdapat dalam jumlah yang cukup banyak (300-500 IU/g)

sehingga bisa menyumbang kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.

Komposisi senyawa teh hijau dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Teh Hijau

Senyawa Teh Hijau % weight of extract solids

Catechins 30-42 Flavonols 5-10 Other Flavonoids 2-4 Theogallin 2-3 Other Depsides 1 Ascorbic Acid 1-2 Gallic Acid 0.5 Quinic Acid 2 Other Organic Acid 4-5 Theanine 4-6 Other Amino Acids 4-6 Methylxanthines 7-9 Carbohydrates 10-15 Minerals 6-8 Volatiles 0.02

Teh hijau juga mengandung polifenol utama dalam daun teh, yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan, yaitu catechin yang mampu mengurangi risiko

penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel kanker

Page 36: feny adriani

paru-paru, kanker usus, terutama sel kanker kulit (Brannon, 2007). Catechin juga

dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi

peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme

tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan.

Kandungan catechin pada teh hijau tergantung pada bagaimana daun

diproses sebelum pengeringan (sebuah tingkat tertentu dari fermentasi dan

pemanasan daun teh selama proses pembuatan yang menghasilkan polimerasi dari

monopolifenolik seperti catechin). Selain itu, lokasi geografis (tanah, iklim, cara

pertanian, pemupukan), jenis teh hijau (teh bungkus, teh celup, tanpa caffein), dan

persiapan infusi (jumlah produk yang digunakan, waktu, temperatur) juga dapat

mempengaruhi kandungan catechin pada teh hijau (Cabrera et.al, 2006).

Pada daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa

catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28%

Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin

(EC) dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Beecher et.al, 1999). Diantara keempat

komponen tersebut, EGCG merupakan komponen yang paling potensial dan

secara kimia memiliki aktivitas biokimia yang paling kuat. Kemampuan senyawa

catechin sebagai antioksidan telah banyak dibuktikan dengan kekuatan 100 kali

lebih tinggi daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif daripada vitamin E (Syah,

2006). EGCG merupakan cathecin yang terdapat sekitar 10%-50% pada daun teh.

Kebanyakan manfaat positif dari daun teh umumnya berasal dari EGCG yang

terkandung di dalamnya. Berikut adalah komposisi catechins pada teh hijau dapat

dilihat pada Tabel 2.3.

Page 37: feny adriani

Tabel 2.3 Komposisi Catechins Teh Hijau

Catechins Absolut (%) Relatif (%) (+) Gallocatechins (+GC) 1,4 1,6 (-) Epigallocatechins (EGC) 17,57 19,3 (-) Epicatechins (EG) 5,81 6,4 (-) Epigallocatechins Gallate (EGCG) 53,90 59,1 (-) Epicatechins Gallate (EGC) 12,51 13,7

TOTAL 91,23 100 Sumber: Hara, 2001

2.4 Pengaruh Teh Hijau (Catechin) Terhadap Penurunan Berat Badan,

Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh

Meningkatkan proses metabolisme merupakan cara mengontrol berat

badan yang paling utama. Tetapi, kecepatan tubuh membakar kalori tergantung

pada beberapa faktor tertentu. Beberapa orang mewarisi proses metabolisme yang

cepat. Laki-laki cenderung membakar lebih banyak kalori daripada perempuan,

bahkan saat beristirahat. Pada sebagian besar orang, proses metabolisme

melambat secara perlahan-lahan setelah berusia 40 tahun. Walaupun tidak bisa

mengontrol faktor usia, jenis kelamin, atau faktor genetik, masih ada beberapa

cara untuk meningkatkan proses metabolime, salah satunya dengan

mengkonsumsi ekstrak teh hijau (Humas KPDE Media Indonesia, 7 Februari

2009).

Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga

komponen/bahan utamanya, yaitu epigallocatechin gallate (EGCG) Caffein, dan

L-theanine. EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh

kita. Kita dapat membakar lemak hanya dengan duduk dan minum teh. Jadi,

dengan minum teh dapat meningkatkan gelombang otak neurotransmitter dan

Page 38: feny adriani

metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan energi dan menurunkan nafsu atau

selera makan. EGCG dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak

yang pada akhirnya dapat membantu menurunkan berat badan (Murase dkk,

2009). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat

badan. Namun, caffein memiliki efek samping dalam kesehatan, yaitu dapat

meningkatkan gula darah dan insulin. Teh memang mengandung caffein, tetapi

kadar kandungannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kopi. Rahasia yang

ketiga adalah L-theanine, yaitu asam amino yang bekerja untuk menghilangkan

efek berbahaya pada caffein. L-theanine juga dapat mempengaruhi

neurotransmitter pada otak yang dapat mempengaruhi tingkat dopamin and

serotonin yang mengirim sinyal rasa aman pada otak kita. Semakin banyak kita

minum teh, semakin kuat otak kita meyakinkan bahwa kita tidak lapar. Teh tidak

hanya dapat menurunkan berat badan, tetapi juga dapat mengurangi nafsu atau

selera makan untuk tetap dalam kondisi diet. (Cabrera et.al, 2006)

Epigallocatechin gallate (EGCG) adalah senyawa kimia yang biasa

disebut catechin yang termasuk dalam senyawa polifenol. EGCG ini adalah

senyawa oksidan yang dapat mencegah atau merendahkan oksidasi dalam tubuh.

Antioksidan ini juga dapat mencegah dari radikal bebas yang dapat menimbulkan

berbagai penyakit, seperti jantung koroner, kanker, dll (Ukra and Sharyn, 2008).

EGCG dapat membersihkan arteri dan vena yang dapat menyebabkan semakin

bertambahnya masukan O2 dalam darah sehingga akan memberikan lebih banyak

energi. Dengan ketersediaan energi akan membakar lebih banyak lemak dan

menurunkan berat badan. (Ukra and Sharyn, 2008)

Page 39: feny adriani

Caffein adalah salah satu senyawa kimia yang terdapat di lebih dari 60

jenis tanaman, diantaranya, teh, coklat, kopi, dan lain-lain. Makan caffein sama

dengan mengkonsumsi daun karena caffein sangat pahit. Terlalu banyak caffein

dapat merugikan kesehatan tubuh. Namun, caffein tidak selalu berpengaruh buruk,

karena caffein dapat juga menurunkan berat badan dengan cara membakar lemak

dalam tubuh. Sebuah studi yang dikeluarkan oleh American Journal of Clinical

Nutrition, 1999, bahwa dengan mengkonsumsi caffein dapat menjaga

keseimbangan energi dan meningkatkan thermogenesis dalam treatment kelebihan

berat badan. Selain itu, dengan mengkonsumsi teh hijau juga dapat meningkatkan

pembakaran kalori dan memacu penurunan berat badan tanpa meningkatkan detak

jantung (Gilbert, 2006). Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu

banyak maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap

penurunan berat badan. Standar penggunaan caffein yang dapat digunakan untuk

mengurangi berat badan adalah 150 mg (Lipton Institute of Tea).

L-theanine hanya terdapat pada jamur dan teh jenis Camellia sinensis. L-

theanine adalah asam amino yang berasal dari 1-2% daun teh kering. Caffein yang

terkandung di dalamnya hanya 0.5%. L-theanine dapat meningkatkan gelombang

otak alpha, dimana terdapat 4 macam gelombang dalam otak kita, yaitu alpha,

beta, delta, dan tetha. Gelombang otak alpha adalah saraf elektrik yang

menghubungkan antara mental dan mood yang dominan yaitu memberikan rasa

nyaman dan relax akibat konsumsi caffein yang dapat menimbulkan gelombang

otak beta yang dapat menimbulkan stres dan lelah. (Ukra and Sharyn, 2008)

Page 40: feny adriani

2.5 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Proses Penurunan Berat Badan

Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa dengan

mengkonsumsi teh hijau akan bermanfaat dalam distribusi berat badan dan kadar

lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008 dan Lee, 2009). Teh hijau dapat membantu

mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang berakibat

pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang termasuk dalam

senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi caffein dan

catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2 jam.

Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar kalori

dan mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah minum teh

hijau dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari. (Paramitha,

2007)

Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and Human

Nutrition of Iowa State University (ISU) di Ames Iowa, Amerika Serikat,

kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan

berat badan adalah 316 mg/hari. Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S di

dalam The American Journal of Clinical Nutrition, kandungan EGCG yang

dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270

mg/hari dan jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150 mg/hari. Sedangkan

berdasarkan Tomonori Nagao et all dalam Journal American Society for Clinical

Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition Science News,

kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan

berat badan adalah 690 mg/hari. Studi tersebut dalam 12 minggu/ 3 bulan

Page 41: feny adriani

menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh hijau dapat mengurangi berat

badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh tanpa mengurangi atau

mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya. Dengan 690 mg/hari catechin

selama 12 minggu, dapat mengurangi total berat badan ±3 kg, mengurangi lingkar

pinggang hingga ±3,3 cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh ±1,5 kg

(Gilbert, 2006). Dari beberapa penelitian tersebut, dosis EGCG yang lebih rendah

memiliki keefektifan yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam

penurunan berat badan. Namun, dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan

waktu yang lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.

Sumber: Murase dkk, 2009

Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan

Cathecin dengan Gallocatechin Moiety/

Residu Galloyl

Meningkatkan AMPK alpha, Fosforilasi ACC, dan kinerja AMPK alpha

Meningkatkan oksidasi lemak dan Menghambat

penimbunan lemak

Menurunkan berat badan

Meningkatkan kebutuhan Oksigen

Page 42: feny adriani

2.6 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Meningkatkan Oksidasi Lemak

dan Menghambat Penimbunan Lemak

Catechin dalam teh hijau dapat mendorong berbagai tindakan biologis,

termasuk anti-kanker, anti-obesitas, efek anti-diabetes, dan aplikasi klinis lainnya.

Berdasarkan penelitian Murase T, dkk di dalam Journal Biochem Parmachol

(2009), memperjelas adanya mekanisme molekuler dengan menguji pengaruh

katekin pada AMP-protein kinase teraktivasi (AMPK) pada sel kultur tikus.

Dalam Hepa 1-6, L6 dan sel 3T3-L1, epigallocatechin gallate (EGCG)

menyebabkan peningkatan AMPKalpha, karboksilase asetil-KoA (ACC)

fosforilasi, dan aktivitas AMPKalpha. Analisis kekhususan molekul catechin

alami mengungkapkan bahwa catechin dengan bagian gallocatechin, bertindak

sebagai residu galloyl sebagai aktivator AMPK. Selain itu, fosforilasi LKB1 yang

merupakan protein penekan tumor dan AMPK kinase, meningkat sebesar

perlakuan katekin. EGCG sebagai penyebab fosforilasi AMPKalpha LKB1 dan

ditindas oleh perlakuan katalase, menunjukkan bahwa Reactive Oxygen Species

(ROS) terlibat dalam EGCG aktivasi yang diinduksi dari jalur LKB1/AMPK.

EGCG oral (200 mg/kg berat badan) untuk mencit BALB/c yang

diinduksi peningkatan aktivitas AMPKalpha dalam hati bersamaan dengan

peningkatan yang signifikan dalam AMPKalpha dan fosforilasi ACC. Penggunaan

EGCG juga meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak, sebagaimana

ditentukan oleh kalorimetri langsung. Temuan ini menunjukkan bahwa efek

berganda dari catechin, termasuk anti-obesitas dan efek anti-kanker yang

Page 43: feny adriani

dimediasi setidaknya sebagian oleh aktivasi LKB1/AMPK di berbagai jaringan,

dan bahwa efek ini berbeda-beda sesuai dengan struktur katekin yang digunakan.

Sedangkan berdasarkan penelitian Moon HS, dkk di dalam Journal

Obesity (2007), paparan EGCG selama periode awal adipogenesis (7 hari) sudah

cukup untuk mencegah akumulasi lipid. Selama periode ini, EGCG dapat

menurunkan protein penanda adipocyte reseptor proliferator, mengaktifkan

receptor gamma2 (PPARgamma2) dan LXR-alpha. Selanjutnya, EGCG signifikan

diinduksi dari generasi Reactive Oxygen Species (ROS), yang menyebabkan

aktivasi AMPK, dan efek-efek ini telah dieliminasi oleh pengobatan N-

acetylcysteine (NAC). EGCG juga meningkatkan fosforilasi tirosin reseptor INS

dan INS-1 dengan peningkatan waktu inkubasi, menunjukkan bahwa EGCG tidak

berpengaruh pada lipolisis. Penelitian Moon HS dkk juga menunjukkan bahwa

EGCG dapat menurunkan viabilitas sel dan menghambat diferensiasi sel 3T3-L1

dengan cara bergantung pada lamanya pengobatan. Selain itu, menunjukkan

bahwa adanya adipocyte dibedakan oleh EGCG yang diperkirakan berhubungan

dengan penurunan aktivitas GPDH yang disertai dengan adanya aktivitas

PPARgamma2-induced transcriptional yang kuat. Lebih lanjut lagi, adanya

pembedaan adipocyte oleh EGCG melibatkan generasi dari ROS dan pengaktifan

AMPK.

2.7 Tubuh Sehat Ideal

Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai

apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standar normal atau ideal.

Page 44: feny adriani

Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat

badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh

(IMT) sebagai berikut: (PUGS, 2003; Foster, 2003; dan Azwar, 2004)

BB (kg) IMT = -----------------

TB x TB (m)

Index Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah suatu alat

bantu untuk mengetahui status gizi seseorang. Index Massa Tubuh tersedia dalam

kriteria Asia Pasifik dan WHO. Terdapat perbedaan kategori dalam kriteria Asia

Pasifik dan WHO. Kriteria Asia Pasifik diperuntukkan untuk orang-orang yang

berdomisili di daerah Asia, karena Index Massa Tubuhnya lebih kecil sekitar 2-3

kg/m2 dibanding orang Afrika, orang Eropa, orang Amerika, ataupun orang

Australia. Adapun klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan kriteria

Asia Pasific dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI

Kategori BMI (kg/m2) Kekurangan berat badan < 18,5 Normal 18,5 - < 23 Kelebihan berat badan 23 - < 25 Obesitas Kelas I 25 - < 30 Obesitas Kelas II ≥ 30

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg

58 IMT = ---------------- = 22,37 (normal)

1,61 x 1,61

Page 45: feny adriani

IMT normal pada wanita antara 18,5-23. Seorang wanita dikatakan kurus

bila IMT nya < 18 dan kegemukan/ kelebihan berat badan apabila IMT nya > 23.

Bila IMT > 25, orang tersebut menderita obesitas (Kriteria IMT Asia Pasific).

Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit kronis,

seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol, dan kelainan metabolisme

lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium (Foster,

2003 dan Azwar, 2004). Pengobatan akan berdampak penting pada pemanfaatan

sumber daya medis, biaya perawatan kesehatan, dan kualitas hidup pasien karena

kelebihan berat badan ini dapat meningkatkan kematian dini (Foster, 2003 dan

Strychar, 2006). Untuk mengetahui berat badan ideal dapat menggunakan rumus

Brocca sebagai berikut (Azwar, 2004):

BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)

Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah

kegemukan/obesitas ringan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas berat.

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg

BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100)

= 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)

Jadi, BB 58 kg masih dalam batas normal karena < 10%.

Sedangkan lingkar pinggang berfungsi sebagai klinis proxy untuk

computed tomography dan resonansi magnetik pencitraan penilaian

intraabdominal jaringan adiposa. Batas distribusi lemak tubuh didefinisikan

sebagai lingkar pinggang 35 inci (90 cm) atau lebih untuk wanita dan 40 inci (102

cm) atau lebih pada pria. Seseorang dengan lingkar pinggang di atas batas tersebut

Page 46: feny adriani

juga dapat menimbulkan faktor negatif, seperti risiko yang disebabkan oleh BMI

sendiri yang sudah sangat signifikan. Pengukuran lingkar pinggang terbaik adalah

di sekitar perut di tingkat krista iliaka (Foster, 2003).

2.8 Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Proses Penuaan

Faktor yang mempengaruhi proses penuaan dikelompokkan menjadi

faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa radikal bebas, hormon yang

berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun,

dan gen. Sedangkan faktor eksternal berupa gaya hidup yang tidak sehat, diet

tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan. Berbagai

faktor tersebut yang menyebabkan proses penuaan, sehingga menjadi orang tua,

pesakitan, dan akhirnya meninggal. Namun, proses penuaan dapat dicegah,

diperlambat, atau dihambat, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan.

(Pangkahila, 2007)

Kelebihan berat badan terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, diet

tidak sehat, konsumsi berlebihan lemak, stres fisik dan emosional, dan lain-lain.

Hal inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan tubuh.

Kerusakan tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Beban

tubuh yang berlebihan akibat kelebihan berat badan, dapat membuat kerusakan sel

lebih cepat. Sistem pemeliharaan dan perbaikan tubuh tidak mampu melakukan

kompensasi terhadap pengaruh penggunaan dan kerusakan berlebihan, sehingga

hal tersebut dapat mempercepat terjadinya proses penuaan. (Pangkahila, 2007)

Page 47: feny adriani

2.9 Hubungan Teh Hijau (Green Tea) dengan Anti Aging

Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan

antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat membantu

kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi

cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu

dalam proses penurunan berat badan. Selain dapat membantu dalam proses

penurunan berat badan, teh hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu

menghambat proses penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya

(Brannon, 2007).

Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap

radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai

sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses

tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan

radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan “mengorbankan

dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau

asam amino penyusun kolagen dan elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang

terkandung di dalam teh hijau dapat menghambat proses penuaan.

Page 48: feny adriani

Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea Dengan Anti Aging

Catechin dalam Teh Hijau

Antioksidan

Menangkal radikal bebas

Memperlancar proses pencernaan

makanan dan metabolisme tubuh

Menghambat proses penuaan

Menurunkan berat badan

Page 49: feny adriani

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Teh hijau disinyalir dapat membantu proses penurunan berat badan,

lingkar perut, dan persentase lemak tubuh. Kandungan teh hijau yang berkhasiat

dalam proses penurunan berat badan adalah catechin. Catechin ini merupakan

salah satu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh. Catechin

bekerja dengan cara menginhibisi Cahechol-O-methyltranferase (COMt) yang

dapat meningkatkan konsentrasi norepinephrine. Peningkatan konsentrasi

norepinephrine tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan thermogenesis dan

oksidasi lemak yang pada akhirnya dapat menurunkan berat badan, lingkar perut,

dan persentase lemak tubuh.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

29

Faktor Internal: - Jenis Kelamin - Usia - Genetik - Hormon - Psikologis

Faktor Eksternal: Makanan Cuaca/Iklim Penyakit Bahan Kimia &

Obat-obatan

- Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh

Teh Hijau + Exercise

Page 50: feny adriani

3.2 Hipotesis Penelitian

1. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita

kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola

makan biasa.

2. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita

kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola

makan biasa.

3. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada

wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan

pola makan biasa.

Page 51: feny adriani

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi eksperimental klinis dengan pre-post test

control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi kelompok Perlakuan

(P) dan kelompok Kontrol (K). Kelompok perlakuan (P) diberikan ekstrak teh

hijau yang terstandarisasi mengandung catecins 30%, sedangkan kelompok

kontrol (K) diberikan plasebo.

Gambar 4.1. Desain Penelitian

O1 : Pengamatan kelompok kontrol pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) O2 : Pengamatan kelompok kontrol setelah 8 minggu (OR + pola makan biasa

+ placebo) O3 : Pengamatan kelompok perlakuan pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) O4 : Pengamatan kelompok perlakuan setelah 8 minggu (OR + pola makan

biasa + ekstrak the hijau) Po : Kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo) Pi : Kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau yang

mengandung Epigallocathecin gallate (EGCG) sebanyak 690 mg/hari)

Populasi

O1

O3

Sampel

Random Alokasi

O2

O4

Po

Pi

31

Page 52: feny adriani

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sanggar Senam Pekalongan pada bulan

September 2010. Alasan dipilihnya lokasi sanggar senam karena populasi di

sanggar senam bersifat homogen, yaitu memiliki pola hidup terkontrol dan gemar

berolahraga. Olahraga ini dilakukan 3x/minggu selama 8 minggu. Tiap pertemuan

dilakukan selama 1 jam, dimana 1 jam olahraga senam dapat membakar ±300

kalori.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan

karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2008). Populasi penelitian ini dibagi menjadi

dua, yaitu populasi target dan populasi terjangkau.

1. Populasi target dalam penelitian ini adalah wanita sehat usia 30-40 tahun.

2. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah wanita kelebihan berat badan.

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pocock (2006).

Adapun besar sampel tiap kelompok minimal adalah:

n = 2 x f (.)

(µ1- µ2)2

= 2 x (3,45)2 x 10,5

(70-64)2

= 6,94 + 10%

= 7,63

Page 53: feny adriani

Keterangan:

= Standar deviasi kelompok kontrol

µ1 = Rerata/mean berat badan kelompok kontrol yang diberi placebo

µ2 = Rerata/mean berat badan kelompok perlakuan yang diberi teh hijau

Berdasarkan rumus di atas didapatkan sampel sebesar 7,63 wanita usia 30-40

tahun. Untuk mengantisipasi eksklusi subjek penelitian ditingkatkan menjadi 8

sampel untuk masing-masing kelompok, yaitu:

Kelompok Kontrol (K) : 8 sampel

Kelompok Perlakuan (P) : 8 sampel

Subjek tersebut harus memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

- Wanita kelebihan berat badan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25

kg/m2. Hal tersebut dipilih karena semakin tinggi IMT-nya, akan

semakin tinggi tingkat elastisitas tubuhnya.

- Usia dewasa 30-40 tahun. Dipilih usia 30-40 tahun karena pada umur

tersebut memiliki hormon yang kurang lebih sama, sehingga pengguna

ekstrak teh hijau dapat bekerja dengan seimbang.

b. Kriteria eksklusi

- Wanita penderita DM tipe 2, hiper/hipo thyroid & Penyakit Jantung

Koroner (PJK).

- Wanita hamil.

Page 54: feny adriani

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian yang akan diukur adalah proses penurunan berat

badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh pada wanita dewasa usia 30-40

tahun.

4.4.2 Klasifikasi Variabel

1. Variabel bebas : ekstrak teh hijau yang mengandung EGCG 390 mg/hari

2. Variabel tergantung : penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase

lemak tubuh

3. Variabel kendali : wanita kelebihan berat badan, latihan fisik/ exercise

pola makan biasa

4.4.3 Definisi Operasional Penelitian

Adapun definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak yang terbuat dari teh hijau yang mengandung

Epigallocathecin gallate (EGCG) 30%, dalam sediaan serbuk yang dikemas

dalam bentuk kapsul. Ekstrak dibuat di Lab Pusat Pengembangan Tanaman

Herbal, Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro Semarang.

2. Berat badan, diukur dengan timbangan berat badan standar yang ditera

dengan ketepatan 10-2 kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan

stapedometer dengan ketepatan 10-1 cm.

Page 55: feny adriani

3. Lingkar perut diukur setinggi pusat, bidang horisontal. Untuk mengetahui

lingkar perut, diukur dengan meteran flexibel dengan ketepatan 10-1 cm.

4. Persentase lemak tubuh, ditentukan dengan pengukuran ketebalan lemak

subkutan (skinfold), menggunakan jangka skinfold dengan ketepatan 10-1 cm.

5. Pola makan biasa adalah pola makan yang tidak diatur dan sesuai dengan pola

makan sehari-hari.

4.5 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Stapedometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan.

2. Alat timbang Tanita model TBF 100 untuk mengukur berat badan.

3. Pengukuran menggunakan rumus Body Mass Index (BMI) atau IMT untuk

mengetahui persentase lemak tubuh.

4. Alat ukur sentimeter untuk mengukur lingkar pinggang. Lingkar pinggang

diukur ketika subjek berdiri, yang diukur setinggi pusat, bidang horisontal.

5. Persentase lemak tubuh diukur dengan rumus triceps supra iliaca. Rumus

untuk mengukur persentasi lemak tubuh untuk wanita (Lean et.al, 1996).

Body Fat = 0.439 . waist (cm) + 0.221 . age (y) – 9,4

Bahan yang digunakan adalah ekstrak teh hijau yang mengandung 30%

Cathecins untuk kelompok perlakuan (P), serta placebo untuk kelompok kontrol

(K).

Page 56: feny adriani

4.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada wanita kelebihan berat badan, usia 30-40

tahun yang dibagi dalam dua kelompok penelitian (Gambar 4.2).

Gambar 4.2. Alur Penelitian

Pada kelompok pertama merupakan kelompok perlakuan (P) diberi

ekstrak teh hijau yang mengandung catechins 30% dalam bentuk kapsul 3x/hari

(pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan exercise. Sedangkan

pada kelompok kedua merupakan kelompok kontrol (K) diberi placebo yang

diberikan 3x/hari (pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan

exercise. Pada kedua kelompok ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan waktu, yaitu

Wanita Overweight (IMT 23-25 kg/m2),

exercise, pola makan biasa

Pre Test (pengukuran awal 0 bulan)

- Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh

Teh Hijau

Post Test (pengukuran setelah 8 minggu) - Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh

Pre Test (pengukuran awal 0 bulan)

- Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh

Placebo

Post Test (pengukuran setelah 8 minggu) - Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol

Page 57: feny adriani

0 minggu (pertama kali pengukuran berat badan, lingkar perut, dan persentase

lemak tubuh), 4 minggu, dan 8 minggu. Penelitian ini akan membuktikan tingkat

keefektifan ekstrak teh hijau yang mengandung catechins dalam proses penurunan

berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan

berat badan.

4.7 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut (Dahlan, 2008):

1. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji

hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis

deskriptif dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan

uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi data.

2. Uji normalitas data

Uji normalitas data dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) Menilai distribusi

data secara deskriptif dengan uji T-Paired (menghitungkoefisien varians,

rasio skewness, rasio kurtosis, dan melihat histogram, Q-Q plot, detrended

normal Q-Q, serta melihat boxplot dari data-data yang sudah di entry di

program SPSS; (2) Menilai distribusi data secara analitis degan uji Shapiro-

Wilk.

3. Uji homogenitas

Setelah dilakukan uji normalitas data, kemudian dilakukan uji homogenitas

menggunakan uji Levene’s test.

Page 58: feny adriani

4. Uji komparabilitas

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata umur, tinggi

badan, lemak tubuh, dan lingkar perut antar kelompok sebelum diberikan

perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari.

Uji komparabilitas ini menggunakan uji t-independent test dengan

menggunakan program SPSS.

5. Uji efek perlakuan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan selisih antara sebelum dengan

sesudah perlakuan (penurunan berat badan) antar kelompok sesudah

diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690

mg/hari. Uji efek perlakuan ini menggunakan uji t-independent test dengan

menggunakan program SPSS.

Page 59: feny adriani

BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 16 orang sebagai sampel, 8

orang diantaranya sebagai kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo)

dan 8 orang sebagai kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh

hijau 690 mg/hari). Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji

homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1 Uji Normalitas Data

Data berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut diuji

normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan

bahwa data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan

Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek n P Keterangan

Berat badan Pre plasebo BB Pre perlakuan Persentase lemak tubuh pre plasebo Persentase Lemak Tubuh pre perlakuan Lingkar Perut Pre plasebo Lingkar Perut Pre perlakuan Berat badan post plasebo Berat Badan post perlakuan Persentase Lemak Tubuh post plasebo Persentase Lemak post perlakuan lingkar Perut post plasebo Lingkar Perut post perlakuan

8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8

0,556 0,462 0,076 0,545 0,137 0,677 0,539 0,858 0,051 0,321 0,792 0,297

Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

39

Page 60: feny adriani

5.2 Uji Homogenitas

Data berat badan pre, lemak tubuh pre, lingkar perut pre, berat badan

post, lemak tubuh post, dan lingkar perut post antara plasebo dengan kelompok

ekstrak teh hijau diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test.

Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Uji Homogenitas Data Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan

Lingkar Perut antar Kelompok Kelompok Subjek F P Keterangan

Berat badan pre Persentase Lemak Tubuh pre Lingkar Perut pre Berat badan post Persentase Lemak Tubuh post Lingkar Perut post

0,015 1,271 0,804 4,706 0,100 1,081

0,904 0,278 0,385 0,068 0,757 0,316

Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

5.3 Uji Komparabilitas

5.3.1 Berat Badan Sebelum Perlakuan

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata berat badan

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan

uji t-independent test disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Rerata Berat Badan antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek N Rerata Berat Badan (kg) SB T P

Plasebo Ekstrak teh hijau

8 8

65,80

66,38

5,01

4,15

-0,250 0,806

Page 61: feny adriani

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan kelompok

kontrol adalah 65,805,01 kg, rerata kelompok perlakuan adalah 66,384,15 kg.

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -

0,250 dan nilai p = 0,806. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum

diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara bermakna

(p>0,05).

5.3.2 Lemak Tubuh Sebelum Perlakuan

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata lemak tubuh

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa +

ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent

test disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Rerata Lemak Tubuh antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek N Rerata Lemak Tubuh (%) SB t P

Plasebo Ekstrak teh hijau

8 8

34,16

34,43

0,45

0,98

-0,690 0,502

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata lemak tubuh kelompok

kontrol adalah 34,160,45, rerata kelompok perlakuan adalah 34,430,98.

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -

0,690 dan nilai p = 0,502. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum

Page 62: feny adriani

diberikan perlakuan, rerata lemak tubuhnya tidak berbeda secara bermakna

(p>0,05).

5.3.3 Lingkar Perut Sebelum Perlakuan

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata lingkar perut

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa OR + pola makan seimbang

+ ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-

independent test disajikan pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Rerata Lingkar Perut antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

Kelompok Subjek N Rerata Lingkar Perut (cm) SB T P

Plasebo Ekstrak teh hijau

8

8

88,06

88,63

3,75

5,69

-0,233 0,819

Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata lingkar perut kelompok

kontrol adalah 88,063,75 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 88,635,69 cm.

Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -

0,233 dan nilai p = 0,819. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum

diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya tidak berbeda secara bermakna

(p>0,05).

Page 63: feny adriani

5.4 Analisis Efek Perlakuan

5.4.1 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Berat Badan

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan berat badan sesudah perlakuan

antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan

pada Tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Rerata Berat Badan Sesudah Perlakuan antar Kelompok

Kelompok Subjek n Rerata Berat Badan (kg) SB t P

Plasebo Ekstrak teh hijau

8 8

64,91

62,08

2,88

0,80

2,69 0,018

Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan berat badan

kelompok kontrol adalah 64,912,88 kg, rerata kelompok perlakuan adalah

62,080,80 kg. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan

bahwa nilai t = 2,69 dan nilai p = 0,018. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan perlakuan, rerata berat badannya berbeda secara bermakna

(p<0,05).

Page 64: feny adriani

Gambar 5.1 Grafik Berat Badan Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar kelompok

5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lemak Tubuh

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan lemak tubuh sesudah diberikan

perlakuan antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test

disajikan pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Rerata Penurunan Lemak Tubuh antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata Lemak Tubuh (%) SB T P

Plasebo Ekstrak teh hijau

8 8

33,96

32,43

0,52

0,79

3,61 0,005

Page 65: feny adriani

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan lemak tubuh

kelompok kontrol adalah 33,960,52, rerata kelompok perlakuan adalah

32,430,79. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan

bahwa nilai t = 3,61 dan nilai p = 0,005. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan perlakuan, rerata lemak tubuhnya berbeda secara bermakna

(p<0,05).

Gambar 5.2 Grafik Lemak Tubuh Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar Kelompok

5.4.3 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lingkar Perut

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan lingkar perut sesudah diberikan

perlakuan antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test

disajikan pada Tabel 5.8 berikut.

Page 66: feny adriani

Tabel 5.8 Rerata Penurunan Lingkar Perut antar Kelompok Sesudah Diberikan

Perlakuan

Kelompok Subjek n Rerata Lingkar Perut (cm) SB t P

Plasebo ekstrak teh hijau

8 8

87,94

83,09

2,69

3,72

2,99 0,010

Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan lingkar perut

kelompok kontrol adalah 87,942,69 cm, rerata kelompok perlakuan adalah

83,093,72 cm. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan

bahwa nilai t = 2,99 dan nilai p = 0,010. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok

sesudah diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya berbeda secara bermakna

(p<0,05).

Gambar 5.3 Grafik Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar

Kelompok

Page 67: feny adriani

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Subjek Penelitian

Untuk menguji pemberian OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau

690 mg/hari terhadap penurunan berat badan, lemak tubuh, dan lingkar perut,

maka dilakukan penelitian pada wanita kelebihan berat badan.

Sebagai sampel digunakan wanita usia 30-40 tahun, tidak mempunyai

riwayat menderita DM tipe 2, hiper/hipo thyroid, dan Penyakit Jantung Koroner

(PJK), tidak dalam keadaan hamil. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian

ini berjumlah 16 orang, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (OR +

pola makan biasa + plasebo) dan kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa +

ekstrak teh hijau 690 mg/hari 4 mg). Penelitian dilakukan selama 8 minggu.

6.2 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau Terhadap Penurunan Berat badan,

Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut

Sebelum dilakukan uji inferensial terhadap data berat badan sebelum

perlakuan, persentase lemak tubuh sebelum perlakuan, lingkar perut sebelum

perlakuan, berat badan sesudah perlakuan, persentase lemak tubuh sesudah

perlakuan, dan lingkar perut sesudah perlakuan antara kelompok kontrol dengan

kelompok perlakuan, terlebih dahulu data diuji normalitasnya dengan uji Shapiro

Wilk dan homogenitas antar kelompok dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil

47

Page 68: feny adriani

analisis yang disajikan pada Tabel 5.1 (uji normalitas data) dan Tabel 5.2 (uji

homogenitas antar kelompok), data berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).

Analisis komparabilitas sebelum diberikan perlakuan (pre test) dengan

OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari antara kedua kelompok

pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut digunakan

uji t-independent. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata berat badan

kelompok kontrol adalah 65,805,01 kg, rerata kelompok perlakuan adalah

66,384,15 kg. Dengan uji t-independent test didapatkan bahwa kedua kelompok

sebelum diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara

bermakna (p > 0,05). Demikian juga pada persentase lemak tubuh, didapatkan

bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata persentase lemak

tubuhnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), dengan rerata persentase

lemak tubuh kelompok kontrol adalah 34,160,45, rerata kelompok perlakuan

adalah 34,430,98. Pada variabel lingkar perut juga didapatkan bahwa kedua

kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya tidak berbeda

secara bermakna (p > 0,05), dengan rerata lingkar perut kelompok kontrol adalah

88,063,75 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 88,635,69 cm. Hal ini

menunjukkan bahwa baik pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh,

maupun lingkar perut sebelum diberikan perlakuan adalah sama.

Analisis efek perlakuan sesudah diberikan perlakuan (post test) dengan

OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari antara kedua kelompok

pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut digunakan

uji t-independent. Dalam analisis ini dibandingkan penurunan pada masing-

Page 69: feny adriani

masing nilai variabel, yaitu penurunan berat badan, penurunan persentase lemak

tubuh, dan penurunan lingkar perut. Analisis penurunan dilakukan dengan

menentukan selisih antara nilai sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan

selama 8 minggu. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata berat badan

sesudah perlakuan kelompok kontrol adalah 64,912,88 kg, rerata kelompok

perlakuan adalah 62,080,80 kg. Dengan uji t-independent test didapatkan bahwa

kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa +

ekstrak teh hijau 690 mg/hari, rerata berat badannya menurun secara bermakna (p

< 0,05). Demikian juga pada persentase lemak tubuh, didapatkan bahwa kedua

kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak

teh hijau 690 mg/hari, rerata persentase lemak tubuhnya berbeda secara bermakna

(p < 0,05), dengan rerata persentase lemak tubuh kelompok kontrol adalah

33,960,52, rerata kelompok perlakuan adalah 32,430,79. Demikian juga pada

variabel lingkar perut didapatkan bahwa kedua kelompok sesudah diberikan

perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, rerata

lingkar perutnya berbeda secara bermakna (p < 0,05), dengan rerata lingkar perut

kelompok kontrol adalah 87,942,69 cm, rerata kelompok perlakuan adalah

83,093,72 cm. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada variabel berat badan,

persentase lemak tubuh, maupun pada lingkar perut sesudah diberikan perlakuan

terjadi penurunan yang bermakna. Hal ini didukung oleh hasil penelitiannya

Nagao et.al (2005) yang menyatakan bahwa teh hijau memiliki peranan yang

dapat membantu menurunkan berat badan. Bahkan di Cina teh telah dipakai

sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu, dan sekarang teh

Page 70: feny adriani

merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air

(Weisburger, 1999). Hal itu disebabkan karena Teh hijau memiliki kandungan

polifenol yang cukup besar, yaitu catechin. Kandungan catechin pada Teh hijau

adalah 30-42% dari ekstrak padat Teh hijau, konsentrasinya tergantung pada cara

pengolahan daun teh, letak geografis, cara pengambilan ekstrak, dan jenis daun

teh (Cabrera et.al, 2006). Sedangkan daun teh hijau kering memiliki kandungan

15-30% senyawa catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate

(EGCG), 19,28% Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG),

6,39% Epicatechin (EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al, 2006).

EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan merupakan

bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki efek

biologi yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Teh hijau

dapat menurunkan berat badan karena ada tiga komponen atau bahan utamanya

yang menjadi peran utama, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan

L-theanine (Beecher et.al, 1999). Telah diketahui juga bahwa EGCG merupakan

antioksidan yang dapat menstimulasi metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn,

2008). EGCG ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara meningkatkan

oksidasi lemak tubuh (Nagao et.al, 2005). Caffein yang ada dalam teh hijau

merupakan stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Perlu

juga diketahui bahwa dosis caffein harus tepat, hal ini sesuai dengan pernyataan

Lee and Nagao (2009) bahwa penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu

banyak (300 mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-

apa terhadap penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh catechin

Page 71: feny adriani

diduga akan lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang (Maron et.al

2003, Kovacs et.al 2004, Diepvens et.al 2005). Selain caffein, terdapat juga L-

theanine yang merupakan asam amino yang bekerja untuk menghilangkan efek

berbahaya pada caffein (Lee and Nagao, 2009).

Catechin (EGCG) dari teh hijau ini, pada beberapa penelitian diketahui

memiliki efek dapat menurunkan berat badan dan kadar lemak tubuh setelah

dikonsumsi dalam jangka panjang sekitar 12 minggu (waktu 12 minggu dilakukan

agar dapat diketahui secara pasti penurunan berat badan yang terjadi)

mengkonsumsi teh hijau yang mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam

bentuk ekstrak teh hijau maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001,

Tsuchida 2001, Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao

et.al 2005, Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga

diyakini dapat memperkecil lingkar perut dan mengurangi persentase lemak

dalam tubuh.

6.3 Beberapa Penelitian Tentang Teh hijau Dalam Proses Penurunan Berat

Badan

Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa dengan

mengkonsumsi teh hijau akan bermanfaat dalam distribusi berat badan dan

persentase lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008 dan Lee, 2009). Teh hijau dapat

membantu mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang

berakibat pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang

termasuk dalam senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi

Page 72: feny adriani

caffein dan catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2

jam. Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar

kalori dan mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah

minum teh hijau dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari.

(Paramitha, 2007). Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and

Human Nutrition of Iowa State University (ISU) di Ames Iowa, Amerika Serikat,

kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan

berat badan adalah 316 mg/hari. Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S di

dalam The American Journal of Clinical Nutrition, kandungan EGCG yang

dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270

mg/hari dan jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150 mg/hari. Sedangkan

berdasarkan Tomonori Nagao et all dalam Journal American Society for Clinical

Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition Science News,

kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan

berat badan adalah 690 mg/hari. Studi tersebut dalam 12 minggu/3 bulan

menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh hijau dapat mengurangi berat

badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh tanpa mengurangi atau

mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya. Dengan 690 mg/hari catechin

selama 12 minggu, dapat mengurangi total berat badan ±3 kg, mengurangi lingkar

perut hingga ±3,3 cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh ±1,5 kg (Gilbert,

2006). Dari beberapa penelitian tersebut, dosis EGCG yang lebih rendah memiliki

keefektifan yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam penurunan

Page 73: feny adriani

berat badan. Namun, dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan waktu yang

lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.

6.4 Peranan Ekstrak Teh Hijau dalam Anti Aging Medicine

Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan

antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat membantu

kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi

cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu

dalam proses penurunan berat badan. Selain dapat membantu dalam proses

penurunan berat badan, teh hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu

menghambat proses penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya

(Brannon, 2007).

Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap

radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai

sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses

tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan

radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan “mengorbankan

dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau

asam amino penyusun kolagen dan elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang

terkandung di dalam teh hijau dapat menghambat proses penuaan.

Page 74: feny adriani

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemberian OR + pola makan biasa + ekstrak

teh hijau 690 mg/hari pada wanita overweight didapatkan simpulan sebagai

berikut:

1. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita

kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola

makan biasa sebesar 6,48%.

2. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita

kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola

makan biasa sebesar 5,80%.

3. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada

wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan

pola makan biasa sebesar 6,25%.

7.2 Saran

Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

1. Disarankan untuk mengkonsumsi ekstrak teh hijau 690 mg/hari, karena

kombinasi OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau dapat menurunkan

berat badan dan persentase lemak tubuh.

54

Page 75: feny adriani

7.3 Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah pola makan biasa/ pola makan

tidak teratur. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan agar penurunan

berat badan yang terjadi murni disebabkan karena ekstrak green tea dan latihan

fisik/ exercise.

Page 76: feny adriani

DAFTAR PUSTAKA Almajwal A, Williams P, and Batterham M. 2009. “Current Dietetic Practices of

Obesity Management in Saudi Arabia and Comparison with Australian Practices and Best Practice Criteria.” Journal Compilation, Dietitians Association of Australia, Vol.66, p.94-100.

Azwar. 2004. “Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan.” In: Seminar Kesehatan

Obesitas. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI.

Beecher GR, Warden AB, and Merken HM. 1999. “Analysis of Tea Polyphenols.”

Journal of P.S.E.B.M, p.220. Brannon. 2007. “Green Tea: New Benefit from an Old Favorite?.” Nutrition

Dimension Inc, p.1-6. Cabrera, Artacho R, and Gimenez R. 2006. “Beneficial Effects of Green Tea – A

Review.” Journal of the American College of Nutrition, Vol.25, No.2, p.79-99.

Dahlan, Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan (Deskripsi,

Bivariat, dan Multivariat, dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS). Jakarta: Salemba Medika.

Dullo. 2004. “Green Tea: Beneficial Effects”. Journal of The American College of

Nutrition, Vol.25, No.2, p.89. Foster. 2003. “Principles and Practices in the Management of Obesity.” ATS

Journals, Vol.168, p.274-280. Gilbert. 2006. “Nutrition Science News: Supplements for Weight Loss”. The

Natural Foods Merchandiser, p. 42-44. Goldberg. 1994. Functional Food, Designer Food, Pharma Food,

Neutraceuticals. New York: Chapman and Hall. Hardani. 2002. “Pola Makan Sehat.” In: Mengawal Kesehatan Keluarga Melalui

Pemilihan dan Pengolahan Pangan yang Tepat. Seminar Online Kharisma ke-2: Kharisma Women and Edication.

Humas KPDE. Media Indonesia, 7 Februari 2009.

56

Page 77: feny adriani

Irawan. 2007. “Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga.” Journal Sports Science Brief, Vol.01, No.07, p.1-9.

Lean, Thang S. Han, and Paul Deurenberg. 1996. “Predicting Body Composition

by Densitometry from Simple Anthropometric Measurements.” Journal American Society for Clinical Nutrition, Vol.63, p.4.

Lee. 2009 “Green Tea.” Journal of Lipton Institute of Tea, p.2-3. Manore, M. and Thompson, J. 2000. Sport Nutrition for Health and Performance.

Chaimpaign, IL: Human Kinetics. Marie, Pierre st, and Onge. 2005. “Dietary Fats, Teas, Dairy, and Nuts: Potential

Functional Foods for Weight Control?.” Journal American Society for Clinical Nutrition, Vol.81, p.7-15.

Mc Ardle WD, Katch Fl, and Katch VL. 1996. Exercise Physiology: Energy,

Nutrition, and Human Performance. 4th Ed. Baltimore: Williamsand Wilkins.

McKay and Jeffrey BB. 2002. “The Role of Tea in Human Health: An Update.”

Journal of the Am College of Nutrition, Vol.21, No.1, p.1-13. Murase T, Misawa K, Haramizu S, and Hase T. 2009. “Catechin - Induced

Activation of The LKB1/AMP - Activated Protein Kinase Pathway. Biological Science Laboratories. Epub 2009 Mar 31. Journal Biochem Parmachol, Juli 1, Vol.78, No.1, p.78-84.

Nagao. 2009. “Green Tea Catechins and Body Shape”. Journal of Lipton Institute

of Tea, p.1-2. Nagao, Yumiko Komine, and Satoko Soga. 2005. “Ingestion of a Tea Rich in

Catechins Leads to a Reduction in Body Fat and Malondialdehyde-modified LDL in Men.” The Am Journal of Clinic Nutrition, Vol.81, p.122-129.

Pambudi, J. 2009. Potensi Teh sebagai Sumber Zat Gizi dan Peranannya dalam

Kesehatan. Jakarta: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.

Pangkahila. 2007. Anti-Aging Medicine: Memperlambat Penuaan Meningkatkan

Kualitas Hidup. Jakarta: Kompas. Sastroasmoro S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3th ed. Jakarta:

Anggota IKAPI. Syah. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: AgroMedia Pustaka 2006.

Page 78: feny adriani

Strychar. 2006. “Review: Diet in the Management of Weight Loss.” CMA Journal, Vol.174, No.1. p.56-63.

Paramitha. 2007. Teh Hijau dan Manfaatnya. Available at: www.myfit.com.

Accessed: Senin, 1 Juni 2009. Pestacello, L.S., Van Heest, J.L. 2000. “Physical Activity Mediates a Healthier

Body Weight in the Present of Obesity.” Br. J. Sport Med, Vol.34, p.86-93. Triarsary. 2010. Sejuta Manfaat Sehat Teh Hijau. Available at:

www.kompas.com. Accessed: 14 Juni 2010. Ukra and Sharyn K. 2008. The Ultimate Tea Diet. Harper Collins e-books

(www.gigapedia.com). No.1, p.6. Venables, Carl JH, Hannah RC, and Asker EJ. 2008. “Green Tea Extract

Ingestion, Fat Oxidation, and Glucose Tolerance in Healthy Humans.” Am Journal of Clinic Nutrition, Vol.87, p.778-784.

Weisburger JH. 1999. “Second International Scientific Symposium on Tea and

Human Health: an Introduction”. Proc. Soc. Exp. Biol. Med. Wilson, George AB, Christine L, and Goldmann D. 2008. “In the Clinic Obesity.”

Annals of IntMedicine Am College of Physicians, Vol.4, p.6-9.

Page 79: feny adriani

Lampiran 1 Uji Normalitas Data Berat Badan, Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut

Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig. Berat Badan Pre Palcebo .210 8 .200* .934 8 .556

Ekstrak Teh Hijau .183 8 .200* .924 8 .462

Lemak Tubuh Pre Palcebo .266 8 .101 .841 8 .076 Ekstrak Teh Hijau .238 8 .200* .933 8 .545

Lingkar Perut Pre Palcebo .262 8 .112 .866 8 .137 Ekstrak Teh Hijau .126 8 .200* .947 8 .677

Berat badan Post Palcebo .254 8 .137 .933 8 .539 Ekstrak Teh Hijau .182 8 .200* .965 8 .858

Lemak Tubuh Post Palcebo .344 8 .006 .824 8 .051 Ekstrak Teh Hijau .189 8 .200* .905 8 .321

Lingkar Perut Post Palcebo .210 8 .200* .958 8 .792 Ekstrak Teh Hijau .236 8 .200* .901 8 .297

a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.

59

Page 80: feny adriani

Lampiran 2 Uji Beda Berat Badan pre, Lemak Tubuh pre, Lingkar Perut pre, Selisih Berat Badan, Selisih Lemak Tubuh, dan Selisih Lingkar Perut

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error

Mean Berat Badan Pre Palcebo 8 65.8000 5.01398 1.77271

Ekstrak Teh Hijau 8 66.3750 4.15271 1.46820 Lemak Tubuh Pre Palcebo 8 34.1625 .44701 .15804

Ekstrak Teh Hijau 8 34.4250 .97943 .34628 Lingkar Perut Pre Palcebo 8 88.0625 3.74583 1.32435

Ekstrak Teh Hijau 8 88.6250 5.69304 2.01279 Berat badan Post Palcebo 8 64.9125 2.87573 1.01672

Ekstrak Teh Hijau 8 62.0750 .79955 .28268 Lemak Tubuh Post Palcebo 8 33.9625 .51530 .18219

Ekstrak Teh Hijau 8 32.4250 .79057 .27951 Lingkar Perut Post Palcebo 8 87.9375 2.69175 .95168

Ekstrak Teh Hijau 8 83.0875 3.71539 1.31359

60

Page 81: feny adriani

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the Difference

Lower Upper Berat Badan Pre

Equal variances assumed .015 .904 -.250 14 .806 -.57500 2.3017 -5.511 4.3618

Equal variances not assumed

-.250 13.531 .806 -.57500 2.3017 -5.527 4.3779

Lemak Tubuh Pre

Equal variances assumed 1.271 .278 -.690 14 .502 -.26250 .38064 -1.078 .55390

Equal variances not assumed

-.690 9.795 .506 -.26250 .38064 -1.113 .58804

Lingkar Perut Pre

Equal variances assumed .804 .385 -.233 14 .819 -.56250 2.4094 -5.730 4.6051

Equal variances not assumed

-.233 12.104 .819 -.56250 2.4094 -5.807 4.6821

Berat badan Post

Equal variances assumed 4.706 .068 2.689 14 .018 2.83750 1.0552 .5741 5.1008

Equal variances not assumed

2.689 8.076 .027 2.83750 1.0552 .4079 5.2670

Lemak Tubuh Post

Equal variances assumed .100 .757 3.608 14 .005 1.53750 .33364 .8219 2.2530

Equal variances not assumed

3.608 12.039 .006 1.53750 .33364 .8108 2.264

Lingkar Perut Post

Equal variances assumed 1.081 .316 2.990 14 .010 4.85000 1.6221 1.370 8.329

Equal variances not assumed

2.990 12.761 .011 4.85000 1.6221 1.338 8.361

Page 82: feny adriani

Lampiran 3

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Program Pendidikan Pascasarjana Universitas Udayana

Progam Studi Ilmu Biomedik

Kekhususan Ilmu Anti Aging Medicine

SURAT PERSETUJUAN UJI KLINIK

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : …………………………………………………

Umur : …………………………………………………

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari dan risiko penelitian tersebut

di bawah ini yang berjudul :

PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN

BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH

PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam uji klinik diatas dengan catatan bila

sewaktu–waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan

ini serta berhak mengundurkan diri.

Pekalongan, …………………..2010

Mengetahui: Yang menyetujui :

Penanggungjawab Penelitian Peserta uji klinik

(dr. Feny Adriani) (………………………)

Page 83: feny adriani

Lampiran 4

63