feny adriani
Transcript of feny adriani
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN
PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN
LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA
FENY ADRIANI
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN
PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN
LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik
Kekhususan Anti Aging Medicine
Program Pascasarjana Universitas Udayana
FENY ADRIANI
NIM : 0790761025
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 15 Desember 2010
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK
NIP : 194606191976021001 NIP : 194511281979031001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Direktur Ilmu Kedokteran Biomedik Program Pascasarjana Kekhususan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana Program Pascasarjana Universitas Udayana
Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Prof. Dr. Dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.And.FAACS Sp. S (K) NIP : 194612131971071001 NIP : 195902151985102001
Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai
Oleh Panitia Penguji pada
Program Pascasarjana Universitas Udayana
Pada Tanggal 15 Desember 2010
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Universitas Udayana, No : 1830/H14.4/HK/2010
Ketua : Prof.dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK
Anggota :
1. dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK
2. Prof. Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS
3. Prof. Dr.dr.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And
4. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul
“Pemberian Ekstrak Teh Hijau Menurunkan Berat Badan, Lingkar Perut, dan
Persentase Lemak Tubuh Pada Wanita Kelebihan Berat Badan yang Melakukan
Latihan Fisik dengan Pola Makan Biasa” dapat diselesaikan dalam rangka
menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana pada Program Studi Ilmu
Kedokteran Biomedik Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program
Studi Ilmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana, pembimbing
Akademis dan selaku penguji yang telah banyak memberikan dorongan,
semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis selama penyusunan tesis.
2. Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK, selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan
tesis ini.
3. dr. Ketut Suwetra, MS, AIF, Sp.GK, selaku pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama penyusunan
tesis ini.
4. Prof. Dr. dr. J Alex Pangkahila, M.Sc.Sp.And, selaku penguji yang telah
banyak memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada
penulis selama penyusunan tesis ini.
5. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH,Ph.D, selaku penguji yang telah banyak
memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada penulis
selama penyusunan tesis ini.
6. Drs. I. Ketut Tunas, Msi yang dengan tekun dan sabar memberikan
bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam analisis statistik.
7. Para dosen pengajar bagian Ilmu Biomedik FK Universitas Udayana, teman-
teman sependidikan dan seluruh karyawan bagian Ilmu Biomedik, serta
semua pihak yang telah membantu selama pendidikan, penelitian dan
penulisan tesis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
8. Sahabat-sahabat tercinta, dr. Myra Elen Sulistio (untuk waktu-waktu yang
kita lalui bersama), dr. Bair Ginting Sp.BS, dr. Lilis, dr. Henti Widowati,
dr.Juliani Suprapto, dr. Aurellia, serta sahabat-sahabat lainnya yang selalu
mendukung, menolong, memberikan semangat kepada penulis sehingga
penelitian ini bisa berjalan dengan lancar.
9. Bagian Laboratorium Pengujian Mutu Bahan Obat Alam dan Agroindustri,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Universitas
Diponegoro, terimakasih sebesar-besarnya karena banyak membantu dalam
pembuatan ekstrak green tea yang digunakan dalam penelitian penulis.
10. Sanggar Senam Melati, terima kasih banyak atas berkenannya dan
kerjasamanya, yang telah digunakan sebagai tempat untuk melakukan
penelitian, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.
11. dr. Djoko Handojo, Sp.B Onk dan dr. Norma Handojo, Sp.M, terima kasih
untuk cinta dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Bahagia bisa
menjadi bagian dari keluarga kalian.
12. Keluarga tercinta, suami dr. Himawan Budityastomo, Sp.OG, puteri tercinta
Sekar Kinasih, yang selalu mendukung dan menjadi semangat selama ini.
13. Orang tua dan Mertua, yang tidak pernah berhenti selalu mendukung dan
mendoakan penulis.
Penulis juga sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, semoga Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada mereka semua.
Denpasar, Desember 2010
Penulis,
dr. Feny Adriani
PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN YANG MELAKUKAN
LATIHAN FISIK DENGAN POLA MAKAN BIASA
FENY ADRIANI
ABSTRAK
Obesitas masih menunjukkan peningkatan dan menjadi masalah kesehatan
di seluruh dunia, tidak terkecuali di negara Indonesia. Obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan bahkan menyebabkan peningkatan risiko kematian. Obesitas telah menjadi epidemi global dan prevalensi kelebihan berat badan yang terus meningkat. Hal itu terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dari sekelompok masyarakat, sehingga kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama di dalam viseral dan subkutan. Penanganan penurunan berat badan sering dilakukan dengan diet, olahraga, atau kombinasi keduanya. Dibandingkan dengan diet, olahraga dianggap lebih aman serta memberikan manfaat kesehatan antara lain berupa peningkatan kebugaran. Selain olahraga, salah satu bahan pangan yang menguntungkan bagi kesehatan adalah teh (Camellia sinensis). Teh telah dipakai sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu di Cina, dan sekarang teh merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air. Berbagai jenis teh memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, misalnya teh hijau (Green Tea). Teh hijau telah populer di dunia sebagai minuman dan tanaman obat sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap penurunan berat badan, penurunan lingkar perut, dan penurunan persentase lemak tubuh yang dilihat dari hitungan berat badan, lingkar perut, dan Body Mass Index (BMI)/ indeks massa tubuh (IMT) pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental klinis dengan rancangan pre-post test control group design, yang dilakukan di dua Sanggar Senam di Pekalongan pada bulan September 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita sehat usia 30-40 tahun yang kelebihan berat badan. Sebanyak 16 orang wanita yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok Kontrol (K) berupa OR + pola makan biasa + placebo dan kelompok Perlakuan (P) berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, masing-masing 8 orang.
Dengan uji t-independent didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna penurunan berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Rerata penurunan berat badan pada kelompok kontrol sebesar 0,890,31 dan pada kelompok perlakuan adalah 4,300,65; rerata penurunan persentase lemak tubuh kelompok kontrol adalah 0,200,16 dan rerata penurunan kelompok perlakuan adalah 2,001,37; rerata
penurunan lingkar perut kelompok kontrol adalah 0,130,06 dan rerata penurunan pada kelompok perlakuan adalah 5,540,37.
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa sebesar 6,48%; penurunan lingkar perut sebesar 5,80%; dan penurunan persentase lemak tubuh sebesar 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada wanita yang kelebihan berat badan disarankan untuk mengkonsumsi ekstrak teh hijau setiap hari yang disertai dengan olahraga dan pola makan seimbang untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut.
Kata kunci : wanita kelebihan berat badan, ekstrak teh hijau, latihan fisik, berat badan, lingkar perut, persentase lemak tubuh
THE GIVEN OF GREEN TEA EXTRACT TO REDUCE BODY WEIGHT, WAIST CIRCUMFERENCE, AND THE PERCENTAGE OF
BODY FAT ON OVERWEIGHT WOMEN DOING EXERCISE WITH MEAL PATTERN
FENY ADRIANI
ABSTRACT
Obesity is still showing an increase and a health problem worldwide, not
least in the country of Indonesia. Obesity can increase the risk of diabetes, hyperlipidemia, hypertension, and even lead to increased risk of death. Obesity has become a global epidemic and the prevalence of overweight continues to increase. It happened because of changes in lifestyle and unhealthy eating patterns of a particular community, so that the excess energy stored as fat in the body, especially in the visceral and subcutaneous. Weight loss is mostly done by implementing diet, exercise, or the combination of both. Compared to diet, exercise is regarded to be safer as well as giving benefit such as healthier fitness. Besides exercising, one beneficial food for health is tea (Camellia sinesis). The science development proves that green tea has a significant role to help weight loss (Nagao et.al 2005) because of the great number of polyphenols in its substance that is catechin. Tea has been used as a daily beverage for thousands of years ago in China, and now tea is a beverage second most widely consumed by humans after water. Various types of tea have many health benefits, such as green tea (Green Tea). Green tea has been popular in the world as a beverage and a medicinal plant for thousands of years ago. This research aims to investigate the effect of green tea extract toward weight loss, the reduction of waist circumference, the reduction of body fat percentage which are measured by the calculation of weight, waist circumference, and Body Mass Index (BMI) on the overweight women doing exercise with meal pattern.
This research is a clinical experimental study which applies pre-post group design, doing in the gymnastics studio in Pekalongan on September 2010. The population in this research is under 30-40 years old overweight women. 16 overweight women are divided in to two research group. The first group is control group (K) which is given exercise + meal pattern + placebo. The second group is treated group (P) which is given exercise + meal pattern + green tea extract 690 mg/hr, each group is 8 overweight women.
By using t-independent test is obtained that have significantly reduced body weight, percentage of body fat, and waist circumference on control group and treated group. The average weight loss of control group is 0,890,31 and the average of treated group is 4,300,65; the average body fat reduction of control group is 0,200,16 and the average of treated group is 2,001,37; the average waist circumference reduction of control group is 0,130,06 and the average of treated group is 5,540,37.
Based on the research result, it is found that the given treatment of green tea extract has successfully reduced 6,48% of body weight on overweight women doing exercise with meal pattern, reduced 5,80% of waist circumference, and reduced 6,25% percentage of body fat. From this research, to overweight women must to consume green tea extract each day with exercise and balance meal pattern for reduce and maintance body weight, percentage of body fat, and waist circumference. Keywords: overweight women, green tea extract, exercise, body weight, waist
circumference, body fat percentage
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
SAMPUL DALAM.................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................v
ABSTRAK ...........................................................................................................viii
ABSTRACT ..............................................................................................................x
DAFTAR ISI .........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xvii
DAFTAR SINGKATAN .……………………………………………....……..xviii
DAFTAR LAMBANG ........................................................................................xix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus ...........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................6
1.4.1 Manfaat Keilmuan .......................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis ...........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................7
2.1 Olahraga/ Exercise ................................................................................7
2.2 Tinjauan Teh Secara Umum .................................................................9
2.2.1 Jenis-Jenis Teh ..........................................................................10
2.2.2 Kandungan Kimia pada Teh .....................................................10
2.3 Teh Hijau (Green Tea) ........................................................................11
2.3.1 Manfaat Teh Hijau ...………………………………………….11
2.3.2 Proses Pengelolaan Teh Hijau ………………………………..13
2.3.3 Kandungan Zat dalam Teh Hijau …...……………………......14
2.4 Pengaruh Teh Hijau (Catechin) Terhadap Penurunan Berat
Badan, Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh ………............17
2.5 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Proses Penurunan
Berat Badan …...............................................................................…20
2.6 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Meningkatkan Oksidasi
Lemak dan Menghambat Penimbunan Lemak ………………….......22
2.7 Tubuh Sehat Ideal ………………………………………………..... 23
2.8 Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Proses
Penuaan ………………………………………………….……….....26
2.9 Hubungan Teh Hijau (Green Tea) dengan Anti Aging ……………...27
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..................29
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................29
3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................................30
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................31
4.1 Desain Penelitian …….........................................................................31
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................32
4.3 Populasi dan Sampel ...........................................................................32
4.4 Variabel Penelitian ..............................................................................34
4.4.1 Identifikasi Variabel .................................................................34
4.4.2 Klasifikasi Variabel ..................................................................34
4.4.3 Definisi Operasional Penelitian.................................................34
4.5 Alat dan Bahan ...................................................................................35
4.6 Prosedur Penelitian ……………………………………………..…...36
4.7 Analisis Data ..…………………………………………………........37
BAB V HASIL PENELITIAN ...........................................................................39
5.1 Uji Normalitas Data …………………………………………...…....39
5.2 Uji Homogenitas ................................................................................40
5.3 Uji Komparabilitas .............................................................................40
5.3.1 Berat Badan Sebelum Perlakuan ...............................................40
5.3.2 Lemak Tubuh Sebelum Perlakuan ............................................41
5.3.3 Lingkar Perut Sebelum Perlakuan ............................................42
5.4 Analisis Efek Perlakuan ….…………..……………………………...43
5.4.1 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Berat Badan …………...…43
5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lemak Tubuh ……...…….44
5.4.3 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lingkar Perut ….............…45
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................47
6.1 Subjek Penelitian ……………………………………………………47
6.2 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau Terhadap Penurunan Berat Badan,
Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut ……..…………….......47
6.3 Beberapa Penelitian Tentang Teh Hijau dalam Proses Penurunan
Berat Badan ………………………………………………………....51
6.4 Peranan Ekstrak Teh Hijau dalam Anti Aging Medicine ………........53
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................54
7.1 Simpulan ………………………………………….…………...…....54
7.2 Saran ……………………………………………….………....….....54
7.3 Kelemahan Penelitian ………………………………………........…55
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….………............56
LAMPIRAN ……………………………………………………..…….…........59
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komponen Utama Catechin Pada Daun Teh Segar …......…..…......11
Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Teh Hijau ……………...…………...….……..15
Tabel 2.3 Komposisi Catechins Teh Hijau………………………...……..…....17
Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI …………………......….24
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan
Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan ……………………39
Tabel 5.2 Uji Homogenitas Data Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan
Lingkar Perut antar Kelompok ..........................................................40
Tabel 5.3 Rerata Berat Badan antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan …..40
Tabel 5.4 Rerata Lemak Tubuh antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan ...41
Tabel 5.5 Rerata Lingkar Perut antar Kelompok Sebelum Diberi Perlakuan….42
Tabel 5.6 Rerata Berat Badan Sesudah Perlakuan antar Kelompok …………..43
Tabel 5.7 Rerata Penurunan Lemak Tubuh antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan ………………………………………………..44
Tabel 5.8 Rerata Penurunan Lingkar Perut antar Kelompok Sesudah
Diberikan Perlakuan ………………………………………………..46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Sinensis) ………………...…….…………........9
Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan ….…………………….21
Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea dengan Anti Aging ……….………….28
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...….……………………………………………..29
Gambar 4.1 Desain Penelitian …………………………………………………...31
Gambar 4.2 Alur Penelitian ………………………………………………...........36
Gambar 5.1 Grafik Berat Badan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
antar Kelompok ………………………………………………….…44
Gambar 5.2 Grafik Lemak Tubuh Sebelum dan Sesudah Perlakuan
antar Kelompok ………………………………………………….…45
Gambar 5.3 Grafik Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan
antar Kelompok ………………………………………………….…46
DAFTAR SINGKATAN
EC : Epicatechin
GC : Gallocatechin
ECG : Epicatechingallate
EGC : Epigallocatechin
EGCg : Epigallocatechin gallate
BMI : Body Mass Index
IMB : Indeks Massa Tubuh
ATP : Adenosine triphospate
O2 : Oksigen
PUGS : Pedoman Umum Gizi Seimbang
COMt : Cahechol-O-methyltranferase
OR : Olahraga
P : Kelompok Perlakuan
K : Kelompok Kontrol
PJK : Penyakit Jantung Koroner
DAFTAR LAMBANG
α : Alfa
β : Beta
% : persen
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Normalitas Data Berat Badan, Lemak Tubuh, dan
Lingkar Perut …………………………..…………...……………...59
Lampiran 2. Beda Berat Badan pre, Lemak Tubuh pre, Lingkar Perut pre,
Selisih Berat Badan, Selisih Lemak Tubuh, dan Selisih
Lingkar Perut ………………………………………………………60
Lampiran 3. Inform Consent ……………………...……………………………..62
Lampiran 4. Surat Keterangan Pembuatan Ekstrak Green Tea
di Undip …………………………………………….…………...…63
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu bahan pangan dituntut tidak hanya mengandung zat-zat bergizi,
tetapi juga mengandung bahan-bahan khasiat yang menguntungkan bagi
kesehatan, yang dikenal dengan istilah pangan fungsional. Pangan fungsional
adalah bahan pangan yang mengandung senyawa atau komponen yang berkhasiat
bagi kesehatan. Senyawa atau komponen tersebut antara lain serat pangan,
oligosakarida, gula alkohol, asam amino, peptida, protein, glikosida, alkohol,
isoprenoida vitamin, kolin, mineral, bakteri asam laktat, asam lemak tidak jenuh,
dan antioksidan (Goldberg, 1994).
Selain masalah kesehatan, masalah penampilan juga turut diperhatikan
dalam dasawarsa terakhir ini khususnya oleh para wanita, yaitu masalah berat
badan yang ideal. Secara umum, orang biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat
dari postur tubuh, sehingga wanita ingin memiliki tubuh ideal (Azwar, 2004).
Seperti yang kita ketahui, bahwa insidensi kelebihan berat badan umumnya masih
menunjukkan peningkatan dan menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, tidak
terkecuali di negara Indonesia (Dullo, 2004). Obesitas dapat meningkatkan risiko
diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan bahkan menyebabkan peningkatan risiko
kematian (Nagao, 2005). Obesitas telah menjadi epidemi global dan prevalensi
kelebihan berat badan yang terus meningkat (Almajwal et.al, 2009). Hal itu terjadi
1
karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dari
sekelompok masyarakat (makan berlebih dan kurang aktivitas), sehingga
kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama di dalam
viseral dan subkutan.
Penanganan penurunan berat badan sering dilakukan dengan diet,
olahraga, atau kombinasi keduanya (Pestacello and Van Heest, 2000).
Dibandingkan dengan diet, olahraga dianggap lebih aman serta memberikan
manfaat kesehatan antara lain berupa peningkatan kebugaran (Manore and
Thompson, 2000). Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dengan
memperhatikan komponen utama dari olahraga yaitu jenis olahraga, intensitas,
durasi, frekuensi, dan progresivitas latihan, olahraga yang baik dan aman selalu
berada dalam zona latihan. Zona latihan dihitung berdasarkan laju jantung dan
usia. Olahraga yang dilakukan secara berlebihan, akan meningkatkan radikal
bebas, sehingga dapat merusak sel tubuh (Mc Ardle,1996).
Selain olahraga, salah satu bahan pangan yang menguntungkan bagi
kesehatan adalah teh (Camellia sinensis). Teh telah dipakai sebagai minuman
sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu di Cina, dan sekarang teh merupakan
minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air (Weisburger,
1999). Berbagai jenis teh memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, misalnya teh
hijau (Green Tea). Teh hijau telah populer di dunia sebagai minuman dan
tanaman obat sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Teh hijau sendiri berasal dari
pohon yang sama dengan teh biasa (Camellia sinensis), namun tidak mengalami
proses pemanasan atau fermentasi terlebih dahulu untuk mencegah oksidasi.
Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa teh hijau memiliki
peranan yang dapat membantu menurunkan berat badan (Nagao et.al 2005). Hal
itu disebabkan teh hijau memiliki kandungan polifenol yang cukup besar, yaitu
catechin. Kandungan catechin pada teh hijau adalah 30-42% dari ekstrak padat
teh hijau, konsentrasinya tergantung pada cara pengolahan daun teh, letak
geografis, cara pengambilan ekstrak, dan jenis daun teh (Cabrera et.al, 2006).
Sedangkan daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa catechins
yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28%
Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin
(EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al, 2006).
EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan
merupakan bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki
efek biologi yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Rahasia
utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen atau
bahan utamanya, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan L-
theanine (Beecher et.al, 1999). EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi
metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008). EGCG ini akan memicu
penurunan berat badan dengan cara meningkatkan oksidasi lemak tubuh (Nagao
et.al, 2005). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan
berat badan. Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak (300
mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap
penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh catechin diduga akan
lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang (Maron et.al 2003, Kovacs
et.al 2004, Diepvens et.al 2005). Sedangkan L-theanine adalah asam amino yang
bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein (Lee and Nagao, 2009).
Catechin (EGCG), pada beberapa penelitian diketahui memiliki efek
dapat menurunkan berat badan dan persentase lemak tubuh setelah dikonsumsi
dalam jangka panjang sekitar 12 minggu (waktu 12 minggu dilakukan agar dapat
diketahui secara pasti penurunan berat badan yang terjadi) mengkonsumsi teh
hijau yang mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam bentuk ekstrak teh
hijau maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001, Tsuchida 2001,
Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao et.al 2005,
Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga diyakini
dapat memperkecil lingkar pinggang dan mengurangi persentase lemak dalam
tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan tingkat efektifitas antara
ekstrak teh hijau dan plasebo pada wanita kelebihan berat badan (IMT > 25
kg/m2) yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa, terhadap
penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita
kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola
makan biasa?
2. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita
kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola
makan biasa?
3. Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada
wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan
pola makan biasa?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap
penurunan berat badan, penurunan lingkar perut, dan penurunan persentase lemak
tubuh yang dilihat dari hitungan berat badan, lingkar perut, dan Body Mass Index
(BMI)/ indeks massa tubuh (IMT) pada wanita kelebihan berat badan yang
melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penurunan berat badan pada wanita kelebihan berat
badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise.
2. Untuk mengetahui penurunan lingkar perut pada wanita kelebihan berat
badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise.
3. Untuk mengetahui penurunan persentase lemak tubuh pada wanita
kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi
exercise.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Keilmuan
Dapat menambah ilmu bahwa catechin yang terdapat pada teh hijau dapat
menurunkan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.
1.4.2. Manfaat Praktis
Ilmu tersebut dapat diinformasikan kepada masyarakat luas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Olahraga
Olahraga merupakan alternatif untuk meningkatkan derajat kebugaran
seseorang termasuk mengurangi lemak tubuh. Salah satu dampak latihan olahraga
adalah perbaikan sistem fungsional paru jantung (cardiorespirasi system),
meliputi hipertropi otot jantung, penurunan detak jantung istirahat, peningkatan
stroke volume, peningkatan volume darah dan hemoglobin, menambah jumlah
pembuluh kapiler, serta berfungsi dalam proses pembakaran energi (Fox, 1988).
Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga terdiri dari
kombinasi 2 jenis aktivitas, yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan anaerobik.
Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon,
triathlon, dan bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen
aktivitas aerobik yang dominan, sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan
tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint, atau juga
loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas anaerobik yang
dominan (Irawan, 2007).
Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap
ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi,
sehingga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti
jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar
7
proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini
biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang
dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama seperti jalan kaki,
bersepeda atau juga jogging (Irawan, 2007).
Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan,
metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat,
lemak, dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat
di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses
metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen
(O2) yang diperoleh melalui proses pernafasan.
Denyut nadi pada orang dewasa normal adalah 60-90 per menit. Pada
orang yang sering terlatih atau olahraga fisik (olahraga intensitas sedang), denyut
nadinya dapat mencapai 50-60 per menit karena terlatih. Jika frekuensi lebih dari
normal disebut tachicardi dan jika frekuensi kurang dari normal disebut
bradicardi. Pada orang yang memiliki sirkulasi darah baik, maka kecepatan
denyut nadi pada saat istirahat lebih rendah serta memiliki kesegaran jasmani
yang baik. Hal ini terjadi karena otot jantung sudah kuat sehingga penggunaannya
lebih efisien dan melalui dengan sedikit pompa jantung sudah dapat memenuhi
kebutuhan sirkulasi darah. (Kamiso, 1991).
Dilain pihak, aktifitas fisik yang teratur membantu meningkatkan
efisiensi jantung secara keseluruhan. Salah satu petunjuk ke arah itu adalah denyut
jantung yang lebih lambat (biasanya kurang dari 60 per menit) dari seseorang
yang terlatih dengan baik, dibandingkan dengan seseorang yang tidak terlatih
(yang denyut jantungnya rata-rata 70-90 per menit). Dengan demikian perbedaan
denyut jantung yang terlatih dengan yang tidak terlatih sebanyak 10 denyut per
menit, akan mengakibatkan pengurangan denyut jantung yang berarti juga
pengurangan kerja jantung (CK.Gian, 1993).
2.2 Tinjauan Teh Secara Umum
Setelah air, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di
seluruh dunia dengan konsumsi per kapita 120 ml/hari. Dari 76-78% teh yang
dihasilkan dan dikonsumsi di seluruh dunia adalah teh hitam 20%, teh hijau 22%,
dan sisanya 2% adalah teh Oolong (Lipton Institute of Tea). Teh telah lama
dikenal sebagai minuman yang bercitarasa khas dan berkhasiat bagi kesehatan.
Budaya minum teh telah dimulai sejak tahun 2737 SM di Cina (Syah, 2006).
Sedangkan di Indonesia, teh dikenal sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda
yang bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia (Syah, 2006).
Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Sinensis)
Semua teh berasal dari satu jenis pohon, yaitu Camellia sinensis (Syah,
2006). Tanaman teh umumnya tumbuh di daerah pegunungan yang beriklim
sejuk, pada ketinggian lebih dari 200-2300 meter di bawah permukaan laut
(mdpl). Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak cabang, setinggi 4-8 meter.
Bunga teh berwarna putih, dengan serbuk sari berwarna kuning.
2.2.1 Jenis-Jenis Teh
Berdasarkan proses fermentasinya, teh dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu teh hitam, teh merah, teh hijau, dan teh putih. Teh yang
benar-benar baik, umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang
belum mekar. Teh hitam dihasilkan melalui proses fermentasi sempurna, teh
merah melalui proses semi fermentasi, sedangkan teh hijau diperoleh tanpa proses
fermentasi, demikian juga dengan teh putih (Marie dkk, 2005). Teh hijau diproses
dengan cara khusus. Setelah dipetik, daun teh akan mengalami pengasapan.
Proses ini akan mengeringkan daun teh, namun tidak sampai mengubah warna
daun. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan daun teh tetap terlihat
berwarna hijau muda. Proses ini kemudian terbukti dapat mempertahankan
berbagai kandungan nutrisi, antara lain zat antioksidan polyphenols pada daun teh,
yang lebih besar dibandingkan teh hitam maupun teh merah.
2.2.2 Kandungan Kimia Pada Teh
Teh mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam dalam teh
hitam dan sekitar 230 macam dalam teh hijau. Komponen volatile tersebut
berperan dalam memberikan cita rasa yang khas pada teh. Komponen aktif yang
terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun yang nonvolatile yaitu:
Polyphenols, Methylxanthines, Asam amino, Peptida, Komponen organik lain,
Tannic acids, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, ß-carotene, Kalium, Magnesium,
Mangan, Fluor, Zinc, Selenium, Copper, Iron, Kalsium, Caffein (Pambudi, 2009).
Teh kaya akan sumber polifenol, khususnya flavonoid. Flavonoid adalah
phenol yang berasal dari sintesis dalam zat yang berjumlah (0,5%-1,5%) dan jenis
lain (lebih dari 4000 yang teridentifikasi) yang secara luas didistribusikan diantara
tanaman tersebut (McKay et.al, 2002 dan Venables et.al, 2008). Flavonoid yang
paling utama dalam teh hijau adalah catechin, yaitu:
Tabel 2.1
Komponen Utama Catechin Pada Daun Teh Segar Komponen Kadar Catechin (% bk)
Epigallocatechin galat (EGCG) 7-13 Epichatechin galat (ECG) 3-6 Epigallochatechin (EGC) 3-6 Epicatechin (EC) 1-3 Gallocatecin (GC) 1-3
Total 16-30 Sumber: Bokuchava dan Skobelava, 1969; Lunder, 1989; Graham, 1992; Price dan Spitzer, 1993
2.3 Teh Hijau (Green Tea)
2.3.1 Manfaat Teh Hijau
Teh hijau banyak disarankan untuk dikonsumsi karena manfaatnya
berlipat. Pengobatan tradisional China menganjurkan minum teh hijau untuk
mencegah berbagai penyakit atau tubuh terhindar dari permasalahan (Brannon,
2007). Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian terbaru pada manusia yang
menyatakan bahwa teh hijau mungkin ikut menyumbang pencegahan dan
mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan bentuk-bentuk kanker, kesehatan
oral, dan fungsi psikologis seperti hipertensi, berat badan, antibakteri, dan lain-
lain (Cabrera et.al, 2006). Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas
Tohoku Jepang pada tahun 2006 dan dicantumkan di Journal of the American
Medical Association menyimpulkan bahwa teh hijau dapat mengurangi angka
kematian akibat penyakit kardiovaskular.
Beberapa manfaat teh hijau adalah sebagai berikut: sebagai antikanker,
antimikroba dan antibakteri, menurunkan kolesterol dalam darah sehingga
terhindar dari aterosklerosis, meningkatkan kekebalan tubuh (Murase dkk, 2009
dan Triarsari, 2010). Selain itu, teh hijau juga berfungsi sebagai antidiabetes,
mencegah pengembangan bakteri Helicobacter pylori penyebab gastritis,
mendukung pertumbuhan mikroflora di usus dan mengatasi diare, melindungi
fungsi ginjal dengan menekan efek peracunan uremik, mencegah gigi berlubang
dan penyakit gusi, menghilangkan bau mulut (deodorisasi) atau nafas tak sedap,
mencegah osteoporosis, mencegah oksidasi, memperlambat proses terjadinya
katarak, mempunyai sifat “chemoprevention” (mencegah kerusakan sel melalui
proses kimiawi), menghambat kerusakan paru-paru akibat tembakau, memberi
perlindungan terhadap pankreatitis akut, menjaga esofagus tetap sehat, melindungi
lapisan lambung, melindungi daya ingat, melindungi kulit dari serangan radikal
bebas dan kerusakan akibat sinar ultraviolet. Teh hijau berperan dalam kecantikan
(menghambat proses penuaan, langsing dengan minum teh hijau, sebagai
deodoran dan antialergi, serta sebagai bahan campuran kosmetik). (Brannon,
2007)
2.3.2 Proses Pengolahan Teh Hijau
Berbeda dengan teh hitam, teh hijau nyaris tak mengalami fermentasi.
Fermentasi di sini adalah proses oksidasi senyawa polyphenol di daun teh, oleh
enzim polyphenol oksidase dibantu oleh oksigen dari udara. Berikut adalah proses
pengolahan teh hijau: (Syah, 2006)
1. Proses Pelayuan
Setelah pucuk dipanen dari kebun, daun teh ditebar dan diaduk-aduk untuk
mengurangi kandungan air. Setelah itu, daun teh dilayukan melalui silinder
panas sekitar 5 menit (sistem panning) atau dilewatkan beberapa saat pada
uap panas bertekanan tinggi (sistem steaming). Proses pelayuan ini bertujuan
untuk mematikan aktivitas enzim sehingga akan menghambat terjadinya
proses fermentasi dan menurunkan kadar air menjadi sekitar 60%-70%.
2. Proses Pendinginan
Bertujuan untuk mendinginkan daun setelah melalui proses pelayuan.
3. Proses Penggilingan Daun
Bertujuan untuk memecah sel-sel daun, sehingga teh yang dihasilkan akan
mempunyai rasa yang lebih sepet.
4. Proses Pengeringan
Proses pengeringan pertama akan menurunkan kadar air menjadi 30%-35%,
dan akan memperpekat cairan sel. Proses ini dilakukan pada suhu sekitar
110°-135°C selama sekitar 30 menit. Proses pengeringan kedua akan
memperbaiki bentuk gulungan daun, suhu yang dipergunakan berkisar antara
70°-95°C dengan waktu sekitar 60-90 menit. Produk teh hijau yang
dihasilkan mempunyai kadar air 4%-6%.
5. Proses Sortir
Bertujuan untuk mendapat teh hijau dengan berbagai kualitas mutu, antara
lain: peko (daun pucuk), jikeng (daun bawah/tua), bubuk/kempring (remukan
daun), dan tulang daun.
2.3.3 Kandungan Zat dalam Teh Hijau
Beberapa zat yang terkandung di dalam teh hijau, yaitu: (Syah, 2006)
1. Fluoride
Fluoride tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah pertumbuhan karies
pada gigi, mencegah radang gusi, dan gigi berlubang.
2. Mangan
Kandungan mangan dapat membantu penguraian gula menjadi energi,
sehingga membantu menjaga kestabilan kadar gula dalam darah.
3. Caffein
Kadar caffein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan caffein yang
terkandung dalam kopi. Pada teh hijau hanya terkandung caffein sebanyak
3%-5%. Caffein berpengaruh positif pada aktivitas mental dan dapat
memperbaiki proses pencernaan makanan dalam lambung.
4. Teh hijau juga mengandung vitamin C dosis tinggi dan vitamin lainnya dalam
jumlah sedikit.
Kandungan vitamin dalam teh dapat dikatakan kecil karena selama proses
pembuatannya, teh telah mengalami oksidasi, sehingga menghilangkan
vitamin C. Demikian pula halnya dengan vitamin E yang banyak hilang
selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pembuatan minuman teh. Akan
tetapi, vitamin K terdapat dalam jumlah yang cukup banyak (300-500 IU/g)
sehingga bisa menyumbang kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.
Komposisi senyawa teh hijau dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Teh Hijau
Senyawa Teh Hijau % weight of extract solids
Catechins 30-42 Flavonols 5-10 Other Flavonoids 2-4 Theogallin 2-3 Other Depsides 1 Ascorbic Acid 1-2 Gallic Acid 0.5 Quinic Acid 2 Other Organic Acid 4-5 Theanine 4-6 Other Amino Acids 4-6 Methylxanthines 7-9 Carbohydrates 10-15 Minerals 6-8 Volatiles 0.02
Teh hijau juga mengandung polifenol utama dalam daun teh, yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan, yaitu catechin yang mampu mengurangi risiko
penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel kanker
paru-paru, kanker usus, terutama sel kanker kulit (Brannon, 2007). Catechin juga
dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi
peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme
tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan.
Kandungan catechin pada teh hijau tergantung pada bagaimana daun
diproses sebelum pengeringan (sebuah tingkat tertentu dari fermentasi dan
pemanasan daun teh selama proses pembuatan yang menghasilkan polimerasi dari
monopolifenolik seperti catechin). Selain itu, lokasi geografis (tanah, iklim, cara
pertanian, pemupukan), jenis teh hijau (teh bungkus, teh celup, tanpa caffein), dan
persiapan infusi (jumlah produk yang digunakan, waktu, temperatur) juga dapat
mempengaruhi kandungan catechin pada teh hijau (Cabrera et.al, 2006).
Pada daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa
catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28%
Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin
(EC) dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Beecher et.al, 1999). Diantara keempat
komponen tersebut, EGCG merupakan komponen yang paling potensial dan
secara kimia memiliki aktivitas biokimia yang paling kuat. Kemampuan senyawa
catechin sebagai antioksidan telah banyak dibuktikan dengan kekuatan 100 kali
lebih tinggi daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif daripada vitamin E (Syah,
2006). EGCG merupakan cathecin yang terdapat sekitar 10%-50% pada daun teh.
Kebanyakan manfaat positif dari daun teh umumnya berasal dari EGCG yang
terkandung di dalamnya. Berikut adalah komposisi catechins pada teh hijau dapat
dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Komposisi Catechins Teh Hijau
Catechins Absolut (%) Relatif (%) (+) Gallocatechins (+GC) 1,4 1,6 (-) Epigallocatechins (EGC) 17,57 19,3 (-) Epicatechins (EG) 5,81 6,4 (-) Epigallocatechins Gallate (EGCG) 53,90 59,1 (-) Epicatechins Gallate (EGC) 12,51 13,7
TOTAL 91,23 100 Sumber: Hara, 2001
2.4 Pengaruh Teh Hijau (Catechin) Terhadap Penurunan Berat Badan,
Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh
Meningkatkan proses metabolisme merupakan cara mengontrol berat
badan yang paling utama. Tetapi, kecepatan tubuh membakar kalori tergantung
pada beberapa faktor tertentu. Beberapa orang mewarisi proses metabolisme yang
cepat. Laki-laki cenderung membakar lebih banyak kalori daripada perempuan,
bahkan saat beristirahat. Pada sebagian besar orang, proses metabolisme
melambat secara perlahan-lahan setelah berusia 40 tahun. Walaupun tidak bisa
mengontrol faktor usia, jenis kelamin, atau faktor genetik, masih ada beberapa
cara untuk meningkatkan proses metabolime, salah satunya dengan
mengkonsumsi ekstrak teh hijau (Humas KPDE Media Indonesia, 7 Februari
2009).
Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga
komponen/bahan utamanya, yaitu epigallocatechin gallate (EGCG) Caffein, dan
L-theanine. EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh
kita. Kita dapat membakar lemak hanya dengan duduk dan minum teh. Jadi,
dengan minum teh dapat meningkatkan gelombang otak neurotransmitter dan
metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan energi dan menurunkan nafsu atau
selera makan. EGCG dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak
yang pada akhirnya dapat membantu menurunkan berat badan (Murase dkk,
2009). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat
badan. Namun, caffein memiliki efek samping dalam kesehatan, yaitu dapat
meningkatkan gula darah dan insulin. Teh memang mengandung caffein, tetapi
kadar kandungannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kopi. Rahasia yang
ketiga adalah L-theanine, yaitu asam amino yang bekerja untuk menghilangkan
efek berbahaya pada caffein. L-theanine juga dapat mempengaruhi
neurotransmitter pada otak yang dapat mempengaruhi tingkat dopamin and
serotonin yang mengirim sinyal rasa aman pada otak kita. Semakin banyak kita
minum teh, semakin kuat otak kita meyakinkan bahwa kita tidak lapar. Teh tidak
hanya dapat menurunkan berat badan, tetapi juga dapat mengurangi nafsu atau
selera makan untuk tetap dalam kondisi diet. (Cabrera et.al, 2006)
Epigallocatechin gallate (EGCG) adalah senyawa kimia yang biasa
disebut catechin yang termasuk dalam senyawa polifenol. EGCG ini adalah
senyawa oksidan yang dapat mencegah atau merendahkan oksidasi dalam tubuh.
Antioksidan ini juga dapat mencegah dari radikal bebas yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit, seperti jantung koroner, kanker, dll (Ukra and Sharyn, 2008).
EGCG dapat membersihkan arteri dan vena yang dapat menyebabkan semakin
bertambahnya masukan O2 dalam darah sehingga akan memberikan lebih banyak
energi. Dengan ketersediaan energi akan membakar lebih banyak lemak dan
menurunkan berat badan. (Ukra and Sharyn, 2008)
Caffein adalah salah satu senyawa kimia yang terdapat di lebih dari 60
jenis tanaman, diantaranya, teh, coklat, kopi, dan lain-lain. Makan caffein sama
dengan mengkonsumsi daun karena caffein sangat pahit. Terlalu banyak caffein
dapat merugikan kesehatan tubuh. Namun, caffein tidak selalu berpengaruh buruk,
karena caffein dapat juga menurunkan berat badan dengan cara membakar lemak
dalam tubuh. Sebuah studi yang dikeluarkan oleh American Journal of Clinical
Nutrition, 1999, bahwa dengan mengkonsumsi caffein dapat menjaga
keseimbangan energi dan meningkatkan thermogenesis dalam treatment kelebihan
berat badan. Selain itu, dengan mengkonsumsi teh hijau juga dapat meningkatkan
pembakaran kalori dan memacu penurunan berat badan tanpa meningkatkan detak
jantung (Gilbert, 2006). Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu
banyak maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap
penurunan berat badan. Standar penggunaan caffein yang dapat digunakan untuk
mengurangi berat badan adalah 150 mg (Lipton Institute of Tea).
L-theanine hanya terdapat pada jamur dan teh jenis Camellia sinensis. L-
theanine adalah asam amino yang berasal dari 1-2% daun teh kering. Caffein yang
terkandung di dalamnya hanya 0.5%. L-theanine dapat meningkatkan gelombang
otak alpha, dimana terdapat 4 macam gelombang dalam otak kita, yaitu alpha,
beta, delta, dan tetha. Gelombang otak alpha adalah saraf elektrik yang
menghubungkan antara mental dan mood yang dominan yaitu memberikan rasa
nyaman dan relax akibat konsumsi caffein yang dapat menimbulkan gelombang
otak beta yang dapat menimbulkan stres dan lelah. (Ukra and Sharyn, 2008)
2.5 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Proses Penurunan Berat Badan
Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa dengan
mengkonsumsi teh hijau akan bermanfaat dalam distribusi berat badan dan kadar
lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008 dan Lee, 2009). Teh hijau dapat membantu
mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang berakibat
pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang termasuk dalam
senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi caffein dan
catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2 jam.
Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar kalori
dan mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah minum teh
hijau dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari. (Paramitha,
2007)
Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and Human
Nutrition of Iowa State University (ISU) di Ames Iowa, Amerika Serikat,
kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan
berat badan adalah 316 mg/hari. Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S di
dalam The American Journal of Clinical Nutrition, kandungan EGCG yang
dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270
mg/hari dan jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150 mg/hari. Sedangkan
berdasarkan Tomonori Nagao et all dalam Journal American Society for Clinical
Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition Science News,
kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan
berat badan adalah 690 mg/hari. Studi tersebut dalam 12 minggu/ 3 bulan
menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh hijau dapat mengurangi berat
badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh tanpa mengurangi atau
mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya. Dengan 690 mg/hari catechin
selama 12 minggu, dapat mengurangi total berat badan ±3 kg, mengurangi lingkar
pinggang hingga ±3,3 cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh ±1,5 kg
(Gilbert, 2006). Dari beberapa penelitian tersebut, dosis EGCG yang lebih rendah
memiliki keefektifan yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam
penurunan berat badan. Namun, dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan
waktu yang lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.
Sumber: Murase dkk, 2009
Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan
Cathecin dengan Gallocatechin Moiety/
Residu Galloyl
Meningkatkan AMPK alpha, Fosforilasi ACC, dan kinerja AMPK alpha
Meningkatkan oksidasi lemak dan Menghambat
penimbunan lemak
Menurunkan berat badan
Meningkatkan kebutuhan Oksigen
2.6 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Meningkatkan Oksidasi Lemak
dan Menghambat Penimbunan Lemak
Catechin dalam teh hijau dapat mendorong berbagai tindakan biologis,
termasuk anti-kanker, anti-obesitas, efek anti-diabetes, dan aplikasi klinis lainnya.
Berdasarkan penelitian Murase T, dkk di dalam Journal Biochem Parmachol
(2009), memperjelas adanya mekanisme molekuler dengan menguji pengaruh
katekin pada AMP-protein kinase teraktivasi (AMPK) pada sel kultur tikus.
Dalam Hepa 1-6, L6 dan sel 3T3-L1, epigallocatechin gallate (EGCG)
menyebabkan peningkatan AMPKalpha, karboksilase asetil-KoA (ACC)
fosforilasi, dan aktivitas AMPKalpha. Analisis kekhususan molekul catechin
alami mengungkapkan bahwa catechin dengan bagian gallocatechin, bertindak
sebagai residu galloyl sebagai aktivator AMPK. Selain itu, fosforilasi LKB1 yang
merupakan protein penekan tumor dan AMPK kinase, meningkat sebesar
perlakuan katekin. EGCG sebagai penyebab fosforilasi AMPKalpha LKB1 dan
ditindas oleh perlakuan katalase, menunjukkan bahwa Reactive Oxygen Species
(ROS) terlibat dalam EGCG aktivasi yang diinduksi dari jalur LKB1/AMPK.
EGCG oral (200 mg/kg berat badan) untuk mencit BALB/c yang
diinduksi peningkatan aktivitas AMPKalpha dalam hati bersamaan dengan
peningkatan yang signifikan dalam AMPKalpha dan fosforilasi ACC. Penggunaan
EGCG juga meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak, sebagaimana
ditentukan oleh kalorimetri langsung. Temuan ini menunjukkan bahwa efek
berganda dari catechin, termasuk anti-obesitas dan efek anti-kanker yang
dimediasi setidaknya sebagian oleh aktivasi LKB1/AMPK di berbagai jaringan,
dan bahwa efek ini berbeda-beda sesuai dengan struktur katekin yang digunakan.
Sedangkan berdasarkan penelitian Moon HS, dkk di dalam Journal
Obesity (2007), paparan EGCG selama periode awal adipogenesis (7 hari) sudah
cukup untuk mencegah akumulasi lipid. Selama periode ini, EGCG dapat
menurunkan protein penanda adipocyte reseptor proliferator, mengaktifkan
receptor gamma2 (PPARgamma2) dan LXR-alpha. Selanjutnya, EGCG signifikan
diinduksi dari generasi Reactive Oxygen Species (ROS), yang menyebabkan
aktivasi AMPK, dan efek-efek ini telah dieliminasi oleh pengobatan N-
acetylcysteine (NAC). EGCG juga meningkatkan fosforilasi tirosin reseptor INS
dan INS-1 dengan peningkatan waktu inkubasi, menunjukkan bahwa EGCG tidak
berpengaruh pada lipolisis. Penelitian Moon HS dkk juga menunjukkan bahwa
EGCG dapat menurunkan viabilitas sel dan menghambat diferensiasi sel 3T3-L1
dengan cara bergantung pada lamanya pengobatan. Selain itu, menunjukkan
bahwa adanya adipocyte dibedakan oleh EGCG yang diperkirakan berhubungan
dengan penurunan aktivitas GPDH yang disertai dengan adanya aktivitas
PPARgamma2-induced transcriptional yang kuat. Lebih lanjut lagi, adanya
pembedaan adipocyte oleh EGCG melibatkan generasi dari ROS dan pengaktifan
AMPK.
2.7 Tubuh Sehat Ideal
Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai
apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standar normal atau ideal.
Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat
badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh
(IMT) sebagai berikut: (PUGS, 2003; Foster, 2003; dan Azwar, 2004)
BB (kg) IMT = -----------------
TB x TB (m)
Index Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah suatu alat
bantu untuk mengetahui status gizi seseorang. Index Massa Tubuh tersedia dalam
kriteria Asia Pasifik dan WHO. Terdapat perbedaan kategori dalam kriteria Asia
Pasifik dan WHO. Kriteria Asia Pasifik diperuntukkan untuk orang-orang yang
berdomisili di daerah Asia, karena Index Massa Tubuhnya lebih kecil sekitar 2-3
kg/m2 dibanding orang Afrika, orang Eropa, orang Amerika, ataupun orang
Australia. Adapun klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan kriteria
Asia Pasific dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI
Kategori BMI (kg/m2) Kekurangan berat badan < 18,5 Normal 18,5 - < 23 Kelebihan berat badan 23 - < 25 Obesitas Kelas I 25 - < 30 Obesitas Kelas II ≥ 30
Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg
58 IMT = ---------------- = 22,37 (normal)
1,61 x 1,61
IMT normal pada wanita antara 18,5-23. Seorang wanita dikatakan kurus
bila IMT nya < 18 dan kegemukan/ kelebihan berat badan apabila IMT nya > 23.
Bila IMT > 25, orang tersebut menderita obesitas (Kriteria IMT Asia Pasific).
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit kronis,
seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol, dan kelainan metabolisme
lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium (Foster,
2003 dan Azwar, 2004). Pengobatan akan berdampak penting pada pemanfaatan
sumber daya medis, biaya perawatan kesehatan, dan kualitas hidup pasien karena
kelebihan berat badan ini dapat meningkatkan kematian dini (Foster, 2003 dan
Strychar, 2006). Untuk mengetahui berat badan ideal dapat menggunakan rumus
Brocca sebagai berikut (Azwar, 2004):
BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)
Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah
kegemukan/obesitas ringan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas berat.
Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg
BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100)
= 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)
Jadi, BB 58 kg masih dalam batas normal karena < 10%.
Sedangkan lingkar pinggang berfungsi sebagai klinis proxy untuk
computed tomography dan resonansi magnetik pencitraan penilaian
intraabdominal jaringan adiposa. Batas distribusi lemak tubuh didefinisikan
sebagai lingkar pinggang 35 inci (90 cm) atau lebih untuk wanita dan 40 inci (102
cm) atau lebih pada pria. Seseorang dengan lingkar pinggang di atas batas tersebut
juga dapat menimbulkan faktor negatif, seperti risiko yang disebabkan oleh BMI
sendiri yang sudah sangat signifikan. Pengukuran lingkar pinggang terbaik adalah
di sekitar perut di tingkat krista iliaka (Foster, 2003).
2.8 Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Proses Penuaan
Faktor yang mempengaruhi proses penuaan dikelompokkan menjadi
faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa radikal bebas, hormon yang
berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun,
dan gen. Sedangkan faktor eksternal berupa gaya hidup yang tidak sehat, diet
tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan. Berbagai
faktor tersebut yang menyebabkan proses penuaan, sehingga menjadi orang tua,
pesakitan, dan akhirnya meninggal. Namun, proses penuaan dapat dicegah,
diperlambat, atau dihambat, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan.
(Pangkahila, 2007)
Kelebihan berat badan terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, diet
tidak sehat, konsumsi berlebihan lemak, stres fisik dan emosional, dan lain-lain.
Hal inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan tubuh.
Kerusakan tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Beban
tubuh yang berlebihan akibat kelebihan berat badan, dapat membuat kerusakan sel
lebih cepat. Sistem pemeliharaan dan perbaikan tubuh tidak mampu melakukan
kompensasi terhadap pengaruh penggunaan dan kerusakan berlebihan, sehingga
hal tersebut dapat mempercepat terjadinya proses penuaan. (Pangkahila, 2007)
2.9 Hubungan Teh Hijau (Green Tea) dengan Anti Aging
Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan
antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat membantu
kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi
cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu
dalam proses penurunan berat badan. Selain dapat membantu dalam proses
penurunan berat badan, teh hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu
menghambat proses penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya
(Brannon, 2007).
Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap
radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai
sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses
tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan
radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan “mengorbankan
dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau
asam amino penyusun kolagen dan elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang
terkandung di dalam teh hijau dapat menghambat proses penuaan.
Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea Dengan Anti Aging
Catechin dalam Teh Hijau
Antioksidan
Menangkal radikal bebas
Memperlancar proses pencernaan
makanan dan metabolisme tubuh
Menghambat proses penuaan
Menurunkan berat badan
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Teh hijau disinyalir dapat membantu proses penurunan berat badan,
lingkar perut, dan persentase lemak tubuh. Kandungan teh hijau yang berkhasiat
dalam proses penurunan berat badan adalah catechin. Catechin ini merupakan
salah satu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh. Catechin
bekerja dengan cara menginhibisi Cahechol-O-methyltranferase (COMt) yang
dapat meningkatkan konsentrasi norepinephrine. Peningkatan konsentrasi
norepinephrine tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan thermogenesis dan
oksidasi lemak yang pada akhirnya dapat menurunkan berat badan, lingkar perut,
dan persentase lemak tubuh.
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
29
Faktor Internal: - Jenis Kelamin - Usia - Genetik - Hormon - Psikologis
Faktor Eksternal: Makanan Cuaca/Iklim Penyakit Bahan Kimia &
Obat-obatan
- Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh
Teh Hijau + Exercise
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita
kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola
makan biasa.
2. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita
kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola
makan biasa.
3. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada
wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan
pola makan biasa.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimental klinis dengan pre-post test
control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi kelompok Perlakuan
(P) dan kelompok Kontrol (K). Kelompok perlakuan (P) diberikan ekstrak teh
hijau yang terstandarisasi mengandung catecins 30%, sedangkan kelompok
kontrol (K) diberikan plasebo.
Gambar 4.1. Desain Penelitian
O1 : Pengamatan kelompok kontrol pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) O2 : Pengamatan kelompok kontrol setelah 8 minggu (OR + pola makan biasa
+ placebo) O3 : Pengamatan kelompok perlakuan pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) O4 : Pengamatan kelompok perlakuan setelah 8 minggu (OR + pola makan
biasa + ekstrak the hijau) Po : Kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo) Pi : Kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau yang
mengandung Epigallocathecin gallate (EGCG) sebanyak 690 mg/hari)
Populasi
O1
O3
Sampel
Random Alokasi
O2
O4
Po
Pi
31
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sanggar Senam Pekalongan pada bulan
September 2010. Alasan dipilihnya lokasi sanggar senam karena populasi di
sanggar senam bersifat homogen, yaitu memiliki pola hidup terkontrol dan gemar
berolahraga. Olahraga ini dilakukan 3x/minggu selama 8 minggu. Tiap pertemuan
dilakukan selama 1 jam, dimana 1 jam olahraga senam dapat membakar ±300
kalori.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan
karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2008). Populasi penelitian ini dibagi menjadi
dua, yaitu populasi target dan populasi terjangkau.
1. Populasi target dalam penelitian ini adalah wanita sehat usia 30-40 tahun.
2. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah wanita kelebihan berat badan.
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pocock (2006).
Adapun besar sampel tiap kelompok minimal adalah:
n = 2 x f (.)
(µ1- µ2)2
= 2 x (3,45)2 x 10,5
(70-64)2
= 6,94 + 10%
= 7,63
Keterangan:
= Standar deviasi kelompok kontrol
µ1 = Rerata/mean berat badan kelompok kontrol yang diberi placebo
µ2 = Rerata/mean berat badan kelompok perlakuan yang diberi teh hijau
Berdasarkan rumus di atas didapatkan sampel sebesar 7,63 wanita usia 30-40
tahun. Untuk mengantisipasi eksklusi subjek penelitian ditingkatkan menjadi 8
sampel untuk masing-masing kelompok, yaitu:
Kelompok Kontrol (K) : 8 sampel
Kelompok Perlakuan (P) : 8 sampel
Subjek tersebut harus memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
- Wanita kelebihan berat badan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25
kg/m2. Hal tersebut dipilih karena semakin tinggi IMT-nya, akan
semakin tinggi tingkat elastisitas tubuhnya.
- Usia dewasa 30-40 tahun. Dipilih usia 30-40 tahun karena pada umur
tersebut memiliki hormon yang kurang lebih sama, sehingga pengguna
ekstrak teh hijau dapat bekerja dengan seimbang.
b. Kriteria eksklusi
- Wanita penderita DM tipe 2, hiper/hipo thyroid & Penyakit Jantung
Koroner (PJK).
- Wanita hamil.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian yang akan diukur adalah proses penurunan berat
badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh pada wanita dewasa usia 30-40
tahun.
4.4.2 Klasifikasi Variabel
1. Variabel bebas : ekstrak teh hijau yang mengandung EGCG 390 mg/hari
2. Variabel tergantung : penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase
lemak tubuh
3. Variabel kendali : wanita kelebihan berat badan, latihan fisik/ exercise
pola makan biasa
4.4.3 Definisi Operasional Penelitian
Adapun definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut:
1. Ekstrak teh hijau adalah ekstrak yang terbuat dari teh hijau yang mengandung
Epigallocathecin gallate (EGCG) 30%, dalam sediaan serbuk yang dikemas
dalam bentuk kapsul. Ekstrak dibuat di Lab Pusat Pengembangan Tanaman
Herbal, Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro Semarang.
2. Berat badan, diukur dengan timbangan berat badan standar yang ditera
dengan ketepatan 10-2 kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan
stapedometer dengan ketepatan 10-1 cm.
3. Lingkar perut diukur setinggi pusat, bidang horisontal. Untuk mengetahui
lingkar perut, diukur dengan meteran flexibel dengan ketepatan 10-1 cm.
4. Persentase lemak tubuh, ditentukan dengan pengukuran ketebalan lemak
subkutan (skinfold), menggunakan jangka skinfold dengan ketepatan 10-1 cm.
5. Pola makan biasa adalah pola makan yang tidak diatur dan sesuai dengan pola
makan sehari-hari.
4.5 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Stapedometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan.
2. Alat timbang Tanita model TBF 100 untuk mengukur berat badan.
3. Pengukuran menggunakan rumus Body Mass Index (BMI) atau IMT untuk
mengetahui persentase lemak tubuh.
4. Alat ukur sentimeter untuk mengukur lingkar pinggang. Lingkar pinggang
diukur ketika subjek berdiri, yang diukur setinggi pusat, bidang horisontal.
5. Persentase lemak tubuh diukur dengan rumus triceps supra iliaca. Rumus
untuk mengukur persentasi lemak tubuh untuk wanita (Lean et.al, 1996).
Body Fat = 0.439 . waist (cm) + 0.221 . age (y) – 9,4
Bahan yang digunakan adalah ekstrak teh hijau yang mengandung 30%
Cathecins untuk kelompok perlakuan (P), serta placebo untuk kelompok kontrol
(K).
4.6 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada wanita kelebihan berat badan, usia 30-40
tahun yang dibagi dalam dua kelompok penelitian (Gambar 4.2).
Gambar 4.2. Alur Penelitian
Pada kelompok pertama merupakan kelompok perlakuan (P) diberi
ekstrak teh hijau yang mengandung catechins 30% dalam bentuk kapsul 3x/hari
(pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan exercise. Sedangkan
pada kelompok kedua merupakan kelompok kontrol (K) diberi placebo yang
diberikan 3x/hari (pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan
exercise. Pada kedua kelompok ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan waktu, yaitu
Wanita Overweight (IMT 23-25 kg/m2),
exercise, pola makan biasa
Pre Test (pengukuran awal 0 bulan)
- Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh
Teh Hijau
Post Test (pengukuran setelah 8 minggu) - Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh
Pre Test (pengukuran awal 0 bulan)
- Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh
Placebo
Post Test (pengukuran setelah 8 minggu) - Berat Badan - Lingkar Perut - Persentase Lemak Tubuh
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
0 minggu (pertama kali pengukuran berat badan, lingkar perut, dan persentase
lemak tubuh), 4 minggu, dan 8 minggu. Penelitian ini akan membuktikan tingkat
keefektifan ekstrak teh hijau yang mengandung catechins dalam proses penurunan
berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan
berat badan.
4.7 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut (Dahlan, 2008):
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji
hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis
deskriptif dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan
uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi data.
2. Uji normalitas data
Uji normalitas data dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) Menilai distribusi
data secara deskriptif dengan uji T-Paired (menghitungkoefisien varians,
rasio skewness, rasio kurtosis, dan melihat histogram, Q-Q plot, detrended
normal Q-Q, serta melihat boxplot dari data-data yang sudah di entry di
program SPSS; (2) Menilai distribusi data secara analitis degan uji Shapiro-
Wilk.
3. Uji homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas data, kemudian dilakukan uji homogenitas
menggunakan uji Levene’s test.
4. Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata umur, tinggi
badan, lemak tubuh, dan lingkar perut antar kelompok sebelum diberikan
perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari.
Uji komparabilitas ini menggunakan uji t-independent test dengan
menggunakan program SPSS.
5. Uji efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan selisih antara sebelum dengan
sesudah perlakuan (penurunan berat badan) antar kelompok sesudah
diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690
mg/hari. Uji efek perlakuan ini menggunakan uji t-independent test dengan
menggunakan program SPSS.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 16 orang sebagai sampel, 8
orang diantaranya sebagai kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo)
dan 8 orang sebagai kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh
hijau 690 mg/hari). Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji
homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data
Data berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut diuji
normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan
bahwa data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan
Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek n P Keterangan
Berat badan Pre plasebo BB Pre perlakuan Persentase lemak tubuh pre plasebo Persentase Lemak Tubuh pre perlakuan Lingkar Perut Pre plasebo Lingkar Perut Pre perlakuan Berat badan post plasebo Berat Badan post perlakuan Persentase Lemak Tubuh post plasebo Persentase Lemak post perlakuan lingkar Perut post plasebo Lingkar Perut post perlakuan
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
0,556 0,462 0,076 0,545 0,137 0,677 0,539 0,858 0,051 0,321 0,792 0,297
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
39
5.2 Uji Homogenitas
Data berat badan pre, lemak tubuh pre, lingkar perut pre, berat badan
post, lemak tubuh post, dan lingkar perut post antara plasebo dengan kelompok
ekstrak teh hijau diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene’s test.
Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Uji Homogenitas Data Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan
Lingkar Perut antar Kelompok Kelompok Subjek F P Keterangan
Berat badan pre Persentase Lemak Tubuh pre Lingkar Perut pre Berat badan post Persentase Lemak Tubuh post Lingkar Perut post
0,015 1,271 0,804 4,706 0,100 1,081
0,904 0,278 0,385 0,068 0,757 0,316
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
5.3 Uji Komparabilitas
5.3.1 Berat Badan Sebelum Perlakuan
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata berat badan
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan
uji t-independent test disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Rerata Berat Badan antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek N Rerata Berat Badan (kg) SB T P
Plasebo Ekstrak teh hijau
8 8
65,80
66,38
5,01
4,15
-0,250 0,806
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan kelompok
kontrol adalah 65,805,01 kg, rerata kelompok perlakuan adalah 66,384,15 kg.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -
0,250 dan nilai p = 0,806. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum
diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara bermakna
(p>0,05).
5.3.2 Lemak Tubuh Sebelum Perlakuan
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata lemak tubuh
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa +
ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent
test disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4 Rerata Lemak Tubuh antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek N Rerata Lemak Tubuh (%) SB t P
Plasebo Ekstrak teh hijau
8 8
34,16
34,43
0,45
0,98
-0,690 0,502
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata lemak tubuh kelompok
kontrol adalah 34,160,45, rerata kelompok perlakuan adalah 34,430,98.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -
0,690 dan nilai p = 0,502. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum
diberikan perlakuan, rerata lemak tubuhnya tidak berbeda secara bermakna
(p>0,05).
5.3.3 Lingkar Perut Sebelum Perlakuan
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata lingkar perut
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa OR + pola makan seimbang
+ ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-
independent test disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Rerata Lingkar Perut antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek N Rerata Lingkar Perut (cm) SB T P
Plasebo Ekstrak teh hijau
8
8
88,06
88,63
3,75
5,69
-0,233 0,819
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata lingkar perut kelompok
kontrol adalah 88,063,75 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 88,635,69 cm.
Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -
0,233 dan nilai p = 0,819. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum
diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya tidak berbeda secara bermakna
(p>0,05).
5.4 Analisis Efek Perlakuan
5.4.1 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Berat Badan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan berat badan sesudah perlakuan
antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan
pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Rerata Berat Badan Sesudah Perlakuan antar Kelompok
Kelompok Subjek n Rerata Berat Badan (kg) SB t P
Plasebo Ekstrak teh hijau
8 8
64,91
62,08
2,88
0,80
2,69 0,018
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan berat badan
kelompok kontrol adalah 64,912,88 kg, rerata kelompok perlakuan adalah
62,080,80 kg. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan
bahwa nilai t = 2,69 dan nilai p = 0,018. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan perlakuan, rerata berat badannya berbeda secara bermakna
(p<0,05).
Gambar 5.1 Grafik Berat Badan Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar kelompok
5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lemak Tubuh
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan lemak tubuh sesudah diberikan
perlakuan antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test
disajikan pada Tabel 5.7 berikut.
Tabel 5.7 Rerata Penurunan Lemak Tubuh antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata Lemak Tubuh (%) SB T P
Plasebo Ekstrak teh hijau
8 8
33,96
32,43
0,52
0,79
3,61 0,005
Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan lemak tubuh
kelompok kontrol adalah 33,960,52, rerata kelompok perlakuan adalah
32,430,79. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan
bahwa nilai t = 3,61 dan nilai p = 0,005. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan perlakuan, rerata lemak tubuhnya berbeda secara bermakna
(p<0,05).
Gambar 5.2 Grafik Lemak Tubuh Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar Kelompok
5.4.3 Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lingkar Perut
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan lingkar perut sesudah diberikan
perlakuan antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test
disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.8 Rerata Penurunan Lingkar Perut antar Kelompok Sesudah Diberikan
Perlakuan
Kelompok Subjek n Rerata Lingkar Perut (cm) SB t P
Plasebo ekstrak teh hijau
8 8
87,94
83,09
2,69
3,72
2,99 0,010
Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan lingkar perut
kelompok kontrol adalah 87,942,69 cm, rerata kelompok perlakuan adalah
83,093,72 cm. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan
bahwa nilai t = 2,99 dan nilai p = 0,010. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok
sesudah diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya berbeda secara bermakna
(p<0,05).
Gambar 5.3 Grafik Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar
Kelompok
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Subjek Penelitian
Untuk menguji pemberian OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau
690 mg/hari terhadap penurunan berat badan, lemak tubuh, dan lingkar perut,
maka dilakukan penelitian pada wanita kelebihan berat badan.
Sebagai sampel digunakan wanita usia 30-40 tahun, tidak mempunyai
riwayat menderita DM tipe 2, hiper/hipo thyroid, dan Penyakit Jantung Koroner
(PJK), tidak dalam keadaan hamil. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian
ini berjumlah 16 orang, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (OR +
pola makan biasa + plasebo) dan kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa +
ekstrak teh hijau 690 mg/hari 4 mg). Penelitian dilakukan selama 8 minggu.
6.2 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau Terhadap Penurunan Berat badan,
Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut
Sebelum dilakukan uji inferensial terhadap data berat badan sebelum
perlakuan, persentase lemak tubuh sebelum perlakuan, lingkar perut sebelum
perlakuan, berat badan sesudah perlakuan, persentase lemak tubuh sesudah
perlakuan, dan lingkar perut sesudah perlakuan antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan, terlebih dahulu data diuji normalitasnya dengan uji Shapiro
Wilk dan homogenitas antar kelompok dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil
47
analisis yang disajikan pada Tabel 5.1 (uji normalitas data) dan Tabel 5.2 (uji
homogenitas antar kelompok), data berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05).
Analisis komparabilitas sebelum diberikan perlakuan (pre test) dengan
OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari antara kedua kelompok
pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut digunakan
uji t-independent. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata berat badan
kelompok kontrol adalah 65,805,01 kg, rerata kelompok perlakuan adalah
66,384,15 kg. Dengan uji t-independent test didapatkan bahwa kedua kelompok
sebelum diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara
bermakna (p > 0,05). Demikian juga pada persentase lemak tubuh, didapatkan
bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata persentase lemak
tubuhnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), dengan rerata persentase
lemak tubuh kelompok kontrol adalah 34,160,45, rerata kelompok perlakuan
adalah 34,430,98. Pada variabel lingkar perut juga didapatkan bahwa kedua
kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya tidak berbeda
secara bermakna (p > 0,05), dengan rerata lingkar perut kelompok kontrol adalah
88,063,75 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 88,635,69 cm. Hal ini
menunjukkan bahwa baik pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh,
maupun lingkar perut sebelum diberikan perlakuan adalah sama.
Analisis efek perlakuan sesudah diberikan perlakuan (post test) dengan
OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari antara kedua kelompok
pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut digunakan
uji t-independent. Dalam analisis ini dibandingkan penurunan pada masing-
masing nilai variabel, yaitu penurunan berat badan, penurunan persentase lemak
tubuh, dan penurunan lingkar perut. Analisis penurunan dilakukan dengan
menentukan selisih antara nilai sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan
selama 8 minggu. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata berat badan
sesudah perlakuan kelompok kontrol adalah 64,912,88 kg, rerata kelompok
perlakuan adalah 62,080,80 kg. Dengan uji t-independent test didapatkan bahwa
kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa +
ekstrak teh hijau 690 mg/hari, rerata berat badannya menurun secara bermakna (p
< 0,05). Demikian juga pada persentase lemak tubuh, didapatkan bahwa kedua
kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak
teh hijau 690 mg/hari, rerata persentase lemak tubuhnya berbeda secara bermakna
(p < 0,05), dengan rerata persentase lemak tubuh kelompok kontrol adalah
33,960,52, rerata kelompok perlakuan adalah 32,430,79. Demikian juga pada
variabel lingkar perut didapatkan bahwa kedua kelompok sesudah diberikan
perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, rerata
lingkar perutnya berbeda secara bermakna (p < 0,05), dengan rerata lingkar perut
kelompok kontrol adalah 87,942,69 cm, rerata kelompok perlakuan adalah
83,093,72 cm. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada variabel berat badan,
persentase lemak tubuh, maupun pada lingkar perut sesudah diberikan perlakuan
terjadi penurunan yang bermakna. Hal ini didukung oleh hasil penelitiannya
Nagao et.al (2005) yang menyatakan bahwa teh hijau memiliki peranan yang
dapat membantu menurunkan berat badan. Bahkan di Cina teh telah dipakai
sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu, dan sekarang teh
merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air
(Weisburger, 1999). Hal itu disebabkan karena Teh hijau memiliki kandungan
polifenol yang cukup besar, yaitu catechin. Kandungan catechin pada Teh hijau
adalah 30-42% dari ekstrak padat Teh hijau, konsentrasinya tergantung pada cara
pengolahan daun teh, letak geografis, cara pengambilan ekstrak, dan jenis daun
teh (Cabrera et.al, 2006). Sedangkan daun teh hijau kering memiliki kandungan
15-30% senyawa catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate
(EGCG), 19,28% Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG),
6,39% Epicatechin (EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al, 2006).
EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan merupakan
bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki efek
biologi yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Teh hijau
dapat menurunkan berat badan karena ada tiga komponen atau bahan utamanya
yang menjadi peran utama, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan
L-theanine (Beecher et.al, 1999). Telah diketahui juga bahwa EGCG merupakan
antioksidan yang dapat menstimulasi metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn,
2008). EGCG ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara meningkatkan
oksidasi lemak tubuh (Nagao et.al, 2005). Caffein yang ada dalam teh hijau
merupakan stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Perlu
juga diketahui bahwa dosis caffein harus tepat, hal ini sesuai dengan pernyataan
Lee and Nagao (2009) bahwa penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu
banyak (300 mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-
apa terhadap penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh catechin
diduga akan lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang (Maron et.al
2003, Kovacs et.al 2004, Diepvens et.al 2005). Selain caffein, terdapat juga L-
theanine yang merupakan asam amino yang bekerja untuk menghilangkan efek
berbahaya pada caffein (Lee and Nagao, 2009).
Catechin (EGCG) dari teh hijau ini, pada beberapa penelitian diketahui
memiliki efek dapat menurunkan berat badan dan kadar lemak tubuh setelah
dikonsumsi dalam jangka panjang sekitar 12 minggu (waktu 12 minggu dilakukan
agar dapat diketahui secara pasti penurunan berat badan yang terjadi)
mengkonsumsi teh hijau yang mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam
bentuk ekstrak teh hijau maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001,
Tsuchida 2001, Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao
et.al 2005, Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga
diyakini dapat memperkecil lingkar perut dan mengurangi persentase lemak
dalam tubuh.
6.3 Beberapa Penelitian Tentang Teh hijau Dalam Proses Penurunan Berat
Badan
Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa dengan
mengkonsumsi teh hijau akan bermanfaat dalam distribusi berat badan dan
persentase lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008 dan Lee, 2009). Teh hijau dapat
membantu mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang
berakibat pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang
termasuk dalam senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi
caffein dan catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2
jam. Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar
kalori dan mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah
minum teh hijau dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari.
(Paramitha, 2007). Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and
Human Nutrition of Iowa State University (ISU) di Ames Iowa, Amerika Serikat,
kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan
berat badan adalah 316 mg/hari. Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S di
dalam The American Journal of Clinical Nutrition, kandungan EGCG yang
dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270
mg/hari dan jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150 mg/hari. Sedangkan
berdasarkan Tomonori Nagao et all dalam Journal American Society for Clinical
Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition Science News,
kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan
berat badan adalah 690 mg/hari. Studi tersebut dalam 12 minggu/3 bulan
menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh hijau dapat mengurangi berat
badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh tanpa mengurangi atau
mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya. Dengan 690 mg/hari catechin
selama 12 minggu, dapat mengurangi total berat badan ±3 kg, mengurangi lingkar
perut hingga ±3,3 cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh ±1,5 kg (Gilbert,
2006). Dari beberapa penelitian tersebut, dosis EGCG yang lebih rendah memiliki
keefektifan yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam penurunan
berat badan. Namun, dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.
6.4 Peranan Ekstrak Teh Hijau dalam Anti Aging Medicine
Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan
antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat membantu
kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi
cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu
dalam proses penurunan berat badan. Selain dapat membantu dalam proses
penurunan berat badan, teh hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu
menghambat proses penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya
(Brannon, 2007).
Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap
radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai
sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses
tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan
radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan “mengorbankan
dirinya” untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau
asam amino penyusun kolagen dan elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang
terkandung di dalam teh hijau dapat menghambat proses penuaan.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian OR + pola makan biasa + ekstrak
teh hijau 690 mg/hari pada wanita overweight didapatkan simpulan sebagai
berikut:
1. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita
kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola
makan biasa sebesar 6,48%.
2. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita
kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola
makan biasa sebesar 5,80%.
3. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada
wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan
pola makan biasa sebesar 6,25%.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
1. Disarankan untuk mengkonsumsi ekstrak teh hijau 690 mg/hari, karena
kombinasi OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau dapat menurunkan
berat badan dan persentase lemak tubuh.
54
7.3 Kelemahan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini adalah pola makan biasa/ pola makan
tidak teratur. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan agar penurunan
berat badan yang terjadi murni disebabkan karena ekstrak green tea dan latihan
fisik/ exercise.
DAFTAR PUSTAKA Almajwal A, Williams P, and Batterham M. 2009. “Current Dietetic Practices of
Obesity Management in Saudi Arabia and Comparison with Australian Practices and Best Practice Criteria.” Journal Compilation, Dietitians Association of Australia, Vol.66, p.94-100.
Azwar. 2004. “Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan.” In: Seminar Kesehatan
Obesitas. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI.
Beecher GR, Warden AB, and Merken HM. 1999. “Analysis of Tea Polyphenols.”
Journal of P.S.E.B.M, p.220. Brannon. 2007. “Green Tea: New Benefit from an Old Favorite?.” Nutrition
Dimension Inc, p.1-6. Cabrera, Artacho R, and Gimenez R. 2006. “Beneficial Effects of Green Tea – A
Review.” Journal of the American College of Nutrition, Vol.25, No.2, p.79-99.
Dahlan, Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan (Deskripsi,
Bivariat, dan Multivariat, dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS). Jakarta: Salemba Medika.
Dullo. 2004. “Green Tea: Beneficial Effects”. Journal of The American College of
Nutrition, Vol.25, No.2, p.89. Foster. 2003. “Principles and Practices in the Management of Obesity.” ATS
Journals, Vol.168, p.274-280. Gilbert. 2006. “Nutrition Science News: Supplements for Weight Loss”. The
Natural Foods Merchandiser, p. 42-44. Goldberg. 1994. Functional Food, Designer Food, Pharma Food,
Neutraceuticals. New York: Chapman and Hall. Hardani. 2002. “Pola Makan Sehat.” In: Mengawal Kesehatan Keluarga Melalui
Pemilihan dan Pengolahan Pangan yang Tepat. Seminar Online Kharisma ke-2: Kharisma Women and Edication.
Humas KPDE. Media Indonesia, 7 Februari 2009.
56
Irawan. 2007. “Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga.” Journal Sports Science Brief, Vol.01, No.07, p.1-9.
Lean, Thang S. Han, and Paul Deurenberg. 1996. “Predicting Body Composition
by Densitometry from Simple Anthropometric Measurements.” Journal American Society for Clinical Nutrition, Vol.63, p.4.
Lee. 2009 “Green Tea.” Journal of Lipton Institute of Tea, p.2-3. Manore, M. and Thompson, J. 2000. Sport Nutrition for Health and Performance.
Chaimpaign, IL: Human Kinetics. Marie, Pierre st, and Onge. 2005. “Dietary Fats, Teas, Dairy, and Nuts: Potential
Functional Foods for Weight Control?.” Journal American Society for Clinical Nutrition, Vol.81, p.7-15.
Mc Ardle WD, Katch Fl, and Katch VL. 1996. Exercise Physiology: Energy,
Nutrition, and Human Performance. 4th Ed. Baltimore: Williamsand Wilkins.
McKay and Jeffrey BB. 2002. “The Role of Tea in Human Health: An Update.”
Journal of the Am College of Nutrition, Vol.21, No.1, p.1-13. Murase T, Misawa K, Haramizu S, and Hase T. 2009. “Catechin - Induced
Activation of The LKB1/AMP - Activated Protein Kinase Pathway. Biological Science Laboratories. Epub 2009 Mar 31. Journal Biochem Parmachol, Juli 1, Vol.78, No.1, p.78-84.
Nagao. 2009. “Green Tea Catechins and Body Shape”. Journal of Lipton Institute
of Tea, p.1-2. Nagao, Yumiko Komine, and Satoko Soga. 2005. “Ingestion of a Tea Rich in
Catechins Leads to a Reduction in Body Fat and Malondialdehyde-modified LDL in Men.” The Am Journal of Clinic Nutrition, Vol.81, p.122-129.
Pambudi, J. 2009. Potensi Teh sebagai Sumber Zat Gizi dan Peranannya dalam
Kesehatan. Jakarta: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.
Pangkahila. 2007. Anti-Aging Medicine: Memperlambat Penuaan Meningkatkan
Kualitas Hidup. Jakarta: Kompas. Sastroasmoro S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3th ed. Jakarta:
Anggota IKAPI. Syah. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: AgroMedia Pustaka 2006.
Strychar. 2006. “Review: Diet in the Management of Weight Loss.” CMA Journal, Vol.174, No.1. p.56-63.
Paramitha. 2007. Teh Hijau dan Manfaatnya. Available at: www.myfit.com.
Accessed: Senin, 1 Juni 2009. Pestacello, L.S., Van Heest, J.L. 2000. “Physical Activity Mediates a Healthier
Body Weight in the Present of Obesity.” Br. J. Sport Med, Vol.34, p.86-93. Triarsary. 2010. Sejuta Manfaat Sehat Teh Hijau. Available at:
www.kompas.com. Accessed: 14 Juni 2010. Ukra and Sharyn K. 2008. The Ultimate Tea Diet. Harper Collins e-books
(www.gigapedia.com). No.1, p.6. Venables, Carl JH, Hannah RC, and Asker EJ. 2008. “Green Tea Extract
Ingestion, Fat Oxidation, and Glucose Tolerance in Healthy Humans.” Am Journal of Clinic Nutrition, Vol.87, p.778-784.
Weisburger JH. 1999. “Second International Scientific Symposium on Tea and
Human Health: an Introduction”. Proc. Soc. Exp. Biol. Med. Wilson, George AB, Christine L, and Goldmann D. 2008. “In the Clinic Obesity.”
Annals of IntMedicine Am College of Physicians, Vol.4, p.6-9.
Lampiran 1 Uji Normalitas Data Berat Badan, Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut
Tests of Normality
Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Berat Badan Pre Palcebo .210 8 .200* .934 8 .556
Ekstrak Teh Hijau .183 8 .200* .924 8 .462
Lemak Tubuh Pre Palcebo .266 8 .101 .841 8 .076 Ekstrak Teh Hijau .238 8 .200* .933 8 .545
Lingkar Perut Pre Palcebo .262 8 .112 .866 8 .137 Ekstrak Teh Hijau .126 8 .200* .947 8 .677
Berat badan Post Palcebo .254 8 .137 .933 8 .539 Ekstrak Teh Hijau .182 8 .200* .965 8 .858
Lemak Tubuh Post Palcebo .344 8 .006 .824 8 .051 Ekstrak Teh Hijau .189 8 .200* .905 8 .321
Lingkar Perut Post Palcebo .210 8 .200* .958 8 .792 Ekstrak Teh Hijau .236 8 .200* .901 8 .297
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
59
Lampiran 2 Uji Beda Berat Badan pre, Lemak Tubuh pre, Lingkar Perut pre, Selisih Berat Badan, Selisih Lemak Tubuh, dan Selisih Lingkar Perut
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean Berat Badan Pre Palcebo 8 65.8000 5.01398 1.77271
Ekstrak Teh Hijau 8 66.3750 4.15271 1.46820 Lemak Tubuh Pre Palcebo 8 34.1625 .44701 .15804
Ekstrak Teh Hijau 8 34.4250 .97943 .34628 Lingkar Perut Pre Palcebo 8 88.0625 3.74583 1.32435
Ekstrak Teh Hijau 8 88.6250 5.69304 2.01279 Berat badan Post Palcebo 8 64.9125 2.87573 1.01672
Ekstrak Teh Hijau 8 62.0750 .79955 .28268 Lemak Tubuh Post Palcebo 8 33.9625 .51530 .18219
Ekstrak Teh Hijau 8 32.4250 .79057 .27951 Lingkar Perut Post Palcebo 8 87.9375 2.69175 .95168
Ekstrak Teh Hijau 8 83.0875 3.71539 1.31359
60
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper Berat Badan Pre
Equal variances assumed .015 .904 -.250 14 .806 -.57500 2.3017 -5.511 4.3618
Equal variances not assumed
-.250 13.531 .806 -.57500 2.3017 -5.527 4.3779
Lemak Tubuh Pre
Equal variances assumed 1.271 .278 -.690 14 .502 -.26250 .38064 -1.078 .55390
Equal variances not assumed
-.690 9.795 .506 -.26250 .38064 -1.113 .58804
Lingkar Perut Pre
Equal variances assumed .804 .385 -.233 14 .819 -.56250 2.4094 -5.730 4.6051
Equal variances not assumed
-.233 12.104 .819 -.56250 2.4094 -5.807 4.6821
Berat badan Post
Equal variances assumed 4.706 .068 2.689 14 .018 2.83750 1.0552 .5741 5.1008
Equal variances not assumed
2.689 8.076 .027 2.83750 1.0552 .4079 5.2670
Lemak Tubuh Post
Equal variances assumed .100 .757 3.608 14 .005 1.53750 .33364 .8219 2.2530
Equal variances not assumed
3.608 12.039 .006 1.53750 .33364 .8108 2.264
Lingkar Perut Post
Equal variances assumed 1.081 .316 2.990 14 .010 4.85000 1.6221 1.370 8.329
Equal variances not assumed
2.990 12.761 .011 4.85000 1.6221 1.338 8.361
Lampiran 3
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Program Pendidikan Pascasarjana Universitas Udayana
Progam Studi Ilmu Biomedik
Kekhususan Ilmu Anti Aging Medicine
SURAT PERSETUJUAN UJI KLINIK
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : …………………………………………………
Umur : …………………………………………………
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari dan risiko penelitian tersebut
di bawah ini yang berjudul :
PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN
BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH
PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam uji klinik diatas dengan catatan bila
sewaktu–waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan
ini serta berhak mengundurkan diri.
Pekalongan, …………………..2010
Mengetahui: Yang menyetujui :
Penanggungjawab Penelitian Peserta uji klinik
(dr. Feny Adriani) (………………………)
Lampiran 4
63