Fenomena Pergaulan Bebas Di Lingkungan Kampus, Serta Hubungannya Dengan Agama, Tradisi, Dan Budaya
Click here to load reader
-
Upload
erika-angelika -
Category
Documents
-
view
1.325 -
download
6
Transcript of Fenomena Pergaulan Bebas Di Lingkungan Kampus, Serta Hubungannya Dengan Agama, Tradisi, Dan Budaya
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
1
Fenomena Pergaulan Bebas di Lingkungan Kampus, serta Hubungannya
dengan Agama, Tradisi, dan Budaya
Oleh Erika, 0706291243
Judul : Dampak dari Pergaulan Bebas
Pengarang : Nina Hamzah
Data Publikasi : http://ninahamzah.wordpress.com/akibat-terjadinya-pergaulan-
bebas/
Kemajuan informasi dan teknologi yang semakin marak belakangan ini, tanpa
disangkal telah membawa berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak
negatif, bagi kehidupan masyarakat. Dampak negatif yang paling terasa adalah
semakin mudah masuknya berbagai informasi-informasi yang kurang baik, seperti
gaya berpakaian yang cenderung kebarat-baratan, gaya bergaul, dan lain sebagainya.
Dampak ini paling dirasakan oleh generasi muda kita. Kemajuan informasi dan
teknologi telah menyebabkan berubahnya pola pikir, cara berpakaian, serta cara
bergaul generasi muda kita. Yang menyedihkannya lagi, fenomena ini justru banyak
terjadi di lingkungan kampus. Dunia kampus, yang seharusnya menjadi suatu institusi
pendidikan yang berfungsi untuk mendidik generasi penerus bangsa, kini malah
tercoreng wajahnya karena berbagai kasus pergaulan bebas yang terjadi.
Lantas, bagaimana pandangan agama, tradisi, dan budaya tentang fenomena pergaulan
bebas di kehidupan kampus ini? Sejauh apa kasus pergaulan bebas ini melanggar
nilai-nilai agama, tradisi, dan budaya yang telah ada dalam masyarakat? Pertanyaan
inilah yang akan coba dijawab melalui artikel Nina Hamzah.
Sebelum kita membahas mengenai pandangan agama, tradisi, dan budaya tentang
fenomena pergaulan bebas di kehidupan kampus, penulis ingin sedikit membahas
mengenai agama, tradisi, dan budaya itu sendiri.
Secara mendasar dan umum, agama sering diartikan sebagai seperangkat aturan
dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan
mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan manusia dengan
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
2
lingkungannya. Agama sebagai suatu sistem keyakinan, berbeda dengan sistem-
sistem keyakinan atau isme-isme lainnya, karena landasan keyakinan
keagamaan adalah konsep sakral dan profan atau dibedakan dari supranatural
dengan yang natural. Selain itu, ajaran-ajaran agama selalu bersumber pada
wahyu yang berisikan petunjuk-petunjuk Tuhan yang diturunkan kepada Nabi
atau RasulNya 1.
Indonesia mengakui adanya lima agama, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik,
Hindu, dan Budha. Kelima agama ini mungkin memiliki ajaran yang berbeda-beda,
namun jika dilihat lebih dalam, sebenarnya semua agama ini mengajarkan hal yang
sama pada para pengikutnya. Agama memberikan petunjuk berupa nilai-nilai moral
yang ditanamkan pada para pengikutnya. Ajaran moral inilah yang menjadi pedoman
umum bagi masyarakat, untuk menentukan benar tidaknya suatu perbuatan.
Berbeda dengan agama, tradisi menilai benar tidaknya suatu perbuatan berdasarkan
kesepakatan bersama masyarakat setempat. Kesepakatan bersama ini sendiri
dilakukan sesuai kehendak hati setiap orang dalam suatu tempat. Hal inilah yang
menyebabkan tradisi sangat bervariasi sifatnya, tradisi di masyarakat Betawi belum
tentu sama dengan tradisi di masyarakat Minang, dan sebagainya.
Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah
berproses dalam waktu lama, dilaksanakan secara turun temurun dimulai dari
nenek moyang2.
Karena itu, sangat sulit mendefinisikan suatu perbuatan benar atau salah secara umum,
karena setiap tempat memiliki tradisi yang berbeda-beda.
Jika tradisi adalah gambaran sikap dan perilaku manusia dalam waktu yang lama,
maka budaya, secara luas, diartikan sebagai segala perbuatan manusia, hasil budi
manusia, dan kehidupan manusia sehari-hari3. Jadi, segala perilaku manusia itu
didapatkan karena proses budaya. Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia.
Keseluruh perbendaharaan perilaku kita bergantung pada budaya tempat kita
dibesarkan, dengan kata lain, budaya merupakan landasan perilaku dan komunikasi
kita.
1 Husmiaty Hasyim, et, al., “Modul 2 MPK Terintegrasi”, (Depok : Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia), hal. 15. 2 Ibid, hal. 25.
3 Ibid, hal. 26.
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
3
Dipandang dari segi agama, pergaulan bebas ini tentu saja melanggar nilai agama.
Tidak ada satu agama pun yang mengijinkan pengikutnya untuk melakukan hubungan
seks pra nikah, berzinah, dan melakukan aborsi. Belum lama ini, ada pemberitaan
yang meminta agar aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi hak asasi
manusia. Hal ini tentunya bertentangan dengan nilai agama, karena melakukan aborsi
sama saja dengan membunuh jiwa yang belum lahir ke dunia, dan setiap agama selalu
melarang pengikutnya untuk membunuh. Nina Hamzah dalam artikelnya mengatakan :
“Firman Allah: „Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya
membunuh mereka adalah dosa yang besar.‟ ( QS 17:31 ). Banyak calon ibu yang
masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau
tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan
kandungannya”. Apa yang dikatakan Nina Hamzah ini tentu benar adanya, aborsi
tentu saja tidak boleh dilakukan, karena hal itu sangat bertentangan dengan nilai
agama.
Dari sudut pandang budaya, fenomena pergaulan bebas ini sangat bertentangan
dengan budaya Indonesia. Indonesia adalah negara yang menganut budaya timur,
yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan tata krama. Budaya Indonesia
melarang orang untuk mengenakan pakaian yang menunjukkan auratnya, budaya
Indonesia selalu menganjurkan orang untuk mengenakan pakaian yang rapi dan sopan.
Jika mengenakan pakaian yang kurang sopan saja bertentangan dengan budaya
Indonesia, bagaimana mungkin budaya Indonesia mengijinkan adanya hubungan seks
pra nikah? Jawabannya adalah tidak mungkin. Budaya Indonesia mengajarkan bahwa
hubungan suami-istri hanya boleh dilakukan oleh mereka yang sudah terikat janji
pernikahan. Oleh sebab itu, fenomena pergaulan bebas, apalagi yang terjadi di
lingkungan kampus, sangat bertentangan dengan nilai budaya.
Sementara dari sudut tradisi, penulis ingin mengemukakan benar tidaknya fenomena
pergaulan bebas di lingkungan kampus ini berdasarkan tradisi umum masyarakat
mengenai apa itu mahasiswa. Sudah menjadi tradisi bahwa mahasiswa adalah kaum
intelektual, yang nantinya akan dibimbing dalam perguruan tinggi (atau yang lazim
disebut dengan istilah kampus) menjadi generasi penerus bangsa. Lantas, jika
mahasiswa adalah kaum intelektual yang akan menjadi generasi penerus bangsa, dan
Erika . 0706291243 . Jurusan Ilmu Hubungan Internasional . Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
4
kampus adalah tempat untuk mendidiknya, berarti dapat dikatakan fenomena
pergaulan bebas di lingkungan kampus sangatlah tidak sesuai dengan tradisi yang ada.
Yang kita tahu, kampus adalah tempat untuk menuntut ilmu, untuk mempersiapkan
diri seorang murid untuk terjun ke dalam masyarakat luas; bukan tempat maksiat
untuk melakukan berbagai hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Oleh
karena itu, penulis menyimpulkan fenomena pergaulan bebas yang terjadi di
lingkungan kampus telah melanggar nilai-nilai tradisi yang ada.
Melihat berbagai uraian di atas, maka penulis mengambil suatu kesimpulan, yaitu
bahwa fenomena pergaulan bebas di lingkungan kampus telah mencoreng nama baik
Bangsa Indonesia. Fenomena tersebut juga telah melanggar dan bertentangan dengan
nilai-nilai agama, tradisi, dan budaya yang ada dalam masyarakat kita.