FEBRIS

download FEBRIS

of 8

Transcript of FEBRIS

FEBRIS / DEMAM

Oleh : Niken Jayanthi, S.Kep

A. Pengertian Demam Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. (Guyton, 1990). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 380 C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,80C. Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi (hiperpireksia) . (Julia, 2000)

B. Etiologi Demam Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000). Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

C. Manifestasi klinis Tanda dan gejala demam antara lain : 1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8 C 40 C) 2. Kulit kemerahan 3. Hangat pada sentuhan 4. Peningkatan frekuensi pernapasan 5. Menggigil 6. Dehidrasi 7. Kehilangan nafsu makan

D. Patofisiologi Demam Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point. (Julia, 2000) Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi). Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas. Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang aktivitas tentara tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003) Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush. Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru. Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999)

E. Patways Terlampir.

F. Penatalaksanaan Demam 1. Secara Fisik a. Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu. b. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan c. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan d. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel sel otak. e. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya Minuman yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya. f. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang g. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan). h. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh. 2. Obat-obatan Antipiretik Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk pemberian antipiretik: a. Bayi 6 12 bulan : 1 sendok the sirup parasetamol b. Anak 1 6 tahun : parasetamol 500 mg atau 1 1 sendokteh sirup parasetamol c. Anak 6 12 tahun : 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup parasetamol. Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.

G. Teori Asuhan Keperawatan Penyakit demam sangat berisiko maka pasien perlu dirawat di rumah sakit, sedangkan keperawatan pasien yang perlu diperhatikan ialah resiko peningkatan suhu tubuh, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. a. Resiko peningkatan suhu tubuh Sering terjadi bila metabolisme dalam tubuh meningkat maka perlu diberikan obat anti piretik dengan dilakukan kompres hangat bila suhu tubuh kurang dari 37 C akan tetapi bila panasnya lebih dari 38oC diberikan ekstra pamol dengan diberikan kompres dingin. b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Sering terjadi pada anak disamping demam juga mengalami anoreksia, lemas, pusing sehingga keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi yang kemudian memudahkan timbulnya komplikasi sehingga perlu dilakukan pemasangan infus dengan cairan glukosa dan NaCL dan pemberian makanan tambahan dan makanan lunak yang mudah dicerna seperti bubur halus.

c. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit Dapat diberikan penyuluhan terhadap keluarga tentang bagaiman cara mengatasi bila anak sedang kejang dan demam sehingga anak terhindar dari cidera dan mengurangi kepanikan orang tua. Disamping itu juga menjelaskan tentang penyakit dan bahayanya.

H. Pemeriksaan Penunjang Terlampir.

DAFTAR PUSTAKA 1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta, EGC. 2. Engel, Joyce. (1998). Pengkajian Pediatrik. Ed. 2. Jakarta, EGC 3. Guyton, Arthur C. (1990). Fisiologi manusia danmekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta, EGC. 4. Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC. 5. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta, EGC. 6. Julia Klaartje Kadang, SpA (2000). Metode Tepat Mengatasi Demam. www. Google. Com 7. Sinarty hartanto. (2003). Anak Demam Perlu Kompres. www. Pediatrik. Com/knal.php

APORAN PENDAHULUAN FEBRIS CONVULSION I. DEFINISI Kejang deman adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985. Jilid 2. Hal : 827)

Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.

(Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 434) Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. (Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Hal 229) II. ETIOLOGI

Hingga kini belum diketahui dengan pasti, demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.

(Mansjoer, Arif. 2kk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 434) III. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang di dapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi di mana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi, sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.

Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dalam permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luas adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (cl-) akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na K ATP ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya : 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstravaskuler 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya 3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20% pada seorang anak berumur 3 tahun. Sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran. Jadi, dengan akibat terjadinya lepas maupun listri, lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotrasmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 380 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 400 C atau lebih dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlawanan lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kbutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot

skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkania, asidosis laktat disebabkan olemetabolisme anaerobik, hipotensi aterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan oleh meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas merupakan faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran daerah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak. Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi (Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC. Hal 229 230)

MANIFESTASI KLINIS

Umumnya kejang demam berlangsung singkat berupa serangan kejang klonik atau tonik klonik bilateral. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan. Gerakan sentakan berulang tanpa di dahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan vokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 80C berlangsung lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiporesis sementara (hemiparesis todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan cairan serebropinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama untuk pasien kejang demam yang pertama. Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6 bulan. Dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. Elektroensefalografi (EEG) ternyaa kurang mempunyai nilai pragnostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam berulang di kemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak diajurkan untuk pasien kejan

demam sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan

dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi. VI. DIAGNOSA BANDING Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya meningitis atau ensefalitis. Pungsi lumbal terindikasi bila ada kecurigaan klinis meningitis. Adanya sumber infeksi seperti otitis media tidak menyingkirkan meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu dipertimbangkan pungsi lumbal. VII. PENATALAKSANAAN 1. Pengobatan Fase Aktif Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang, pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah dan muntah. Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan pemberian antiporetik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarectal. Dosis diazepam intravena 0,3 0,5 mg / kg BB / kali dengan kecepatan 1 2 mg / menit dengan dosis maksimal 20 mg. Bila kejang sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan. Tunggu sebentar dan bila tidak timbul kejang lagi cabut jarum. Bila diazepam intrarectal 5 mg (BB < 10 kg) atau 10 mg (BB > 10 kg). bila kejang tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10 20 mg / kg BB secara intravena perlahan-lahan 1 mg / kg BB / menit. Setelah pemberian fenitoin harus dilakukan pembilasan dengan NaCl fisiologis karena fenitoin bersifat basa an menyebabkan iritasi vena. Bila kejang berhenti dengan diazepam. Lanjutnya dengan fenobarbotal diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 tahun 50 mg dan 1 tahun ke atas 75 mg. secara intramuskular empat jam kemudian berikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8 10 mg / kg BB / hari. Dibagi dalam 2 dosis untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4 5 mg / kg BB . hari dibagi 2 dosis selama keadaan belum membaik. Obat diberikan secara sintukan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak

melebihi 200 mg / hari. Efek sampingnya adalah hipotensi penurunan kesadaran dan depresi pernafasan. Mencari dan Mengobati Penyebab Pemeriksaan serebrosponal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian, kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya apabila ada gejala meningitis / bila kejang demam berlangsung lama. 3. Pengobatan Profilaksis Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3 0,5 mg / kg BB / hari dalam 3 dosis. Saat pasien demam diazepam dapat juga diberikan intrarectal, tiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB < 10 kg) dan 10 mg (BB > 10 kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 380 C. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, hipotonia Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 4 5 mg / kg BB / hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproaf dengan dosis 15 40 mg / kg BB / hari. Profilaksis terus-menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria yaitu : 1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis. Misal : serebral palsi atau mikrosefali 2. Kejang demam lebih lama dari 15 menit 3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua / Saudara kandung 4.

Bila kejang terjadi bayi berumur kurang dari 12 bulan. Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka panjang, maka diberikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam orang / rectal tiap 8 jam disamping antipiretik. VIII. PROGNOSIS Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebakan kematian. Frekuensi berulangnya kejang berkisar antara 25 50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkanepilepsi rendah. (Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Media Aesculapius. Hal : 435 437