Fasilitas transportasi

7
Fasilitas transportasi (Liputan6.com/Andrian M Tunay) Liputan6.com, Jakarta : Nada sumbang kembali harus diterima produsen kendaraan mobil murah. Para pengusaha angkutan yang tergabung dalam Organda memperkirakan kehadiran mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) dapat mengganggu keberadaan angkutan umum darat, khususnya angkutan umum jarak pendek dan dalam kota. Ketua Umum DPP Organda, Eka Sari Lorena memperkirakan kehadiran mobil murah yang memicu kemacetan bakal membuat rute yang biasa ditempuh angkutan umum jarak pendek semakin panjang. "Organda memiliki rute jarak jauh dan menengah. Kalau rute kami bisa untuk survive, mobil LCGC tidak bisa ke Surabaya, karena resikonya sangat besar. Namun, kalau angkutan jarak pendek atau di perkotaan dengan adanya mobil LCGC, maka akan punah keberadaannya," ujar Lorena ketika ditemui dalam acara Diskusi Interaktif tentang Kehadiran Mobil Murah di Hotel Ritz Carlton Pacifik Place, Jakarta, Rabu (9/10/2013). Lorena memperkirakan, kemcatan yang muncul akibat bertambahnya jumlah kendaraan akan membuat rata-rata kecepataan kendaraan di perkotaan turun sekitar 2%-4% setiap enam bulannya. "Kalau jumlah

description

fasilitas

Transcript of Fasilitas transportasi

Page 1: Fasilitas transportasi

Fasilitas transportasi

(Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta : Nada sumbang kembali harus diterima produsen kendaraan mobil murah. Para pengusaha angkutan yang tergabung dalam Organda memperkirakan kehadiran mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) dapat mengganggu keberadaan angkutan umum darat, khususnya angkutan umum jarak pendek dan dalam kota.

Ketua Umum DPP Organda, Eka Sari Lorena memperkirakan kehadiran mobil murah yang memicu kemacetan bakal membuat rute yang biasa ditempuh angkutan umum jarak pendek semakin panjang.

"Organda memiliki rute jarak jauh dan menengah. Kalau rute kami bisa untuk survive, mobil LCGC tidak bisa ke Surabaya, karena resikonya sangat besar. Namun, kalau angkutan jarak pendek atau di perkotaan dengan adanya mobil LCGC, maka akan punah keberadaannya," ujar Lorena ketika ditemui dalam acara Diskusi Interaktif tentang Kehadiran Mobil Murah di Hotel Ritz Carlton Pacifik Place, Jakarta, Rabu (9/10/2013).

Lorena memperkirakan, kemcatan yang muncul akibat bertambahnya jumlah kendaraan akan membuat rata-rata kecepataan kendaraan di perkotaan turun sekitar 2%-4% setiap enam bulannya. "Kalau jumlah rit makin sedikit, maka biaya operasional semakin tidak efisien," tegasnya.

Sesuai amanat UU 22 Tahun 2009, pemerintah diwajibkan menyediakan fasilitas angkutan umum yang aman, nyaman dan mudah di akses oleh masyarakat. Pemerintah juga bertanggung jawab terhadap penyediaan angkutan orang dan barang sehingga bisa menciptakan lapangan usaha bagi penyelenggaraan angkutan umum perkotaan.

"Dari UU itu sudah diatur, tapi apakah penjelasan UU itu sudah dilaksanakan dengan baik selama 70 tahun Indonesia yang sudah merdeka," tanyanya. (Dis/Shd)

Page 2: Fasilitas transportasi

Fasilitas Olahraga

Jakarta - Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi DKI Jakarta memiliki visi Bersama Membangun Prestasi Olahraga dan Karya Pemuda. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penyediaan fasilitas olahraga.

Gelanggang Olahraga

1. GOR Bahtera Jaya. Alamat : Jl. Ketel No.1 PLTU Ancol Timur, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. Telp: 439 06612

2. GOR Ciracas

3. GOR GMSB Kuningan. Alamat: Jl. HR Rasuna Said. Kav. C-22, Kuningan, Kelurahan Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Telp: 5263139 Fax: 5263128

4. GOR Kemakmuran. Alamat: Jl. Hasyim Ashari No. 24, Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Telp: 6338682

5. GOR Ragunan. Alamat: Jl. RM Harsono, Ragunan, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Telp: 780 6568

6. GOR Rawamangun. Alamat: Jl Pemuda No. 6, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur. Telp: 4892130

7. GOR Sunter

Page 3: Fasilitas transportasi

Fasilitas Hiburan dan Rekreasi

merupakan sebuah objek wisata di Jakarta Utara. Sebagai komunitas pembaharuan kehidupan masyarakat yang menjadi kebanggaan bangsa. Senantiasa menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik melalui sajian hiburan berkualitas yang berunsur seni, budaya dan pengetahuan, dalam rangka mewujudkan komunitas 'Life Re-Creation' yang menjadi kebanggaan bangsa.

Sejarah Ancol

Sejak awal berdirinya pada tahun 1966, Ancol Taman Impian atau biasa disebut Ancol sudah ditujukan sebagai sebuah kawasan wisata terpadu oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Pemda DKI menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta daya beli masyarakat.

Sejalan dengan perkembangan perusahaan yang semakin meningkat pada tahun 1992 status Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol diubah menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol sesuai dengan akta perubahan No. 33 tanggal 10 Juli 1992 sehingga terjadi perubahan kepemilikan dan prosentase kepemilikan saham, yakni 20% dimiliki oleh PT Pembangunan Jaya dan 80% dimiliki oleh Pemda DKI Jakarta.

Pada 2 Juli 2004 Ancol melakukan “go public” dan mengganti statusnya menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk., dengan kepemilikan saham 72% oleh Pemda DKI Jakarta dan 18% oleh PT Pembangunan Jaya dan 10% oleh masyarakat. Langkah “go public” ini dilakukan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan, karena akan lebih terkontrol, terukur, efisien dan efektif dengan tingkat profesionalisme yang tinggi serta menciptakan sebuah Good & Clean Governance. Kinerja dan citra yang positif ini akan menjadikan perusahaan terus tumbuh dan berkembang secara sehat pada masa depan. PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk juga melakukan upaya repositioning dengan diluncurkannya logo Ancol yang baru pada 10 Juli 2005. Perubahan tersebut tidak semata mengganti logo perusahaan, tetapi juga untuk memacu semangat dan budaya perusahaan secara keseluruhan.

Page 4: Fasilitas transportasi

Fasilitas Tempat Ibadah di Ruang Publik Semakin Membaik

Jakarta, bimasislam—Ketika umat Islam hendak bepergian ke tempat-tempat keramaian seperti mal, pasal swalayan, tempat wisata, hotel, dan lainnya, satu hal yang sering dijadikan pertimbangan adalah baik buruknya dan nyaman tidaknya tempat ibadahnya.

Berdasarkan pantauan bimasislam, tempat-tempat keramaian di Jakarta, khususnya mal-mal besar di Jakarta mengalami peningkatan kualitas penyediaan tempat ibadah bagi umat Islam, baik berbentuk masjid maupun mushalla. Beberapa mal besar yang menyediakan tempat ibadah secara layak, nyaman, dan bersih diantaranya adalah Pondok Indah Mal (PIM), Pacific Place, Senayan City, Gandaria City, FX Plaza, Grand Indonesia, dan lain-lain. Bahkan di Pasar Raya yang berada di bilangan Blok M, Jakarta Selatan, tersedia masjid Al-Latief yang sangat bagus, luas, nyaman, dan dikelola secara professional. Dalam wawancana dengan salah seorang pengurusnya, Ustad H. Farouq, bahwa masjid ini dikelola dengan baik dengan tujuan untuk menarik minat kalangan professional, kalangan menangah ke atas.

“Selama ini, belum banyak masjid yang berada di pusat bisnis di Jakarta yang peduli terhadap kalangan ini. Makanya, tandas Farouq, masjid Al-Latief ingin memberikan ruang bagi kaum urban kota untuk memfasilitasinya dengan tempat yang nyaman, bersih, dan pengelolaan yang professional”, ujarnya.

Lebih lanjut alumnus Al-Azhar Mesir ini menegaskan bahwa masjid Al-Latief memiliki program pengajian untuk mereka dengan menyediakan pengajian Islam dengan mendatangkan berbagai tokoh terkenal, seperti akademisi, ustad, kyai, untuk memberikan pencerahan spiritual. Kami juga memiliki kajian rutin yang disediakan untuk umum dengan focus keilmuan tertentu.

Namun demikian, di beberapa tempat keramaian lain, masih jauh dari layak dan bersih. Berdasarkan pengalaman bimasislam, masjid atau mushallanya hanya ditempatkan di ruang parkir yang sumpek, bau, panas, tidak layak, dan jauh dari jangkauan. Demikian juga sajadah atau karpetnya basah, dengan bau yang tidak sedap. Bahkan terdapat beberapa mal atau pusat perbelanjaan yang tidak menyediakan tempat ibadah dimana orang mudah menjangkaunya. Ketika orang yang ingin shalat terpaksa melaksanakan di tangga-tangga darurat, seperti di beberapa ITC di Jakarta.

Page 5: Fasilitas transportasi

Bangunan dan Fasilitas Umum di Jakarta Utara TerburukTEMPO Interaktif, Jakarta:Kualitas fisik bangunan dan fasilitas umum di wilayah Jakarta Utara ternyata paling buruk jika dibandingkan wilayah lainnya. Ini diketahui dari penilaian "Bangun Praja" yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) belum lama ini.

Menurut penilaian KLH, kondisi fisik bangunan di Jakarta Utara hanya memperoleh nilai 65,75. Hampir senasib dengan Jakarta Utara adalah kualitas fisik bangunan Jakarta Barat yang hanya benilai 66,30. Jakarta Pusat menempati urutan teratas dengan nilai 70,91, disusul Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Meski ada wilayah yang lebih baik, menurut penilaian KLH, semua wilayah di Jakarta hanya tergolong sedang.

Ada sejumlah paramater yang dipakai tim KLH dalam menilai aspek fisik kota. Pertama, kondisi perumahan, termasuk perumahan sederhana, menengah, dan perumahan daerah pasang surut. Kedua, sarana kota yang meliputi jalan (arteri dan kolektor), pasar, pertokoan, perkantoran, sekolah, terminal, stasiun kereta, pelabuhan, rumah sakit, hutan kota, dan taman kota. Ketiga, kondisi perairan yang meliputi sungai dan danau. Keempat, sarana kebersihan yang meliputi tempat pembuangan sampah sementara, pengomposan, dan alat truk. Kelima, untuk daerah yang bersinggungan dengan laut, adalah parameter Pantai Wisata.

Kepala Badan Pengendali Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta Utara, Supardiyo, mengatakan, ada sistem yang tidak adil dalam penilaian itu. Menurutnya, posisi Jakarta Pusat yang dekat dengan kekuasaan membuat posisinya jadi lebih baik. "Jakarta Selatan juga diuntungkan secara tata ruang karena ditetapkan sebagai daerah resapan," kata Supardiyo.

Sebaliknya, menurut Supardiyo, Jakarta Utara merupakan tempat bermuara 13 sungai yang mengalir dari daerah yang berbeda. "Sampah mengalir ke sini dari Bogor, Depok, dan seluruh Jakarta. Dibersihkan berapa kali dalam seminggu pun tidak akan bersih," ujar Supardiyo.

Di samping itu, kata Supardiyo, dengan ketinggian Jakarta Utara yang mencapai 75 senti meter di bawah permukaan laut, air akan terus mengalir dari berbagai arah. Jadi, wajar saja jika tren nilai fisik bangunan terus menurun. "Ini tidak dilihat Menteri Lingkungan Hidup," ujar Supardiyo.