Farmasi Fisika - Stabilita
-
Upload
indra-prasetyo -
Category
Documents
-
view
358 -
download
17
description
Transcript of Farmasi Fisika - Stabilita
S T A B I L I T A
I. LANDASAN TEORI
Salah satu aktivitas yang paling penting dalam preformulasi adalah evaluasi
kestabilan fisika dan kimia dari suatu sediaan farmasi. Produsen harus dapat menunjukkan
jeslas bahwa sediaan produknya cukup stabil dan dapat disimpan dalam jangka waktu lama
tampa terjadi perubahan menjadi inaktif atau terjadi bentuk yang toksik, pasien harus
mendapat jaminan bahwa obat yang diresepkan akan mencapai sasaran yang dituju dengan
kadar cukup agar diperoleh efek yang diinginkan.
Factor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain adalah
panas, cahaya, kelembapan, oksigen, pH, mikroorganisme dan bahan-bahan tambahan
yang digunakan dalam formula sediaan obat. Sebagai contoh: aspirin (Asam asetil salisilat)
jika bercampur dengan suatu molekul air akan terhidrolisis menjadi suatu molekul asam
asetat, sedangkan vitamin C sangat mudah sekali mengalami oksidasi.
Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan melalui perhitungan
kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu lama sehingga cukup praktis digunakan
dalam bidang farmasi.
Hal-hal yang penting dalam penentuan kestabilan suatu zat secara kinetika kimia,
adalah :
1. Laju (kecepatan) reaksi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
3. Tingkat reaksi (orde reaksi) dan cara penentuan
1) Laju (kecepatan) Reaksi
Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi zat pereaksi dan hasil reaksi
per satuan waktu. Menurut hukum aksi massa, laju suatu reaksi kimia sebanding dengan
hasil kali dari konsentrasi molar reaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan
angka yang menunjukkan jumlah molekul dari zat-zat yang ikut serta dalam reaksi.
Dalam reaksi :
aA + bB + … Produk
Laju reaksinya, adalah :
Laju (V) = - 1 x d(A) = - 1 x d(B) = … = k (A)a.(B)b
a dt b dt
Dimana, masing-masing adalah:
K = Konstan laju reaksi
V = Laju / kecepatan (m.det-1)
t = waktu (det)
2) Faktor- faktor yang mempengaruhi laju reaksi
a. Suhu
b. Kekuatan ion
c. pH
3) Tingkat reaksi dan Cara Penentuannya
a. Tingkat Reaksi (Orde Reaksi)
Bilamana pada reaksi :
A B + C
Ditemukan dalan percobaan bahwa laju berbanding lurus langsung dengan
konsentrasi A, maka dikatakan bahwa reaksi berorde satu (I), karena :
d[A]
K[A]
dt
Jika laju bergantung pada kuadrat konsentrasi A, disebut orde dua (II), karena :
d[A]
K[A]2
dt
Dan, untuk proses reaksi yang berbeda :
A + B C + D
Pada persamaan laju tersebut, diperoleh :
d[A] d[B]
- = - = K[A][B]
dt dt
Reaksi tersebut juga berorde II, karena orde I pada A dan orde II lagi pada B. Secara
umum untuk reaksi :
A + B + C + … Produk
Laju reaksi = k [A]n1.[B]n2.[C]n3… . … …
Orde reaksi adalah penjumlahan eksponen (pangkat) n1 + n2 + n3 + …
Orde terhadap A adalah n1, terhadap B adalah n2 terhadap C adalah n3, dan
seterusnya.
Reaksi antara molkeul obat, D, dengan air, A :
D + A Produk
Persamaan lajunya, adalah :
d[D]
- = k[A][D] ; dimana k[A] = k’
dt
Reaksi menunjukkan orde II, akan tetapi jika konsentrasi air dianggap tetap
(misalnya larutan encer), maka persamaan laju menjadi :
d[D]
- = k[D]
dt
Reaksi di atas disebut sebagai orde pertama semu. Jadi pada umumnya jika salah satu
reaktan dari reaksi yang diberikan berada dalam jumlah yang sangat berlebihan
sehingga dapat dianggap konsentrasinya tetap (konstan) atau mendekati tetap, maka
reaksi secara keseluruhan akan menjadi orde semu.
b. Tetapan Laju Spesifik
Tetapan (k) yang tampak dalam persamaan laju berhubungan dengan reaksi
langkah-tunggal (elementer) disebut Laju Spesifik (Specific Rate Constanta) bagi
reaksi itu. Tiap perubahan kondisi reaksi, misalnya suhu, pelarut (solven), ataupun
sedikit perubahan pada spesies reaktan, akan memberikan nilai tetapan laju spesifik
yang berbeda.
Satuan teteapan (k) pada orde reaksinya :
Orde nol :
d[A]
= k
dt
Konsentrasi / waktu = k, jadi k = mol L-1 det -1
Orde I :
d[A]
= k[A]
dt
Konsentrasi / waktu = k (konsentrasi), k = 1 / waktu = det-1
Orde II :
d[A]
= k[A]2
dt
Konsentrasi / waktu = k (konsentrasi)2
k = (konsentrasi)-1 (waktu)-1 = L mol-1 det-1
Secara umum, tetapan laju untuk orde reaksi ke-n mempunyai satuan:
(konsentrasi)1-n (waktu)-1
c. Penentuan Laju Reaksi
1. Metode Subtitusi
Data yang telah diperoleh dari percobaan kinetika dapat disubtitusikan
dalam persamaan-persamaan orde reaksi. Jika diperoleh harga k yang tetap
dihitung dengan salah satu persamaan orde, maka orde reaksinya adalah sesuai
dengan persamaan orde tersebut.
Orde 0 :
[ Ct = - Kt + Co ]
Orde 1 :
kt 2,303 Co
Log C = Log Co - atau k = x log
2,303 t C
Orde 2 :
1 1
= kt
C Co
2. Metode Grafik
Dilakukan dengan cara membuat grafik hubungan antara konsentrasi zat yang
diperoleh terhadap waktu :
Ct log Ct 1/Ct
t t t
Orde Nol Orde Satu Orde Dua
3. Metode Waktu Paruh
Secara umum :
1
t1/2 =
(C)n-1
4. Metode Stabilitas Dipercepat
Pada awalnya untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan farmasi,
dilakukan pengamatan pada kondisi yang sesuai dengan kondisi penyimpanan
obat. Misalnya pada suhu kamar, ternyata semacam itu memerlukan waktu yang
lama dan tidak ekonomis.
Pada saat ini digunakan teknik uji stabilitas dipercepat, yaitu dengan
mengamati perubahan pada suhu tinggi. Dengan membandingkan dua harga k
pada suhu yang berbeda dapat dihitung energi aktivitasnya sehungga k pada suhu
kamar dapat dihitung. Harga k pada suhu kamar dapat juga diperoleh melalui
ekstrapolasi grafik antara log k dengan 1/T. dengan demikian batas kadaluarsa
suatu sediaan farmasi dapat diketahui secara tepat.
Stabilitas merupakan hal terpenting dalam kualitas dari suatu obat, dengan
berbagai cara obat dapat akan mengalami penguaraian dan akan berakibat pada
kualitas, efektifitas dan keamanan dari obat tersebut. Ketika suatu obat mengalami
penguraian maka masalah yang akan muncul adalah konsentrasi suatu obat akan
berkurang, obat terurai menjadi metabolit yang toksik bagi tubuh manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi obat, faktor kimia, faktor fisika, faktor
biologi. Stabilitas kimia faktor penguraian obat secara kimia terjadi beberapa
tahap yaitu hidrolisis, oksidasi, isomerisasi, dekomposisi faktor kimia,
polimerisasi. Tetapi yang sering terjadi ialah pada proses hidrolisis dan oksidasi.
Hidrolisis yaitu suatu proses penguraian obat oleh air yang dapat dikatalis
oleh ion hidrogen (asam) atau ion hidroksi (basa), obat yang mengandung gugus
fungsi ester, amida, laktam, imida akan sangat rentan mengalami hidrolisis, solusi
agar suatu obat yang mengandung gugus fungsi seperti ini ialah formulasi obat
pada pH stabilitas optimum, penambahan pelarutan non air, mengontrol kadar air,
obat dibentuk dalam sedian solid.
Okasidasi sediaan obat yang rentan terkena reaksi oksidasi adalah steroid,
sterol, asam lemak tak jenuh, fenotiazin, dan obat lain yang mengandung ikatan
rangkap terkonjugasi, reaksi oksidasi biasanya merupakan reaksi berupa rantai
radikal bebas solusi mengurangi kadar oksigen, menghindari kontak dengan
logam, hindari paparan cahaya dan penambahan antioksidan.
Penguraian lain, isomerisasi adalah suatu proses konversi zat aktif ke
bentuk isomer optik atau zat aktif yang lain, penguraian fotokimia adalah
penguraian yang di akibatkan oleh paparan cahaya. Polimerisasi adalah suatu
proses penggabungan dua atau lebih zat yang identik membentuk senyawa
kompleks.
Laju reaksi penguraian kimia, reaksi penguraian suatu zat berbeda satu
dengan yang lain, yang dapat dilihat dari perbedaan laju reaksi dan orde
reaksinya. Proses laju reaksi kimia adalah sesuatu yang menyebabakan ketidak
aktifan obat melalui penguraian obat atau melalui hilangnya khasiat obat karena
perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut.
Disini terjadi suatu proses disolusi, yang diperhatikan terutama
kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan obat menjadi bentuk
larutan molekular. Proses absorpsi, distribusi dan eliminasi proses ini berkaitan
dengan laju absorpsi obat kedalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan
laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor
seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak dan
melalui jalur-jalur ekskresi.
Kerja obat pada tingkat molekular dapat dibuat dalam bentuk yang tepat
dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan proses laju.
Stabilitas adalah kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang
ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Uji stabilitas
dimaksudkan untuk menjamin kualitas produk yang telah diluluskan dan beredar
di pasaran. Dengan uji stabilitas dapat diketahui pengaruh faktor lingkungan
seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter-parameter stabilitas produk
seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga dapat ditetapkan
tanggal kedaluwarsa yang sebenarnya. Berdasarkan durasinya, uji stabilitas dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Uji stabilitas jangka pendek (dipercepat). Uji stabilitas jangka pendek dilakukan
selama 6 bulan dengan kondisi ekstrim (suhu40o±20oC dan Rh 75% ± 5%). Interval
pengujian dilakukan pada bulan ke-3 dan ke-6.
2. Uji stabilitas jangka panjang (real time study). Uji stabilitas jangka panjang
dilakukan sampai dengan waktu kedaluarsa produk seperti yang tertera pada
kemasan. Pengujiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali pada tahun pertama dan
setiap 6 bulan sekali pada tahun kedua. Pada tahun ketiga dan seterusnya, pengujian
dilakukan setahun sekali. Misalkan untuk produk yang memiliki ED hingga 3 tahun
pengujian dialkukan pada bulan ke-3, 6, 9, 12, 18, 24 dan 36.Sedangkan
produk yang memiliki ED selama 20 bulan akan diuji pada bulan ke-3, 6, 9,12, 18
dan 20. Faktor yang mempengaruhi stabilitas setiap bahan baku, baik bahan yang
memberikan efek terapi atau bahan tambahan dapat mempengaruhi stabilitas. Faktor
utama lingkungan dapat menurunkan faktor yang mempengaruhi stabilitas setiap
bahan baku, baik bahan zat aktif yang memberikan efek terapi atau bahan tambahan
dapat mempengaruhi stabilitas.
Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya,
temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan karbondioksida.
Faktor utama yang mempengaruhi stabilitas adalah, ukuran partikel, pH, kelarutan,
Ketercampuran anion dan kation, kekuatan larutan ionik, bahan tambahan kimia,
bahan pengikat molekular, difusi zat tambahan.
Jika sebelum uji stabilitas dipercepat tidak memperlihatkan adanya perubahan,
maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji penyimpanan untuk mengetahui
perubahan yang terjadi selama proses distribusi. Pada proses distribusi dan pada saat
berada pada tangan konsumen untuk memastikan fungsi efektifitas sediaan sangatlah
penting untuk mengamati setiap perubahan yang terjadi secara fisika maupun kimia.
II. MONOGRAFI ZAT AKTIF
INDOMETHACINUM
Indometasin
Asam 1- (p-klorobenzoil)-5-metoksi-2-metilindola-3-asetat [53-86-1]
C19H16CINO4 BM 357,79
Indometasin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C19H16CINO4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian Serbuk hablur, polimorf kuning pucat hingga kuning kecoklatan; tidak berbau
atau hampir tidak berbau. Peka terhadap cahaya; meleleh pada suhu lebih kurang 1620.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform
dan dalam eter.
Baku pembanding Indometasin BPFI; lakukan pengeringan dengan tekanan di bawah 5
mmHg, pada suhu 1000 selama 2 jam sebelum digunakan.
Indentifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah didispersikan dalam minyak mineral
P, menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Indometasin BPFI.
B. Spektrum serapa ultra violet larutan (1 dalam 40.000) dalam larutan asam klorida
methanol 0,1 N, menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Indometasin BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 318 nm
berbeda tidak lebih dari 3,0%.
C. Pola difraksi sinar-X seperti yang tertera pada Difraksi Sinar-X <811> sesuai
dengan Indometasin BPFI.
Sisa pengeringan <1121> tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada tekanan tidak
lebih dari 5 mmHg pada suhu 1000 selama 2 jam.
Sisa pemijaran <301> tidak lebih dari 0,2%.
Logam berat <371> Metode III tidak lebih dari 20 bpj.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Kromagtrografi lapis tipis seperti yang
tertera Kromagtrografi <931>.
Fase gerak Buat larutan natrium fosfat monobasa 0,01 M dan natrium fosfat dibasa
0,01 M dalam campuran asetonitril P-air (lebih kurang 1:1).
Larutan baku Timbang seksama sejumlah Indometasin BPFI, larutkan dalam Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan uji Timbang seksama lebih kurang 100 mg, masukkan ke dalam labu tentukur
100-ml, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromagtografi lakukan seperti yang tertera pada Kromagtografi <031>.
Kromagtografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detector 254 nm dan kolom 4 mm x
30 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 10 μm. Laju aliran lebih kurang 1 ml
per menit. Lakukan kromagtografi terhadap Larutan baku, rekam respons puncak seperti
yang tertera pada Prosedur: efisiensi kolom ditentukan dari puncak analit tidak kurang dari
500 lempeng teoritis dan simpangan baku relative pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
1,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20 μl)
Larutan baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur respons puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg, C19H16CINO4 dengan rumus :
ru
1000 C ( )
rs
C adalah kadar Indometasin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; ru dan rs berturut-turut
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak tembus cahaya.
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT BAHAN
Labu ukur 50 ml, 100 ml Dapar Fosfat pH 8
Vial Kalium dihidrogen 0,1 M
Pipet tetes NaOH 0,1 N
Pipet volume Air suling
Oven Indometasin
Lemari es Etanol
Kertas saring Larutan indometasin
Spektrofotometri
Corong
IV. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
1. PERHITUNGAN
A. Pengaruh Suhu Terhadap Kestabilan Larutan Indometasin
Diketahui : x = Konsentrasi (C)
y = Absorbansi (A)
Volume Konsentrasi Indometasin (C) Absorbansi (A)
0,2 ml 0,4 0,2145
0,5 ml 1 0,4166
1 ml 2 0,5002
1,5 ml 3 0,7429
2,0 ml 4 0,8051
3,0 ml 6 1,121
Ditanyakan : Kurva kalibrasi antara konsentrasi Indometasin dengan absorbansi
serapan & tentukan persamaan garis regresinya ?
Jawab :
0 1 2 3 4 5 6 70
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 0.154238125 x + 0.211799125R² = 0.977015143436964
Kurva Kalibrasi antara Konsentrasi Indometasin dengan Absorbansi
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Konsentrasi Indometasin (C)
Ab
sorb
ansi
(A
)
y = 0,154x + 0,211
R2 = 0,977
B. Penentuan Stabilitas Larutan Indometasin
Diketahui :
Suhu 600 Suhu 700 Suhu 800
Waktu (t) A Waktu (t) A Waktu (t) A
0 0,99705 0 0,98485 0 0,96425
30 0,9759 30 0,93095 30 0,9224
60 0,95825 60 0,8869 60 0,8479
90 0,865 90 0,8466 90 0,844
120 0,85855 120 0,8307 120 0,83155
150 0,7887 150 0,77305 150 0,72835
Persamaan garis larutan Indometasin dengan absorbansi :
y = 0,154x + 0,211
R2 = 0,977
Ditanyakan : Waktu kadaluarsa ?
Jawab :
Suhu 60 0
y = 0,154x + 0,211
y adalah absorbansi (A), x adalah konsentrasi (C)
t 0 : y = 0,154x + 0,211
0,99705 = 0,154x + 0,211
0,78605 = 0,154x
x = 5,1042
t 0,5 : y = 0,154x + 0,211
0,9759 = 0,154x + 0,211
0,7649 = 0,154x
x = 4,9668
t 1 : y = 0,154x + 0,211
0,95825 = 0,154x + 0,211
0,74725 = 0,154x
x = 4,85227
t 1,5 : y = 0,154x + 0,211
0,865 = 0,154x + 0,211
0,654 = 0,154x
x = 4,2467
t 2 : y = 0,154x + 0,211
0,85855 = 0,154x + 0,211
0,64755 = 0,154x
x = 4,20487
t 2,5 : y = 0,154x + 0,211
0,7887 = 0,154x + 0,211
0,5777 = 0,154x
x = 3,7512987
t C t Log C t 1/C
0 5,1042 0 0,7079 0 0,1959
0,5 4,9668 0,5 0,696 0,5 0,2013
1 4,85227 1 0,6859 1 0,206
1,5 4,2467 1,5 0,628 1,5 0,3547
2 4,20487 2 0,6237 2 0,2378
2,5 3,7512987 2,5 0,57418 2,5 0,26657
y = -0,5518x + 5,2107
R2 = 0,9405
y = -0,053x + 0,72
R2 = 0,932
y = 0,034x + 0,2
R2 = 0,290
Ket : t atau waktu dalam jam
Grafik antara t dengan C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
1
2
3
4
5
6
f(x) = − 0.5517638 x + 5.21072786666667R² = 0.940490077740311
Grafik antara t dengan C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
Kons
entr
asi (
C)
Grafik antara t dengan Log C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
f(x) = − 0.0539085714285714 x + 0.719999047619048R² = 0.932094746584211
Grafik antara t dengan Log C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
Log
Kons
entr
asi (
Log
C)
Grafik antara t dengan 1 / C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
f(x) = 0.0349457142857143 x + 0.200029523809524R² = 0.290640243576208
Grafik antara 1 / C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
1 /
Kons
entr
asi (
1 /
C)
Suhu 70 0
y = 0,154x + 0,211
y adalah absorbansi (A), x adalah konsentrasi (C)
t 0 : y = 0,154x + 0,211
0,98485 = 0,154x + 0,211
0,77385 = 0,154x
x = 5,025
t 0,5 : y = 0,154x + 0,211
0,93095 = 0,154x + 0,211
0,71995 = 0,154x
x = 4,675
t 1 : y = 0,154x + 0,211
0,8869 = 0,154x + 0,211
0,6759 = 0,154x
x = 4,38896
t 1,5 : y = 0,154x + 0,211
0,8466 = 0,154x + 0,211
0,6356 = 0,154x
x = 4,127
t 2 : y = 0,154x + 0,211
0,8307 = 0,154x + 0,211
0,6197 = 0,154x
x = 4,024
t 2,5 : y = 0,154x + 0,211
0,77305 = 0,154x + 0,211
0,56205 = 0,154x
x = 3,64967
t C T Log C t 1/C
0 5,025 0 0,701 0 0,199
0,5 4,675 0,5 0,66978 0,5 0,2139
1 4,38896 1 0,64236 1 0,2278
1,5 4,127 1,5 0,6156 1,5 0,2423
2 4,024 2 0,6 2 0,2485
2,5 3,64967 2,5 0,56225 2,5 0,2739
y = -0,519x + 4,964
R2 = 0,982
y = -0,053x + 0,698
R2 = 0,991
y = 0,028x + 0,199
R2 = 0,980
Grafik antara t dengan C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
1
2
3
4
5
6
f(x) = − 0.519520571428571 x + 4.96433904761905R² = 0.98249423526632
Grafik antara t dengan C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
Kons
entr
asi (
C)
Grafik antara t dengan Log C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
f(x) = − 0.0531342857142858 x + 0.698249523809524R² = 0.99182707634025
Grafik antara t dengan Log C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
Log
Kons
entr
asi (
Log
C)
Grafik antara t dengan 1 / C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
f(x) = 0.02816 x + 0.199033333333333R² = 0.9805098908884
Grafik antara t dengan 1 / C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
1 /
Kons
entr
asi (
1 /
C)
Suhu 80 0
y = 0,154x + 0,211
y adalah absorbansi (A), x adalah konsentrasi (C)
t 0 : y = 0,154x + 0,211
0,96425 = 0,154x + 0,211
0,75325 = 0,154x
x = 4,89123377
t 0,5 : y = 0,154x + 0,211
0,9224 = 0,154x + 0,211
0,7114 = 0,154x
x = 4,61948
t 1 : y = 0,154x + 0,211
0,8479 = 0,154x + 0,211
0,6369 = 0,154x
x = 4,1357
t 1,5 : y = 0,154x + 0,211
0,844 = 0,154x + 0,211
0,633 = 0,154x
x = 4,110389
t 2 : y = 0,154x + 0,211
0,83155 = 0,154x + 0,211
0,62055 = 0,154x
x = 4,0295
t 2,5 : y = 0,154x + 0,211
0,72835 = 0,154x + 0,211
0,51735 = 0,154x
x = 3,3594
t C t Log C t 1/C
04,8912337
70 0,6894 0 0,204
0,5 4,61948 0,5 0,66459 0,5 0,21647
1 4,1357 1 0,616549 1 0,24179
1,5 4,110389 1,5 0,6138 1,5 0,24328
2 4,0295 2 0,60525 2 0,248169
2,5 3,3594 2,5 0,52626 2,5 0,29767
y = -0,540x + 4,866
R2 = 0,911
y = -0,056x + 0,690
R2 = 0,894
y = 0,032x + 0,201
R2 = 0,871
Grafik antara t dengan C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
1
2
3
4
5
6
f(x) = − 0.540252562857143 x + 4.8662661652381R² = 0.911373850359022
Grafik antara t dengan C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
Kons
entr
asi (
C)
Grafik antara t dengan Log C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
f(x) = − 0.0569410857142857 x + 0.690484523809524R² = 0.89456616515436
Grafik antara t dengan Log C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
Log
Kons
entr
asi (
Log
C)
Grafik antara t dengan 1 / C :
0 0.5 1 1.5 2 2.5 30
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
f(x) = 0.0322821142857143 x + 0.201543857142857R² = 0.870999924319908
Grafik antara t dengan 1 / C
Y-ValuesLinear (Y-Values)
Waktu (t) dalam jam
1 /
Kons
entr
asi (
1 /
C)
Orde 0
Ct = Co – Kt
Ct = - Kt + Co
y = - 0,5518x + 5,2107
Masukkann b dari setiap suhu berdasarkan orde
K (60) = 0,5518
K (70) = 0,519
K (80) = 0,540
Suhu 1 / T = x Log K = y
60 1 / (60 + 273) = 0,003003 Log 0,5518 = - 0,258
70 1 / (70 + 273) = 0,002915 Log 0,519 = - 0,2848
80 1 / (80 + 273) = 0,00283286 Log 0,540 = - 0,2676
y = 59,37x – 0,443
Ket : T dalam Kelvin
Grafik antara 1 / T dengan Log K :
0.0028 0.00285 0.0029 0.00295 0.003 0.00305
-0.29
-0.285
-0.28
-0.275
-0.27
-0.265
-0.26
-0.255
-0.25
-0.245
-0.24
f(x) = 59.3696861200809 x − 0.443311937160257R² = 0.138406332119411
Grafik anatara 1 / T dengan Log K
Y-ValuesLinear (Y-Values)
1 / T
Log
K
K pada 250 (suhu kamar) :
y = Cx + d
y = 59,37(1 / T) – 0,443
y = 59,37(1 / (25 + 273) - 0,443
y = 59,37(0,003355) - 0,443
y = 0,199 – 0,443
y = -0,244
maka Log K (25)= -0,244
K (25) = 0,57
Orde 0
Ct = Co - Kt
(90 % x 5,1042) = 5,1042 - (0,57) t
4,59378 = 5,1042 – 0,57t
0,57t = 5,1042 – 4,59378
0,57t = 0,51042
t = 0,895 jam
Maka waktu kadaluarsa adalah 0,895 jam atau 36 menit 58 detik,
2. PENIMBANGAN
Pembuatan Spektrum Absorbsi dan Kurva Kalibrasi
1. setelah tersedia larutan indometasin 100 mg/50 mL (larutan stok) dibuat pengenceran
4mg/100 mL dengan mengambil 2 mL larutan indometasin yang diencerkan pada
larutan dapar 100 mL itu digunakan untuk mengukur serapan panjang gelombangnya.
2. selanjutnya dari larutan stok di ambil masing-masing 0,2 mL; 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL;
2,0 mL dan 3,0 mL dalam labu takar 100 mL, ditambahkan larutan dapar pH 8 sampai
tepat 100 mL sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,4; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 6,0
mg/100mL selanjutnya hitung Absorbsinya.
Penentuan Stabilitas Larutan Indometasin
1. setelah tersedia larutan indometasin 100 mg/50 mL (larutan stok) dibuat pengenceran
4mg/100 mL dengan mengambil 2 mL larutan indometasin yang diencerkan pada
larutan dapar 100 mL itu digunakan untuk mengukur serapan panjang gelombangnya.
2. diambil 5 mL larutan indometasin dari konsentrasi 4mg/100 mL dimasukkan kedalam
42 vial, selanjutnya vial-vial tersebut disimpan dalam oven bersuhu 600 C, 700C, dan
800C (@suhu 14 vial)
3. setelah 10 menit, diambil 2 vial dari masing-masing suhu, didinginkan dalam lemari es
lalu disaring dan ditentukan absorbsinya.
4. selanjutnya pada waktu per 30 menit sampai menit ke 150 diambil lagi 2 vial dari
masing-masing vial dan didinginkan dalam lemari es lalu ditentukan absorbsinya. Lalu
dibuat kurva kalibrasinya dan dihitung konsentrasi dengan menggunakan persamaan
regresi kurva kalibrasi.
V. PROSEDUR
A. Pengaruh Suhu terhadap Kestabilan Lrutan Indometasin
1. Penyiapan Larutan Dapar
Dapar yang digunakan dalam percobaan ini adalah dapar fosfat, dengan cara :
a. 50 ml Kalium dihidrogen fosfat 0,1 M dicampurkan dengan 46,1 ml NaOH 0,1
N.
b. Ditambahkan dengan air suling sampai 100 ml sehingga diperoleh dapar dengan
pH 8.
2. Pembuatan Spektrum Absorbansi dan Kurva Kalibrasi
a. Larutan indometasin dibuat dengan cara :
100 mg Indometasin dilarutkan ke dalam 30 ml etanol
Larutan ditambahkan air suling bebas Karbon dioksida sampai 50 ml (larutan
stok).
b. Larutan Indometasin 4mg/100 dilarutkan dalam dapar pH 8 dari larutan stok,
kemudian ukur serapannya pada panjang gelombang 200-350 nm. Panjang
gelombang maksimum (λ) adalah 320 nm
c. Larutan stok diambil menggunakan pipet sebanyak 0,2; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 3,0
ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. lalu larutan tersebut
ditambahkan larutan dapar pH 8 samapi tepat 100 ml. maka akan diperoleh
larutan dengan konsentrasi 0,4; 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 6 mg / 100 ml. Kemudian
serapannya diukur pada λ = 320 nm.
d.Kurva kaliberasi dibuat antara konsentrasi indometasin dengan absorbansi /
sarapan. Kemudian persamaan garis regresinya dientukan.
B. Penentuan Stabilitas Larutan Indometasin
Stabilitas larutan indometasin dapat ditentukan dengan cara uji stabilitas dipercepat
pada suhu 600, 700, 800C. Pengujian dilakukan dengan cara konsentrasi Indometasin
sisa diukur dalam larutan pada waktu-waktu tertentu. Larutan Indometasin yang diuji
adalah larutan dengan konsentrasi 4,0 mg / 100 ml (dibuat dari larutan stok).
a. 5 ml larutan Indometasin dimasukkan ke dalam 36 vial.
b. Vial tersebut disimpan di dalam oven dengan suhu 600, 700, 800C (@suhu 12 vial).
c. Vial dimbil dari masing-masing suhu setelah 10 menit, 30 menit, 60 menit, 90
menit, 120 menit, dan 150 menit.
d. Kemudian vial tersebut dimasukkan ke dalam lemari es untuk menghentikan reaksi
penguraian.
e. Larutan disaring dan absorbansi / serapan dapat ditentukan dengan spektrofotometri
pada λ = 320 nm.
f. Konsentrasi dapat ditentukan dengan persamaan regresi kurva kalibrasi.
Konsentrasi ini dianggap sebagai konsentrasi awal Indometasin untuk masing-
masing suhu penyimpanan (Co).
C. Penentuan Waktu Kadaluarsa Larutan Indometasin
Waktu kadaluarsa larutan Indometasin dapat dihitung dengan tahap sebagai berikut :
a. Tingkat / orde reaksi penguraian ditentukan dengan metode subtitusi atau metode
grafik
b. Energi aktivasi (Ea) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Arrhenius.
c. K pada suhu kamar dapat ditentukan.
d. Kadaluarsa larutan Indometasin tersebut dihitung pada suhu kamar apabila larutan
tersebut dianggap sudah tidak dapat digunakan lagi bila telah terurai sebanyak 10%.
VI. HASIL PENGAMATAN
A. Pengaruh Suhu Terhadap Kestabilan Larutan Indometasin
Panjang gelombang (λ) 2 ml = 295,0
Serapan atau Absorbansi (A) =
Volume Konsentrasi Indometasin (C) Absorbansi (A)
0,2 ml 0,4 0,2145
0,5 ml 1 0,4166
1 ml 2 0,5002
1,5 ml 3 0,7429
2,0 ml 4 0,8051
3,0 ml 6 1,121
y = 0,154 x + 0,211
R2 = 0,977
Ket : Grafik terlampir di bagian perhitungan
B. Penentuan Waktu Kadaluarsa Larutan Indometasin
Waktu
S Suhu
vial
600 700 800
A Rata-rata A Rata-rata A Rata-rata
0 (10 menit)1 0,9968
0,997050,9853
0,984850,9764
0,964252 0,9973 0,9844 0,9521
30’1 0,9877
0,97590,9362
0,930950,9314
0,92242 0,9641 0,9257 0,9134
60’1 0,9632
0,958250,8824
0,88690,8511
0,84792 0,9533 0,8914 0,8447
90’1 0,8766
0,8650,8511
0,84660,8449
0,8442 0,8534 0,8421 0,8431
120’1 0,8506
0,858550,8503
0,83070,8413
0,831552 0,8665 0,8111 0,8218
150’1 0,7931
0,78870,7432
0,773050,7321
0,728352 0,7843 0,724 0,7246
VII. PEMBAHASAN
Percobaan stabilita ini dilakukan bertujuan untuk dapat menentukan tingkat reaksi
penguraian suatu zat, menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat,
menentukan waktu kadaluarsa suatu zat, dengan menggunakan data kinetika kimia untuk
memperkirakan kestabilan suatu zat dan dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan suatu zat.
Pengujian stabilitas dianggap penting mengingat suatu sedian biasanya diproduksi
dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang
membutuhkan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu lama dapat mengalami penguraian
dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil uraian zat
tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih
kondisi pembuatan sedian yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga. Faktor-faktor yang
mempengaruhi obat, faktor kimia, faktor fisika, faktor biologi. Stabilitas kimia faktor
penguraian obat secara kimia terjadi beberapa tahap yaitu hidrolisis, oksidasi, isomerisasi,
dekomposisi faktor kimia, polimerisasi. Pada praktikum kali ini praktikan melakukan
pengujian stabilitas pada indometasin yaitu pengaruh suhu terhadap stabilitas indometasin
dan penentuan waktu kadaluarsa larutan indometasin.
Semakin besar temperatur dalam jangka waktu yang lama saat penyimpanan
larutan indometasin, maka akan menentukan hasil absorbansi yang semakin kecil karena
partikel-partikel semakin bereaksi ketika temperatur meningkat dan banyaknya cahaya atau
energi yang diserap oleh partikel-partikel dalam larutan semakin kecil. Absorbansi
merupakan banyaknya cahaya atau energi yang diserap oleh partikel-partikel dalam
larutan, sedangkan transmitansi marupakan bagian dari cahaya yang diteruskan melalui
larutan. Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul
dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert yaitu, proporsi berkas cahaya datang yang diserap
oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang.
Hukum Lambert ini berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia
ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut.
Praktikum penentuan waktu kadaluarsa larutan indometasin adalah untuk
mengetahui kerja obat pada tingkat molekular yang dapat dibuat dalam bentuk yang tepat
dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan proses laju. Stabilitas
adalah kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan. Uji stabilitas dimaksudkan untuk menjamin
kualitas produk yang telah diluluskan dan beredar di pasaran. Dengan uji stabilitas dapat
diketahui pengaruh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban terhadap parameter-
parameter stabilitas produk seperti kadar zat aktif, pH, berat jenis dan net volume sehingga
dapat ditetapkan tanggal kedaluwarsa yang sebenarnya.
Indentifikasi indometasin dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut :
1. Spektrum serapan inframerah zat yang telah didispersikan dalam minyak mineral P,
menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
Indometasin BPFI.
2. Spektrum serapa ultra violet larutan (1 dalam 40.000) dalam larutan asam klorida
methanol 0,1 N, menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang
sama seperti pada Indometasin BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 318 nm
berbeda tidak lebih dari 3,0%.
3. Pola difraksi sinar-X seperti yang tertera pada Difraksi Sinar-X <811> sesuai dengan
Indometasin BPFI.
Energi elektromagnetik dapat digolongkan sebagai suatu radiasi berbentuk
gelombang yang kontinu, suatu bentuk/wujud yang bergantung pada ukuran dan bentuk dari
gelombang. Sebagaimana seluruh bentuk-bentuk radiasi, radiasi elektromagnetik dapat
digambarkan dalam bentuk model gelombang dan suatu medan bervibrasi di sekitar titik
dalam ruang.
Spektra dapat diperoleh dari suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dari
panjang gelombang tertentu dan suatu panjang gelombang tertentu lewat melalui suatu
sampel menghasilkan spektra emisi jika energi dalam jumlah besar yang didapat dari suatu
nyala atau beberapa sumber energi lainnya, mengeksitasi elektron-elektron dalam atom.
VIII. KESIMPULAN
Dari kegiatan praktikum ini maka kami dapat menyimpulkan beberapa poin berikut :
1. Stabilitas indometasin dipengaruhi oleh suhu.
2. Semakin tinggi suhu, indometasin lebih mudah teroksidasi
3. Indometasin sebaiknya disimpan pada suhu kamar atau lebih rendah agar tidak
teroksidsasi
4. Semakin besar temperatur dalam jangka waktu yang lama saat penyimpanan larutan
indometasin, maka akan menentukan hasil absorbansi yang semakin kecil karena
partikel-partikel semakin bereaksi ketika temperatur meningkat dan banyaknya cahaya
atau energi yang diserap oleh partikel-partikel dalam larutan semakin kecil.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. DepKes RI.
Martin, dkk. 2008. Farmasi Fisik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Tim Penyusun. 2008. Buku Ajar Farmasi Fisika. Jimbaran : Jurusan Farmasi Fakultas
MIPA Universitas Udayana.
Tim Penyusun. 2009. Petujuk Praktikum Farmasi Fisika. Jimbaran : Jurusan Farmasi
Fakultas MIPA Universitas Udayana.