farmakognosi 2

32
Maserasi, Perkolasi & Infus 1111011001 Febby Arfinda 1111012009 Aisyah Fajriani 1111012015 Fitri Rachmaini 1111012051 Devina Yusuf 1111012060 Meladya Maryon 1111012092 Annisa Karimah Kelom pok 3

description

farmakognosi

Transcript of farmakognosi 2

Page 1: farmakognosi 2

Maserasi, Perkolasi & Infus

• 1111011001 Febby Arfinda• 1111012009 Aisyah Fajriani• 1111012015 Fitri Rachmaini• 1111012051 Devina Yusuf• 1111012060 Meladya

Maryon• 1111012092 Annisa

KarimahKelompok 3

Page 2: farmakognosi 2

Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Proses Ekstraksi

Pemilihan dari proses yang digunakan dalam ekstraksi pada obat tergantung dari beberapa faktor.

Sifat alami dari obat mentah

Pemilihan penggunaan maserasi atau perkolasi terutama tergantung pada sifat alami dan karakteristik obat mentah yang akan diekstraksi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai jenis organ atau jaringan tumbuhan penting untuk memperoleh hasil terbaik.

Kestabilan dari obat mentah

Proses ekstraksi panas secara terus-menerus harus dihindari pada konstituen yang bersifat termolabil.

Page 3: farmakognosi 2

Harga dari obat mentah

Ketika obat mentah berharga mahal (cth. jahe), diinginkan untuk mendapatkan ekstraksi yang lengkap. Oleh karena itu, dari sudut pandang ekonomi, perkolasi harus digunakan. Pada obat yang tidak begitu mahal, maserasi, walaupun tingkat efisiensinya rendah, dapat diterima karena harganya yang lebih murah.

Pelarut

Pemilihan pelarut tergantung pada kelarutan dari komponen yang diinginkan dari bahan. Jika konstituen menuntut pelarut yang lebih dari pelarut murni yang dipanaskan atau azeotrop, ekstraksi terus-menerus harus digunakan.

Page 4: farmakognosi 2

Konsentrasi Produk

Produk yang diencerkan seperti tincture dapat dibuat dri maserasi atau perkolasi. Untuk preparat semi-konsentrasi, proses perkolasi yang lebih efisien digunakan. Preparat konsentrasi, seperti liquid atau ekstrak kering, dibuat dengan perkolasi.

Perlindungan pelarut

Pelarut sebaiknya dilindungi dengan pengurangan tekanan untuk menjaga konstituen yang bersifat termolabil.

Page 5: farmakognosi 2

Maserasia. Defenisi

Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa latin, artinya merendam) adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitudirendam menggunakan pelarut bukan air (pelarut non polar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertebtu sesuai dengan aturandalam buku resmi kefarmasian (FI Ed. IV).

Page 6: farmakognosi 2

b. Prinsip

Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaankonsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dengan yang diluar sel, makalarutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadikeseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dengan larutan didalam sel.

Page 7: farmakognosi 2

Gambar disamping menunjukkan proses maserasi, dimana sample dimasukkan ke dalam bejana (maserator) kemudian direndam dengan pelarut sampai terendam sempurna dan tambahkan sekitar 1-2cm pelarut di atas permukaan sample, kemudian tutup bagian atas untuk mencegah masuknya pengotor dan penguapan pelarut, namun berikan sedikit lobang untuk mencegah terjadinya letupan akibat penguapan pelarut.

Page 8: farmakognosi 2

Perendaman dilakukan selama kurun waktu tertentu, misalnya dilakukan selama 24 jam dengan diberikan pengadukan setiap 1-2 jam (kalau malem biarkan saja tidak perlu di aduk), proses pengadukan bukan keharusan. Setelah 24 jam ganti pelarut dengan pelarut baru dan selanjutnya perlakukan sama dengan yang pertama.

Penggantian pelarut dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi, karena pelarut pertama kemungkinan sudah jenuh oleh senyawa sehingga tidak dapat melarutkan kembali senyawa yang diharapkan, dan waktu pergantian tergantung kebutuhan tidak harus 24 jam. 

Penggantian pelarut dihentikan bila pelarut terakhir setelah didiamkan seperti pelarut sebelumnya memperlihatkan warna asli pelarut yang menandakan senyawa sudah terekstraksi seluruhnya.

Page 9: farmakognosi 2

Ekstrak cair dari pelarut pertama dan pelarut selanjutnya disatukan, untuk dikisatkan (INGAT pengisatan harus dilakukan dengan cara dingin misalnya dengan evaporator supaya senyawa yang diharapkan tidak rusak)

Page 10: farmakognosi 2

c. Keuntungan

Keuntungan metode maserasi adalah : Alat yang dipakai sederhana, hanya

dibutuhkan bejana perendamBiaya operasionalnya relatif rendahProsesnya relatif hemat penyariTanpa pemanasan

Page 11: farmakognosi 2

d. Kelemahan

Kelemahan dari metode maserasi adalah :Proses penyarian tidak sempurna, karena zat

aktifnya hanya mamputerekstraksi sebesar 50% saja

Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hariPenyarianya kurang sempurna (dapat terjadi

kejenuhan cairan penyarisehingga kandungan kimia yang tersari terbatas).

Page 12: farmakognosi 2

e. Kerugian

Kerugian dari metode maserasi ini adalah : perlu dilakukannya pengadukanuntuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia sehingga tetapterjaga adanya derajat konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara larutan didalamsel dengan larutan diluar sel

Page 13: farmakognosi 2

Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya :

1.Digesti Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 – 500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat

mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.

Page 14: farmakognosi 2

Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.

Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruhpada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.

Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke dalam     bejana.

Page 15: farmakognosi 2

2. Maserasi dengan Mesin Pengaduk

Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

Page 16: farmakognosi 2

3. Remaserasi

Cairan penyari dibagi menjadi, Seluruh serbuk simplisia di maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendapkan, tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.

Page 17: farmakognosi 2

4. Maserasi Melingkar

Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

Page 18: farmakognosi 2

5. Maserasi Melingkar Bertingkat

Pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (M.M.B), yang akan didapatkan :

Page 19: farmakognosi 2

Serbuk simplisia mengalami proses penyarian beberapa kali, sesuai dengan bejana penampung. Pada contoh di atas dilakukan 3 kali, jumlah tersebut dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan.

Serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana penyari, dilakukan penyarian.dengan cairan penyari baru. Dengan ini diharapkan agar memberikan hasil penyarian yang maksimal

Page 20: farmakognosi 2

Hasil penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk simplisia yang baru,hingga memberikan sari dengan kepekatan yang maksimal.

Penyarian yang dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama.

Page 21: farmakognosi 2

a. Definisi

cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya

berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,

osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

Perkolasi

Page 22: farmakognosi 2
Page 23: farmakognosi 2

b. Prinsip Kerja Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana

silinder, yang bagianbawahnya diberi sekat berpori

Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairanpenyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapaikeadaan jenuh

Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairandiatasnya, dikurangi oleh daya kapiler yang cenderung untuk menahan

Page 24: farmakognosi 2

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Page 25: farmakognosi 2

• Permasalahan yang mungkin timbul pada perkolasi

umum :

-jika zat aktif thermolabile, penguapan volume

besar dapat menyebabkan hilangnya sebagian dari

konstituen aktif.

-campuran alkohol-air , hasil penguapan dapat

meninggalkan konsentrat berair.

Page 26: farmakognosi 2

Perkolasi Bertingkat

• Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.

• Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang, disari dengan cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.

Page 27: farmakognosi 2

• Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan.

• Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan :

1. Jumlah percolator yang diperlukan

2. Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi

3. Jenis cairan penyari

4. Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi

5. Besarnya tetesan dan lain-lain.

Page 28: farmakognosi 2

Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator biasa. Percolator ini harus dapat diatur, sehingga:•Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya•Ampas dengan mudah dapat dikeluarkan.

Percolator diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pertama. 

Page 29: farmakognosi 2

Infus

a. Pertimbangan Umum

Infusi merupakan larutan yang diencerkan terdiri atas konstituen yang siap dilarutkan dari obat mentah. Dahulu, infusi yang masih baru, disediakan dengan proses maserasi obat pada waktu singkat dalam air dingin atau didihan.

Page 30: farmakognosi 2

b. Metoda umum preparasi Infus segar

•serbuk obat kasar(50 g) di basahi didalam bejana yang sesuai•lalu di tambahkan 50 mL air dingin (diamkan 15 menit)•setelah itu, tambahkan 900 mL air panas kedalam bejana, kemudian tutup dandiamkan selama 30 menit•campuran disaring kemudian di-add kembali air sampai 1000mL•sejumlah obat yang telah disediakan kemudian dimasukkan ke dalam mulin bags untuk digunakan dalam menetukan jumlah infus yang spesifik dan digunakan dalam pembuatan preparasi infus •jika aktifitas dari infus ini memberikan efek dengan digunakan air panas,maka dapat digunakan air dingin sb solusinya•namun, bila infus segar tidak dapat bertahan lama maka, dapat di buat tanpa proses preparasi dan dalam jumah kecil yang dapat langsung dipergunakan

Page 31: farmakognosi 2

Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.

Infusa dibuat dengan cara :

•membasahi bahan baku/simplisia dengan air ekstra, biasanya dengan air 2x bobot bahan, untuk bunga 4x bobot bahan dan untuk karagen 10x bobot bahan.

•pemanasan bahan dalam aquadest (10x bobot bahan + air esktra) selama 15 menit pada suhu 90OC sampai 98OC.

•untuk memudahkan penyarian, kadang-kadang perlu ditambah bahan kimia, misalnya asam sitrat untuk infus kina, kalium atau natrium karbonat untuk infus kelembak.

•penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan yang mudah menguap.

Page 32: farmakognosi 2

TERIMAKASIHSEKIAN