FALSIFIABILITAS

17
FALSIFIABILITAS & REPEATABILITAS KONKLUSI SAINS MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA OLEH : KAIRAN NISA’ PRODI S2 KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS

description

tugas

Transcript of FALSIFIABILITAS

Page 1: FALSIFIABILITAS

FALSIFIABILITAS&

REPEATABILITAS KONKLUSI SAINS

MATA KULIAH : FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

OLEH : KAIRAN NISA’

PRODI S2 KEBIDANAN UNIVERSITAS ANDALAS

Page 2: FALSIFIABILITAS

Dalam kaitannya dengan problem filsafat ilmu, pemikiran Popper, oleh beberapa penulis sering dikelompokkan dalam tiga tema, yaitu persoalan induksi, persoalan demarkasi, dan persoalan dunia ketiga.

“falsifikasi” atau juga disebut “falsifiabilitas” adalah batas pemisah (demarkasi) yang tepat, antara ilmu dengan yang bukan ilmu.

FALSIFIABILITASpengantar

Page 3: FALSIFIABILITAS

para pendukung teori falsifikasi menyatakan bahwa setiap penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang mendahuluinya.

Karena itu, semua keyakinan bahwa kebenaran teori-teori ilmiah dicapai melalui kepastian hasil observasi, sungguh-sungguh ditolak.

Teori merupakan hasil rekayasa intelek manusia yang kreatif dan bebas untuk mengatasi problem-problem yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Teori-teori itu kemudian diuji dengan eksperimen-eksperimen atau observasi-observasi. Terori yang tidak dapat bertahan terhadap suatu eksperimen harus dinyatakan gagal dan digantikan oleh teori spekulatif lain.

Itu berarti, ilmu pengetahuan berkembang melalui kesalahan dan kekeliruan, melalui hipotesis dan refutasi.

Page 4: FALSIFIABILITAS

Menurut teori falsifikasi, ada teori yang dapat dibuktikan salah berdasarkan hasil observasi dan eksperimen.

Ilmu pengetahuan tidak lain dari rangkaian hipotesis-hipotesis yang dikemukakan secara tentatif untuk menjelaskan tingkah laku manusia atau kenyataan dalam alam semesta.

Tetapi tidak setiap hipotesis dapat begitu saja diklasifikasikan di bawah ilmu pengetahuan.

Hipotesis yang layak disebut sebagai teori atau hokum ilmiah harus memenuhi syarat fundamental berikut: hipotesis itu harus terbuka terhadap kemungkinan falsifikasi.

Page 5: FALSIFIABILITAS

Contoh:1. Tidak pernah turun hujan pada hari-hari Rabu2. Semua substansi akan memuai jika dipanaskan

Pernyataan (1) dapat difalsifikasikan karena dengan suatu observasi kita dapat menunjukkan bahwa pada hari Rabu terntentu ada hujan.

Pernyataan (2) pun dapat difalsifikasi karena melalui observasi kita dapat memperlihatkan bahwa ada substansi tertentu tidak memuai jika dipanaskan.

Page 6: FALSIFIABILITAS

Karl Popper adalah Seorang Pemikir yang menguasai banyak bidang; sejarah, sastra, psikologi, politik dan filsafat.

The Logic of Scientific Discovery menjadikannya terkenal sebagai seorang filusuf. Ia banyak berhubungan dengan anggota-anggota lingkaran wina dan melontarkan banyak kritikan soal metode induktif yang berdasarkan fakta. Ia mempertanyakan, berapa pun jumlah fakta yang dikumpulkan tidak dapat menjamin sebagai sebuah kebenaran umum.

Page 7: FALSIFIABILITAS

Falsifikasi merupakan metode yang digunakan oleh Popper untuk menolak gagasan dari lingkaran Wina tentang metode verifikasi induktif.

Alasan penolakan Popper ini, karena dalam rangkah membedakan ilmu yang bermakna dan tidak bermakna masih menjunjung tinggi induksi.

Beberapa kritik yang dikemukakan Popper terhadap prinsip verifikasi: Pertama, prinsip verifikasi tidak pernah mungkin untuk menyatakan kebenaran hukum-hukum umum. Menurut Popper, hukum-hukum umum dan ilmu pengetahuan tidak pernah dapat diverifikasi.

Page 8: FALSIFIABILITAS

seluruh ilmu pengetahuan alam (yang sebagian besar terdiri dari hukum-hukum umum tidak bermakna, sama seperti metafisika); kedua, sejarah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan juga lahir dari pandangan-pandangan metafisis.

Karena itu Popper menegaskan bahwa suatu ucapan metafisis bukan saja dapat bermakna tetapi dapat benar juga, walaupun baru menjadi ilmiah setelah diuji; ketiga, untuk menyelidiki bermakna atau tidaknya suatu ucapan atau teori, lebih dulu harus kita mengerti ucapan atau teori itu.

Page 9: FALSIFIABILITAS

Pandangan Popper tentang 3 DuniaPopper membedakan tiga dunia:a. Dunia 1 (world I), yaitu kenyataan fisis dunia.b. Dunia 2 (world II), yaitu segala kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusiac. Dunia 3 (World III), yaitu segala hipotesa, hukum, dan teori ciptaan manusia dan hasil kerja sama antara dunia 1 dan dunia 2 serta seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisik, agama, dan lain sebagainya.

Page 10: FALSIFIABILITAS

Kritik Popper terhadap Positivisme Logis

Pertama-tama ia menentang pembedaan antara ungkapan yang disebut bermakna (meaningfull) dari yang tidak bermakna berdasarkan kriterium dapat tidaknya dibenarkan secara empiris.

Pembedaan ini digantinya dengan ‘garis batas’ (demarkasi) antara ungkapan ilmiah dan tidak ilmiah. Pokok demarkasi terletak pada ada tidaknya dasar empiris bagi ungkapan bersangkutan. Ungkapan yang tidak bersifat ilmiah mungkin sekali amat bermakna (meaningful).

Apakah suatu ungkapan bersifat empiris atau tidak, atau dimanakah letak ungkapan itu dari garis batas – menurut Popper tidak dapat ditentukan berdasarkan asas pembenaran yang dianut positivisme logis yakni melalui proses induksi. Dalam hal ini Popper setuju dengan Hume, bahwa peralihan dari yang partikular ke yang universal tidak sah.

Page 11: FALSIFIABILITAS

Kemudian Popper mengajukan prinsip falsifiabilitas, bahwa ciri khas pengetahuan ilmiah adalah sesuatu yang dapat dibuktikan salah (it can falsified). Untuk mencapai pandangan ini Popper menggunakan kebenaran logis yang sederhana.

Dia memberikan contoh: “dengan observasi terhadap angsa-angsa putih, betapun besar jumlahnya, orang tidak dapat sampai pada kesimpulan bahwa semua angsa bewarna putih, tetapi sementara itu cukup satu kali observasi terhadap seekor angsa hitam untuk menyangkal pendapat tadi.”

Page 12: FALSIFIABILITAS

Asumsi pokok teorinya adalah satu teori harus diji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya, dan Popper menyajikan teori ilmu pengetahuan baru ini sebagai penolakannya atas positivisme logis yang beranggapan bahwa pengetahuan ilmiah pada dasarnya tidak lain hanya berupa generalisasi pengalaman atau fakta nyata dengan menggunakan ilmu pasti dan logika.

Dan menurut positivisme logis tugas filsafat ilmu pengetahuan adalah menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.

Page 13: FALSIFIABILITAS

Menurut Popper, suatu teori dikategorikan ilmiah tidak cukup dengan adanya pembuktian, tetapi ia harus dapat diuji (testable). Jika teori tersebut tidak lolos dari ujian maka teori tersebut tidak benar dan harus diganti dengan teori yang lebih tepat. Sebaliknya, jika teori tersebut bertahan dalam ujian maka kebenarannya ilmiahnya akan semakin kokoh dan terpercaya

Page 14: FALSIFIABILITAS

Menurut Popper, metode empirik ini sangat berkaitan erat dengan kriteria demarkasi. Dimana Popper juga mengajukannya untuk menggunakan sebagai aturan-aturan untuk menentukan ketahanan daya uji pernyataan ilmiah, yang disebut juga sebagai falsifiability.

Jika teori tersebut tidak lolos dari ujian maka teori tersebut tidak benar dan harus diganti dengan teori yang lebih tepat. Sebaliknya, jika teori tersebut bertahan dalam ujian maka kebenarannya ilmiahnya akan semakin kokoh dan terpecaya

Page 15: FALSIFIABILITAS

Yaitu suatu pengetahuan disebut ilmu, bila pengetahuan tersebut dapat di cek dengan mengulang eksperimen dan penelitian yang dilakukan orang lain ditempat dan waktu yang berbeda

Sifat ini akan menghasilkan pengetahuan yang bebas dari subyektivitas, emosi dan kepentingan.

Dasar bahwa ilmu pengetahuan milik umum, sehingga setiap orang yang memiliki kepentingan dapat melakukan cek ulang suatu eksperimen

REPEATABILITAS

Page 16: FALSIFIABILITAS

Repeatabilitas merupakan suatu metode ilmiah sebagai wujud untuk pendekatan ilmiah.

Metode ilmiah merupakan langkah yang harus ditempuh dalam penemuan ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, maka disebut ilmu

Jadi metode ilmiah merupakan wujud dari pendekatan ilmiah yang merupakan pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu ilmu pengetahuan yang fungsional terhadap masalah tertentu.

Page 17: FALSIFIABILITAS

SEKIAN